Anda di halaman 1dari 34

MODUL

KULIAH LAPANG

Penyusun:
Tim Dosen Kuliah Lapang

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017

1
Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan karunia-Nya, maka
MODUL KULIAH LAPANG Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura dapat terselesaikan. Buku ini dimaksudkan
untuk memudahkan praktikan serta Tim Asisten untuk melakukan proses Kuliah Lapang.
Inti dari buku ini adalah beberapa materi yang akan disampaikan pada praktikum
diantaranya yakni metode Geolistrik, metode Elektromagnetik, metode Self-Potential,
Osenografi, Sains Atmosfer dan Perpetaan.

Kami Penulis sadar bahwa buku cetakan yang pertama ini masih banyak kekurangan dan masih
perlu banyak diperbaiki lagi. Maka kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima
oleh kami Tim Asisten dan Pengampu Mata Kuliah Kuliah Lapang.

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan buku ini. Besar harapan bahwa buku panduan ini akan bermanfaat untuk
jalannya Praktikum. Kami harapkan agar buku panduan ini dapat bermanfaat dan
memenuhi fungsinya dalam memperlancar pelaksanaan Kuliah Lapang di Program Studi
Geofisika FMIPA Universitas Tanjungpura.

2
METODE GEOLISTRIK

I. Tujuan Percobaan

1. Menentukan nilai resistivitas mineral (batuan) di bawah permukaan tanah.


2. Mengidentifikasi mineral (batuan) yang berada di bawah permukaan tanah

II. Landasan Teori

Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang untuk mengidentifikasi sumber daya alam
(SDA) di bawah permukaan tanah dengan memanfaatkan sifat kelistrikan mineral (batuan).
Pada medium bumi homogen, arus listrik  I  diinjeksikan ke bumi melalui elektroda arus

listrik positif (Current Source). Arus lisrik yang diinjeksikan berarah radial keluar dari
elektroda dan membangkitkan permukaan ekipotensial yang arahnya tegak lurus dengan garis-
garis arus listrik dan berbentuk setengah bola (Gambar II.1a). Dalam situasi yang sama antara
elektroda arus positif (Current Source) dan elektroda arus negatif (Current Sink) menghasilkan
garis-garis aliran arus listrik dan permukaan ekipotensial menjadi lebih komplek (Gambar
II.1b). Garis-garis permukaan ekipotensial inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan
potensial di permukaan bumi yang dapat terukur oleh voltmeter.

Gambar II.1 Gambaran sederhana garis-garis arus listrik dan permukaan ekipotensial yang
timbul dari (a). Satu buah elektroda sumber (current cource) (b). Satu set
elektroda (current source and sink).

Potensial listrik di sekitar elektroda positif ataupun negatif berbentuk bulatan setengah bola.
Potensial listrik di sekitar elektroda positif (Current Source) akan bernilai positif dan berkurang

3
seiring dengan pertambahan jarak. Arus listrik bertanda negatif pada elektroda negatif (Current
Sink), dengan aliran arus listrik mengarah keluar dari permukaan tanah. Oleh karena itu,
potensial listrik di sekitar elektoda negatif bernilai negatif dan bertambah (dengan nilai negatif)
seiring dengan pertambahan jarak dari elektroda negatif.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, beda potensial listrik di antara dua buah pasangan elektroda
potensial listrik yang terpisah pada jarak tertentu di permukaan bumi dapat terukur. Hasil data
beda potensial yang telah terukur dalam sebuah penelitian, struktur resistivitas bawah
permukaan bumi di area penelitian dapat dipetakan.

Susunan empat buah elektroda terdiri dari sepasang elektroda arus listrik dan sepasang
elektroda potensial listrik yang terpisah pada jarak tertentu. Elektroda A dan B merupakan
elektroda arus listrik yang berturut-turut berfungsi sebagai sumber arus listrik dan arus listrik
masukan, sedangkan elektroda M dan N merupakan elektroda potensial listrik yang digunakan
untuk mengukur beda potensial di antara dua titik yang berjarak tertentu yaitu titik M dan N
(Gambar II.2).

Gambar II.2. Konfigurasi empat buah elektroda secara umum, yang terdiri dari sepasang
elektroda arus listrik (A dan B) dan sepasang elektroda potensial listrik (M dan
N).

Pada elektroda M, potensial listrik yang dihasilkan oleh elektroda A bernilai positif, yaitu
I
sebesar   , sedangkan potensial listrik pada elektroda M yang dihasilkan oleh
2 rAM

4
I
elektroda B benilai negatif, yaitu sebesar   , sehingga besar potensial listrik pada
2 rBM
elektroda M sebesar

I  1 1 
VM      (II.3)
2  rAM rBM 

Demikian pula pada elektroda N, potensial listrik dihasilkan oleh elektroda arus listrik A dan
B, sehingga besar potensial listrik pada elektroda N adalah sebesar

I  1 1 
VN      (II.4)
2  rAN rBN 

Setelah diperoleh nilai potensial listrik pada elektroda M dan elektroda N, beda potensial listrik
antara elektroda M dan N adalah sebesar

I  1
 1   1 1 

V        (II.5)
2  rAM rBM
   rAN rBN 


Semua besaran pada persamaan (II.5) dapat diukur di atas permukaan tanah terkecuali nilai
resitivitas    . Berdasarkan persamaan (II.5), persamaan resitivitas semu dapat dituliskan

dalam bentuk persamaan seperti berikut


1
V 
 1 1   1 1 

  2      (II.6)
I 
 rAM rBM   rAN rBN 

V
 k (II.7)
I
1
 1
 1   1 1 

k  2      (II.8)

 rAM rBM   rAN rBN 

Dimana k adalah faktor geometri konfigurasi,
Secara umum, persamaan resitivitas semu dengan menggunakan metode empat buah elektroda
akan lebih mudah diperoleh dengan menggunakan konfigurasi khusus dari susunan elektroda
arus listrik dan elektroda potensial listrik. Terdapat beberapa konfigurasi khusus susunan empat
buah elektroda pada metode geolistrik yang sering dipergunakan, diantaranya adalah
konfigurasi Wenner, Schlumberger, Wenner-Schlumberger, dan dipol-dipol.

