KULIAH LAPANG
Penyusun:
Tim Dosen Kuliah Lapang
1
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan karunia-Nya, maka
MODUL KULIAH LAPANG Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura dapat terselesaikan. Buku ini dimaksudkan
untuk memudahkan praktikan serta Tim Asisten untuk melakukan proses Kuliah Lapang.
Inti dari buku ini adalah beberapa materi yang akan disampaikan pada praktikum
diantaranya yakni metode Geolistrik, metode Elektromagnetik, metode Self-Potential,
Osenografi, Sains Atmosfer dan Perpetaan.
Kami Penulis sadar bahwa buku cetakan yang pertama ini masih banyak kekurangan dan masih
perlu banyak diperbaiki lagi. Maka kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima
oleh kami Tim Asisten dan Pengampu Mata Kuliah Kuliah Lapang.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan buku ini. Besar harapan bahwa buku panduan ini akan bermanfaat untuk
jalannya Praktikum. Kami harapkan agar buku panduan ini dapat bermanfaat dan
memenuhi fungsinya dalam memperlancar pelaksanaan Kuliah Lapang di Program Studi
Geofisika FMIPA Universitas Tanjungpura.
2
METODE GEOLISTRIK
I. Tujuan Percobaan
Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang untuk mengidentifikasi sumber daya alam
(SDA) di bawah permukaan tanah dengan memanfaatkan sifat kelistrikan mineral (batuan).
Pada medium bumi homogen, arus listrik I diinjeksikan ke bumi melalui elektroda arus
listrik positif (Current Source). Arus lisrik yang diinjeksikan berarah radial keluar dari
elektroda dan membangkitkan permukaan ekipotensial yang arahnya tegak lurus dengan garis-
garis arus listrik dan berbentuk setengah bola (Gambar II.1a). Dalam situasi yang sama antara
elektroda arus positif (Current Source) dan elektroda arus negatif (Current Sink) menghasilkan
garis-garis aliran arus listrik dan permukaan ekipotensial menjadi lebih komplek (Gambar
II.1b). Garis-garis permukaan ekipotensial inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan
potensial di permukaan bumi yang dapat terukur oleh voltmeter.
Gambar II.1 Gambaran sederhana garis-garis arus listrik dan permukaan ekipotensial yang
timbul dari (a). Satu buah elektroda sumber (current cource) (b). Satu set
elektroda (current source and sink).
Potensial listrik di sekitar elektroda positif ataupun negatif berbentuk bulatan setengah bola.
Potensial listrik di sekitar elektroda positif (Current Source) akan bernilai positif dan berkurang
3
seiring dengan pertambahan jarak. Arus listrik bertanda negatif pada elektroda negatif (Current
Sink), dengan aliran arus listrik mengarah keluar dari permukaan tanah. Oleh karena itu,
potensial listrik di sekitar elektoda negatif bernilai negatif dan bertambah (dengan nilai negatif)
seiring dengan pertambahan jarak dari elektroda negatif.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, beda potensial listrik di antara dua buah pasangan elektroda
potensial listrik yang terpisah pada jarak tertentu di permukaan bumi dapat terukur. Hasil data
beda potensial yang telah terukur dalam sebuah penelitian, struktur resistivitas bawah
permukaan bumi di area penelitian dapat dipetakan.
Susunan empat buah elektroda terdiri dari sepasang elektroda arus listrik dan sepasang
elektroda potensial listrik yang terpisah pada jarak tertentu. Elektroda A dan B merupakan
elektroda arus listrik yang berturut-turut berfungsi sebagai sumber arus listrik dan arus listrik
masukan, sedangkan elektroda M dan N merupakan elektroda potensial listrik yang digunakan
untuk mengukur beda potensial di antara dua titik yang berjarak tertentu yaitu titik M dan N
(Gambar II.2).
Gambar II.2. Konfigurasi empat buah elektroda secara umum, yang terdiri dari sepasang
elektroda arus listrik (A dan B) dan sepasang elektroda potensial listrik (M dan
N).
