Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS ANALISA INTERAKSI SPASIAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR


GEOGRAFI (ABKA516) YANG DIAMPU OLEH:

Dr. NASRUDDIN, S.Pd., M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2017

A. LATAR BELAKANG

Seperti yang terlihat pada zaman sekarang, banyak sekali bencana yang terjadi di
Indonesia seperti banjir, tanah longsor, kebakaran ,dan yang lainnya. hal tersebut
tentunya tidak terlepas dari perubahan yang terjadi di permukaan bumi. Seperti
halnya Kebakaran, Kebakaran adalah suatu bencana, malapetaka, atau musibah yang
ditimbulkan oleh api yang tidak diharapkan atau tidak dibutuhkan, sukar dikuasai,
dan merugikan (Wachyudin, M.Y., 1986: 1).

Kebakaran dapat dikategorikan sebagai bencana alam (natural disasters) maupun


bencana non-alam yang diakibatkan oleh kelalaian manusia (man-made diasters).
Sumber bencana yang ditimbulkan oleh alam yang menyebabkan kebakaran seperti
petir, gempa buni, letusan gunung berapi, dan kekeringan. Kebakaran yang
diakibatkan oleh kelalaian manusia disebabkan karena pemasangan instalasi listrik,
penggunaan kompor, dan penggunaan alat penerangan. Kebakaran tidak hanya
dapat menimbulkan kerugian materiil, tetapi dapat menghilangkan nyawa manusia
(Lasuda, S., 2010: 1).

korban dari bencana kebakaran pun bermacam-macam mulai dari para warga
yang menjadi korban bencana, tanah yang kehilangan kemampuan untuk menyerap
air hujan atau bisa disebut erosi tanah, serta rusaknya ekosistem disekitar wilayah
kebakaran.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah bencana kebakaran seperti
Jauhkan lampu dari benda apapun yang dapat terbakar seperti pelindung lampu,
kasur, gorden, dan pakaian, ganti kabel listrik yang rusak dan retak, merokoklah di
luar rumah atau ruangan, gunakan asbak rokok yang dalam dan tidak mudah
terbakar, jangan tinggalkan dapur dalam keadaan kompor menyala, matikan kompor
lalu angkat panci dan wajan, begitu juga jika menggunakan oven, keluarkan
makanan dan matikan oven, jauhkan kompor dari barang-barang yang mudah
terbakar, seperti lap, sarung tangan oven, bahkan gorden dapur.

B. PEMBAHASAN
 PETA LOKASI KEBAKARAN PROVINSI DKI JAKARTA BULAN JULI 2017
 STUDI KASUS ANALISA INTERAKSI SPASIAL
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara dan kota
terbesar di Indonesia.Jakarta terletak diantara 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS dan 106°
22' 42" - 106° 58' 18" BT. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang
memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau
Jawa. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan
penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011) dan . Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan
terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Di sebelah Selatan, DKI
Jakarta berbatasan dengan Kabupaten Bogor; Sebelah Barat, berbatasan dengan
Kabupaten Tangerang; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Bekasi; Dan
sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa.

Bencana Kebakaran yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta terjadi setiap bulan.
Untuk peta yang akan dibahas yaitu pada bulan Agustus karena pada bulan ini
tingkat kejadiannya cukup besar per tahun 2017 yaitu sebanyak 73 kejadian yang
tersebar di Jakarta Pusat sebanyak 9 kejadian, Jakarta Utara 14 kejadian, Jakarta
Barat 14 kejadian, Jakarta Selatan 21 kejadian, dan Jakarta Timur 15 kejadian.

Korban yang terkena dari dampak yang timbulkan bencana kebakaran ini seperti
para warga yang kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi ketempat yang
lebih aman, belum lagi para korban tewas akibat tidak dapat menyelamatkan diri,
fasilitas-fasilitas yang rusak akibat kebakaran.

Daerah yang memiliki titik kebakaran terbanyak yaitu di Jakarta Selatan dengan
21 kejadian kebakaran dan, kemudian daerah yang memiliki titik kebakaran
menengah yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Timur.

Dari adanya daerah yang menjadi titik kebakaran terbanyak, dan menengah,
tentu ada beberapa interaksi yang terjadi pada daerah tersebut. Secara konteks
wilayah Jakarta Selatan di sebelah utara, berbatasan dengan Jakarta Barat dan
Jakarta Pusat. Di sebelah timur berbatasan dengan Jakarta Timur. Hal ini
menyebabkan apabila terjadi kebakaran di Jakarta Selatan kemungkinan besar
daerah Jakarta Timur dan Jakarta Barat yang letaknya berdekatan dengan Jakarta
Selatan akan mengalami pemadaman listrik. Akan tetapi ada timbal balik lainnya
yang dapat oleh tiga kota ini yaitu dalam mobilitas penduduk untuk sementara yaitu
menjadi tempat pengungsian ketika terjadi bencana kebakaran, misalnya pada
daerah Jakarta Selatan titik kejadian kebakaran terbanyak, sehingga Jakarta Timur
dan Jakarta Barat dapat menyediakan tempat untuk menjadi lokasi pengungsian
selama kejadian dan didukung lokasi mereka yang berdekatan, begitupun sebaliknya
ketika di Jakarta Timur terjadi kebakaran Jakarta Selatan dapat menyediakan lokasi
untuk para pengungsi.

Dampak dari interaksi yang juga terjadi pada 3 kota ini ialah dapat saling
berpengaruh antara wilayah yang mampu menjadi penyedia lokasi pada saat terjadi
bencana kebakaran dan menjadi jalur transportasi bagi para pengungsi yang ingin
melintas.

