BAB 1
PENDAHULUAN
Sehubungan dengan hal tersebut diatas peran dan fungsi perawat sangatlah
penting dalam hal memperbaiki derajat kesehatan khususnya mengatasi masalah
penyakit Halusinasi Pendengaran. Dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan
meliputi aspek promotif ( memberikan penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan ), preventif ( untuk mencegah atau mengontrol
1
2
halusinasi antara lain menutup kedua mata dan mengatakan pergi...., pergi.....,)
kuratif ( memperhatikan dan mengatur klien untuk minum obat), dan rehabilitatif (
Dokter, Perawat dan peran serta keluarga agar lebih memperhatikan dalam
perbaikan fisik dan perawatan diri yang optimal ). Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk mengangkat studi kasus tentang bagaimana pelaksanaan “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Halusinasi Pendengaran adalah melihat sesuatu yang berkisar dari bayangan
sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap bayangan tersebut (Kliat, 2016).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, Pendengaran, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2017).
2.2. Etiologi
Penyebab halusinasi belum diketahui secara pasti namun ada beberapa teori
yang menyatakan: halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa
seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi juga
dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi fisik sistemik dengan gangguan
metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan
5
Proses pikir kadang terganggu (Ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
2.6.1. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
2.6.2. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma -norma
sosial atau budaya umum yang berlaku.
2.6.3. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku.
2.6.4. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
2.9.1. Biologis.
Ganggguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2.9.2. Sterss lingkungan.
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
2.10. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi
dengar: Bicara, senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara.
Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan, tidak dapat membedakan hal yang
nyata dan hal yang tidak nyata, tidak dapat memusatkan konsentrasi/perhatian,
pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal, sikap curiga dan bermusuhan,
menarik diri, menghindar dari orang lain, sulit membuat keputusan, Ketakutan,
mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, menyalahkan diri sendiri/orang lain.
Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri: mandi, berpakaian, Muka
merah kadang pucat, Ekspresi wajah tegang, Tekanan darah meningkat, Nadi
cepat, Banyak keringat.
2.12. Komplikasi.
Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada penderita halusinasi adalah
adanya prilaku kekerasan, yaitu resiko mencedrai dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan selain itu komplikasi lainnya dapat muncul adalah mengisolasi diri
10
2.13. Penatalaksanaan
2.13.1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di
sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan.
2.13.2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
2.13.3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi
serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga
dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat
dengan pasien.
2.13.4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
2.13.5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
11
Rencana tindakan
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
c. Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.
d. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
e. Buat kontrak yang jelas
f. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi.
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
12
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Ds: Klien mengatakan saat berumur 16 tahun klien mengenal narkotika jenis LL,
tidak hanya menggunakan tetapi juga mengedarkan, minum-minuman keras dan
melakukan seks bebas.
Do: Dari data yang di dapat di buku status klien pernah mengalami putus obat
tidak diminum,riwayat penggunaan NAPZA, klien marah-marah tanpa sebab,
klien curiga dengan orang lain dan mengancam orang lain dengan senjata tajam,
klien jarang tidur bila tidak tidur klien suka bicara sendiri, mondar-mandir, makan
harus dipaksa, sulit tidur, susah minum obat dan saat mandi klien suka
menghabiskan air 1 bak.
18
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Satu rumah
: Garis keturunan
Penjelasan:
berumur 10 tahun, dan klien tinggal bersama kakak nya yang dimana
klien mengatakan bahwa dia dan istrinya sudah bercerai.
Do: klien langsung menjawab sambil menunjukan 4 jari nya, dengan
kontak mata aktif, klien tampak duduk bersandar, kepala bergeleng-
geleng, kaki di silangkan
3.5.2 Konsep Diri
3.5.2.1 Citra tubuh
Ds: Klien mengatakan sangat bersukur dengan keadaan tubuh nya. Bagian
tubuh yang paling disukainya adalah tangan.
3.5.2.2 Identitas
Ds: Klien mengatakan nama saya “H” dan berasal dari Kota karangan, hobi
saya jalan-jalan disekitar komplek RSJ,dan saya berumur 39 tahun.
Klien adalah seorang laki-laki dan ia menerima gendernya.