Pada elektroda M, potensial listrik yang dihasilkan oleh elektroda A bernilai positif, yaitu
I
sebesar , sedangkan potensial listrik pada elektroda M yang dihasilkan oleh
2 rAM
4
I
elektroda B benilai negatif, yaitu sebesar , sehingga besar potensial listrik pada
2 rBM
elektroda M sebesar
I 1 1
VM (II.3)
2 rAM rBM
Demikian pula pada elektroda N, potensial listrik dihasilkan oleh elektroda arus listrik A dan
B, sehingga besar potensial listrik pada elektroda N adalah sebesar
I 1 1
VN (II.4)
2 rAN rBN
Setelah diperoleh nilai potensial listrik pada elektroda M dan elektroda N, beda potensial listrik
antara elektroda M dan N adalah sebesar
I 1
1 1 1
V (II.5)
2 rAM rBM
rAN rBN
Semua besaran pada persamaan (II.5) dapat diukur di atas permukaan tanah terkecuali nilai
resitivitas . Berdasarkan persamaan (II.5), persamaan resitivitas semu dapat dituliskan
V
k (II.7)
I
1
1
1 1 1
k 2 (II.8)
rAM rBM rAN rBN
Dimana k adalah faktor geometri konfigurasi,
Secara umum, persamaan resitivitas semu dengan menggunakan metode empat buah elektroda
akan lebih mudah diperoleh dengan menggunakan konfigurasi khusus dari susunan elektroda
arus listrik dan elektroda potensial listrik. Terdapat beberapa konfigurasi khusus susunan empat
buah elektroda pada metode geolistrik yang sering dipergunakan, diantaranya adalah
konfigurasi Wenner, Schlumberger, Wenner-Schlumberger, dan dipol-dipol.
5
III. Peralatan Praktikum
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum metode geolistrik tahanan jenis adalah
sebagai berikut:
1. Resestivitimeter 8. Meteran
2. 2 (dua) buah elektroda arus 9. Kompas
3. 2 (dua) buah elektroda potensial 10. GPS
4. Kabel elektoda 11. Patok
5. Kabel konektor 12. Alat tulis
6. Baterai basah/kering 13. Tali rapia
7. Palu elektroda
6
9. Lakukan pengukuran beberapa kali (misal, 3 kali) untuk lebih meyakinkan data hasil
pengukuran. Catat semua hasil pengukuran, termasuk jarak spasi elektroda (a, n) dalam
tabel hasil pengukuran (Lampiran 1).
10. Pindahkan posisi elektroda ke posisi pengukuran berikutnya sesuai konfigurasi yang
digunakan (bagian V) dan stacking chart (Gambar VI.1)
11. Lakukan prosedur pengukuran yang sama seperti prosedur 1-10 untuk mendapatkan data
dengan posisi elektroda yang berbeda.
7
6. Masuk ke program Res2Dinv.
7. Dari tampilan windows Res2Dinv, buka menu file untuk membaca data yang disimpan
dalam program Notepad (file data1.dat).
8. Kemudian pilih menu inversi, lalu pilih least-squares invertion.
8
METODE ELEKTROMAGNETIK
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan nilai konduktivitas mineral (batuan) di bawah permukaan tanah.
2. Mengidentifikasi mineral/ batuan pada suatu lokasi.
Medan magnet primer dihasilkan dengan melewatkan arus AC melalui kumparan kawat pada
transmitter (Tx). Medan magnet primer akan merambat di atas dan di bawah permukaan tanah.
Jika terdapat material konduktif di bawah permukaan, medan magnet primer yang berubah
terhadap waktu akan menginduksi material tersebut sehingga muncul rotasi medan listrik (eddy
current). Medan listrik tersebut membangkitkan medan magnet sekunder yang akan terdeteksi
oleh receiver (Rx). Receiver juga mendeteksi medan magnet primer (medan yang dihasilkan
adalah kombinasi dari primer dan sekunder yang berbeda dari medan primer dalam fase dan
amplitudo). Setelah kompensasi untuk bidang utama (yang dapat dihitung dari posisi relatif
dan orientasi dari kumparan), baik besaran dan fase relatif bidang sekunder dapat diukur.
Perbedaan dalam bidang resultan dari medan primer memberikan informasi tentang geometri,
ukuran dan sifat listrik dari konduktor bawah permukaan. Setelah mendapatkan perbedaan
9
medan EM primer dan medan EM sekunder, dapat ditentukan konduktivitas dari mineral bawah
permukaan tanah, diberikan persamaan sebagai berikut:
4 Hs
a (II.11)
o s 2 H p
dengan :
a = konduktivitas semu (Siemen/m)
H s = medan magnet sekunder (A/m)
Gambar 2. Konfigurasi EM-Conductivity (a) sistem loop horizontal coplomar (HCP) dan (b)
system loop vertical coplomar (VCP).
