Anda di halaman 1dari 42

MODUL AJAR

MATA PELAJARAN
DASAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA

ELEMEN 5 :
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)

Penyusun
LPA Mitra Bijak Surakarta

Untuk SMK Kelas X


Kompetensi Keahlian
Akuntansi Dan Keuangan Lembaga
Tahun 2022
A KOMPONEN UMUM

1. IDENTITAS MODUL
Sekolah : SMK ……………………………..
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Kelas : X ( Sepuluh )
Alokasi Waktu : … x 45 Menit
Jumlah Pertemuan : … x 6 JP

2. ELEMEN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH)

3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E peserta didik mampu merapikan area kerja, menyiapkan dan
mengecek peralatan kerja, menerapkan perilaku kerja aman di area kerja,
mengidentifikasi bahaya dan pengendalian resiko, menerapkan praktik-praktik
kesehatan diri dan keselamatan kerja, memahami upaya perlindungan kerja dengan
baik, sehingga selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaannya di tempat kerja serta menerapkan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin).

4. DIMENSI PROFIL PELAJAR PANCASILA


Ü Dimensi 1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia.
Ü Dimensi 2. Berkebinekaan Global
Ü Dimensi 3. Mandiri
Ü Dimensi 4. Bergotong Royong
Ü Dimensi 5. Bernalar Kritis
Ü Dimensi 6. Kreatif

5. MATERI PEMBELAJARAN
Materi disajikan dalam bentuk aktivitas pembelajaran (mengamati, menyimak,
membaca, bertanya, mencoba, berlatih, berdiskusi, presentasi, bermain
peran, menulis, atau lainnya) sehingga menghasil proses kognitif,
afektif dan psikomotorik yang membentuk karakter tediri:

28
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
ü Membaca buku dan dokumen, menuliskan hasilnya secara mandiri melalui
proses tatap muka
ü Mengamati K3 dan 5S (dalam berita, jurnal, Tayangan media)
ü Materi disajikan tidak hanya dalam bentuk teks, tetapi juga dalam gambar dan
praktik

6. SARANA /PRASARANA
a. Sarana:
· Digital dan Non digital berupa Buku paket, e-book, portal pembelajaran,
tautan edukasi di internet, surat kabar, majalah, televisi, teks iklan di
ruang publik.
· Video pembelajaran di internet
b. Prasarana
· Perangkat keras (PC, Laptop, LCD, Smartphone, Tablet, Headset)
· Perangkat lunak (Aplikasi pembelajaran: Microsoft Word, Microsoft Excel,
Microsoft Powerpoint, dll)
· Jaringan internet

7. TARGET PESERTA DIDIK


Perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar di Kelas X (Sepuluh )
Program Keahlian Manajemen Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) SMK Bisnis
dan Manajemen.
Siswa reguler/tipikal dengan jumlah siswa : … peserta didik

8. MODA DAN MODEL PEMBELAJARAN


Paduan antara moda pembelajaran tatap muka dengan model pembelajaran
problem based learning

9. KATA KUNCI
ü K3
ü 5S
ü PAJAK
ü KOREKSI FISKAL

28
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
10. ALUR PEMBELAJARAN

Konsep K3

Konsep 5S

PPh untuk UMKM

PPh untuk Badan

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
B KOMPONEN INTI

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. “ Fase E”
b. Rumusan capaian pembelajaran masing-masing elemen pembelajaran adalah
sebagai berikut.
Elemen Capaian Pembelajaran

Keselamatan Pada akhir fase E peserta didik mampu merapikan area kerja,
, kesehatan
kerja dan menyiapkan dan mengecek peralatan kerja, menerapkan perilaku
lingkungan kerja aman di area kerja, mengidentifikasi bahaya dan
hidup (K3LH)
pengendalian resiko, menerapkan praktik-praktik kesehatan diri
dan keselamatan kerja, memahami upaya perlindungan kerja
dengan baik, sehingga selalu dalam keadaan selamat dan sehat
selama melakukan pekerjaannya di tempat kerja serta menerapkan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).

c. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai


ü Menerapkan perilaku kerja sama di area kerja.
ü Mengidentifikasi bahaya dan pengendalian resiko yang mungkin terjadi.
ü Menerapkan praktik-praktik K3 dan budaya kerja 5S
ü Memahami praktik perpajakan di UMKM
ü Memahami praktik perpajakan di perusahaan

2. PEMAHAMAN BERMAKNA

Pada pada bab sebelumnya kita sudah memahami seluruh gambaran


akuntansi dan keuangan Lembaga dari data dan informasi awal hingga
gambaran utuh siklus akuntansi di perusahaan maupun pubik, maka
selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana praktik K3LH di ruang
lingkup akuntansi dan perpajakan serta praktik perpajakan yang akan
muncul di akuntansi serta bagaimana pengaruhnya terhadap akuntansi dan
keuangan Lembaga.

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
3. PERTANYAAN PEMANTIK

1. Apa itu K3 dan 5S ?


2. Apa saja praktik perpajakan yang akan sering ditemui di akuntansi dan
keuangan Lembaga ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita ikuti kegiatan pembelajaran
berikut

4. KEGIATAN PEMBELAJARAN
LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN

PERTEMUAN ke-X … JP x 45 MENIT = … MENIT

PENDAHULUAN ..... MENIT 5


1 guru membuka kegiatan dengan aktivitas rutin seperti salam, dan
menyampaikan bahwa tujuan belajar sesi ini adalah belajar mengenai
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (k3lh) dalam
lingkup akuntansi dan perpajakan
2 Siswa menyiapkan diri (merapikan meja dan tempat duduk), Kelas
dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh salah seorang siswa
3 Guru menyapa siswa dan mengecek keikutsertaan siswa dengan
melakukan absensi seluruh siswa
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaat, dan teknik
penilaian yang digunakan
5 Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik memahami
pentingnya memahami keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
hidup (k3lh) dalam lingkup akuntansi dan perpajakan dengan
melakukan apersepsi melalui tanya jawab
INTI ..... MENIT
1 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok
2 Guru menyajikan beberapa masalah yang sesuai dengan keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan hidup (k3lh) dalam lingkup akuntansi
dan perpajakan. Bentuknya bisa berupa informasi deskripsi keadaan
tempat kerja bentuk deskripsi atau gambar.

