MODUL 1
BAHASA INDONESIA
KEGIATAN BELAJAR 1
RAGAM TEKS DAN SATUAN BAHASA PEMBENTUK TEKS
Nama Penulis:
Tatat Hartati, dkk.
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Pemahaman yang kuat terhadap pola dan variasi teks merupakan modal
budaya atau cultural capital bagi manusia. Pemahaman tentang ragam teks dapat
membantu menciptakan koneksi antara pembaca dan penulis. Pembaca akan
mampu membaca cepat, dan penulis akan mampu mengantisipasi harapan
pembaca ketika membaca tulisannya berdasarkan teks sejenis yang sudah dibaca
sebelumnya.
Dalam KB 1 ini, Saudara akan mempelajari ragam teks dan satuan bahasa
pembentuk teks. Pada pokok bahasan ragam teks, diuraikan materi tentang teks
faktual, teks tanggapan, teks cerita dan teks normatif. Selanjutnya, pada pokok
uraian satuan bahasa pembentuk teks diuraikan materi tentang kalimat dan
paragraf.
2. Relevansi
Modul ini disusun secara cermat sesuai dengan tujuan yang harus dicapai
dalam implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
dasar. Materi yang disajikan relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru profesional ketika mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan
dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa Indonesia.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10
ayat (1) menyatakan bahwa, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru, merupakan
kemampuan di dalam penguasaan materi pembelajaran, konsep, struktur
keilmuan, serta masalah-masalah timbul di dalam pembelajaran. Di dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia, salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah
materi kebahasaan tentang ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks. Tidak
hanya menguasai materi, Saudara juga akan mampu mengembangkan materi
ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks secara kreatif dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah dasar. Hal ini mengingat siswa sekolah dasar
memerlukan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Di dalam modul ini, Saudara akan belajar tentang bagaimana memahami
peserta didik dengan karakter dan kemampuan bahasa yang beragam dari segi
perkembangan bahasa, ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks. Di samping
itu Saudara diminta merancang perencanaan pelaksanaan pembelajaran serta
evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks ragam teks
dan satuan bahasa pembentuk teks.
3. Petunjuk Belajar
Untuk membantu Saudara memahami modul ini perlu diperhatikan
beberapa petunjuk belajar berikut:
a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat di dalam modul ini
sampai Saudara memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan
bagaimana mempelajari modul ini!
b. Pahamilah pengertian – pengertian yang terdapat di dalam modul ini melalui
pemahaman dan pengalaman sendiri serta diskusikanlah dengan mahasiswa
atau dosen pembimbing Saudara!
c. Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan. Saudara dapat
menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk internet!
d. Mantapkanlah pemahaman Saudara melalui pengerjaan tes formatif yang
tersedia dalam modul ini dengan baik. Kemudian, nilai sendiri tingkat
pencapaian Saudara dengan membandingkan jawaban yang telah Saudara buat
dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat diakhir modul!
e. Diskusikanlah apa yang telah dipelajari, termasuk hal-hal yang dianggap masih
sulit, dengan teman-teman Saudara!
Selamat belajar. Semoga berhasil.
B. Inti
Pada bagian inti modul ini, akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan (1)
capaian pembelajaran, (2) subcapaian pembelajaran, (3) uraian materi, dan (4)
forum diskusi.
1. Capaian Pembelajaran
Sesuai isi Kurikulum PPG PGSD 2019, Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan (CPMK) ke-2 Pendalaman Materi Bidang Studi Bahasa Indonesia untuk
KB-1 adalah menguasai materi berbagai ragam teks, satuan bahasa pembentuk
teks serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD
2. Subcapaian Pembelajaran
Berdasarkan capaian pembelajaran di atas, dijabarkan subcapaian
pembelajaran untuk KB-1 ini adalah:
a. menganalisis berbagai ragam teks;
b. menganalisis satuan bahasa pembentuk teks; dan
c. merancang pembelajaran ragam teks di sekolah dasar.
3. Uraian Materi
Dalam KB 1, Saudara akan mempelajari materi ragam teks yang mencakup
teks faktual, teks cerita, teks tanggapan, dan teks normatif. Selain itu, Saudara
juga akan mempelajari materi satuan bahasa pembentuk teks yang mencakup
kalimat dan paragraf.
Sebelum Saudara mempelajari ragam teks lebih lanjut, bacalah beberapa
teks di bawah ini! Pahami isinya, kemudian diskusikan dengan teman Saudara,
tentang isi teks, karakteristik masing-masing teks, dan bentuk teks tersebut.
Teks 1.
Penyelidikan Kebakaran Pasar Ngunut Tulungagung
Butuh Waktu 1 Minggu
Teks 2.
Tangisan Yang Tulus
Ditengah malam yang sunyi, Putri Liliput duduk termenung
melihat bulan dan bintang. Dia tidak peduli dengan apapun di
sekelilingnya, tetapi dia hanya pedulikan rasa damai dan tenang
bersama dengan semilir angin yang seolah-olah membelainya dengan
penuh rasa sayang.
Sebagai putri kerajaan Liliput, dia memikirkan nasib rakyat yang
tidak bahagia karena perbuatan ayahnya yang seenaknya sendiri. Ia
berjuang keras untuk memperjuangkan hak rakyatnya tetapi tetap saja
hasilnya nihil. Karena ayahnya tidak lain adalah raja kerajaan Liliput
yang selalu merusak dan menggagalkan rencananya.
Dia menangis dan menyesal karena perbuatan ayahnya.
Mendadak seorang kakek lewat dan mengajaknya bicara. Putri Liliput
pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya kepada kakek
tersebut.
Kakek tersebut hanya tersenyum lalu berkata, “Tuan putri, jika
kau memang ingin memperjuangkan apa yang menurutmu benar,
teruslah berjuang!! Serta jangan pernah hiraukan apapun resikonya,
tetapi pikirkanlah anugerah apa yang akan kau peroleh jika kau terus
bekerja keras dan melakukan dengan sepenuh hati. Percayalah!”.
Setelah itu sang kakek menghilang dari pSaudarangan sang putri.