5
III. Peralatan Praktikum
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum metode geolistrik tahanan jenis adalah
sebagai berikut:
1. Resestivitimeter 8. Meteran
2. 2 (dua) buah elektroda arus 9. Kompas
3. 2 (dua) buah elektroda potensial 10. GPS
4. Kabel elektoda 11. Patok
5. Kabel konektor 12. Alat tulis
6. Baterai basah/kering 13. Tali rapia
7. Palu elektroda

IV. Prosedur Pengambilan Data


Adapun prosedur pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pasang elektroda sesuai konfigurasi yang diinginkan. Gunakan palu untuk menancapkan
elektroda ke dalam tanah.
2. Hubungkan elektroda arus menggunakan kabel gulung dan konektor ke C1 dan C2 pada
resistivitimeter.
3. Hubungkan elektroda potensial menggunakan kabel gulung dan konektor ke P1 dan P2
pada resistivitimeter.
4. Hubungkan baterai menggunakan kabel konektor ke jack INPUT (+) dan (-) pada
resistivitimeter.
5. Tekan tombol Power dari OFF menjadi ON, maka resistivitimeter sudah menyalakan. Lihat
jarum indikator Current Loop hingga menunjuk ke bagian kanan. Hal ini menunjukkan
kontak elektroda arus dengan tanah (bumi) dan resistivitimeter sudah cukup memadai. Jika
tidak, perbaiki koneksinya, tancap elektroda arus lebih dalam atau siram tanah di sekitar
elektroda arus dengan air atau larutan elektrolit untuk memperbaiki kontak.
6. Tekan tombol hingga display tegangan V menunjuk angka nol atau mendekati nol.
7. Injeksikan arus dengan menekan tombol START hingga display arus I (mA) menunjukkan
angka yang stabil.
8. Tekan tombol HOLD dan baca harga arus pada display arus I serta harga tegangan/potensial
pada display tegangan V sebagai data pengukuran.

6
9. Lakukan pengukuran beberapa kali (misal, 3 kali) untuk lebih meyakinkan data hasil
pengukuran. Catat semua hasil pengukuran, termasuk jarak spasi elektroda (a, n) dalam
tabel hasil pengukuran (Lampiran 1).
10. Pindahkan posisi elektroda ke posisi pengukuran berikutnya sesuai konfigurasi yang
digunakan (bagian V) dan stacking chart (Gambar VI.1)
11. Lakukan prosedur pengukuran yang sama seperti prosedur 1-10 untuk mendapatkan data
dengan posisi elektroda yang berbeda.

V. Pengolahan Data dengan Software Res2divn


Tahap-tahap pengolahan data metoda geolistrik tahanan jenis menggunakan
software Res2Dinv diuraikan seperti tahapan di bawah ini.
1. Data lapangan berupa arus (I), tegangan (V) dan jarak spasi elektroda (n, a).
2. Masukkan data lapangan dalam program Excel untuk menghitung faktor konfigurasi (k)
dan nilai resistivitas semu (ρ). Save filenya dalam bentuk file text (*.txt).
3. Buat input untuk program Res2Dinv di program Notepad, dengan format, input sebagai
berikut:
a. Nama lintasan survey.
b. Jarak elektroda terkecil (a).
c. Jenis konfigurasi (Wenner-Schlumberger =7)
d. Jumlah total datum point.
e. Posisi datum pertama (tulis 0 jika pertama di elektroda pertama atau tulis 1 jika datum
pertama berada di tengah lintasan elektoda).
f. Masukkan 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
g. Susunan data
Konfigurasi Wenner-Schlumberger: susunan data terdiri dari 4 (empat) kolom.
Kolom pertama menyatakan jarak datum dari patok (titik) acuan. Kolom kedua
merupakan spasi elektroda, kolom ketiga meyatakan lapisan ke-n, dan kolom
keempat adalah nilai resistivitas.
h. Ketik nol di akhir input data, 4 kali.
i. Jika ada topografi, maka dikasi angka 2 dan jumlah data topografi setelah itu
koordinat topografi.
4. Setelah diperoleh data input dalam program Notepad, kemudian save as dalam bentuk *.dat
(misal: data1.dat).
5. Keluar dari program Notepad.

7
6. Masuk ke program Res2Dinv.
7. Dari tampilan windows Res2Dinv, buka menu file untuk membaca data yang disimpan
dalam program Notepad (file data1.dat).
8. Kemudian pilih menu inversi, lalu pilih least-squares invertion.

VI. Daftar Pustaka

Lowrie, W., 2007. Fundamentals of Gheophysics. Cambrige : Cambrige University Press.

8
METODE ELEKTROMAGNETIK

I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan nilai konduktivitas mineral (batuan) di bawah permukaan tanah.
2. Mengidentifikasi mineral/ batuan pada suatu lokasi.