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
3 Guru meminta siswa melakukan identifikasi terhadap fenomena yang
ditampilkan guru untuk menmukan masalah dari fenomena yang
ditampilkan
4 Peserta didik melakukan klarifikasi terhadap masalah yang ditemukan
5 Peserta didik mengidentifikasi masalah dan melakukan brainstorming
dengan fasilitasi guru
6 Peserta didik mendapatkan deskripsi dari masalah, apa saja yang perlu
dipelajari untuk menyelesaikan masalah, deskripsi konsep yang sudah
dan belum diketahui, menemukan penyebab masalah, dan menyusun
rencana untuk menyelesaikan masalah.
7 Peserta didik melakukan kegiatan pengumpulan data dan informasi
terkait dengan penyelesaian masalah, perpustakaan, web, dan
berbagai sumber data yang lain serta melakukan observasi
8 Peserta didik kembali melakukan brainstorming, klarifikasi informasi,
konsep dan data terkait dengan permasalahan yang ada dan
menemukan solusinya, melakukan peer learning dan bekerjasama
(working together)
9 Peserta didik merumuskan dan menetapkan solusi (pemec ahan
masalah) serta Menyusun laporan hasil diskusi penyelesaian masalah
10 Peserta didik bergantian mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas
11 Guru memberikan evaluasi dalam bentuk kesimpulan singkat atas
materi keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (k3lh)
dalam lingkup akuntansi dan perpajakan
PENUTUP ..... MENIT
1 Refleksi belajar: guru meminta murid untuk mengisi lembar
pengenalan diri
2 guru membimbing peserta didik dalam merangkum materi yang telah
dipelajari dengan mengacu pada indikator pencapaian kompetensi.
3 Pengayaan: tugas menulis narasi singkat tentang keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan hidup (k3lh) dalam lingkup akuntansi
dan perpajakan

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
5. PENILAIAN PEMBELAJARAN (ASSESMENT)
TERTULIS KETERAMPILAN SIKAP
Menggunakan ujian Melakukan Disiplin (Dapat
tertulis yang sudah penilaian dilihat dari
disiapkan guru keterampilan timestamp saat
melalui praktik mulai mengerjakan)
menggukan lembar Kerja keras dan
kerja berbasis Tanggung Jawab
spreadsheet yang (Dapat dilihat dari
sudah disediakan kelengkapan dalam
dengan naskah mengerjakan soal
kerja yang ada di
lampiran

a. Asesmen Formatif
Menilai lembar kerja peserta didik (berbasis spreadsheet) dan observasi saat
pelaksanaan praktik untuk menilai pemahaman keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan hidup (k3lh) dalam lingkup akuntansi dan perpajakan dengan
panduan lampiran lembar kerja praktik.
b. Asesmen Sumatif
Menilai lembar kerja peserta didik yang berisi pertanyaan esai untuk menilai
pemahaman keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (k3lh) dalam
lingkup akuntansi dan perpajakan yang berada di lampiran.

6. PENGAYAAN
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik
yang telah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM. diberikan segera
setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil penilaian
harian. biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali sebagaimana
pembelajaran remidial.
No. Langkah – Langkah Kegiatan Target Hasil
Diskusikanlah dengan kelompokmu tentang Ada kelompok dengan
1
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan nama masing -masing

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
No. Langkah – Langkah Kegiatan Target Hasil
hidup (k3lh) dalam lingkup akuntansi dan
perpajakan {Minimal 1000 kata }
Hasil pengamatan dan diskusi ,buatlah power
pointnya atau lengkapilah dengan ilustrasi berupa
3
gambar, video, skema, atau bagan yang sesuai
Ada hasil kerja
serta dilakukan secara berkelompok
Untuk sumber informasi Gunakan internet,
2
perpustakaan, atau buku sumber lain yang relevan
Presentasikan hasilnya kepada kelompok lain Ada laporan individu
3
untuk dibandingkan dan saling melengkapi. dan laporan kelompok
Mintalah kelompok yang lain untuk Ada tanggapan dari
menanggapinya! Tanggapan dari teman jadikan masing – masing
4
masukan untuk memperbaiki laporan tugas kalian kelompok

7. REMEDIAL
Bagi peserta didik setelah melakukan tes tertulis pada akhir pembelajaran yang
belum memenuhi Ketuntasan Belajar Minimal (KBM), maka akan diberikan
pembelajaran tambahan (Remidial Teaching). Kemudian diberikan tes tertulis pada
akhir pembelajaran lagi dengan ketentuan:
ü Soal yang diberikan berbeda dengan soal sebelumnya namun setara.
ü Nilai akhir yang akan diambil adalah nilai hasil tes terakhir.
ü Peserta didik yang sudah tuntas (≥KBM) dipersilakan untuk ikut bagi yang
berminat untuk memperbaiki nilai

8. REFLEKSI
a. Refleksi Guru
Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dalam
bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk siswa dan mengekspresikan
kesan konstruktif, pesan, harapan dan kritik terhadap pembelajaran
yang diterima, Guru dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa,dengan
minta pendapat tentang cara mengajar, suasana
pembelajaran,pemahaman

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
pembelajaran.ataupun meminta kritik dan saran kepada siswa terhadap
pembelajaran dan dirinya.hal ini dapat dilakukan menjelang pembelajaran
berakhir sehingga tidak menggangu pembelajaran

1. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang saya akukan dapat mengarahkan


dan mempersiapkan siswa mengikuti pelajaran dengan baik?
.............................................................................................
.............................................................................................
.................................................................
2. Bagaimana tanggapa siswa terhadapt materi atau bahan ajar yang saya
sajikan sesuai yang diharapkan? (apakah materi terlalu tinggi,terlalu
rendah, atau sesuai dengan kemampuan awal siswa) ?
.............................................................................................
.............................................................................................
.................................................................
3. Bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan ?
apakah media sesuai dan mempermudah siswa menguasai kompetensi atau
materi yang diajarkan ?
.............................................................................................
.............................................................................................
.................................................................
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar yang telah saya
rancang ?
.............................................................................................
.............................................................................................
.................................................................
5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode atau teknik pembelajaran
yang saya gunakan?

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
.............................................................................................
.............................................................................................
.................................................................
b. Refleksi Siswa
Agar pembelajaran semakin menyenangkan dan bermakna untuk kalian, yuk
sejenak berefleksi tentang aktivitas pembelajaran kali ini.
Isilah penilaian diri ini dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya sesuai
dengan perasaan kalian ketika mengerjakan suplemen bahan materi ini!
Bubuhkanlah tanda centang (√) pada salah satu gambar yang dapat mewakili
perasaan kalian setelah mempelajari materi ini!

1. Apa yang sudah kalian pelajari?


............................................................................................
............................................................................................
.......................................
2. Apa yang kalian kuasai dari materi ini?
............................................................................................
............................................................................................
.......................................
3. Bagian apa yang belum kalian kuasai?
............................................................................................
............................................................................................
.......................................
4. Apa upaya kalian untuk menguasai yang belum kalian kuasai?
Coba diskusikan dengan teman maupun guru kalian
............................................................................................
............................................................................................
.......................................