Putri Liliput pun kaget, dan perkataan kakek tadi terngiang-ngian terus
di pikirannya. Lalu dia bergegas menemui ayahnya, dia menangis di
kaki ayahnya sembari memohon.
“Ayah… dengan tidak mengurangi rasa hormatku padamu, aku
mohon jangan siksa rakyat kecil dengan ketidakadilan dan
ketidaksewenangan yang ayah lakukan.
Apa salah mereka ayah? Mereka mencintai ayah dengan sepenuh
hati, jiwa, dan raga, mereka menghormati ayah.---”
Raja pun turut menangis dan berkata, “Anakku, kau memang
gadis yang berhati mulia, tangisan tulusmu telah meluluhkan hatiku.
Baiklah, mulai sekarang aku akan berlaku adil kepada mereka dan
tidak semena-mena lagi. Aku akan berusaha mencintai mereka dengan
sepenuh hati seperti engkau mencintai mereka. “Terimakasih ayah..
Ayah memang lelaki terbaik di dunia ini”. Putri liliput memeluk erat
ayahnya.
Sejak saat itu, semua rakyat kerajaan Liliput termasuk raja dan
putri Liliput berbahagia karena penindasan yang dilakukan raja sudah
tidak ada lagi. Rakyat sangat berterimakasih kepada Putri Liliput karena
berkat tangisan tulusnya, hati raja bisa luluh.
Teks 3
Tidur Secara Teratur Dapat Memelihara Kesehatan Tubuh dan Otak
a. Ragam Teks
Ragam teks adalah macam atau jenis teks/naskah berupa kata-kata asli
pengarang, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan
sebagainya. Sementara itu, menurut Nurgiyantoro (2014) ragam teks adalah
macam atau tipe teks yang memiliki karakteristik umum. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Mitchel (2003) yang mengemukakan bahwa ragam teks
merupakan kategori pengelompokan teks yamg berdasarkan isi dan bentuk.
Dengan demikian, ragam teks adalah pengelompokkan teks berdasarkan isi dan
bentuk teks di antaranya macam-macam atau jenis-jenis teks yang terdiri atas teks
faktual, teks cerita, teks tanggapan, dan teks normatif.
1) Teks Faktual
Sebelum mempelajari teks faktual, bacalah teks di bawah ini!
Tak Konsisten
Suara alarm begitu keras mengusik tidur Joni yang begitu terlelap.
Dia masih mengeliat menahan rasa kantuk. Kemudian perlahan
membuka matanya.
“Oh Tuhan!” Joni terkaget melihat jam ternyata pukul 7 pagi. Dia
langsung bergegas mandi dan merapikan diri lalu tancap gas untuk
pergi ke kantor. Sesampai di kantor, dia sudah telat menghadiri meeting
yang dilaksanakan lebih cepat dari jam biasannya karena bosnya akan
segera ke luar kota. “Permisi, Pak. Bolehkah saya masuk?” Tanya Joni
pada bosnya yang sedang memimpin meeting. ”Silahkan duduk, Jon,
tapi maaf hari ini proyekmu digantikan Hamid.” “Tapi kenapa, Pak?
Saya hanya telat sebentar.” “Bukan masalah sebentar atau lama. Kita di
sini para pekerja profesional. Proyek itu sudah lama saya percayakan
padamu tapi kamu ternyata tidak bisa konsisten. Walaupun telat
sebentar, ada temanmu yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu.
Jadi maaf, sudah bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas
bosnya dengan tegas.
Seketika Joni terdiam dengan wajah pucat. Setelah meeting
selesai joni pergi menuju meja kerjanya. “Ada apa hari ini, Jon? Kamu
sampai terlambat tak seperti biasanya.” “Ini salahku, Mer. Aku
begadang nonton bola sampai larut malam, sampai lupa kalau ada
proyek penting yang seharusnya menguntungkan bagiku.” “Oalah
makanya utamakan profesi dari pada hobi.” Sambung Meri sedikit
menasehati.
(dimodifikasi dari http://thegorbalsa.com/contoh-cerpen-singkat)
Setelah Saudara membaca teks di atas, dapatkah Saudara menjelaskan isi
yang terkandung di dalamnya? Adakah persamaan dengan teks sebelumnya?
Apakah teks tersebut berisi data dan fakta? Apakah teks tersebut bersifat nyata
dan benar-benar terjadi? Coba bandingkan dengan teks berikut ini.
a) Teks Deskripsi
Bacalah teks berikut ini!
Olahraga untuk kesehatan tubuh
b) Teks Prosedur/Arahan
Teks prosedur/ arahan merupakan jenis teks yang termasuk genre faktual,
subgenre prosedural. Menurut Mahsun (2018), “Tujuan sosial teks ini adalah
mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah di tentukan.”
Jenis teks ini lebih menekankan pada aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang
dapat berupa salah satunya percobaan atau pengamatan. Teks ini memiliki
struktur berpikir: judul, tujuan, daftar bahan (yang diperlukan untuk mencapai
tujuan), urutan tahapan pelaksanaan, pengamatan, dan simpulan. Untuk lebih
jelasnya dapat dicermati contoh teks berikut.
Tabel 2. Contoh Teks Prosedur/Arahan
Benda Pengantar Listrik Judul
Menyalakan lampu dengan memanfaatkan energi Tujuan
listrik
Untuk mengetahui benda yang dapat mengantar Daftar Bahan
listrik, maka perlu dilakukan percobaan. Sebelum
percobaan dilaksanakan, perlu di siapkan bahan
bahan yang diperlukan. Bahan-bahan yang
diperlukan itu adalah: (a) baterai, (b) dua buah
kabel, (c) bohlam, (d) benang, dan (e) tali plastik.
Setelah bahan-bahan yang digunakan terkumpul, Urutan tahapan
maka langkah yang ditempuh adalah berikut ini. pelaksanaan
Pertama, hubungan kedua kabel masing-masing
pada kedua ujung baterai. Selanjutnya, hubungkan
kedua ujung kabel ke bohlam. Bohlam akan
menyala.
Kemudian, gantikan kabel itu dengan benang.
Hubungankan kedua benang pada kedua ujung
baterai. Setelah itu, hubungkan kedua benang itu ke
bohlam. Bohlam tidak menyala. Akhirnya, hal yang
sama, ganti kedua benang itu dengan tali plastik.
