MATERI AKUNTANSI
NO KODE: DAR2/PROFESIONAL/857/02/2019
MODUL 2
AKUNTANSI
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
Penulis :
Ratna Yudhiyati, S.E., M.Com.
i
DAFTAR ISI
ii
d. Akun Buku Besar Perusahaan Manufaktur ............................................. 34
e. Prosedur Pencatatan Biaya Produksi ....................................................... 35
f. Jurnal Penyesuaian.................................................................................... 47
g. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur ........................................... 50
h. Jurnal Penutup ........................................................................................... 52
5. Forum Diskusi ............................................................................................... 53
C. Penutup ................................................................................................................53
1. Rangkuman.................................................................................................... 53
2. Tes Formatif .................................................................................................. 55
KB 3 Metode Harga Pokok Pesanan .........................................................................59
A. Pendahuluan ........................................................................................................60
B. Inti ........................................................................................................................60
1. Capaian Pembelajaran (CP) ......................................................................... 60
2. Sub Capaian Pembelajaran ........................................................................... 61
3. Pokok-pokok Materi ..................................................................................... 61
4. Uraian Materi ................................................................................................ 61
a. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan .......................................... 61
b. Analisis dan Pencatatan Biaya Produksi ................................................. 63
5. Forum Diskusi ............................................................................................... 74
C. Penutup ................................................................................................................75
1. Rangkuman.................................................................................................... 75
2. Tes Formatif .................................................................................................. 76
KB 4 Metode Harga Pokok Proses ............................................................................81
A. Pendahuluan ........................................................................................................82
B. Inti ........................................................................................................................83
1. Capaian Pembelajaran (CP) ......................................................................... 83
2. Sub Capaian Pembelajaran ........................................................................... 83
3. Pokok-pokok Materi ..................................................................................... 83
4. Uraian Materi ................................................................................................ 84
a. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses ............................................. 84
b. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi .............................................. 85
c. Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dan Harga Pokok Pesanan ..... 85
iii
d. Departementalisasi.....................................................................................86
e. Aliran Fisik dan Aliran Biaya dengan Beberapa Departemen Produksi 87
f. Pencatatan Akuntansi pada Metode Harga Pokok Proses .......................90
g. Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi...........................................94
h. Persediaan Produk dalam Proses (PDP) pada Awal Periode ............... 105
i. Penambahan Bahan dalam Proses Produksi ......................................... 119
j. Produk Hilang dalam Proses Produksi .................................................. 120
5. Forum Diskusi ............................................................................................. 122
C. Penutup ..............................................................................................................122
1. Rangkuman ................................................................................................. 122
2. Tes Formatif ................................................................................................ 124
3. Tugas Akhir................................................................................................. 128
4. Tes Sumatif ................................................................................................. 130
5. Kunci Jawaban Tes Formatif ..................................................................... 139
6. Kunci Jawaban Tes Sumatif ....................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................140
iv
No Kode: DAR2/Profesional/857/02/2019
MODUL 2
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
KB 1 Konsep Biaya Produksi
Nama Penulis:
Ratna Yudhiyati, S.E., M.Com.
1
A. Pendahuluan
Modul Kegiatan Belajar 1 akuntansi perusahaan manufaktur ini membahas
karakteristik perusahaan manufaktur, konsep biaya, klasifikasi biaya, elemen
biaya produksi, serta metode pembebanan biaya produksi dan metode penentuan
harga pokok produksi. Setelah mempelajari modul kegiatan belajar 1 akuntansi
manufaktur ini diharapkan mahasiswa siap untuk mempelajari siklus biaya dan
prosedur penyusunan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di modul
kegiatan belajar berikutnya.
Kompetensi ini penting untuk dimiliki oleh individu yang berkecimpung di
dunia bisnis karena saat ini hampir semua jenis usaha memiliki unsur kegiatan
manufaktur pada operasionalnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep
dasar usaha manufaktur menjadi sesuatu yang penting.
Modul ini juga dilengkapi dengan media pembelajaran dalam bentuk video
untuk mempermudah para pengguna memahami materi tentang konsep biaya
produksi pada perusahaan manufaktur. Mahasiswa diminta untuk mempelajari
uraian materi yang dijabarkan pada modul cetak maupun melalui media
pembelajaran yang tersedia. Mahasiswa diharapkan dapat berfokus pada
identifikasi berbagai jenis biaya produksi dan klasifikasinya. Setelah mempelajari
materi, mahasiswa dapat menguji pemahaman mereka dengan mengerjakan tes
formatif yang tersedia.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran (CP)
Mahasiswa menguasai teori tentang karakteristik perusahaan manufaktur
dan konsep biaya produksi, serta mengaplikasikannya untuk menganalisis
perusahaan manufaktur yang sudah ada.
2
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tiga elemen biaya produksi.
d. Mahasiswa mengidentifikasi metode pembebanan biaya produksi dan
e. Mahasiswa dapat mengidentifikasi metode penentuan harga pokok
produksi.
3. Pokok-pokok Materi
a. Karakteristik perusahaan manufaktur beserta aktivitasnya.
b. Definisi biaya dan klasifikasi biaya
c. Tiga elemen biaya produksi.
d. Metode pembebanan biaya produksi
e. Metode penentuan harga pokok produksi
4. Uraian Materi
a. Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Apakah yang dimaksud dengan perusahaan manufaktur? Perusahaan
manufaktur adalah perusahaan yang memiliki kegiatan utama mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual. Aktivitas yang terjadi pada
perusahaan manufaktur dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi: fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
Fungsi produksi dan fungsi pemasaran adalah fungsi utama sebuah
perusahaan manufaktur karena dua fungsi ini berkontribusi langsung untuk
menciptakan pendapatan bagi perusahaan. Aktivitas yang mendukung
kegiatan produksi dan pemasaran dikelompokkan sebagai fungsi
administrasi dan umum. Contoh aktivitas pendukung ini adalah akuntansi,
keuangan, dan personalia.
Gambar 1.1 memberikan ilustrasi tentang aktivitas yang ada di
perusahaan manufaktur. Dapat dilihat pada gambar bahwa fungsi produksi
dan pemasaran berada di ‘jalur utama’ kegiatan perusahaan, sedangkan
fungsi administrasi dan umum berada di ‘jalur pendukung’.
3
Supplier Proses Pelanggan
/ vendor Produksi
Pembelian Penjualan dan
bahan baku pemasaran
barang jadi
b. Definisi Biaya
Apa yang dimaksud dengan biaya? Ada banyak penjelasan tentang
definisi biaya. Salah satu definisi yang secara umum digunakan menyatakan
biaya sebagai sumber daya perusahaan (aset) berupa kas atau setara kas yang
dikorbankan perusahaan untuk memperoleh barang atau jasa yang dapat
menghasilkan manfaat atau keuntungan bagi perusahaan, baik saat ini ataupun
di masa mendatang. Dalam definisi biaya tersebut terdapat empat unsur
pokok, yaitu:
1) Merupakan pengorbanan ekonomi
2) Diukur dalam satuan moneter/uang
3) Telah terjadi atau potensial akan terjadi
4) Dilakukan untuk tujuan tertentu
Contoh yang dapat digunakan adalah saat sebuah usaha konveksi
memerlukan kain untuk kegiatan produksinya. Perusahaan membeli kain
untuk memproduksi kemeja sebanyak 1.250 meter dengan harga Rp20.000 per
meter sehingga biaya kain tersebut Rp25.000.000. Artinya, untuk memperoleh
bahan baku kain diperlukan pengorbanan yaitu dengan mengeluarkan
sejumlah uang kas. Uang yang dibayarkan dapat diukur nilainya, yaitu
Rp25.000.000. Pengorbanan tersebut telah terjadi dan dilakukan dengan suatu
tujuan, yaitu memproduksi kemeja agar perusahaan dapat menjualnya untuk
memperoleh laba.
4
c. Klasifikasi Biaya
Akuntansi perusahaan manufaktur memiliki konsep biaya yang lebih
rumit daripada akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Biaya dapat
digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda, sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dari penggolongan tersebut. Contohnya, ketika manajemen
ingin mengelompokkan biaya berdasarkan biaya produksi dan biaya non-
produksi, maka manajemen akan membagi biaya berdasarkan
ketersimpanannya (inventoriability). Sedangkan ketika manajemen ingin
mengetahui jumlah biaya yang terjadi berdasarkan fungsinya, maka
manajemen akan membagi biaya berdasarkan fungsi pokoknya.
Berikut adalah beberapa klasifikasi biaya yang relevan bagi perusahaan
manufaktur.
1) Ketersimpanannya (inventoriability)
Klasifikasi biaya berdasarkan elemen produk ini membagi biaya
berdasarkan apakah biaya tersebut secara langsung melekat pada produk
atau tidak. Biaya yang melekat langsung dengan produk dianggap menjadi
bagian dari nilai produk, sehingga biaya tersebut dianggap “disimpan”
dalam bentuk persediaan.
a) Biaya produk (product cost): sering juga disebut sebagai biaya
manufaktur (manufacturing cost). Biaya yang secara langsung melekat
dengan produk. Biaya yang termasuk pada kategori ini adalah biaya
yang terjadi untuk aktivitas produksi.
b) Biaya periodik (period cost): sering juga disebut sebagai biaya non-
manufaktur (non-manufacturing cost). Biaya yang diakui sebagai
bagian dari periode tertentu, sehingga tidak dianggap sebagai bagian
dari nilai produk. Biaya yang termasuk pada kategori ini biasanya
adalah biaya yang terjadi atas fungsi administrasi dan umum (aktivitas
pendukung).
2) Elemen Produk
Biaya yang termasuk pada biaya produk juga dapat dibagi lagi
menjadi tiga kategori berdasarkan elemennya, yakni:
5
a) Biaya bahan baku (raw material cost): semua pengeluaran yang terjadi
untuk memperoleh bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan
produk jadi.
b) Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost): semua pengeluaran
untuk memberikan balas jasa kepada karyawan yang berkontribusi
langsung pada proses konversi bahan baku menjadi produk jadi.
c) Biaya overhead manufaktur (manufacturing overhead cost) atau biaya
overhead pabrik: semua pengeluaran perusahaan yang berkontribusi
terhadap proses produksi, tetapi kontribusi tersebut tidak dapat dilacak
secara langsung pada suatu produk jadi tertentu.
3) Hubungan dengan Produksi
Biaya produk juga dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
hubungannya dengan proses produksi.
a) Biaya utama (prime cost): biaya yang termasuk komponen utama
produksi, yakni bahan baku dan tenaga kerja langsung.
b) Biaya konversi (conversion cost): biaya untuk aktivitas pendukung
yang diperlukan untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi.
Biaya yang termasuk biaya konversi adalah tenaga kerja dan overhead
manufaktur.
4) Fungsi Pokok
Klasifikasi biaya perusahaan manufaktur berdasarkan fungsi pokok ini
membagi biaya berdasarkan tiga fungsi yang sudah dijabarkan
sebelumnya.
a) Biaya produksi (production cost): pengeluaran yang terkait dengan
fungsi produksi, seperti pembelian bahan baku dan pengolahan bahan
baku menjadi produk jadi.
b) Biaya pemasaran (marketing cost): pengeluaran yang terkait dengan
aktivitas untuk memasarkan produk jadi.
c) Biaya administrasi dan umum (administrative cost): pengeluaran yang
terkait dengan aktivitas pendukung yang terjadi di perusahaan dan
tidak termasuk kegiatan produksi maupun pemasaran.
6
Semua klasifikasi biaya ini saling berhubungan dan melengkapi.
Hubungan mereka digambarkan pada Gambar 1.2.
Klasifikasi Biaya
7
d. Elemen Biaya Produksi
Seperti yang sudah dibahas pada topik klasifikasi biaya, biaya produksi
pada perusahaan manufaktur terdiri dari tiga komponen, yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Berikut ini akan kita
bahas secara lebih rinci ketiga elemen biaya produksi tersebut.
1) Biaya Bahan Baku
Klasifikasi biaya berdasarkan elemen produk ini membagi biaya
berdasarkan apakah biaya tersebut secara langsung melekat pada produk
atau tidak. Biaya yang melekat langsung dengan produk dianggap menjadi
bagian dari nilai produk, sehingga biaya tersebut dianggap “disimpan”
dalam bentuk persediaan.
a) Sistem Pembelian Bahan Baku
Sistem pembelian bahan baku melibatkan departemen produksi,
gudang, pembelian, penerimaan dan departemen akuntansi. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengolahan
bahan baku, yaitu prosedur permintaan pembelian bahan baku, pemesanan
pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku, pencatatan penerimaan
bahan baku di gudang, penerimaan bahan baku di gudang dan pencatatan
hutang dari pembelian bahan baku.
(1) Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Ketika bahan baku di gudang mencapai tingkat minimum untuk
memesan ulang bahan (reorder point), gudang menyiapkan surat
permintaan pembelian (purchase requisition) untuk dikirim ke
Departemen Pembelian.
(2) Prosedur Pemesanan Pembelian Bahan Baku
Departemen Pembelian memproses pesanan pembelian berdasarkan
permintaan pembelian dari gudang kemudian mengirimkan surat
permintaan penawaran harga (purchase price quotation) yang berisi
permintaan informasi harga dan persyaratan pembelian kepada calon
pemasok. Setelah memilih pemasok, Departemen Pembelian
8
menyiapkan pesanan pembelian untuk dikirim ke pemasok yang
dipilih.
(3) Prosedur Penerimaan Bahan Baku
Pemasok mengirimkan bahan baku berdasarkan pesanan pembelian
yang dikirim oleh perusahaan. Departemen Penerima harus menerima
barang yang dibeli, memeriksa kuantitas, kualitas, dan spesifikasinya
sesuai dengan pesanan pembelian. Ketika bahan baku diterima,
Departemen Penerima menyiapkan Laporan Penerimaan Barang untuk
dikirim ke Departemen Akuntansi.
(4) Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Gudang
Bahan baku yang dibeli diberikan ke gudang. Gudang menyimpan
bahan dan catatan mereka dalam Kartu Gudang (stock card) di kolom
“Masuk”. Kartu gudang ini berisi informasi tentang jumlah masing-
masing jenis barang yang disimpan di gudang tetapi tidak termasuk
harganya.
(5) Prosedur Penerimaan bahan baku di gudang
Catatan dalam kartu gudang dipantau dengan catatan dalam kartu
persediaan yang disediakan oleh Departemen Akuntansi. Gudang juga
mencatat bahan-bahan dengan label sediaan (inventory tag) yang
ditempatkan di penyimpanan setiap barang.
(6) Prosedur Pencatatan hutang dari pembelian bahan baku
Departemen pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok dan
menandatangani faktur sebagai persetujuan untuk membayarnya
karena pemasok telah memenuhi persyaratan perusahaan. Faktur
kemudian diberikan kepada departemen Akuntansi. Selanjutnya,
departemen Akuntansi memeriksa perhitungan dalam faktur dan
mencocokkannya dengan informasi dalam pesanan pembelian yang
diterima dari departemen Pembelian dan informasi dalam laporan
penerimaan barang dari departemen Penerimaan.
9
b) Komponen Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku harus terdiri dari biaya pembelian (sebagaimana
dicatat dalam faktur) ditambah biaya pembelian lainnya, termasuk biaya
yang terjadi untuk menyiapkan bahan baku sampai siap untuk diproses.
Biaya pembelian dan biaya pengiriman dapat dengan mudah ditetapkan ke
dalam biaya bahan baku. Di sisi lain, karena alokasi "biaya pembelian
lainnya" ke dalam setiap item dalam faktur dapat menciptakan biaya
akuntansi yang lebih besar daripada manfaatnya, maka "biaya pembelian
lainnya" tersebut ditetapkan sebagai biaya overhead pabrik .
Potongan tunai yang diberikan dalam pembelian bahan baku
diperlakukan sebagai pengurangan terhadap harga pokok bahan baku yang
dibeli. Adapun biaya angkut yang harus dibayarkan perusahaan untuk
berbagai bahan baku yang dibeli diperlakukan sebagai berikut.
(1) Biaya angkut sebagai tambahan untuk biaya pembelian
Ketika biaya angkut diperlakukan sebagai tambahan untuk biaya
pembelian, alokasi untuk setiap item yang dibeli didasarkan pada:
(a) Perbandingan kuantitas setiap item
(b) Perbandingan harga faktur setiap item
(c) Menggunakan kurs yang ditentukan sebelumnya
(2) Biaya angkut sebagai bagian dari biaya overhead pabrik
Biaya angkut diperkirakan sebagai komponen dalam biaya overhead
pabrik dan digunakan dalam menentukan tarif overhead pabrik yang
telah ditentukan sebelumnya (predetermined overhead rate). Biaya
angkut yang sesungguhnya dicatat di sisi debit akun Biaya Overhead
Pabrik sesungguhnya.
c) Sistem Pencatatan Bahan Baku
Ada dua metode pencatatan biaya bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi perusahaan manufaktur yaitu metode mutasi persediaan
(perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical
inventory method).
10
(1) Metode Persediaan Perpetual
Dalam metode ini, setiap perpindahan bahan baku harus dicatat
dalam kartu sediaan. Metode ini cocok untuk perusahaan yang biaya
produksinya ditetapkan menggunakan sistem biaya pesanan (job
costing).
(2) Metode Persediaan Fisik
Dalam metode ini, hanya pembelian bahan yang menambahkan
persediaan yang dicatat, sedangkan pengurangan persediaan untuk
produksi tidak dicatat dalam kartu sediaan. Metode ini cocok untuk
digunakan oleh perusahaan yang menerapkan sistem biaya proses
(process costing) dalam sistem penetapan biaya produksinya.
d) Sistem Penilaian Bahan Baku
Dalam suatu periode akuntansi, harga bahan baku dapat berfluktuasi
sehingga harga beli bahan baku tidak sama antara pembelian satu dengan
pembelian berikutnya. Oleh karena itu, persediaan bahan baku yang ada di
gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda meskipun
jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. Untuk mengatasi masalah
tersebut diperlukan metode penentuan harga pokok bahan baku tertentu
dalam produksi (materials costing methods). Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku, yaitu:
metode identifikasi khusus, masuk pertama keluar pertama, masuk terakhir
keluar pertama, rata-rata bergerak, biaya standar dan metode rata-rata
harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
Mari kita bahas dengan lebih detail keenam metode penilaian bahan
baku tersebut.
