Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Psikologis pada Trisemester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu
mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
Periode ini juga disebut periode menunggu dan waspada sebab merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya. Keluarga mulai menduga-duga jenis kelamin bayinya (apakah laki-
laki atau perempuan) dan akan mirip siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah
nama untuk bayinya (Pusdiknakes, 2003:28).
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu pada bayi
yang akan dilahirkan nanti.Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada organ dalam,
adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya semakin besar, adanya perubahan gambaran
diri (konsep diri, tidak mantap, merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga
senang karena kelahiran sang bayi (Tri Rusmi Widayatun, 1999:154)
Disamping hal tersebut ibu sering mempunyai perasaan:

Terkadang merasa kuatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu –waktu.


Meningkatnya kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinanan.
Khawatir bayinya lahir dalam keadaan tidak normal.
Takut akan rasa sakit yang timbul pada saat persalinan.
Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
Kehilangan perhatian khusus yang diterima selama kehamilan sehingga memerlukan
dukungan baik dari suami, keluarga maupun tenaga kesehatan.
Persiapan aktif untuk bayi dan menjadi orang tuaKeluarga mulai menduga-duga tentang
jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau perempuan) dan akan mirip siapa. Bahkan
mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya.
Asuhan Terhadap Perubahan Psikologi
Bidan sebagai tenaga pemberi pelayanan terhadap ibu hamil harus mampu memberikan
intervensi yang tepat kepada ibu hamil.
Langkah-langkah dalam intervensi masalah psikologis ibu hamil yaitu sebagai berikut:
Pengkajian situasi
Mengumpulkan fakta-fakta, apakah pasien benar-benar hamil? Sudahkah dilakukan
pemeriksaan fisik dan tes kehamilan? Bila ibu ternyata hamil, fokuskan pada apa yang ia
pandang sebagai masalah. Apakah rasa takut pada kehamilan, rasa kecewa karena tujuan
hidupnya terganggu, rasa bersalah karena merasa diasingkan, pikiran tentang kebutuhan
anak-anak yang lain, konflik tentang etik aborsi?
Kaji keterampilan koping orang-orang dalam keadaan kritis: Apa persepsi mereka
tentang kehamilan? Akankah ada orang lain yang memberikan dukungan? Apakah ia hanya
seorang diri? Apapun masalahnya, fokuskan pada keadaan sekarang dan disini, keadaan
yang terjadi saat ini.
Rencana intervensi
Tentukan masalah dengan jelas sebelum merencanakan sebuah intervensi. Bantu
klien mengemukakan pilihan yang masuk akal. Bidan mungkin akan memerlukan bantuan dari
orang yang berpengalaman.
Intervensi dan penyelesaian krisis
Campur tangan membantu klien untuk meneruskan keputusan mereka. Hal ini
mungkin termasuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan untuk
memperjelas konflik, memberikan informasi, membuat rujukan, mengajarkan atau mengatur
perawatan langsung, bantuan finansial, serta perlindungan atau supervisi medis. Dengan
berbagai alternatif tindakan nyata serta ketulusan tentang apa yang mereka rasakan, calon
ibu dan bapak dapat menyelesaikan krisis kehamilan yang terjadi.
Memberikan anticipatory guidance
Setiap krisis kehidupan menimbulkan efek yang berbekas pada mereka yang
mengalaminya. Keterampilan koping yang dipelajari akan dapat digunakan kemudian.
Disamping itu, cara-cara praktis untuk mengontrol masa depan dapat dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1993). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Jakarta.

Kusmiyati, Y. (2010). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Sulistyawati, Ari (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Rusmi, Tri. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: Jakarta Cv.Sagung Seto.


Tyastuti, Siti. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. [Internet]
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp.content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Kehamilan-Komprehensif.pdf [diakses pada tanggal 6 Agustus 2019]

Anda mungkin juga menyukai