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
C LAMPIRAN

LEMBAR KERJA ASESMEN SUMATIF

Untuk memperjalas pemahaman terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan


lingkungan hidup (k3lh) dalam lingkup akuntansi dan perpajakan maka perlu lakukan
terlebih dahulu asesmen mandiri sebagai berikut:
Pilihan Ganda
1. Laptop yang dipakai sehari-hari harus kelihatan bersih dan enak untuk mengunakan
tugas pencatatan akuntansi. Kegiatan membersihkan laptop dari debu agar tidak
mengganggu tuts bila ada disela-sela tust termasuk budaya
a. Seiri
b. Seiton
c. Seiso
d. Seiketsu
e. Shitsuke
2. Agar meja terlihat bersih selaan enak dipandang juga enak untuk beraktifitas.
Membersihkan meja dari sampah meja yang berserakan adalah budaya kerja
a. Seiri
b. Seiton
c. Seiso
d. Seiketsu
e. Shitsuke
3. Bila meletakkan pensil dan penghapus pada kotak alat tulis, agar mudah mengambil
saat diperlukan, adalah budaya kerja
a. Seiri
b. Seiton
c. Seiso
d. Seiketsu
e. Shitsuke
4. Budaya kerja tidak bisa dilaksanakn sendiri melainkan semua anggota satuan kerja.
Dan agar hasilnya tercapai harus dilakukan terus menerus adalah budaya kerja
a. Seiri
b. Seiton

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
c. Seiso
d. Seiketsu
e. Shitsuke
5. P3K perlu disediakan pada setiap usaha agar bila terjadi kecelakaan dapat menjadi
pertolongan pertama. Yang termasuk kecelakaan yang bisa ditangani dengan P3K
berikut ini, kecuali
a. Luka teriris pisau
b. Luka terbentur meja
c. Luka tergores batu
d. Luka tersayat pinggiran kertas
e. Luka tertabrak mobil
6. Agar para karyawan dijamin kesehatannya pada awal masuk kerja akan dilakukan
a. Swab kesehatan
b. Tes kesehatan
c. Penyuntikan
d. Cek up
e. Pengambilan darah
7. Seorang yang bekerja diluar kota agar yang dirumah merasa nyaman ditinggalkan
memilih perusahaan yang memberikan
a. Asuransi kesehatan
b. Jaminan hari tua
c. Jaminan kematian
d. Bonus bayaran
e. Asuransi kecelakaan
8. angguan kecelakan yang tidak sengaja menaruh barang berbahaya tidak pada
tempatnya, termasuk Faktor penyebab kecelakaan dari
a. Lingkungan
b. Pekerja
c. Persiapan tidak maksimal
d. Penempatan barang tidak sesuai
2. Tidak sengaja
9. arena terlambat pekerja melakukan tugas dengan terburu-buru sehingga hasil tidak
maksimal. Kecelakaan penyebabnya dari
a. Lingkungan
b. Pekerja

29
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
c. Persiapan tidak maksimal
d. Penempatan barang tidak sesuai
e. Tidak sengaja
10. Harun bekerja menyelesaikan tugas dengan lembur tetapi mata harun menjadi
minus karena penerangan yang tidak cukup. Hal ini bisa dihindari bila
a. Ada petugas jaga
b. Ada petugas P3K
c. Ada pelaksana 5R
d. Ada pengawas
b. Ada penerangan bantuan
Essai
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan
pegawai yaitu
2. Pengertian Keselamatan Kerja Yang dikutip dari beberapa sumber adalah
3. Usaha-usaha kesehatan yang perlu dilakukan terhadap tempat kerja secara umum
adalah
4. Adapun syarat-syarat lingkungan kerja yang aman adalah
5. Adapun unsur-unsur penunjang keselamatan kerja, yaitu, ….

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
LEMBAR KERJA ASESMEN FORMATIF

1. PERHITUNGAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2 – UMKM


Rumah Komputer pada tahun 2022 memiliki total omzet sebesar Rp1.622.681.500
dengan rincian sebagai berikut :

Januari Rp 120.000.000
Februari Rp 135.100.000
Maret Rp 100.500.000
April Rp 90.501.000
Mei Rp 152.680.000
Juni Rp 201.540.000
Juli Rp 300.000.000
Agustus Rp 105.100.000
September Rp 131.500.000
Oktober Rp 25.010.500
November Rp 180.750.000
Desember Rp 80.000.000
Berdasarkan informasi diatas, lakukan hal berikut :
a. Hitunglah PPh final Pasal 4 ayat 2 untuk tahun 2022 dengan peraturan tahun 2022
dimana untuk omzet komulatif dibawah Rp500.000.000 tidak dikenakan pajak
sebesar 0,5% ! (Sheet PPH FINAL)
b. Isilah Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPh Final Pasal 4 ayat 2 angsuran Masa sesuai
dengan perhitungan dibulan pertama pembayaran pajak ! (SSP 4 (2))
2. PERHITUNGAN PPH PASAL 25/29 - BADAN
RUMAH KOMPUTER
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode yang Berakhir Pada 31 Desember 2022
KETERANGAN NOMINAL

Penjualan :
Penjualan Rp 28.404.050.000
Retur Penjualan Rp (450.000.000)
Diskon Penjualan Rp (128.912.600)
Pendapatan Kirim Rp 3.000.000

Penjualan Bersih Rp27.828.137.400


Harga Pokok Penjualan :

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
KETERANGAN NOMINAL
Harga Pokok Barang Dagangan Rp 22.943.142.000
Biaya Kirim Rp 190.560.000
Potongan Pembelian Rp -
Total Harga Pokok Rp23.133.702.000
Laba (Rugi) Kotor Rp 4.694.435.400
Beban :
Beban Depresiasi Rp 450.000.000
Beban Perawatan dan Perbaikan Rp 525.000.000
Beban Iklan Rp 465.000.000
Beban Gaji Rp 355.325.400
Beban Asuransi Rp 40.000.000
Beban Perlengkapan Rp 376.000.000
Beban Listrik, Air, Telp. &
Rp 90.000.000
Internet
Beban Sewa Rp 400.000.000
Total Beban Rp 2.701.325.400
Pendapatan Bersih dari
Rp 1.993.110.000
Operasinal

Pendapatan Lain-Lain :
Pendapatan Bunga Rp 60.002.000
Pendapatan Denda Rp -
Pendapatan Lain-Lain Rp -

Total Others Revenues Rp 60.002.000


Beban Lain-Lain :
Beban Bunga Bank Rp 250.000.000
Beban Administrasi Bank Rp 50.504.000
Beban Pajak Penghasilan Rp 31.400.000
Beban Denda Rp -
Beban Lain-Lain Rp 100.000.000
Total Beban Lain-Lain Rp 431.904.000
Total Pendapatan (Beban) di
Rp (371.902.000)
Luar Operasional
LABA BERSIH Rp1.621.208.000

INFORMASI KOREKSI FISKAL


a. Dalam gaji dan upah termasuk pakaian seragam bagian marketing dan karyawan
bagian produksi sebesar Rp22.500.000 dan gaji pembantu rumah tangga para direksi
sebesar Rp150.000.000 yang merupakan koreksi positif karena dua hal tersebut

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
tidak termasuk dalam kelompok gaji dan bukan gaji untuk kegiatan operasional
perusahaan.
b. Dalam biaya asuransi terdapat biaya asuransi kebakaran mes karyawan sebesar
Rp4.000.000 yang merupakan koreksi positif karena mes karyawan bukan
merupakan operasional perusahaan.
c. Dalam biaya listrik, termasuk biaya listrik untuk mes karyawan sebesar Rp1.500.000
merupakan koreksi positif karena mes karyawan bukan merupakan operasional
perusahaan.
d. Dalam biaya reparasi, termasuk biaya reparasi kendaraan sedan yang digunakan
oleh manajer pemasaran sebesar Rp40.000.000 merupakan koreksi positif karena
sedan manajer pemasran merupakan sedan pribadi bukan sedan milik perusahaan.
e. Pendapatan bunga merupakan pendapatan yang sudah dibebankan pph final oleh
Bank sehingga harus dihapuskan atau koreksi negative.
INSTRUKSI KERJA
a. LANGKAH PERHITUNGAN
1) Lakukan koreksi fiscal berdasarkan informasi laporan keuangan yang sudah
disediakan dan beri keterangan alasan/dasar atas koreksi fiscal tersebut ! ( Sheet
KF)
2) Hitunglah PPh yang terutang dan PPh yang kurang (lebih) disetor untuk tahun
pajak 2022 beserta angsuran PPh pasal 25 untuk tahun 2023 ! (Sheet PPH 22-29)
dengan informasi kredit pajak sebagai berikut :
· PPh Pasal 22 : Rp104.075.000
· PPh Pasal 25 : Rp245.000.000
b. LANGKAH PENYETORAN
1) Isilah Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPh Pasal 25 angsuran Masa sesuai dengan
perhitungan angsuran PPh Pasal 25 ! (SSP 25)
2) Isilah Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPh Pasal 29 atas kurang bayar pajak tahun
2022! (SSP 29)

