Anda di halaman 1dari 226

@"nAHATLMU

l$lmrallmlts Saltsullan &edung


tseruiltsknfi ffieltdah

PUSTAKAAN
ARSIPAN
AWATIMUR
@"nAHAILMU

Meraroang Bangunan Gedung


Berlinslrat Bendah

Noor Cholis ldham, PhD


MERANCANG BANCUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH
Penulis: Noor Cholis ldham, PhD
t

,t
i " "".'-: {
I
Edisi Pertama _. E:-d j,itr!$f I
Cetakan Pertama, 2013
/u' r' to9Irzft tllzotl.
Hak Cipta @ 2013 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik
perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

GRAHA ILMU
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283
Telp. : 0274-889836;0274-889398
Fax. : 0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id

Idham, Noor Cholis, PhD

MERANCANG BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH/NoCT Cholis ldham, PhD


-Edisi Pertama - Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013
xviii + 220 h)m, 1 Jil. : 26 cm.
ISBN: 918-919-156-994-5

1. Teknik I. Judul
UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua fihak yang telah membantu
terwujudnya buku ini, terutama kepada:
Prof. Dr. lbrahim Numan, sebagai guru atas dorongan dan motivasi yang selalu diberikan kepada
saya untuk dapat mengerjakan dan menerbitkan buku ini.
prof. lr. Muhammad Teguh, MSCE, PhD, selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
(FTSP) Universitas lslam lndonesia (Ull) Yogyakarta yang juga telah memberi kesempatan saya
sebagai dosen Arsitektur untuk menyusun buku ini.

Dr. lng. llya Fajar Maharika, selaku Ketua Program Arsitektur FTSP Ull yang terus memberikan
semangat bagi para dosen untuk terus berkarya.

Penerbit dan distributor Craha llmu atas kesempatan bagi penulis untuk mempublikasikan karya ini.

Penghargaan ini juga saya sampaikan kepada kolega dosen Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil
beserta segenap mahasiswa Ull terutama Jurusan Arsitektur yang banyak memberikan masukan
berharga.

Semoga sumbang saran dan amal mereka menjadi bekal kebaikan untuk semuanya'

Amin.
KATA PENGANTAR

Ada banyak aspek yang harus diwadahi dalam perancangan arsitektur terutama berkaitan
dengan bangunan dengan berbagai macam sistem di dalamnya. Untuk dapat menghasilkan karya
perancangan yang optimal, arsitek harus menggabungkan dan mengkombinasikannya dalam karya
mereka. Untuk itu pemahaman utuh dan menyeluruh tentang bangunan harus menjadi dasar yang
utama. Sayangnya, hampir semua mata kuliah yang berkaitan dengan perancangan arsitektur ini harus
disampaikan secara parsial yang terkadang bahkan saling bertolak belakang; misalnya antara mata
kuliah struktur dan perancangan arsitektur yang seolah tidak sesuai karena penekanan aspek yang
berbeda. Akibatnya, mahasiswa menerimanya secara tidak penuh dan desain yang dihasilkannyapun
banyak yang terkesan parsial.

Buku ini mencoba memberikan dasar-dasar yang menyeluruh berkaitan dengan perancangan
arsitektur khususnya yang berkaitan dengan bangunan bertingkat rendah. Dalam istilah teknis,
permasalahn ini berkaitan dengan perancangan struktur dan konstruksi. Di rumpun ilmu arsitektur,
perancangan struktur dan konstruksi adalah dasar bagi perancangan fisik bangunan yang berkaitan
dengan bentuk dan sistem struktur beserta konstruksinya. Dalam hal ini juga berkaitan dengan sistem
jaringan dalam bangunan karena bersinggungan langsung dengan bentuk dan fasilitas sistem struktur.
viii I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Untuk itulah perancangan struktur dan konstruksi atau selanjutnya kita sebut sebagai perancangan
bangunan gedung dalam arsitektur dilakukan. Hal ini tentu sangat berbeda dengan terminologi
perancangan struktur dalam ilmu teknik sipil, di mana hampir tidak berkaitan dengan bentuk dan
ruang fungsi, tetapi lebih kepada bagaimana elemen bangunan menyangga beban.

Pembahasan dalam buku ini ditujukan untuk optimalisasi perancangan bangunan bagi
mahasiswa arsitektur dan juga teknik sipil, bahkan para profesional di bidang bangunan. Untuk itu
aspek-aspek yang paling berkaitan selalu dibahas dalam setiap bagian dalam bangunan, sehingga
pembaca diharapkan dapat menangkap pertimbangan menyeluruh yang harus dilakukan. Contoh-
contoh dari proyek nyata dan ilustrasi penjelas diberikan dengan jumlah yang cukup banyak dalam
buku ini. Sehingga dengan demikian, hasil optimal dalam perancangan bangunan dapat dicapai.
Namun demikian, segala kritik, saran, dan masukan masih sangat diperlukan demi kesempurnaan
buku ini. Atas perhatian pembaca terhadap buku ini, saya urcapkan terimakasih.