(1) Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus
diberi tanda dengan harga pokok per satuan dari bahan baku yang
dibeli. Dalam metode ini, tiap jenis bahan baku yang ada di gudang
jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku
11
dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat. Kesulitan
yang timbul dari pemakaian metode ini terletak pada penyimpanan
bahan baku di gudang karena bahan baku dengan harga pokok per
satuan yang berbeda dipisahkan penyimpanannya.
(2) Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out Method)
Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) menentukan biaya
bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan
baku yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk menentukan
harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan di sini
bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya
tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.
(3) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out Method)
Metode masuk terakhir keluar pertama (metode MTKP) menentukan
harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan
anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir
masuk dalam persediaan gudang dipakai untuk menentukan harga
pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.
(4) Metode Rata-rata Bergerak (Moving-Average Method)
Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung
harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok
dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga
pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan
yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata
per satuan yang baru.
(5) Metode Biaya Standar (Standard Cost)
Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu sediaan
sebesar harga standar (standard price) yaitu harga taksiran yang
mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan
datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun
anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada
produk pada harga standar tersebut.
12
(6) Metode Rata-rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan
Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga
pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di
gudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan
untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
produksi bulan berikutnya.
PSAK yang berlaku di Indonesia maupun standar akuntansi yang
berlaku secara internasional mengizinkan perusahaan untuk memilih
metode yang paling tepat antara identifikasi khusus, masuk pertama keluar
pertama (MPKP), dan metode rata-rata. Metode biaya standard umumnya
hanya digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan internal
perusahaan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak
diizinkan oleh standar akuntansi untuk digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan yang ditujukan pada pihak eksternal
13
digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi melalui
proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi semua
kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung. Contohnya
upah pekerja di departemen produksi.
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Tarif Upah x Jam Kerja Karyawan
b) Biaya Tenaga Tidak Langsung
Tenaga kerja tak langsung (indirect labor) digunakan dalam proses
produksi tetapi tidak bisa dihubungkan atau dibebankan langsung pada
produk tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi balas jasa yang
diberikan kepada karyawan pabrik akan tetapi manfaatnya tidak dapat
diidentifikasikan pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Biaya
yang terjadi terlalu rumit ditelusuri melekatnya pada produk, karena itu
diperlakukan sebagai Biaya Overhead Pabrik. Contohnya pengawas
(mandor), administrasi dan pemeriksa produk.
14
b) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga
perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
dan pemeliharaan, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan
peralatan, kendaraan, perlengkapan laboratorium dan aset tetap lain
yang digunakan untuk keperluan pabrik.
c) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya
tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau
pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah,
tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:
(1) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti
departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel
dan departemen gudang.
(2) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi,
seperti kepala departemen produksi, karyawan administrasi
pabrik, dan mandor.
d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aset tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya depresiasi pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan,
perlengkapan laboratorium, alat kerja, dan aset tetap lain yang
digunakan di pabrik.
e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya asuransi gedung, asuransi mesin dan peralatan, asuransi
kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi
kerugian trial-run.
15
f) Biaya Overhead Pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik dan sebagainya.
Dalam perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan,
biaya overhead pabrik dibebankan pada pesanan atau produk atas dasar
tarif yang ditentukan di muka. Mengapa harus menggunakan tarif
overhead yang ditentukan di muka? Berikut ini adalah alasan pembebanan
tarif overhead yang ditentukan di muka.
a) Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi sering mengakibatkan berubah-ubahnya harga
pokok per satuan yang dihasilkan dari bulan ke bulan, antara lain
karena:
(1) Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan
(2) Perubahan tingkat efisiensi produksi
(3) Adanya biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik,
menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun.
(4) Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada
waktu-waktu tertentu.
b) Manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan
pada saat pesanan selesai dikerjakan padahal sebagian elemen biaya
overhead pabrik baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir bulan,
misalnya biaya listrik dan air.
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui dua
tahap berikut ini:
1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan
tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran
biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik: kapasitas
16
praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat dilakukan dengan
lebih dulu menentukan kapasitas teoritis, yaitu volume produksi
maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.
2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya
adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil
biaya overhead pabrik kepada produk. Ada berbagai macam dasar yang
dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk,
di antaranya adalah:
a) Satuan Produk
Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung
membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Beban biaya
overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
17
b) Biaya Bahan Baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai
bahan baku (misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang
dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan
baku yang dipakai. Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik
adalah sebagai berikut:
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Pemakaian Biaya Bahan Baku
Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam
pengolahan produk semakin besar pula biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepadanya. Metode ini terbatas pemakaiannya. Suatu
produk mungkin dibuat dari bahan baku yang harganya mahal,
sedangkan produk yang lain dibuat dari bahan yang lebih murah. Jika
proses pengerjaan kedua macam produk tersebut adalah sama, maka
produk pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan produk yang kedua.
c) Biaya Tenaga Kerja
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung
(misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi
tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk membebankan
biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya
overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Pemakaian Biaya Tenaga Kerja
Metode ini mengandung kelemahan sebagai berikut:
(1) Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai
produk. Tambahan nilai seringkali disebabkan karena biaya
depresiasi mesin dan peralatan yang mempunyai harga pokok
tinggi, yang tidak mempunyai hubungan dengan biaya tenaga
kerja langsung.
18
(2) Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total
upah dengan tarif tinggi dan rendah. Bila suatu pekerjaan atau
produk ditangani oleh karyawan yang tarif upahnya tinggi,
maka beban biaya overhead pabriknya akan relatif tinggi bila
dibandingkan dengan produk yang dikerjakan oleh karyawan
yang tarif upahnya rendah.
d) Jam Tenaga Kerja Langsung
Ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan jumlah jam
kerja (jumlah upah adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif
upah), maka di samping biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar
upah tenaga kerja langsung dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga
kerja langsung. Jadi apabila biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang
dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Jam Biaya Tenaga Kerja
e) Jam Mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu
penggunaan mesin (misalnya bahan bakar atau listrik yang dipakai
untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin.
Taksiran Biaya Overhad Pabrik
Tarif BOP per Unit =
Taksiran Jam Biaya Kerja Mesin
19
Pembebanan biaya dapat dilakukan melalui mekanisme penelusuran dan
alokasi. Penelusuran (tracing) melacak akumulasi biaya dengan hubungan
langsung ke objek biaya sedangkan alokasi (allocation) mengalokasikan
akumulasi biaya dengan hubungan tidak langsung ke objek biaya. Penelusuran
langsung (direct tracing) merupakan metode yang paling akurat; metode ini
bergantung pada hubungan kausal yang dapat diamati secara fisik.
Penelusuran penggerak (driver tracing) berlangsung pada faktor-faktor kausal,
yaitu penggerak untuk membebankan biaya ke objek biaya (cost driver).
Keakuratan penelusuran penggerak tergantung pada kualitas hubungan kausal
yang digambarkan oleh penggerak. Pengidentifikasian penggerak dan
penilaian kualitas hubungan kausal jauh lebih besar biayanya dibanding
penelusuran langsung atau alokasi. Alokasi merupakan metode yang paling
mudah dilakukan dan biayanya paling rendah. Namun alokasi adalah metode
yang tingkat keakuratan pembebanan biayanya paling rendah dan
penggunaannya juga harus diusahakan seminimal mungkin. Gambar 1.3 di
bawah ini menunjukkan tiga metode yang dapat digunakan dalam pembebanan
biaya.
Objek Biaya
20
f. Metode Perhitungan Harga Pokok
Untuk dapat menghasilkan suatu perhitungan harga pokok produk,
diperlukan pengumpulan data biaya-biaya produksi yang digunakan untuk
menghasilkan produk tersebut. Proses pengumpulan biaya produksi yang
digunakan dalam suatu perusahaan manufaktur dimulai dari usaha
memperoleh bahan baku melalui serangkaian proses produksi sampai pada
pengakuan produk jadi. Secara umum, langkah dasar dalam proses produksi
meliputi: pembelian/perolehan bahan baku, pemakaian bahan baku,
penggunaan tenaga kerja, pengakuan biaya overhead, pembebanan biaya
overhead dan pengakuan produk selesai.
Metode pengumpulan biaya produksi juga akan tergantung pada
karakteristik produksi masing-masing perusahaan. Sistem produksi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan bisa berasal dari pesanan yang diberikan oleh
pelanggan maupun berdasar pada produksi massal yang dilakukan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, metode pengumpulan
biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: metode harga pokok pesanan dan
metode harga pokok proses.
1) Metode Harga Pokok Pesanan
Dalam metode Harga Pokok Pesanan, biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap pesanan yang diterima dari pelanggan. Biaya produksi
langsung, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
diidentifikasi dan dibebankan ke masing-masing pesanan sesuai dengan
biaya aktual yang digunakan oleh pesanan tersebut. Adapun biaya
produksi tidak langsung, misalnya biaya overhead pabrik, dibebankan ke
pesanan yang dikerjakan selama periode tertentu dengan menggunakan
tarif yang sudah ditentukan di muka.
Dengan sistem pesanan seperti ini, produk dibuat sesuai dengan
spesifikasi yang diminta oleh pelanggan, baik dari aspek jenis produk,
bahan, kualitas maupun tingkat harganya. Oleh karena itu, produk yang
dihasilkan oleh perusahaan akan sangat bervariasi, produk dari satu
pesanan akan berbeda dengan pesanan lainnya.
21
Harga pokok produksi dari setiap pesanan dihitung setelah produk
selesai dikerjakan. Biaya per satuan produk dihitung dengan cara membagi
jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan pesanan yang bersangkutan. Perusahaan yang menggunakan
sistem pesanan antara lain: perusahaan konstruksi, perusahaan percetakan,
perusahaan meubel, usaha butik pakaian, dan lain-lain.
2) Metode Harga Pokok Proses
Dengan metode Harga Pokok Proses, biaya produksi dikumpulkan
atas dasar proses atau departemen untuk suatu periode tertentu. Biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
dibebankan pada rekening Barang Dalam Proses di setiap departemen
produksi. Perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses
umumnya memiliki produksi yang bersifat massal atau memproduksi
dalam jumlah banyak. Produksi dilakukan secara kontinu (terus menerus)
untuk mengisi persediaan barang di gudang. Unit yang diproduksi bersifat
homogen, artinya setiap unit produk bersifat identik serta memiliki jumlah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang
sama.
Perhitungan biaya produksi biasanya dilakukan pada setiap akhir
periode (bulan, tahun). Harga pokok produksi dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu
dengan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Perusahaan yang menggunakan sistem pesanan antara lain: perusahaan
kertas, perusahaan semen, perusahaan tekstil, dan lain-lain.
22
g. Alternatif Perhitungan Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi yang dihasilkan dari proses akuntansi
dapat dilakukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam harga pokok produksi, terdapat
dua pendekatan yaitu metode harga pokok penuh (full costing) dan metode
harga pokok variabel (variable costing).
1) Metode harga pokok penuh (full costing)
Metode harga pokok penuh memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi, baik yang bersifat tetap maupun
variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full
costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead
pabrik tetap) ditambah dengan biaya non-produksi (biaya pemasaran,
biaya administrasi dan umum). Metode ini biasanya digunakan untuk
tujuan pelaporan eksternal atau melaporkan pada pihak di luar perusahaan.
2) Metode harga pokok variabel (variable costing)
Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Harga pokok produk
yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga
pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non-produksi
variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel)
serta biaya non-produksi tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap. Metode ini biasanya
digunakan untuk tujuan internal atau kepentingan manajerial perusahaan.
23
5. Forum Diskusi
C. Penutup
1. Rangkuman
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dua fungsi
utama yang dimiliki perusahaan manufaktur adalah fungsi produksi dan fungsi
pemasaran. Selanjutnya fungsi administrasi dan umum dibentuk untuk
mendukung kedua fungsi tersebut.
Biaya sebagai sumber daya perusahaan (aset) berupa kas atau setara kas
yang dikorbankan perusahaan untuk memperoleh barang atau jasa yang dapat
menghasilkan manfaat atau keuntungan bagi perusahaan, baik saat ini ataupun
di masa mendatang. Biaya bisa dikelompokkan berdasarkan ketersimpanan
(biaya produk dan biaya periodik), berdasarkan elemen biaya (biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik), hubungan
terhadap produksi (biaya utama dan biaya konversi), dan fungsi pokok (biaya
produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum).
Elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan jumlah rupiah
(biaya) yang melekat pada bahan baku yang dimasukkan dalam produksi (cost
of raw material used). Biaya bahan baku terdiri dari semua pengeluaran
perusahaan untuk memperoleh bahan baku sampai bahan baku siap
diproduksi.
Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada semua karyawan. Biaya tenaga kerja di pabrik digolongkan
ke dalam biaya tenaga kerja langsung (misalnya upah pekerja departemen
24
produksi) dan biaya tenaga kerja tidak langsung (misal: gaji manajer dan gaji
supervisor).
Biaya overhead pabrik (BOP) didefinisikan sebagai bahan baku tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang
tidak dapat secara mudah diidentifikasi dengan atau dibebankan langsung ke
pesanan, produk, atau objek biaya lain yang spesifik. Penggolongan BOP
menurut sifatnya meliputi: (1) Biaya bahan penolong, (2) Biaya reparasi dan
pemeliharaan, (3) Biaya tenaga kerja tidak langsung, (4) Biaya yang timbul
akibat penilaian terhadap aset tetap, (5) Biaya yang timbul sebagai akibat
berlalunya waktu dan (6) BOP lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
Langkah-langkah untuk menentukan tarif BOP terdiri dari: (1)
Menyusun anggaran biaya overhead pabrik dan (2) Memilih dasar
pembebanan, antara lain dengan menggunakan satuan produk, biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, jam tenaga kerja dan jam mesin. BOP dapat
dibebankan ke produk dengan berdasarkan pada: satuan produk, biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, jam tenaga kerja langsung dan jam mesin.
Pembebanan biaya dilakukan dengan 3 metode, yaitu: (1) penelusuran
langsung (direct tracing) melalui pengamatan fisik, (2) penelusuran penggerak
(driver tracing) melalui hubungan sebab akibat, dan (3) alokasi (allocation)
dengan menggunakan asumsi/kedekatan hubungan.
Berdasarkan karakteristik produksi perusahaan, metode pengumpulan
biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: metode harga pokok pesanan
dan metode harga pokok proses. Namun jika memperhitungkan unsur-unsur
biaya dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan perhitungan harga
pokok yaitu metode harga pokok penuh (full costing) dan metode harga pokok
variabel (variable costing).
25
2. Tes Formatif
1. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai biaya, sebuah transaksi harus
memenuhi beberapa indikator. Dari beberapa transaksi berikut, manakah
yang tidak dapat dianggap sebagai biaya?
A. Membeli bahan baku secara utang senilai Rp500.000
B. Memperoleh hibah alat dari pemerintah senilai Rp10.000.000.
C. Membayar gaji karyawan senilai Rp12.000.000 secara tunai
D. Membeli mesin secara utang senilai Rp20.000.000
E. Memperoleh pinjaman mesin dari pemerintah senilai Rp50.000.000.
2. Perusahaan manufaktur memiliki aktivitas yang lebih bervariasi
dibandingkan perusahaan jasa dan manufaktur. Dari beberapa aktivitas di
bawah ini, manakah aktivitas yang merupakan ciri khas perusahaan
manufaktur dan tidak ada di perusahaan jasa maupun perusahaan dagang?
A. Pembayaran gaji karyawan
B. Pembelian barang untuk dijual kepada pelanggan
C. Pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
D. Pembelian peralatan kantor
E. Pinjaman dari bank
3. Biaya yang terjadi pada sebuah perusahaan manufaktur dapat
diklasifikasikan menjadi biaya yang akan dialokasikan pada produk dan
biaya yang dibebankan pada periode. Dari beberapa jenis biaya yang ada
di bawah ini, manakah yang merupakan biaya yang tidak dapat ‘masuk’
sebagai bagian dari nilai produk?
A. Biaya gaji karyawan produksi
B. Biaya gaji karyawan pemasaran
C. Biaya penggunaan bahan baku
D. Biaya gaji manajer pabrik
E. Biaya penggunaan bahan baku pelengkap
4. PT A adalah sebuah unit bisnis yang bergerak di bidang kerajinan kayu
dan mebel. PT A memiliki dua lokasi, yakni kantor dan pabrik produksi.
Pada akhir tahun, Akuntan PT A mencatat depresiasi gedung pabrik.
26
Biaya depresiasi ini termasuk biaya apa dalam hubungannya dengan nilai
produk?
A. Biaya Pemasaran
B. Biaya Administrasi dan Umum
C. Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
D. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
E. Biaya Overhead Manufaktur
5. PT C adalah sebuah perusahaan produksi makanan ringan. PT C tidak
melacak secara khusus penggunaan bahan baku di gudang untuk proses
produksi, melainkan menggunakan asumsi aliran fisik. PT C berasumsi
bahwa bahan baku yang pertama masuk gudang adalah yang pertama
digunakan untuk proses produksi. Asumsi aliran fisik yang digunakan PT
C adalah …
A. Identifikasi Khusus
B. Rata-rata bergerak
C. Masuk Terakhir, Keluar Pertama
D. Masuk Pertama, Keluar Pertama
E. Biaya standard
6. PT Z adalah sebuah perusahaan pembuatan kendaraan bermotor yang
berkecimpung pada mendesain dan membuat sendiri produk mereka.
