Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Silvia Soekirman Hor Ver PDF
Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Silvia Soekirman Hor Ver PDF
f.'s$
t
r{rrweMEN
i
I
II
HOBIZONTAL
I
'
{ dimana:
ilr
m:massa:Glg 67
l
68 69
ll
tr
UJ
o
Y .t8
Arizor to
N
.t6 Z 1936
IRB 19.1O
Br trnctl
r88c rry\
.t2
(o,,,.t.
I
,o.
",,
vc Dcsign \s;:
Mcycr
Gambar 4.1. Gaya sentrifugalpah lengkung horizontal.
.to
^na
ig+o /
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal tersebut dapat Storu A Noblc
berasal dari :
.o8
il
40 60 70
. gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan
kecepatad km/jam
permukaan jalan.
f , .)
o komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang Gambar 4.2. Korelasi antara kocfisien gcsckan mclintang
maksimum da4 kcccpatan rcncana (TEH'92).
permukaanjalan.
l
'71
?o
akan menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pengemudi
Pada gambar 4.2 yang diambil dari buku "Traffic Engineering
yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan rendah.
Handbook", 1992, 4th EditiorL Institute Of Transportation
keadaan lingkungan, perkotaan (urban) atau luar kota
Engineers, Prentice Hall, Ine. dapat dilihat besarnya koefisien
(rural).
gegekan melintang jalan ymg diperoleh oleh beberapa peneliti.
Perbedaan nilai yang diperoletr untuk satu nihi kecepatan Di dalam kota kendaraan bergerak lebih perlahanJaharq
laeat banyak terdapat persimpangan-persimpangan, rambu-
disebabkan oleh perbedaan kekasaran permukaan jalan, cuaca, dan
kondisi serta jenis ban. Nlai koefisien gesekan nrelintang yang ram.bu lalu lintas yang harus diperhatikan, arus pejalan
dipergunakan untuk perencanaan haruslah merupakan nilai yang kaki, arus lalu lintas yang lebih padat, sehingga sebaiknya
telah mempertimbangkan faktor keamanan pengemudi, sehirgga stiperelerasi maksimum di perkotaan dipilih lebih kecil
daripada di luar kota.
bukanlah merupakannilai rn-raksimum yang terjadi. untuk kecepatan
rendah diperoleh koefisien gesekan melintang yangtinggi dan untuk komposisi jenis kendaraan dari arus laluJintas.
kecepatan tinggi diperoleh koefisien gesekan melintang yang rendatr. Banyaknya tendaraan berat yang bergerak lebih lambat
Untuk perencanaan disarankan mempergunakan nilai koefisien serta adanya kendaraan yang ditarik oleh hewan atau
gesekan melintang maksimum seperti garis lurus pada gambar 4.2. kendaraan tak bermesirL mengakibatkan gerak arus lalu
lintas menjadi tidak menentu. Pada kondisi ini sebaiknya
Gambar 4.3. membdrikan besarnya koefisien gesekan melintang
dipilih zuperelevasi maksimum yang lebih rendah.
maksimum perencanaan untuk satuan SI.
/i
7Z 7:l
Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku f : - 0,00065 Rumus umum lengkung horlzontal
V F 0,192 dan untuk kecepatan rencana antara 80 - ll2 km/jam Gosckan melintang antara ban kendaraan dengan permukaan
berlaku f : - 0,00125 Y + 0,24. jalan bersama-sama dengan komponen berat kendaraan akibat
.adanya
kemiringan melintang lengkung horizontal digunakan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang timbul.
Gaya-gayayang bekerja digambarkan seperti pada gambar 4.4,
Kemiringan melintang prmukaan pada lengkung yaitu gaya sentrifugal F, berat kendaraan G, dan gaya gesekan antara
horizontal (s upeteleuasr) ban dan permukaan jalan Fs.
Komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya
sentrifugal diperoleh dengan membuat kemiringan melintang jalan.
Kemiringan melintang jalan pada lengkung horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna mengimbangi
gaya sentrifugal biasanya disebut superelevasi. Semakin besar GSINJ
superelevasi semakin besar pula komponen berat kendaraan yang F5
diperoleh. d*e cos "c
Superelevasi maksimum yang dapat dipergunakan pada suatu
jalan raya dibatasi oleh beberapa keadaan seperti :
o keadaan cuaca, seperti sering turun hujan, berkabut. Di Crarnbar 4.4. Gayagaya yang b€keria pada l€rxglcung horizmtal.
daerah yang memiliki 4 musim, superelevasi maksimum
yang dipilih dipengaruhi juga oleh sering dan banyaknya Gsincr+Fs-gFcoscr
salju yang turun.
o Jalan yang berada di daerah yang sering turun hujan, r(c cr. 3 rino) gf
berkabut, atau sering turun salju, superelevasi maksimum
G sin cr + cos
* = cos .r
{
maksimum yang dipilih lebih ditentukan dari kesukaran
ll G(e+0: gX (r -e0
yang dialami dalam hal pembuatan dan pelaksanaan dari lr
jalan dengan superelevasi maksimum yang besar. Di | ) ,) e+f V2
samping itu superelevasi maksimum yang terlalu tinggi 1-ef- gR
I
,l
74
7ft
Karena nilai ef itu kecil, maka dapat diabaikan, dengan
demikian diperoleh rumus umum untuk lengkung horizontal sebagai Radtus mlnlmum atau deraJat lengkung
berikut :
makslmum
Dari persaminn etf:Yzllz7R terlihat bahwa besarnya
radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh nilai e dan f serta nilai
s+1={ kecepatan rencana yang ditetapkan. Ini berarti terdapat nilai radius
minimum atau derajat lengkung maksimum untuk nilai superelevasi
maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum. Lengkung
Jika V
dinyatakan dalam kr.djan, g : 9,81 tn/detz, dan R
tersebut dinamakan lengkung tertajam yang dapat direncanakan
dalam m, maka diperoleh :
untuk satu nilai kecepatan rencana yang dipilih pada satu nilai
superelevasi maksimum.
e*f: * ........,(10)
Berdasarkan pertimbangan peningkatan jalan dikemudian hari
sebaiknya dihindarkan merencanakan alinyemen horizontal jalan
Ketajaman lengkung horizontal dinyatakan dengan besarnya
dengan mempergunakan' radius minimum yang menghasilkan
radius dari lengkung tersebut atau dengan besarnya derajat
lengkung tertajam tersebut. Di samping sukar menyesuaikan diri
lengkung.
dengan peningkatan jalan juga menimbulkan rasa tidak nyaman pada
Derajat lengkung adalah besarnya sudut lengkung yang meng- pengemudi yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dad
hasilkan panjang busur 25 m (Gambar 4.5). kecepatan rencana. Harga radius minimum ini sebaiknya hanya
merupakan harga batas sebagai petunjuk dalam memilih radius untuk
Semakin besar R semakin kecil D dan semakin tumoul
perencanaan saja.
lengkung horizontal rencana. Sebaliknya semakin kecil R, semakin
besar D dan semakin tajam lengkung horizontal yang direncanakan. R minimum dapat ditentukan dengan mempergunakan rumus
tersebut dibawah ini :
25m
Ini berarti :
Rmin:im# (12)
O=#x360o
181913,53 (e maks +fmaks)
D_ atau D maks: (13)
(r t)
R dalam m
Tabel 4.1. memberikan nilai R minimum yang dapat
dipergunakan untuk superelevasi maksimum 8%o dan l0olo serta
Gambar 4.5. Korelasi antara derajat lengkung (D) dan radius untuk koefisien gesekan melintang maksimum sehubungan dengan
lengkung (R). nilai kecepatan rencana yang dipilih. Koefisien gesekan melintang
maksimum diperoleh dari gambar 4.3.
j
78
desain flesain
krr/ia* m/m' m m ' (o) t o,iro
/
78 71)
BERoASARKIN
H--, i
RENcAN1 (v)
1ec]eararu
sebagai berikut :
e maks + f maks:
#
Diperoleh R minimum : 1 l5 m (lihat juga tabel 4. l). Ini bearti
o,ro
untuk kecepatan rencana 60 km/jam dan superelevasi maksimum +
I
o
Jadi :
-o,02
V jalan (Vi) diambil = 54 km/jam, jadi pada keadaan lengkung msupun di jalan lurus. Pada jalan-jalan dengan volume rendah
dengan R = Rmin = ll5 m, dan e = emaks = 0,010; f yang pengemudi cenderung memilih kecepatan yang lebih besar di jalan
dibutuhkan merfadi :
lurus atau pada lengkung tumpul dengan radius besar (D kecil), dan
memilih kecepatan lebih rendah di daerah lengkung yang tajam
dengan radius lebih kecil (D besar).
0,10 + f= ## g= elO /
---+
DU&hdr.
