XI
MODUL AJAR BAHASA
INDONESIA
Yory Sumule,S.Pd.
SMA Negeri 1 Manokwari
KELAS XI
MODUL AJAR
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Yory Sumule, S.Pd.
Instansi : SMA NEGERI 1 MANOKWARI
Tahun Penyusunan : Tahun 2023
Jenjang Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Fase F, Kelas / Semester : XI (Sebelas) / I (Ganjil)
Bab 3 : Menggali Nilai Sejarah Bangsa lewat Cerita
Pendek
Elemen : Berbicara dan Mempresentasikan
Sumber Belajar
Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Sastra Indonesia XI, Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Pusat Perbukuan dan Website sebagai sumber informasi
Media Pembelajaran
a. Slide Power Point
b. LKPD
Alat
a. Proyektor
b. Spidol
c. Laptop
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
2) Mandiri,
3) Bernalar kritis,
4) Kreatif,
6) Berkebinekaan global.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Menggali pengalaman peserta didik dalam membaca cerpen yang pernah mereka
lakukan. Tanyakan salah satu judul serta ringkasan ceritanya. Guru bisa
melanjutkan pertanyaan kepada peserta didik apa kira-kira perbedaan antara cerpen
dan novel.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Pernahkah kalian membaca cerpen? kalau pernah apa judulnya dan kira-kira
bagaimana isi ceritanya?
Pernahkah kalian membaca sebuah cerpen atau novel dan tidak mengerti apa jalan
cerita dari cerpen atau novel tersebut? Jika pernah apa judul cerpen atau novel
tersebut? Kira-kira apa alasan sehingga kalian tidak mengerti isi dari cerpen atau
novel tersebut?
Pernahkah kalian membaca cerpen, novel, atau bahkan menonton film dengan tema
sejarah? Kalau pernah apa judul karya tersebut dan kira-kira latar belakang
sejarahnya peristiwa apa?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
F. ASESMEN / PENILAIAN
Penilaian
1. Penilaian Sikap
1. Prosedur : Selama proses dan di luar proses pembelajaran
2. Jenis : Non tes
3. Bentuk : Lembar Observasi
2. Penilaian Pengetahuan
1. Prosedur : Akhir Pembelajaran
2. Jenis : Tes
3. Bentuk : Uraian Singkat
3. Penilaian Keterampilan
1. Prosedur : Hasil
2. Jenis : Non Tes
Bentuk : Unjuk Kerja
Kegiatan Pengayaan :
Peserta didik dapat memperbanyak membaca cerpen-cerpen yang dimuat di
beberapa media massa, seperti Kompas dan Koran Tempo. Setelah itu, peserta didik
akan membentuk kelompok-kelompok diskusi sastra untuk membahas dan
membedah karya tersebut.
Kegiatan Remedial :
Untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran, guru bisa mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan pemahaman bacaan. Peserta didik akan
menjawab pertanyaan tersebut dan pastikan soal tersebut bisa dijawab oleh peserta
didik kurang lebih 70%. Dengan cara ini guru bisa melihat apakah tujuan
pembelajaran kegiatan 1 bisa tercapai atau tidak.
1. Identifikasilah siapa saja tokoh pada cerpen diatas yang merupakan tokoh
protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh campuran! Berikan bukti dengan
mengambil kutipan dari cerpen tersebut!
Tema utama dari cerpen “Tukang Cukur” adalah tentang manusia yang oportunis
karena dalam cerita tersebut tokoh Tukang Cukur selalu mengikuti kelompok
yang sedang menang. Pertama, dia bergabung PKI kemudian mengkhianatinya
karena PKI kalah melawan TNI (pasukan Siliwangi). Kedua, dia bergabung
dengan TNI (pasukan Siliwangi) walau kemudian TNI mengetahui
keculasannya. Ketiga, dia bergabung dengan Belanda menjadi pasukan KNIL
ketika Belanda berhasil menguasai Yogyakarta. Terakhir, dia menjadi pasukan
NII dan mati terbunuh di bekas pabrik rokok. Tema tambahan dari cerpen
“Tukang Cukur” adalah penggambaran kemiskinan pada zaman itu. Hal ini
seperti tokoh Gito yang makan seadanya dengan pakaian yang tidak pantas
dipakai.
3. Sudut pandang pencerita apa yang digunakan?
Jawaban :
Sudut pandang pencerita yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga,
yaitu sudut pandang dari tokoh Gito.
Guru dan peserta didik mencari berbagai informasi tentang memahami cerpen
dengan latar belakang beberapa peristiwa sejarah di indonesia media atau website
resmi dibawa nauangan kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi.
Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas
XI : Penerbit, Pusat Perbukuan,Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan.
INSTRUMEN PENILAIAN
Penilaian Sikap
No Sikap Kriteria Penilaian Skor Kategori
1 Spiritual Selalu berdoa dan 4 Sangat Baik
mengucapkan salam sepenuh
hati.