Berikut adalah beberapa biaya produksi yang terjadi pada PT Z. Manakah
yang termasuk biaya tenaga kerja tidak langsung?
A. Biaya gaji staf akuntansi
B. Biaya upah karyawan pabrik bagian produksi dan perakitan
C. Biaya gaji desainer mobil dan motor
D. Biaya gaji CEO PT Z
E. Biaya gaji staf pemasaran
7. Perusahaan manufaktur membedakan persediaan dan produk yang ia
miliki menjadi beberapa kategori berdasarkan penyelesaian dan/atau
tujuan penggunaannya. Bahan baku yang sudah masuk proses produksi,
tetapi belum selesai proses pengerjaannya hingga akhir periode disebut …
27
A. Bahan baku
B. Produk dalam proses
C. Produk jadi
D. Produk trial
E. Produk defect
8. PT A adalah sebuah entitas bisnis yang bergerak di bidang kerajinan kayu
dan mebel. Berikut adalah beberapa biaya produksi yang terjadi di PT A.
Manakah biaya yang dapat dilacak secara langsung (direct tracing) ke
objek biaya?
A. Biaya listrik untuk proses produksi
B. Biaya gaji manajer produksi
C. Biaya penggunaan kayu dan cat
D. Biaya pembelian konsumsi untuk karyawan produksi
E. Biaya asuransi mesin produksi
9. PT C menemukan bahwa salah satu mobil dinas direksi mengalami
kerusakan dan membutuhkan reparasi. Biaya yang terjadi karena reparasi
ini termasuk pada biaya …
A. Biaya Tenaga Kerja Langsung
B. Biaya Overhead Manufaktur
C. Biaya Pemasaran
D. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
E. Biaya Administrasi dan Umum
10. PT Z memutuskan untuk mengasuransikan mesin produksi dan pabriknya
dengan nilai asuransi sebesar Rp25.000.000 pertahun. Pada akhir tahun,
akuntan PT Z mencatat biaya asuransi. Berdasarkan keterkaitannya
dengan nilai produk, biaya asuransi ini termasuk sebagai biaya …
A. Biaya pemasaran
B. Biaya administrasi dan umum
C. Biaya periodik
D. Biaya overhead manufaktur
E. Biaya tenaga kerja
28
No Kode: DAR2/Profesional/857/02/2019
MODUL 2
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
KB 2 Alur Biaya Harga Pokok Produksi
Nama Penulis:
Ratna Yudhiyati, S.E., M.Com.
29
A. Pendahuluan
Modul Kegiatan Belajar 2 akuntansi perusahaan manufaktur ini membahas
tentang gambaran aliran biaya produksi yang terjadi di perusahaan manufaktur,
dimulai dari proses pra-produksi, kegiatan produksi, sampai dengan selesainya
kegiatan produksi dan penjualan produk tersebut. Modul ini juga memberikan
gambaran awal tentang prosedur pencatatan dan pelaporan akuntansi untuk
perusahaan manufaktur berdasarkan tahap-tahap yang telah dijelaskan
sebelumnya. Setelah mempelajari modul kegiatan belajar 2 akuntansi manufaktur
ini diharapkan mahasiswa siap untuk mempelajari siklus biaya dan prosedur
penyusunan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di modul kegiatan
belajar berikutnya.
Kompetensi ini penting untuk dimiliki oleh individu yang berkecimpung di
dunia bisnis karena saat ini hampir semua jenis usaha memiliki unsur kegiatan
manufaktur pada operasionalnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep
dasar usaha manufaktur menjadi sesuatu yang penting.
Modul ini juga dilengkapi dengan media pembelajaran dalam bentuk video
untuk mempermudah para pengguna memahami materi tentang konsep biaya
produksi pada perusahaan manufaktur. Mahasiswa diminta untuk mempelajari
uraian materi yang dijabarkan pada modul cetak maupun melalui media
pembelajaran yang tersedia. Mahasiswa diharapkan dapat berfokus pada prosedur
pencatatan untuk setiap tahap kegiatan manufaktur dan pelaporan. Setelah
mempelajari materi, mahasiswa dapat menguji pemahaman mereka dengan
mengerjakan tes formatif yang tersedia.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa menguasai teori tentang alur biaya produksi perusahaan
manufaktur dan aplikasi penerapannya dalam kegiatan pencatatan dan
akuntansi.
30
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan aliran biaya produksi pada tahap pra-
produksi, kegiatan produksi, penyelesaian produk jadi, hingga
penjualan produk.
b. Mahasiswa dapat menganalisis transaksi perusahaan manufaktur
berdasarkan aliran biaya produksi.
c. Mahasiswa dapat membuat jurnal untuk setiap tahapan.
d. Mahasiswa dapat menyusun laporan keuangan untuk perusahaan
manufaktur.
3. Pokok-pokok Materi
a. Aliran biaya produksi pada tahap pra-produksi, kegiatan produksi,
penyelesaian produk jadi, hingga penjualan produk.
b. Transaksi perusahaan manufaktur berdasarkan aliran biaya produksi.
c. Jurnal untuk perusahaan manufaktur.
d. Penyusunan laporan keuangan untuk perusahaan manufaktur.
4. Uraian Materi
e. Gambaran Aliran Biaya Produksi
Perusahaan manufaktur memiliki rangkaian kegiatan produksi untuk
dapat menghasilkan barang yang siap dijual. Bagaimanakah aliran biaya
dari sebuah perusahaan manufaktur? Sesuai dengan karakteristik
usahanya, selain Harga Pokok Penjualan perusahaan juga harus
menghitung Harga Pokok Produksi. Harga pokok produksi dan harga
pokok penjualan menjadi bagian dari siklus biaya produksi perusahaan
manufaktur. Perhatikan gambar 2.1 berikut ini.
31
Gambar 2.1 Aliran Biaya Produksi
Aliran biaya produksi pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tahap 1
Kita hitung pemakaian bahan baku langsung dalam proses produksi
dengan menggunakan rumus: sediaan awal bahan baku + pembelian bahan
baku – sediaan akhir bahan baku. Dengan demikian kita peroleh biaya
bahan baku sebesar Rp782.000 (Rp120.000 + Rp760.000 – Rp98.000).
Tahap 2
Biaya bahan baku langsung (Rp782.000) ditambahkan dengan biaya
tenaga kerja langsung (Rp590.000) dan biaya overhead pabrik
(Rp420.000) untuk menghitung total biaya produksi yang terjadi di tahun
2018 sebesar Rp1.792.000. Bahan baku yang digabungkan dengan tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik ini disebut sebagai Barang Dalam
Proses.
Tahap 3
Harga pokok produksi Rp1.870.000 dihitung dengan rumus: persediaan
barang dalam proses awal (Rp256.000) ditambah total biaya produksi
32
(Rp1.792.000) dikurangi barang dalam proses akhir (Rp178.000).
Informasi harga pokok produksi ini selanjutnya digunakan untuk
menghitung sediaan barang jadi yang tersedia untuk dijual. Sediaan barang
jadi yang tersedia untuk dijual diperoleh dari sediaan barang jadi awal
(Rp220.000) ditambah dengan sediaan barang jadi dari produksi sekarang
(Rp1.870.000), hasilnya Rp2.090.000.
Tahap 4
Untuk menghitung harga pokok penjualan maka sediaan barang jadi yang
siap untuk dijual (Rp2.090.000) dikurangi dengan sediaan barang jadi
akhir (Rp185.000), hasilnya adalah Rp1.905.000. Apabila diketahui
penjualan sebesar Rp2.760.000 maka jumlah laba kotor menjadi
Rp855.000 (Rp2.760.000 – Rp1.905.000). Selanjutnya laba kotor
dikurangi dengan biaya periodik sebesar Rp320.000 (seperti biaya
pengembangan, biaya desain, biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya jasa
konsumen), maka diperoleh laba bersih sebesar Rp535.000.
g. Dokumen Transaksi
Dokumen transaksi diperlukan sebagai bukti pendukung dalam proses
pencatatan keuangan. Dokumen apa sajakah yang terdapat dalam aktivitas
perusahaan manufaktur? Dokumen transaksi aktivitas penjualan perusahaan
manufaktur pada dasarnya tidak berbeda dengan dokumen transaksi yang
33
digunakan pada perusahaan jasa dan dagang. Dokumen transaksi untuk
perusahaan manufaktur secara umum meliputi transaksi yang menyangkut
aktivitas produksi dan aktivitas penjualan hasil produksi. Dokumen transaksi
yang menyangkut aktivitas produksi pada umumnya merupakan dokumen
transaksi internal, antara lain:
34
menjadi BDP-Biaya Bahan Baku, BDP-Biaya Tenaga Kerja, dan akun
BDP-Biaya Overhead Pabrik.
5) Akun Sediaan Produk Jadi, sebagai tempat mencatat harga pokok barang
yang belum selesai selama diproses pada akhir periode.
6) Akun Harga Pokok Penjualan untuk mencatat harga pokok produk terjual.
35
d) Biaya Penjualan: untuk mencatat biaya gaji karyawan bagian pemasaran
Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahapan berikut ini:
(1)Biaya gaji dan upah yang terutang
Gaji dan Upah Rp xxx
Utang Gaji dan Upah Rp xxx
36
pokok pesanan, yaitu membebankan BOP berdasarkan tarif yang sudah
ditentukan di muka.
(1) Mencatat pembebanan biaya overhead pabrik
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xxx
37
b) Mencatat Langsung pada BOP yang Sesungguhnya Terjadi
Pencatatan BOP yang sesungguhnya terjadi ini biasanya dilakukan pada
perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses.
(1) Mencatat pengumpulan biaya-biaya produksi tidak langsung
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Persediaan bahan penolong Rp xxx
Persediaan perlengkapan kantor Rp xxx
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp xxx
Biaya depresiasi Rp xxx
Biaya lain-lain Rp xxx
38
Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxx
Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
Barang dalam proses – Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Barang dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
39
Jurnal umum untuk mencatat transaksi di atas adalah:
Tanggal Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
7 Juni Persediaan Bahan Baku 6.000.000
Utang Dagang 6.000.000
Berikut ini adalah informasi mengenai daftar gaji dan upah PT. SAHABAT
pada bulan Juni 2019 (seluruh angka disajikan dalam Rp):
Data daftar gaji dan upah di atas, lebih dahulu dicatat dalam akun Gaji dan
Upah dengan jurnal sebagai berikut:
40
Tanggal Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
30 Juni Gaji dan Upah 38.400.000
Utang gaji dan upah 34.195.000
Dana pensiun 1.535.000
Utang PPh pasal 21 1.920.000
Piutang pada karyawan 750.000
Kita asumsikan bahwa PT. SAHABAT membuat lebih dari satu jenis produk
sehingga biaya tenaga kerja tidak langsung dicatat dalam akun BOP
sesungguhnya. Jumlah debet akun Gaji dan upah Rp38.400.000,00 dari pos
jurnal di atas, dialokasikan pada akun-akun tempat pembebanannya dengan
jurnal sebagai berikut:
Biaya tenaga kerja langsung menjadi bagian dari harga pokok produk,
sehingga dari akun gaji dan upah dialokasikan pada akun BDP – Biaya tenaga
kerja. Biaya tenaga kerja tak langsung dialokasikan pada akun BOP
Sesungguhnya. Apabila BOP yang dibebankan pada produk adalah BOP yang
sesungguhnya, seperti pada perusahaan yang membuat satu jenis produk,
maka biaya tenaga kerja tidak langsung dialokasikan pada akun BDP – Biaya
overhead pabrik. Apabila BOP sesungguhnya yang dibebankan pada produk,
prosedur pencatatan biaya tenaga kerja digambarkan dalam hubungan akun
buku besar yang terkait tampak sebagai berikut:
41
Daftar Gaji dan Upah
BDP - BTK
Dana pensiun
PT. SAHABAT menetapkan tarif biaya overhead pabrik Rp2.000,00 per jam
kerja mesin. Dalam suatu periode, mesin digunakan selama 12.000 jam. Biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan
sebagai berikut:
Bahan penolong 5.250.000
Gaji pengawas produksi 4.800.000
Penyusutan mesin pabrik 3.200.000
Penyusutan gedung pabrik 1.800.000
Biaya pemeliharaan mesin 1.500.000
Biaya listrik 2.750.000
BOP lain-lain 5.450.000
Jumlah 24.750.000
42
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
BOP Sesungguhnya 24.750.000
Sediaan bahan penolong 5.250.000
Gaji dan upah 4.800.000
Akumulasi penyusutan Mesin 3.200.000
Akumulasi penyusutan Gedung 1.800.000
Biaya pemeliharaan mesin 1.500.000
Biaya listrik pabrik 2.750.000
Biaya produksi tidak langsung lain-lain 5.450.000
Dari data contoh di atas, jam kerja mesin yang sesungguhnya dapat dicapai
12.000 jam. Tarif BOP Rp2.000 per jam mesin. Dari data tersebut, BOP yang
dibebankan pada produk sebesar 12.000 x Rp2.000 = Rp24.000.000,00.
Pencatatan jurnalnya sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
BDP- Biaya overhead pabrik 24.000.000
BOP yang dibebankan 24.000.000
Selisih biaya overhead pabrik akan tampak dalam akun BOP sesungguhnya
setelah saldo akun BOP Dibebankan ditutup/dipindahkan ke dalam akun BOP
sesungguhnya. Saldo akun BOP Sesungguhnya selanjutnya dipindahkan ke
akun Selisih BOP. Berdasarkan data jurnal di atas, akun BOP Dibebankan
kredit Rp24.000.00,00 dipindahkan ke dalam akun BOP sesungguhnya
dengan jurnal sebagai berikut:
43
Nama Akun Debit Kredit
BOP Dibebankan 24.000.000
BOP Sesungguhnya 24.000.000
Akun BOP Sesungguhnya dan akun BOP Dibebankan di atas bersaldo nol,
sedangkan akun Selisih BOP menunjukkan saldo debet Rp750.000,00 (selisih
merugikan). Pada akhir periode, Selisih BOP dipindahkan ke akun Harga
Pokok Penjualan.
Apabila BOP yang dibebankan pada produk ditetapkan berdasarkan tarif,
prosedur pencatatan biaya overhead pabrik, dapat digambarkan seperti di
bawah ini.
44
BOPS BOP dibebankan
BDP - BOP
Macam rekening
HPP
Selisih BOP
HPP
45
Perhatikan Gambar 2.4! Berikut ini adalah alur biaya produksi dalam siklus
biaya perusahaan manufaktur.
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
yang digunakan dalam proses produksi dicatat di bagian debet akun
Harga pokok produk yang selesai diproses dipindahkan dari akun Barang
Dalam Proses ke dalam akun Persediaan Produk Jadi.
Harga pokok barang yang belum selesai diproses pada akhir periode
dipindahkan dari akun Barang Dalam Proses ke dalam akun Persediaan
Barang Dalam Proses. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada saat
penyusunan neraca.
Harga pokok produk yang dijual dipindahkan dari akun Persediaan Produk
Jadi ke dalam akun Harga Pokok Penjualan (pencatatan sistem perpetual).
Harga pokok barang yang dijual dipindahkan dari akun Harga Pokok
Penjualan ke dalam akun Ikhtisar Laba Rugi.
Berikut ini adalah ringkasan contoh pencatatan transaksi akuntansi perusahaan
manufaktur.
46
Tgl Transaksi Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Rp1.400.000,00
11 Pemakaian bahan BOP Sesungguhnya 1.300.000
penolong dalam Bahan Penolong 600.000
proses produksi Gaji dan upah 700.000
sebesar Rp600.000,00
dan tenaga kerja tidak
langsung
Rp700.000,00
30 Mencatat produk Persediaan Produk Jadi 11.200.000
dalam proses ke BDP – BBB 7.000.000
produk jadi BDP – TKL 2.800.000
BDP – BOP 1. 400.000
30 Menutup akun BOP BOP Dibebankan 1.400.000
Dibebankan ke BOP BOP Sesungguhnya 1.400.000
Sesungguhnya
30 Mencatat selisih BOP BOP Sesungguhnya 100.000
(lebih dibebankan) Selisih BOP 100.000
31 Penjualan produk jadi Kas 13.000.000
sebesar Penjualan 13.000.000
Rp13.000.000,00
tunai
31 Harga produk yang Harga Pokok Penjualan 11.200.000
dijual sebesar Persediaan produk jadi 11.200.000
Rp11.200.000,00
c. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian biaya produksi perusahaan manufaktur digunakan
untuk menyesuaikan akun persediaan baik persediaan bahan baku, persediaan
produk dalam proses, dan persediaan produk jadi. Hal ini diperlukan oleh
perusahaan manufaktur yang menggunakan sistem sediaan fisik / periodik.