3.5.2.3 Peran
Ds: Klien menyadari perannya sebagai seorang anak pertama laki-laki dari
kedua orang tuanya sebelum masuk ke rumah sakit jiwa. Klien juga
menyadari bahwa perannya sebagai klien di RSJ.
3.5.4 Spiritual
3.5.4.1 Agama
3.5.4.2 Nilai Keyakinan
Ds: Klien mengatakan meyakini agama Islam adalah agamanya.
Do: klien mengatakan beragama Islam, ketika menjawab sambil
tersenyum, dengan kontak mata aktif, klien tampak duduk bersandar,
kepala bergeleng- geleng, kaki di silangkan
Ds: klien mengatakan saat berinteraksi dengan orang lain takut melihat saya
dan saya tidak di hargai, maka saya lebih suka sendiri
Do: klien terlihat jika di berikan pertanyaan terkadang terdiam, kontak mata
(-) klien selalu merespon pertanyaan walaupun kadang- kadang terdiam
sejenak.
3.7.6 Persepsi – Sensori
Ds: klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya
melakukan tindakan pembunuhan, yang membuatnya merasa takut dan
marah-marah, bisikan itu muncul selama 15 menit sering kali terjadi
ketika dirinya sendiri.Yang dilakukan klien saat melihat bayangan
perempuan itu adalah ingin marah- marah.
Do: Ketika klien di berikan pertanyaan terkadang dia terdiam, ada kontak
mata dan terkadang sikap klien ketika di amati klien mondar mandir
kesana kemari, klien kadang- kadang nampak sendirian.
Diagnosa Keperawatan: gangguan sensori persepsi: halusinasi Pendengaran
3.7.8 Kesadaran
Orientasi
Waktu, Ds: Saat ditanya “pak sekarang jam berapa pak ?” Klien menjawab
jam 09:00 Wib.
Do: Tampak melihat jam dahulu, tidak langsung merespon, mata
menuju ke arah jam dinding, ada kontak mata,
Tempat, Ds: “Pak, sekarang berada dimana?” Klien menjawab berada di
Rumah sakit.
Do: Klien mengatakan di rumah sakit, tampak duduk, langsung
merespon, kontak mata ada, dengan intonasi suara sedang
Orang Ds: Klien dapat menyebutkan profesi perawat saat diminta menunjuk
perawat saat pengkajian.
Do: Klien menunjuk salah satu perawat, sambil menunjukan jari
telunjuk, pandangan ke mana orang yang di tunjuk.
3.7.9 Memori
3.7.9.1 Gangguan daya ingat jangka panjang
Klien mengatakan tidak ingat dulu dimana dia bersekolah.
3.7.9.2 Gangguan daya ingat jangka menengah
Klien mengatakan ingat kapan ia masuk RSJ.
3.7.9.3 Gangguan daya ingat pendek
Klien mengatakan bahwa ingat nama mahasiswa praktek, mba Prisca.
3.7.10 Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Ds: klien dapat berhitung dengan benar 4+5 = 9, 7-2 = 5.
Do: klien dapat menjawap 4+5 = 9, 7-2 = 5, dengan menggunakan jari
tangan, tampak mendongak ke atas dan melihat ke atas
3.7.11 Kemampuan penilaian
Gangguan bermakna.
Ds: Klien di berikan pertanyaan’’ Pak bapak lebih memilih berteman
dengan orang banyak atau lebih baik sendiri,
Do: Klien memilih berteman dengan orang banyak, klien melihat ke atas
menoleh kiri kanan, tangan sambil memegang jari jari tangan,
3.7.12 Daya tilik diri
26
Frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari ada 3 kali/hari, nafsu
makan klien baik, berat badannya 70 kg.
3.8.4 Istirahat dan tidur
Klien tidur siang, lamanya 13.00 WIB - 16.00 WIB dan tidur malam,
lamanya 20.00 WIB - 06.00 WIB. Aktivitas klien sebelum/sesudah tidur
hanya duduk Klien tidak mengalami gangguan tidur
3.8.5 Kemampuan lain – lain
Klien tidak bisa mengantisipasi kebutuhan hidup, membuat keputusan, dan
mengatur penggunaan obat sendiri tanpa semuanya klien masih dibantu oleh
petugas kesehatan.