10
2. Palu elektroda 6. Patok
3. Meteran 7. Alat tulis
4. Kompas 8. Tali rapia
Daftar Pustaka
Kearey, P.; Brooks, M. dan Hill, I., 2002, An Introduction to Geophysical Exploration, Edisi
ke-3, USA, Blackweell Science Ltd.
11
SAINS ATMOSFER
I. Tujuan Praktikum
Tujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang atmosfer bumi yang meliputi
kelembaban, suhu, tekanan udara, arah dan kecepatan udara.
II. LandasanTeori
Sumber panas di bumi adalah matahari. Banyak sedikitnya sinar yang diterima oleh permukaan
bumi ditentukan oleh faktor-faktor berikut.
Keadaan Awan Jika mendung atau berawan, sebagian panas matahari diserap oleh
awan.
Keadaan Permukaan Bumi : Bidang permukaan bumi yang terdiri atas laut dan daratan
sangat mempengaruhi penyerapan sinar matahari.
Sudut Datang Matahari : Apabila matahari dalam keadaan tegak, sudut datang matahari
akan semakin kecil sehingga semakin banyak panas yang diterima bumi. Matahari
dalam keadaan miring sudutnya semakin besar sehingga semakit sedikit sinar panas
yang diterima di bumi.
Lama Penyinaran Matahari : Makin lama matahari bersinar, makin banyak panas yang
diterima bumi. Alat pengukur suhu udara disebut termometer.
Daratan akan cepat menjadi panas dibandingkan dengan air atau laut. Pada siang hari suhu
daratan cepat menjadi panas, tetapi pada malam hari daratan cepat menjadi dingin. Keadaan
suhu sepanjang hari dapat diukur dengan termometer.
II.2 Angin
Angin adalah gerakan udara yang disebabkan adanya perbedaan suhu, yang selanjutnya
mengakibatkan perubahan tekanan. Tekanan udara naik jika suhunya rendah dan turun jika
suhunya tinggi. Angin bertiup dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.
II.3 Awan
12
Udara yang naik akan menjadi dingin sehingga kelembapannya bertambah. Pada
ketinggian tertentu udara tersebut akan jenuh dengan air sehingga terbentuklah awan.
e. Curah Hujan
Hujan merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan jatuhnya titiktitik air ke
permukaan bumi. Terjadinya hujan diawali oleh adanya penyinaran matahari pada air laut,
danau, sungai, dan lain-lain sehingga menyebabkan terjadinya penguapan. Hasil penguapan
yang berupa uap air terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi. Pada ketinggian tertentu
karena proses pendinginan (kondensasi) terjadilah titik-titik air yang semakin lama semakin
besar volumenya dan kemudian jatuh sebagai hujan. Alat pengukur arah hujan disebut
ombrometer.
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu
terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air
didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap
air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat
dikandungnya disebut udara jenuh.
13
1. Siapkan peralatan praktikum, higrometer, termometer barometer dan wind sock,
2. Ambillah arah angin menggunakan kompas geologi.
3. Ambillah data suhu menggunakan termometer membaca tinggi maksimum air raksa yan
naik pada termometer kemudian membaca kelembaban mengunakan barometer dan
tekanan denan menggunakan higrometer.
4. Ambillah data suhu, tekanan, kelembaban dan arah angin itu di lakukan setiap satu jam
sekali.
Daftar Pustaka
Tjasyono, B., 2008, Sains Atmosfer, Badan Metereologi dan Geofisika: Jakarta.
14
OSEANOGRAFI
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari penelitian kuliah lapang ini adalah:
1. Menentukan tinggi gelombang signifikan,menentukan periode rata-rata gelombang
,dan sudut datang gelombang.
2. Mengetahui pola dan MSL pasang surut air laut.
3. Mengetahui kecepatan dan arah arus pada saat pasang tertinggi ,surut terendah surut
menuju pasang dan pasang menuju surut.
4. Mengetahui bagaimana angkutan sedimen digaris susur pantai dan tolak pantai.
II.2. Arus
Arus Laut merupakan sebuah pergerakan sedimen yang mengapung pergerakan sediment
searah dengan arah pergerakan arus. Umumnya arus menyebar sepanjang garis pantai.
Penyebab terjadinya arus diantaranya perbedaan sebaran densitas di laut, angina dan air pasang.
Pertama. arus yang timbul akibat perbedaan sebaran densitas di laut dikarenakan oleh air yang
15
berdensitas lebih berat akan mengalir ke tempat air yang berdensitas kecil atau lebih ringan.