Berarti titik A3 menunjukan kondisi dengan e = e maks = 0,10 Pada mulanya gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh
D=Dmals= 12,7t f
gaya gesekan sampai mancapai maksimum (Sdys gedwr
1=elO maksimum). Selar$utnya diimbangi oleh gaya gesekan dan
zuperelevasi. Hal ini menyebabkan dibututrkannya superelevasi yang
mendadak besar jika fmaksimum telatr dicapai, tetapi pada
lengkung-lengkung tumpul tidak dibutuhkan superelevasi.
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :
Pada gambu 4.7a terlihat bahwa pada lengkungJengkung
o R: yang tumpul tidak dibutuhkan superelevasi (e : 0) sampai mencapai
radius 239 m (D = 5,99), maka berdasarkan metoda
pertama dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang
titik Br. Untuk R < dari R pada titik Br dibutuhkan superelevasi
dibutuhkan = (5,99112,78). 0,10 = 0,047.
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang timbul. e di kanan titik Br
Jadi untuk R = 239 m dibutuhkan e = 4,7o/o dan f = 0,072 bertambah mengikuti garis lurus sampai dicapai e maksimum.
(gambar 4.7a dan 4.7b), jika kendaraan bergerak dengan
Pada gambar 4.7b terlihat batrwa pada mulanya f berbanding
:
kecepatan rencana dan e 4,7o/o dan f = 0,049 (gambar
lurus dengan derajat lengkung sampai mencapai nilai f maksimum
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan f
(titik B,), setelah itu sampai mencapai nilai D maksimum f tetap =
jalan.
maksimum.
o radius R : 143 m (D = l0o), maka berdasarkan metoda Titik Br dan B, diperoleh dengan mempergunakan rumus :
jalan.
fma*s:0,153,e:0
(60)'
Metoda pertama ini logrs dan sederhana, tetapi sangat R:ffi=185'27m
n-
tergantung dari kemampuan pengemudi dalam mempertahankan
kecepatan yang konstan baik di tikungan tajam, tidak begitu tajam, D:7,73"
82 8g
Berarti dari D : 0' sampai D : 7,73o superelevasi e : 0 dan f Untuk jalan-jalan di perkotaan dimana kecepatan rata-rata
berubah dari f = 0 sampai f : frnaks, dan dari D:7,73" sampai D = lebih rendah, dan pefnbuatan superelevasi dibatasi oleh kondisi
12,7V, f : f maks dan e berubah daxi e : 0 sampai e = e maksimum. lingkungan, maka metoda kedua ini baik untuk dipergunakan.
Iika kendaraan bergerak dengan kecepatan jalan rata-rata yang lebih
kecil dari kecepatan rencana (V jalan = 54 kmflam),
rmaka akan Metda keWp
diperoleh letal( titik Br /
Pada mulanya gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh
komponen berat kendaraan akibat superelevasi sampai mencapai
Berarti:
nilai maksimum. Setelah nilai maksimum tercapai, gaya sentrifugal
Bl ,rnenunjukkankondisi e=0; D=7,730 tersebut baru diimbangi bersama-sama dengan gaya gesekan. Hal ini
82 ,menunjukkan kondisi f = f maks:0,153; D: D.*" = 7,730 f
menuntut yang mendadak besar setelah e maks tercapai dan
B3 ,menunjukkan kondisi f :0,124,; D = 7,730 sebaliknya tidak membutuhkan fpada tikungan-tikungan yang
84,rnenunjukkan kondisi f = f maks = 0,153; D: 9,530 kurang tajam.
B5 ,menunjukkan kondisif : f maks:0,153; D: Dmaks :12,780 e berubah dari e : 0 sampai e : emaksimum (titik Cr) dan
selanjutnya tetap : e maks sampai dicapai Dmaksimum. Dengan
demikian f : 0 selama lengkung terletak dikiri titik Cz dan kemudian
bertambah dari f : 0 sampai f : f maksimum.
filo direncanakan lengkung horizontal dengan :
Titik Cr dan C, pada gambar 4.7a dan 4.7b diperoleh dengan
. radius R:239 m @: 5,S), maka berdasarkan metda mempergunakan rumus :
Cz manunjukan kondisi f =0
D = 3,05"
Dletda keqpt
Metoda keempat rnengurangi kelemahan-kelemahan dari
Cr menunjukan kondisi I = - Q0l9
metoda ketiga. Prinsipnya sama, tetapi berdasarkan kecepatan jalan
D= 5,05o
rata-ratasehingga tidak menimbulkan koefisien gesek negatip.
Untuk contoh durg;an V rencana:60 km/jam:
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :
o radius R = 239 m (D = 5,99'), maka berdasarkan metoda Vjalan rata-rata :54 km/jam ( diambil *.9ff/oV rencura)
ketiga dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang f :0
dibutuhkan = l$/o.
.
ema[s:
V2 ialan rata-rata
Jadi untuk R:239 m dibutuhkan e = l0% dan f = 0,019
(gambar 4.7a dan 4.7b\. jika kendaraan bergerak dengan -lrE-
542
kecepatan rencana, dan e = l0%o dan f = -0,004 (gambar l
0,10:
127 R
4.7a dan 4.7c), jika kendaraan bergerak pada kecepatan
jdan. i
R:229,61 m t D:6,24o
o radius R : 143 m (D :
10"), maka berdasarkan metoda I
Jika kendaraan bergerak dengan kecepatan rencana, maka
ketiga dari gambar 4.7a diperoleh superelevasi yang I
Dr menunjukan kondisi e
: e maks = 0, l0 ,=S#@=Y
D: 6,24'
D2 menunjukan kondisi f : 0,024 Dimana K: konstanta: 181913,53
D = 6,24o
D3 menunjukan kondisi e : e maks = 0,10 /
Pada gambw 4.7 dan 4.8 dapat dilihat bahwa untuk metoda
f =0 keempat:
D= 6,24o Untuk titik Dz berlakuD : K (e.* + h)/V2
Untuk titik D berlaku D = K (e,*)A/i'
Jika direncanakan lengkung horizontal dengan :
dimana:
o radius R: 239 m (D = 5,99o), maka berdasarkan metoda V: kecepatan rencanajalan
yang
keempat dari gambat 4'7a diperoleh superelevasi
: (5,9916,24). 0,10 = 0,096. Vi: kecepatan jalan rata-rata
dibutuhkan
D pada titik D: Dp, dan pada titik Dr : Dp, sehingga :
JadiuntukR=23gmdiburuhkane=9,6Yodanf:0'023
(garnbar4.7adan4.7b\,jikakendaraanbergerakdengan K(e rrr"f") _ K(o,r"h+h)
:
kecepatan rencana' dan e = 9,6Yo dan f 0 (ganrbar
4'7t vj2 v2
dan4'7c),jikakardaraanbergerakpadakecepatanjalan.
oradiusR:143m(D:10),makaberdasarkanmetoda maka:
keempatduigambu4.Tadiperolehsuperelevasiyang h = emrb (V2A/j2) - e,.r"
dibutuhkan = l@/o.
tgcrr : h/Dp, merupakan kelandaian garis di sebelah kiri titik Dz
JadiuntukR=l43mdibutuhkane:|ff/odanf=0'09E tgaz -- (f,,"k" - h) / (D",rr" - Dp), merupakan kelandaian garis di
(gambar4.7adan4.7b).jikakendaraarrbergerakdengan sebelah kanan titik Dz.
kecepatanrencana,dane:lOo/odanf=0'061(gambar
4.7adan4.7c';,jikakendaraanbergerakpadakecepatan Ordinat dari Mo pada lengkung gambar 4.8b yang merupakan
jalan. tengah-tengah antara metoda pertama dan keempat. besarnya
adalah.
Mo=ry#t-"''
Metda keltma
Metoda kelima merupakan metoda antara metoda pertama dan dimana:
keempatyangdiperlihatkansebagaigarislengkungparabola.tidak a: Dp
simetris. Bentuk parabola ini berlaku
jika dipergunakan kecepatan
ini paling umum b=Dmaks-Dp
rencana maupun kecepatan jalan rata-rata. Metoda
dipergunakan, dan tndonesia juga mempergunakannya' a*b:Dmaks
E8
8e
D<Dp
r, = Mo(#)'*, tg o I I
BERDASARKAN KEc eeararu nelco*alrvr
t
I
D>Dp
Dp :6,24" eD3e rb iz 14
--------+ D
h = 0,024 BERDASARKAN KECEPATAN JAUAN (Vi)
frm*r = 0,153
Garnbar 4.8. Penurunan persamaan lengkung parabola untuk
fln& = 12,7t" metoda kelima (contoh keccpatan rencana 60 km/jam
tgal = 9,92416\4: O,OO385 dan e.*. : l0%o).
90 0t
tgu2 : (0,153 - O,O24rl(12,78 - 6,24)'- 0,01972 Iabcl 4.2. l'crb;urdrngan nilai c dan f untuk kc[ma mctoda
pendistrrbusran o dan D (scsuai contoh yang
Mo :6,24. (12,78 - 6,24N0,01972 - 0,00385)(12,78)(2)
drpihh).