Adapun ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
1) Jurnal penyesuaian untuk biaya bahan baku
Ikhtisar Biaya Produksi Rp xxx
Persediaan Bahan Baku (awal) Rp xxx
47
2) Jurnal penyesuaian untuk Persediaan Produk dalam Proses
Ikhtisar Biaya Produksi Rp xxx
Persediaan Produk Dalam Proses
(awal) Rp xxx
48
Gedung 120.000.000
Akum.penyusutan gedung 24.000.000
Peralatan pabrik 60.000.000
Akum.penyusutan peralatan pabrik 12.000.000
Tanah 100.000.000
Utang dagang 36.000.000
Modal saham 250.000.000
Laba ditahan 91.500.000
Penjualan 244.000.000
Pembelian bahan baku 72.000.000
Biaya angkut pembelian 4.500.000
Retur pembelian 3.000.000
Upah langsung 28.000.000
Upah tidak langsung 15.000.000
Gaji pegawai produksi 6.000.000
Biaya pemeliharaan mesin 3.000.000
Biaya penjualan 7.400.000
Biaya iklan 3.200.000
Biaya administrasi dan umum 28.000.000
Biaya lain-lain 3.800.000
Jumlah 670.500.000 670.500.000
49
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
31 Des Biaya kerugian piutang 10.500.000
Cadangan kerugian piutang 10.500.000
(15% x Rp70.000.000,00 = Rp10.500.000)
31 Des Biaya perlengkapan kantor 1.400.000
Perlengkapan kantor 1.400.000
(Rp7.400.000-Rp6.000.000= Rp1.400.000)
31 Des Biaya perlengkapan pabrik 5.800.000
Perlengkapan pabrik 5.800.000
(mencatat perlengkapan pabrik yang dipakai)
31 Des Biaya asuransi 4.300.000
Asuransi dibayar dimuka 4.300.000
(6/12 x Rp8.600.000,00)
31 Des Biaya penyusutan peralatan 6.000.000
Biaya penyusutan gedung 12.000.000
Akum.penyusutan peralatan 6.000.000
Akmu. penyusutan gedung 12.000.000
(10% x Rp60.000.000,00 = Rp6.000.000)
(10% x Rp120.000.000,00 = Rp12.000.000)
31 Des Biaya tenaga kerja langsung 5.000.000
Utang gaji dan upah 5.000.000
(mencatat biaya terutang)
31 Des Ikhtisar biaya produksi 39.800.000
Sediaan bahan baku 22.800.000
Sediaan barang dalam proses 17.000.000
Ikhtisar laba rugi 54.000.000
Sediaan produk jadi 54.000.000
(mencatat sediaan awal)
31 Des Sediaan bahan baku 20.000.000
Sediaan barang dalam proses 15.000.000
Ikhtisar biaya produksi 35.000.000
Sediaan produk jadi 50.000.000
Ikhtisar laba rugi
(mencatat sediaan akhir) 50.000.000
223.800.000 223.800.000
50
penjualan dihitung berdasarkan sediaan awal ditambah pembelian dan
dikurangi sediaan akhir, pada perusahaan manufaktur harga pokok penjualan
belum dapat ditentukan sebelum harga pokok produksi diketahui. Harga
pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi selama satu siklus akuntansi
biaya.
Perhatikan contoh berikut ini!
Dengan menggunakan informasi biaya produksinya, PT. KARYA HATI
menyusun laporan harga pokok produksi untuk kegiatan usahanya selama
periode yang berakhir pada 31 Desember 2018 sebagai berikut:
PT. KARYA HATI
Laporan Harga Pokok Produksi
untuk tahun 2018
(dalam rupiah)
Bahan Baku
Sediaan bahan baku awal 20.000.000
Pembelian 45.000,000
Bahan baku siap digunakan 65.000,000
Sediaan bahan baku akhir 5.000.000
Bahan baku yang digunakan 60.000.000
Tenaga kerja langsung 35.000,000
Overhead pabrik:
Bahan penolong 6.800.000
Supplies 5.500.000
Gaji mandor 6.200.000
Tenaga kerja tidak langsung 6.000.000
Asuransi 3.400.000
Penyusutan 6.800.000
Listrik dan air 5.200.000
Pemeliharaan 1.600.000
Teknik produksi 2.000.000
Total overhead pabrik 43.500.000
Jumlah biaya produksi 138.500.000
Sediaan barang dalam proses awal 22.000.000
Harga pokok barang siap diproduksi 160.500.000
Sediaan barang dalam proses akhir 36.000.000
Harga Pokok Produksi 124.500.000
51
Setelah harga pokok produksi diketahui maka harga pokok penjualan
dapat dihitung dengan menambahkan harga pokok produksi dengan sediaan
barang jadi awal dan dikurangi dengan sediaan barang jadi akhir. Selanjutnya
harga pokok penjualan tersebut digunakan untuk mengurangi total penjualan
yang diperoleh sehingga laba kotor dapat diketahui. Kemudian laba kotor
dikurangi dengan berbagai biaya operasional lainnya (biaya non-produksi)
untuk mengetahui laba bersih sebelum pajak. Jika kemudian ditambahkan
dengan pendapatan di luar usaha dan dikurangi biaya di luar usaha serta pos-
pos luar biasa dan pajak maka akan dihasilkan laba bersih.
Laporan laba rugi PT. KARYA HATI pada tahun 2018 dapat disusun
sebagai berikut:
PT. KARYA HATI
Laporan Laba
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2018
(dalam rupiah)
Penjualan 150.000.000
Harga Pokok Penjualan:
Sediaan barang jadi awal 40.000.000
Harga pokok produksi 124.500.000
Sediaan barang jadi siap dijual 164.500.000
Sediaan barang jadi akhir ( 34.200.000)
120.300.000
Laba kotor 29.700.000
Biaya
Biaya penjualan 6.500.000
Biaya administrasi dan umum 4.500.000
11.000.000
Laba bersih sebelum pajak 18.700.000
e. Jurnal Penutup
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur tidak jauh berbeda dengan
jurnal penutup pada perusahaan jasa maupun dagang. Hal yang membedakan
pada jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah akun yang terkait dengan
kegiatan produksi harus ditutup. Akun “Ikhtisar Biaya Produksi” digunakan
untuk menutup semua akun yang ada dalam laporan harga pokok produksi.
52
Ikhtisar biaya produksi xxx
Persediaan Barang Dalam Proses xxx
Persediaan Bahan baku xxx
Pembelian bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya tenaga kerja tak langsung xxx
Biaya listrik dan air xxx
Biaya bahan habis pakai xxx
Biaya penyusutan gedung pabrik xxx
Biaya penyusutan mesin xxx
5. Forum Diskusi
Gambarkan alur biaya untuk perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur.
Bandingkan tiga jenis perusahaan ini dan jelaskanlah tahapan alur biaya yang
hanya ada di perusahaan manufaktur dibandingkan dua jenis perusahaan yang
lain!
C. Penutup
2. Rangkuman
Aliran biaya produksi perusahaan dimulai saat penggunaan bahan baku
untuk kegiatan produksi. Bahan baku diproses dengan menambahkan biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Gabungan biaya produksi ini
ditampung pada akun Sediaan Dalam Proses. Ketika proses produksi sudah
selesai dan produk sudah ditransfer ke gudang barang jadi, nilai pada akun
Sediaan Dalam Proses ditransfer ke akun Sediaan Barang Jadi.
Siklus akuntansi perusahaan manufaktur dimulai dari penerimaan bukti
transaksi, pencatatan, posting buku besar, pembuatan neraca saldo, pembuatan
53
penyesuaian, penyusunan laporan keuangan, pembuatan jurnal penutup, dan
jurnal pembalik.
Pencatatan biaya produksi ke akun Sediaan Barang Dalam Proses
1) Pencatatan bahan baku
Barang dalam proses - BBB Rp xxx
Persediaan bahan baku Rp xxx
2) Pencatatan tenaga kerja
Barang dalam proses Rp xxx
Biaya gaji Rp xxx
3) Pencatatan ketika produk selesai dari pabrik dan ketika produk tersebut
terjual
Persediaan produk jadi Rp xxx
Barang dalam proses - BBB Rp xxx
Barang dalam proses - TKL Rp xxx
Barang dalam proses - BOP Rp xxx
Harga pokok penjualan Rp xxx
Persediaan produk jadi Rp xxx
54
3. Tes Formatif
1. Perusahaan manufaktur memiliki alur biaya dan kegiatan yang
membedakannya dengan perusahaan jasa dan dagang. Perbedaan alur dan
kegiatan tersebut menyebabkan perusahaan manufaktur memiliki beberapa
akun pada buku besar mereka yang tidak terdapat pada perusahaan jasa
dan dagang. Dari nama-nama akun berikut ini, manakah akun yang hanya
ditemukan pada perusahaan manufaktur …
A. Harga Pokok Penjualan
B. Persediaan Barang Dagang
C. Gaji dan Upah
D. Sediaan Bahan Baku
E. Pembelian
2. Kegiatan perusahaan manufaktur yang kompleks menyebabkan pencatatan
transaksi keuangan perusahaan manufaktur harus dilakukan secara cermat
dengan urutan tertentu. Akun yang digunakan untuk menampung semua
biaya produksi yang terjadi dalam proses produksi produk jadi dalam suatu
periode adalah …
A. Harga Pokok Penjualan
B. Biaya Overhead Pabrik
C. Barang Dalam Proses
D. Persediaan Bahan Baku
E. Pembelian
3. Pada akhir suatu periode, diketahui bahwa perusahaan memiliki data
keuangan berikut terkait dengan persediaan bahan baku: sediaan awal
bahan baku Rp35.000.000, pembelian bahan baku Rp14.000.000, dan
sediaan akhir bahan baku Rp23.000.000. Berdasarkan informasi ini,
berapakah nilai sediaan bahan baku yang sudah digunakan dalam proses
produksi?
A. Rp32.000.000
B. Rp23.000.000
C. Rp26.000.000
55
D. Rp46.000.000
E. Rp36.000.000
4. Perusahaan manufaktur memiliki aliran biaya produksi yang kompleks
karena merepresentasikan kegiatan dimulai dari pembelian, proses
produksi, dan penjualan. Pernyataan manakah berikut ini yang paling
tepat terkait dengan aliran biaya produksi perusahaan manufaktur?
A. Biaya overhead pabrik baru ditambahkan pada nilai produk ketika
barang sudah selesai dalam wujud Persediaan Produk Jadi
B. Aliran biaya produksi dimulai dari pembelian Sediaan Bahan Baku
dari supplier
C. Persediaan Bahan Baku yang sudah digunakan pada proses produksi,
tetapi sampai akhir tahun belum selesai proses produksinya, akan
dicatat tetap sebagai Persediaan Bahan Baku.
D. Ketika Sediaan Produk Jadi terjual pada pelanggan, perusahaan akan
mencatat Harga Pokok Produksi.
E. Ketika produksi baru dianggap selesai ketika produk sudah terjual
kepada pelanggan.
5. Perusahaan manufaktur memiliki akun Biaya Overhead Pabrik yang
digunakan untuk mencatat biaya produksi yang tidak dapat dilacak pada
objek biaya tertentu. Dari ayat-ayat jurnal berikut ini, manakah ayat jurnal
yang paling tepat untuk mencatat biaya overhead pabrik?
A. (Dr) BOP Dibebankan (Kr) Asuransi Pabrik Dibayar Dimuka
B. (Dr) Barang Dalam Proses (Kr) Listrik dan Penerangan Pabrik
C. (Dr) Gaji Karyawan Penjualan (Kr) BOP Sesungguhnya
D. (Dr) Barang Dalam Proses (Kr) Gaji Karyawan Produksi
E. (Dr) BOP Sesungguhnya (Kr) Gaji Manajer Produksi
6. PT C adalah sebuah perusahaan bakery. Divisi Produksi mengambil
tepung terigu sebanyak 20 kg dari Gudang Bahan Baku. Dokumen yang
paling tepat untuk transaksi internal ini adalah …
A. Kartu jam kerja untuk karyawan Divisi Produksi
56
B. Kartu Persediaan yang dibuat Gudang untuk mencatat aliran masuk
bahan baku.
C. Laporan Produk Selesai yang dibuat oleh Divisi Produksi
D. Bukti permintaan dari Divisi Produksi atas bahan baku.
E. Bukti pembayaran ke supplier tepung terigu.
7. Dalam pencatatannya, dapat terjadi selisih antara biaya overhead pabrik
yang dibebankan dan yang sesungguhnya. Selisih BOP yang masih
memiliki saldo ini biasanya akan dibebankan pada akun …
A. Barang Dalam Proses
B. Harga Pokok Produksi
C. Harga Pokok Penjualan
D. Biaya Overhead Pabrik
E. Sediaan Bahan Baku
8. PT C adalah sebuah perusahaan bakery. Divisi produksi mengambil bahan
baku langsung, yakni tepung terigu senilai Rp8.000.000 untuk digunakan
dalam proses produksi. Jurnal yang akan dibuat PT C adalah …
A. (Dr) Barang Dalam Proses - BOP 8.000.000
(Kr) Persediaan Bahan Baku 8.000.000
B. (Dr) Persediaan Barang Jadi 8.000.000
(Kr) Barang Dalam Proses - BBB 8.000.000
C. (Dr) Persediaan Bahan Baku 8.000.000
(Kr) Utang Dagang 8.000.000
D. (Dr) Barang Dalam Proses - BBB 8.000.000
(Kr) Persediaan Bahan Baku 8.000.000
E. (Dr) Barang Dalam Proses - BBB 8.000.000
(Kr) BOP Dibebankan 8.000.000
9. PT A adalah sebuah perusahaan produksi kerajinan kayu dan mebel. Pada
bulan November, PT A membayar gaji dan upah sebesar Rp10.000.000,
dimana Rp8.000.000 untuk upah karyawan produksi, dan Rp2.000.000
sisanya untuk karyawan administrasi. Jurnal yang tepat untuk mencatat
alokasi gaji dan upah berdasarkan informasi ini adalah …
57
A. (Dr) Barang Dalam Proses - TKL 8.000.000
(Dr) Biaya gaji bagian administrasi & umum 2.000.000
(Kr) Gaji dan Upah 10.000.000
B. (Dr) Barang dalam Proses - TKL 8.000.000
(Dr) Biaya Overhead Pabrik Dibebankan 2.000.000
(Kr) Gaji dan Upah 10.000.000
C. (Dr) Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 8.000.000
(Dr) Biaya gaji bagian administrasi & umum 2.000.000
(Kr) Gaji dan upah 10.000.000
D. (Dr) Barang Dalam Proses - TKL 8.000.000
(Dr) Biaya gaji bagian administrasi & umum 2.000.000
(Kr) Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.000.000
E. (Dr) Barang Dalam Proses - TKL 8.000.000
(Dr) Biaya gaji bagian administrasi & umum 2.000.000
(Kr) Biaya Overhead Pabrik Dibebankan 10.000.000
10. Pada akhir suatu periode, diketahui bahwa perusahaan memiliki data
keuangan berikut terkait dengan Persediaan Barang Dalam Proses:
persediaan barang dalam proses awal Rp48.000.000, jumlah biaya
produksi yang terjadi pada periode tersebut adalah Rp34.000.000, dan
persediaan barang dalam proses akhir sebesar Rp23.000.000. Berdasarkan
informasi ini, berapakah nilai sediaan barang dalam proses yang sudah
menjadi produk jadi?
A. Rp37.000.000
B. Rp59.000.000
C. Rp23.000.000
D. Rp46.000.000
E. Rp28.000.000
58
No Kode: DAR2/Profesional/857/02/2019
MODUL 2
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
KB 3 Metode Harga Pokok Pesanan
Nama Penulis:
Ratna Yudhiyati, S.E., M.Com.
59
A. Pendahuluan
Banyak perusahaan manufaktur melakukan kegiatan produksi berdasarkan
pesanan dari pelanggan. Perusahaan manufaktur jenis ini biasanya membutuhkan
informasi biaya dan harga pokok produksi yang terpisah untuk setiap jenis produk
yang diproduksi. Modul Kegiatan Belajar 3 Akuntansi Perusahaan Manufaktur ini
membahas tentang bagaimana perusahaan manufaktur jenis ini melakukan
perhitungan harga pokok, melakukan pencatatan, dan menyusun laporan
keuangan, dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Setelah
mempelajari modul kegiatan belajar 3 akuntansi manufaktur ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami perhitungan dan pencatatan biaya produksi serta
prosedur penyusunan laporan harga pokok produksi dengan metode harga pokok
pesanan pada perusahaan manufaktur.
Kompetensi ini sangat penting untuk dimiliki oleh individu yang
berkecimpung di dunia bisnis karena jenis usaha manufaktur adalah salah satu
jenis usaha yang biasanya memiliki nilai ekonomis yang cenderung lebih besar
dan melibatkan lebih banyak pihak dibandingkan jenis usaha jasa atau dagang.
Modul ini juga dilengkapi dengan media pembelajaran dalam bentuk video
untuk mempermudah para pengguna memahami materi tentang metode harga
pokok pada perusahaan manufaktur. Mahasiswa dapat mempelajari uraian materi
yang dijabarkan pada modul cetak maupun melalui media pembelajaran yang
tersedia. Mahasiswa diharapkan dapat berfokus pada contoh dan aplikasi metode
harga pokok pesanan, yakni tentang perhitungan harga pokok produksi dan
penjurnalan. Setelah mempelajari materi, mahasiswa dapat menguji pemahaman
mereka dengan mengerjakan tes formatif yang tersedia.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran (CP)
Mahasiswa menguasai teori tentang metode harga pokok pesanan dan
dapat mengaplikasikan metode penghitungan harga pokok berdasarkan metode
ini.
60
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi karakteristik dan manfaat informasi
harga pokok produk pada metode harga pokok pesanan
b. Mahasiswa dapat menganalisis transaksi pengumpulan biaya produksi
dengan metode harga pokok pesanan dan melakukan pencatatan yang
relevan.
c. Mahasiswa dapat menyusun Kartu Harga Pokok Pesanan
d. Mahasiswa dapat menghitung harga pokok produksi barang
menggunakan metode harga pokok pesanan.
4. Pokok-pokok Materi
a. Karakteristik metode harga pokok pesanan
b. Pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan dan
pencatatan yang relevan.
c. Kartu Harga Pokok Pesanan
d. Perhitungan harga pokok produksi barang menggunakan metode harga
pokok pesanan.
5. Uraian Materi
a. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Perusahaan manufaktur yang membuat lebih dari satu jenis produk
yang tidak serupa, atau melakukan produksi atas dasar pesanan,
membutuhkan data biaya produksi untuk setiap jenis produk yang dibuat.
Metode perhitungan harga pokok yang sesuai untuk perusahaan seperti ini
adalah metode harga pokok pesanan. Berikut adalah beberapa
karakteristik metode harga pokok pesanan.
1) Perlakuan terhadap Biaya Overhead Pabrik
Pada materi sebelumnya, sudah dibahas bahwa biaya produksi
dapat dibagi menjadi dua, yakni biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya produksi tidak
61
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung,
serta semua biaya produksi lain. Biaya produksi tidak langsung ini
disebut Biaya Overhead Pabrik.
Perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk
membutuhkan informasi biaya untuk setiap produk yang diproduksi.
Sayangnya, biaya overhead pabrik termasuk biaya yang sulit untuk
ditelusuri kelekatannya pada suatu produk tertentu. Contoh biaya ini
adalah biaya listrik dan air, atau penggunaan lem dan pelitur untuk
sebuah meja atau kursi.
Situasi ini membuat metode harga pokok pesanan membebankan
biaya overhead pabrik pada harga pokok produksi berdasarkan tarif
tertentu yang telah ditetapkan sebelum proses produksi dimulai.
Misalnya, perusahaan menentukan bahwa biaya overhead pabrik yang
akan dibebankan pada Produk A adalah sebesar 30 persen dari biaya
tenaga kerja langsung. Jika total biaya tenaga kerja langsung untuk
Produk A adalah Rp9.000.000,00, maka biaya overhead pabrik yang
akan dibebankan pada Produk A adalah 30% x Rp9.000.000,00 =
Rp2.700.000,00.
Dasar yang dapat digunakan untuk perhitungan tarif biaya
overhead pabrik umumnya adalah biaya bahan baku langsung, satuan
produk, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan
jam mesin. Perusahaan dapat memilih dasar perhitungan yang
dianggap paling akurat dan paling mendekati biaya overhead pabrik
sesungguhnya.
2) Pengumpulan biaya produksi
Perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk
membutuhkan informasi biaya produksi untuk setiap jenis produk
secara terpisah. Oleh karena itu, perusahaan membuat kartu harga
pokok yang berfungsi untuk mencatat semua biaya produksi langsung
maupun biaya overhead pabrik untuk setiap pesanan atau produk.
62
b. Analisis dan Pencatatan Biaya Produksi
Berikut adalah transaksi-transaksi biaya produksi yang terjadi di
perusahaan manufaktur yang menggunakan metode harga pokok pesanan.
1) Pembelian bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung
(penolong)
2) Pemakaian bahan baku untuk proses produksi
3) Pemakaian tenaga kerja dalam proses produksi
4) Pembebanan overhead pabrik
5) Pengakuan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
6) Penyelesaian produk
7) Pemindahan harga pokok produk yang belum selesai pada akhir periode
Untuk mempermudah pembahasan, setiap transaksi akan langsung
dijelaskan menggunakan contoh yang berkelanjutan. Sebagai ilustrasi, PT
Cempaka adalah sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan dan
kerajinan dari kayu. Pada bulan Maret 2019, PT Cempaka menerima dua
pesanan berikut dari pelanggan.
1) 20 lemari kayu, kode pesanan L-001, dipesan oleh Perpustakaan Pintar.
2) 100 kursi kayu, kode pesanan R-001, dipesan oleh Restoran Sentosa.
Berikut adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kedua
pesanan tersebut
1) Pembelian Bahan Baku
PT Cempaka membeli bahan baku sebagai berikut secara utang. Bahan
Baku Utama dibeli dari Supplier XY dengan nomor faktur Fx-01,
sedangkan bahan penolong dibeli dari Vendor M dengan faktur Fm-02.
Bahan Baku Utama
Papan kayu A 250 lembar @Rp35.000,00 8.750.000,00
Papan kayu B 200 lembar @Rp40.000,00 8.000.000,00
16.750.000,00
Bahan Penolong
Pelitur X 110 liter @Rp35.000,00 3.850.000,00
Bahan Penolong Lain 50 kg @Rp28.000,00 1.400.000,00
5.250.000,00
63
Ketika perusahaan menggunakan metode harga pokok pesanan, transaksi
pembelian bahan baku dicatat dengan sistem perpetual. Oleh karena itu,
pembelian bahan baku utama dan penolong ini dicatat pada jurnal sebagai
berikut.
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Persediaan Bahan Baku 16.750.000
Utang Dagang 16.750.000
Persediaan Bahan Penolong 5.250.000
Utang Dagang 5.250.000
64
BUKTI PERMINTAAN DAN PENGELUARAN BARANG GUDANG
Departemen Bagian No. Surat Order Produksi Tanggal No. BPPBG
Produksi SO-0201 10 Maret 2019 X0201
No. Urut Kode Nama Barang Satuan Jumlah Jumlah Diisi Dept. Akuntansi
Barang Diminta Diserahkan Harga Total Harga
Satuan
1 PA-A Papan Kayu A lembar 70 70 35.000 2.450.000
2 PA-B Papan Kayu B lembar 50 50 40.000 2.000.000
No. Urut Kode Nama Barang Satuan Jumlah Jumlah Diisi Dept. Akuntansi
Barang Diminta Diserahkan Harga Total Harga
Satuan
1 PA-A Papan Kayu A lembar 150 150 35.000 5.250.000
2 PA-B Papan Kayu B lembar 120 120 40.000 4.800.000
3 YY-1 Pelitur X liter 90 90 35.000 3.150.000
4 YY-2 Bahan Penolong Lain kg 40 40 28.000 1.120.000
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian
ADIT ANTO N/A
65
KARTU HARGA POKOK
No. Pesanan: R-001 No. HP-002
Nama Pemesan: Restoran Sentosa Jenis Produk: Kursi Kayu
Tanggal Pesan: 13 Maret 2019 Jumlah: 100
Tanggal Selesai: Harga Jual: Rp36.000.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
No. Urut Kode Nama Barang Satuan Jumlah Jumlah Diisi Dept. Akuntansi
Barang Diminta Diserahkan Harga Total Harga
Satuan
1 PA-A Papan Kayu A lembar 150 150 35.000 5.250.000
2 PA-B Papan Kayu B lembar 120 120 40.000 4.800.000
3 YY-1 Pelitur X liter 90 90 35.000 3.150.000
4 YY-2 Bahan Penolong Lain kg 40 40 28.000 1.120.000
Kepala Bagian Gudang Kepala Departemen Kepala Bagian
ADIT ANTO N/A
66
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut.
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 4.270.000
Persediaan Bahan Penolong 4.270.000
Perhatikan bahwa penggunaan bahan penolong tidak langsung dicatat pada
akun Barang Dalam Proses. Penggunaan bahan penolong ini juga tidak
perlu dicatat pada kartu harga pokok dua pesanan tersebut. Transaksi ini
tidak perlu dicatat pada akun Barang Dalam Proses maupun pada kartu
harga pokok karena penggunaan bahan penolong ini adalah overhead
pabrik sesungguhnya, sedangkan overhead pabrik yang akan dicatat pada
akun Barang Dalam Proses maupun kartu harga pokok adalah overhead
dibebankan.
67
REKAPITULASI DAFTAR UPAH BULAN MARET 2019
Berdasarkan data rekapitulasi ini dan informasi lain, diketahui bahwa biaya
tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan dapat dirangkum sebagai berikut.
Tenaga Kerja Langsung
Pesanan L-001 480 jam @Rp8.000,00 Rp 3.840.000,00
Pesanan R-001 1.280 jam @Rp8.000,00 10.240.000,00
Rp 14.080.000,00
Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 7.350.000,00
Gaji Bagian Penjualan Rp 3.150.000,00
Gaji Bagian Administrasi & Umum Rp 2.100.000,00
Total Upah Rp 26.680.000,00
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi biaya tenaga kerja ini
adalah sebagai berikut.
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh
perusahaan
Gaji dan Upah 26.680.000
Utang Gaji dan Upah 26.680.000
Jurnal untuk mencatat alokasi gaji dan upah
Barang Dalam Proses – Biaya TKL 14.080.00
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 7.350.000
Biaya gaji staf penjualan 3.150.000
Biaya gaji staf administrasi & umum 2.100.000
Gaji dan Upah 26.680.000
68
Jurnal untuk mencatat pembayaran gaji oleh perusahaan
Utang Gaji dan Upah 26.680.000
Kas 26.680.000
Biaya tenaga kerja langsung dapat langsung dicatat pada kartu harga pokok,
seperti contoh berikut.
69
ini akan dibandingkan secara periodik, dan jika terjadi selisih maka akan
ditutup sesuai dengan kebutuhan.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan inilah yang akan dimasukkan pada
kartu harga pokok.
KARTU HARGA POKOK
No. Pesanan: L-001 No. HP-001
Nama Pemesan: Perpustakaan Pintar Jenis Produk: Lemari Kayu
Tanggal Pesan: 9 Maret 2019 Jumlah: 20
Tanggal Selesai: Harga Jual: Rp16.000.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
70
6) Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya
Perusahaan memperoleh data berikut pada akhir periode yang menunjukkan
semua biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi terkait dengan
produksi dua pesanan L-001 dan R-001 (kecuali untuk bahan penolong dan
tenaga kerja tidak langsung yang sudah dicatat sebelumnya).
Jenis Overhead Pabrik Nilai (Rp)
Biaya depresiasi gedung pabrik 1.200.000
Biaya depresiasi mesin 920.000
Biaya perbaikan mesin 510.000
Biaya listrik dan air 1.080.000
Biaya asuransi mesin 650.000
Total 4.360.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah
sebagai berikut.
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 4.360.000
Biaya depresiasi gedung pabrik 1.200.000
Biaya depresiasi mesin 920.000
Biaya perbaikan mesin 510.000
Biaya listrik dan air 1.080.000
Biaya asuransi mesin 650.000
71
Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa biaya overhead pabrik yang
dibebankan ternyata lebih rendah daripada biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya. Akibatnya, terjadi selisih pembebanan kurang (under-
applied) untuk biaya overhead pabrik. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
selisih ini adalah sebagai berikut.
Perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik ini pada akhir tahun nanti
akan tergantung pada penyebab terjadinya penyimpangan. Jika selisih biaya
tidak disebabkan inefisiensi proses produksi, maka selisih biaya overhead
pabrik dapat dialokasikan secara proporsional pada akun-akun Persediaan
maupun Harga Pokok Penjualan. Akan tetapi, jika selisih biaya disebabkan
oleh inefisiensi proses produksi, selisih tersebut akan diperlakukan sebagai
pengurang atau penambah nilai Harga Pokok Penjualan.
72
KARTU HARGA POKOK
No. Pesanan: L-001 No. HP-001
Nama Pemesan: Perpustakaan Pintar Jenis Produk: Lemari Kayu
Tanggal Pesan: 9 Maret 2019 Jumlah: 20
Tanggal Selesai: 28 Maret 2019 Harga Jual: Rp16.000.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
73
Pesanan R-001 (29 Maret 2019)
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Persediaan Produk Jadi 32.578.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 10.050.000
Barang Dalam Proses – Biaya TKL 10.240.000
Barang Dalam Proses – BOP 12.288.000
Pesanan L-001
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas 8.000.000
Piutang Dagang 8.000.000
Penjualan 16.000.000
Harga Pokok Penjualan 12.898.000
Persediaan Produk Jadi 12.898.000
Pesanan R-001
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas 18.000.000
Piutang Dagang 18.000.000
Penjualan 36.000.000
Harga Pokok Penjualan 32.578.000
Persediaan Produk Jadi 32.578.000
5. Forum Diskusi
Pada metode harga pokok pesanan, perusahaan membebankan biaya
overhead pabrik pada nilai produk berdasarkan tarif yang sudah ditentukan,
bukan berdasarkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Menurut Anda, mengapa metode harga pokok pesanan menerapkan cara ini
74
untuk pembebanan biaya overhead pabrik? Apakah cara ini adalah cara paling
tepat menurut Anda? Jelaskan jawaban Anda
C. Penutup
1. Rangkuman
Metode Harga Pokok Pesanan digunakan oleh perusahaan manufaktur
yang membuat lebih dari satu jenis produk yang tidak serupa, atau melakukan
produksi atas dasar pesanan. Metode ini dapat menyediakan data harga pokok
produksi untuk setiap pesanan atau jenis produk.
Salah satu ciri khas utama metode harga pokok pesanan adalah; (1)
perusahaan mengumpulkan dan mencatat biaya produksi untuk setiap jenis
produk atau pesanan secara terpisah, dan (2) metode harga pokok pesanan
tidak melacak biaya overhead pabrik secara khusus untuk setiap pesanan,
melainkan membebankan biaya overhead pabrik pada harga pokok produksi
berdasarkan tarif tertentu yang telah ditetapkan sebelum proses produksi
dimulai.
Pencatatan transaksi persediaan pada metode harga pokok pesanan
menggunakan sistem perpetual. Perusahaan membebankan nilai biaya
overhead pabrik pada produk bukan berdasarkan biaya overhead pabrik
sesungguhnya, melainkan berdasarkan biaya overhead pabrik yang
dibebankan. Perhitungan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
tertentu. Contohnya, 50 persen dari biaya tenaga kerja langsung. Jika biaya
TKL adalah Rp20.000.000, maka biaya overhead pabrik yang dibebankan
adalah sebesar 50% x Rp20.000.000 = Rp10.000.000.
Dapat disimpulkan bahwa cara perhitungan harga pokok produksi untuk
setiap pesanan atau produk menggunakan metode harga pokok pesanan adalah
sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku Langsung xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
Harga Pokok Produksi xxx
75
Pada metode harga pokok pesanan terdapat dua akun biaya overhead
pabrik, yakni Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan Biaya Overhead
Pabrik yg Dibebankan. Secara periodik, perusahaan akan membandingkan
nilai pada dua akun ini. Jika ada selisih, selisih tersebut akan dicatat. Jika
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya memiliki nilai yang lebih besar
daripada Biaya Overhead Pabrik yg Dibebankan, terdapat selisih pembebanan
kurang (under-applied) yang menghasilkan Selisih Biaya Overhead Pabrik
bersaldo debit. Sebaliknya, terdapat selisih pembebanan lebih (over-applied)
yang menghasilkan Selisih Biaya Overhead Pabrik bersaldo kredit.
2. Tes Formatif
1. Ada dua pilihan metode perhitungan harga pokok yang dapat dipilih oleh
perusahaan manufaktur, yakni metode harga pokok pesanan dan metode
harga pokok proses. Salah satu ciri khas metode harga pokok pesanan
yang membedakannya dengan metode harga pokok proses adalah …
A. Biaya overhead pabrik dibebankan pada produk berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi.
B. Biaya overhead pabrik dikumpulkan menjadi satu sebelum
dialokasikan secara terpisah.
C. Proses produksi dibagi menjadi beberapa departemen sesuai
tahapannya.
D. Bahan baku dibagi menjadi bahan baku langsung dan tidak langsung.
E. Biaya produksi dikumpulkan terpisah untuk setiap jenis produk.
2. Salah satu ciri khas metode harga pokok pesanan adalah mekanisme
pembebanan biaya overhead pabrik. Pernyataan berikut yang tepat terkait
dengan pembebanan biaya overhead pabrik pada nilai produk adalah …
A. Biaya overhead pabrik dibebankan sesuai dengan biaya bahan
penolong yang digunakan selama proses produksi.
B. Biaya overhead pabrik dibebankan sebelum proses produksi dimulai.
76
C. Biaya overhead pabrik yang dibebankan pada nilai produk berdasarkan
tarif yang sudah ditentukan sejak awal produksi.
D. Biaya overhead pabrik dibebankan sesuai dengan nilai akun biaya
overhead yang ada pada buku besar perusahaan.
E. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan gaji karyawan
penjualan dan administrasi pada periode tersebut.
3. Perusahaan manufaktur membedakan bahan baku menjadi dua kategori,
yakni bahan baku langsung dan bahan penolong. Ketika perusahaan yang
menggunakan metode harga pokok pesanan menggunakan bahan penolong
untuk proses produksi, penggunaan bahan penolong ini dicatat pada akun
…
A. Biaya Overhead Pabrik Dibebankan.
B. Persediaan Bahan Penolong.
C. Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku.
D. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
E. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
4. Data rekapitulasi daftar upah menunjukkan bahwa pada bulan Februari
2019, PT Z hanya membayar gaji untuk karyawan produksi dan manajer
produksi. Pembayaran gaji telah dilakukan dan dicatat dua hari yang lalu.
Data pada Rekapitulasi Daftar Upah ini digunakan untuk mengalokasikan
gaji dan upah dengan jurnal sebagai berikut ...
A. Barang Dalam Proses – Biaya TKL
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Kas
B. Barang Dalam Proses – Biaya TKL
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Gaji dan Upah
C. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Gaji dan Upah
77
D. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Utang Gaji dan Upah
E. Barang Dalam Proses – Biaya TKL
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Kas
5. PT Y memulai proses produksi untuk Pesanan 1 dan 2 dengan penggunaan
bahan baku sebagai berikut:
Pesanan 1, bahan baku langsung Rp21.000.000,00
Pesanan 2, bahan baku langsung Rp12.000.000,00
Bahan baku pelengkap untuk dua pesanan, Rp10.500.000,00
Dari data di atas, pernyataan berikut yang menunjukkan pencatatan yang
benar adalah …
A. akun Persediaan Bahan Baku Langsung debit Rp33.000.000,00
B. akun Utang Dagang kredit Rp21.000.000,00
C. akun Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya debit Rp10.500.000,00
D. akun Barang Dalam Proses – BOP debit Rp12.000.000,00
E. akun Kas kredit Rp33.000.000,00
6. Sebuah perusahaan memiliki kebijakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik dengan tarif 30 persen dari biaya bahan baku langsung.
Pada tanggal 30 Maret 2019, buku besar perusahaan menunjukkan data
sebagai berikut:
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 21.000.000,00
Barang Dalam Proses – Biaya TKL Rp 16.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp8.100.000,00
Dari data di atas, harga pokok produk yang dihasilkan per 30 Maret 2019
adalah …
A. Rp45.100.000,00
B. Rp48.300.000,00
C. Rp28.900.000,00
D. Rp43.300.000,00
78
E. Rp38.500.000,00
7. Buku Besar PT Y pada akhir periode menunjukkan saldo akun Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp29.500.000,00 dan akun Biaya
Overhead Pabrik Dibebankan memiliki saldo Rp28.900.000,00.