Arus jenis ini biasanya memindahkan sejumlah besar massa air ke tempat lain. Kedua, arus
yang ditimbulkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut biasanya membawa air kesatu
jurusan dengan arah yang sama selama satu musim tertentu. Ketiga, arus yang disebabkan oleh
air pasang. Arus jenis ini mengalirnya bolak-balik dari dan ke pantai, atau berputar.
II.3 Gelombang
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran kecil atau tidak
sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media yaitu air, sedangkan arus laut
adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya
yang dikarenakan oleh tiupan angin, perbedaan densitas dan gelombang laut.
Gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang laut dalam da gelombang laut
dangkal. Gelombang di laut dalam dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada
gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
2. Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda
langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
3. Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau
gempa di laut.
II.4 Sedimen
16
Sedimentologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang khusus membahas tentang
batuan sedimen, strukturnya, teksturnya dan segala aspek yang mempengaruhi dan akibat dari
proses pembentukan batuan sedimen tersebut. Untuk dapat mengetahui tentang genesa batuan
sedimen perlu dilakukannya beberapa analisis, salah satunya adalah analisis granulometri.
Granulometri adalah sebuah metode analisis batuan sedimen menggunakan ukuran butir.
Pembahasan tentang struktur sedimen, distribusi analisa ukuran butir yang biasanya disebut
analisa granulometri penting dilakukan guna mendapatkan fraksi butir sedimen. Dalam analisa
sedimen kering di ayak dengan saringan yang mempunyai ukuran lubang dari yang besar
hingga yang halus. Berat sedimen yang tidak lolos setiap saringan merupakan berat sedimen
yang lebih besar dari ukuran lubang saring yang dimaksud.
Pada metode analisis granulometri, biasanya digunakan empat parameter statistic yaitu
rata-rata (Quartil), pemilahan (sortasi), kepencengan (skewness), dan kurtosis.Sortasi adalah
tingkat keseragaman suatu butir.Sedangkan kepencengan adalah suatu nilai statistic yang
memperlihatkan kisaran penyebaran butiran dari nilai rata-ratanya.Jika kepencengan memiliki
nilai negatif atau nol maka batuan sedimen itu terendapkan di daerah pantai, namun apabila
kepencengan bernilai positif maka batuan sedimen tersebut merupakan endapan di daerah
sungai.Ukuran butir rata-rata mencerminkan secara umum seberapa besar butiran dimaksud
dan berkaitan erat dengan dinamika transportasi dan deposisi, terutama terkait dengan energy
dari media pembawa butiran yang bersangkutan.
Distribusi normal adalah ukuran butir pada bagian tengah sampel mempunyai jumlah
butir terbanyak, dan ukuran butir yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan
kiri dalam jumlah yang sama. Kepencengan bernilai positif bila dalam distribusi butir
berlebihan partikel halus dan bernilai negative jika berlebihan butiran kasar.Kurtosis adalah
perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi dari suatu
kurva.Kurva yang runcing disebut sebagai lepticutic menunjukkan dominasi ukuran butir rata-
rata besar, dan kurva yang tumpul disebut platycurtic menunjukkan kurang dominannya ukuran
butir rata-rata.
Sedimentasi merupakan salah satu cara pemisahan antara komponen atau partikel
berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir. Oleh karena itu, biasanya pemisahan
tersebut berlangsung lama, terutama jika perbedaan densitas antar komponen tersebut tidak
berbeda jauh. Secara visual, sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi dua fraksi
yaitu fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Dalam praktek, sedimentasi dapat dilakukan secara batch (terputus-putus untuk setiap satuan
17
volume atau berat bahan yang akan dipisahkan per satuan waktu) atau secara kontinyu (terus
menerus). Dalam sedimentasi kecepatan partikel jatuh atau naik melalui medium alir dapat
diperkirakan dengan menggunakan pendekatan matematis, tergantung kondisi partikel
tersebut, apakah dalam keadaan jatuh bebas (free settling) atau dalam keadaan hindered
settling.
Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tiang pasut 9. Paku secukupnya
2. Stopwatch 10. 16 buah kaleng susu
3. Layang-layang arus 11. 16 buah plastik sampel
4. Stopwatch 12. 4 buah Papan Triplek berukuran
5. Kompas Geologi 13. 2 buah spidol hitam permanen
6. Alat tulis 14. Kawat secukupnya
7. Tiang skala gelombang 15. Tali secukupnya
8. 4 buah kayu yang panjangnya ±1
meter
1. Tali diukur dengan meteran sepanjang 2-5 m yang dihubungkan dengan layang-layang
arus.