3.8.6 Sistem Pendukung
Sistem pendukung untuk klien saat ini adalah terapis. Sistem pendukung
saat berperan dalam ADL klien, dari makan/minum sampai pemberian obat.
3.9 Mekanisme Koping
Ds: Klien mengatakan jika ada masalah klien menceritakan kepada
temannya.
Do: Klien ketika di tanya menjawab spontan, ekspresi sedih, mata tampak
berkaca-kaca, ada kontak mata.
Do:
- Ketika di tanya klien mengatakan
ingin pulang secara berulang-
ulang,
- Klien tampak berbicara sendiri
- kontak mata (+)
- Tatapan tajam
- Klien tampak gelisah
- Klien mampu memulai
pembicaraan
31
Lawang, 22 Januari
2020
Perawat yang mengkaji
Penulis
33
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung,
faktor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan pada
klien Tn.H dengan GSP: halusinasi pendengaran diruang Cendrawasih RSJ. Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan
dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data dengan cara wawancara dan
observasi secara langsung dengan klien, informasi dari catatan perawat, catatan
medis dan perawat ruangan.
Secara teori pengkajian pada klien dengan halusinasinya pendengaran
meliputi faktor predisposisi dan presipitasi diantaranya faktor predisposisi
mencakup factor biologis, psikologis, social budaya pada kasus yang penulis
temukan beberapa ketidaksamaan atau perbedaan dengan pada teori, yaitu factor
biologis dimana anggota keluarga klien tidak ada yang menderita skizofrenia.
Sedangkan faktor presipitasi pada teori mencakup sistem pendukung dan respon
klien. Sedangkan pada kasus menyatakan bahwa terjadinya gangguan jiwa
disebabkan oleh stressor baik dari internal maupun eksternal, misalnya pengaruh
obat-obatan yang pernah di konsumsi oleh klien sehingga membuat perubahan
34
mental pada klien sehingga membuat klien sering marah-marah dan jadi suka
menyendiri.
Halusinasi memiliki empat fase , yaitu ansietas sedang (comforting):
halusinasi menyenangkan, ansietas berat (condemning) : halusinasi menjadi
menjijikan, ansietas berat (controlling) : pengalaman sensori menjadi berkuasa,
panic (consquering) : umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya. Sedangkan
yang di temukan didalam kasus adalah fase pertama yaitu , klien merasa senang
sekali dengan halusinasinya sehingga 28
lebh sering menyendiri dan senyum sendiri.
Secara teori mekanisme koping yang ditemukan ada tiga, yaitu fase regresi,
proyeksi, dan menarik diri (Keliat & Akemat, 2017).
Sedangkan pada kasus, didapatkan data bahwa mekanisme koping yang di
gunakan Tn.H adalah mekanisme pertahanan ego karena lebih memilih
mengungkapkan perasaan dengan emosi untuk menghindari stress.
Pohon masalah pada teori terdapat tiga diagnosa keperawatan, yaitu
gangguan sensori persepsi : halusinasi Pendengaran yang disebabkan oleh
gangguan interaksi sosial sehingga mengakibatkan resiko perilaku kekerasan.
Pada kasus ini terdapat kesesuaian sehingga antara teori dan kasus sesuai.
Pada kasus klien mendapatkan therapy oral R/Risperidone 2 Mg,
R/Clozapine 25 Mg.
Faktor pendukung yang mempermudah penulis dalam melakukan
pengkajian adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan,
data klien lengkap, klien mau berinteraksi dan terlihat tenang dan kooperatif.
