Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

KEGIATAN PENGAJIAN MAHASISWA 2022

1. Nama : Susi Hendriyati


2. NIM : 2021060029
3. MK : Kemuhammadiyahan
4. Prodi : S1 Kebidanan
NO Hari/Tanggal Pemateri Materi Kajian

1 Kamis/ 3 Puji Handoko, S.Ag, M.Pd ”Permasalahan Adzan dan Iqomah”


Maret 2022 Menurut syariat Islam, semua aktivitas kita
mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali
itu ada hukumnya, dan setiap hukum itu ada
dalilnya.
Dalil adzan hanya satu kali dalam shalat
Jum’at
1. Artinya :
“Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid, ia
berkata: “Azan pada hari Jumat awalnya
dahulu ialah apabila imam telah duduk
di atas mimbar pada masa Nabi SAW,
Abu Bakar dan Umar ra. Namun ketika
Utsman ra (menjadi Khalifah) dan orang-
orang bertambah banyak beliau
menambah azan ketiga di az-Zaurak
(suatu tempat di pasar Madinah).” (HR.
Al-Bukhari)
2. Artinya :
“ Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid
anak saudara perempuan Namir, ia
berkata: Rasulullah SAW dahulu tidak
memiliki selain satu muazin di dalam
semua sholat, baik pada hari jumat
maupun lainnya. Yang bertugas azan dan
iqomah, ia berkata : Bilal dahulu azan
apabila Rasulullah SAW duduk di atas
mimbar pada hari Jumat dan Iqomah
apabila beliau turun. Dan (dia juga
melakukan seperti itu) untuk Abu Bakar
dan Umar ra sehingga (zaman) Utsman”
(HR. Ahmad)

Dari dua dalil di atas, jelaslah bahwa adzan


shalat pada zaman Nabi SAW, Abu Bakar
dan Umar ra adalah hanya sekali. Lalu pada
zaman Ustman, karena orang-orang
bertambah banyak maka beliau menambah
satu lagi azan untuk memberitahu masuknya
waktu shalat. Lalu azan yang sebenarnya
adalah azan sebelum imam berkhutbah.
Perlu ditekankan disini bahwa, iqamah
dalam beberapa hadist termasuk hadist
pertama di atas juga disebut azan,sehingga
seakan-akan yang ditambahkan Utsman
adalah azan ketiga, padahal yang benar ialah
hanya ada dua azan dan satu iqamah.
Utsman menambahkan adzan karena
bertambahnya jumlah umat islam pada masa
itu sehingga beliau khawatir ada yang tidak
mendengarkan adzan.
Adapun untuk kita sekarang cukup satu kali
adzan Jumat, karena kembali ke sunnah
Rasulullah SAW, dan karena adzan sudah
bisa dikumandangkan dengan pengeras suara
sehingga semua orang bisa mendengarnya
tanpa harus menambah adzan.
Wallahu a’lam bish-shawab. SUARA
MUHAMMADIYAH 20 Juli 2016
Adzan berarti seruan yang menandakan
masuknya waktu shalat dngan tujuan
memanggil para jamaah untuk segera
berkumpul guna melaksanakan shalat secara
berjamaah. Sedangkan iqomah berfungsi
sebagai seruan yang menginformasikan
bahwa shalat akan segera dilaksanakan.

Hadits-hadits tentang shalat sunah


rawatib, khususnya yang berkaitan
dengan shalat isyak.
Dalam hal ini terdapat perbedaan mengenai
ada dan tidaknya sunnah qabliyah isyak.
Pendapat yang mengatakan adanya sunnah
qabliyah isyak berdasar pada keumuman
hadits Nabi SAW yang menyebutkan adanya
shalat sunah di antara adzan dan iqamah.
Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzani
(diriwayatkan) sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda, diantar (adzan dan iqomah)
ada shalat (sunah) dikatakan ada kali ketiga
bagi yang mau (mengerjakan)(HR. Al-
Bukhari, kitab Adzan, 606)

Sedangkan pendapat yang mengatakan tidak


ada sunnah ba’diyah isyak adalah berdasar
pada hadits yang menjelaskan tentang
ketentuan shalat sunnah rawatib,
Dari Ibnu umar (diriwayatkan) ia berkata,
aku pernah shalat bersama Rasulullah SAW
2 rekaat sebelum dhuhur, 2 rekaat
setelahnya, 2 rekaat sesuadah magrib, 2
rekaat sesudah isyak dan 2 rekaat sesudah
shalat jumat. Adapun pada magrib, isyak dan
jumat aku kerjakan sholat bersama Nabi
SAW di rumahnya (HR. Muslim: Kitab
Shalat al-Musafimina wa Qashrina: 1236)

