Resume Mineralogi Dan Petrologi Bab Vi Muhammad Iqbal Julian Arrizky 1710115210015
Resume Mineralogi Dan Petrologi Bab Vi Muhammad Iqbal Julian Arrizky 1710115210015
NIM: 1710115210015
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan – perubahan fundamental batuan yang
sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang
sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi
daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur
sangat dalam.
Dalam kedua tipe metamorfosa, fluida dalam batuan dapat membantu perubahan –
perubahan kimiawi. Air adalah fluida utama, tetapi unsur – unsur kimia seperti klor, flour,
brom dan lain – lain dapat keluar dari batu sekelilingnya.
Mineral dalam batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat, dan bukan mnegkristal dalam suasana cair. Karena
itu Kristal yang terjadi disebut blastos, Idiomorf untuk mineral metamorfosa adalah
idioblastik, sedangkan xenomorf adalah xenoblastik. Kristal yang ukurannya lebih besar
daripada masa dasarnya disebut profiroblastik.
Sekistositas atau foliasi, terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membatang
tersusun dalam bidang – bidang tertentu yakni bidang sekistositas. Bidang ini dapat searah
dengan lapisan sedimen asalnya, atau dapat pula tidak, munkin searah dengan sumbu lipatan.
Ada beberapa mineral dari batuan asalnya terdapat pula dalam batuan metamorfosa.
Mineral tersebut sebagai berikut:
1. Mineral – mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan beku: kuarsa,
feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksin, olivin dan bijih besi.
2. Mineral – mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan sedimen: kuarsa,
muskovit, mineral – mineral lempung, kalsit, dolomit.
3. Mineral – mineral petunjuk yang biasa terdapat dalam batuan metamorfosa:
garnet, andalusit, kianit, silimanit, staurolit, kordierit, epidot, klorit.
1. Hornfel (batutanduk)
Batuan ini terbentuk dalam bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan
beku. Pada umunya merupakan rekristalisasi batuan asalnya, taka da foliasi
tetapi batuan halus dan padat.
2. Kuarsit
Batuan ini adalah terdiri dari kuarsa yang terpadatkan atau disementasi oleh
silica kristalin, sehingga merupakan batuan yang kompak, membelah melalui
butiran kuarsa tanpa foliasi. Terjadi karena metamorfosa regional dan
batupasir kuarsa pada semua derajar metamorfosa.
3. Marmer (pualam)
Marmer terdiri dari mineral kalsit, terjadi proses metamorfosa regional atau
rekristalisasi dari batu gamping. Batuan ini padat, kompak tanpa foliasi,
terbentuk karena kontak.
1. Sabak (slate)
Derajat metamorfosa lebih tinggi daripada sabak, di mana daun-daun mika (dan
klorit) sudah cukup besar, clan memberikan belahan phyllite yang khas, berkilap sutera pada
pecahan-pecahan. Mulai terdapat mineral lain, seperti turmalin.
3. Sekis (schist)
Batuan yang paling umum yang dihasilkan metamorfosa regional, sangat khas adalah
kepingan-kepingan yang jelas dari mineral-mineral pelat, seperti mika, talk, klorit, hematit
dan mineral -mineral yang bersifat serabut. Juga mengandung mineral feldspar, sugit,
hornblende, garnet, epidot. Tergantung dari batuan asal (lempung, basal, gamping) clan
berbagai macam sekis terjadi dan dinamakan menurut mineral yang terjadi, seperti di bawah
ini.
Sekis mika
Sekis biotit
Sekis jelas memperlihatkan derajat metamorfosa lebih tinggi dari filit, karena mulai
adanya mineral-mineral lain di samping mika.
4. Amfibolit (amphibolite)
Sama dengan sekis hornblende, tetapi foliasi tak berkembang baik. Hasil dari
metamorfosa regional batuan basal atau gabro (gang, sil, stok) berwarna kelabu, hijau atau
hitam dan mengandung mineral-mineral epidot, augit hijau, biotit dan almandin.
5. Gneis
Mewakili metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat
banded karena gneissosity. Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada batuan
beku seperti kuarsa, feldspar dan mafik. jalur dengan mineral -mineral pelat atau serabut
seperti kloritt, mika grafit, hornblende, kianit, stauroli silimanit dan wolastonit.