79
9. PT Merapi memiliki kebijakan membebankan biaya overhead pabrik
dengan tarif 40 persen dari biaya tenaga kerja langsung. Berikut adalah
informasi biaya produksi untuk pesanan No. X001.
Nilai (Rp)
Harga kontrak 28.500.000
Biaya bahan baku 8.300.000
Biaya tenaga kerja langsung 9.150.000
80
No Kode: DAR2/Profesional/857/02/2019
MODUL 2
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
KB 4 Metode Harga Pokok Proses
Nama Penulis:
Ratna Yudhiyati, M.Com.
81
A. Pendahuluan
Perusahaan manufaktur dalam kegiatan operasionalnya sering kali
memproduksi barang-barang dengan spesifikasi tertentu dalam jumlah besar.
Kegiatan produksi ini dilakukan secara terus-menerus untuk mengisi persediaan
pabrik agar siap melayani permintaan konsumen. Dengan sistem produksi
semacam ini, bagaimana perusahaan melakukan perhitungan biaya produksi,
pencatatan akuntansi kegiatan produksi serta pelaporan harga pokok produksinya?
Modul Kegiatan Belajar 4 akuntansi perusahaan manufaktur ini membahas
karakteristik harga pokok proses, manfaat informasi harga pokok produksi, aliran
fisik dan aliran biaya dengan beberapa departemen produksi, pencatatan akuntansi
pada metode harga pokok proses serta penyusunan laporan harga pokok
produksinya. Setelah mempelajari modul kegiatan belajar 4 akuntansi manufaktur
ini diharapkan mahasiswa dapat memahami perhitungan dan pencatatan biaya
produksi serta prosedur penyusunan laporan harga pokok produksi dengan metode
harga pokok proses pada perusahaan manufaktur.
Metode harga pokok proses digunakan oleh perusahaan yang memproduksi
produk dalam jumlah masal, dimana perusahaan jenis ini adalah perusahaan yang
memiliki pengaruh besar di perekonomian. Oleh karena itu, kompetensi ini
penting untuk dimiliki oleh individu yang berkecimpung di dunia bisnis dan
kemungkinan besar akan berinteraksi dengan perusahaan manufaktur jenis ini.
Guru SMK perlu memiliki pemahaman mendalam tentang metode harga pokok
proses untuk dapat mencetak tenaga kerja di bidang akuntansi dan keuangan yang
siap kerja.
Modul ini juga dilengkapi dengan media pembelajaran dalam bentuk video
untuk mempermudah para pengguna memahami materi tentang metode harga
pokok pada perusahaan manufaktur. Mahasiswa dapat mempelajari uraian materi
yang dijabarkan pada modul cetak maupun melalui media pembelajaran yang
tersedia. Mahasiswa diharapkan dapat berfokus pada contoh dan aplikasi metode
harga pokok proses, yakni tentang perhitungan harga pokok produksi dan
penjurnalan. Setelah mempelajari materi, mahasiswa dapat menguji pemahaman
mereka dengan mengerjakan tes dan tugas yang tersedia.
82
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran (CP)
Mahasiswa menguasai teori tentang karakteristik metode harga pokok
proses dan dapat mengaplikasikan metode harga pokok proses untuk
perhitungan harga pokok produksi.
3. Pokok-pokok Materi
a. Karakteristik metode harga pokok proses
b. Aliran fisik dan aliran biaya pada perusahaan yang menggunakan
metode harga pokok proses dengan beberapa departemen produksi
c. Perhitungan harga pokok produksi untuk perusahaan yang
menggunakan metode harga pokok proses
d. Jurnal pencatatan akuntansi untuk perusahaan yang menggunakan
metode harga pokok proses
e. Penyusunan laporan harga pokok produksi dengan metode harga
pokok proses
83
4. Uraian Materi
a. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses (process-costing) merupakan sebuah
metode dimana biaya per unit dari produk atau jasa diperoleh dari
pembebanan biaya total ke jumlah unit produk identik yang dihasilkan
perusahaan. Berikut ini adalah karakteristik dari metode harga pokok
proses:
1) Produksi bersifat massal atau memproduksi barang dalam jumlah
banyak
2) Produksi bersifat kontinu atau secara terus menerus
3) Unit yang diproduksi bersifat homogen, artinya setiap unit produk
memiliki jumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik yang sama.
4) Perhitungan total biaya produksi dilakukan setiap akhir periode (bulan
atau tahun).
5) Biaya per unit dihitung dengan membagi total biaya dengan jumlah
unit yang dihasilkan dari proses produksi.
Perhitungan biaya proses dilakukan dengan menggunakan dua
asumsi berikut: (1) biaya bahan baku ditambahkan pada awal proses
produksi atau pada awal produksi di departemen lanjutan, dan (2) biaya
konversi yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
ditambahkan sepanjang proses produksi.
Metode harga pokok proses ini banyak digunakan oleh perusahaan
seperti pabrik cat, pabrik kertas, pabrik tekstil, pabrik roti, dan perusahaan
lain dengan karakteristik produksi yang sejenis. Namun dalam praktiknya,
beberapa pabrik atau perusahaan tidak hanya berproduksi untuk mengisi
persediaan saja tetapi juga melayani pesanan dari pelanggannya sehingga
selain menerapkan sistem harga pokok proses, perusahaan juga beroperasi
dengan sistem harga pokok pesanan (job-order costing). Contohnya adalah
perusahaan konveksi yang selain rutin berproduksi untuk menjual pakaian
84
yang dijual ke toko dan pasar, mereka juga melayani pesanan seragam
khusus dari sekolah atau instansi lainnya.
85
4) Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
Tabel 4.1 Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dan Harga Pokok
Pesanan
Harga Pokok Proses Harga Pokok Pesanan
Pengumpulan biaya Biaya produksi Biaya produksi
produksi dikumpulkan per dikumpulkan per
departemen produksi per pesanan
periode akuntansi
Perhitungan harga Harga pokok per satuan Harga pokok per satuan
pokok produksi per produk dihitung dari produk dihitung dari
satuan total biaya produksi pada total biaya produksi yang
periode tertentu dibagi terdapat dalam kartu
dengan jumlah produk harga pokok pesanan
yang dihasilkan pada dibagi dengan jumlah
periode tersebut produk pesanan yang
bersangkutan
Pembebanan biaya Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik
overhead pabrik pada dibebankan ke produk dibebankan ke produk
produk sesuai biaya yang atas dasar tarif yang
sesungguhnya terjadi, ditentukan di muka
atau berdasarkan tarif
yang ditentukan di
muka.
d. Departementalisasi
Departementalisasi merupakan pembagian perusahaan ke dalam unit-
unit yang disebut departemen. Masing-masing departemen melakukan fungsi
dalam aktivitas operasional perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur,
departemen dapat diklasifikasikan ke dalam departemen produksi dan
departemen jasa/departemen pembantu. Departemen produksi bertugas
memproses bahan baku menjadi produk jadi sedangkan departemen pembantu
bertugas menyediakan jasa untuk mendukung kegiatan departemen produksi.
Sebagai contoh dalam sebuah perusahaan konveksi, departemen produksi
terdiri dari departemen pemotongan kain dan departemen penjahitan
86
sedangkan departemen pembantu meliputi departemen penerimaan bahan,
departemen penyimpanan bahan dan departemen inspeksi produk.
Jika produk diolah melalui beberapa tahap proses produksi maka
perusahaan akan membentuk lebih dari satu departemen produksi. Di setiap
departemen produksi, biaya dikumpulkan dan dibebankan kepada produk yang
diproduksi melalui departemen tersebut. Biaya yang dibebankan tidak hanya
berupa biaya langsung yang ditambahkan di masing-masing departemen
produksi yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, namun juga
biaya overhead pabrik (BOP) tiap departemen. Departementalisasi BOP
merupakan proses pengumpulan biaya BOP dan penentuan tarif BOP per
departemen. Tujuannya adalah untuk menentukan biaya produk dengan lebih
akurat. Produk yang diproses melalui beberapa departemen akan dikenai tarif
BOP yang ditentukan untuk masing-masing departemen.
87
2) Paralel products. Satu macam produk diproduksi melalui beberapa
departemen produksi, produksi dimulai di departemen I dan di
departemen yang lain (misal departemen A) yang tidak saling tergantung.
Produk jadi departemen I menjadi bahan baku departemen II, sedangkan
produk jadi departemen A menjadi bahan baku departemen B.
Selanjutnya, produk jadi departemen II dan departemen B bersama-sama
menjadi bahan baku departemen perakitan dan diproses hingga menjadi
produk jadi siap jual.
Departemen I Departemen A
Departemen II Departemen B
Perakitan
Barang Jadi
88
Departemen I
Departemen II
Bahan Baku
Bahan Baku
Bahan Baku Langsung
Tidak Langsung
Tenaga Kerja
Tidak Langsung Tenaga Kerja Harga Pokok
Langsung Penjualan
Tenaga Kerja
Aliran biaya produksi dalam gambar 4.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sediaan bahan baku terdiri dari bahan baku langsung dan bahan baku tidak
langsung atau bahan penolong. Bahan baku langsung yang digunakan dalam
proses produksi dicatat di rekening Barang Dalam Proses sedangkan
pemakaian bahan penolong dicatat dalam rekening Biaya Overhead Pabrik.
2) Biaya tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung. Biaya tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses
89
produksi dicatat di rekening Barang Dalam Proses sedangkan penggunaan
tenaga kerja tidak langsung dicatat dalam rekening Biaya Overhead Pabrik.
3) Biaya-biaya overhead pabrik, seperti biaya listrik dan air, biaya reparasi dan
pemeliharaan, depresiasi gedung, depresiasi mesin serta asuransi gedung
dan asuransi mesin, dimasukkan ke dalam rekening Barang Dalam Proses.
Hal ini biasa dilakukan pada metode harga pokok proses yang menggunakan
pendekatan pencatatan berdasar biaya overhead sesungguhnya.
4) Setelah seluruh proses produksi diselesaikan maka produk siap dijual dan
dipindahkan dari rekening Barang Dalam Proses ke rekening Persediaan
Barang Jadi.
5) Rekening Persediaan Barang Jadi digunakan untuk mencatat harga pokok
produk jadi yang ditransfer dari bagian produksi ke bagian gudang.
6) Produk yang belum selesai pengerjaannya pada akhir periode akan dicatat
sebagai Persediaan Barang Dalam Proses.
90
Jurnal atas pemakaian bahan baku menempatkan Barang dalam Proses di
sisi debit dan Persediaan bahan baku di sisi kredit.
Barang Dalam Proses - Biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka
jurnal yang dibuat adalah:
Barang Dalam Proses - Biaya bahan baku dept. I xxx
Barang Dalam Proses - Biaya bahan baku dept. II xxx
Persediaan bahan baku xxx
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jurnal atas penggunaan tenaga kerja langsung menempatkan Barang Dalam
Proses di sisi debit dan Biaya gaji dan upah di sisi kredit.
Barang Dalam Proses - Biaya tenaga kerja xxx
Biaya gaji dan upah xxx
Jika departemen produksi lebih dari satu, maka jurnal yang dibuat adalah:
Barang Dalam Proses - Biaya tenaga kerja dept. I xxx
Barang Dalam Proses - Biaya tenaga kerja dept. II xxx
Biaya gaji dan upah xxx
Jumlah biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan pada tiap departemen
dihitung sesuai dengan distribusi biaya gaji dan upah yang telah
dikeluarkan.
91
a) Berdasarkan tarif biaya overhead yang ditentukan di muka
Jika pembebanan biaya overhead menggunakan tarif biaya overhead
yang ditentukan di muka, maka biaya overhead pabrik dibebankan akan
muncul di sisi kredit.
Jurnal yang dibuat adalah:
Barang Dalam Proses - Biaya overhead pabrik xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan xxx
Jika departemen produksi lebih dari satu, maka jurnalnya adalah:
Barang Dalam Proses - Biaya overhead pabrik dept. I xxx
Barang Dalam Proses - Biaya overhead pabrik dept. II xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan dept. I xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan dept. II xxx
Sebelumnya, pada saat biaya overhead pabrik terjadi, jurnal yang dibuat
adalah:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
Macam-macam kredit xxx
92
Jika biaya overhead pabrik ditentukan di muka, maka sangat
mungkin terjadi perbedaan antara biaya yang dibebankan dan biaya yang
sesungguhnya terjadi. Selisih tersebut bisa bersifat lebih dibebankan
(over-applied) atau kurang dibebankan (under-applied). Selisih tersebut
dibuatkan rekening selisih biaya overhead pabrik yang timbul saat
memindahkan biaya overhead pabrik dibebankan ke rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya overhead pabrik dibebankan dept. I xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan dept. II xxx
Selisih biaya overhead pabrik dibebankan xxx (jika rugi)
Biaya overhead pabrik sesungguhnya dept. I xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya dept. II xxx
Selisih biaya overhead pabrik dibebankan xxx (jika laba)
93
pembebanannya ke produk-produk yang dihasilkan selama periode
tersebut. Oleh karenanya, biaya overhead tidak bisa dibebankan ke
produk sesuai dengan biaya aktualnya.
(2) Biaya Normal (Normal Costing) yaitu membebankan biaya aktual
dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, namun untuk
biaya overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif
tertentu yang ditentukan terlebih dahulu (predetermined rate). Tarif
overhead ditentukan di muka ini merupakan tingkat yang digunakan
untuk menentukan data yang diestimasikan.
94
1) Skedul kuantitas, yang berisi mengenai:
a) Jumlah unit yang diproses (masuk proses)
b) Jumlah unit yang selesai diproduksi (unit selesai)
c) Jumlah unit yang masih dalam proses (unit dalam proses)
2) Pembebanan biaya, yang berisi tentang:
a) Total biaya produksi selama satu periode
b) Biaya per unit untuk masing-masing jenis biaya (biaya bahan baku dan
biaya konversi)
3) Pertanggungjawaban biaya yang menyangkut pertanggungjawaban biaya
yang telah dikeluarkan dan dibebankan serta distribusi biaya pada
persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses.
Dalam suatu periode produksi, selain produk jadi pabrik juga akan
menghasilkan produk produk dalam proses, yaitu produk yang belum selesai
proses produksinya. Dalam perhitungannya, unit dalam proses ini harus
disamakan dengan satuan unit produk jadi atau dikenal sebagai unit ekuivalen.
Konsep dalam perhitungan unit ekuivalen:
1) Memperhitungkan jumlah keseluruhan produk, termasuk di dalamnya: (a)
produk jadi dan (b) produk dalam proses yang diubah ke dalam satuan
produk jadi yang dapat diproduksi dengan jumlah input tersebut.
2) Komponen biaya bahan baku dan biaya konversi dihitung secara terpisah.
Perhitungan unit ekuivalen ini menjadi bagian penting dalam
menentukan pembebanan biaya pada unit produk jadi dan unit produk dalam
proses serta total biaya yang harus dipertanggungjawabkan dalam suatu
periode akuntansi.
Berikut ini akan disajikan ilustrasi penerapan metode harga pokok proses
dalam berbagai kondisi, antara lain:
1) Metode harga pokok proses untuk produk yang pengolahannya hanya
melalui satu departemen produksi
Berikut ini adalah data biaya dan data produksi PT. Kemilau pada bulan
Agustus 20X1.
95
Data biaya PT. Kemilau pada Agustus 20X1
Biaya bahan baku : Rp4.200.000
Biaya tenaga kerja : Rp3.360.000
Biaya overhead pabrik : Rp2.430.000
Total biaya produksi : Rp9.990.000
Data produksi
Masuk proses : 3.000 unit
Produk jadi : 2.500 unit
Produk dalam proses akhir : 500 unit
(bahan baku 100%, tenaga kerja 60%, overhead 40%)
Berikut ini adalah mekanisme metode harga proses yang digunakan untuk
menghitung biaya per unit yang dikeluarkan PT. Kemilau.
a) Menghitung aliran fisik
Masuk proses 3.000 unit
Produk jadi 2.500 unit
Produk dalam proses akhir 500 unit
Total unit yang masuk proses sama dengan total produk jadi dan produk
dalam proses akhir, yaitu 3.000 unit
b) Menghitung unit ekuivalen
Unit ekuivalensi diperoleh dengan memperhitungkan jumlah unit
selesai ditambah dengan jumlah unit dalam proses dikalikan dengan
tingkat penyelesaiannya. Unit ekuivalensi ini dihitung untuk biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
96
informasi untuk biaya produksi per unit untuk ketiga elemen biaya
produksi dan total biaya per unitnya.
Unsur biaya Biaya produksi Unit Biaya Produksi
produksi sekarang Ekuivalensi Per unit
Biaya Bahan Baku Rp4.200.000,00 3.000 Rp1.400,00
Biaya Tenaga Kerja Rp3.360.000,00 2.800 Rp1.200,00
Biaya Overhead Rp2.430.000,00 2.700 Rp900,00
Total Biaya Rp9.990.000,00 Rp3.500,00
97
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan Produk Jadi 8.750.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 3.500.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 3.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 2.250.000
Mencatat harga pokok produk dalam proses yang belum selesai diolah
Persediaan Produk Dalam Proses 1.240.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 700.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 360.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 180.000
PT. KEMILAU
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
BULAN AGUSTUS 20X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 3.000
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 2.500
Produk dalam proses 500
Jumlah produk yang dihasilkan 3.000
Biaya yang dibebankan Total Per unit
Biaya bahan baku Rp4.200.000,00 Rp1.400,00
Biaya tenaga kerja Rp3.360.000,00 Rp1.200,00
Biaya overhead pabrik Rp2.430.000,00 Rp900,00
Jumlah biaya yang dibebankan dalam
Agustus 20X1 Rp9.990.000,00 Rp3.500,00
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke gudang Rp8.750.000,00
Harga pokok persediaan BDP akhir
Biaya Bahan Baku Rp700.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp360.000,00
Biaya Overhead Rp180.000
Rp1.240.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam
Agustus 20X1 Rp9.990.000
98
2) Metode harga pokok proses untuk produk yang pengolahannya
melalui lebih dari satu departemen produksi
Dalam pengolahan produk yang melibatkan lebih dari satu departemen,
maka perhitungan harga pokok per unit produk yang dihasilkan oleh
departemen pertama sama dengan yang telah dibahas sebelumnya. Karena
produk yang dihasilkan oleh departemen pertama ditransfer ke departemen
selanjutnya dan menjadi bahan baku dalam proses produksi di departemen
tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama terdiri dari:
a) Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b) Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah
departemen pertama
Berikut ini adalah contoh perhitungan biaya produksi per unit pada
produk yang diolah melalui dua departemen produksi.
