Maret 2022 Menurut syariat Islam, semua aktivitas kita mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali itu ada hukumnya, dan setiap hukum itu ada dalilnya. Dalil adzan hanya satu kali dalam shalat Jum’at 1. Artinya : “Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid, ia berkata: “Azan pada hari Jumat awalnya dahulu ialah apabila imam telah duduk di atas mimbar pada masa Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar ra. Namun ketika Utsman ra (menjadi Khalifah) dan orang- orang bertambah banyak beliau menambah azan ketiga di az-Zaurak (suatu tempat di pasar Madinah).” (HR. Al-Bukhari) 2. Artinya : “ Diriwayatkan dari as-Saib bin Yazid anak saudara perempuan Namir, ia berkata: Rasulullah SAW dahulu tidak memiliki selain satu muazin di dalam semua sholat, baik pada hari jumat maupun lainnya. Yang bertugas azan dan iqomah, ia berkata : Bilal dahulu azan apabila Rasulullah SAW duduk di atas mimbar pada hari Jumat dan Iqomah apabila beliau turun. Dan (dia juga melakukan seperti itu) untuk Abu Bakar dan Umar ra sehingga (zaman) Utsman” (HR. Ahmad)
Dari dua dalil di atas, jelaslah bahwa adzan
shalat pada zaman Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar ra adalah hanya sekali. Lalu pada zaman Ustman, karena orang-orang bertambah banyak maka beliau menambah satu lagi azan untuk memberitahu masuknya waktu shalat. Lalu azan yang sebenarnya adalah azan sebelum imam berkhutbah. Perlu ditekankan disini bahwa, iqamah dalam beberapa hadist termasuk hadist pertama di atas juga disebut azan,sehingga seakan-akan yang ditambahkan Utsman adalah azan ketiga, padahal yang benar ialah hanya ada dua azan dan satu iqamah. Utsman menambahkan adzan karena bertambahnya jumlah umat islam pada masa itu sehingga beliau khawatir ada yang tidak mendengarkan adzan. Adapun untuk kita sekarang cukup satu kali adzan Jumat, karena kembali ke sunnah Rasulullah SAW, dan karena adzan sudah bisa dikumandangkan dengan pengeras suara sehingga semua orang bisa mendengarnya tanpa harus menambah adzan. Wallahu a’lam bish-shawab. SUARA MUHAMMADIYAH 20 Juli 2016 Adzan berarti seruan yang menandakan masuknya waktu shalat dngan tujuan memanggil para jamaah untuk segera berkumpul guna melaksanakan shalat secara berjamaah. Sedangkan iqomah berfungsi sebagai seruan yang menginformasikan bahwa shalat akan segera dilaksanakan.
Hadits-hadits tentang shalat sunah
rawatib, khususnya yang berkaitan dengan shalat isyak. Dalam hal ini terdapat perbedaan mengenai ada dan tidaknya sunnah qabliyah isyak. Pendapat yang mengatakan adanya sunnah qabliyah isyak berdasar pada keumuman hadits Nabi SAW yang menyebutkan adanya shalat sunah di antara adzan dan iqamah. Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzani (diriwayatkan) sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, diantar (adzan dan iqomah) ada shalat (sunah) dikatakan ada kali ketiga bagi yang mau (mengerjakan)(HR. Al- Bukhari, kitab Adzan, 606)
Sedangkan pendapat yang mengatakan tidak
ada sunnah ba’diyah isyak adalah berdasar pada hadits yang menjelaskan tentang ketentuan shalat sunnah rawatib, Dari Ibnu umar (diriwayatkan) ia berkata, aku pernah shalat bersama Rasulullah SAW 2 rekaat sebelum dhuhur, 2 rekaat setelahnya, 2 rekaat sesuadah magrib, 2 rekaat sesudah isyak dan 2 rekaat sesudah shalat jumat. Adapun pada magrib, isyak dan jumat aku kerjakan sholat bersama Nabi SAW di rumahnya (HR. Muslim: Kitab Shalat al-Musafimina wa Qashrina: 1236)