Yogyakarta, Juni 2O12

Penu lis.
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH v

KATA PENGANTAR vtl

DAFTAR ISI ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Pengertian Bangunan Bertingkat 2

1.2 Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah 3

1.3 Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur 4


1.4 Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah 5

BAB 2 MENGETAHUI MACAM STRUKTUR UTAMA 11

2.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan 12

2.2 Macam Struktur Menurut Anatomi Bangunan 16

2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan 27

BAB 3 MEWADAHI FUNGSI DAN RUANG PADA BANGUNAN 31

3.1 Mengidentifikasi Fungsi dan Ruang 32


3.2 Memenuhi PersYaratan Ruang 35

3.3 Mewadahi Organisasi Ruang 36


3.4 Membuat Denah Kasar 38
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

BAB 4 MEMFASITITASI ASPEK.ASPEK UTAMA BANGUNAN 41


4.1 Menentukan Sistem Sirkulasi Bangunan 42
4.2 Menentukan Sistem Pencahayaan Bangunan 50
4.3 Menentukan Sistem Penghawaan 52
4.4 Menentukan Sistem Air Bersih dan Sanitasi Bangunan 54
4.5 Menentukan Sistem Kelistrikan Bangunan 56
4.6 Menentukan Sistem Jaringan Keselamatan Bangunan 57
BAB 5 MERENCANAKAN BANGUNAN BERDASARKAN ASPEK UTAMA 59
5.1 Merencanakan Sistem Struktur Utama 60
5.2 Merencanakan Bentuk Bangunan dan Atapnya 64
5.3 Merencanakan Atap dan Fungsinya 64
5.4 Merencanakan Dimensi Struktur Bangunan 64

BAB 6 MERANCANG DENAH 77


6.1 Menyempurnakan Denah Kasar 7B
6.2 Menggunakan Modul Ruang Fungsi 79
6.3 Menggunakan Grid Struktur 81
6.4 Meletakkan Tangga B6
6.5 Meletakkan Kamar Mandi dan Dapur B7
6.6 Menentukan Posisi dan Konfigurasi Ruang-ruang 88
6.7 Menentukan Dinding dan Bukaannya BB

BAB 7 MERANCANG ATAP 93


7.1 Menyesuaikan Atap dengan Denah 94
7.2 Menentukan Caris Atap 97
7.3 Menentukan Atap Utama dan Kombinasinya 9B
7.4 Menentukan Rangka Atap 100

BAB B MERANCANG BATOK DAN PELAT LANTAI 111


8.1 Menempatkan Balok pada Bangunan 112
8.2 Menentukan Caris-garis Balok 115
8.3 Menentukan Pelat Lantai dan Void 117
8.4 Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain 118
8.5 Menentukan Konstruksi Balok dan Pelat Lantai 119

BAB 9 MERANCANG PONDAS! 123


9.1 Menentukan Jenis Pondasi 124
9.2 Menentukan Titik dan Caris Pondasi 125
9.3 Menentukan Jenis Pondasi Khusus 128
9.4 Menentukan Konstruksi Pondasi 129
Daftar lsi XI

BAB 1O MERANCANC ELEMEN NON STRUKTURAT 133


10.1 Merancang Elemen lnterior 134
10.2 Merancang Elemen Eksterior 143
BAB 11 MERANCANG SANITASI BANGUNAN 153
11.1 Merancang Sistem Air Bersih pada Bangunan 131
'l
1.2 Merancang Sistem Air Kotor dan Kotoran 158

BAB 12 MERANCANC TAMPAK DAN POTONGAN 167


12.1 Memotong Bangunan 168
12.2 Menentukan Caris Potongan pada Denah 173
12.3 Desain Tampak Bangunan 177

BAB 13 MERANCANC BANCUNAN PADA KONDISI KHUSUS 183


1 3.1
Bangunan dengan Kondisi Fungsi Khusus 184
13.2 Bangunan dengan Kondisi Lingkungan Fisik Khusus 193
13.3 Bangunan di daerah Rawan Bencana 199
13.4 Aksesibilitas pada Bangunan 209
DAFTAR BACAAN 2't5
DAFTAR INDEKS 217
DAFTAR GAMBAR

Cambar 1-1 Jenis bangunan berdasarkan ketinggian dan jumlah lantai 2

Cambar 1-2 Li ngkup perancangan arsitektu r 3

Gambar l-3 Lingkup perancangan struktur dalam arsitektur 4


Cambar'l-4 Bagian utama sistem struktur 5

Cambar 1-5 Jenis konstruksi bangunan 7

Cambar 1-6 Macam site pada bangunan B

Cambar 1-7 Aspek bangunan yang lain 9

Cambar 2-1 Kinerja struktur terhadap beban 12

Cambar 2-2 Prinsip tumpuan rangka pada titik tumpunya 13

Cambar 2-3 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal 14

Cambar 2-4 Tumpuan pada dinding pemikul 14


Cambar 2-5 Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur 15

Cambar 2-6 Contoh bangunan dengan ataP datar 17


Cambar 2-7 Berbagai struktur atap datar 17
Cambar 2-B Contoh bangunan dengan atap miring 1B