Kemudian hubungkan kedua tali plastik itu ke
bohlam. Bohlam tidak meyala.
Dari percobaan tersebut, terlihat bahwa bohlam Pengamatan
menyala ketika dihubungkan pada baterai dengan
menggunakan kabel. Namun, bohlam tidak menyala
ketika dihubungkan pada baterai dengan
menggunakan benang atau tali plastik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kabel Simpulan
dapat mengantar arus listrik, sedangkan benang dan
tali plastik tidak dapat mengantar arus listrik.
Sumber: Mahsun (2018)
Untuk mengikat semua struktur teks agar menjadi satu, pemanfaatan
konjungsi penghubung antarparagraf pengisi struktur teks dimanfaatkan,
misalnya:”...setelah bahan-bahan..” , “...dari percobaan tersebut...”, dan “...dengan
demikian...” merupakan konjungsi penghubungan antarparagraf dalam struktur
yang berbeda. Konjungsi: “...setelah bahan-bahan...” digunakan untuk megikat
struktur “daftar bahan” dengan struktur “Urutan tahapan pelaksanaan” sedangkan
konjungsi “...dari percobaan tersebut...” digunakan untuk mengikat struktur urutan
tahapan pelaksanaan” dengan struktur “pengamatan”, dan konjungsi “...dengan
demikian...” digunakan untuk mengikat struktur “pengamatan” dengan struktur
“simpulan”, dengan cara demikian seluruh struktur teks menjadi satu kesatuan
yang kohesif. Untuk menambah pemahaman Saudara, silakan Saudara mencari
lagi contoh-contoh teks prosedur/arahan.
Sebagai bahan latihan analisislah teks prosedur berikut seperti contoh di
atas.
Membuat Batik Tulis
Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan
teknik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi. Batik sebagai warisan
budaya yang agung perlu kita lestarikan. Dengan latihan yang tekun
dan semangat melestarikan budaya, kita dapat belajar membuat batik
tulis. Pembuatan batik tulis membutuhkan bahan dan alat yaitu: 1)
canting, 2) pensil pola, 3) kain mori putih,4) lilin malam (wax), 5)
kompor atau pemanas lilin malam, 6) bahan pewarna kain.
Adapun langkah membuatnya sebagai berikut: 1) Siapkan kain
mori/sutra, kemudian buatlah motif di atas kain tersebut dengan
menggunakan pensil, 2) Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau
letakkan kain pada gawangan dengan posisi melebar supaya mudah
dibatik. 3) Panaskan malam/lilin ke dalam wajan dengan api kecil
sampai malam.lilin mencair sempurna. Untuk menjaga agar suhu
kompor/anglo stabil, biarkan api tetap menyala kecil.4) Ambil sedikit
malam yang sudah cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup
sebentar agar tidak terlalu panas kemudian torehkan canting dengan
mengikuti pola. Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati
agar jangan sampai malam yang cair menetes di atas permukaan kain
karena karena akan mempengaruhi hasil motif batik. Canting untuk
bagian halus dan kuas untuk bagian berukuran besar. Proses ini
bertujuan agar pada saat pencelupan bahan/kain ke dalam larutan
pewarna bagian yang diberi lapisan malam tidak terkena pewarna.
5) Setelah semua motif yang tidak ingin diberi warna tertuttup oleh
malam/lilin, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.
6) Proses ini merupakan pewarnaan pertama pada bagian yang tidak
tertutup oleh malam. Sebaiknya, pencelupan dimulai dengan warna-
warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap pada tahap
berikutnya. 7) Jemur kain yang telah diwarnai sampai kering.
8) Setelah kering, lakukan proses pelodoran yaitu dengan cara lilin
dikerik dengan pisau, kemudian kain direbus bersama-sama dengan
air yang telah diberi soda abu. Proses ini bertujuan menghilangkan
lapisan malam sehingga motif yang telah digambar menjadi terlihat
jelas. Jika diinginkan beberapa warna pada batik yang kita buat,
proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna
yang kita inginkan.9) Setelah kain bersih dari malam, lakukan kembali
proses pembatikan dengan penutupan malam, pewarnaan kedua, dan
seterusnya. Proses diulang seperti proses sebelumnya sebanyak jumlah
warna yang diinginkan. 10) Setelah beberapa kali proses pewarnaan,
kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan soda untuk
mematikan warna yang menempel pada batik. Hal ini untuk
menghindari kelunturan. 11) Proses terakhir, rendam batik dalam air
dingin dan jemur sebelum dapat digunakan dan dipakai. 12) Perlu
ketelitian dan kecermatan untuk belajar membatik. Demikianlah cara
membuat batik, meski agak sulit, tidak ada salahnya dicoba.
Berkreasilah untuk melestarikan tradisi dan warisan nenek moyang
kita.
(Dimodifikasi dari: Kosasih & Widianingsih, 2019)
2) Teks Tanggapan
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik,
komentar, dan sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan
dalam angan-angan. Teks genre ini dapat dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu
teks eksposisi dan teks ekplanasi (Mahsun, 2018, & Tim Sergu dalam jabatan,
2017).
a) Teks Eksposisi
Teks ini berisi paparan gagasan atau usulan sesuatu yang bersifat pribadi.
Itu sebabnya, teks ini sering juga disebut sebagai teks argumentasi satu sisi
(Wiratno, 2014). Struktur berpikir yang menjadi muatan teks ekposisi adalah:
tesis/pernyataan pendapat dan alasan/argumentasi, serta pernyataan ulang
pendapat. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat di dalam contoh berikut.
Tabel 3 Contoh Teks Eksposisi
Struktur Teks Teks
Judul Goa Ngerit Nyaris Dilupakan
Tesis/Pernyataan Goa Ngerit yang berada di Desa Pakel, Kecamatan
Pendapat Watulimo, Kabupaten Trenggalek sudah lama tidak
terdengar gaungnya. Tempat tersebut sudah jarang sekali
dikunjungi orang sebagai tempat rekreasi. Mengapa hal itu
bisa terjadi?
