Anda di halaman 1dari 4

Take 1                  : 

Di suatu pagi, Hang Mahmud menceritakan bahwa ia bermimpi bulan turun dari langit.
Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya
serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang
Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya,
Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.

?Set                     : 

Di tempat duduk, berdua, Dang Merdu merebahkan Kepalanya di bahu Hang Mahmud
Dang Merdu        :  Kanda, kenapa kanda bermuram durja, ceritakanlah kepada Dinda masalah yang
menimpa kanda. Nampaknya ada suatu hal yang mempengaruhi Kanda.
Hang Mahmud    :  Dinda, tadi malam Kanda bermimipi, bahwa bulan turun dari langit, dan cahayanya
penuh diatas kepala anak kita, seperti bulan itu jatuh. Ya, seperti bulan itu terjatuh kepada anak kita,
Hang Tuah. Setelah Kanda terbangun, Kanda mengangkat tubuh Hang Tuah dan terasa sangat wangi.
Menurut Dinda, pertanda apakah ini?.
Dang Merdu        : Apakah itu benar Kanda?. Kanda, janganlah bingung dengan kejadian itu, itu berarti
anak kita Hang Tuah akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Nanti, mari bantu Dinda
memandikan dan meluluri anak kita.
Hang Mahmud:   Apakah itu benar dinda ?. Ya sudah. Nanti kita lakukan.
Take 2                  : 

Beberapa tahun kemudian, Hang Tuah tumbuh menjadi anak yang cerdas, tangkas, dan lihai
berbela diri. Dia memiliki sahabat yang bernama Hang Jebat yang sudah dia anggap sebagai saudara
kandungnya sendiri. Di dermaga, mereka sedang menceritakan cita-cita mereka dan saling berbalas
pantun.

?Set                     : 
Di dermaga, Jebat menepuk pundak, saling berpandangan

Hang Tuah           :  Jebat, suatu saat kita pasti bisa menjadi dua orang panglima yang menguasai
seluruh lautan.
Hang Jebat          :  Aku harap seperti itu Tuah.
Hang Tuah           :  Jikalau bertolak ke Malaysia Singgah sebentar di Kuala Lumpur Jika kelak kita
dewasa Lautan bergolak kita yang atur
Hang Jebat          :  Jika sungguh di Kuala Lumpur Belilah gadah yang berikat Langit gemuruh alam pun
hancur Tidak kita Tuah dan Jebat
Hang Tuah           :  Jebat, kau harus setia bersamaku, jngan kau menghianatiku. Kita berdua sahabat
sejati. Karena Takkan Melayu Hilang di Bumi.
Hang Jebat          : Baiklah Tuah. Aku akan selalu bersamamu.

Take 3                  :  
Setelah mereka bercakap-cakap di dermaga, merekapun kepasar. Untuk melihat-lihat. Ternyata
di pasar ada Sultan Mahmud, Dt. Bendahara dan Istri Sultan tengah berbelanja. Hang Tuah dan Hang
Jebat pun menghampiri. Tetapi didului oleh Taming Sari dan Perompak yang bermaksud ingin melukai
Sultan.

?Set                     :  
Istri menunjuk, Memeluk. Datuk Menoleh, Perompak sambil berjalan, Jebat menangkis

Istri Sultan           :  Kanda, aku ingin membeli perhiasan baru, perhiasanku dirumah sudah usang.
bolehkan kanda?.
Dt. Bendahara     :  Maaf Tuan Putri, saya tidak membawa banyak uang.
Sultan                  :  Diam Bendahara. Dinda, apapun akan kuberikan untukmu dinda. Apa yang kamu
mau, akan kuberi. Apa yang kau pinta, akan kupenuhi. Pilih lah sesuka hati mu.
Istri Sultan           :  Terima kasih Kanda ( Sambil memeluk Sultan, tetapi belum berapa lama Istri Sultan
memilih, datanglah 2 orang penjahat )
Taming Sari         :  Hei Sultan, turunlah kau dari tahta itu. Kau sudah tak pantas disitu. Jika tidak, aku
akan melukai itu.
Perompak            :  Betul itu. Jika kau masih mau hidup, turuti perintah kami. ( Mereka berdua pun
menyerang sultan, tapi dapat di patahkan oleh Hang Tuah dan Hang Jebat )
Hang Tuah           :  Hei kau, jangan sekali-kali kau melukai raja kami ini.
Perompak            :  Jangan kau halangi kami anak ingusan.
Hang Jebat          :  Jika kau ingin ada pertumpahan darah, mari kita lakukan. ( Merekapun berkelahi,
setelah lama berkelahi, 2 orang jahat itupun kabur )

Take 4                  :  
Setelah kejadian itu, Hang Tuah dan Hang Jebat pun di panggil ke istana untuk diberi
penghargaan. Tetapi Hang Tuah dan Hang Jebat menolak. Dan tiba-tiba 2 orang jahat itu kembali datang
mengacau.