II. Landasan Teori


Survei elektromagnetik (EM) pada dasarnya diterapkan untuk mengetahui respon bawah
permukaan menggunakan perambatan gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat
adanya arus bolak-balik dan medan magnetik. Medan magnet primer dihasilkan oleh arus
bolak-balik yang melewati sebuah kumparan yang terdiri dari lilitan kawat. Respons bawah
permukaan berupa medan magnet sekunder dan resultan medan terdeteksi sebagai arus bolak-
balik yang menginduksi arus listrik pada koil penerima (receiver) sebagai akibat adanya
induksi medan magnetik. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Induksi gelombang elektromagnetik

Medan magnet primer dihasilkan dengan melewatkan arus AC melalui kumparan kawat pada
transmitter (Tx). Medan magnet primer akan merambat di atas dan di bawah permukaan tanah.
Jika terdapat material konduktif di bawah permukaan, medan magnet primer yang berubah
terhadap waktu akan menginduksi material tersebut sehingga muncul rotasi medan listrik (eddy
current). Medan listrik tersebut membangkitkan medan magnet sekunder yang akan terdeteksi
oleh receiver (Rx). Receiver juga mendeteksi medan magnet primer (medan yang dihasilkan
adalah kombinasi dari primer dan sekunder yang berbeda dari medan primer dalam fase dan
amplitudo). Setelah kompensasi untuk bidang utama (yang dapat dihitung dari posisi relatif
dan orientasi dari kumparan), baik besaran dan fase relatif bidang sekunder dapat diukur.
Perbedaan dalam bidang resultan dari medan primer memberikan informasi tentang geometri,
ukuran dan sifat listrik dari konduktor bawah permukaan. Setelah mendapatkan perbedaan

9
medan EM primer dan medan EM sekunder, dapat ditentukan konduktivitas dari mineral bawah
permukaan tanah, diberikan persamaan sebagai berikut:

4  Hs 
a    (II.11)
o s 2  H p 
dengan :
 a = konduktivitas semu (Siemen/m)
H s = medan magnet sekunder (A/m)

H p = medan magnet primer (A/m)

 = 2  f , f adalah frekuensi gelombang EM ( f dalam Hz)

o = permeabilitas vakum (4π x 10-7 H/m)


S = jarak antara pemancar dan penerima (meter)

Konfigurasi EM-Conductivity yang bisa digunakan oleh perangkat GF-Instrument


CMD-4 adalah sistem Loop Vertical Coplanar (VCP) dan Loop Horizontal Coplanar (HCP).
VCP biasa disebut juga Horizontal Magnetic Dipole (HMD).Demikian juga pada HCP yang
biasa disebut Vertical Magnetic Dipole (VMD). Penetrasi optimum untuk konfigurasi HCP
dapat mencapai kedalaman 6 meter dan dapat direduksi menjadi kedalaman meter dengan
menggunakan konfigurasi VCP.

Gambar 2. Konfigurasi EM-Conductivity (a) sistem loop horizontal coplomar (HCP) dan (b)
system loop vertical coplomar (VCP).

III. Peralatan Praktikum


Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum metode elektromagnetik adalah sebagai
berikut:
1. EM-Conductivitymeter 5. GPS

10
2. Palu elektroda 6. Patok
3. Meteran 7. Alat tulis
4. Kompas 8. Tali rapia

IV. Prosedur Pengambilan Data


Adapun prosedur pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Tentukanlah lintasan untuk pengambilan data.
2. Tentukanlah koordinat mengunakan GPS lintasan praktikum.
3. Siapkan alat EM-Conductivitymeter, kemudian hubungkan main unit dengan probe alat
EM-Conductivitymeter.
4. Aturlah alat EM-Conductivitymeter pada konfigurasi HCP
5. Hidupkanlah alat tersebut dengan menekan tombol Power, kemudian aturlah spasi antar
data yang diambil, kemudian ambillah data tiap titik yang telah ditentukan.
6. Kemudian lakukan langkah 1 sampai dengan langkah 4 untuk lintasan yang lain.
7. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk konfigurasi VCP.

Daftar Pustaka
Kearey, P.; Brooks, M. dan Hill, I., 2002, An Introduction to Geophysical Exploration, Edisi
ke-3, USA, Blackweell Science Ltd.

11
SAINS ATMOSFER

I. Tujuan Praktikum

Tujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang atmosfer bumi yang meliputi
kelembaban, suhu, tekanan udara, arah dan kecepatan udara.

II. LandasanTeori

II.1. Penyinaran dan Suhu

Sumber panas di bumi adalah matahari. Banyak sedikitnya sinar yang diterima oleh permukaan
bumi ditentukan oleh faktor-faktor berikut.
 Keadaan Awan Jika mendung atau berawan, sebagian panas matahari diserap oleh
awan.
 Keadaan Permukaan Bumi : Bidang permukaan bumi yang terdiri atas laut dan daratan
sangat mempengaruhi penyerapan sinar matahari.
 Sudut Datang Matahari : Apabila matahari dalam keadaan tegak, sudut datang matahari
akan semakin kecil sehingga semakin banyak panas yang diterima bumi. Matahari
dalam keadaan miring sudutnya semakin besar sehingga semakit sedikit sinar panas
yang diterima di bumi.
 Lama Penyinaran Matahari : Makin lama matahari bersinar, makin banyak panas yang
diterima bumi. Alat pengukur suhu udara disebut termometer.

Daratan akan cepat menjadi panas dibandingkan dengan air atau laut. Pada siang hari suhu
daratan cepat menjadi panas, tetapi pada malam hari daratan cepat menjadi dingin. Keadaan
suhu sepanjang hari dapat diukur dengan termometer.

II.2 Angin
Angin adalah gerakan udara yang disebabkan adanya perbedaan suhu, yang selanjutnya
mengakibatkan perubahan tekanan. Tekanan udara naik jika suhunya rendah dan turun jika
suhunya tinggi. Angin bertiup dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.