Suatu representasi grafik peragenesa mineral yang besar hanya mungkin bila jumlah
komponen yang menyusun mineral -mineral tidak lebih dari empat buah. Karena dalam suatu
bangun ruang tetrahedra hanya ada empat sudutnya, tetapi yang paling diperlukan adalah
representasi dua dimensi dalam bentuk segitiga seperti yang dikemukakan oleh Eskola (1939)
yang disebut diagram fasa segitiga.
C = (CaO) — 3,3(P205 )
Di sini mineral kalium (feldspar kalium, mus kovit, biotit dan stilphoneomelan)
digabungkan dengan mineral (Mg,Fe) dan (Mg,Fe) + (A1,Fe3+), sedangkan mineral Ca tak
dapat ditunjukkan.
K = (K20 )
A' + K + F = 100
Skema kalkulasi ini dari A'FK memberikan nilai yang umum dalam buku petunjuk
sebagai contoh dari Jika yang mana satu atau lebih mineral-mineral grossularit/andradit,
zoisit/epidot, hornblende dan tidak biasa margarit muncul selain itu anortit juga. Dalam
bagian ini tidak pasti, kenyataannya dapat dipertimbangkan perbanclingan CaO: A1203
perbedaan dalam mineral-mineral dan ketidaksamaan satu dengan yang lainnya, sebagai
dalam anortit.
Nilai A' harus dikoreksi dengan persen berat dan CaO, nilai K tidak perlu diganti
dalam perhitungan. Nilai F harus dikoreksi karena mineral -mineral seperti diopsid dan
hornblende, tid ak terdap at dalam diagram A'F K. Sehingga skema yang pertama
dimodifikasi dari kalkulasi nilai A'FK, mengikuti seperti di bawah ini:
K = K20
A' + K + F = 100
Dalam prakteknya diagram ACF dan diagram A'FK sering cligunakan bersamaan.
Komposisi kimiawi setiap jenis batuan seperti batuan sedimen dan berbagai jenis batuan beku
dapat diplot dalam diagram ACF dan A'FK. Gambar 6.2. memperlihatkan diagram ACF dan
A'F K
Diantara kumpulan mineral yang paling peka terhadap perubahan kecil P dan T ialah
sekis pelitik. Kecuali pada derajat metamorfosa tinggi, mineral muskovit yang
dikandungnya saja sebagai satu-satunya fasa mika putih.
Dalam diagram ACF dan A'FK dan MgO (plus MnO) dianggap sebagai satu
komponen, hal ini tentunya merupakan Karena Mg dan Fe saling mensubtitusi dalam kisi
silikat, tetapi sesungguhnya suiltitusi tersebut berlainan sifatnya untuk kumpulan berbagai
silikat. Lebih-lebih hal tersebut tergantung pada susunan batuan, P dan T, sebagai contoh
di satu batuan, biotit bersama muskovit dan salah satu modifikasi dari Al 2SiOs. Di lain
batuan, biotit bersama garnet + staurolit + kuarsa + muskovit. Kesemuanya tersebut tidak
mungkin dibubuhkan dalam diagram A'FK.
Jadi FeO dan MgO sesungguhnya adalah dua komponen yang tidak t,ermasuk dalam
satu sistem, dan karenanya harus dipisahkan. Untuk keperluan itulah dibuat diagram
AFM , dimana: A = A1203 F = FeO M = MgO Diagram AFM itu dipergunalcan terutama
untuk kumpulan mineral pada batuan yang susunan kimiawinya adalah pelitik. Diagram
tersebut dapat dilihat pada gambar 6.3
Susunan kimiawi batuan pelitik tersebut dapat dianggap sebagai sistem enam
komponen yakni: Si02 — A1203 — MgO — K20 — H20 , bila Fe203 dan TiO2 telah
dikoreksi dari biotit, Na20 dari feldspar alkali, albit, paragonit, CaO dari plagioklas dan
almandin. Tetapi dari keenam komponen tersebut Si0 2 dan H20 dapat diabaikan sehingga
menjadi empat komponen.