Berdoa dan mengucapkan 3 Baik
salam tidak sepenuh hati.
Jarang berdoa dan 2 Cukup Baik
mengucapkan salam.
Tidak berdoa dan 1 Perlu Bimbingan
mengucapkan salam.
2 Disiplin Sangat tepat waktu dalam 4 Sangat Baik
mengikuti pembelajaran.
Tepat waktu dalam mengikuti 3 Baik
pembelajaran.
Cukup tepat waktu dalam 2 Cukup Baik
mengikuti pembelajaran
Sering terlambat dalam 1 Perlu Bimbingan
mengikuti pembelajaran.
3 Bernalar Kritis Sangat kritis dalam 4 Sangat Baik
menentukan pokok-pokok
informasi cerpen.
Kritis dalam menentukan 3 Baik
pokok-pokok informasi cerpen.
Cukup kritis dalam 2 Cukup Baik
menentukan pokok-pokok
informasi cerpen.
Belum kritis dalam 1 Perlu Bimbingan
menentukan pokok-pokok
informasi cerpen.
4 Kreatif Sangat kreatif dalam menyusun 4 Sangat Baik
pokok-pokok informasicerpen.
Kreatif dalam menyusun 3 Baik
pokok-pokok informasi cerpen.
Cukup kreatif dalam menyusun 2 Cukup Baik
pokok-pokok informasi cerpen.
Belum kreatif dalam menyusun 1 Perlu Bimbingan
pokok-pokok informasi cerpen.
5 Bergotong- Sangat kolaboratif dalam 4 Sangat Baik
royong diskusi kelompok.
Kolaboratif dalam diskusi 3 Baik
kelompok.
Cukup kreatif dalam diskusi 2 Cukup Baik
kelompok.
Belum kreatif dalam diskusi 1 Perlu Bimbingan
kelompok.
Keterangan Penskoran:
4 = apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
3 = apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan kadang-
kadang tidak sesuai aspek sikap.
2 = apabila kadang-kadang konsisten menunjukkkan sikap sesuai aspek dan sering
tidak sesuai aspek sikap.
1 = apabila tidak pernah menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
Pedoman penilaian :
Nilai = Skor yang diperoleh × 100
Skor Maksimal
Pedoman penilaian :
Nilai = Skor yang diperoleh × 100
Skor Maksimal
D. GLOSARIUM
aktivitas kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di
dalam perusahaan
analisis penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya)
cerita pendek (cerpen) cerita pendek.; kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi (pada suatu ketika)
refleksi gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban atas suatu hal
atau kegiatan yang datang dari luar.
E. DAFTAR PUSTAKA
Laelasari. 2015. Bahasa Indonesia Berbasis Karakter Bangsa. Bandung : Yrama Widya.
Prihantini, Ainia.2015. Master Bahasa Indonesia Panduan Tata Bahasa Indonesia
Terlengkap. Yogyakarta : B first.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XI
SMA/MA/SMK/MAK. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
https://www.kompasiana.com/funyfebrianti/5a65f48116835f73c7772443/analisis-
intrinsik-dan-ekstrinsik-dalam-cerpen-umi-kalsum-karya-djamil-suherman
diakses 29, Oktober 2023 pukul 17:00
https://berita.99.co/contoh-tema-cerpen/#google_vignette diakses 30, Oktober 2023
pukul 18:30
https://repositori.kemdikbud.go.id/19540/1/Kelas%20XI_Bahasa%20Indonesia_KD
%203.9.pdf diakses 30, Oktober 2023 pukul 18:30
BAHAN AJAR
Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam cerita pendek dan merupakan unsur
pembangun dari dalam cerita. Unsur dari dalam ini merupakan unsur terpenting
terbentuknya sebuah cerita, yang termasuk unsur intrinsik adalah:
1. Tema
Sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang
menjadi
pokok masalah dalam cerita. Menurut Stanton tema adalah makna yang terkandung
dalam
cerita.
2. Teknik dramatik
Teknik dramatik memaparkan tokoh-tokoh cerita seperti dalam drama. Para tokoh
menyatakan diri mereka sendiri melalui kata-kata, tindakan-tindakan atau perbuatan.
Tahapan alur
A. Situation
Tahap penyituasian menggambarkan dan mengenalkan situasi latar dan tokoh cerita
(tahap pembuka cerita)
B. Generating circumstances
Peristiwa dan masalah mulai dimunculkan. Tahap ini mengawali penghadiran
konflik dasar.
C. Rising action
Peristiwa dan masalah semakin mengembangkan konflik.
Terjadi pertentangan, benturan antarkepentingan mulai diperuncing.
D. Climax
Klimaks sebuah cerita rekaan merupakan puncak konflik atau terjadi pertemuan dua
kekuatan yang berlawanan.