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
BAHAN BACAAN GURU DAN SISWA

Judul : KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)


DALAM LINGKUP AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN

1. BUDAYA KERJA 5S/5R

Kecelakaan kecil mudah terjadi karena kita kurang peduli pada lingkungan seperti
terpeleset, tersandung, tersengat listrik adalah kejadian sepele tetapi tidak boleh
disepelekan, karena bisa menjadi hal yang serius bila tidak diperhatikan. Mengapa
sepele karena tidak menganggap penting dan tidak diperhatikan akan berdampak besar,
padahal semua itu bisa dicegah agar aman.
Apa 5S/5R itu?
5S/5R adalah metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara insentif yang
berasal dari Jepang yang digunakan dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi dan
disiplin dilokasi kerja sekaligus meningkatkan kinerja secara menyeluruh.
5S atau kalau di Indonesia singkatan dari 5R adalah
§ SEIRI – RINGKAS, merupakan kegiatan menyikirkan barang-barang yang tidak
diperlukan sehingga yang ada diruang kerja hanya barang-barang yang diperlukan.
§ SEITON – RAPI, merupakan meletakkan segala sesuatu sesuai posisinya sehingga
memudahkan saat diperlukan.
§ SEISO – RESIK, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi
tahap selanjutnya.
§ SEIKETSU – RAWAT, kegiatan membersihkan peralatan dan area kerja sehingga
tetap bersih dan kondisi terjaga
§ SHITSUKE – RAJIN, menjaga kedisiplinan pribadi secara berulang-ulang dalam
menjalankan 5S/5R

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
Penerpan 5S/5R harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutan karena jika tahap
pertama tidak dilakukan maka tahap berikutnya tidak dapat dijalankan. Mengapa
5S/5R perlu dilakukan untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi?
Jawabannya karena akan menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, rapi, aman,
nyaman, dan menyenangkan. Selain itu penerapan 5S/5R dapat membentuk personil
yang disiplin, sikap kerja positif, peka dan kreatif, sehingga biaya dapat ditekan dan
waktu dapat dipersingkat. Pada akhirnya peneraan 5R/5S dengan baik akan
memberikan citra yang positif bagi perusahaan.
Tahapan Penerapan budaya 5S/5R adalah sebagai berikut:
3. Persiapan
o Komitmen dari Pimpinan, karena tanpa komitmen akan sulit diterapkan.
o Pembentukan Struktur Organisasi pelaksanaan 5S/5R yang melibatkan Pejabat
dan karyawan. Struktur harus disusun lengkap dengan pembagian tugas
o Sosialisasi kepada seluruh karyawan agar mendukung kegiatan 5S/5R seba gai
sarana pemberian informasi
4. Penerapan
o Pelatihan 5S/5R agar memahami tugas, tujuan dan kegiatan- kegiatannya.
o Promosi agar diterima karyawan sebagai media informasi yang berkunjung ke
tempat kerja, sehingga mendapat citra positif dari pengunjung. Promosi dibuat
dengan berbagai media: leaflet, poster, banner, logo, slogan dll dan dibuat
lomba-lomba antar bagian.
5. Evaluasi
Setelah R1.2.3 (Ringkas, Rapi, Resik) dapat diimplementasika R4 (Rawat) dengan
menyusun standar perawatan. Evaluasi dapat dilakukan setel ah dengan
membandingkan sebelum dan sesudah pelaksanaan, dengan menetapkan indikator
keberhasilan.
6. Pembudayaan
Rajin (R-5) dapat diwujudkan apabila 5R sudah menjadi budaya dan dievaluasi
secara berkelanjutan.
2. PRAKTEK BUDAYA KERJA 5S/5R PADA TEHNISI AKUNTANSI
Budaya kerja pada Tehnisi Akuntansi atau setara lulusan SMK yang mayoritas bekerja
dimeja mereka bekerja di perkantoran atau indoor, praktek budaya kerjanya perlu
memperhatikan hal sebagai berikut:

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
§ Awali pekerjaan dengan membersihkan ruangan dan meja kerja. Sediakan sapu,
sulak (Kemoceng) untuk membersihkan, sampah untuk menampung sampah meja.
Ruangan yang rapi akan membawa aura kerja lebih bersemangat dan nyaman
dilihat.
§ Jangan lupa berdoa untuk memulai pekerjaan agar selamat dalam menjalankan
tugas.
§ Buat daftar Inventaris kantor agar barang-barang yang ada terdata.
§ Sediakan folder khusus untuk menyimpan bukti transaksi, beri kode pada tiap -tiap
bukti transaksi agar memudahkan mencari. Jangan meletakkan folder diatas almari
untuk menghindari kecelakaan kerja (pegawai kemungkinan tertimpa folder).
§ Cek AC, kalkulator, alat hitung uang dan tempat menyimpan uang apakah bisa
dipakai dengan baik agar pekerjaan lancar.
§ Lakukan perawatan pada alat-alat kantor 1 bulan sekali, dan
· bila ada kerusakan agar segera tertangani agar kerusakan tidak melebar. Bila
kerusakan parah minta ganti karena menghambat pekerjaan.
§ Kembalikan segera penggunaan alat-alat kantor ke tempat semula, agar tidak
hilang dikarenakan penempatan yang tidak teratur.
§ Jangan Meninggalkan ruangan dengan laci meja atau felling cabinet dalam kondisi
terbuka, kecerobohan yang terjadi karena kurang hati- hati berakibat fatal.
§ Matikan alat alat kerja yang menggunakan tenaga listrik sebelum meninggalkan
ruangan. Selain hemat listrik juga waspada kemungkinan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.
§ Jangan lupa berdoa dan bersukur atas diselesaikannya tugas hari ini.
§ Lakukan semua berulang-ulang untuk kedisiplinan pribadi

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA UMUM
a. Prosedur K3
Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah upaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial pada
tingkat tertinggi untuk semua jenis pekerjaan, mencegah masalah kesehatan akibat
pekerjaan, dan melindungi pekerja dari risiko kerja.K3 berperan untuk menjamin
setiap tenaga kerja mendapat perlindungan kesehatan dan keselamatan selama
bekerja, menjamin setiap sumber produksi layak dan aman digunakan sehingga
mengurangi resiko kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
1) Fungsi K3
Konsep K3 dirancang untuk memberikan jaminan agar aktivitas kerja di
perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, K3 memiliki
banyak fungsi, baik bagi perusahaan maupun karyawan, yaitu:
· Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
· Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
· Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para
pekerja di lingkungan kerja.
· Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan, dan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung kerja;
· Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan
program pengendalian bahaya.
· Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan program
pengendalian bahaya.
· Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan dan
tindakan darurat lainnya.
2) Tujuan K3
Secara umum, adanya kewajiban menyelenggarakan K3 di dalam sebuah
perusahaan bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat aktivitas di tempat kerja serta melindungi semua sumber produksi agar
dapat digunakan secara efektif.Di samping itu, pelaksanaan K3 juga memiliki
beberapa tujuan khusus seperti poin-poin di bawah ini;
· Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
· Mencegah timbulnya beragam penyakit akibat kerja, baik itu dalam bentuk
fisik, psikis, infeksi, keracunan atatu penularan.
· Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan perlindungan terhadap para
pekerja baik selama ataupun setelah masa kerja.
· Membantu para pekerja agar optimal dalam bekerja.
· Menciptakan sistem kerja yang aman.
· Memastikan bahwa kondisi alat kerja aman, nyaman dan layak untuk
digunakan.
· Mencegah kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja.
· Melakukan pengendalianterhadap resiko-resiko yang ada di
lingkungan kerja.
· Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban lingkungan kerja dan
lingkungan disekitarnya.

3) Prosedur K3
Berdasarkan pengertiannya, prosedur K3 adalah rangkaian proses yang
dijalankan dalam sebuah pekerjaan dimulai dengan penilaian mengenai risiko
terkait pekerjaan tersebut. Penilaian risiko berguna untuk menjamin
keselamtan dan kesehatan seluruh karyawan selama mereka sedang
menyelesaikan tugas di dalam ruang lingkup pekerjaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur K3 antara lain adalah
pertimbangan tentang adanya risiko baik cidera maupun sakit yang disebabkan
oleh pekerjaan tersebut. Selain risiko sumber daya manusia, risiko kerusakan
alat maupun lingkungan sekitar juga termasuk ke dalam cakupan prosedur K3.
Contoh Prosedur K3 Sederhana
· Mengikuti apel dan mengisi absensi.

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
· Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD) dan
penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.
· Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat -alat
yang akan digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat mengakibatkan
kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
· Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3 dan
pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
· Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan
dalam bekerja.
· Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme
kerja untuk menghindari kecerobohan pekerja.
· Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
b. Kesehatan kerja
Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Yang disebut sebagai individu yang sehat
adalah bebas dari penyakit, cedera, serta masalah mental dan emosi yang bisa
mengganggu aktivitas manusia normal secara umum. Sedangkan kesehatan kerja
(occupational health) atau sering disebut kesehatan industri yaitu berkaitan dengan
kinerja dalam usaha, penyakit-penyakit dalam pekerjaan (accupational deseances),
upaya untuk menjaga kesehatan pekerjaan dan mencegah pencemaran di sekitar
tempat kerjanya
b) Pemantauan Kesehatan Kerja
Pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
· Mengurangi timbulnya penyakit.
Pada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi
timbulnya penyakit karena hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik
dengan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sering kabur.
Padahal, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih
merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja.
· Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja.
Mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan
terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan
menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. Catatan ini

30
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
juga harus mencantumkan informasi tentang penyakitpenyakit yang dapat
ditimbulkan dan jarak yang aman dan pengaruh berbahaya bahan -bahan
tersebut.
· Memantau kontak langsung.
Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakitpenyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan membebaskan tempat kerja
dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu pendekatan alternatifnya adalah
dengan memantau dan membatasi kontak langsung terhadap zat -zat
berbahaya.
· Penyaringan genetik.
Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit-
penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan
menggunakan uji genetik untuk menyaring individu -individu yang rentan
terhadap penyakit-penyakit tertentu, perusahaan dapat mengurangi
kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalah -masalah
yang terkait dengan hal itu. Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau
penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang
terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang
disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung
dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya.
Masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak.
Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu, hingga
penyakit yang serius yang berkaitan dengan pekerjaannya. Dalam jangka
panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan kanker
kelenjar tiroid, hati, paru- paru, otak dan ginjal; penyakit paru-paru putih,
cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; emphysema dan lymphoma; anemia
plastik dan kerusakan sistem saraf pusat; dan kelainankelainan reproduksi
(misal kemandulan, kerusakan genetic, keguguran dan cacat pada waktu
lahir)
c) Dasar Hukum dan Lingkup Kesehatan Kerja
Pada tanggal 26 Desember 2019, pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi
terbaru tentang kesehatan kerja. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 88 Tahun 2019.PP ini terbit dengan beberapa alasan
yang salah satunya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 164 ayat (5) Undang -

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam PP ini menjelaskan
bahwa perusahaan wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
c. Keselamatan kerja
Keselamatan Kerja Terdiri dari beberapa Pengertian Keselamatan Kerja menurut
ahli yang berbeda-beda. Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety ’
dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa
celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan
sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari faktor- faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko
terjadinya kecelakaan
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.
a) Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
· Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional
· Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
· Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien
b) Fungsi dari Keselamatan Kerja
Fungsi dari keselamatan kerja yaitu
· Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan
di tempat kerja
· Memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan praktek
kerja termasuk desain tempat kerja
· Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan
APD
· Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja
· Terlibat dalam proses rehabilitasi
· Mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
· Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi praktek yang berbahaya
· Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
· Menerapkan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
· Mengukur dan memeriksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan
program pengendalian bahaya.
c) Standar Keselamatan Kerja
Dalam penggolongan pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
· Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala,
dan telinga.
· Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang
mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri
· Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.
· Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistim alarm, air hidrant,
penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik, dan sebagainya
d) Alat Pelindung Diri
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya
ditempat kerja.Jenis-jenis APD menurut bagian tubuh yang dilindungi antara
lain:
Kepala : Topi pengaman (safety helmet), topi/tudung, pengikat rambut.
Mata : Kacamata
Muka : perisai muka Tangan dan jari-jari : sarung tangan. Kaki : sepatu.
Alat pernapasan : respirator, masker
Telinga : sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff). Tubuh : pakaian
kerja dari berbagai bahan.