Mo :0,02535
Untnk D = 5,99o -+ fr = 0,02534 (5,9916,24f + 0,00385 .5,W 143 10,00 0,078 0.120 0,045 0,153 0,100 0.098 0,100 0,098 0.095 0"103
= 0,046
239 5,99 o.M7 0,072 0,000 0,1l9 0,100 0,019 0,096 0,023 0.072 0,046
et= 0,O72
kendaraan bergerak di sebelah kiri, maka pada bentuk kemiringan kccepatan rencana dan satu nilai superelwasi maksimum.
normal kendaraan tersebut telah mempunyai superelevasi sebesar q,. IJ Gambar distribusi antara f dan D adalah gambar yang
Tetapi jika kendaraan membelok ke kanan, en memberikan menunjukan . besarnya koefisien gesekan melintang yang
superelevasi negatif. Hal tersebut masih dapat dipertahankan pada dibutirhkan untuk setiap derajat lengkung (atau radius ) yang
lengkungJengkung tumpul. Berarti terdapat harga batasan R dimana .d&ilih pada satu kecepatan rencana dan satu nilai superelevasi
bentuk kemiringan normal masih dapat dipertahankanlatau batasan R maksimum.
dimana bentuk superelevasi penuh mulai dibutuhkan.
D Kemiringan melintang normal pada jalan lurus dibutuhkan untuk
kebutuhan drainase jalan..
[} Terdppat bqtasan dimaga pada suatu lengkung horizontal
RexcKr"MAn ,
dengan R tertentu, kemiringan melintang normal dapat
dipergunakan . atpu pada batas mana superelevasi mulai
tl Kendaraan yang bergerak pada lengkung horizontal akan dibutuhkan.
mengalami gaya sentrifugal.
tl Gaya sentrifugal tersebut diimbangi oleh gaya gesekan antara
ban dan muka jalan dan komponen berat kendaraan akibat
dibuatnya superelevasi (kemiringan melintang jalan di tikungan).
I Rumus umum pada lengkung horizontal adalah :
e*f= *
I rEiF;
E-US
2.50 573 0.026 0.036 0.047 0.059 0.072 0.085 0.096
2.86 500 0.029 0.041 0"053 0.065 0.079 0.w2 0.100
3.00 477 0.030 0_M2 0.055 0.068 0.081 0.094 0.100
3.50 409 0.035 0.04E 0.062 0.076 0.089 0.099 E
3.58 :400.
4.00 358
0.036 0.049
0.039 0.054
0.063
0.068
0.077
0.082
0.090
0.095
0.099
'rs.9
"B.E
v
-
4.50 318 0.043 0.059 0.074 0.088 0.099 AAE
4.77 '300 0.046 0.062 0.077 0.091 0.100
5.00 286 0.048 0.064 0.079 0.093 0.100 oi
6.00 .239 0.oss 0.073 0.088 0.098 +
G'
7.00 205 o.M2 0.080 0.094 0.100 3
7.16 200 0:063 0.0E1 0.095 0.100 cl
8.00 179 0.068 0.0t6 0.098
9.00 159 o-074 0.091 0.(x)9
9.55 150 0.077 0.094
io.or 143. 0.079 0.095
ll.0( 130 0.083 0.098
t2.a 119 0.087 0.100
13.0( ll0 0.091
14.0t 102 0.093
14.3',. 100 0.094
15.0r 95 0.096
16.0( 90 0.097
17.0r 84 0.099 Rmin berdasarkan tabel 4.1 o+
tR or RO o ffx) disribusi e & D mencikuti maoda kelima
96
I 91
V: 50 V:60 \ V: 100 V: ll
k nu lq{iq$
D R e 'e e e e e e e
(o) (m)
0. l5 9549 0.002 0.002 $.003 0.004 0.005 0 007 0.008 0.009
0.20 7t62 0 002 0.c03 0 004 0 006 0.007 00& 0.010 0.0r2
0.25 5730 0.003 0_004 0.005 0.007 0 009 r.0i I 0.013 0.015 C,
0.50 2865 0.005 0.008 0.010 0.014 b.orz .1.021 0.025 0.029 .E
0.75 l9l0 0.008 0.01I 0.015 0.020 0.025 ti.030 0.036 0.M2 I
f
9p'a
0.95 1500 0.010 0.014 0.019 0.025 0.031 0.037 0.044 0.051
too
1.00 1432
tt46
0.011
0.013
0.015 0 020
0.02,
0.026 0.032
0.038
0.038
0.046
0.046
0.054
0.053
0.063 oo6
()-6
E$
1.25
1.43 1000 0.015
0.019
0.021 0.028
0.03 r
0.035 0.043 0.051 0.060 0.070
E -qE
.l-. 5 ,j.
1.50 955 0.016 o.022 0.029 0.036 0.045 0.053 0.062 o,072 ?:e8 (\lUrd
r.59 900 0.017 0.023 0.030 0.038 0.047 0.055 0.065 o.074
!EET E s€
t.75 819 0.018 o.o25 0.033 0.041 0 050 0.059 0_069 4.077
EEiA
1.79
2.00
800
716
0.018
0.020
o.026
0.028
0.034
0.037
0.M2
0-046
0.051
0.055
0.060
o065
0.070
0 074
0.077
0.080
-.9b<
erO.o< .Htg
2.O5 700 0.021 o,o29 0.038 0.047 0.056 0.065 0.074 0.080 BEH
2.39
2.50
600
573
0.o24
0.025
0.033
0.034
0.043
0.0214
0.052
0.054
0.062
0.064
0.071
0.073
0.079
0.079
; EEE
2.86
?.00
3.50
500
477
409
0.028
o.029
0.033
0.038
0.040
0.045
0.049
0.0s0
0.056
0.059
0.060
0.065
0.069
0.070
0.075
0.077
0.078
0.080
0.080
II EsF
EEE
3.58
4.00
4.50
4.77
400
358
318
300
0.034
0.037
0.041
0.M3
0.045
0.049
0.053
0.055
0.057
0.061
0.oer
0.067
0.067
0.071
o.o74
o.o76
0.o76
o.o79
0.080
0.080
0.080
' E53s?
A H
E
5.00 286 0.044 0.057 0.068 0.077 0.080 "S.E
)
sd-t rr,
6.@ 239 0.050 0.063 o.074 0.080
7.00 205 0.056 0.068 0.078 =(tlx
AOE
7.t6 200 0.056 0.069 0.079 o
8.00 179 0.060 0.073 0.080 -!f,
9.00 159 0.04t o.076 0.080
.tl
9.55 150 0.066 o.077
10.00
I1.00
143
130
0.068
0.071
0.078
o.079
€
12.00 ll9 0.074 0.079
13.00 ll0 0.076
l4:00 t02 0.o78
14.32 100 0.078
15.00 95 0.079
16.00 90 0.080 Rmin berdasarkan tabel 4.1
84 0.080 distribusi e & D mengikuti metoda kelima
o (--
UE
98
b. Akibat keadann di
atas, gaya sentrifugal yang timbulpun Panjang lengkung peralihan menurut Bina Marla
berangsur-angsur dari R tak berhingga di jalan lurus sampai diperhitungkan sepanjang mulai dari penarnpang melintang
R: Rc pada tikungan berbentuk busur lingicaran. berbentuk crown e-^\ sampai penampang metintang
dengan kemiringan sebesar superelevasi (gambar 4.1 la). Sedangkan
Pada lengkung horizontd yang tumpul dengan jari-jari yang
besar lintasan kendaraan masih dapat tetap berada pada lajur AASHTO'9O memperhitungkan panjang lengkung peralihan dari
jalannya, tetapl pada tikungan tajam kendaraan akan menfrnpang penampang melintang berbentuk sampai penampang
melintang dengan kemiringan sebesar superelevasi (gambar 4.1 lb).
dari lajur yang disediakan, mengambil lajur lain disampingnya- Guna
il
menghinda4 hul .tersebut, sebaiknya dibuatkan lengkung dimana
3b iota
lengkung tersebut mertrpaknn peralihan dari R: tak berhingga ke R
: Rc. Lengkung ini disebut hngkung peralihan. l,. '{
1
Bentuk .lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang
sama dengafr jejak kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke
tikungan berbentuk busur lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh
sifat pengemudi, kecepatan kendaraan, 'radius lengkung, dan ffY' ,,
kemiringan melintang jalan. Bentuk lengkung spiral atau clothoid
/t/
//
,,
adalah bentuk yang banyak dipergunakan saat ini.
Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada
,'I
alinyemen horizontal :
dimana:
Dari batasan landai relatif maksinnrm dapat ditentukan panjang
llm: landairelatif langkung peralihan minimum yang dibuhrhkan :
diberikan oleh AASHTO'90 dan Bina Marga (luar kota). Ls>(e+er)BoEtmaks Ls>(e)Born,rak.
