Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban
untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.Praktek K3
(keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja,  teknik
keselamatan,  teknik industri,  kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan
kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) memiliki beberapa aspek, yaitu :
Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Fungsi dari Kesehatan kerja
1. Identifikasi dan Melakukan Penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja
2. Memberikan saran terhadap perencanaan  dan pengorganisasian dan praktek kerja termasuk desain tempat kerja
3. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD
4. Memantau  kesehatan para pekerja
5. Terlibat dalam proses rehabilitasi pekerja yang mengalami sakit/kecelakaan kerja
6. Mengelola P3K dan tindakan darurat
Fungsi dari Keselamatan kerja
1. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja.
2. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
3. Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya
4. Ukur, periksa kembali  keefektifitas pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya 
Tujuan Penerapan K3
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara
lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional
Undang – Undang yang mengatur K3
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan
keselamatan kerja.
 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.  Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan
pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam
kerja, hak maternal, cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan
Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida
 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja

Struktur Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Penjelasan:

a. Direktur pengawasan adalah Menteri Tenaga Kerja yang melakukan pengawasan pelaksanakan umum terhadap
Undang-undang K3.
b. Pegawai pengawas ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang K3 dan
membantu pelaksanaannya.
c. Ahli K3 merupakan instansi-instansi pemerintah dan instansi-instansi swasta yang dapat mengoperasikan K3 dengan
tepat, sama seperti pegawai pengawas Ahli K3 ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
Undang-undang K3 dan membantu pelaksanaannya.
d. Panitia Banding adalah panitia teknis yang anggota-anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan.
e. Panitia Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) bertugas memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
Kecelakaan Kerja
Dalam standar OHSAS 18001:2007 dijabarkan beberapa definisi (pengertian) mengenai Insiden, Kecelakaan Kerja dan juga
Nearmiss (hampir celaka). Ketiga istilah di atas memiliki pengertian, arti dan definisi berbeda sebagaimana hal berikut di
bawah :
1. Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun
kefatalan (kematian) dapat terjadi. Termasuk insiden ialah keadaan darurat.
2. Kecelakaan Kerja ialah insiden yang menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan
(kematian).
3. Nearmiss ialah insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).
4. Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga) yang memerlukan penanganan segera supaya tidak
terjadi kecelakaan/kefatalan.
Faktor yang menyebabkan kecelakaan
1. Faktor Manusia
Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab
seseorang.Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi,
menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.
Jenis kelamin
Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaian-
penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu
memerlukan penyesuaian kebijakan yang khusus.
Masa Kerja
Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam
melaksanakan tugasnya
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin
terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan
praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri
Perilaku
Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih
banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena
ketidakpedulian karyawan
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan
yang ingin dicapai adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan pemeliharaan terhadap
alat-alat kerja
2. Faktor lingkungan
Kebisingan
Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan antar
pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan
Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada
temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot.
Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi
dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan
motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.
Penerangan
Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikan
mengenai hubungan antara produksi dan penerangan telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur
sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi banyaknya kecelakaan
Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB.
Silalahi, 1995:228). Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya
kecelakaan, seperti terpeleset.
3. Faktor peralatan
Kondisi mesin
Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
Letak mesin
Termasuk juga dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka
potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang
mungkin terjadi.
Kerugian akibat kecelakaan kerja
Kerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja ditambahkan dengan
kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian (biaya-
biaya) tersebut antara lain :
Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja :
1.      Biaya Pengobatan & Perawatan Korban Kecelakaan Kerja.
2.      Biaya Kompensasi (yang tidak diasuransikan).
Biaya Tidak Langsung :
1.      Kerusakan Bangunan
2.      Kerusakan Alat dan Mesin
3.      Kerusakan Produk dan Bahan/Material
4.      Gangguan dan Terhentinya Produksi
5.      Biaya Administratif
6.      Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
7.      Sewa Mesin Sementara
8.      Waktu untuk Investigasi
9.      Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
10.  Biaya Perekrutan dan Pelatihan
11.  Biaya Lembur (Investigasi)
12.  Biaya Ekstra Pengawas(an)
13.  Waktu untuk Administrasi
14.  Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali karena Cedera
15.  Kerugian Bisnis dan Nama Baik
Macam – macam alat pelindung diri ( APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu satu alat yang memiliki kekuatan membuat perlindungan seorang yang manfaatnya
mengisolasi beberapa atau semua badan dari potensi bahaya ditempat kerja. Tersebut akan kami jabarkan beberapa jenis Alat
Pelindung Diri (APD) yang umumnya dipakai didunia proyek bersama manfaatnya.
1. Safety Helmet
Safety helmet berperan sebagai pelindung kepala dari benda yang dapat tentang kepala dengan cara segera.
2. Safety Belt
Safety belt berperan sebagai pelindung diri saat pekerja bekerja/ada diatas ketinggian.
3. Safety Shoes
Safety shoes berperan untuk menghindar kecelakaan fatal yang menerpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas,
cairan kimia dsb.
4. Sepatu Karet
Sepatu safety karet (sepatu boot) yaitu sepatu yang di desain spesial untuk pekerja yang ada di ruang basah (becek atau
berlumpur). Umumnya sepatu karet di lapisi dengan metal membuat perlindungan kaki dari benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dll.
5. Sarung Tangan
Berperan sebagai alat pelindung tangan ketika bekerja ditempat atau kondisi yang bisa menyebabkan cedera tangan. Bahan dan
bentuk sarung tangan di cocokkan dengan manfaat semasing pekerjaan.
6. Masker (Respirator)
Berperan sebagai penyaring hawa yang dihirup saat bekerja ditempat dengan kwalitas hawa jelek (contoh berdebu, beracun,
dll).
7. Jas Hujan (Rain Coat)
Berperan melindungi dari percikan air saat bekerja (contoh bekerja pada saat hujan atau tengah membersihkan alat).
8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berperan sebagai pelindung mata saat bekerja (umpamanya mengelas).
9. Penutup Telinga (Ear Plug)
Berperan sebagai pelindung telinga ketika bekerja ditempat yang bising.
10. Pelindung Muka (Face Shield)
Berperan sebagai pelindung muka dari percikan benda asing saat bekerja (contoh pekerjaan menggerinda).
MODUL
KEAMANAN
KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA
AKUNTANSI

SMK MA’ARIF BUKATEJA


ETIKA PROFESI

K,D DESKRIPSI

3.5 Menganalisis Keselamatan dan Keamanan kerja


dalam bidang akuntansi dan keuangan

4.3 Melakukan pengidentifikasian mengenai


keselamatan dan keamanan kerja dalam bidang
akuntansi dan keuangan

Anda mungkin juga menyukai