II.3 Awan

12
Udara yang naik akan menjadi dingin sehingga kelembapannya bertambah. Pada
ketinggian tertentu udara tersebut akan jenuh dengan air sehingga terbentuklah awan.

II.4 Kelembapan Udara


Kelembapan udara, yaitu banyak sedikitnya uap air di udara. Kelembapan ini
mempengaruhi pengendapan air di udara. Pengendapan air di udara dapat berupa awan, kabut,
embun, dan hujan. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut higrografi. Kelembapan
udara terdiri atas kelembapan relatif dan kelembapan absolut.

e. Curah Hujan
Hujan merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan jatuhnya titiktitik air ke
permukaan bumi. Terjadinya hujan diawali oleh adanya penyinaran matahari pada air laut,
danau, sungai, dan lain-lain sehingga menyebabkan terjadinya penguapan. Hasil penguapan
yang berupa uap air terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi. Pada ketinggian tertentu
karena proses pendinginan (kondensasi) terjadilah titik-titik air yang semakin lama semakin
besar volumenya dan kemudian jatuh sebagai hujan. Alat pengukur arah hujan disebut
ombrometer.

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu
terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air
didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap
air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat
dikandungnya disebut udara jenuh.

III. Peralatan Praktikum


Pada Praktikum ini peralatan yang digunakan ada:
1. Wind Sock
2. Kompas Geologi
3. Higrometer
4. Termometer
5. Barometer

IV. Prosedur Pengambilan Data

13
1. Siapkan peralatan praktikum, higrometer, termometer barometer dan wind sock,
2. Ambillah arah angin menggunakan kompas geologi.
3. Ambillah data suhu menggunakan termometer membaca tinggi maksimum air raksa yan
naik pada termometer kemudian membaca kelembaban mengunakan barometer dan
tekanan denan menggunakan higrometer.
4. Ambillah data suhu, tekanan, kelembaban dan arah angin itu di lakukan setiap satu jam
sekali.

Daftar Pustaka

Tjasyono, B., 2008, Sains Atmosfer, Badan Metereologi dan Geofisika: Jakarta.

14
OSEANOGRAFI

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari penelitian kuliah lapang ini adalah:
1. Menentukan tinggi gelombang signifikan,menentukan periode rata-rata gelombang
,dan sudut datang gelombang.
2. Mengetahui pola dan MSL pasang surut air laut.
3. Mengetahui kecepatan dan arah arus pada saat pasang tertinggi ,surut terendah surut
menuju pasang dan pasang menuju surut.
4. Mengetahui bagaimana angkutan sedimen digaris susur pantai dan tolak pantai.

II. Landasan Teori


II.1 Pasang Saurut
Pasang surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap biota laut
khususnya di wilayah pantai. Proses terjadinya pasang surut banyak dijelaskan di dalam buku-
buku tentang oseanografi. Pasang surut pertama terjadi karena adanya gaya tarik bulan bumi
berputar bersama kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali
surut selama 24 jam.
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air
terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan
dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut
tergantung pada tipe pasang surut.Periode pada mana muka air naik disebut pasang, sedangkan
pada saat air turun disebut surut. Pasang surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian
teratas saja, melainkan seluruh massa air dan energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan
pantai, terutama di teluk-teluk atau di selat-selat yang sempit, gerakan naik turun atau variasi
muka air menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang menyangkut massa
air dalam jumlah sangat besar dan arahnya kurang lebih bolak-balik.

II.2. Arus

Arus Laut merupakan sebuah pergerakan sedimen yang mengapung pergerakan sediment
searah dengan arah pergerakan arus. Umumnya arus menyebar sepanjang garis pantai.
Penyebab terjadinya arus diantaranya perbedaan sebaran densitas di laut, angina dan air pasang.
Pertama. arus yang timbul akibat perbedaan sebaran densitas di laut dikarenakan oleh air yang

15
berdensitas lebih berat akan mengalir ke tempat air yang berdensitas kecil atau lebih ringan.
Arus jenis ini biasanya memindahkan sejumlah besar massa air ke tempat lain. Kedua, arus
yang ditimbulkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut biasanya membawa air kesatu
jurusan dengan arah yang sama selama satu musim tertentu. Ketiga, arus yang disebabkan oleh
air pasang. Arus jenis ini mengalirnya bolak-balik dari dan ke pantai, atau berputar.

II.3 Gelombang

Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran kecil atau tidak
sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media yaitu air, sedangkan arus laut
adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya
yang dikarenakan oleh tiupan angin, perbedaan densitas dan gelombang laut.

Gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang laut dalam da gelombang laut
dangkal. Gelombang di laut dalam dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada
gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
2. Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda
langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
3. Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau
gempa di laut.

Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Gelombang dipengaruhi oleh


kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup (fetch).
Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan
gelombang dan frekuensi gelombang. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut antara
dua puncak atau dua buah lembah. Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara puncak dan
lembah gelombang. Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk
kembali pada titik semula. Kemiringan gelombang adalah perbandingan antra tinggi dan
panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang terjadi dalam satu
satuan waktu.

II.4 Sedimen

16
Sedimentologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang khusus membahas tentang
batuan sedimen, strukturnya, teksturnya dan segala aspek yang mempengaruhi dan akibat dari
proses pembentukan batuan sedimen tersebut. Untuk dapat mengetahui tentang genesa batuan
sedimen perlu dilakukannya beberapa analisis, salah satunya adalah analisis granulometri.
Granulometri adalah sebuah metode analisis batuan sedimen menggunakan ukuran butir.
Pembahasan tentang struktur sedimen, distribusi analisa ukuran butir yang biasanya disebut
analisa granulometri penting dilakukan guna mendapatkan fraksi butir sedimen. Dalam analisa
sedimen kering di ayak dengan saringan yang mempunyai ukuran lubang dari yang besar
hingga yang halus. Berat sedimen yang tidak lolos setiap saringan merupakan berat sedimen
yang lebih besar dari ukuran lubang saring yang dimaksud.

Pada metode analisis granulometri, biasanya digunakan empat parameter statistic yaitu
rata-rata (Quartil), pemilahan (sortasi), kepencengan (skewness), dan kurtosis.Sortasi adalah
tingkat keseragaman suatu butir.Sedangkan kepencengan adalah suatu nilai statistic yang
memperlihatkan kisaran penyebaran butiran dari nilai rata-ratanya.Jika kepencengan memiliki
nilai negatif atau nol maka batuan sedimen itu terendapkan di daerah pantai, namun apabila
kepencengan bernilai positif maka batuan sedimen tersebut merupakan endapan di daerah
sungai.Ukuran butir rata-rata mencerminkan secara umum seberapa besar butiran dimaksud
dan berkaitan erat dengan dinamika transportasi dan deposisi, terutama terkait dengan energy
dari media pembawa butiran yang bersangkutan.
Distribusi normal adalah ukuran butir pada bagian tengah sampel mempunyai jumlah
butir terbanyak, dan ukuran butir yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan
kiri dalam jumlah yang sama. Kepencengan bernilai positif bila dalam distribusi butir
berlebihan partikel halus dan bernilai negative jika berlebihan butiran kasar.Kurtosis adalah
perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi dari suatu
kurva.Kurva yang runcing disebut sebagai lepticutic menunjukkan dominasi ukuran butir rata-
rata besar, dan kurva yang tumpul disebut platycurtic menunjukkan kurang dominannya ukuran
butir rata-rata.
Sedimentasi merupakan salah satu cara pemisahan antara komponen atau partikel
berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir. Oleh karena itu, biasanya pemisahan
tersebut berlangsung lama, terutama jika perbedaan densitas antar komponen tersebut tidak
berbeda jauh. Secara visual, sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi dua fraksi
yaitu fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Dalam praktek, sedimentasi dapat dilakukan secara batch (terputus-putus untuk setiap satuan

17
volume atau berat bahan yang akan dipisahkan per satuan waktu) atau secara kontinyu (terus
menerus). Dalam sedimentasi kecepatan partikel jatuh atau naik melalui medium alir dapat
diperkirakan dengan menggunakan pendekatan matematis, tergantung kondisi partikel
tersebut, apakah dalam keadaan jatuh bebas (free settling) atau dalam keadaan hindered
settling.

III. Peralatan Praktikum

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tiang pasut 9. Paku secukupnya
2. Stopwatch 10. 16 buah kaleng susu
3. Layang-layang arus 11. 16 buah plastik sampel
4. Stopwatch 12. 4 buah Papan Triplek berukuran
5. Kompas Geologi 13. 2 buah spidol hitam permanen
6. Alat tulis 14. Kawat secukupnya
7. Tiang skala gelombang 15. Tali secukupnya
8. 4 buah kayu yang panjangnya ±1
meter

IV. Prodesur Pengambian Data

IV.1 Pengambilan Data Pasang Surut (Pasut)


1. Memasang patok pasang surut
2. Tinggi muka air laut yang tertera pada tiang pasut dicatat setiap jam dalam rentang
waktu pengamatan selama 54 jam.
3. Lihat muka air tertinggi dan dengan membaca skala pada tiang pasut
4. Kemudian catat hasil pengukuran pada kertas yang telah disediakan

IV.2 Pengambilan Data Arus

1. Tali diukur dengan meteran sepanjang 2-5 m yang dihubungkan dengan layang-layang
arus.
2. Lepaskan layang-layang arus dan hidupkan stopwatch secara bersamaan
3. Ikuti arah arus dengan kompas geologi.

18
4. Matikan stopwatch ketika tali layang-layang setelah tali pada layang-layang arus
tersebut meregang.
5. Catat waktu yang tertera pada stopwatch dan arah yang ditunjukkan oleh kompas
Geologi.

IV.3 Pengambilan Data Gelombang

Data gelombang diambil setiap 2 jam sekali. Adapun cara pengambilan data gelombang
adalah sebagai berikut :
1. Tiang ukur ditancapkan terlebih dahulu pada dasar pantai
2. Lihat pergerakan naik (puncak) dan turun (lembah) gelombang, kemudian baca pada
tiang ukur pada posisi sebelum gelombang pecah sebanyak 51 kali pengambilan data.
3. Gelombang yang terbentuk dihitung dalam selang waktu yang ditentukan untuk
mengukur periode gelombangnya
4. Nyalakan stopwatch ketika pertama kali pembacaan puncak gelombang datang
5. Catat besarnya puncak gelombang serta lembahnya setiap kali ada gelombang datang
sampai 51 kali gelombang datang
6. Hentikan stopwatch pada pengambilan data lembah gelombang ke-51
7. Catat hasil pengukuran tersebut pada kertas yang telah disediakan.

IV.5 Pengambilan Data Sediman Trap


1. Perangkap sedimen sebanyak 32 stasiun dipasang dengan jarak masing-masing stasiun
adalah 50 m selama 24 jam pada dasar pantai pada jam 06.00 WIB.
2. Perangkap sedimen diangkat pada jam 06.00 WIB
3. Sedimen yang terperangkap dari masing-masing perangkap dimasukkan ke dalam
plastik sampel yang telah disediakan dan dari setiap stasiun ditandai nomor dan arah
dari setiap hadapan perangkap.
4. Sedimen dikeringkan, sedimen yang telah kering ditimbang dengan menggunakan
neraca.
5. Massa kering dari sedimen dicatat pada tabel yang telah disediakan.