I
'y' l08
60 80 too
(Km/Jom )
60 80
Gambar 4.12a. Landai rclatif maksimum berdasarkan Bina Marga. #KECEPATAN ( Km /Jom )
-KECEPATAN {
l
I Gambar 4. lzb.Landai relatif maksimum bcrdasarkan AASHTO'9O.
,{
A
r0+ 106
dl : Rdt (a)
R=tl =# (d)
dx = dl cos dt
dy : dl sin dt dx: A3/L cos t dt
d*=4costdt
Syarat lengkung clothoid/spiral adalah radius pada sembarang titik JQ')
berbanding terbalik dengan panjang lengkung. T
* : ro[,g costdt
JQt)
RL:A2
R:AilL (b)
dy: dL sin r
A' : konstanta
t
'f dy=1!sintdt
JQr)
107
106
*=t(r-+*-(--
\ 40Rz 3456R'r
L )
"""')
599040 Ro=+
,._Lr(r_L2 -' Ln _ Lu )
'- 6R\^ 56R2 7o4oR4 l6l28ooR6/
Jika disederhanakan maka :
o
dR:y+Rcost-R
x-:x-Rsint xs=Ls(r-#) (16)
Dari uraian di atas dapatlah ditentukan koordinat sembarang titik P yr= H (17)
pada lengkung peralihan yang berbentuk spiral. '
e.=*H (1e)
lt
p=H-R(l-cos0s) (20)
108 109
Panjang lengkung pralihan (Ls) berdasarka* Ls = 0,022X: ; - ----+ Rumus SH0RTT ..........".. (22)
ntmus SHORTT
Gaya sentrifugal akan berubah secara cepat jika panjalg spiral
yang dipergunakan pendek, sebaliknya gaya sentrifugal akan berubah Untuk mengimbangi gaya sentrifugal sebenarnya telah dibuatkan
secara perlahanJahanjika panjang spiral cukup panjang
superelevasi, oleh karena itu gaya yang bekerja adalah gaya
sentrifugal dan komponen berat kendaraan akibat dibuatkannya
kemiringan melintang sebesar superelevasi. Dengan demikian rumus
Gaya sentrifugal: mV2/R SHORTT menjadi:
Perubahan gaya rata-rata sepanjang waktu tempuh sepanjang Rumus (23) ini terkenal dengan nama rumus MODIFIKASI
spiral= gayaAuaktu. SHORTT
f)l
GaYa _mV2lR_mV3
waktu Ls/V RLs
Panjang lengkung peralihan (Ls) perencanaan
Perubahan percepatan ke arah radial untuk setiap saluan waktu Panjang lengkung peralihan Ls yang dipilih untuk perencanaan
(C): a/t. merupakan panjang terpanjang dari pemenuhan persyaratan untuk :
" = RLs
v' - ------) tr = #
menurut AASHTO dan 3 detik menurut Bina Marga (luar
kota) yang berguna untuk menghindari kesan patahnya tepi
perkerasan.
Jika satuan dari besaran-besaran tersebut adalah : bentuk lengkung spiral
Ls: panjang lengkung spiral, m r) Panjang lengkung spiral berdasarkan persamaan l8 atau l9
R : jari-jari busur lingkaran, m merupakan fungsi dalam sudut spiral0s.
..*l
110 111
r)
.&
112 118
E" Tabcl 4.7. Tabcl Panjang lcngkung pcralihan minimum dan supaelevasi
o
F R€RtIg: yang dibututrkan ( e matrsimum = l0 7o mctoda Bina Marga)
F-
o
d
;. tJ E"{E.B.E.E.B i
DOOOOOO
E" e8lE8E8ER8rr
.tH srr
s I
E _l_ - ^ ts 6 N h r a
lt Er{ 02s0
0,500
5730
2%5
LN
LN
0
0
0
60
5
.o lo sJ8.r-Eqq5-E s^e
3 oloocoooo oo A EE 0,750 l9l0 LN 0 &
P
a
E id r,000
1,250
t432
I lil6
LP
LP
45
45
60
50 0,040
75
75
h oEB eEE88E R8r t8 0,038 70
IIE:
45 0,047 75
'a 955 LP
cl t + E.gg 1,500
lJ50 819 LP 45 0,035 60 0,044 70 0,054 75
0,
tOF!ON a6 2,000 7t5 LP 45 0,039 60 0,049 70 0,060 75
E ro -Ah
0947 60 0,059 70
338 3.r.qB-8-E- r-t-8- ts-g 45 50 0,072 75
&o
o}.;
,ooooo coo cio
i$i BEi 2,500
3,000
3,500
573
477
409 0,03s
45
45
9042
0,048
50
50
0,055 50
0,062 60
0,068 70
0,076 70
0,081
0,089
75
75
era
1r< -BEBISEEsE 8ER ERg N
E 4,000 358 0,039 45 0,054 50 0,068 60 0,0E2 70 0,095 75
g{ $'
I I
d
I 4,500 318 0,043 45 0,059 50 0,074 60
0,ut9 50
0,0E8 70
0,093 70
0,(x)9 75
5Gt
EI Io
3 r gglgsgsg 353 333
I
E
E$EgII 5,000
6,m0
286
239
0,048
0,055
45
45
0,06f
0p73
50
50 0,088 60 0,098 70
75
=-
En .E t 5=' 9,000 159 0,074
0,079
45
45
0,091
0,095
50
60
te
10.00( 143
R I 1,000 r30 0,083 45 0,098 60
9eE
lo
3sssslgggs-sgg5$gggg 12,000 ll9 0pt7 45 60
13,000 ll0 0,(D1 50
x6
=3
gDE 102 0,093 50
Ea, cc oooooG
!!fl?! 3eeee38eEe88E
o0 $' ;
95
q)
0,096
0,097
50
50
E
.? E
I
d lo 33 333q8-e
ooc
690 CdOl6l6O€-6-e
" E"9.8"
,o0000000000e
8"AE t B-q8. S.= I 84
80
0,099 60
&
19,000 75
3C
t- ooogttSSE 88t t83 3 e88 EEE B8E8€
IE.:
6
q o
cd
lt. Ketcranqan :
i e60 0Qh N o{6 6F- 66Fad N LN = lereng jalan normal diasuftsikan=2Yo
a)
.o
llo
33313 33 g5 8-E8. r.8.8. r. r-5-q
ooo ooo o ooo AaE
ooo
8^8-g-8-8 d
ooo6€
A
LP = tereng luar diputar sehhgga perkerasan mendapat superelevasi
c
t- scbesar lcreng jalan normal = 2 %.
oO &B-F-8 RB
ddd-rr-r-:o[6i 8 t- 8-8"4 8.8-at t Eg
I I E tdinfI Id I.f rvi.dt tri I.l.:ag I I
= = = = = =
'{
,, .ft1
lle ll6
5E oo
I6d J Fts ooooo6
FFF€66
I
{
.td
il o sBo
N60dFO
a66FEA
3"O"O.O.O-C
tocooo T 3 E$ E
H.r a66hhhhh65S
s- VFF \FFFFFFFFTI ,
E IE r
i
E E
=t I
5 EJ
E I EESESBRRI tllo h
t g
fl Ex 333 issssggggBlI
E O-\Ooah6oa
E lo 3eo 8"8.q8-qr-5- S-E
o o o o o o €t dd ,
-E^ C!
6
c E" oBE eaEBaaeeeel! +E.ga tF Hq
s* ^ooo
VFFF ?RRTR]RRRRRRF
.EB It a> .E
o
il
EBIEEI
&a { EI EEf, 6 \o ---tA-o6r!rFo
a\)
UtF
Io 338 igs-sssggsgll EE
:in llo 333q SE8IIE88E5EE
3-6EBdddddc I
Ed , EE8 EE3
€?
gt= i
:t {t
E<
t:
A
c
o88S ts888E 888 88 ato
'E9 E
eL? o88eSele88888G8B88
-t S-
E€ Ill E:
=lr! EE"3.EEgEEE i
5
Et i3
.EE o
DOOOC oOCi CtO
,B$iiii E} o
F
I
Err ll o 3313 gglgs*33393 55
5*i !
ES E: co 83eele33 eeE 88 E 88 EE
fi o E o{ ./ =
Eil CtE
^^ooooole
(
888888888883
rt
!
&E
oE
R
lo 33 339#E3.agBgg553 !tr
o0v s-
Ee?
E
vvhhh6hfi
EI 'B , rE E J I
It
dE f,: oo33e88e ? eee 9r E 88E 8e uE
ct=
o
\o
ll o 3313
a n.&
3 3 3iE 3333BEEE8EEE
I 6 .:l 3.6.6A 6d dd d d
-Ee I
a0 E
lo siiriggE 5.gEeEEgEr.B.EE I E€
d
E!'l
, ooo oo o ooo crc
CI
E!4 ooo$$ hh6r'lh
trt!ttt 33$SS3$g33SSS33S tl
d
cr E" ooegttEBt I 3E 8r 3 Cr3 e8E E88qS F Ef, E
v
o
il
{
0) F d h6
I
-6
f,
E
o I
$ ll o 333 Etr J-] 3338-q oo 3gBgsBggg5555$3=
ll o zzzt:rrr$$ 3B s$ s sgg gE 5 55gg {
E
"d
t
o,
E T F
C,Q si{ B ess
d5 a r ; s
g g\s F I B
o. €.F{^'e - 6 ocl .tcl Ra
=g $q - -
I Eq E q I t s
-6
G,
t<
IE BEt$:43Ffr S$fr:X R HeE !E3:s8r3 he{--- \,'
ae
oO 3353s8s3333333 33 33 333 33833
33S3S3S3S 3S3 33 3 -8^3.8"333 33333
,)
A
ll6 ll?
q 3 - DuGRAttr Surenetntast l. Masing-masing perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan
(dlagram kemlrlngan nellntang) sumbu masing-masing jalur jalan sebagai sumbu putar
Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian super- . r (gambar 4.19a).
elevasi dari lereng normal ke superelevasi penulq sehingga dengan 2. Kedua perkerasan masing-masing diputar sendiri-sendiri
rnernpergunakan diagrun ruperelevasi dapat ditentukan bentuk dengan sisi-sisi median sebagai sumbu putar, sedang
penampang melintang pada setiap titik di zuatu lengkung horizontal median dibuat tetap dalam keadaan datar (gambar 4'l9b).
yang direncanakan. Diagram superelevasi digambar berdasarkan
3. Seluruh jalan termasuk median diputar dalam satu bidang
elevasi sumbu jalan sebegai garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi
yang sama, sumbu putar adalah sumbu median (gambar
tanda positip atau negatip ditinjau dari ketinggian sumbu jalan.
4.19c).
Tanda positip untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi
dari sumbu jalan dan tanda negatip untuk elevasi tepi perkerasan
yang terletak lebih rendah dari sumbu jdan.
Pada jalan tanpa median yang memp€rgunakan sumbu jalan
sebagai rumbu putar, s€perti pada gambar 4.15, maka diagram
zuperelwasinya seperti gambar 4.16. Metoda ini paling umum
dipergunakan untuk jalu 2 jalur 2 arah tanpa median (alan raya
tidak terpisatr). Metoda ini tidak mengganggu perencanaan
p€riampang memanjang jalan yang bersangkutan. Terlihat pada
tl
ganrbar 4.16 titik-titik sumbu jalur tidak berubah kedudukannya dari
tempat semula (potongan I-I, II-II, III-III, dan IV-IV). /
Iika perkerasan jalan diputar dengan mernpergunakan tepi
dalam perkerasan sebagai sumbu putar, maka akan memberikan
keuntungan dilihat dari sudut keperluan drainase jalan dan keperluan
estetis jalan yang bersanglutan. Hanya saja elevasi sumbu jalan
berubalr kedudukurnya dilihat dari kondisi jalan lurus (garrbar 4.17).
Metoda ketiga yaitu dengan mempergunakan tepi luar
perkerasan sebagai sumbu putar. Metoda ini jarang dipergunakan,
karena umumnya tidak memberikan keuntungan-keuntungan
sebagaimana cara-cara yang lairL kecuali untuk penyesuaian dengan \
keadaan medan (gambar 4.18).
Untuk jalan raya dengan median (ialan pya terpisah) cara ll
f'
-:
pencapaian kemiringan tersebut, tergantung dari lebar serta bentuk \
t
penampang melintang median yang bersangkutan dan dapat \
rI
dilakukan dengan salah satu darj ke tiga cara berikut : t't
v
IAOIAN JALAIT YATG LTNUS
\7
+ f .SrPERELEVIISI
TEPI LIIAR
EfiI8U JALAN.
--J----d= SI.ilBU PUTAR
x
TEPI DALAI
It
POt r-t POT l-ll P,Ot It-]
ELfVA3I
tt,|l8u JALAN
$\"-
tr LUAR
----TEPI
I
I
I
II TEPI DALAM t SUMSU
PUTAR
=----- -=-----*-rr-*--
Gambar {. 17 Diagram supcro'clolsi dcngan tcpi dalam
pcrkcrasan scbagai sunrbu putar pada jalan lartpa
mcdian
rEPr
'ALAM
l;--------- Ir
\
Garnbar { ltt Diagram supcrelcvisi dengan tepi luar pcrkerasau
scbagai surnbu putar pada;alan tanpr nrcdian. Gambar 4.19. Pencapaian superelevasi pada jalan dengan median.
120 tzt
4.4 BNITUX LENGKUNG HORTZONTAL Gambar 4.20 menunjukkan lengkung horizontal berbentuk
busur lingkaran sederhana. Bagran lurus dari jalan (di kiri TC atau di
Ada 3 bentuk lengkung horizontal yaitu :
I
r22 T L28
Bina Marga menempatkn 114 Ls' dibagian lurus (kiri TC atau V = 60 km/jam Lc:249,88 m
kanan CT) dan l/4 Ls' ditempatkan dibagian lengkung (kanan TC
P =20" e :2,9/o
atau kiri CT).
AASHTO menempatkan 213 Ls' dibagian lunrs (kiri TC atar
R :716 m Ec:ll,05m
kartan CI) dan l/3 Ls' ditempatkan dibagian lengkung (kanan TC
Tc = 126,25 m Ls'= 50 m
/,'
' o''/ BAGIAN LEMiXUNG
/! :
'i J ct
Lc 249.86m
s?
Ot \,5
1--- /
(3'75X0'o-2{'o2e)
Landai 1s161i1 =
p= -l^'-- Rc (l - cosos)
k=Ls-4--Rcsings
4O Rc.
ut tze
l0 Boulr l.
untuk Ls : lm, p: pr dan k: k*,
Tabol 4 p. drn
0t p' k. 0s p' k.
dan unfuk Ls: Ls, p: p*.Ls dan k: k*.Ls 0,5 0,00073 I 5 0,4999987 20,5 0,0309385 o,4977965
a, 1,0 0,001463 I 0,4999949 2t,o
p* dan k* untuk setiap nilai 0s diberikan pada tabel 4.10. o,o317409 0,4976842
1,5 0,0021948 q4999886 2t;5 0,a325466' 0,4975688
2,0 0,0029268 0,499797 22,0 0,0333559 0,497450/.
2,5 0,0036591 0,499682 22,5 0,03416E7 0,497328E
Sudut pusat busur lingkaran = 0g dan sudut spiral : 0s. ->3,0 0,0043919 0,4999542 23,0 0,0349852 0,4972042
o,49707il
Jika besarnya sudut perpotongan kedua tangen adarah p,
3,5
4,0
0,0051251
0,005t589
0,4999377
0,4999186
23,5
24,0
0,0358055
0,0366296 0,4969454
maka: 4,5 q0065934 0,499E970 24,5 0,o374516 o,4968tt2
gr:p-0s >5,0 q0073286 0,4998727 25,0 0,0382895 0,4w738
5,5 0,00met7 0,499U59 ?s,s 0,0391255 0,4965331
Es: (Rc + p) sec 7a p - Rc (28) 6,0 0,00EE016 q4998166 26,0 0,0399657 0,4963891
6,5 0,0@5396 0,49C1846 26,5 0,0408101 0,4962418
Ts: @c + p) tg yrp +k 7,0 0,0102786 0,499750t 27,0 0,M16587 0,4960912
7,5 qoll0lEE 0,497t30 27,s o,M25tt7 0,4959372
Lc:ffirRc (30) )8,0
E,5
o,ott760.2
0,0125030
0,4996732
o,49963@
2E,O
28,s
0,0433692
o,M42312
0,495779E
0,49561E9
q0 o,ot3247t q499sE59 29,0 0,0450978 0,4954546
Lc untuk lengkung s-c-s ini sebaiknya > 20 rn, sehingga jika 9,5 0,01399E 0,4995383 29,5 0,0459690 q49s2E68
perencanaan mempergunakan tabel 4.6. vd tabel 4.g, lq0 0,0147400 0,49948t0 3q0 0,0468450 g49sl 154
maka radius qols4E88
yang dipergunakan hanrslatr memenuhi syarat tersebut. Hal ini 10,5 0,4994351 3gs 0,M77258 o,4949&5
l 1,0 o,ot62394 0,493795 31,0 q04861 l5 0,4947620
sangat dipengaruhi oleh besarnya sudut B. Jadi terdapat radius I 1,5 q01699r9 0,4993213 31,5, 0,04,95v22 q4945798
yang dapat dipergunakan untuk perencanaar lengkung
.*ry*rT
berbentuk spiral - lingkaran - spirar sehubungan de,ngan besarnya
t2,o
12,5
0,0177462
q01s5025
0,4992@3
0,4991966
32,0
32,5
0,0503979
0,05129EE
o,4943939
0,4942044
13,0 0,01%60E
sudut B, kecepatan rencana, dan batasan superelevali maksimum 0,4991?03 33,0 0,0522048 0,49401 l r
r3,5 0,02002t3 0,49906t I 33,5 0,053 I 162 q4938140
yang dipilih.
