Anda di halaman 1dari 2

*ADZAN SHUBUH*

Oleh Ustadz Anas Burhanuddin MA

Pertanyaan.

Redaktur majalah As-sunnah, kami mohon keterangan tentang adzân Shubuh, apakah ada
adzan awal (pertama) dan apakah ada kalimat *asshalâtu khairum minan naum*.
Jazâkallâh khairan

Jawaban.

Pada dasarnya, setiap waktu shalat memiliki satu adzân. Namun khusus waktu shalat Shubuh,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dikumandangkannya dua adzan. Dasarnya
adalah hadit berikut ini yang artinya :

_Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma beliau berkata, “Dahulu Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam memiliki dua muadzin, Bilal dan Ibnu Ummi Maktum yang buta. Beliau n
bersabda, ‘Sesungguhnya Bilal akan mengumandangkan adzân di waktu malam, maka
makan dan minunlah kalian sampai Ibnu Ummi maktum mengumandangkan adzan’.” [HR.
Muslim no. 1.092]_

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menjelaskan sunnahnya melakukan


dua adzân untuk shalat Subuh; satu sebelum terbit fajar, dan satu lagi pada awal terbitnya
fajar.”[1] Namun jika masyarakat memilih satu adzân saja, hendaknya itu dilakukan pada
awal terbitnya fajar.

Hikmah dari adanya adzân pertama ini disebutkan dalam riwayat yang lain yang artinya ,

_Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzân di malam hari untuk membangunkan orang


yang tidur dan mengembalikan orang yang qiyamul lail di antara kalian. [HR an-Nasa`i no.
641, dihukumi shahih oleh al-Albani]_

Maksudnya agar orang yang masih tidur bangun untuk sahur atau shalat, dan orang yang
sudah melaksanakan shalat tahajjud kembali sahur atau istirahat sejenak menjelang Shubuh.
Karenanya saat menentukan waktu adzân pertama, hendaknya hikmah ini diperhatikan.
Berikan waktu yang cukup untuk sahur atau shalat dalam interval antara dua adzân. Di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, interval antara dua adzân ini dibuat satu jam persis.

Adapun bacaan *‫_( *الصَّالةُ َخ ْي ٌر ِمنَ النَّوْ ِم‬ash-shalaatu khoirum minan nauum_) dikumandangkan
saat adzân yang kedua, yaitu yang setelah terbit fajar. Sebagian orang salah meletakkannya
dan mengumandankannya pada adzân pertama karena salah dalam memahami hadits. Hadits
tersebut adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya :
Jika engkau mengumandangkan adzân pertama untuk Subuh, ucapkanlah ‫الصَّالةُ خَ ْي ٌر ِمنَ النَّوْ ِم‬
dua kali, dan jika iqâmat ucapkanlah ُ‫ت الصَّالة‬
ِ ‫ت الصَّالةُ قَ ْد قَا َم‬
ِ ‫ قَ ْد قَا َم‬dua kali.” [Mushannaf
Abdurrazzaq no. 1. 779]
Yang dimaksud dengan adzân pertama dalam hadits ini adalah adzân setelah terbit fajar,
karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :

_Antara dua adzân ada shalatnya. Antara dua adzân ada shalatnya.” [HR. al-Bukhâri no.
624 dan Muslim no. 838]_

Yang dimaksud dengan dua adzân di sini adalah adzân dan iqamah, disebut demikian karena
taghlîb (adzan dimenangkan atas iqamah).[2]

Jadi yang dimaksud adzân yang pertama adalah adzân yang kita kenal dan dilakukan setelah
fajar menyingsing, dan adzân yang kedua adalah iqâmat. Karenanya, saat Utsmân bin Affân
Radhiyallahu anhu menambahkan adzân beberapa saat sebelum shalat Jum’at, para perawi
hadits menyebutnya sebagai adzân yang ketiga, meskipun secara urutan itu adalah adzân
yang pertama.[3]

_Maka saat Utsman memerintah dan rakyat semakin banyak, beliau Radhiyallahu anhu
menambahkan adzân ketiga yang dikumandangkan di Pasar az-Zaura`. [HR. al-Bukhâri no.
912]_

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan


Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647,
081575792961, Redaksi 08122589079 ]

_______

Footnote

[1] Syarah Shahîh Muslim 7/202.

[2] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahîh Muslim 1/573.

[3] Majmu’ Fatâwâ al-‘Utsaimin 12/177.

Referensi: https://almanhaj.or.id/4435-adzn-shubuh.html

Anda mungkin juga menyukai