99
a) Perhitungan harga pokok produksi di Departemen A
Unit ekuivalensi:
BBB = 4.500 + (500 x 100%) = 5.000 unit
BTK = 4.500 + (500 x 50%) = 4.750 unit
BOP = 4.500 + (500 x 50%) = 4.750 unit
Setelah biaya produksi per unit dihitung, maka harga pokok produk jadi
yang ditransfer dari departemen A ke departemen B dan harga pokok
produk dalam proses di departemen A pada Agustus 20X1 dapat
dihitung sebagai berikut:
Perhitungan Harga Pokok Produksi – Dept. A
Harga pokok produk selesai: 4.500 x
Rp2.600,00 Rp11.700.000,00
Harga pokok persediaan BDP:
BBB: 100% x 500 x Rp1.100,00 Rp550.000,00
BTKL: 50% x 500 x Rp800,00 Rp200.000,00
BOP: 50% x 500 x Rp700,00 Rp175.000,00
Rp925.000,00
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp12.625.000,00
100
PT. CAHAYA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN A
BULAN AGUSTUS 20X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 5.000
Produk selesai yang ditransfer ke
dep. B 4.500
Produk dalam proses 500
Jumlah produk yang dihasilkan 5.000
Perhitungan HPP
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke dep. B Rp11.700.000,00
Harga pokok persediaan BDP
akhir
Biaya Bahan Baku Rp550.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp200.000,00
Biaya Overhead Rp175.000,00
Rp925.000,00
Jumlah biaya yang dibebankan
dalam Agustus 20X1 Rp12.625.000,00
Biaya produksi departemen A selama Agustus 20X1 dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Mencatat Biaya Bahan Baku
BDP – Biaya Bahan Baku Dept. A 5.500.000
Persediaan Bahan Baku 5.500.000
Mencatat Biaya Tenaga Kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A 3.800.000
Gaji dan Upah 3.360.000
101
Mencatat Overhead Pabrik
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A 3.325.000
Macam-macam Kredit 3.325.000
Mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
Persediaan Produk Jadi 11.700.000
BDP – Biaya Bahan Baku Dept A 4.950.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A 3.600.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A 3.150.000
Mencatat harga pokok produk dalam proses yang belum selesai diolah
Persediaan Produk Dalam Proses 925.000
BDP – Biaya Bahan Baku Dept A 550.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A 200.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A 175.000
102
Unsur biaya Biaya produksi Unit Biaya
produksi sekarang Ekuivalensi Produksi/unit
Harga pokok yang
berasal dari Dept. A Rp11.700.000,00 4.500 Rp2.600,00
Biaya Tenaga Kerja Rp3.015.000,00 4.020 Rp750,00
Biaya Overhead Rp2.613.000,00 4.020 Rp650,00
Total biaya produksi Rp17.328.000,00 Rp4.000,00
Setelah biaya produksi per unit yang dikeluarkan oleh departemen B
dihitung, maka harga pokok produk jadi yang ditransfer dari
departemen B ke gudang dan harga pokok produk dalam proses di
departemen B pada Agustus 20X1 dapat dihitung sebagai berikut:
Perhitungan Harga Pokok Produksi - Dept. B
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke gudang: 3.700 x
Rp4.000,00 Rp14.800.000,00
Harga pokok persediaan BDP:
Berasal dari Dept. A: 800 x Rp2.600,00 Rp2.080.000,00
Ditambahkan dalam Dept. B
BTKL: 40% x 800 unit x Rp750,00 Rp240.000,00
BOP: 40% x 800 unit x Rp650,00 Rp208.000,00
Rp2.528.000,00
Jumlah produksi yang dibebankan Rp17.328.000,00
PT. CAHAYA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN B
BULAN AGUSTUS 20X1
Data Produksi
103
Beban yang dibebankan
B
dalam dept. B Total Per unit
iBiaya berasal dari Dept. A Rp11.700.000,00 Rp2.600,00
aBiaya ditambahkan dalam
Dept. B
y
Biaya Tenaga Kerja Rp3.015.000,00 Rp750,00
aBiaya Overhead Rp2.613.000,00 Rp650,00
Jumlah biaya yang
dibebankan dalam
p Agustus 20X1 Rp17.328.000,00 Rp4.000,00
r
o
dPerhitungan Biaya
Harga
u pokok produk selesai
yang ditransfer ke gudang Rp14.800.000,00
kHarga pokok persediaan BDP
s Berasal dari Dept. A Rp2.080.000,00
i Ditambahkan dalam Dept. B
Biaya Tenaga Kerja Rp240.000,00
Biaya Overhead Rp208.000,00
d Rp2.528.000,00
Jumlah biaya yang
e
dibebankan dalam Agustus
p 20X1 Rp17.328.000,00
a
rtemen B selama Agustus 20X1 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Nama Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Mencatat Penerimaan Produk dari Departemen A
BDP – Biaya Bahan Baku Dept. B 11.700.000
BDP – Biaya Bahan Baku Dept. A 4.950.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept. A 3.600.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept. A 3.150.000
Mencatat Biaya Tenaga Kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept B 3.015.000
Gaji dan Upah 3.015.000
Mencatat Overhead Pabrik
104
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept B 2.613.000
Macam-macam Kredit 2.613.000
105
3) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO/Last In First Out)
Dalam modul ini, hanya dua metode yang akan dibahas, yaitu metode
harga pokok rata-rata tertimbang dan metode Masuk Pertama Keluar Pertama
mengingat PSAK 14 sudah tidak memasukkan metode MTKP/LIFO sebagai
metode yang diterima. Masing-masing metode akan dijelaskan dengan lebih
detail di bagian selanjutnya.
106
Harga Pokok Produk Dalam Proses
Awal:
Harga Pokok dari Dep 1 - Rp12.900.000,00
Biaya bahan baku Rp4.250.000,00 -
Biaya tenaga kerja Rp2.550.000,00 Rp5.450.000,00
Biaya overhead pabrik Rp2.250.000,00 Rp6.780.000,00
107
proses awal dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode
sekarang.
Perhitungan biaya produksi per satuan Departemen 1
Biaya Biaya
Unsur Melekat Total
produksi Unit Produksi
biaya pada BDP Biaya
sekarang Ekuivalensi Per unit
produksi (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
Biaya Bahan
Baku 4.250.000 8.750.000 13.000.000 13.000 1.000
Biaya
Tenaga Kerja 2.550.000 4.770.000 7.320.000 12.200 600
Biaya
Overhead 2.250.000 3.850.000 6.100.000 12.200 500
Jumlah 9.050.000 17.370.000 26.420.000 2.100
108
BOP: 60% X 2000 X Rp500,00 Rp600.000,00
Rp3.320.000,00
Jumlah produksi yang dibebankan Rp26.420.000,00
PT. MENTARI
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN 1
BULAN SEPTEMBER 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 1.000
Dimasukkan dalam proses 12.000
Jumlah produk yang diolah 13.000
Produk selesai yang ditransfer
ke Dept. 2 11.000
Produk dalam proses akhir 2.000
Jumlah produk yang dihasilkan 13.000
Perhitungan HPP
Harga pokok produk selesai
yang ditransfer ke Dept. 2 Rp23.100.000,00
Harga pokok persediaan BDP
akhir
BBB Rp2.000.000,00
BTKL Rp720.000,00
BOP Rp600.000,00
Rp3.320.000,00
Jumlah biaya yang dibebankan
di Departemen 1 Rp26.420.000,00
109
b) Rata-rata Tertimbang – Departemen Setelah Departemen I
Seperti di departemen pertama, perhitungan unit ekuivalen dilakukan
untuk ketiga elemen biaya produksi pada komponen produk jadi yang
ditransfer ke gudang atau ke departemen selanjutnya dan persediaan
barang dalam proses akhir di departemen tersebut dengan
memperhatikan tingkat penyelesaiannya.
Perhitungan unit ekuivalen produk Departemen 2 – Metode Rata-rata
Tertimbang
Unit Unit Ekuivalen
Aliran produksi Keterangan
fisik BTK BOP
BDP awal 4.000 BTK 60%;
BOP 80%
Masuk proses dari dep. 1 11.000
Jumlah yang dihitung 15.000
Produk jadi yang 12.000 12.000 12.000
ditransfer
BDP akhir 3.000 1.200 2.400 BTK 40%;
BOP 80%
Jumlah yang dihitung 15.000 13.200 14.400
110
Perhitungan harga pokok kumulatif per satuan produk Departemen 2
Melekat Biaya Total Biaya
Unsur biaya Unit
pada BDP Produksi Biaya Per unit
produksi Ekuivalensi
(Rp) Sekarang (Rp) (Rp) (Rp)
Harga pokok yang
berasal dari Dept. 1 12.900.000 23.100.000 36.000.000 15.000 2.400
Biaya yang ditambahkan dalam Dept. 2:
Biaya Tenaga Kerja 5.450.000 10.390.000 15.840.000 13.200 1.200
Biaya Overhead 6.780.000 11.940.000 18.720.000 14.400 1.300
Jumlah 25.130.000 45.430.000 70.560.000 4.900
111
PT. MENTARI
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN 2
BULAN SEPTEMBER 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 4.000
Diterima dari Dept. 1 11.000
Jumlah produk yang diolah 15.000
Produk selesai yang ditransfer ke
Gudang 12.000
Produk dalam proses akhir 3.000
Jumlah produk yang dihasilkan 15.000
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke gudang Rp58.800.000,00
Harga pokok persediaan BDP
akhir
Berasal dari Dept. 1 Rp7.200.000,00
Ditambahkan dalam Dept. 2
Biaya tenaga kerja langsung Rp1.440.000,00
Biaya overhead pabrik Rp3.120.000,00
Rp11.760.000,00
Jumlah produksi yang
dibebankan di Dept. 2 Rp70.560.000,00
112
produk dalam proses di awal periode baru kemudian sisanya digunakan
untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Berikut ini adalah karakteristik metode MPKP ini:
a) Tingkat penyelesaian barang dalam proses awal perlu diperhatikan
karena akan diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
b) Informasi perincian biaya yang telah diserap oleh barang dalam proses
awal tidak diperlukan.
c) Harga pokok per unit untuk tiap jenis biaya produksi diperoleh dari hasil
bagi masing-masing jenis biaya yang terjadi pada periode ini dengan unit
ekuivalennya.
Berikut ini kita akan melakukan perhitungan dan membuat laporan
harga pokok produksi PT. Mentari untuk periode bulan September 20X1
dengan menggunakan metode MPKP.
a) Metode MPKP – Departemen 1
Langkah pertama berkaitan dengan penghitungan unit ekuivalensi.
Dalam metode MPKP, unit ekuivalensi tidak hanya dihitung dengan
memperhatikan tingkat penyelesaian barang dalam proses baik awal
maupun akhir. Dengan demikian unit ekuivalensi pada metode MPKP
dihitung dengan memasukkan persentase untuk menyelesaikan barang
dalam proses di awal periode, jumlah produk selesai yang berasal dari
proses produksi periode sekarang serta persentase penyelesaian barang
dalam proses akhir.
Perhitungan Unit Ekuivalensi Departemen 1 dengan metode MPKP
Unit Unit Ekuivalen
Aliran produksi Keterangan
fisik BBB BK
BDP awal 1.000 BBB 100%, BK 50%
Masuk proses 12.000
Jumlah yang dihitung 13.000
Produk selesai dan
ditransfer:
BBB: 1.000 x (100%-100%)
Dari BDP awal 1.000 0 500 BK: 1.000 x (100%-50%)
Masuk proses 10.000 10.000 10.000 (12000-2000) x 100%
113
sekarang (selesai dan
ditransfer ke Dept. 2)
BBB: (2000 x 100%)
BDP akhir: 2.000 2.000 1.200 BK: (2000 x 60%)
Jumlah yang dihitung 13.000 12.000 11.700
*BBB = Biaya bahan baku
*BK = Biaya konversi
Berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi per unit di atas, kita hitung
harga pokok produk selesai yang ditransfer dari Departemen 1 ke
Departemen 2 dan harga pokok persediaan barang dalam proses akhir di
Departemen 1 pada akhir September 20X1
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dept. 1 - Metode MPKP
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke Dept. 2
HPP dalam BDP awal Rp9.050.000,00
Biaya penyelesaian BDP awal
BBB: 0% x 1.000 Rp0,00
BTKL: 50% x 1.000 x Rp407,69 Rp203.846,00
BOP: 50% x 1.000 x Rp329,06 Rp164.530,00
114
Rp368.376,00
Rp9.418.376,00
HPP dari produksi sekarang:
10.000 x Rp1465,92 Rp14.659.188,00
HPP produk selesai yang ditransfer
ke Dept. 2 Rp24.077.564,00
HPP dalam BDP akhir
BBB: 100% x 2.000 x Rp729,17 Rp1.458.333,00
BTKL: 60% x 2.000 x Rp407,69 Rp489.231,00
BOP: 60% x 2.000 x Rp329,06 Rp394.872,00
Rp2.342.436,00
Jumlah biaya produksi yang
dibebankan Rp26.420.000,00
PT. MENTARI
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN 1
BULAN SEPTEMBER 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal
(BBB 100%, BK 50%) 1.000
Dimasukkan dalam proses 12.000
Jumlah produk yang diolah 13.000
Produk selesai yang ditransfer ke
Dept. 2 11.000
Produk dalam proses akhir
(BBB 100%, BK 60%) 2.000
Jumlah produk yang dihasilkan 13.000
115
Perhitungan HPP
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke Dept. 2
HPP dalam BDP awal Rp9.050.000,00
Biaya penyelesaian BDP awal
BBB Rp0,00
BTKL Rp203.846,00
BOP Rp164.530,00
Rp368.376,00
Rp9.418.376,00
116
BTK: 4.000 x (100%-60%)
Dari BDP awal 4.000 1.600 800
BOP: 4.000 x (100%-80%)
Masuk proses
sekarang (selesai dan 8.000 8.000 8.000 (11.000-3.000) x 100%
ditransfer ke gudang)
BTK: 3.000 x 40%
BDP akhir 3.000 1.200 2.400
BOP: 3.000 x 80%
Jumlah yang dihitung 15.000 10.800 11.200
Perhitungan biaya produksi per unit produk di Departemen 2
Melekat HPP Per
Unsur Biaya Biaya Produksi Unit
pada BDP Unit
Produksi Sekarang (Rp) Ekuivalen
(Rp) (Rp)
HPP produk dari
Dept. 1 12.900.000 24.077.564 11.000 2.188,87
Biaya Tenaga Kerja 5.450.000 10.390.000 10.800 962,04
Biaya Overhead 6.780.000 11.940.000 11.200 1.066,07
25.130.000 46.407.564 4.216,98
Total biaya
produksi di Dept. 2 71.537.564
Dengan informasi biaya produksi per unit di atas, kita hitung harga
pokok produk selesai yang ditransfer dari Departemen 2 ke gudang dan
harga pokok persediaan barang dalam proses akhir di Departemen 2 pada
akhir September 20X1.
117
HPP dari Dept. 1: 3.000 x Rp2.188,87 Rp6.566.608,00
BTKL: 40% x 3.000 x Rp962,04 Rp1.154.444,00
BOP: 80% x 3.000 x Rp1.066,07 Rp2.558.571,00
Rp10.279.624,00
Jumlah biaya yang dibebankan di Dept. 2 Rp71.537.564,00
118
Gudang
HPP dalam BDP akhir:
HPP dari Dept. 1 Rp6.566.608,00
BTKL Rp1.154.444,00
BOP Rp2.558.571,00
Rp10.279.624,00
Jumlah biaya yang dibebankan dalam
dept. 2 Rp71.537.564,00
119
pokok produksi per unit yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.
2) Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
menggunakan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku yang
digunakan di departemen produksi lanjutan menambah jumlah produk
yang dihasilkan, maka terdapat penyesuaian perhitungan pada harga pokok
produksi per unit. Dengan jumlah produk yang lebih banyak, maka harga
pokok produksi per unit yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya menjadi lebih kecil.
120
3) Barang rusak (spoiled goods). Barang rusak ini mengandung
ketidaksempurnaan yang signifikan sehingga penambahan bahan, tenaga
kerja dan overhead tidak dapat membuatnya menjadi barang jadi yang
sesuai standar kualitas.
Walaupun perusahaan mengakui bahwa hilangnya produk merupakan hal
yang tidak dapat dihindari dalam proses produksi, setiap perusahaan harus
menetapkan batas toleransi normal atas kehilangan tersebut. Kehilangan dalam
batas toleransi yang ditentukan disebut dengan kehilangan normal (normal
loss) sedangkan unit yang hilang di luar batas tersebut merupakan kehilangan
abnormal atau kehilangan yang sebenarnya dapat dihindari (abnormal or
avoidable loss). Misalnya perusahaan menetapkan batas toleransi normal
kehilangan sebesar 2% dari tingkat produksi. Pada saat perusahaan
memproduksi 1.000 unit dan jumlah unit hilang mencapai 30 unit, maka 20
unit dianggap hilang normal dan 10 unit dianggap hilang abnormal.