14,0 0,om78/,o 0,4989E93 34,0 0,054032E 0,4936131
t4,5 q0215490 0,49E9t46 34,5 0,0549549 0,49340E4
r5,0 0,0223165 0,4988372 35,0 0,0558E25 0,4931997
normal jalan :
ZY, Jalan belok ke kanan, direncanakan berbentuk Es = (Rc + p) sec 7iB - Rc
lengkung spiral-lingkaran-spiral dengan Rc : 318 m.
= (3 l8 + 0,328) sec 10" - 3 l8
Untuk metoda Bina Marga (luar kota) dari tabel 4.7 diperoleh e :
= 5,239 m
0,059 dan Ls: 50 m.
dari persamaan 18, diperoleh: Ts =(Rc+p)tg%B +k
=(318 + 0,328) tg l0' + 24,99
es=#=*#=4,504 = 81,12 m
Data lengkung untuk lengkung spiral-lingkaran-spiral tcrsebut
0c : I - 2 0s : 20 - 2. 4,504= l0,99o di stasadalah :
o=#-318(l-cos4,5o4)
p = 0,328 m
k=Ls-4-Rcsin0s
40 Rcz
at
- o.o2 + 1= . diperoleh f = o,to9
=ig2-
b. Pada lokasi l-1, dari gambar 4.29terlihat:
e = 0,02, sehingga dengan mempergunakan persamaan
( l0) diperoleh f = 0,069.
.tEI"'.
terlihat :
Contolr 2:
Sudut B = 12", kecepatan rencana V = 80 km/jam dan superelevasi
Gambar a.29. Diagram zuperelwasi untuk spiral-lingl<aran- spiral maksimum -- lW/o.lika direncanakan lengkung horizontal berbentuk
(omtoh pertiamgan).
spiralJingkaran-spiral dengan R: 286 m, dari tabel 4.7 diperoleh
Ls: 70 m dan e:9,3o/o.
Dari persamaan 18 supaya lengkung peralihan sepanjang 70 m itu
berbentuk spiral, maka 0s harus = 7,0". Hal ini tak mungkin dapat
dipergunakan karena sudut p hanya 12".
Dicoba lagi dengan R = 358 m, dari tabel 7 diperoleh Ls = 50 m dan
e: 5,4o/s.Supaya lengkung peralihan sepanjang Ls bcrbentuk spiral,
:
maka 0s 4,00". Dengan demikian 0c = l2 - 2. 4.OO - 4".
Dari persamaan (30) diperoleh Lc = 24,98m.
Lc > 20 m, berarti lengkung spiral-lingkaran-spiral dengan data di
atas dapat direncanakan dengan mempergunakan R : 358m. R <
Gambar 4.30" Irndai reluif (cotoh perninrngan).
358 m tak dapat dipergunakan karena persyaratan yang ada tak
Jika ada seorang pengernudi menjalankan kendaraannya terpenuhi. Dengan kata lain R = 358 m adalah radius terkecil pada
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan rencana secora
tabel 4.7 yang dapat dipergunakan untuk merencanakan lengkung
teorilis koefisien gesekan dapat dihitung sebagai berikut :
horizontal berbentuk s-c-s, dimana F:
12", kecepatan rencana = 60
km/jam, dan superelevasi maksimum yang diperkenankan: l0olo.
a. Pada lokasi TS (dari gambar 4.29.)terlihat :
e - - 0,OZyo, karena jalan belok kanan dan penampang
melintang berbentuk crown.
18{
t 186
- untuk
Data yang dipergunakan sama dengan contoh perhitungan
, =:T# (r - cos 1o)
lengkung spiral-lingkaran-spiral. of
d
tt Es= (Rc+p)sec%0-Rc
=
%P +o* = = 55,50 m.
eli : (159 + 0,82) sec l0 - 159
Kontrol terhadap persyaratan lengkung peralihan lainnya :
: 3,29 m
l
1S6
relatif menurut metoda AASHTO
Ls minimum bcrdasarkan landai
spiral-spiral
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk adalah m.(e)B
adalah sbb:
m = 165 (ganrbar ' 12)
V :60 km/jam L= lll,0m Ls minirnum = 165 (0,086)
3'75 = 53'2lm'
Rc=159m Lc= 0m
Es = 3,29 m p= 0,82 m
Ts : 55,90 m k= 27,72 m.
: o'0075
Landairelatif W:
- - Os.n.Bq - l0'
,Ls=16___90 z' 159 _rr,_
= 55-50 m.
IT
*sC3
T
LsminimumberdasarkantandairelatifmenurutmetodaAASHTo
adalah m.(e)B.
m: 165 (ganrbar 4'12) +a.t.l.
i
m'
Ls minimum = 165 (0,091) 3,75 = 56'31 1
I
t
Ls<LsminimurrumakaRcuntuklengkungberben.tukspiral-spiral I
I
tidak dapat mempergunakan R = l59m' iI
-w
: L!
LI
&
18E 139
2x60. l*ffi=33,33 m
*'9 19.6./.
\.
ft-;I
t*
SUTAU JAL,
Ls > 33,33 m.
>,"-r\ l'"-2
maka R : 179 m dapat dipergunakan untuk lenglung ,betbentuk
spiral-spiral
L :ZLs: 124,96 m
Ts :(Rc+p)tgt/r$+k BANGKIMATI':'
: (179 + 0,92) tg l0 + 31,21
: 62,93 m. r) f Diagram superelevasi menggambarkan besarnya kemiringan
melintang di setiap titik pada lengkung horizontal.
Es : Ec + p) sec YzF -Rlc Ll Jenis lengkung horizontal yang dipergunakan adalah :
A
1{0 lar
lingkaran sederhana hanya diperkenankan untuk superelevasi 4.5. KLEBARAAT PERIGRASAN
!3o/o.
PADA LENGK UNG HORIZONTAL
Jadi Rmrn untuk jenis lengkung lingkaran sederhana ditentukan
Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungaru
oleh R yang menghasilkan superelevasi: 3o/o. Pada Tabel 4 6 yd
seringkali tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang
Tabel 4.9 batasan ini dinyatakan dengan garis tebal.
disediakan. Hal ini disebabkan karena .
{) l. Offtracking (U)
2. Kesukaran dalam mengemudi di tikungan (Z)
t12 1a8
lt
Off Tracklng
Untuk perencanaan geometrik jalan antar kota, Bina Marga
memperhitungkan lebar B dengan mengambil posisi kritis kendaraan
yaitu pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokan dan
tinjauan dilakukan untuk lajur sebelah dalam.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.34 yang berdasarkan H
ll
ll
kendaraan rencana truk tunggal. lbt
F-1
,) ir
1{l t{6
R,, = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung
horizontal untuk lajur sebelah dalam.
Besamya R* dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan
dan sudut belokan roda depan (ct).
Ri : radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada
lengkung horizontal untuk l{ur sebelah
-{"lurr. Besarnya Xti
dipengrruld oleh jarak g;andar kendaraan (p)
U : B - b, sedangkan ukuran kendaraan r€nsuutnrk adalah:
p = jarak antara gandr = 6,5 m
B=R*-Ri A= toqiolan depan kendaraan: 1,5 m
b: lebar kendaraan =2,5 m
F.i+b= Jg( -(p+A
Sehingga:
R*=J(R,+b)2+(p+A)2
R* -B*b= -(p+A)' It t
C = l,Om
Pencapaian plebnn eda lengkung lndzontal Bt :n(B +C)+Z
Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan Bt :2(2,61+ 1,0)+0,36 ='1,56m
perlahanJahan dari awal lengkung ke bentuk lengkung penuh dan
Ab :Bt-Bo
sebaliknya, hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan yang
baik bagr kendaraan yang hendak memasuki lengkung atau Ab :7,56 - 7,0 = 0,56 m
meninggalkannya.
Pada lengkungJengkung lingkaran sederhana, tanpa lengkung
peralihan pelebaran perkerasan dapat dilakukan di sepanjang
lengkung peralihan fiktif, yaitu bersamaan dengan tempat perubahan
4.6 JENEK PETAANGAN PN'A LENGKInNG
HORIZONTAL
kerniringan melintang.
Jarak pandangan pengemudi kendaraan yang bergeralc pada
Pada lengkungJengkung dengan lengkung peralihan tambahan
1r lajur tepi sebelah dalam seringkali dihalangi oleh gedung-gdun&
lebar perkerasan dilakukan seluruhnya di sepanjang lengkung hutan-hutan kayu, tebing galian dan lain sebagainya. Demi menjaga
peralihan tersebut.
keamanan pemakai jalaq panjang sepanjang jarak pandangan henti
minimum seperti yang telatr dibahas pada Bab III hanrs terpenuhi di
Contoh perhituncan : sepanjang lengkung horizontal. Dengan demikian terdapat batas
minimum jarak antara sumbu lajur sebelah dalam dengan penghalang
Radius lajur tepi sebelah dalam adalah 300m, kecepatan rencana 60
(m).
km/jam, Idan terdiri dari jalan 2 lajur dengan lebar total pada bagian
lurus 7,00m. Tentukan tambahan lebar perkerasan yang perlu Banyaknya penghalang-penghalang yang mungkin terjadi dan
dilakukan dengan truk tunggal sebagai kendaraan rencana. sifat-sifat yang berbeda dari
masing-masing penghalang
mengakibatlan sebaiknya setiap faktor yang menimbulkan halangan
: tersebut ditinjau sendiri sendiri.
jiJc*.' - 64) + r,2s|' + 64 - + 1,25 Penentuan batas minimum jarak antara sumbu lajur sebelatr
": dalam ke penghalang ditentukan berdasarkan kondisi dimana jarak
R" :Ri+b=300 -1,75+1,25:300,5 m
pandangan berada di dalam lengkung (ganrbar 4.35), atau jarak
pandangan < panjang lengkung horizontal.
B : 2,61m I
J
r{8 r40
\ro
(r
3 (L I
I /
I
4.35. tank pmOqgan p.dr @hmg hcianal uiluk < L. /
Gambar S 60
!, ,mlt / 25
gsris AB = gprispondangnn /
lengkung 4g :iarak pudangan /
50
m = jarak dari pengMang ke suurbu lajur sebelah
dalarn, m i
5
0 = setengnh sudut pusat lengku4g sepanjang L
Q E
S = jarak pandangaq m
0
oo
e//
L = panjang busur lingkalan, m ?/ ./ .//
G
.9
6a,
R' = radius sumbu lajur sebelah dalam, m '7omds / ,/ o
a
m=R'-R cosO
e/./ 50 .i.g
oo,/ ,/
m = R' (l-cos 0) 3
*l ./ :0a
-o
o
,' ,/ o
E
s=# 2*N r20 ,o
i/ ;'nu.*)/
b/ ./
t0R' T
c
'J-- 90 I s ./-*$;(.,, ''' ..1
l,o -;,o2*-
DS _DS '"rY -5- .e.orG
--
e'=il=TV1;35=30-
^_90S_9q ?oo
300
, g0 s 28,65 S
9=m7=T o
m= R'(l - cos f)
Jorok pcngholong sumbu loiur
I) rl
scDcloh dolom m r mclcr (cmdrs :OrlOl
(33)
^=ry(,-*,H) GamMr 4.36. Jarak peoghatang, nr, dari surnbu lajur sebelah dalam.
,li
160 161
4.2 koouex aMUu w ilfiwEMEN Jika terpaksa diadakan, sebaiknya masing-masing tikungan
HORIZONTTU mempunyai lengkung peralihan (lengkung berbentuk s-c-s),
Pada perencanaan alinyerren horizontal jdan, tak cukup hanya sehingga terdapat tempat panyesuaian keadaan. Jika
bagian alinyemen saja yang memenuhi syarat, tetapi keseluruhan tepaksa dibuat gabungan lengkung horizontal berbentuk
bagian haruslatr memberikan kesan aman dan nyaman. Lengkung busur lingkaraq maka radius lengkung yang berurutan
yang terlampatr tajam, kombinasi lengkung yang tak baik akan l
diambil tidak melampaui 1,5.
mengurangi kapasitas jalan, dan kenyamanan serta keamanan Tikungan ganda umumnya terpaksa dibuat untuk
pemakai jalan. penyesuaian dengan keadaan medan sekeliling, sehingga
pekerjaan tanah dapat seefisien mungkin.
Guna mencapai tujuan diatas, antara lain perlu diperhatikan :
a. Alinyenren jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengituti e. Hindarkanlah sedapat mungkin lengkung yang berbalik
keadaan topografi. Hal ini akan memberikan keindahan dengan mendadak. Pada keadaan ini pengemudi kendaraan
bentuk, komposisi yang. baik anfara jdan dan alam dan sangat sukar mempertahankan diri pada lajur jalannya dan
juga biaya p;:mbangunan yang lbbih murah juga kezukaran dalam pelaksanaan kemiringan melintang
b. Pada alinyemem jalan,yang relatitlurus dan panjang jangan jalan.
tiba-tiba ttidapat iengltung yang tajbm yang aka,n
mengejutkan pengemudi.' Jika terpaksa diadakan,
sebaiknya didahului ol6h lenglong yang lebih tumpul,
sehingga pengenrudi mempunyai keser4patan
memperlanrbat kecepatan'kendaraarrnya.
c. Sedapat 'mungkin menghindari penggunaan radius
minimum untuk liecepatan rencana tetrtentu, sehingga jalan
tersebut lebih mudah disesuaikan dargan perkembangan
lingkddan dan tungii jalan.
d. Sedapat munlkin menghindari tikungan .ganda, yaitu
gabungan tikungan seafah dengan jiri-jari yang berlainan.
Tikungan ganda ini memberikan.resa ketidak nyamanan
kepada sipengernudi.
a ) tl
l6E
t6{ lcc
banyaknya pekerjaan galian scimbang dengan pekerjaan timbunaru jalan, jalan berlandailah yang ideal.
sehirgga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat Dalam perencanaan disarankan menggunakan .
*t
r6c t6?
PaqJang krfib suatu kelandalan Kecepatan truk selama I menit perjalanan, pada kelandaian t l0 7o
Landai maksimum saja tidak cukup merupakan faktor penentu dapat mencapai 7 5%o kecepatan rencana.
dalam per€ncanaan alinyemen vertikal, karena jarak yang pendek . r ' Tabel 5.2 memberikan panjang kritis yang disarankan oleh
memberikan faktor penganrh yang berbeda dibandingkan dengan Bina Marga (luar kota), yang merupakan kira-kira panjang I menit
jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian besar perjalanan, dan truk bergerak dengan beban penuh. Kecepatan truk
akan mengakibatkan peourunan kecepatan truk yang cukup berarti pada saat mencapai panjang kritis adalah sebesar l5 - 20 km/jam.
jika kelandaian tersebut dibuat pada panjang jalan yang cukup
panjang tetspi kuraog bcrarti jika panjangjalan dengan kelandaiur
tcrrchrt harya pendek saja.
lajur ptdakian
TSd 5.1 lfulmdaian makdmtm Fho. Suntcr : Traffic Pada jalan-jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali
fagiming tlm0oo}, 19ry2 dan FGII& Bim kendaraan-kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di
Itlarga'1990 (Ramngrn Afhir) bawah kecepatan rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang
bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana. Untuk
menghindari hal tersebut perlulah dibuatkan lajur pendakian. Lajur
Kecepatan Jalan Arteri luarkoa Jalan antarkota pendakian adalah lajur yang disediakan khusus untuk truk bermuatan
(AASrrTO9o) (Bina Marep)
berat atau kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan lebih
rencana Datar Perh*itan Pegunungan Kclandaian Kelandaian
km/jam Vlalsimum Idaksimum rendah, sehingga kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang
itandar (7o) mutlak (7o) lebih lambat tanpa mempergunakan lajur lawan.
40 7 ll
50 6 l0
Tabel5.2. Panjang kritis untuk kelandaian yang melebihi
g 5 6 8
kelandaian maksimum standar
60 5 9
KECEPATA}.I RENCANA (KM/JAM)
80 4 5 7 4 8
80 60 50 40 30 20
96 3 4 6
5 o/o 50O m 6o/o 500 m ? o/o 500 m 8o/" 42Om 9 o/o
340 m 0 o/o 250 m
l13 3 4 5 6 o/o
500 m 7 o/o
5fi)m 8o/o 420m 9 o/o
340 m lO o/o
250m 1 o/o 250 m
o/o 80h
7 500 m 420m 9 o/o
3,l{)m l0 o/o
250 m ll o/o
250 m 2o/o 250 m
o/o
8o/o 42Om 9 340 m lO o/o 250 m ll o/o
25Om 12o/o 25Om 3 o/o
25Om
Batas kritis umumnya diambil jika kecepatan truk berlarrang
rnencapai 30 - 75 % kecepatan rencana, atau kendaraan terpaksa
lejur pcndekirn
mempergunakan gtg
rendah. Pengurangan kecepatan truk
dipenganrhi oleh besarnya kecepatan rencana dan kelandaian.