Argumentasi Ada beberapa alasan mengapa tempat tersebut kini jarang
dikunjungi. Pertama, keindahan Goa Ngerit sudah tidak
seperti yang dulu. Masyarakat sekitar tampak secara liar
menambang batu yang ada di sekitar sungai maupun
ditubuh goa. Hal itu mengurangi keindahan dari tubuh goa
itu sendiri dan tebing sungai tampak semakin curam.
Kedua, kini tidak lagi terdengar kicauan burung yang
merdu karena sudah banyak yang mati diburu secara liar.
Masyarakat dengan bebesnya berburu burung atau hewan
lain karena merasa tidak ada sangsi yang tegas. Ketiga,
habitat sungaipun juga mulai terganggu karena
menggunakan obat dan alat strum ketika menangkap ikan
sehingga kejernihan serta keaslian sudah tidak kentara
lagi. Keempat, kesejukan dan keindahan tempat itu kini
tidak terasa lagi. Pencurian/penebangan hutan dianggap
sudah seperti pekerjaan biasa bagi masyarakat sekitar
tanpa berpikir dampaknya. Kelima, pemerintah tidak
pernah memikirkan akses jalan menuju ke lokasi tersebut
saat membangun jalan utama, sehingga tempat tersebut
terkesan terkucil karena sulit dijangkau oleh pengunjung.
Pernyataan Melihat kenyataan itu perlu perhatian dari pemerintah
Ulang Pendapat daerah dan kesadaran dari masyarakat untuk
mengembalikan keindahan Goa Ngerit agar menjadi
tempat wisata yang bisa mendatangkan pendapatan daerah
Kota Trenggalek pada umumnya dan sarana mengais
rezeki bagi masyarakat di sekitar Goa Ngerit pada
Khususnya.
Trimulat (dalam Mahsun, 2018)
Pada teks di atas, penggunaan konjungsi penghubung antarkalimat, yang
berupa nomina bilangan: “...pertama...”, “...kedua...”, “...ketiga...”, ”...keempat...”,
dan “...kelima...”, konjungsi ini relatif sama dengan konjungsi yang digunakan
pada teks genre cerita dan genre faktual: prosedur. Hanya bedanya, konjungsi
pada teks eksposisi digunakan untuk mengurut alasan-alasan yang digunakan
untuk memperkuat pendapat, sedangkan pada kedua genre tersebut masing-
masing digunakan untuk mengurutkan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama
dan untuk mengurut tahapan pelaksanan percobaan.
Saudara silakan teks eksposisi berikut ini dianalisis sesuai contoh di atas, sebagai
latihan Saudara.
Nasib Hutan Kita yang Semakin Suram
Oleh Wisnu Rusmantoro
3) Teks Cerita
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal,
peristiwa, mengisakan kejadian yang telah ada, perbuatan, pengalaman yang
dinamis dalam suatu rangkaian waktu.(Keraf, 2001 &KBBI, 2018). Teks cerita
termasuk genre sastra dalam jenis teks tunggal (teks cerita). Teks cerita terdiri dari
teks cerita ulang, naratif, anekdot, dan eksemplum. Untuk keempat jenis teks
tersebut akan di kutip teks hasil modifikasi oleh Santosa (2013) dan
dikembangkan oleh Mahsun (2018).
Pada teks cerita ulang terlihat bahwa rentetan peristiwa yang dialami tokoh
Lebai Malang ditata dengan menggunakan konjungsi yang menunjukkan urutan
peristiwa. Mulai dari penggunaan konjungsi “pertama” lalu “akhirnya”. Konjungsi
pengurutan peristiwa menjadi salah satu benang pengikat yang menyatukan
antarparagraf pembentuk teks tersebut. Selain menggunakan konjungsi, teks diikat
oleh piranti penyatuan yang berupa pengulangan dalam bentuk anaforis: “ia” atau
“-nya” yang merujuk pada “Lebai Malang”. Patut ditambahkan, bahwa pada teks
penceritaan ulang atau rekon, gagasan/pikiran tentang “masalah” dimuat dalam
satu struktur teks, yaitu struktur rekaman kejadian.
b) Anekdot
Anekdot dapat diartikan sebagai cerita rekaan yang tidak harus didasarkan
pada kenyataan yang terjadi di masyarakat (Oktarisa, 2014). Teks anekdot
memiliki tujuan sosial yang sama dengan teks cerita ulang (Mahsun, 2018).
Hanya saja, peristiwa yang ditampilkan membuat pasrtisipan yang mengalaminya
merasa jengkel atau konyol (Wiratno, 2014). Teks ini memiliki struktur berpikir:
judul, pengenalan/orientasi, krisis/masalah, reaksi.
Tabel 6. Contoh Teks Anekdot
Struktur Teks Teks
Judul Lebai Malang
Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di
tepi sungai disebuah desa di Sumatra Barat. Pada
suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua
orang kaya dari desa-desa tetangga.
Masalah/Krisis Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan
waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang
untung dan rugi dari setiap undangan. Tetapi, ia tidak
pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia
berpikir, kalau ia ke pesta di desa hulu sugai, tuan
rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala
kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan
rumah tersebut. Menurut berita, masakan orang-
orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai.
c) Eksemplum
Pendapat Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial menilai perilaku
atau karakter dalam cerita. Itu sebabnya, teks ini memiliki struktur: judul,
pengenalan/orientasi, kejadian/insiden, dan interpretasi.” Untuk jelasnya dapat di
cermati teks berikut ini.
Tabel 7. Contoh Teks Eksemplum
Struktur Teks Teks
Judul Lebai Malang
Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisang seorang guru agama yang hidup di
tepi sungai di sebuah desa di Sumatra Barat. Pada
suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua
orang kaya dari desa-desa tetangga.
Kejadian/Insiden Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan
waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang
untung dan rugi dari setiap undangan. Ia tidak pernah
dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir,
kalo pergi ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah
akan memberinya hadia dua ekor kepala kerbau.
Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah
tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu
sungai tidak enak orang hilir sungai.
Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan
mendapat hadiah seekor kepala kerbau dengan di
masak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan
rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai
akan memberi tamunya dengan tambahan kue-kue.
Hingga ia mulai mengayuh perahunya ke tempat
pestapun ia belum dapat memutuskan pesta mana
yang akan dipilih.
Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu
sungai.baru tiba ditengah perjalanan, ia mengubah
pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah
hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai,
dilihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu
tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih
di sana sangat kurus. Ia pun mengubah haluan
perahunya menuju hulu sungai. Sesampainya di tepi
desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang.
Pesta di sana sudah selesai.
Pak Lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju
desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah
berakhir.
Akhirnya, pak Lebai pun menggerutu menyesali apa
yang dilakukan. Pak Lebai tidak mendapat kepala
kerbau yang diinginkannya.
Interpretasi Maka, sebaiknya orang itu jangan tamak. Maunya
mendapatkan banyak, tapi akhirnya tidak ada yang
didapat sama sekali.
Sumber: Mahsun (2018)
Seperti halnya kedua teks genre cerita yang dipaparkan di atas, teks
eksemplum juga memanfaatkan konjungsi dan piranti pengikat struktur teks
lainnya agar keseluruhan struktur teks menjadi padu. Masalah yang muncul serta
pemecahannya tercantum di dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur:
masalah/krisis/insiden. Bedanya, teks penceritaan ulang berakhir dengan kejadian
tanpa ditampakkan reaksi pelaku terhadap peristiwa yang dialaminya, dan pada
teks anekdot terdapat reaksi pada peristiwa yang dialami tokoh. , maka pada teks
eksemplum bukan reaksi individu pelaku utama terhadap peristiwa tetapi
peristiwa yang berupa pesan moral dari kejadian yang dialami tokoh utama. Pesan
itu tidak terkait dengan tokoh utama tetapi terkait dengan pihak partisipan yang
mendengar atau membaca cerita. Dengan demikian, struktur akhir teks itu adalah
interpretasi penulis terhadap kejadian yang dialami pelaku, dan diharapkan dapat
menjadi bahan renungan moralitas bagi partisipan.
d) Naratif
Teks tipe ini, sama dengan ketiga teks genre cerita yang dipaparkan
sebelumnya. Menurut Mahsum (2018), “Teks naratif model penceritaan pada teks
tipe ini, antara masalah dengan pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu
struktur teks seperti pada teks penceritaan ulang, anekdot, dan eksemplum.” Ia
terpisah dalam struktur teks yang berbeda. Itu sebabnya, teks tipe ini memiliki
struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi, dan
pemecahan masalah.
Tabel 8. Contoh Teks Naratif
Struktur Teks Teks
Judul Lebai Malang
Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup
ditepi sungai di sebuah desa di Sumtra Barat. Pada
suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua
orang kaya dari desa-desa tetangga.
Masalah/Komplikasi Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan
waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang
untung dan rugi dari setiap undangan. Ia berpikir,
kalau ia ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah
akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau.
Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah
tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu
sungai tidak seenak orang hili sungai.
Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan
mendapat hadia seekor kepala kerbau yang dimasak
dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah
tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan
memberi tamunya tambahan kue-kue.
Pemecahan Pak Lebai berpikir keras untuk mendapat semuanya.
Masalah/Resolusi Setelah beberapa saat, dikayuh sampainya menuju
hilir sungai lebih dahulu dari tetangganya. Karena ia
kenal baik dengan tuan rumah itu, ia diterima dengan
baik oleh tuan rumah. Sesaat kemudian, pak Lebai
mulai berakting. Ia tidak bisa berlama-lama
mengahdiri pesta ini karena sesuatu hal. Oleh karena
itu, tuan rumah mengizinkannya. Dan karena sudah
menghadiri pestanya, maka tuan rumah memberikan
hadiah satu kepala kerbau yang dimasak enak.
Setelah pamitan, Pak Lebaipun segera pergi ke pesta
hulu sungai. Ia mengayuh dengan cepat, karena tidak
ingin melambat. Ketika sampai di sana, acara baru di
mulai. Maka legalah hatinya. Setelah selesai pesta,
Pak Lebaipun mendapat dua kepala ekor kerbau dan
ditambah kue-kue.
Sumber: Mahsun (2018)
Seperti halnya, ketiga teks genre cerita yang dipaparkan sebelumnya, piranti
yang berupa pengulangan/repetisi, anaforis, konjungsi penghubungan
antarparagraf: setelah beberapa saat, saat kemudian, oleh karena itu, setelah
pamitan, setelah selesai dan lain-lain dimanfaatkan untuk mengikat keseluruhan
unsur pengisi struktur teks menjadi satu kesatuan.
Perbedaan mendasar teks cerita ulang dengan teks naratif, anekdot, dan
eksemplum, terletak pada sudut pSaudarang dalam melihat peristiwa yang
diceritakan. Teks cerita ulang memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang
wajar atau lazim terjadi, sedangkan teks naratif, anekdot, dan eksemplum
memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang tidak lazim.
4) Teks Normatif
Normatif adalah berpegang teguh pada norma aturan dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku (KBBI, 2018). Jadi pada dasarnya teks normatif adalah
teks yang isinya ditulis berdasarkan sebuah peraturan, norma-norma atau
peraturan yang berlaku, baik di lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan
kenegaraan yang berkaitan dengan hukum atau undang-undang. Teks normatif
biasanya memiliki unsur tentang agama atau nilai kebaikan.Untuk lebih jelasnya,
lihatlah contoh teks normatif di bawah ini.
Tabel 9. Contoh Teks Normatif
Struktur Teks
Teks
Judul Hijabmu Mahkotamu
Rinai hujan yang memusimkan di bulan November seakan
akan awan menangis dan langit pun menyelimuti
Zaman kini telah berbeda, dimana masa yang banyak
dipengaruhi oleh budaya asing. Seolah-olah manusia mudah
terjerumus dengan hal hal yang negatif. Yang tak disangka
malah terjadi, sedangkan yang diharapkan tak terwujudkan.
Berawal dari 2 orang akhwat yang bersahabat bernama
Maidina Fadhila dan Hanifa Salsabila. Maidin (Maidina
Fadhila) mempunyai karakter yang religius, pintar agama, dan
selalu sabar dalam hal apapun. Sedangkan Ifa (Hanifa
Salsabila) sifat nya kalah jauh dari sahabatnya, ia senang
sekali bergaul dengan para ikhwan walaupun yang baru
dikenalnya pun ia sudah bisa langsung akrab dan ia selalu
tebar pesona terhadap para kaum adam tersebut.