Dari Aisyah (diriwayatkan) ia berkata bahwa


Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa
menjaga (dalam melaksanakan) dua belas
rekaat shalat sunah, maka akan dibangunkan
untuknya rumah di surga, yaitu 4 rekaat
sebelum zhuhur, 2 rekaar setelah zhuhur, 2
rekaat setalah magrib, 2 rekaat setelah isyak
dan 2 rekaat sebelum subuh (HR. Ibnu
Majah:1136, Tirmidzi dalam kitab al-Jami
ash-Shahih: 394, an-Nasa’i: 1442
dishahihkan oleh Syaikh Albaniy)
Perbedaan pendapat mengenai sunnah
qabliyah isyak ini telah dijelaskan dalam
fatwa Tarjih pada Majalah Suara
Muhammadiyah No. 4 tahun 2018. Dalam
fatwa itu disebutkan bahwa sunnah qobliyah
isyak itu tidak ada, karena berdasar pada
hadis kedua dan ketiga yang menyebutkan
bahwa nabi saw tidak pernah melakukannya.
Sehingga hadis yang pertama tidak
mengartikan adanya sunah qabliyah isyak
melainkan adanya sunah qabliyah lain yang
ketentuannya telah dijelaskan secara rinci
dalam hadis kedua dan ketiga (yaitu 2 atau 4
rekaat qabliyah zhuhur dan 2 rekaat qabliyah
subuh). Selanjutnya sebagai pertimbangan
kedua dikemukakan pula mengenai amalan-
amalan di antar adzan dan iqamah yang
dianjurkan:
1. Anjuran memberi jeda diatara adzan dan
iqamah.
Dari Ubay bin Ka’ab (diriwayatkan) ia
berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
Wahai Bilal, berilah jeda waktu antara
adzan dan iqamahmu, agar yang sedang
makan bisa menyelesaikan makannya,
dan yang sedang wudhu bisa
menyelesaikan hajatnya (HR. Ahmad:
21286 bernilai hasan).
2. Anjuran berdoa setelah adzan
Dari Jabir bin Abdilah (diriwayatkan)
bahwa Rasulullah saw bersabda.
Barangsiapa yang setelah mendengar
adzan mengucapkan Allahumma rabba
haadzihid-da’wati-taammah wash-
shalaatil-qaaimah aati muhammadanii-
washiilata wal-fadhiilah wab’atshu
maqaamam-mahmuudanil-ladzii
wa’adtah’, maka dia yang
mengucapkannya akan mendapat
syafaatku kelak di hari kiamat (HR. Al-
Bukhari, 614)

Hadis mengenai pahala seseorang yang


menunggu waktu shalat,
Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) ia berkata
bahwasanya Nabi saw bersabda, Seseorang
akan senantiasa (mendapat pahala) shalat
ketika ia berada di masjid untuk menunggu
shalat (dan) selagi belum berhadas (HR. Al-
Bukhari, 176)
Hadis tentang ijabahnya doa di antara
adzan dan iqamah,
Dari Anas bin Malik (diriwayatkan) ia
berkata. Bahwasanya Rasulullah saw
bersabda Doa (yang dipanjatkan) diantara
adzan dan iqamah tidak akan tertolak, maka
berdoalah kalian (HR. Ibnu Khuzaimah, 416,
bernilai shahih li ghairini)

Dari beberapa dalil yang telah kami


paparkan dapat ditarik beberapa kesimpulan,
diantaranya sebagai berikut,
Meskipun tidak ada sunnah qabliyah isyak,
namun tetap disunnahkan ada jeda antara
adzan dan iqamah, untuk memberi
kesempatan bagi jamaah yang masih
memiliki hajat seperti menyelesaikan makan,
berwudhu bersiap-siap ke masjid dan lain
sebagainya. Selain itu juga memberi
memberi kesempatan bagi jamaah yang telah
berada di masjid untuk melakukan eberapa
amalan sunah seperti berdzikir, berdoa dan
lain sebagainya.
Dalam kondisi tertentu (ada kemashlahatan)
iqamah dapat dilakukan setelah adzan isyak,
misalnya ketika masjid tersebut digunakan
untuk suatu acara yang waktumya bertepatan
sesudah magrib dan dilanjutkan setelah
isyak, sehinga untuk efisiensi waktu iqamah
boleh dilangsungkan setelah adzan dengan
beberapa syarat seperti,
Diantara adzan dan iqamah tetap diberi jeda
yang cukup untuk melafalkan doa setelah
adzan, karena hal itu termasuk sunah.
Dapat dipastikan bahwa jamaah telah
berkumpul, karena fungsi iqamah adalah
sebagai seruan yang menginformasikan
bahwa shalat akan segera ditunaikan.
Sumber: Majalah SM No 17 Tahun 2019
Bagaimana sikap Muhammadiyah tentang
peraturan penggunaan pngeras suara di
masjid dan mushala
 Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
Pengurus Besar Nahdatul Ulama
menyambut bait terbitnya Surat Edaran
Nomor 05/2022 soal Pedoman Pengeras
Suara di Masjid/Mushala demi
memperkuat keharmonisan dan
ketentraman di masyarakat, tapi
penerapannya jangan terlalu kaku.
“Bagus ada peraturan, supaya
penggunaan pengeras suara masjid
ataupun yang lain tidak sembarangan.
Tidak sembarangan waktu” ujar Ketua
PP Muhammadiyah Dadang Kahmad
dalam keterangan tertulis yang diterima
di Jakarta, REPUBLIKA.CO.ID Selasa
22 Feb 2022
 Sekretaris Umum PP Muhammadiyah
Prof Abdul Mu’ti.” Sebelum adanya
Surat Edaran Menag dan imbauan DMI,
masjid dan mushala yang dikelola oleh
Muhammadiyah sudah menerapkan hal
tersebut”. Beritasatu.com, Selasa
(22/2/2022)

Dilaporkan dengan sebenarnya


Oleh: Susi Hendriyati
(2021060029)

Anda mungkin juga menyukai