Dari adanya interaksi tentu tetap diperlukan cara untuk mengantisipasinya tetapi
tidak menghilangkan karena kita tahu bahwa bencana adalah hal yang tidak dapat
dihindari. Akan tetapi kita dapat melakukan beberapa pencegahan atau pengurangan
seperti, menggunakan peralatan listrik Standar Nasional Indonesia (SNI).
Penggunaan kabel dengan tidak berstandar kerap membuat beban aliran listrik tidak
sebanding, yang berakibat pada kelebihan kapasitas sehingga berujung pada
korsleting yang menyebabkan kebakaran, menyerahkan pekerjaan instalasi listrik
kepada petugas yang memiliki sertifikasi dalam penanganan kelistrikan, warga yang
telah memiliki rumah dengan usia di atas 10 tahun harus memeriksa kondisi
jaringan listriknya, tidak menggunakan stop kontak yang bertumpuk dan
meninggalkan peralatan listrik dalam posisi hidup, tidak membuang putung rokok
sembarangan; Mematikan kompor dan oven ketika selesai digunakan, jauhkan alat
yang mudah terbakar seperti, lap, sarung tangan pemanggang dari kompor, tidak
lupa mematikan alat listrik ketika akan bepergian, dan memasang alarm asap di
setiap ruang, terutama ruangan dapur, dan ruang tidur.

C. KESIMPULAN
Dari peta dan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan Kebakaran adalah suatu
bencana, malapetaka, atau musibah yang ditimbulkan oleh api yang tidak
diharapkan atau tidak dibutuhkan, sukar dikuasai, dan merugikan. Seperti yang
terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Untuk peta yang akan dibahas yaitu pada bulan
Agustus karena pada bulan ini tingkat kejadiannya cukup besar per tahun 2017 yaitu
sebanyak 73 kejadian yang tersebar di Jakarta Pusat sebanyak 9 kejadian, Jakarta
Utara 14 kejadian, Jakarta Barat 14 kejadian, Jakarta Selatan 21 kejadian, dan
Jakarta Timur 15 kejadian. Korban yang terkena dari dampak yang timbulkan
bencana kebakaran ini seperti para warga yang kehilangan tempat tinggal dan harus
mengungsi ketempat yang lebih aman, belum lagi para korban tewas akibat tidak
dapat menyelamatkan diri, fasilitas-fasilitas yang rusak akibat kebakaran. Daerah
yang memiliki titik kebakaran terbanyak yaitu di Jakarta Selatan dengan 21
kejadian kebakaran dan, kemudian daerah yang memiliki titik kebakaran menengah
yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Hal ini menyebabkan apabila terjadi
kebakaran di Jakarta Selatan kemungkinan besar daerah Jakarta Timur dan Jakarta
Barat yang letaknya berdekatan dengan Jakarta Selatan akan mengalami
pemadaman listrik. Akan tetapi ada timbal balik lainnya yang dapat oleh tiga kota
ini yaitu dalam mobilitas penduduk untuk sementara yaitu menjadi tempat
pengungsian ketika terjadi bencana kebakaran, misalnya pada daerah Jakarta Selatan
titik kejadian kebakaran terbanyak, sehingga Jakarta Timur dan Jakarta Barat dapat
menyediakan tempat untuk menjadi lokasi pengungsian selama kejadian dan
didukung lokasi mereka yang berdekatan, begitupun sebaliknya ketika di Jakarta
Timur terjadi kebakaran Jakarta Selatan dapat menyediakan lokasi untuk para
pengungsi. Dampak dari interaksi yang juga terjadi pada 3 kota ini ialah dapat
saling berpengaruh antara wilayah yang mampu menjadi penyedia lokasi pada saat
terjadi bencana kebakaran dan menjadi jalur transportasi bagi para pengungsi yang
ingin melintas. Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mencegah bencana
kebakaran yaitu, menggunakan peralatan listrik Standar Nasional Indonesia (SNI).
Penggunaan kabel dengan tidak berstandar kerap membuat beban aliran listrik tidak
sebanding, yang berakibat pada kelebihan kapasitas sehingga berujung pada
korsleting yang menyebabkan kebakaran, menyerahkan pekerjaan instalasi listrik
kepada petugas yang memiliki sertifikasi dalam penanganan kelistrikan, warga yang
telah memiliki rumah dengan usia di atas 10 tahun harus memeriksa kondisi
jaringan listriknya, tidak menggunakan stop kontak yang bertumpuk dan
meninggalkan peralatan listrik dalam posisi hidup, tidak membuang putung rokok
sembarangan; Mematikan kompor dan oven ketika selesai digunakan, jauhkan alat
yang mudah terbakar seperti, lap, sarung tangan pemanggang dari kompor,
D. DAFTAR PUSTAKA
 https://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertian-kebakaran/

 http://gis.bpbd.jakarta.go.id

 https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Administrasi_Jakarta_Selatan

 https://www.mtwi.co.id/id/berita/94/cara-mencegah-dan-menanggulangi-
kebakaran

 https://news.detik.com/berita/3607125/kebakaran-300-rumah-di-kebon-pala-
diduga-karena-korsleting

 http://megapolitan.kompas.com/read/2012/08/24/18394762/
inilah.daerah.rawan.kebakaran.di.jakarta

 http://news.liputan6.com/read/3064715/kebakaran-di-kebayoran-lama-padam-
setelah-4-jam

Anda mungkin juga menyukai