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
d. Kecelakaan kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang
mengganggu aktivitas pekerja pada saat bekerja sehingga menimbulkan kerugian
bagi pekerja maupun perusahaan.
b) Klasifikasi kecelakaan kerja
Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan akibat kerja ini
diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni :
§ Klasifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan (orang jatuh,
tertimpa, terbentur, terjepit, terkena radiasi, tersengat arus listrik, dan
lain-lain)
§ Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda (mesin, alat angkat dan sarana
angkutan, perancah dan lain-lain)
§ Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka (retak, dislokasi,
terkilir, gegar otak, luka dalam, sesak nafas, dan lainlain)
§ Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka (kepala, leher, badan
tangan, tungkai, dan lain-lain).
c) Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan
· Diterapkan sistem manajemen kesehatan kerja
· Identifikasi potensi bahaya dan pengukuran risiko kecelakaan kerja yaitu
dengan memberi petunjuk sumber pencemaran, factor bahaya kecelakaan
kerja baik fisik, mental dan emosional yang menyebabkan kerusakan
lingkungan kerja dan kecelakaan yang terjadi
· Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja
e. Keamanan kerja
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja, dan nomos artinya
peraturan atau hukum. Sehingga secara harfiah ergonomi diartikan sebagai
peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan
kerja. yaitu pemilihan peralatan yang
disesuaikan dengan jenis pekerjaan dengan pekerja atau pegawai
Dalam dunia kerja ergonomi memiliki peran yang besar dan semua bidang pekerjaan
memerlukan ergonomi. Ergonomi yang diterapkan di dunia kerja membuat pekerja
merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan
beberapa tujuan yang akan dicapai dengan menerapkan ergonomi, antara lain:

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
· Kesejahteraan fisik dan mental ditingkatkan dengan mencegah cedera dan
penyakit terkait pekerjaan, mengurangi beban kerja fisik dan mental, mencari
promosi dan kepuasan kerja.
· Peningkatan kesejahteraan sosial dengan meningkatkan kualitas kontak sosial
dan koordinasi kerja yang baik, untuk meningkatkan jaminan sosial baik pada
masa usia produktif maupun setelah tidak produktif.
· Terciptanya keseimbangan rasional aspek teknis, ekonomi, dan antropologis dari
setiap sistem kerja yang dilaksanakan sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi
Beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain
· Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran
dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat- alat penunjuk, cara-cara
harus melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).
· Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar
punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih
sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.
· Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam
hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
· Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
· Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.
· Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan
gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa
sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah
papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran -
getaran kuat pada kaki dan lengan.
· Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat
dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum
telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg. Cara mengangkat dan menolak
hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada
pinggul yang mendukungnya.
· Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien
dan kualitas kerja sangat menurun.
4. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PERKANTORAN
Lulusan Akuntansi SMK bekerja pada lingkungan perkantoran bukan tenaga kerja
lapangan, seperti kasir, Teller, Customer Service, Admin Gudang adalah pekerjaan yang
diruangan. Bukan berarti mereka tidak membutuhkan perhatian pada faktor kesehatan
dan keselamatan kerjanya. Walaupun kemungkinan resiko kesehatan dan keselamatan
kerjanya lebih kecil dari pada yang bekerja dilapangan, apabila tidak mendapat
penanganan maka akan berdampak pada kinerja karyawan. Karena karyawan kantoran
bekerja membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan kadang juga lembur, tentunya
kesehatan terganggu walapun kecil bila terus menerus akan berpengaruh pada jangka
pajang.
Ada 2 macam factor penyebab kecelakaan yang bisa terjadi di perkantoran yaitu:
§ Faktor yang berhubungan dengan bangunan
§ Faktor yang berhubungan dengan alat perkantoran
Mari kita bahas satu persatu yang berikut ini:
a. Faktor yang berhubungan dengan bangunan

· Lantai yang licin, retak, miring, cekungan, berundak bisa menyebabkan


cedera karyawan, teruatama mereka yang menggunakan sepatu hak tinggi.
· Kelembaban ruangan menyebabkan Gedung mudah berjamur, juga
berpengaruh pada penyimpanan arsip, kertas menjadi mudah hancur.
· Bangunan yang tidak terawatt, atap jebol mengganggu pekerjaan
b. Faktor yang berhubungan dengan alat yang digunakan

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
§ Penempatan filing cabinet yang berat diletakkan paling bawah
§ Penempatan perabot kantor tidak mengganggu dalam beraktivitas
§ Sedapat mungkin ruangan bebas dari benda-benda tajam seperti penempatan
siku almari, filing kabinet agar tidak menimbulkan cedera
c. Prosedur aman bekerja di kantor
§ Tangga tidak boleh untuk menyimpan tumpukan barang, beraktivitas ditangga
yang dapat mengganggu lalu lalang orang yang akan naik turun tangga.
§ Yang menggunakan lorong dan tangga diatur wajib berjalan disebelah kiri
meminimalisir berpapasan yang menyebabkan saling tertabrak.
§ Karyawan yang membawa barang berat supaya menggunakan troli dan
berjalan pada lift barang.
§ Lantai retak segera diperbaiki mencegah tersandung. Penggunaan cairan yang
tercecer segera dibersihkan agar tidak mengganggu orang berjalan terpeleset.
§ Tidak berlarian di area kantor yang menimbulkan suara gaduh.
§ Hindari menyimpan alat-alat kantor seperti: gunting, pensil yang runcing,
pisau dengan posisi menghadap pengguna yang menyebabkan cedera tangan.
d. Pengelolaan kebakaran Gedung
Pada perkantoran sangat dekat dengan barang-barang elektrik seperti komputer
dan aliran listrik sehingga harus waspada terhadap konsleting listrik yang dapat
berakibat kebakaran.

Berikut pengelolaan kebakaran gedung dan yang perlu ada:


§ Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
§ Alat Pemadam Api Berat (APAB)
§ Sistem alarm kebakaran
§ Hydrant halaman
§ Sistem sprinkler otomatis

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
§ Sistem pengendalian asap
Penempatan Alat Pemadam Api Ringan dengan memperhatikan:
§ Mudah terlihat, dijangkau tidak diikat, dikunci dan digembok.
§ Mudah terlihat, dijangkau dan mudah diambil (tidak diikat, dikunci atau
digembok)
§ Berjarak maksimal 15meter dan tinggi maksimal 125 cm
§ Media penempatan ukuran disesuaikan dengan klasifikasi bahan api
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
Dunia kerja bila tidak memiliki pelayanan kesehatan yang memadai setidaknya tersedia
P3K untuk penanganan darurat, sebagai pertolongan pertama menyelamatkan korban
saat terjadi kecelakaan.
a. Tujuan P3K
§ Perawatan awal korban
§ Penyelamatan dini nyawa korban
§ Mempertahankan daya tahan korban
§ Meringankan penderitaan korban
§ Mencari pertolongan lanjutan

b. Pengetahuan Awal
§ Tenang: menangani orang kecelakan tidak boleh panik karena membuat
penolong tidak bisa berfikir jernih, sehingga tindakan pertolongan tidak segera
tertangani. Perlu focus pada penanganan korban.
§ Singkirkan korban ketempat yang lebih aman
Jauhkan korban dari tempat kecelakaan untuk mencegah terulang kembali.
§ Cek pernapasan
Bila terjadi penderita mengalami pernafasan berhenti, segera beri pernafasan
bantuan.
· Bila terjadi penderita muntah dengan keadaan setengah sadar, posisikan korban
terlentang dengan kepala yang lebih rendah. Jangan sampai tersumbat kotoran.
Jangan terlalu cepat mengusung korban

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
· Segera bawa ke pusat kesehatan
Pertolongan pertama sudah dilakukan selanjutnya dibawa ke pusat kesehatan
terdekat
c. Penempatan Ruang P3K
· Tidak jauh dari tempat kerja, usahakan ada kamar mandi
· Luas menampung satu kamar tidur
· Bersih, terang, ada ventilasi, pintu lebar cukup untuk memindah korban
· Ada tanda ruang P3K
d. Kotak P3K

6. PAJAK UNTUK UMKM (PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2)


a. Pengertian
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final
adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi
atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya
bersifat final.
b. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No.
7 tentang Pajak Penghasilan

