XI AK 2
Biodata
Masa Kecil
Nama lengkapnya adalah Jeffrey “Jeff” Preston Bezos atau dikenal dengan nama Jeff Bezos.
Ia dilahirkan pada tanggal 12 Januari 1964 di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat, ketika
ibunya, Jacklyn Bezos masih remaja.
Pernikahan sang ibu dengan ayahnya yang bernama Ted Jorgensen hanya berlangsung tidak lebih
dari 2 tahun. Ayah tiri Bezos, Miguel Bezos, merupakan warga negara Kuba yang bermigrasi ke AS
pada usia 15 tahun dan bekerja sambil kuliah di Universitas Albuquerque.
Setelah pernikahan itu, mereka pindah ke Houston, Texas dan Miguel menjadi insinyur untuk Exxon.
Pada usia dini, Jeff Bezos telah menunjukkan bakat mekanik yang mencolok.
Ketika balita, Jeff Bezos berusaha membongkar tempat tidurnya dengan obeng. Selanjutnya, Jeff
Bezos mulai mendalami ketertarikannya pada dunia sains, seperti memasang alarm listrik untuk
menjaga adik-adiknya jika keluar dari kamar dan juga menjaga privasinya.
Setiap musim panas, Jeff Bezos juga sering menghabiskan waktunya tinggal di peternakan kakeknya,
dimana Jeff Bezos selalu memperbaiki kincir angin dan traktor yang biasa digunakan dalam
berternak.
Ketika memasuki bangku SMA Jeff Bezos mengikuti program pelatihan sains di University of Florida
yang membuatnya menerima Silver Knight Award pada tahun 1982.
Setelah lulus SMA, Jeff Bezos berencana mendalami ilmu fisika dengan kuliah di Princeton University
yang dalam perjalanannya Jeff Bezos justru kembali tertarik dengan komputer elektro dan akhirnya
Jeff Bezos lulus dengan gelar di bidang Computer Science and Electrical Engineering.
Inspirasi untuk bekerja mandiri selanjutnya datang ketika Jeff Bezos bekerja di sebuah perusahaan
finansial DE Shaw Company dimana Jeff Bezos dipercaya oleh David Shaw, pendiri perusahaan
tersebut, sebagai Senior Vice President. Bahkan, dalam sebuah wawancara dengan Time, Shaw
menggambarkan Jeff sebagai wirausahawan yang aneh.
Tahun 1995, Jeff Bezos mulai mendirikan Amazon.com sebagai toko buku online yang dijalankan dari
garasi rumahnya di Seattle, Washington.
Jeff Bezos sebelumnya telah melakukan penelitian dengan membuat daftar 20 perusahaan mail-
order teratas dan mengamati bahwa tidak ada penerbit buku yang memiliki mail-order karena
membuat katalog yang komprehensif akan memerlukan ribuan halaman dan akan memakan budget
besar jika melakukan penawaran lewat email.
Jeff Bezos percaya bahwa perusahaan berbasis internet akan memiliki kemampuan untuk
menawarkan pilihan lebih luas secara dan substansial kepada konsumen di masa depan.
Setelah melakukan studi ini, Jeff Bezos rajin menghadiri konvensi tahunan American Bookseller’s
Associaton untuk melakukan lobi-lobi dengan beberapa penjual buku.
Dalam menjalankan bisnis ini, kedua orangtua Bezos mendukungnya dengan menginvestasikan
tabungan pensiunnya sebenar US$ 300 ribu.
Mereka sepertinya tahu, dana sebesar itu akan mengantarkan anak mereka menjadi miliarder dunia.
Sebelum memutuskan nama Amazon, Bezos telah memilih nama Abrakadabra.
Namun tampaknya Jeff Bezos lebih menyukai nama Amazon karena terpukau dengan kemegahan
sungai yang berada di Brazil tersebut.
Pada bulan Juni 1999 situs web Amazon.com mulai diujicoba dan pada 16 Juli 1999 dan mulai
melayani konsumen di setiap negara bagian dan merambah 45 negara lain.
Setelah lama lama berfokus menjual buku secara online, Amazon.com milik Jeff bezos kini
merambah usaha penjualan produk-produk lain bukan hanya buku saja.
Perlahan tapi pasti Amazon.com berubah dari situs ecommerce yang awalnya kecil menjadi
ecommerce raksasa yang menyediakan ratusan ribu produk secara online yang melayani pemesanan
ke seluruh dunia.
Misalnya, pada tahun 1999 Jeff Bezos masuk ke dalam peringkat 19 dengan kekayaan sebesar US$
10,1 miliar, sebaliknya di tahun 2002 Jeff Bezos ‘terpuruk’ di peringkat 293 dengan kekayaan US$ 1,5
miliar.
Di tahun 2007, Jeff Bezos kembali ‘memperbaiki’ statusnya menjadi peringkat 35 dengan kekayaan
sebesar US$ 8,7 miliar. Meskipun selalu tergusur dalam peringkat 10 besar orang terkaya di seluruh
dunia, setidaknya Jeff Bezos tetap saja bercokol di peringkat paling bergensi ini setiap tahunnya.
Sebagian besar kekayaan Bezos berasal dari kepemilikan saham di Amazon.com.
Pada tahun 1998, Jeff Bezos memiliki 41% saham Amazon.com, namun jumlahnya berkurang
menjadi 24,26% (sekitar 100 juta lembar saham) pada tahun 2006.