Daftar Pustaka

Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography. New York Second
edition. Pergamon Press.

19
Praktikto,W.A 2000. Perencanaan fasilitas Pantai dan laut, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Rayitno, Pramudji, Imam Supangat, Sunarto. 2003. Pesisir dan Pantai Indonesia IX. Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.

20
SURVEI TOPOGRAFI

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Menentukan elevasi
2. Menentukan jarak datar optis
3. Membuat azimuth patok
4. Membuat poligon tertutup

II. Landasan Teori


II. 1 Theodilite
Theodolite merupakan instrumen optik yang mempunyai fungsi altazimuth sehingga
dapat digunakan untuk mengukur sudut dan arah (horizontal angel dan vertical angel).
Dengan bantuan pergerakan benda-benda langit yaitu matahari atau bulan, theodolite
dapat menunjukkan sudut hingga satuan detik busur. Penggunaan teodholit tidak lepas
dari adanya GPS dan waterpass. GPS (global positioning sistem) digunakan untuk
menampilkan data lintang, bujur dan waktu secara akurat, karena gps menggunakan bantuan
satelit. Dalam peralatan gps, posisi pengamat (bujur, lintang, ketinggian) dapat ditentukan
dengan akurasi sangat tinggi. Sedangkan waterpass digunakan untuk mempermudah
memposisikan theodolite agar datar, rata, dan tegak lurus terhadap titik pusat bumi.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan lain yang digunakan
dalam survei. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit misalnya
matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-satelit GPS maka theodolit akan menjadi
alat yang dapat mengetahi arah secara presisi hingga skala detik busur. Pada dasarnya alat ini
berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan)
yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horizontal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat
tinggi.
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit
sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun
pengamatan matahari. Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti pesawat
penyipat datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada
theodolite, maka theodolite dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan

21
gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat. Karena fungsi altazimuth (sudut vertikal dan
sudut horizontal) dari theodolite itulah, proses pengukuran arah kiblat dapat dilakukan
dengan media alat ini.

Gambar 1 Theodolite

Gambar 2 Rambu

Gambar 2 merupakan sebagian dari mistar / rambu ukur yang diperbesar. Seperti dapat
kita lihat bahwa pada rambu tersebut terdapat lambang seperti huruf E dimana satu bagian
(satu strip) menandakan untuk satuan 1 cm dari hasil pengukuran yg kita lihat pada pesawat
penyipat datar (waterpass). Jadi satu huruf E tersebut mewakili juga untuk satuan per-5 cm.

II. 2 Poligon
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di
permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada titik-titik perpotongannya.
Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara sekaligus koordinat beberapa titik yang
letaknya berurutan dan memanjang.

22
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat dan sudut
jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan
jarak mendatar, maka pada pengukuran di lapangan data yang diambil adalah data sudut
mendatar dan jarak mendatar di samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu
titik yang telah diketahui koordinatnya.

1. Pengukuran jarak mendatar


Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan cara mekanis
(dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran sipat datar). Pada bagian
ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak
dengan menggunakan pita ukur harus memperhatikan permukaan tanah yang akan diukur.

Gambar 3. Pengukuran jarak mendatar

Gambar 4. Pengukuran pada tanah miring

2. Pengukuran sudut mendatar


Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang dimaksud dengan arah atau
jurusan adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu teropong
diarahkan ke jurusan tertentu.

23
Gambar 5. Pengukuran sudut mendatar

3. Poligon tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit atau
pada posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara geometris bentuk
rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan poligon
tertutup terikat sempurna.

Gambar 6 Poligon tertutup

Keterangan:
1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon
D12, d23,..., dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, s2, s3, ..., sn : sudut

24
II. Peralatan Praktikum
Adapaun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Theodolite sebanyak 1set 5. Patok sebanyak 4 buah
2. Rambu ukur sebanyak 1 buah 6. Palu
3. GPA sebanayak 1 buah 7. Paku payung
4. Meteran sebanyak 1 buah 8. Alat tulis
III. Prosedur Pengambilan Data
Adapun cara mengambil data topografi adalah sebagai berikut :
1. Patok yang terdiri dari 4 di beri penanda pada bagian atasnya menggunakan paku payung
dengan cara menancapkan paku tersebut.
2. Pengukuran topografi di lakukan menggunakan metode poligon tertutup dimana 1
poligon terdiri dari 4 patok dan 1 patok terdiri dari pengukuran biasa dan luar biasa serta
pengukuran situasi sebanyak 6
3. Dalam melakukan pengukuran, patok pertama dijadian acuan dan diarahkan ke arah utara
terlebih dahulu, dan untuk patok berikutnya acuan vertikalnya/horizontal adalah patok
sebelumnya, sehingga pengukuran tiap patok dapat mengunci posisi hingga dapat
membentuk poligon, misalnya patok 2 mengunci ke patok 1, patok 3 ke patok 2 , patok
4 ke arah patok 3, dan 1 ke arah 4
4. Pengambilan data pada tiap patok, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyentring
alat, setelah alat sudah pada posisi yang pas maka pengukuran bisa dilanjukan
5. Pengambilan data topografi, data yang perlu di ambil adalah tinggi alat pada masing
masing patok, tinggi patok, jarak antar patok yang masing masing di ukur menggunakan
meteran, ini bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran menggunakan theodolite
dan menggunakan pengukuran dengan meteran
6. Patok 1, pengukuran di lakukan terhadap patok 2 dan patok 4, dimana data yang di ukur
adalah data sudut vertikal dan horizontal pengukuran biasa, vertikal dan horizontal
pengukuran luar biasa dan juga situasi. Untuk patok 2 maka pengukuran dilakukakan
terhadap patok 1 dan patok 3, untuk patok 3 pengukuran terhadap patok 2 dan patok 4,
dan untuk patok 4 pengukuran terhadap patok 3 dan patok 1
7. Pengukuran situasi setiap patok, hal yang pertama dilakukan adalah mengukur jarak alat
dan setiap situasi menggunakan meteran, pada pengukuran ini data yang di ambil adalah
data benang tengah, benang atas dan benang bawah. Pada pengukuran menggunakan
rambu pemegang rambu harus pada posisi diam dan tegak lurus karna jika bergerser
sedikit saja maka pembacaan menjadi tidak akurat