?Set                     :  
Di Istana, Perompak datang lagi

Istri Sultan           :  Oh, jadi orang kampung ini yang menjadi penyelamat ?. Huh, Tak pantas.
Sultan                  :  Diam kau Istriku, dia ini adalah orang yang baik. Mereka telah menyelamatkan
nyawaku. Jika tidak ada mereka, mungkin aku dan kau sudah mati ditangan pengacau itu. Maafkan
Istriku ya.
Hang                    :  Tidak apa-apa yang mulia.
Sultan                  :  Baiklah, kau telah menyelamatkanku. Apapun yang kau inginkan akan kuberi.
Pergilah kau kepasar. Dan belilah barang-barang yang kau butuhkan. Kau akan ditemani Dt. Bendahara.
Dt. Bendahara     :  Baik yang mulia. Ayo ikut aku ke pasar. Kali ini aku membawa uang banyak.
Belanjalah semaumu.
Hang Tuah           :  Maaf yang mulia. Kami menolong dengan ikhlas. Kami tidak mengharapkan balasan
dari yang mulia.
Hang Jebat          :  Bukannya kami lancang yang mulia.
Istri Sultan           :  Alah, jangan munafik kalian berdua !.
Sultan                  :  Diam Istriku !. ( Tiba-tiba pengacau itu pun datang lagi )
Taming Sari         :  Hei kau Raja bedebah yang lalim !. Urusan kita belum selesai.
Perompak            :  Dan kalian berdua, jangan halangi niat kami lagi. Jika tidak, kami tak segan- segan
memancung kalian.
Hang Tuah           :  Ouuuppp, Tidak bisa. Jangan menyesal jika fakta itu berbalik bedebah !.
Hang Jebat          :  Benar !.
Perompak            :  Ini delima bukan sembarang delima Ini delima delima seragi Ini panglima bukan
sembarang panglima Ini panglima rampok sejati
Hang Tuah           :  Jangan nak jabar antan kayu Antan kayu tak makan api Jangan nak jabar jantan
melayu Jantan melayu tak takut mati
Taming Sari         :  Aaaaaaaarrrrrggggghhhh !!! ( Sambil menyerang )
Hang Jebat          :  Salah satu dari mereka pasti adalah Taming Sari. Orang yang memiliki Keris kebal.
Baiklah Tuah. Aku serang Perompak itu, kau kejar Taming Sari itu.
Hang Tuah           :  Baik
Take 5                  :  
Maka terjadilah perkelahian di dalam istana. Banyak orang yang mati. Tetapi Sultan kembali
selamat. Taming Sari yang kebal oleh Keris itupun berhasil dibunuh oleh Hang Tuah. Dan Hang Tuah
mendapatkan Keris kebal itu. Tetapi malang bagi Hang Jebat. Dia tidak berhasil membunuh Perompak.
Perompak itu lebih lihai. Dan Hang Tuah dan Hang Jebat pun diangkat menjadi Panglima Perang.

?Set                     :  
Di istana, Tuah pergi

Sultan                  :  Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Kalian adalah pelindung jiwaku. Aku angkat
kalian menjadi Panglima.
Istri Sultan           :  Apa?. Apa Kanda tidak salah?.
Dt. Bendahara:    Diam kau.
Hang Tuah           :  Terimakasih yang mulia. Aku akan memegang teguh jabatan itu.
Hang Jebat          :  Maaf yang mulia. Aku tidak bisa menerima jabatan itu. Aku sungguh tidak pantas.
Lebih baik Hang Tuah saja.
Hang Tuah           :  Jebat ?.
Sultan                  :  Baiklah kalau begitu. Untuk tugas pertama, aku perintahkan kau ke Pahang untuk
mencari Tun Teja.
Hang Tuah           :  Baik yang mulia. Tapi kenapa kau Jebat?.
Hang Jebat          :  Aku baik-baik saja Tuah. Pergilah. Pergilah.

Take 6                  :  
Maka pergilah Hang Tuah ke Pahang and bertemu Melor yang merupakan selir Sultan. Hang
Tuah menceritakan niatnya kepada Melor bahwa dia ingin mencari Tun Teja yang diperintahkan oleh
Sultan. Tetapi Sultan melihatnya dan salah memahami. Sultan menuduh Hang Tuah berzinah dengan
Melor.

?Set                     :  
Di perjalanan, Hang Tuah di tangkap

Hang Tuah           :  Melor, akhirnya kita bertemu di sini. Aku ke Pahang bermaksud mencari Tun Teja.
Apakah kau tahu dimana ia berada?. Kau kan sudah lama berada di Pahang ini.
Melor                   :  Benar Tuah. Dulu aku sering berjumpa dengannya. Tetapi sekarang aku sudah
jarang melihatnya. Mungkin dia berada di Kampung Durian Runtuh.
Hang Tuah           :  Baiklah, terimakasih Melor. Aku akan ke sana ( belum putus pembicaraan Hang
Tuah tiba-tiba Sultan datang )
Sultan                  :  Bangsat kau Hang Tuah !. Aku perintahkan kau ke sini untuk mencari Tun Teja.
Bukan menyelingkuhi istriku !. Sekarang kau ku tangkap dan ku hukum kau untuk dipancung !.
Melor                   :  Tenang Kanda. Itu semua tidak benar. Tuah hanya bertanya kepadaku mengenai
Tun Teja.
Hang Tuah           :  Benar yang mulia !.
Sultan                  :  Hentikan itu. Aku sudah tidak percaya lagi kepada kalian berdua. Datuk, tangkap
Hang Tuah !.
Dt. Bendahara     :  Baik yang mulia. Ayo cepat !.