Secara umum kehilangan yang normal akan diperlakukan sebagai biaya
produk dengan membebankan unit hilang itu ke unit jadi yang baik sehingga
menaikkan biaya per unit dan akan mengurangi perolehan laba perusahaan.
Secara teknis, unit yang hilang secara normal dimasukkan dalam perhitungan
unit ekuivalen. Sementara itu, unit yang hilang karena kondisi abnormal akan
diperlakukan sebagai beban periodik.
Ditinjau dari saat terjadinya, hilangnya produk dapat terjadi pada awal
proses, sepanjang proses atau pada akhir proses. Untuk kepentingan
perhitungan harga pokok produksi, produk yang hilang di sepanjang proses
harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berapa saat hilangnya
produk yang sedang diproses tersebut. Dalam hal ini sering ditemui kesulitan
dalam menentukan saat hilangnya produk yang sedang diproses tersebut.
Untuk penyederhanaan perhitungan harga pokok produksi per unit, maka
produk yang hilang diasumsikan sebagai produk hilang di awal proses atau
hilang di akhir proses. Masing-masing asumsi membawa pengaruh dalam
penentuan harga pokok produksi.
1) Unit Hilang pada Awal Proses
121
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan oleh departemen bersangkutan sehingga tidak
diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalensi.
a) Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal
proses mempunyai akibat menaikkan harga pokok produksi per unit.
b) Dalam departemen setelah departemen produksi pertama, produk yang
hilang pada awal proses mempunyai dua akibat:
(1)Menaikkan harga pokok produksi per unit yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya
(2)Menaikkan harga pokok produksi per unit yang ditambahkan ke
dalam departemen produksi tersebut.
2) Unit Hilang pada Akhir Proses
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan oleh departemen yang bersangkutan sehingga harus
diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan
oleh departemen tersebut. Harga pokok produk yang hilang ini harus
ditambahkan pada harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen
selanjutnya ataupun yang ditransfer ke gudang. Hal ini akan membuat
harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen selanjutnya
ataupun yang ditransfer ke gudang menjadi lebih tinggi.
5. Forum Diskusi
Salah satu tahapan pada perhitungan harga pokok menggunakan metode
harga pokok proses adalah perhitungan unit ekuivalensi. Apakah yang
dimaksud dengan unit ekuivalensi? Mengapa perhitungan unit ekuivalensi ini
diperlukan?
C. Penutup
1. Rangkuman
Metode harga pokok proses umumnya digunakan dalam suatu produksi
yang bersifat massal dimana biaya per unit produk diperoleh dari pembebanan
122
biaya total ke jumlah unit produk identik yang dihasilkan perusahaan. Topik
utama yang ada dalam metode harga pokok proses meliputi: (1) bagaimana
menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen produksi
berikutnya atau ditransfer ke gudang dan (2) bagaimana menentukan harga
pokok produk yang melekat pada produk yang masih dalam proses produksi di
akhir periode.
Harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal
akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke departemen produksi selanjutnya atau ke gudang. Ada tiga
metode yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu: Metode
Rata-rata Tertimbang (Weighted Average), Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama (FIFO/First In First Out) dan Metode Masuk Terakhir Keluar
Pertama (LIFO/Last In First Out).
Dalam Metode Rata-rata Tertimbang, tiap unsur harga pokok produksi
yang melekat pada persediaan produk dalam proses dijumlahkan dengan unsur
biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang untuk menghitung
harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang ini
dikalikan dengan kuantitas produk jadi yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang untuk menentukan harga pokok produk tersebut.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama menganggap biaya produksi
periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk dalam
proses di awal periode baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah
produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Kompleksitas produksi melibatkan adanya tambahan bahan baku dan
kehilangan unit dalam proses produksi. Penambahan bahan baku yang
menimbulkan kenaikan jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan
membuat kita harus menghitung kembali biaya per unit departemen
sebelumnya untuk mendistribusikan biaya ini kepada unit yang bertambah
tersebut.
123
2. Tes Formatif
1. Metode harga pokok proses memiliki beberapa perbedaan mendasar yang
membedakannya dengan metode harga pokok pesanan. Dari beberapa
pernyataan berikut, pernyataan yang secara tepat menggambarkan ciri
khas metode harga pokok proses adalah …
A. Biaya produksi dibagi menjadi biaya produksi langsung dan tidak
langsung.
B. Produk yang belum selesai pada akhir periode dicatat pada akun
Persediaan Produk dalam Proses
C. Gaji dan upah untuk manajer atau pengawas produksi dicatat pada
akun Barang Dalam Proses
D. Penggunaan bahan baku penolong dicatat pada akun Barang Dalam
Proses
E. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap periode produksi.
2. Perusahaan manufaktur memilih metode perhitungan harga pokok yang
paling tepat berdasarkan kegiatan bisnis mereka. Jenis usaha yang
kemungkinan besar menerapkan metode harga pokok proses adalah …
A. Penjahit baju.
B. Produsen air mineral dalam kemasan
C. Jasa konstruksi bangunan
D. Jasa pembuatan film
E. Jasa desain aplikasi online
3. Perusahaan manufaktur dapat membagi kegiatan operasional perusahaan
menjadi beberapa departemen. Pernyataan berikut yang tepat terkait
dengan departementalisasi adalah …
A. Biaya produksi dikumpulkan dan dibebankan pada produk melalui
departemen.
B. Aktivitas yang dapat dibagi menjadi departemen berbeda hanyalah
kegiatan produksi
C. Satu departemen produksi hanya dapat menghasilkan satu jenis
produk.
124
D. Asumsi yang digunakan adalah bahan baku ditambahkan pada akhir
proses produksi di tiap departemen
E. Setiap departemen memproses produksi produk dari awal bahan baku
hingga produk jadi.
4. Perusahaan Z memproduksi suatu jenis produk yang melewati satu
departemen produksi. Data produksi untuk periode Maret 2019
menunjukkan data sebagai berikut:
Produk yg masuk proses produksi 10.000 unit
Produk yg selesai diproduksi 8.500 unit
Produk dalam proses, per akhir Maret (100% 1.500 unit
biaya bahan baku, 60% biaya konversi)
Jurnal yang tepat untuk membebankan biaya tenaga kerja pada kegiatan
produksi berdasarkan data di atas adalah …
A. Barang dalam Proses – Biaya TKL 40.500.000
Biaya Produksi 40.500.000
B. Biaya Produksi 30.800.000
Gaji dan Upah 30.800.000
C. Barang Dalam Proses – Biaya TKL 30.800.000
125
Gaji dan Upah 30.800.000
D. Biaya Tenaga Kerja 40.500.000
Gaji dan Upah 40.500.000
E. Gaji dan Upah 40.500.000
Barang dalam Proses – Biaya TKL 40.500.000
126
Biaya overhead pabrik Rp22.095.000
127
D. Perusahaan yang menerapkan departementalisasi hanya boleh
menghasilkan satu produk akhir.
E. Setiap departemen bertugas untuk memproses produk dari awal
kegiatan produksi sampai menjadi produk jadi.
10. PT BAZ mengolah produk melalui dua departemen produksi, yakni Divisi
I dan Divisi II. Berikut adalah data produksi Divisi II untuk periode Juli
2019.
Menerima produk dari Divisi I untuk dilanjutkan proses produksinya,
sebanyak 6.000 unit @Rp4.500
Pada akhir periode menghasilkan produk jadi sebanyak 5.500 unit.
Produk dalam proses sebanyak 500 unit dengan tingkat penyelesaian
80% untuk biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Berikut adalah biaya produksi yang ditambahkan selama proses
produksi di Divisi II
Biaya Produksi Total Biaya
Biaya bahan baku Rp10.800.000
Biaya tenaga kerja Rp8.850.000
Biaya overhead pabrik Rp9.440.000
Berdasarkan data ini, berapakah harga pokok tiap unit produk jadi Divisi
II?
A. Rp8.800
B. Rp12.500
C. Rp9.000
D. Rp9.400
E. Rp8.400
3. Tugas Akhir
128
manufaktur yang Anda ilustrasikan tersebut haruslah menggunakan metode
harga pokok proses!
129
4. Tes Sumatif
130
B. Pembayaran upah karyawan produksi di sebuah perusahaan jasa
konstruksi
C. Pembayaran listrik untuk pabrik dan mesin produksi di sebuah
perusahaan produsen kendaraan bermotor
D. Pembayaran gaji untuk anggota Komite Audit perusahaan di akhir
tahun.
E. Pembayaran gaji karyawan penjualan untuk sebuah perusahaan jasa
telekomunikasi.
5. Pada metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan tarif yang ditentukan berdasarkan basis tertentu. Berikut
adalah basis yang sering digunakan untuk membebankan biaya overhead
pabrik pada produk, kecuali …
A. proporsi biaya variabel
B. biaya bahan baku
C. biaya tenaga kerja
D. jam tenaga kerja langsung.
E. proporsi bahan baku langsung
6. Kegiatan pada perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi aktivitas
utama dan aktivitas pendukung. Kegiatan yang termasuk aktivitas
pendukung (fungsi administrasi dan umum) pada sebuah perusahaan
manufaktur adalah …
A. Pembelian bahan baku
B. Pembayaran gaji karyawan pemasaran
C. Pembayaran gaji karyawan keuangan
D. Pembayaran gaji karyawan produksi
E. Pembayaran listrik dan air pabrik
7. Perusahaan membayar gaji sebesar Rp12.000.000 untuk bulan Mei 2019.
Sebesar Rp8.000.000 untuk pembayaran upah karyawan pabrik dan
Rp4.000.000 untuk pembayaran gaji manajer produksi. Pernyataan
berikut terkait dengan pencatatan transaksi yang tepat berdasarkan
informasi ini adalah …
131
A. akun Barang Dalam Proses didebit sebesar Rp12.000.000
B. akun Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dikredit sebesar
Rp12.000.000
C. akun Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dikredit sebesar
Rp8.000.000
D. akun Biaya Overhead Pabrik Dibebankan didebit sebesar Rp
Rp8.000.000
E. akun Barang Dalam Proses didebit sebesar Rp8.000.000
8. Ketika biaya produksi terjadi untuk suatu aktivitas produksi, transaksi
tersebut akan dicatat pada akun Barang Dalam Proses berdasarkan jenis
biaya produksi tersebut. Akan tetapi, terdapat biaya produksi yang tidak
dapat dilacak secara langsung produk terkait. Akun yang digunakan untuk
mencatat dan mengumpulkan biaya produksi seperti ini adalah …
A. Biaya Overhead Pabrik
B. Harga Pokok Penjualan
C. Barang Dalam Proses
D. Persediaan Bahan Baku
E. Harga Pokok Produksi
9. Perusahaan membayar gaji sebesar Rp12.000.000 untuk bulan Mei 2019.
Sebesar Rp8.000.000 untuk pembayaran upah karyawan pabrik dan
Rp4.000.000 untuk pembayaran gaji manajer produksi. Berdasarkan
informasi ini, pernyataan berikut yang tepat terkait dengan jurnal untuk
mengalokasikan gaji pada proses produksi adalah …
A. akun Barang Dalam Proses didebit sebesar Rp12.000.000
B. akun Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dikredit sebesar
Rp12.000.000
C. akun Biaya Overhead Pabrik Dibebankan dikredit sebesar
Rp8.000.000
D. akun Barang Dalam Proses didebit sebesar Rp8.000.000
E. akun Biaya gaji didebit sebesar Rp4.000.000
132
10. PT A adalah sebuah perusahaan yang memproduksi kendaraan bermotor.
Pada bulan Maret 2019 PT A membayar upah karyawan produksi sebesar
dengan total Rp48.000.000 untuk 12 orang karyawan. Dokumen utama
yang menjadi basis perhitungan upah yang dibayarkan kepada karyawan
produksi ini adalah …
A. Kartu jam kerja untuk karyawan Divisi Produksi
B. Kartu Persediaan yang dibuat Gudang untuk mencatat aliran masuk
bahan baku.
C. Laporan Produk Selesai yang dibuat oleh Divisi Produksi
D. Bukti perekrutan tenaga kerja dari Divisi Sumber Daya Manusia
E. Kontrak perjanjian kerja dengan karyawan terkait gaji per bulan.
11. PT Z memiliki data sebagai berikut terkait dengan persediaan bahan baku,
pada Laporan Harga Pokok Produksi untuk periode Juli 2019: sediaan
awal bahan baku Rp28.500.000, pembelian bahan baku Rp19.000.000,
dan sediaan akhir bahan baku Rp22.300.000. Berdasarkan informasi ini,
berapakah nilai sediaan bahan baku yang sudah digunakan dalam proses
produksi?
A. Rp19.000.000
B. Rp28.500.000
C. Rp25.200.000
D. Rp31.800.000
E. Rp23.400.000
12. Perusahaan manufaktur membedakan bahan baku menjadi bahan baku
langsung (utama) dan tidak langsung (penolong). Dari ayat-ayat jurnal
berikut ini, manakah ayat jurnal yang paling tepat untuk mencatat
penggunaan bahan baku pelengkap oleh perusahaan?
A. (Dr) Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya (Kr) Kas
B. (Dr) Sediaan Bahan Baku Pelengkap (Kr) Kas
C. (Dr) Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya (Kr) Gaji dan Upah
D. (Dr) Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya (Kr) Sediaan Bahan Baku
Pelengkap
133
E. (Dr) Biaya Overhead Pabrik Dibebankan (Kr) Sediaan Bahan Baku
Pelengkap
13. Perusahaan dapat memilih antara dua metode untuk menghitung harga
pokok produksi, yakni metode harga pokok pesanan dan harga pokok
proses. Pernyataan berikut yang tepat terkait dengan perlakuan biaya
overhead pabrik di perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
pesanan adalah …
A. Biaya overhead pabrik dibebankan pada nilai produk berdasarkan tarif
yang sudah ditentukan
B. Biaya bahan baku utama yang digunakan di awal produksi dibebankan
pada biaya overhead pabrik
C. Biaya overhead pabrik dibebankan sebelum proses produksi dimulai
D. Biaya tenaga kerja langsung dibebankan pada di akhir produksi pada
biaya overhead pabrik.
E. Penggunaan bahan baku pelengkap dicatat pada akun Barang Dalam
Proses
14. Sebuah perusahaan menggunakan metode harga pokok pesanan untuk
menghitung harga pokok produksi. Perusahaan memiliki kebijakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik sebesar 80 persen dari biaya tenaga
kerja langsung. Berikut adalah data produksi untuk sebuah pesanan.
Biaya bahan baku langsung Rp32.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp29.500.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp18.200.000
Berdasarkan data ini, harga pokok produk yang dihasilkan pada periode
ini adalah …
A. Rp87.100.000
B. Rp83.200.000
C. Rp85.100.000
D. Rp79.700.000
E. Rp82.500.000
134
15. Sebuah perusahaan menggunakan metode harga pokok pesanan untuk
menghitung harga pokok produksi. Perusahaan memiliki kebijakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik sebesar 80 persen dari biaya tenaga
kerja langsung. Berikut adalah data produksi untuk sebuah pesanan.
Biaya bahan baku langsung Rp32.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp29.500.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp18.200.000
Berdasarkan data ini, jurnal yang tepat untuk mencatat transaksi yang
dijabarkan di atas adalah …
135
Berdasarkan data di atas, harga pokok tiap unit produk adalah …
A. Rp12.675
B. Rp12.630
C. Rp13.675
D. Rp13.630
E. Rp12.620
17. PT Berkarya memiliki data berikut terkait dengan produksi pada periode
Juli 2019.
Jumlah unit yang masuk proses produksi adalah 8.000 unit
Produk selesai diproduksi dan masuk gudang produk jadi 7.200 unit
Produk dalam proses di akhir periode telah mengalami tingkat
penyelesaian 100% bahan baku, 90% biaya tenaga kerja, dan 60%
biaya overhead pabrik.
136
Biaya overhead pabrik Rp31.488.000
Berdasarkan data di atas, total harga pokok produk dalam proses adalah …
A. Rp10.352.000
B. Rp9.642.000
C. Rp8.492.000
D. Rp9.562.000
E. Rp10.250.000
19. PT Melati mengolah sebuah produk melalui dua departemen produksi,
yakni Divisi I dan Divisi II. Berikut adalah data produksi Divisi II untuk
periode 2018.
Menerima produk dari Divisi I untuk dilanjutkan proses produksinya,
sebanyak 7.500 unit @Rp3.800
Pada akhir periode menghasilkan produk jadi sebanyak 7.200 unit.
Produk dalam proses sebanyak 300 unit dengan tingkat penyelesaian
100% bahan baku dan 90% untuk biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
Berikut adalah biaya produksi yang ditambahkan selama proses
produksi di Divisi II
Biaya Produksi Total Biaya
Biaya bahan baku Rp12.450.000
Biaya tenaga kerja Rp13.670.100
Biaya overhead pabrik Rp14.267.700
Berdasarkan data di atas, harga pokok tiap unit produk jadi Divisi II
adalah…
A. Rp5.400
B. Rp9.200
C. Rp3.800
D. Rp8.700
E. Rp6.200
137
20. PT Melati mengolah sebuah produk melalui dua departemen produksi,
yakni Divisi I dan Divisi II. Berikut adalah data produksi Divisi II untuk
periode 2018.
Menerima produk dari Divisi I untuk dilanjutkan proses produksinya,
sebanyak 7.500 unit @Rp3.800
Pada akhir periode menghasilkan produk jadi sebanyak 7.200 unit.
Produk dalam proses sebanyak 300 unit dengan tingkat penyelesaian
100% bahan baku dan 90% untuk biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
Berikut adalah biaya produksi yang ditambahkan selama proses
produksi di Divisi II
138
5. Kunci Jawaban Tes Formatif
No. KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
1. B D E E
2. C C C B
3. B C D A
4. E B B B
5. D E C C
6. C D D A
7. B C A D
8. C D C B
9. E A B C
10. D B A D
139
DAFTAR PUSTAKA
140