Dari Aisyah (diriwayatkan) ia berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa menjaga (dalam melaksanakan) dua belas rekaat shalat sunah, maka akan dibangunkan untuknya rumah di surga, yaitu 4 rekaat sebelum zhuhur, 2 rekaar setelah zhuhur, 2 rekaat setalah magrib, 2 rekaat setelah isyak dan 2 rekaat sebelum subuh (HR. Ibnu Majah:1136, Tirmidzi dalam kitab al-Jami ash-Shahih: 394, an-Nasa’i: 1442 dishahihkan oleh Syaikh Albaniy) Perbedaan pendapat mengenai sunnah qabliyah isyak ini telah dijelaskan dalam fatwa Tarjih pada Majalah Suara Muhammadiyah No. 4 tahun 2018. Dalam fatwa itu disebutkan bahwa sunnah qobliyah isyak itu tidak ada, karena berdasar pada hadis kedua dan ketiga yang menyebutkan bahwa nabi saw tidak pernah melakukannya. Sehingga hadis yang pertama tidak mengartikan adanya sunah qabliyah isyak melainkan adanya sunah qabliyah lain yang ketentuannya telah dijelaskan secara rinci dalam hadis kedua dan ketiga (yaitu 2 atau 4 rekaat qabliyah zhuhur dan 2 rekaat qabliyah subuh). Selanjutnya sebagai pertimbangan kedua dikemukakan pula mengenai amalan- amalan di antar adzan dan iqamah yang dianjurkan: 1. Anjuran memberi jeda diatara adzan dan iqamah. Dari Ubay bin Ka’ab (diriwayatkan) ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, Wahai Bilal, berilah jeda waktu antara adzan dan iqamahmu, agar yang sedang makan bisa menyelesaikan makannya, dan yang sedang wudhu bisa menyelesaikan hajatnya (HR. Ahmad: 21286 bernilai hasan). 2. Anjuran berdoa setelah adzan Dari Jabir bin Abdilah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw bersabda. Barangsiapa yang setelah mendengar adzan mengucapkan Allahumma rabba haadzihid-da’wati-taammah wash- shalaatil-qaaimah aati muhammadanii- washiilata wal-fadhiilah wab’atshu maqaamam-mahmuudanil-ladzii wa’adtah’, maka dia yang mengucapkannya akan mendapat syafaatku kelak di hari kiamat (HR. Al- Bukhari, 614)
Hadis mengenai pahala seseorang yang
menunggu waktu shalat, Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) ia berkata bahwasanya Nabi saw bersabda, Seseorang akan senantiasa (mendapat pahala) shalat ketika ia berada di masjid untuk menunggu shalat (dan) selagi belum berhadas (HR. Al- Bukhari, 176) Hadis tentang ijabahnya doa di antara adzan dan iqamah, Dari Anas bin Malik (diriwayatkan) ia berkata. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda Doa (yang dipanjatkan) diantara adzan dan iqamah tidak akan tertolak, maka berdoalah kalian (HR. Ibnu Khuzaimah, 416, bernilai shahih li ghairini)
Dari beberapa dalil yang telah kami
paparkan dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut, Meskipun tidak ada sunnah qabliyah isyak, namun tetap disunnahkan ada jeda antara adzan dan iqamah, untuk memberi kesempatan bagi jamaah yang masih memiliki hajat seperti menyelesaikan makan, berwudhu bersiap-siap ke masjid dan lain sebagainya. Selain itu juga memberi memberi kesempatan bagi jamaah yang telah berada di masjid untuk melakukan eberapa amalan sunah seperti berdzikir, berdoa dan lain sebagainya. Dalam kondisi tertentu (ada kemashlahatan) iqamah dapat dilakukan setelah adzan isyak, misalnya ketika masjid tersebut digunakan untuk suatu acara yang waktumya bertepatan sesudah magrib dan dilanjutkan setelah isyak, sehinga untuk efisiensi waktu iqamah boleh dilangsungkan setelah adzan dengan beberapa syarat seperti, Diantara adzan dan iqamah tetap diberi jeda yang cukup untuk melafalkan doa setelah adzan, karena hal itu termasuk sunah. Dapat dipastikan bahwa jamaah telah berkumpul, karena fungsi iqamah adalah sebagai seruan yang menginformasikan bahwa shalat akan segera ditunaikan. Sumber: Majalah SM No 17 Tahun 2019 Bagaimana sikap Muhammadiyah tentang peraturan penggunaan pngeras suara di masjid dan mushala Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdatul Ulama menyambut bait terbitnya Surat Edaran Nomor 05/2022 soal Pedoman Pengeras Suara di Masjid/Mushala demi memperkuat keharmonisan dan ketentraman di masyarakat, tapi penerapannya jangan terlalu kaku. “Bagus ada peraturan, supaya penggunaan pengeras suara masjid ataupun yang lain tidak sembarangan. Tidak sembarangan waktu” ujar Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, REPUBLIKA.CO.ID Selasa 22 Feb 2022 Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti.” Sebelum adanya Surat Edaran Menag dan imbauan DMI, masjid dan mushala yang dikelola oleh Muhammadiyah sudah menerapkan hal tersebut”. Beritasatu.com, Selasa (22/2/2022)