Take 7                  :  
Dan Hang Tuah pun dibawa Dt. Bendahara kembali ke Bintan. Dt. Bendahara menyebutkan
kepada Sultan bahwa Hang Tuah telah ia bunuh. Padhal Dt. Bendahara menyembunyikannya di suatu
tempat.

?Set                     :  
Datuk menunduk, Sultan menunduk, datuk menarik sultan di tengah perjalanan, datuk bercerita
Dt. Bendahara     :  Yang mulia. Aku telah membunuh Hang Tuah itu.
Sultan                  :  Baguslah kalau begitu. Gajimu akan aku naikkan.
Istri Sultan           :  Apa Kanda?.
Sultan                  :  Biar sajalah Istriku. ( Tiba-tiba Hang Jebat datang )
Hang Jebat          :  Hei kau Raja yang Lalim. Aku telah mengetahui kebusukanmu. Mana sahabatku?.
Mana sahabatku Tuah?. Kau kemanakan dia?. Bedebah.
Sultan                  :  Hahaha. Apa yang ingin kau lakukan?. Hang Tuah telah aku bunuh !. ( Hang Jebat
pun mengamuk. Sehingga membunuh Istri Sultan )
Dt. Bendahara     :  Ayo ikut aku yang mulia. Disini kau akan aman.
Sultan                  : Cepat. Tolong aku !.
Dt.Bendahara      :  Maaf yang mulia.Sebenarnya aku tidak membunuh Hang Tuah. Tetapi aku
menyembunyikannya di suatu tempat. Karena aku tahu dia tak bersalah.
Sultan                  :  Tidak apa-apa. Jika itu benar. Cepat antarkan aku kepadanya.
Dt. Bendahara     :  Baiklah. Mereka pun pergi menemui Hang Tuah
Dt. Bendahara     :  Tuah, Tuah, buka pintu. Ini aku. Aku bersama Sultan
Hang Tuah           :  Baik Datuk. Sultan : Tuah, maafkan aku telah menuduhmu. Di istana Sahabatmu
Jebat sedang mengamuk mengenai masalah aku membunuhmu. Ku harap kau bisa menenangkannya.
Take 8                  :  
Hang Tuah pun pergi ke istana dan berbicara kepada Hang Jebat. Tetapi Hang Jebat sudah
kalap mata. Ia sudah sperti dirasuki Iblis. Hang Jebat malah menyerang Hang Tuah. Tetapi malang bagi
Hang Jebat. Dia mati ditangan Hang Tuah. Sahabatnya sendiri.

?Set                     :  
Tuah menepuk pundak Jebat, mengalihkan keris

Hang Tuah           :  Jebat, berhentilah. Kau sudah banyak membuat orang mati. Lebih baik kau berhenti.
Hang Jebat          :  Maaf, Aku tidak mengenal mu.
Hang Tuah           :  Ini aku, Tuah. Sahabatmu.
Hang Jebat          :  Apa?. Kau ingin menjadi sahabatku Tuah yang mati dibunuh Raja yang lalim itu?.
Hang Tuah           :  Tidak Jebat. Aku tak dibunuh. Aku hanya diasingkan ke tempat terpencil.
Hang Jebat          :  Ah Sudah lah. Aku tak ingin mendengar semua kebohonganmu. ( Sambil menyerang
Hang Tuah dan Hang Jebat pun mati)
Hang Jebat          :  ( Di saat kritis ) ternyata kau memang Hang Tuah. Sahabat karibku. Sahabat
terbaikku.
Hang Tuah           :  Hang Jebaaaaat.

Take 9                  :  
Mereka pun berpisah. Hang Jebat Mati dan Hang Tuah kembali diangkat sebagai Panglima.
Hang Tuah kembali diberi tugas untuk mengawal Raja. Dan pada saat mengawal, hangtuah diserang
Perompak yang pernah dijumpainya.

?Set                     :  
Tuah terbunuh dan Perompak mengangkat leher tuah

Perompak            :  Hahaha. Sudah lama tidak bertemu Tuah. Kini kau sudah kehilangan sahabatmu.
Dan kau pasti sudah kehilangan separuh jiwamu. Kini aku kembali datang untuk membalaskan dendam
Panglimaku.
Hang Tuah           : Baiklah kalau itu yang kau mau. Akan aku layani keinginanmu. Perompak berhasil
mengalahkan Hang Tuah. Hang Tuah tertembus peluru.
Perompak            :  Maafkan aku Hang Tuah. Sekarang, tidak ada lagi yang bisa menghalangiku. Hang
Tuah : …

Selesai…

Anda mungkin juga menyukai