2. Lepaskan layang-layang arus dan hidupkan stopwatch secara bersamaan
3. Ikuti arah arus dengan kompas geologi.
18
4. Matikan stopwatch ketika tali layang-layang setelah tali pada layang-layang arus
tersebut meregang.
5. Catat waktu yang tertera pada stopwatch dan arah yang ditunjukkan oleh kompas
Geologi.
Data gelombang diambil setiap 2 jam sekali. Adapun cara pengambilan data gelombang
adalah sebagai berikut :
1. Tiang ukur ditancapkan terlebih dahulu pada dasar pantai
2. Lihat pergerakan naik (puncak) dan turun (lembah) gelombang, kemudian baca pada
tiang ukur pada posisi sebelum gelombang pecah sebanyak 51 kali pengambilan data.
3. Gelombang yang terbentuk dihitung dalam selang waktu yang ditentukan untuk
mengukur periode gelombangnya
4. Nyalakan stopwatch ketika pertama kali pembacaan puncak gelombang datang
5. Catat besarnya puncak gelombang serta lembahnya setiap kali ada gelombang datang
sampai 51 kali gelombang datang
6. Hentikan stopwatch pada pengambilan data lembah gelombang ke-51
7. Catat hasil pengukuran tersebut pada kertas yang telah disediakan.
Daftar Pustaka
Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography. New York Second
edition. Pergamon Press.
19
Praktikto,W.A 2000. Perencanaan fasilitas Pantai dan laut, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Rayitno, Pramudji, Imam Supangat, Sunarto. 2003. Pesisir dan Pantai Indonesia IX. Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
20
SURVEI TOPOGRAFI
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Menentukan elevasi
2. Menentukan jarak datar optis
3. Membuat azimuth patok
4. Membuat poligon tertutup
21
gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat. Karena fungsi altazimuth (sudut vertikal dan
sudut horizontal) dari theodolite itulah, proses pengukuran arah kiblat dapat dilakukan
dengan media alat ini.
Gambar 1 Theodolite
Gambar 2 Rambu
Gambar 2 merupakan sebagian dari mistar / rambu ukur yang diperbesar. Seperti dapat
kita lihat bahwa pada rambu tersebut terdapat lambang seperti huruf E dimana satu bagian
(satu strip) menandakan untuk satuan 1 cm dari hasil pengukuran yg kita lihat pada pesawat
penyipat datar (waterpass). Jadi satu huruf E tersebut mewakili juga untuk satuan per-5 cm.
II. 2 Poligon
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di
permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada titik-titik perpotongannya.
Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara sekaligus koordinat beberapa titik yang
letaknya berurutan dan memanjang.
22
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat dan sudut
jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan
jarak mendatar, maka pada pengukuran di lapangan data yang diambil adalah data sudut
mendatar dan jarak mendatar di samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu
titik yang telah diketahui koordinatnya.
23
Gambar 5. Pengukuran sudut mendatar
3. Poligon tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit atau
pada posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara geometris bentuk
rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan poligon
tertutup terikat sempurna.
Keterangan:
1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon
D12, d23,..., dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, s2, s3, ..., sn : sudut
24
II. Peralatan Praktikum
Adapaun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Theodolite sebanyak 1set 5. Patok sebanyak 4 buah
2. Rambu ukur sebanyak 1 buah 6. Palu
3. GPA sebanayak 1 buah 7. Paku payung
4. Meteran sebanyak 1 buah 8. Alat tulis
III. Prosedur Pengambilan Data
Adapun cara mengambil data topografi adalah sebagai berikut :
1. Patok yang terdiri dari 4 di beri penanda pada bagian atasnya menggunakan paku payung
dengan cara menancapkan paku tersebut.