Gajinya pun tidak pernah naik sejak tahun 1998, yakni sebesar US$ 81.840 per tahun ditambah
tunjangan sebesar US$ 1,1 juta. Kekayaan yang dimilikinya sekarang tentunya sebagai buah dari
keberanian dan kreativitasnya dalam mencari peluang bisnis secara mendiri.
Ketika akan memulai Amazon.com, Jeff Bezos membayangkan, jika tidak mendirikan perusahaan ini,
maka pada usia 80 tahun Jeff Bezos akan menyesal karena kehilangan 6 digit bonus natal.
…Saya sudah pasti bangga dengan diri saya sendiri karena telah mengambil resiko dan mencoba
berpartisipasi dalam bisnis ini. Kalau saya tidak pernah mencoba langkah ini, tentu saya akan
menyesalinya. – Jeff Bezos.
20 tahun silam Amazon.com yang dulu hanya menjual buku-buku melalui internet kini sukses
menjadi salah satu raksasa e-commerce di dunia dengan menjual berbagai jenis barang. Dari tahun
ke tahun pendapatan amazon.com terus berkembang. Menjadikan kekayaan Jeff Bezos menjadi naik
berlipat-lipat.
Jeff Bezos mengaku tidak pernah ragu untuk melakukan aksi, tidak sekadar berbicara. Bahkan jikalau
apa yang ditempuhnya belum tentu berhasil, ia tetap mau mencoba dan mengambil risiko.
“..JIKA ANDA MEMUTUSKAN BAHWA HANYA AKAN MELAKUKAN HAL-HAL YANG YANG ANDA TAHU
AKAN BERHASIL SAJA, ANDA AKAN MENINGGALKAN BEGITU BANYAK KESEMPATAN,” KATA JEFF
SUATU KETIKA.
2. Meminimalisir Penyesalan
Bezos tidak segan untuk bertindak karena Jeff Bezos tidak ingin menyesal di masa depan. Memang
mendirikan sebuah bisnis dari nol adalah perjudian. Namun meskipun pada akhirnya gagal, ia
berprinsip setidaknya sudah mencoba.
“AKU TAHU JIKA GAGAL, AKU TIDAK AKAN MENYESALINYA. NAMUN AKU MENGETAHUI SATU HAL
YANG MUNGKIN AKAN AKU SESALI YAITU JIKA TIDAK MAU MENCOBA,” KATA PRIA BERKEPALA
PELONTOS ITU.
Ia menilai satu-satunya cara untuk sukses adalah melakukan pelayanan sebaik mungkin. Sehingga
konsumen dengan sendirinya melakukan promosi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
Amazon.
“JIKA ANDA MEMBANGUN PENGALAMAN YANG MENGESANKAN BAGI KONSUMEN, MEREKA AKAN
BERKATA SATU DENGAN YANG LAIN SOAL ITU. HAL ITU SANGATLAH POWERFULL,” TUTUR BEZOS.
4. Utamakan Konsumen
Dalam berjualan, tidak ada yang lebih penting dari konsumen. Karena tanpa konsumen, perusahaan
akan kolaps. Prinsip ini benar-benar diterapkan oleh Bezos.
“SATU HAL YANG PALING PENTING ADALAH FOKUS SECARA OBSESIF TERHADAP KONSUMEN.
TUJUAN KAMI ADALAH MENJADI PERUSAHAAN DI BUMI YANG PALING TERPUSAT PADA
KONSUMEN,” SEBUTNYA.
“JIKA ADA SATU ALASAN KAMI MELAKUKAN DENGAN LEBIH BAIK DARI REKAN KAMI DI INTERNET
DALAM 6 TAHUN TERAKHIR, ITU KARENA KAMI BERFOKUS PADA KONSUMEN SEPERTI SEBUAH
SINAR LASER,” KATANYA MENGIBARATKAN.
5. Terus Berinovasi
Tampak bahwa Jeff Bezos tidak ingin hanya mandek, namun terus melakukan invovasi terhadap
Amazon.
6. Keras Kepala
“HAL TENTANG MENEMUKAN SESUATU ADALAH ANDA SECARA BERSAMAAN HARUS KERAS KEPALA
DAN JUGA FLEKSIBEL,” KATA BEZOS. UNTUK BERHASIL ATAU MENEMUKAN SESUATU, KEDUA HAL
TERSEBUT MENURUT BEZOS SANGAT DIPERLUKAN.
“JIKA ANDA TIDAK KERAS KEPALA, ANDA AKAN MENYERAH TERLALU CEPAT. DAN JIKA ANDA TIDAK
FLEKSIBEL, ANDA TIDAK AKAN MELIHAT SOLUSI BERBEDA SUATU MASALAH YANG SEDANG ANDA
COBA SELESAIKAN,” JELASNYA.
7. Meniru
Bezos mengaku tidak malu atau anti untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh para
kompetitornya. Kemudian menerapkannya di Amazon untuk menjadi lebih baik lagi.
“KAMI MELIHAT PARA KOMPETITOR KAMI, BELAJAR DARI MEREKA, MELIHAT HAL-HAL YANG
MEREKA LAKUKAN PADA PARA PELANGGAN DAN MENIRU HAL-HAL TERSEBUT SEBANYAK KAMI
BISA,” KATA JEFF BEZOS.
8. Bekerja Keras
Untuk mencapai sesuatu yang baik dan keberhasilan, memang diperlukan kerja keras. Hal itu juga
diyakini benar oleh Jeff Bezos. Ia mendorong orang-orang untuk melakukan sesuatu yang besar dan
membuat sejarah. Sampai sekarang pun Bezos masih terus bekerja keras untuk mengembangkan
bisnis Amazon yang sebenarnya sudah meggurita.
Factor kegagalannya: