A. Kompetensi Inti
Tujuan pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi
yang terdiri atas (1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3) kompetensi
pengetahuan pengetahuan, dan (4) kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap
spiritual, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap
sosial, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”, dicapai melalui pembelajaran tidak
langsung (indirect teaching), yakni keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan digunakan sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan
dan mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Penutup (5 menit)
12. Guru mengukuhkan temuan siswa yang benar dan menyimpulkankan rumusan
secara bersama-sama dengan siswa.
13. Guru beserta peserta didik merefleksikan pembelajaran mengenai struktur dan
kebahasaan teks anekdot.
14. Guru memberikan tugas tersetruktur untuk memantapkan pemahaman dengan
menemukan teks anekdot dari berbagai sumber sesuai konsep.
15. Salah seorang peserta didik memimpin pengucapan hamdallah untuk mengakhiri
pembelajaran.
E. PENILAIAN
Bentuk Tes : Esai
Contoh Instrumen
Bacalah teks anekdot berikut!
Seorang bocah bertanya kepada ayahnya, “Ayah, dapatkah Ayah jelaskan apa itu
politik?”
Ayah: “Nak, Ayah akan jelaskan agar kamu mudah mengerti. Ayah adalah
pencari nafkah bagi keluarga. Ayah bisa disebut kapitalisme. Ibu adalah pengatur
keuangan. Ibumu boleh kamu sebut pemerintah. Ayah dan Ibu memenuhi
kebutuhanmu. Kamu adalah rakyat. Bibi, pembantu kita, dinamakan buruh. Adikmu
yang masih bayi, kita sebut masa depan.”
Setelah selesai berbicara dengan ayahnya, anak itu masuk kamarnya untuk tidur.
Tengah malam ia mendengar adiknya menangis. Ia bangun dan memeriksa.
Adiknya basah kuyup dan kotro karena ompol dan buang air besar. Anak itu pergi
ke kamar orang tuanya. Ia melihat ibunya sedang tertidur pulas. Tak ingin
membangunkan ibunya, ia pergi ke kamar pembantu. Kamar pembantu terkunci.
Tetapi di balik pintu, ia bisa mendengar suara ayahnya bersama pembantu. Ia sangat
marah, tetapi langsung kembali ke kamarnya.
Keesokan harinya, anak itu berkata kepada ayahnya.
“Kurasa sekarang aku mengerti apa itu politik.”
“Bagus, Nak, ceritakan kepadaku apa pendapatmu tentang politik?”
“Saat kapitalisme memanfaatkan buruh, pemerintah tertidur, rakyat
hanya bisa menonton dan bingung mendapati masa depan berada dalam
kesulitan besar.”
Instruksi
Kerjakan latihan berikut dengan teman sebelah mu. Tulislah jawaban latihanmu pada kertas
yang diberikan guru!
Kunci Jawaban
A. Kunci jawaban nomor 1
Kriteria Penilaian
No Deskripsi Skor Skor
maksimal
1 Identifikasi struktur teks lengkap dan tepat. 60 60
Identifikasi struktur teks sebagian besar tepat. 50
Identifikasi struktur teks separohnya tepat. 30
Identifikasi struktur teks hanya sebagian kecil tepat 20
2 Jawaban tepat alasan tepat 40 40
Jawaban tepat alasan kurang tepat 30
Jawaban dan alasan tidak tepat 20
Skor akhir diperoleh dari akumulasi skor. Sehingga skor maksimal adalah 100.
F. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin
menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin
mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua
minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa
yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan
menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke
sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada
keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka
sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian Si Keledai mulai
membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman
terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi
bukunya.
“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya,” kata Nasrudin. Timur
Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah
kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku.
Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman
untuk bisa makan biji-biji itu, kalau tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik
halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman
buku itu.”
“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin
menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa
mengerti isinya. ”Jadi kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita
sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius. Sumber: http://blogger-
Teks Anekdot 2
Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id
Teks Anekdot 3
Bacalah teks anekdot berikut!
Seorang bocah bertanya kepada ayahnya, “Ayah, dapatkah Ayah jelaskan apa itu
politik?”
Ayah: “Nak, Ayah akan jelaskan agar kamu mudah mengerti. Ayah adalah pencari
nafkah bagi keluarga. Ayah bisa disebut kapitalisme. Ibu adalah pengatur keuangan.
Ibumu boleh kamu sebut pemerintah. Ayah dan Ibu memenuhi kebutuhanmu. Kamu
adalah rakyat. Bibi, pembantu kita, dinamakan buruh. Adikmu yang masih bayi, kita sebut
masa depan.”
Setelah selesai berbicara dengan ayahnya, anak itu masuk kamarnya untuk tidur.
Tengah malam ia mendengar adiknya menangis. Ia bangun dan memeriksa. Adiknya
basah kuyup dan kotor karena ompol dan buang air besar. Anak itu pergi ke kamar orang
tuanya. Ia melihat ibunya sedang tertidur pulas. Tak ingin membangunkan ibunya, ia pergi
ke kamar pembantu. Kamar pembantu terkunci. Tetapi di balik pintu, ia bisa mendengar
suara ayahnya bersama pembantu. Ia sangat marah, tetapi langsung kembali ke kamarnya.
Keesokan harinya, anak itu berkata kepada ayahnya.
“Kurasa sekarang aku mengerti apa itu politik.”
“Bagus, Nak, ceritakan kepadaku apa pendapatmu tentang politik?”
“Saat kapitalisme memanfaatkan buruh, pemerintah tertidur, rakyat hanya bisa
menonton dan bingung mendapati masa depan berada dalam kesulitan besar.”
Instruksi
Kerjakan latihan berikut dengan teman sebelah mu. Tulislah jawaban latihanmu pada kertas
yang diberikan guru!
2. Muncul masalah
3 Konflik memuncak
4 Ketegangan
5 Penyelesaian
Selanjutnya
Menganalisis Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot
memiliki struktur abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi ^ koda.
a) Abstrak merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang
isi suatu teks.
b) Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau
peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
c) Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis
itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
d) Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang
dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
e) Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya
dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang
dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya,
demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional.
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas yaitu:
a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu,
b) menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban,
c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu seperti
kemudian, lalu, dan sebagainya,
d) menggunakan kata kerja seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya;
e) menggunakan kalimat perintah; contohnya : makanlah, pergilah, dan lain sebagainya,
f) menggunakan kalimat seru/ajakan
g) Menggunakan kata penghubung atau kongjungsi, contohnya : setelah itu, kemudian, lalu,dan lain
sebagainya.
h) Mengandung majas sindiran
Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog, penggunaan kalimat
langsung sangat dominan. Kutipan anekdot di atas digunakan kalimat langsung yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
a) Diawali dan dakhiri dengan tanda petik ( “ ....”)
b) Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
c) Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
Teman-teman tolong munculkan pertanyaan ini ya.... secara bergantian agar kelas kita tidak monoton
5. Koda; koda tidak ada pada teks ini karena koda itu opsional (pilihan).