E. Denouement
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian. Ada pemecahan masalah. Konflik yang
telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan antarperistiwa
dikendorkan.
Konflik cerita
Konflik cerita merupakan pertemuan dua kekuatan atau dua kubu tokoh yang berlawanan.
Konflik dapat diartikan kumpulan beraneka ragam masalah yang dialami para tokoh
cerita, terutama protagonis dan antagonis.
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri dalam cerita
Contoh :
Seseorang
Seseorang memijit bel,ketika
memijit bel, ketikaaku
aku bersiap
bersiap menikmati
menikmati filmfilm kartun
kartun di TV.diAku
T melirik ke
Akutertutup
pintu yang bangkitdan
meninggalkan
halaman yang Robi
sejukdiketika
depanmatahari
“Kura-Kura
mulaiNinja”.
condong ke barat.
Aku bangkit meninggalkan Robi di depan “Kura-Kura Ninja”.
“Lelaki “
Contoh :
Tak
Tak lama
lama kemudian
kemudian Wak
Wakkatok
katokmenyusul
menyusulaku,
aku,dan kami
dan berberangkat ke tempat
kami
Aku tahuAku
persembunyian. apa tak
yangpernah
terjadi.menanyakan
Wak Katokkepada
kembaliWak
ke pondok danyang
katok apa membunsumur.
terjadi dengan
Sarip. Ini aku ketahui kemudian setelah pemberontakan dikalahkan oleh Be
Aku tahu apa yang terjadi. Wak Katok kembali ke pondok dan membunuh Sarip dan
melempar Sarip ke sumur. Ini aku ketahui kemudian setelah pemberontakan dikalahkan oleh
Belanda. Tetapi, aku tak pernah membicarakannya denga Wak katok. Sejak hari itu hingga
saat ini, barulah kini aku menceritakan hal ini.
persona ketiga terbatas (dia selaku pengamat) terpusat pada satu karakter.
Contoh :
DiDitepi
tepikampuMereka
kampung, tiga terengah-engah, namuantara
orang anak laki-laki mereka payah
sedang bersusah tidak menemukan akal.
mencabut sebatang
“Cari
singkong. sebatang
Namun cungkil”,
ketiganya kataterlampau
masih Rasus kepada
lemah duauntuk
temannya. “Tanpa cengkeraman
mengalahkan cangkul mustahil
akar
kita dapat mencangkul singkong sialan itu.”
ketela yang terpendam dalam tanah kapur. Kering dan membatu. Mereka terengah-engah,
Ronggeng
namun batang singkong itu tetap tegak diDukuh Paruk,
tengahnya. Ahmadhampir
Ketiganya Tohariberputus asa seandainya
salah seorang anak di antara mereka tidak menemukan akal.
“Cari sebatang cungkil”, kata Rasus kepada dua temannya. “Tanpa cangkul mustahil kita
dapat mencangkul singkong sialan itu.”
Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad
6. Gaya bahasa
Teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan
diungkapkan. Sebuah fiksi hadir di hadapan pembaca untuk menawarkan sebuah dunia,
namun hal ini hanya dapat dicapai lewat sarana bahasa.
Majas atau stylleleven dan merupakan “figur of speech” atau sesuatu yang
memberikan bentuk yang khas pada suatu bahasa.
Menurut Slamet Mulyono gaya bahasa didefinisikan dengan “susunan perkataan yang
terjada karena perasaan yang tumbuh atau hidup dalam hati penulis, dan yang sengaja
atau tidak menimbulkan perasaan yang tertentu dalam hati.”
Gaya bahasa dipakai pengarang untuk menarik hati pembaca agar tidak bosan dan selalu
memperoleh kesegaran dalam membaca karya sastra, serta dipakai untuk menghidupkan
dan memberi jiwa pada karya sastra.
7. Amanat
Pesan yang disampaikan pengarang melalui isi cerita.
Amanat dapat disampaikan secara langsung (tertulis) dan melalui dialog antartokoh
(tersirat)
Teknik dramatik
Teknik dramatik tidak menggambarkan karakter tokoh secara langsung
Karakter tokoh digambarkan melalui :
a. Cakapan sang tokoh atau tokoh lain.
Contoh :
Suaminya menatapnya dengan aneh dan mulai berkata,
“Percayalah, Tin, Yang sudah biarlah berlalu.”
Martini jadi meledak.
“Kamu sama sekali tidak jujur. Jangan berpura-pura.
Kesedihan itu sangat tampak oleh mata saya.”
Kembali suaminya merasa heran.
“Ma, saya punya gagasan baru yang cemerlang. Saya pernah melihat lampu
kristal di pasar barang antik, kita bisa membelinya.”
Air mata Martini mengalir deras.
“Tanpa lampu itu . . . ., tanpa lampu itu hidup kita tak berarti kan?”