Saat di halte, mereka sedang menunggu bus sambil
berbincang- bincang.
“Maidin, kamu lihat gak cowok geng motor yang kulitnya
putih terus pake anting sebelah dan dia sering nongkrong di
kafe moccala itu? dia kece banget Mai” ucap Ifa yang
terpesona.
“Astagfirullah Ifa, istighfar. Ini bulan puasa, jaga
perkataanmu dari yang bukan makhram mu. Dosa!” tegur
Maidin.
“Hmmm iya iya Mai, maaf.”
“Maafnya jangan sama aku, tetapi minta ampun sama Allah”
ucapnya sedikit tegas. Ifa pun terdiam saat ditegur oleh
sahabatnya.
“---------
Keesokan harinya…
Maidin berkunjung ke rumah Ifa.
“Assalamu’alaikum ifa”
“Wa’alaikum salam. Eh Maidin, tumben ke rumahku” dengan
senyum terpaksa
“Hehe iya. Mau silaturahmi aja.” Senyumnya yang sangat
manis.
“Hmmm bilang aja mau ngekritik aku lagi.” Tak tahu kenapa
ada penyakit hati yang di dalam diri Ifa sampai ia bergumam
seperti itu di dalam hatinya.
“Maidin, kita ke mall yuk. Di sana banyak barang yang lagi
promo loh!” ajak Ifa.
“Maaf ya Ifa, aku gak bisa. Lebih baik kamu ikut aku ke
pengajian aja. Daripada ke mall gak ada faedahnya, udah gak
dapat pahala, ngabis ngabisin duit lagi. Lagian barang
barangmu di rumah kan masih banyak yang bagus.” Maidin
menolak ajakan Ifa dan ia balik mengajak nya ke tempat
pengajian, karena di bulan Ramadhan ini Maidin tidak ingin
menyia nyiakan waktunya untuk berfoya-foya.
“Hmm ya sudah kalau gitu, aku mau pergi ke mall bareng
Fauzi aja.” Ifa tetap menolak ajakan Maidin dan ia malah
hendak kencan dengan seorang ikhwan lain.
“Astagfirullah. Fauzi? Siapa lagi itu Fa?” Maidin langsung
menyentuh dadanya karena terkejut sahabatnya akan
berpergian berdua dengan yang bukan makhramnya.
“Dia hanya teman aku kok. Udah kamu tenang aja aku bakal
aman sama dia” Ifa merangkul bahu Maidin.
“Ya Allah, Ifa mengumbar ngumbar auratnya sehingga tidak
memakai hijabnya dan ia hendak berkencan dengan seorang
ikhwan yang bukan makhramnya. Ampuni sahabatku ya
Allah.” Maidin merintih dalam hati.
“Ya udah Fa, aku berangkat ke pengajian dulu ya.
Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
-----------------------------------
Dikeramaian orang- orang pada isak tangis.
“Aku kenapa?” Ifa kebingungan.
“Bu, ibu. Ifa kenapa bu? Kok tubuh Ifa di tidurkan di depan
banyak orang? Dan kenapa tubuh Ifa ditutupi kain kafan?” Ifa
semakin panik. Jelas ibunya tak menjawab karena ibunya tak
bisa melihat rohnya tersebut.
Selang beberapa waktu kemudian, lalu Maidin datang untuk
ke rumah Ifa. “Nah itu Maidin, pasti dia bisa melihat aku.”
Meyakini dirinya dan sambil menghampiri Maidin.
“Maidin, kamu kenapa menangis? Kamu bisa melihat aku
kan?” Ifa terus menanyakan Maidin, sedangkan Maidin pun
tak heran heran karena ia juga tak bisa melihat rohnya Maidin.
“Kenapa semua orang tak bisa melihatku? Apa aku sudah
benar benar mati?” Ifa bersedih meratapinya.
Tak sengaja, Ifa melihat sebuah bak mandi yang berisikan
rambut panjang yang bersemir pirang di kamarnya.
“Ini rambut siapa? Seperti rambutku, tapi kenapa bau sekali
dan rontok begini?” Ifa terheran.
Lalu, ia pun bercermin untuk melihat keadaannya.
“Masya Allah, mana rambutku? Dan kenapa kepalaku
menjadi botak bahkan tak ada satupun sehelai rambut yang
ada di kepalaku?” Ifa menangis dan terlihat sangat syokh.
“Sudah Ifa untuk apa kamu menangisinya. Semuanya sudah
berlalu, kamu gak akan kembali hidup di bumi lagi. Ayo Ifa
sudah saatnya kamu akan dipilihkan ke pintu neraka atau
surga.” Ucap seorang bidadari kanan yang terdengar di telinga
kanannya. Saat hendak menaiki tangga, Ifa masih bingung
jalur manakah yang akan ia lalui. Apakah surga atau neraka?
Jika ia memilih jalur kiri maka masuklah ia ke dalam neraka.
Tetapi jika ia memilih jalur kanan maka masuklah ia ke dalam
surga atas izin Allah swt.
Roh ifa sudah mulai memilih jalur kanan dan ia pun
melangkah tangga surga itu.
Lalu, saat hampir ke tangga surga yang ke 7, ia pun ternyata
ditolak untuk memasuki surga atau menghuninya.
Mengapa? Padahal ia selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan
ibadah sunah lainnya sering ia kerjakan. Tetapi dia ditolak
untuk menghuni surga.
Jawabannya yaitu walaupun Ifa selalu mengerjakan shalat 5
waktu dan mengerjakan ibadah sunah lainnya tetapi pada saat
di bumi apakah ia menutupi seluruh auratnya?
itulah sebabnya Ifa ditolak untuk menghuni surga.
Lalu, roh Ifa pun memilih tangga neraka karena roh tidak
bakal bisa mengelak atau membohongi walaupun Ifa
memaksa hendak masuk ke surga tetapi mau bagaimana lagi
jika rohnya tetap berjalan sendiri tanpa diperintahkan kembali.
“Panas… panas…” teriakan Ifa.