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
2) PP Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor
71 Tahun 2008;
3) PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5 Tahun
2002;
4) PP Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40 Tahun
2009;
5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002 tentang Perubahan
Kepmenkeu No. 394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan
Pemotongan Pph atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tata Ca ra
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi.
7) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang Tata Cara
Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Dari Pengalihan Hak atas Tanah Dan/ atau Bangunan, dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli atas Tanah Dan/ atau Bangunan Beserta Perubahannya.
8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan dan/atau
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah
c. Objek Pajak
2) sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen ,
kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan termasuk
bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri
3) penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi
penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati
4) perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta
perubahannya
5) penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)
6) penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)
d. Tarif
1) Sewa Tanah/ Bangunan
· 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)

31
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
2) Pengalihan Tanah/ Bangunan
· 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan)
· 0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
3) Kontraktor Pelaksana
· 2% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
kecil
· 3% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
menengah/besar
· 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi
usaha
4) Kontraktor Perencana/Pengawas
· 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
· 6% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi
usaha.
e. Pengecualian PPh Pasal 4 ayat 2
· Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019, Instansi
Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi:
1) pembayaran atau pengakuan utang persewaan tanah dan/atau bangunan
kepada penyedia jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya;
2) sebagian atau seluruh pembayaran pengalihan hak atas tanah dan j atau
bangunan antara lain kepada:
a) orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak
Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah danjatau bangunan
dengan jumlah bruto pengalihan kurang da ri Rp60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b) orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa
bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah,
bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah
dan/ atau bangunan; atau
c) orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan.
· Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4
ayat (2) adalah :

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
1) Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000 dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2) Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus
3) Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat.
Lalu, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Yang
mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah
tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
4) Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara
hibah kepada badan keagamaan. Lalu badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
dan kecil. Di mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang
hibah tersebut tidak ada hubunga n dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
5) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
6) Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan
PPh dalam pasal 4 ayat (2) ini adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak termasuk
subjek pajak
f. Kode Akun Pajak
Untuk jenis pajak PPh Final kode akun pajaknya 411128
Kode Jenis
Jenis Setoran Keterangan
Setoran
Untuk pembayaran PPh Final
PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Pasal 4 ayat (2) atas
403 atas Persewaan Tanah
Persewaan Tanah dan/atau
dan/atau Bangunan
Bangunan

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
Untuk pembayaran PPh Final
PPh Final Pasal 4 ayat (2)
405 Pasal 4 ayat (2) atas Hadiah
atas Hadiah Undian
Undian
Untuk pembayaran PPh Final
PPh Final Pasal 4 ayat (2)
409 Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa
atas Jasa Konstruksi
Konstruksi

PPH PASAL 4 AYAT 2 UNTUK UMKM TAHUN 2022


Pada bulan Oktober 2021 lalu, Pemerintah telah mengesahkan undang-undang baru
terkait perpajakan yaitu Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Salah satu kebijakan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan tersebut
menyebutkan adanya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi WP OP UMKM.
Kebijakan ini berlaku per tahun pajak 2022, PTKP ini tidak hanya untuk wajib pajak
Orang Pribadi saja, tapi WP OP UMKM juga ada PTKPnya yaitu sebesar Rp 500 juta dalam
satu tahun. Artinya, penghasilan UMKM OP dengan penghasilan kurang dari atau sama
dengan Rp500 juta setahun tidak perlu membayar PPh final sebesar 0,5%.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, penghasilan
dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki
peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dal am jangka
waktu tertentu. Penghasilan bruto tertentu yaitu penghasilan dengan peredaran bruto
tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam satu tahun pajak.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008, ketentuan tersebut tidak


menjelaskan adanya batasan PTKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM. Sehingga,
peredaran bruto yang diperoleh WP OP UMKM akan dikenakan tarif PPh Final UMKM
sebesar 0,5% setiap bulannya dengan jangka waktu paling lama 7 tahun karena tarif
tersebut tidak dapat digunakan selamanya.
Per Tahun 2022, UU HPP terkait Pajak Penghasilan sudah mulai diberlakukan. Sehingga
perhitungan PPh Final UMKM bagi WP OP sudah dapat dikurangin dengan PTKP. Pelaku
UMKM harus mengetahui apabila omzetnya telah melebihi Rp 500 juta dalam satu tahun,
baru akan dikenakan tarif PPh Final UMKM. Apabila omzet dalam satu tahun kurang dari
Rp 500 juta, maka dalam UU HPP tersebut, omzet tersebut tidak dikenakan PPh Final
UMKM. Berikut merupakan contoh perhitungan PPh Final UMKM dalam UU HPP:

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
Dapat disimpulkan, pada bulan Januari sampai bulan Mei, omzet kumulatif toko
kelontong Tuan A sebesar Rp 500 juta, sehingga pada bulan Januari sampai bulan Mei,
Tuan A tidak dikenakan PPh Final UMKM. Tuan A akan dikenakan PPh Final UMKM setelah
omzet kumulatif yang diperoleh melebihi Rp 500 juta, yaitu pada bulan Juni hingga
bulan Desember. Omzet tersebut akan dikenakan tarif PPh Final UMKM sebesar 0,5%
dari omzet setiap bulannya. Maka, total PPh Final UMKM yang dibayarkan oleh Tuan A
selama tahun 2022 semenjak diberlakukannya UU HPP yaitu sebesar Rp 3,5 juta. Dimana
sebelum diberlakukannya UU HPP, PPh Final UMKM yang dibayarkan Tuan A sebesar Rp
6 juta karena belum ada pengurangan PTKP bagi WP OP UMKM
7. PAJAK UNTUK PERUSAHAAN/BADAN (PPH PASAL 25/29)
a. Pengertian
PPh 25/29 merupakan satu jenis pajak yang sama yaitu pajak yang dikenakan atas
penghasilan atau imbalan yang didapatkan oleh Orang Pribadi maupun Badan dalam
satu tahun pajak. Dalam hal ini, yang menjadi objek pajak yaitu penghasilan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan (UU PPh), penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
1) PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah angsuran pajak yang dibayarkan setiap
bulan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan yang bertujuan untuk
meringankan beban wajib pajak ketika terjadi kurang bayar pada laporan SPT

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
Tahunan, sehingga wajib pajak tidak harus membayarkan nilai kurang bayar
sekaligus dalam jumlah banyak.
Angka yang menjadi dasar pembayaran PPh Pasal 25 adalah PPh Terutang setelah
dikurangi kredit pajak dan kemudian dibagi selama 12 bulan.
AngsuranPPhPasal 25 ={PPhTerutang– (KreditPajak(selainPPh25)}:12
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya angsuran pajak dalam
tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap
bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi
dengan:
a) Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22 dan Pasal 23 yang dipotong (kredit pajak
dalam negeri)
b) Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan (kredit pajak luar negeri PPh Pasal 24)
2) PPh Pasal 29
PPh 29 atau disebut juga pajak yang terutang kurang dibayar, merupakan pajak
yang dikenakan atas penghasilan yang didapatkan dalam satu tahun pajak yang
kemudian dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh). PPh 29 dapat
terjadi jika pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar
daripada kredit pajak. Kemudian PPh 29 atau pajak yang terutang kurang
dibayar, harus dilunasi sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan. Ketentuan PPh
29 mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak yang
terutang menurut ketentuan Undang-Undang perpajakan yang berlaku.
Kekurangan pajak tersebut atau PPh 29 wajib dilunasi paling lambat 3 bulan
setelah berakhirnya tahun pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi atau 4 bulan
setelah berakhirnya tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan.
b. Perbedaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29
a) Cara Pembayaran
Sebagaimana diketahui bahwa PPh 25/29 keduanya sama-sama merupakan pajak
yang terutang dari penghasilan Wajib Pajak baik itu Orang Pribadi maupun
Badan, yang didapatkan selama satu tahun pajak. Di mana PPh 29 merupakan
pajak yang kurang dibayar pada perhitungan SPT Tahunan dan dibayar hanya
sekali pada saat sebelum melakukan pelaporan SPT Tahunan, sedangkan PPh 25