Terbentuknya batuan memorfosa selain factor-faktor yang telah disebutkan, juga masih
terdapat beberapa factor yang masih mempengaruhi, seperti :
- Tebal penutup dan ketertutupan system
- Susunan dan tekstur batuan sedimen sekitarnya.
- Jumlah emisi gas dan larutan hidrotermal.
Daerah kontak yang lebar biasanya berhubungan dengan batuan granitic (diorite, kuarsa,
granodiorit, monzonit kuarsa). Tetapi intrusi batuan basa yang berbentuk lembaran juga dapat dibatasi
oleh daerah kontak yang luas, khsusunya dibagian dasarnya. Intrusi ini bentuknya berupa cekungan
dengan ketebalan 8 km, dengan daerah kontak antara 100 – 3000 meter.dibagian luar dicirikan oleh
zona andalusit, sedangkan bagian dalam terutama batutanduk (hornfel) pelitik dapat dengan biotit
kordierit, kuarsa, andalausit garnetdan feldspar.
Gambar 6.6. efek penyebaran panas dari berbagai intrusi pada 5-6 km dan 1,2 km. dimana D =
ketebalan tubuh intrusi (sumber, winkier 1967, fig 19).
Fasies sanidinit kurang penting dari penyebaran geologinya karena hanya berupa xenolith dalam
lava basa, fragmen dalam tuf, dan zona sempit disekitar pipa dan leher gunungapi yang bersusun bas.
Sedangkan winkler (1967) membagi fasies batutanduk dari metamorfosa kontak menjadi tiga,
yaitu :
a. Batutanduk albit-epidot
b. Batutanduk hornblende
c. Batutanduk K.feldspar-kordierit
Fasies ini oleh Winkler (1976) disebut fasies batutanduk K. Feldspar-kordierit, karena
pertama sekali K. Fieldspar dan kordierit.
Kumpulan mineral dengan kelebihan SiO2. Prinsip kumpulan yang mana dapat mengandung
kuarsa dan potash feldspar seperti terlihat dibawah ini.
Penimbunan (burial) dalam sedimen dalam suatu cekungan dan baluan volkanik akan
mengakibatkan suatu kondisi temperatur dan tekanan yang menghasilkan reaksi antara fasa-fasa
mineral. Pada umumnya kumpulan yang stabil pada lingkungan sedimen ditandai oleh lempung.
serpih, monnorilonit dan ilit serta sedimen kapuran. Dalam batupasir volkanik fise temperatur tinggi.
Seperti lava, piroksin. hormblende dan sebagainya.
Pada batar diagnesa dan metamorfosa regonal maka terjadi pengaturan kembali terhadap
lempung, kristalisnsi kuarsa dan K feldspar, dan terombaknya mineral temperatur tinggi serta
pengendapan karbonat. Bla perubahan ini terjali juga piada butiran yang kasar (ukuran pasir), maka
memasuki metamorfosa yaitu fanies zeolit.
ketebalan tumpukan untuk dapat terjadi fasies zeolit dari batupasir volkanik andesitik ialah
antara 20.000 sampai 30.000 Ft, Keondisi dari tekanan beban 2.000 ampai 3.000 bar dan temperatur
berkisar 200 sampai 300°C.
Tidak semua jenis zeolit terbentuk dalam fasies ini hanya laumontit yang terbentuk dengan
proses metamorfosa. Sedangkan zeolit jenis yang lain terbentuk dengan proses sedimentasi yang
berhubungan erat dengan kadar keasaman dari suatu cekungan.
Fasies sekis hijau merupakan fasies yang luas penyebarannya, batuan yang termasuk ke dalam
sekis hijau banyak sekali. Derivat pelitiknya seperti batusabak, filit dan sekis, tercirikan oleh
sekistositas karena orientasi terpilih atau terarah dari mineral mika atau klorit.
Di zona klorit batuan umumnya berbutir halus, tetapi pada derajat yang lebih tinggi menjadi
lebih besar (filit dan sekis) disertai differensiasi metamorfosa dengan lembaran tersigregasi dan
deformasi yang menimbulkan lineasi dan sekistositas. Subfasies yang termasuk ke dalam fasies sekis
hijau adalah:
a. Kuarsa-albit-muskovit-klorit
b. Kuarsa-albit-epidot-biotit
c. Kuarsa-albit-epidot-almandin