“Astagifirullahaladzim” Ifa terbangun dari mimpinya.
Ifa pun menangis saat ia mendapati mimpi seperti itu.
“Ya Allah, hamba sadar. Ini sudah teguran bagiku. Maafkan
hamba ya Allah” Ifa menyadari kesalahannya.
Setelah Ifa mendapat mimpi itu, Ifa mulai berhijrah dengan
bertaubat untuk berjanji akan menutup auratnya serta menjaga
pSaudarangannya dari yang bukan makhram.
Ini adalah gambaran untuk kaum hawa agar senantiasa
menutupi auratnya. Patuhilah perintah Allah dengan anjuran
menutup aurat khususnya yang sudah baligh.
Seperti halnya terdapat pada hadits Rasulullah SAW: “Tidak
diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar
(jilbab). (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)”
Maka dari itu, berhijrahlah dari sekarang. Sebab untuk apa
kita menunda berhijrah sedangkan kita tak tahu kapan ajal
menjemput.
Sumber: Cerita Karya Sania Herawati
Teks cerita yang berjudul “Hijabmu Mahkotamu” merupakan teks cerita yang
berkaitan dengan norma keagamaan. Dalam norma keagamaan termasuk agama
islam, betapa penting dan wajibnya seorang perempuan menggunakan hijab di
dalam kehidupannya.
a) Kalimat aditif
Kalimat aditif adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat
pernyataan, berupa kalimat lengkap atau tidak.
Contoh:
(1) Sedangkan bulan Mei, terang hujan tidak ada.
(2) Hanya belum punya anak.
b) Kalimat responsif
Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang bersabung pada kalimat
pertanyaan, berupa kalimat lengkap atau tidak.
Contoh:
(1) Ya!
(2) Tadi malam!
c) Kalimat interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat yang dapat terikat atau tidak.
Contoh:
(1) Wah ini baru namanya penampilan!
(2) Semoga Allah memberikan petunjuk!
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya,
kalimat dibedakan menjadi kalimat inti dan kalimat noninti.
b) Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap,
bersifat deklaratif, aktif, netral, atau firmatif.Biasanya disebut kalimat dasar.
Contoh:
(1) FN + FV : Bapak datang
(2) FN + FV + FN : Ibu membeli sayur
(3) FN + FN : Ayah guru.
c) Kalimat Noninti
Kalimat ini dapat diubah menjadi kaliat noninti dengan berbagai proses
transforasi; pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, pelepasan,
dan penembahan.
Contoh:
(1) Buku dibaca oleh Alya.
(2) Alya tidak membaca buku.
(3) Apakah Alya membaca buku?
Berdasarkan jenis klausa, kalimat dibedakan atas kalimat verbal dan kalimat
nonverbal.
a) Kalimat verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal.
Contoh:
(1) Alya menulis surat,
(2) Ibu bertamu ke rumah bibi.
(3) Surat ditulis Alya.
b) Kalimat nonverbal
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai
kontituen dasarnya.
Contoh:
(1) Nenekku pensiunan guru.
(2) Mereka di kamar depan.
(3) Ibu guru cantik sekali.
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragrap, kalimat dibedakan atas:
a) Kalimat Bebas
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran
lengkap, atau kalimat yang dapat memulai sebuahparagrap, wacana tanpa
konteks lain yang memberi penjelasan.
b) Kalimat Terikat
Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
lengkap.
Contoh:
Sekarang di Riau sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun
sangat sukar diperoleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung
selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa
terubuk yang spesifik itu akan punah (4).
Kalimat (1) pada teks di atas adalah contoh kalimat bebas. Tanpa harus diikuti
kalimat (2), (3), dan (4), kaliat sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang bisa
dipahami. Sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) adalah kalimat terikat. Ketiga
kalimat itu secara sendiri-sendiri tidak dapat dipahami, sehingga tidak dapat
berdiri sendiri sebagai sebuah ujaran.
2) Paragraf
Paragraf dapat diartikan sebagai satuan gagasan di dalam bagian suatu
wacana, yang dibentuk oleh kalimat-kalimat yang saling berhubungan dalam
mengusung satu kesatuan pokok pembahasan.Dengan demikian, paragraf
merupakan satuan bahasa yang lebih besar daripada kalimat.Namun, paragraf juga
masih merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yaitu wacana.Sebuah wacana
umunya dibentuk lebih dari satu paragraf. (Kosasih & Hermawan, 2012)
Secara umum, paragraf dibentuk oleh unsur gagasan pokok dan beberapa
gagasan penjelas.Selain itu, ada unsur yang disebut kalimat utama dan kalimat
penjelas. Hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas sering kali memerluka
kehadiran unsur lain yang berupa kata penghubung atau konjungsi. Berikut
disajikan diagram unsur-unsur paragraf.
Unsur-unsur
paragraf
Kalimat penjelas
Kalimat utama
Contoh:
Pak Amat mengidap kanker paru-paru. Oleh sebab itu, ia banyak merokok.
Cuplikan tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat. Namun demikian,
hubungan tersebut tidak logis. Ketidaklogisan tersebut terletak pada penggunaan
konjungsi sebab itu, yang berarti kanker merupakan penyebab seseorang banyak
merokok. Padahal justru sebaliknya: banyak merokok dapat menyebabkan kanker.
2) Kesatuan paragraf
Kesatuan paragraf adalah bagian karangan yang terdiri dari beberapa kalimat yang
berkaitan secara utuh, padu, dan membentuk satu kesatuan pikiran.
3) Kelengkapan
Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap seperti
gagasan pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas.
Berdasarkan tabel kompetensi dasar (KD) 4.1 sekolah dasar, dapat diketahui
bahwa materi inti kompetensi dasar (KD) tersebut adalah teks deskriptif.
Sementara kompetensi yang diukur adalah mengamati dan menirukan.