Faktor penghambat yang ditemukan penulis adalah kurangnya data yang didapat
karena penulis tidak bertemu dengan keluarga sehingga data yang didapatkan
kurang lengkap. Dan penulis lakukan untuk mengatasi faktor penghambat yaitu
bekerja sama dengan perawat ruangan, melihat Medical Record klien dan
mengkaji klien lebih dalam dengan komunikasi singkat dan sering untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan masalah klien untuk melengkapi
data.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada teori, diagnosa keperawatan yang ditemukan ada tiga, yaitu gangguan
sensori persepsi : halusinasi Pendengaran, gangguan interaksi sosial, dan
35
4.4 Implementasi
Pada tahap ini, penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan teori
yang berdasarkan dari strategi pelaksanaan, yaitu diagnose I pada strategi
pelaksanaan ke I, yaitu membina hubungan saling percaya, membantu mengenal
halusinasinya, melatih mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, dan
menganjurkan untuk memasukkan kedalam kegiatan harian. Strategi pelaksanaan
ke II, yaitu mengevaluasi strategi pelaksanaan ke I dan melatih mengontrol
halusinasinya dengan cara berbincang-bincang dengan orang lain. Strategi
pelaksanaan ke III, yaitu mengevaluasi strategi pelaksanaan ke II dan melatih
mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan. Strategi pelaksanaan
ke IV, yaitu mengevaluasi strategi pelaksanaan ke III dan menjelaskan cara
minum obat yang baik dan benar. Namun strategi pelaksanaan keluarga tidak
dapat dilaksanaan karena penulis tidak bertemu dengan keluarga klien dan
meminta bantuan ke perawat ruangan untuk meneruskannya.
Factor pendukung yang mempermudahkan penulis dalam melakukan
tindakan keperwatan adalah klien yang mau berinteraksi dan kooperatif.
Sedangkan factor penghambat yang ditemukan pada saat melakukan tindakan
keperawatan adalah perasaan klien sering berubah-ubah serta tidak dapat
melanjutkan strategi pelaksanaan keluarga dan untuk mengatasi hal tersebut
mahasiswa meminta bantuan kepada perawat ruangan untuk meneruskannya.
4.5 Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan. Maka
penulis menggunakan pendokumentasian dalam bentuk catatan keperawatan
berupa respon hasil setiap tindakan yang dilakukan dan evaluasi akhir yang
berupa catatan perkembangan (SOAP) berdasarkan strategi pelaksanaan mulai
dari strategi gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran yang tercapai
hanya strategi pelaksanaan I sampai dengan III sedangkan untuk strategi
pelaksanaan keluarga tidak bisa dilakukan evaluasi karena penulisan tidak dapat
bertemu dengan keluarga klien dan melakukan tindakan strategi pelaksanaan
keluarga. Evaluasi yang didapat Tn. H mampu membina hubungan saling percaya,
mampu mengenal halusinasinya, mampu mengontrol halusinasinya dengan cara
37
BAB 5
PENUTUP
halusinasinya, dan TUK V : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dan
benar. Perencanaan juga di dukung dengan banyaknya sumber reverensi.
Pada tahap ini penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan teori,
yaitu diagnosa I dengan strategi pelaksanaan ke I sampai ke III, namun strategi
pelaksanaan keluarga tidak dapat dilakukan karena penulis tidak bertemu dengan
keluarga klien
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan kerawatan, berdasarkan
32
strategi pelaksanaan mulai dari strategi pelaksanaan I sampai dengan strategi
pelaksanaan III untuk klien dan strategi pelaksanaan untuk keluarga. Dimana
penulis melakukan sesuai dengan diagnose prioritas yaitu gangguan sensori
persepsi : halusinasi pendengaran yang tercapai hanya strategi I sampai dengan IV
untuk klien sedangkan strategi pelaksanaan untuk keluarga belum tercapai dan
dievaluasi.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk mahasiswa
1) Mahasiswa harus lebih mennguasai materi
2) Mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperrawatan harus menggunakan
komunikasi terapeutik
3) Mahasiswa harus lebih mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
4) Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif
5) Mahasiswa harus lebih meningkatkan komunikasi dengan keluarga
sehingga dapat memperoleh data dan memberikan asuhan keperawatan
secara optimal.
5.2.2 Untuk perawat
1) Perawat diharapkan lebih sering meningkatkan pertemuan kepada klien
skipun singkat
2) Perawat harus lebih mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
3) Perawat diharapkan lebih mengoptimalkan pertemuan dengan keluarga,
jika ada anggota keluarga yang berkunjung untuk menjenguk klien
39
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan
dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7
diagnosa keperawatan jiwa berat bagi program S-1 keperawatan.
Maslim, Rusli. 2016. Diagnosa Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Nuh Jaya