2. Pengukuran topografi di lakukan menggunakan metode poligon tertutup dimana 1
poligon terdiri dari 4 patok dan 1 patok terdiri dari pengukuran biasa dan luar biasa serta
pengukuran situasi sebanyak 6
3. Dalam melakukan pengukuran, patok pertama dijadian acuan dan diarahkan ke arah utara
terlebih dahulu, dan untuk patok berikutnya acuan vertikalnya/horizontal adalah patok
sebelumnya, sehingga pengukuran tiap patok dapat mengunci posisi hingga dapat
membentuk poligon, misalnya patok 2 mengunci ke patok 1, patok 3 ke patok 2 , patok
4 ke arah patok 3, dan 1 ke arah 4
4. Pengambilan data pada tiap patok, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyentring
alat, setelah alat sudah pada posisi yang pas maka pengukuran bisa dilanjukan
5. Pengambilan data topografi, data yang perlu di ambil adalah tinggi alat pada masing
masing patok, tinggi patok, jarak antar patok yang masing masing di ukur menggunakan
meteran, ini bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran menggunakan theodolite
dan menggunakan pengukuran dengan meteran
6. Patok 1, pengukuran di lakukan terhadap patok 2 dan patok 4, dimana data yang di ukur
adalah data sudut vertikal dan horizontal pengukuran biasa, vertikal dan horizontal
pengukuran luar biasa dan juga situasi. Untuk patok 2 maka pengukuran dilakukakan
terhadap patok 1 dan patok 3, untuk patok 3 pengukuran terhadap patok 2 dan patok 4,
dan untuk patok 4 pengukuran terhadap patok 3 dan patok 1
7. Pengukuran situasi setiap patok, hal yang pertama dilakukan adalah mengukur jarak alat
dan setiap situasi menggunakan meteran, pada pengukuran ini data yang di ambil adalah
data benang tengah, benang atas dan benang bawah. Pada pengukuran menggunakan
rambu pemegang rambu harus pada posisi diam dan tegak lurus karna jika bergerser
sedikit saja maka pembacaan menjadi tidak akurat
25
8. Setelah selesai pembacaan pada masing masing patok, selanjutnya adalah mengambar
sketsa topografi.
Daftar Pustaka
Basuki, S. 2011. Ilmu ukur tanah. Penerbit gadjah mada university press. Yogyakarta.
Prahasta, E., 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar Perspektif. Jakarta.
26
GEOLOGI DASAR
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang hendak dipenuhi dari praktikum geologi ini adalah :
1. Mengidentifikasi batuan yang ada di lokasi praktikum
2. Menentukan lokasi penelitian
3. Menentukan strike, dip, plunge dan bearing
4. Membuat peta kontur berdasarkan elevasi.
5. Dapat mendeskripsikan geomorfologi di lokasi praktikum
27
Batuan beku asam : Gelap
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang
dapat dilihat dalam hand specimen sample:
Massif, Tidak menunjukan adanya lubang-lubang atau struktur aliran.
Vesikuler, Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma, arah lubang itu teratur.
Scoria, Berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
Amigdaloidal, Lubang-lubang yang terisi oleh mineral sekunder.
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan. Untuk batuan beku, pengamatan tekstur meliputi:
28
Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi atas:
Batuan beku asam: silika > 65%
Batuan beku menengah: silika 65-52%
Batuan beku basa: silika 52-45%
Batuan beku ultrabasa: silika < 45%
Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan beku terbagi atas:
Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%
Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60%
Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-90%.
Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-100%.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi,
maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa
penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L. Bowen
(Kanada) disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu:
1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang bewarna gelap, hal ini
disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum
29
(Mafic=Magnesium Ferric). Yang termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen,
amfibol, dan biotit.
2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang bewarna terang,
hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral
feldsparthoid) + silika. Yang termasuk mineral ini adalah: plagioklas, kalium feldspar
(potassium feldspar), muskovit dan kuarsa.
Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena
pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah
penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi
hancur atau larut dalam air. Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
30
1. Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang lebih kecil
oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi kimia dan kandungan
mineral batuan tersebut yang signifikan.
2. Pelapukan kimia, adalah proses dimana adanya perubahan komposisi kimia dan mineral
dari batuan.
3. Pelapukan biologi, penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan
manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
Erosi
Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang
disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Erosi tidak
sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
31
yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang dinamakan metamorfosis atau
perubahan bentuk. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius
dan tekanan yang ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan atau kimia yang besar. Batuan
Protolith dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, atau bisa juga batuan metamorf lain yang
usianya lebih tua. Batu gneis, batu sabak, batu marmer dan batu skist merupakan beberapa
contoh dari batuan metamorf.
2.5 Geomorfologi
Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana geomorfologi
yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang
meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape)
sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform). Bentuk lahan terdiri dari sistem
Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh
pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi.
2.6 Topografi
32
topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet,
satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan
suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian
(amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform).
Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif
dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk
lereng.
33
IV. Prosedur Pengambilan Data
Daftar Pustaka
Fossen, H., 2010, Structural Geology, Cambrige University Press, New York.
Noor, D., 2012, Pengantar Geologi, Graha Ilmu, Bogor.
34