Tabel 16. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Ragam Teks dan Materi Inti
Kompetensi Yang
KD
Materi Inti Diukur
4.1 Mengamati dan 1.Teks deskriptif Mengamati dan
menirukan teks tentang anggota menirukan
deskriptif tentang tubuh dan panca
anggota tubuh dan indra.
pancaindra, wujud dan 2. Teks deskriptif
sifat benda, serta tentang wujud dan
peristiwa siang dan sifat benda.
malam secara mandiri 3. Teks deskriptif
dalam bahasa Indonesia tentang peristiwa
lisan dan tulis yang siang dan malam.
dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah
untuk membantu
penyajian
KD : KD:
3.1. Mencermati gagasan pokok dan 4.1 Menata informasi yang didapat
gagasan pendukung yang diperoleh dari teks berdasarkan keterhubung
dari teks lisan, tulis, atau visual an antargagasan ke dalam kerangka
tulisan
IPK Pendukung IPK Pendukung
3.1.1 Menentukan kalimat utama 4.1.1 Menyajikan informasi yang
dari teks tulis. didapat dari teks berdasarkan
3.1.2 Menentukan kalimat utama keterhubungan antargagasan
dari teks visual. dalam bentuk peta pikiran
Contoh:
Strategi : PORPE (predict, organize, rehearse, practice, evaluate)
Kegiatan Alokasi
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
1. Guru mengucapkan salam
2. Mengajak semua siswa berdo’a menurut 15
agama dan keyakinan masing-masing, menit
dengan dipimpin oleh salah satu siswa.
3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Guru melakukan apersepsi (menanyakan
tentang materi pelajaran yang telah
Kegiatan dipelajari pada pertemuan sebelumnya).
pembuka 5. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai .
6. Menjelaskan manfaat dan langkah-langkah
pembelajaran.
7. Guru memberi motivasi belajar peserta
didik secara kontekstual sesuai manfaat
dan aplikasi materi ajar dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang
jumlah anggotanya 2-3 orang. 150
Kegiatan Inti 9. Setiap siswa dalam kelompok mendapat
lembar kerja siswa. menit
10. Setiap siswa mendapatkan teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam yang ada dalam LKS.
11. Siswa mengamati penjelasan guru
mengenai strategi dan petunjuk dalam
kegiatan membaca dan mengisi lembar
kerja siswa (LKS).
12. Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan
petunjuk yang telah disampaikan guru.
Predict (10 menit)
13. Siswa membaca sekilas teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam.
14. Siswa menyusun prediksi dari teks
deskriptif tentang anggota tubuh dan
pancaindra, wujud dan sifat benda, serta
peristiwa siang dan malam dengan cara
menyusun 3 pertanyaan yang berkaitan
dengan isi teks.
Organize (30 menit)
15. Siswa membaca kembali teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam dengan teliti.
16. Siswa menuliskan ide pokok tiap paragraf
pada bagan peta konsep yang telah
disediakan pada lembar kerja siswa.
17. Siswa menuliskan simpulan dari teks yang
telah dibaca.
Rehearse (10 menit)
18. Siswa membaca secara berulang atau
menghafalkan ide pokok yang telah ditulis
pada peta konsep.
Practice (25 Menit)
19. Siswa menjawab pertanyaan prediksi yang
telah dibuat pada tahap predict.
20. Siswa menceritakan kembali isi teks yang
telah dibaca dengan cara menuliskannya
pada lembar kerja siswa .
Evaluate (5 menit)
21. Siswa menukar hasil karyanya dengan
pasangannya.
22. Siswa dengan pasangannya mengevaluasi
hasil kerja dengan menggunakan panduan
checklist yang diberikan oleh guru.
23. Siswa membuat 3 pertanyaan untuk
wawancara mengenai teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam pada lembar kerja siswa.
24. Siswa melakukan kegiatan wawancara
dengan pasangannya.
25. Siswa menuliskan laporan hasil wawancara
pada lembar yang telah disediakan.
26. Siswa mengkomunikasikan hasil kerjanya
mengenai laporan mewawancarai teman.
27. Guru memberikan apresiasi dan penguatan
terhadap hasil kerja siswa.
28. Siswa bersama guru melakukan tanya
jawab mengenai teks deskriptif tentang
anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan
sifat benda, serta peristiwa siang dan
malam.
29. Siswa mengamati lingkungan sekitar dan
melakukan tanya jawab mengenai anggota
tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat
benda, serta peristiwa siang dan malam.
30. Siswa mencari informasi tambahan yang
dibutuhkan mengenai anggota tubuh dan
pancaindra, wujud dan sifat benda, serta
peristiwa siang dan malam dalam teks yang
terdapat dalam LKS.
31. Siswa menuliskan 3 contoh anggota tubuh
dan pancaindra, wujud dan sifat benda,
serta peristiwa siang dan malam dalam
kehidupan sehari-hari.
32. Guru memberikan apresiasi dan penguatan
mengenai perubahan energi yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan 33. Siswa bersama guru melakukan refleksi 45
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
Penutup
dilaksanakan. menit
34. Siswa dibimbing oleh guru menyimpulkan
pembelajaran.
35. Guru memberikan simpulan akhir
pembelajaran.
36. Siswa diberikan lembar evaluasi individu.
37. Guru memberikan tindak lanjut .
38. Guru menyampaikan inti pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya .
39. Mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran.
40. Guru mengucapkan salam penutup.
g. Penilaian
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik, dan
jurnal. Instrument yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatn pendidik.
Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan menilai kompetensi
pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrument tes tulis berupa
soal pilihan gSaudara, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian. Instrument uraian dilengkapi pedoman penskoran. Instrument tes lisan
berupa daftar pertanyaan. Instrument penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau
proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas. Penilaian pengetahuan dalam pembelajaran teks fiksi perlu diintegrasikan
dengan keterampilan berbahasa sehingga tidak teoretis (Tri Priyatni, 2019).
Contoh/ ilustrasi dalam pembelajaran mendongeng atau bercerita untuk
pengembangan bahasa lisan siswa, maka penilaian harus diintegrasikan dengan
penilaian menyimak, membaca dan menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Sergu dalam Jabatan. (2017). Buku Suplemen Pendidikan dan Latihan PLPG.
Bandung: UPI
Ulfa, N. (2018). Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Bahasa Makasar melalui
Media Gambar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bajeng Barat Kabupaten
Gowa. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia dari:
http://eprints.unm.ac.id/10387/1/ARTIKEL%20NURUL%20ULFA.pdf