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
merupakan angsuran yang harus dibayar setiap masa pajak terhadap perkiraan
perhitungan pajak yang terutang untuk tahun pajak selanjutnya.
b) PPh 25 merupakan kredit pajak sedangkan PPh 29 bukan merupakan kredit pajak.
Kredit pajak sifatnya mengurangi PPh yang terutang selama setahun. Pada saat
perhitungan PPh yang terutang selama setahun, sebelum men entukan jumlah
pajak yang harus dibayar sebagaimana tertulis dalam SPT Tahunan Kurang Bayar
atau dengan kata lain PPh 29, maka PPh Tahunan yang terutang selama setahun
tersebut harus dikurangi PPh 25 sebagai kredit pajak. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan, PPh yang terutang selama setahun – PPh 25 = PPh 29.
c) Pelaporan Pajak
PPh 29 yang telah dibayar harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. Sedangkan
setelah melakukan pembayaran PPh 25, Wajib Pajak tidak perlu melakukan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 karena ketika Wajib Pajak tersebut membayar
PPh 25, SPT Masa PPh 25 dianggap telah dilaporkan. Namun Wajib Pajak perlu
menyimpan bukti pembayaran sebagai bukti kredit pajak pada perhitungan PPh
29.
c. Tarif PPh Pasal 25 Tahun 2022
Seperti diketahui, pemerintah dan DPR telah menyepakati Rancangan Undang-
Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (RUU HPP) dan disahkan pada 7 Oktober
2021.
Setelah RUU HPP ini sisahkan menjadi, berikutnya dalam kurun waktu 30 hari setelah
DPR mengesahkan RUU HPP menjadi undang-undang, Presiden Joko Widodo (Jokowi)
akan menandatanganinya dan diundangkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Kemenkum-HAM).
Dalam UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak
2022.
d. Kode Jenis Setoran
Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dilakukan paling lambat tanggal 15 setelah masa
pajak berakhir. Pembayaran bisa dilakukan dengan melakukan input data pada e -
billing di djponline.pajak.go.id. Wajib Pajak mengisi form yang tersedia pada
website tersebut dengan memasukan masa dan tahun pajak PPh 25 terutang.
Kemudian, jangan sampai salah memasukan kode dalam penyetoran pajak yaitu:
1) Wajib Pajak Orang Pribadi: 411125 - 100
2) Wajib Pajak Badan: 411126 - 100
e. Mekanisme Pembayaran Pajak

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
PPh pasal 25 dan PPh 29 sebenarnya serupa, karena keduanya sama -sama PPh
Badan, pajak atas laba perusahaan. Namun keduanya memiliki perbedaan. Di dalam
praktiknya, PPh badan dapat dicicil selama periode pajak tahun berjalan. Cicilan
tersebut bagi wajib pajak badan bertujuan untuk dapat meringankan beban pajak
di akhir tahun. Sedangkan bagi pemerintah, dengan adanya cicilan tersebut akan
mempercepat uang masuk ke kas negara. Nilai PPh badan tahun sebelumnya dapat
dijadikan dasar, kemudian dibagi 12 bulan. Dari situlah dapat ditemukan berapa
nominal besaran rupiah yang harus dicicil setiap bulan.
f. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal dibedakan dalam dua kelompok seperti berikut:
1) Perbedaan Beda Tetap, yakni biaya dan penghasilan yang dapat diakui dalam
perhitungan penjumlahan laba neto akuntansi komersial, namun tidak diakui
dalam perhitungan akuntansi pajak.
Contoh koreksi fiskal Perbedaan Beda Tetap dalam hal biaya:
· Biaya pajak penghasilan
· Biaya sumbangan
· Biaya sanksi perpajakan
Contoh Penghasilan dalam Perbedaan Beda Tetap:
· Sumbangan
· Penghasilan bunga deposito
· Hibah
2) Perbedaan Beda Waktu, yakni biaya dan penghasilan yang diakui oleh akuntansi
komersial atau dapat dikatakan sebaliknya tidak dapat diakui secara sekaligus
oleh akuntansi pajak karena perbedaan metode pengakuan.
Contoh Biaya koreksi fiskal Perbedaan Beda Waktu :
· Biaya sewa
· Biaya penyusutan
Contoh Penghasilan koreksi fiskal Perbedaan Beda Waktu :
· Pendapatan lebih selisih kurs
Dalam sistem perpajakan Indonesia, ada beberapa jenis pajak yang dikenakan
kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP). Diantaranya Pajak Penghasilan (PPh 21), 22,
23, 25 PPh 4 Ayat 2 (final), dan PPh 26. Ada pula Pajak PPN dan Pajak Penghasilan
Atas Barang Mewah (PPnBM). Dalam peraturan perpajakan UU No.36 disebutkan
koreksi fiskal dibagi menjadi dua sebagai berikut :

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
3) Koreksi Fiskal Positif
Koreksi positif umumnya disebabkan oleh biaya-biaya yang tidak diperkenankan
oleh pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU PPh. Biaya-biaya tersebut di
antaranya:
· Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau
orang yang menjadi tanggungannya.
· Dana cadangan.
· Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
· Jumlah yang melebihi kewajaran yang di bayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
· Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
· Pajak penghasilan.
· Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
· Sanksi administrasi.
· Selisih penyusutan atau amortisasi komersial diatas penyusutan/amortisasi
fiskal.
· Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.
· Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal -hal yang telah
disebutkan di atas.
4) Koreksi Fiskal Negatif
Koreksi fiskal negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang atau
pengurangan PPh terutang. Sebab, pendapatan lebih tinggi daripada
pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersial yang lebih kecil daripada biaya-
biaya fiskal.
Penyebab dari munculnya koreksi negatif seperti penghasilan yang dikenakan
PPh final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi termasuk
dalam peredaran usaha (PPh Pasal 4 ayat (2), selisih penyusutan/amortisasi
komersial komersial di bawah penyusutan/amortisasi fiskal, dan penyesuaian
fiskal negatif lain.
Contoh Jenis Koreksi Fiskal Negatif:
· Penghasilan hadiah atau undian.

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A
· Penghasilan transaksi saham
· Penghasilan transaksi pengalihan harta
· Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan
· Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.

32
D A S A R - D A S A R AK U N T A NS I D A N K E U A N G A N L E M B A G A

Anda mungkin juga menyukai