25
8. Setelah selesai pembacaan pada masing masing patok, selanjutnya adalah mengambar
sketsa topografi.

Daftar Pustaka
Basuki, S. 2011. Ilmu ukur tanah. Penerbit gadjah mada university press. Yogyakarta.
Prahasta, E., 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar Perspektif. Jakarta.

26
GEOLOGI DASAR

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang hendak dipenuhi dari praktikum geologi ini adalah :
1. Mengidentifikasi batuan yang ada di lokasi praktikum
2. Menentukan lokasi penelitian
3. Menentukan strike, dip, plunge dan bearing
4. Membuat peta kontur berdasarkan elevasi.
5. Dapat mendeskripsikan geomorfologi di lokasi praktikum

II. Dasar Teori


2.1 Batuan Beku
Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma, yaitu cairan silikat pijar yang
bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500-2500ºC. Batuan beku dibagi dua berdasarkan cara
keterdapatannya, yaitu (Djauhari Noor, 2012):
1. Batuan beku intrusi
Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga dengan
batuan plutonik.
2. Batuan beku ekstrusi
Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di permukaan bumi, disebut juga
dengan batuan vulkanik.

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.


Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga
dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsik, misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan
beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah
mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan
umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral
mafik.
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
 Batuan beku basa : Cerah
 Batuan beku intermediet : Abu-abu

27
 Batuan beku asam : Gelap

Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang
dapat dilihat dalam hand specimen sample:
 Massif, Tidak menunjukan adanya lubang-lubang atau struktur aliran.
 Vesikuler, Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma, arah lubang itu teratur.
 Scoria, Berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
 Amigdaloidal, Lubang-lubang yang terisi oleh mineral sekunder.

Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan. Untuk batuan beku, pengamatan tekstur meliputi:

Derajat Kristalisasi terbagi menjadi 3, yaitu:


 Holokristalin : Apabila batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya.
 Holohialin : Apabila batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
 Hipokrislatin : Apabila sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas.

Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:


1. Fanerik, Apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat dibedakan dengan mata biasa, antara
lain:
 Halus (Diameter kurang dari 1 mm)
 Sedang (Diameter 1 sampai 5 mm)
 Kasar (Diameter 5 sampai 30 mm)
 Sangat Kasar (Diameter lebih dari 30 mm)
2. Afanitik, Kristal-kristal yang sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan
pandangan mata biasa.

Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:


 Euhedral, Apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, Apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah tidak tampak lagi.
 Anhedral, Apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Relasiter bagi menjadi 2, yaitu:


 Equigranular, Bisa secara relatifukuran kristal pembentukan batuan berukuran sama
besar.
 Inequigranular, Bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.

28
Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi atas:
 Batuan beku asam: silika > 65%
 Batuan beku menengah: silika 65-52%
 Batuan beku basa: silika 52-45%
 Batuan beku ultrabasa: silika < 45%

Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan beku terbagi atas:
 Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%
 Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60%
 Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-90%.
 Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-100%.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi,
maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa
penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L. Bowen
(Kanada) disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

Gambar 2.1 Deret Reaksi Bowen

Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu:
1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang bewarna gelap, hal ini
disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum

29
(Mafic=Magnesium Ferric). Yang termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen,
amfibol, dan biotit.
2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang bewarna terang,
hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral
feldsparthoid) + silika. Yang termasuk mineral ini adalah: plagioklas, kalium feldspar
(potassium feldspar), muskovit dan kuarsa.

2.2 Batuan Sedimen


Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti “penenggelaman” atau
secara sederhana dapat diartikan dengan “endapan”, yang digunakan untuk material padat yang
diendapkan oleh fluida. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari
rombakan batuan lainnya (batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri)
melalui proses pelapukan (weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan,
yang pada akhirnya mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat
membentuk batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran, erupsi gunung
api. Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi. Tetapi karena
batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi, maka meskipun jumlahnya relatif sedikit
akan tetapi dalam hal penyebaran batuan sedimen hampir menutupi batuan beku dan metamorf.
Batuan sedimen menutupi sekitar 75% dari permukaan bumi. Adapun sifat-sifat utama batuan
sedimen adalah:
 Adanya bidang perlapisan, mencerminkan proses sedimentasi, umumnya yang berperan
disini adalah proses sedimentasi yang bersifat fisika dan kimia.
 Bersifat klastik/berbutir, yang menandakan butiran-butiran tersebut pernah lepas atau
pecah.
 Terdapat jejak/bekas kehidupan, terutama pada batuan golongan karbonat
(batugamping, batugamping terumbu).
 Jika bersifat hablur (tersusun atas kristal-kristal), maka selalu monomineralik.

Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena
pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah
penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi
hancur atau larut dalam air. Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

30
1. Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang lebih kecil
oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi kimia dan kandungan
mineral batuan tersebut yang signifikan.
2. Pelapukan kimia, adalah proses dimana adanya perubahan komposisi kimia dan mineral
dari batuan.
3. Pelapukan biologi, penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan
manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.

Erosi
Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang
disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Erosi tidak
sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Pengelompokkan Batuan Sedimen :


1. Sedimen Klastik
Fragmen-fragmen lepas atau urai hasil penghancuran atau rombakan secara mekanik dari
batuan tua disebut detritus (dari bahasa Latin yang berarti menjadi usang). Sedimen detritus
disebut juga sedimen klastik (berasal dari bahasa Yunani klastos yang artinya pecah). Sedimen
klastik ditransport dalam berbagai cara, dapat bergulir kebawah lereng akibat gravitasi, atau
terbawa gletsyer, oleh angin atau oleh aliran air. Saat transportasi berhenti, sedimen
terendapkan secara mekanik dengan sistem yang khas sesuai dengan mekanisme
transportasinya. Pengendapan terjadi karena energi pembawanya turun. Contoh sedimen
klastik adalah gravel, kerikil, pasir, lanau dan lempung
2. Sedimen Non Klastik
Beberapa sedimen tidak terdiri dari partikel-partikel klastik, meskipun komponennya
telah mengalami transportasi. Komponen sedimen semacam ini terlarut dalam air dan
ditransport sebagai larutan kemudian diendapkan secara kimia. Berdasarkan komposisinya
batuan sedimen nonklastik dikelompokkan menjadi yang silikaan, siliceous, mengandung
silika dan yang karbonat, cabonaceous, komposisi utamanya kalsium karbonat.

2.3 Batuan Metamorf


Batuan metamorf atau yang disebut juga dengan nama batuan malihan adalah
sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan

31
yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang dinamakan metamorfosis atau
perubahan bentuk. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius
dan tekanan yang ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan atau kimia yang besar. Batuan
Protolith dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, atau bisa juga batuan metamorf lain yang
usianya lebih tua. Batu gneis, batu sabak, batu marmer dan batu skist merupakan beberapa
contoh dari batuan metamorf.

2.4 Struktur Garis Sekunder


Struktur garis sekunder meliputi gores garis liniasi memanjang fragmen breksi sesar,
kelurusan dari sungai, garis poros lipatan, topografi dan lain-lain. Dalam mempelajari struktur
garis, ada beberapa istilah-istilah yang digunakan dan harus dipahami, agar mempermudah
dalam menggambarkannya. Istilah-istilah yang digunakan tersebut, yaitu:
1. Arah Penunjaman (Trend), adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan
menunjukkan arah penunjaman garis tersebut. Trend hanya menunjukkan suatu arah
tertentu.
2. Penunjaman (Plunge), adalah suatu sudut vertikal yang diukur dari arah bawah pada
suatu bidang vertikal di antara garis horizontal.
3. Arah Kelurusan (Bearing), adalah suatu jurus bidang vertikal yang melalui suatu garis
tetapi tidak menunjukkan suatu arah daripada penunjaman garis itu atau menunjukkan
arah dimana salah satu arahnya merupakan suatu sudut pelurus.
4. Rake (Pitch), adalah suatu besar sudut yang terletak di antara dua garis horizontal yang
diukur pada bidang dimana garis tersebut berada, besarnya sama dengan atau lebih
kecil.

2.5 Geomorfologi
Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana geomorfologi
yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang
meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape)
sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform). Bentuk lahan terdiri dari sistem
Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh
pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi.

2.6 Topografi

32
topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet,
satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan
suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian
(amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform).
Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif
dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk
lereng.

III. Alat dan Bahan


Adapaun alat yang digunakan untuk praktikum geologi sebagai berikut
1. Alat Tulis
2. GPS
3. Jam Tangan
4. Kamera
5. Kompas Geologi
6. Palu Geologi
7. Papan Alas
8. Parang
9. Peta Geologi
10. Plastik Sampel
11. Protaktor
12. Milimeter Block
13. Mikroskop mini 60x zoom
14. Komperator

33
IV. Prosedur Pengambilan Data

Adapun pengambilan data geologi sabagai berikut:


1. Catatlah waktu keberangkatan dari pos awal.
2. Lihatlah morfologi daerah sekitar dan fotolah daerah sekitar.
3. Amatilah daerah sekitar dan lihat jenis batuan yang terdapat pada lokasi.
Ambillah sampel batuan menggunakan palu geologi.
4. Amatilah struktur yag terdapat pada lokasi jika terdapat struktur, maka
tentukanlah strike, dip, plunge dan bearing dari struktur tersebut menggunakan
kompas geologi.
5. Lihatlah peta kontur dan amatilah objek yang terdapat pada peta kontur,
minimal 2 objek yang bisa diamati (bisa berupa puncat bukit, tanjung, sungai
dll yang terdapat pada peta kontur).
6. Gunakanlah kompas geologi untuk mengukur azimut dari objek yang diamati
untuk menentukan lokasi berdasarkan kompas geologi dan peta kontur. Dan
tentukanlah back azimut.
7. Catatlah elevasi lokasi pos.
8. Lakukanlah langkah 1 hingga 5 untuk setiap pos
9. Catatlah waktu meninggalkan pos

Daftar Pustaka
Fossen, H., 2010, Structural Geology, Cambrige University Press, New York.
Noor, D., 2012, Pengantar Geologi, Graha Ilmu, Bogor.

34

Anda mungkin juga menyukai