Kelandaian pada kecepatan rencana yang tinggi akan mengurangi
kecepatan truk sehingga berkisar antara 30 - Sff/o kecepatan rencana
tr
I
selama menit perjalanan. Tetapi pada kecepatan rencana yang
rendatU kelandaian tidak bqitu mcoguraogi kcoqdan truk. Gambar 5.1. Lajur pendakian.
_l
t08 It9
Gambar 5.2. Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan o panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi
kedua tangen. lengkunp pada bidang horizontal : L.
o perubahan garis singgung tetap (d2Y/dx2: r1
Lengkung vertikal type a,b dan c dinamakan lengkung vertikal
cekung. Besarnya kelandaian bagian tangen dinyatakan dergan grdan gYo
))
Lengkung vertikal type d,e dan f dinamakan lengkung vertikal Kelandaian diberi tanda positip jika pendakian, dan diberi tanda
cembung. negatip jika penurlrnan, yang ditinjau dari kiri.
r0l
dYidx: n< * C
pv= (36)
#d
x:0-) dY/dx: gr C : g,
--_)
x = L------+ dY/dx : g -------) rL + gr = 92 Persamaan di atas berlaku baik untuk lengkung vertikal
cembung maupun lengkung vertikal cekung. Hanya bedanyq jika E,
r:(g'grYL yang diperoleh positip, berarti lengkung vertikal cembung, jika
negatip, berarti lengkung vertikal celung.
H=@P**r, Dengan mempergunakan persamaan (35) dan (36) dapat
ditentukan elevasi setiap titik pada lengkung vertikal.
(Y+Y):gtYzL=x:YzL
Y+Y= gt x
t/2 L
gr x:Y+y
Y:-(g,-*YZLx2+Y+y
Ganrbar 5.4. Contotr Perhituqgan.
, = G'#ixz
PPV diketahui berada pada Sta o+2fi dan mempunyai elevasi
+ 100 m. Perubahan kelandaian tedadi dari - 8% (menurun dari kiri)
Y = z##' . ....(3s) -
ke kelandaian sebesar 2% (menurun dari kiri), dan panjang
lengkung vertikal direncanakan sepanjang I 50m.
162 l6;l
a Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+150 m ? Bcrada sejauh (260-150)m .
ll0 m di kiri
PPV. PPV mempunyai ketinggian f l00 m.
b. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+2gg 11 2
t,,
l
c. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+260 m ? Elevasi sumbu jalan pada Sta 0+150 m --
d. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+300 m ? +100 + $Yo. ll0: + 108,80 m
e. Berapakah tinggi rencana sumbu jalan pada Sta 0+350 rn ?
Sta o+2oo -------J Teletak pada lengkung vertikal sebelah kiri titik
PPV.
gt: - $Yo gz: - 2Yo
:- Elevasi bagian tangen pada Sta 0+200:
A: g, - g E - (- 2')=,- 6yo -
+ 100 + \yt (260 - 200;: + 104,80 m.
L= l50m
Elevasi sumbu jalan pada Sta 0+200 adalah
elevasi bagian tangennya dikurangi yr urtuk xr
Persamaan umum lengkung vertikal : y = Ax2 \ sejauh (200 - 185) m: l5 m dari PLV.
zOOL J
{
/ Elevasi sumbu ialan : +104,80 + 152/5000 =
+104,845 m.
V=- -6i(2
' 200.150
Sta o+260 ---) Terletak tepat pada posisi PPV.
y=- -X2
.,
5000 a
Elevasi sumbu jalan pada Sta 0+260 elevasi :
PPV + Ev: 100+75215000: +101,125 m.
y dihitung dari garis tangennya.
Bertanda negatifl, berarti ke atas dari garis tangen (lengkung Sta o+3oo------r Teletak pada lengkung vertikal sebelatr kanan
vertikal cekung). titik PPV.
Untuk persamaan lengkurrg di kiri ppV, x dihitung dari titik Elevasi bagran tangen pada Sta 0+300 =
+ 100 - 2o/o. (300-260) = -r 99,20 m.
Untuk persamaan lengkung di kanan ppV, x tidak boleh Elevasi sumbu jalan pada Sta Gf300 adalah
dihitung dari titik PLv. Hal ini disebabkan kelandaian tidak elevasi bagian tangennya dikururgi yr untuk rc
menerus, tetapi berubah di titik ppv; Jadi x dihitung dari titik prV. sejauh (335 - 300) m = 35 m dari PTV.
Elevasi di sembarang titik pada alinyemen vertikal ditentukan Elevasi sumbu jalan : +99,20 + 352/5000 :
dari kelandaian dan ordinat y. +99,445 m.
Sta Or350----) Terletak pada bagian lurus berlandat -2%.
Sta PLV berada pada Sta o +- yzL,yaitu Sta 0 + lg5
260
:
\ ...- - -_ Berada sejauh (350-260) m 90 m di kanan
Sta PTV berada pada Sta 0 + 260 + yzL, yaitu Sta 0 + 335 - ; PTV. PPV mempunyai ketinggian +100 m.
at
Elevasi sumbu jalan pada Sta 0 + 359 p:
Sta 0+150 Terletak pada bagian lurus berlandat - S%. +100 - zyo.90: * 98,20 m.
I
164 106
y = h2 -------t tu : k dz2
186 I (i7
maka: r _?q_200hr
gr _200h2 Bz
AS2
L- /
loo[i2, ao + ]2,40 ) Panjang lengkung minimum jika dlldg: 0, maka diperoleh
- -r2 :
1,20
A=(
ff;)',
Konstanta C 404 96 399 960
A6i
8r=
JPH = Jarah pandangnn henti 1,, * Jio
JPM = Jarak pandangan tnsryiap
AvE
8z;
I"enghmg ve,rtikal ce,n$ung deagnn S > L Jif, * Jt,,
/__\
200hr(Jt, + ln,
L=25- ) 2oohr(Jh,- + 6;)
A/h; A'rE
s 2w (J[; * lG)'
L=23
&
108
l6e
Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandangan henti Tabcl 5.4 Nilai Cr untuk bcbcrap:r hr dan Iq bcrdusarkarr
menurutBinafvlarga,dimana h,:l0 cm = 0,10m AASHTO dan Bina Marga.
dao t, :120 cm = 1,20 n1 lt
L=25-
200 ut, zo + lt,zo ) kebutuhan akan drainase
-
A -\2 I-engkung vertikal cembung yang panjang dan relatif datar
dapat menyebabkan kesulitan dalam masalah drainase jika di
L=25-T=rt-* (42) o sepanjang jalan dipasang kereb. Air di samping jalan tidak mengalir
lancar. Untuk menghindari hal tersebut di atas panjang lengkung
vertikal biasanya dibatasi tidak melebihi 50 A.
Cr - konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung
Persyaratan panjang lengkung vertikal cembung sehubungan
dimana S > L.
dengan drainase .
lengkung.
I
I 171
170
tg lo
Jarak peryinaran lamPu kendaraan
#=o'60+5
.u AS2 (44)
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal =
16-J 3,507
cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi
lampu depan diambil setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran Lengkung vertikal cekung dengan iarak
sebesar lo. penyinaran lampu depan > L
Letak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan
atas 2 keadaan yaitu :
D,Bt=#(r-+,
D/B/=0,60+Stg ltt
DtBt =0,60+0,0175 S
Gambar 5.7. Lengkung vcrtikal cckung dcngan jarak pandangan #(t -+t =0,60+o'0175 S
Jar* prdangan bbs dthwah brrganan pda Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan atas kc.ialan
bngkung vettikal cekung adalah C, maka :
JarakpandanganS>L
Diasumsikan titik PPV berada dibawatr bangunan
a
Gambar 5.9' Jarak pandangan bebas di bawarr bangunan pada Ir$r KONST. ATAS
lenglmg vertikal cekung dengan S < L.
GARTS rArtuArr(,\ ?
PAI{DAiIG-,
hl -----L h2
PPV
/s\' m
\L/ -E E- AL
Gambar5.l0. Jarak pardangan bebas di bawatr bangunan prdr
800
lengkung vertikal cekung dengan S > L.
/s'\'
\L/
8oo m
S E+m Slm
AL L2E L=r"fr.
l )',
FAL
t=bm dan ,n=&
800L 800
m=c-5&
I
:
t74 u{*
L=2S 800c-400(hr
+h2) Rnnaxurnen
.(48)
,l Ll Perencanaan alinyemen vertikal selalu dengan monrportlm.
bangkan kondisi lapisan tanah dasar, tinggi muka air br{h,
Jika h, : 1,80 m; tL : 0,50m; dan C = 5,50 m; maka tinggi muka air tanah, fungsi jalan, kelandaian, dan kcrdlln
persamaan (48) menjadi .
medan.
t
176
177
r76 l7!,
M o. horizonlol
. o-Eorizonlol
-__fu
o. Yartrlol
==}>