Cambar 2-9 Alternatif struktur atap miring 19


Cambar 2-10 Berbagai macam kuda kuda (truss) 20
Cambar 2-11 Berbagai macam gunung-gunung 21

Cambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baja) 22
I
XIV I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Cambar 2-13 Stuktur rangka kaku beton (rigid frame) 23


Cambar 2-14 Struktur dinding pemikul (satu arah) 24
Cambar 2-15 Macam pondasi titik (umpak, foot-plate, buis beton, pancang) 25
Cambar 2-16 Macam pondasi menerus (batu kali, beton bertulang) 26
Cambar 2-17 Pondasi bidang (beton bertulang) 26
Cambar 2-18 Contoh struktur utuh kayu dengan rangka batang (truss) 27
Cambar 2-19 Contoh struktur baja 2B
Cambar 2-20 Struktur rangka beton sistem portal 29
Cambar 2-21 Struktur batubata atau batukali dengan gunung-gunung 30
Cambar 3-1 Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel) 32
Cambar 3-2 Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertunjukan) 34
Gambar 3-3 Contoh pemenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada
sebuah fungsi bangunan tertentu 35
Cambar 34 Hubungan antara organisasi ruang dengan sistem struktur 37
Cambar 3-5 Contoh denah kasar (mis: rumah tinggal) 3B
Cambar 4-1 Berbagai macam bentuk tangga bangunan 42
Cambar 4-2 Bagian-bagian tangga 43
Cambar 4-3 Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain 47
Cambar 44 Contoh macam detail anak tangga 4B
Cambar 4-5 Macam konfigurasi selasar luar dan selasar dalam 49
Cambar 4-6 Contoh desain pencahayaan alamiah bangunan 51
Cambar 4-7 Contoh desain sistem penghawaan alami 53
Cambar 4-B Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner/ AC) 54
Cambar 4-9 Contoh sistem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed) 55
Gambar 4-10 Contoh sistem sanitasi bangunan 56
Cambar 4-11 Contoh sistem kelistrikan bangunan 57
Cambar 4-12 Contoh sistem pemadam kebakaran 58
Cambar 5-1 Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik 61
Cambar 5-2 Contoh pemenuhan tuntutan sistem-sistem bangunan spesifik 61
Gambar 5-3 Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur 62
Cambar 5-4 Contoh desain bentuk bangunan terhadap konsep system 63
Cambar 5-5 Contoh desain potongan bangunan terhadap sistem ruang 63
Cambar 5-6 Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang struktur 65
(rambar 5-,/ Alternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantai bawah 66
Cambar 5-B Pertimbangan jarak antar bentang 67
Cambar 5-9 Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada
tampak bangunan 68
Cambar 5-10 Faktor penentu jarak antar lantai 69
Cambar 5-11 Ukuran tinggi kolom untuk memfasilitasi bentang lebar 70
Daftar Cambar l*u
Gambar 5-'12 Aspek terkait dengan ketinggian bangunan 71

Cambar 5-13 Contoh batas ketinggian bangunan dari as jalan 72

Cambar 5-14 Contoh alternatif peletakan kolom dan orientasinya dalam denah 73

Cambar 5-15 Perkiraan ukuran kolom bangunan berlantai 1,2, dan 3 74


Teknik perkiraan dimensi balok beton bertulang 75
Gambar 5-'16
Contoh proses penyempurnaan denah 7B
Cambar 6-1
BO
Gambar 6-2 Berbagai modul fungsi
Cambar 6-3 Contoh desain ruang dengan modul fungsi B1

Contoh aplikasi modul fungsi dan struktur pada denah B2


Cambar 6-4
Cambar 6-5 Contoh desain dengan menyesuaikan grid dengan denah B3

Contoh desain dengan konfigurasi ruang terhadap konsep B5


Cambar 6-6
Cambar 6-7 Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan B6

Denah adalah potongan bangunan horisontal B9


Cambar 6-8
Contoh denah fungsi asrama lantai 1 B9
Cambar 6-9
Contoh denah fungsi asrama lantai 2 90
Gambar 6-10
Contoh denah fungsi asrama lantai 3 91
Cambar 6-1'l
Cambar 6-12 Contoh rencana tangga 92
Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah 94
Cambar 7-1
Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya 95
Cambar 7-2
Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya 95
Cambar 7-3
Contoh atap gabungan pada bangunan 96
Cambar 7-4
Contoh bangunan dengan atap bertingkat 97
Cambar 7-5
Contoh garis atap pada denah bangunan 99
Cambar 7-6
Contoh atap utama dan kombinasinya 100
Cambar 7-7
Contoh denah dan pengaruhnya pada atap bangunan 101
Cambar 7-B
Berbagai macam bentuk struktur atap miring 102
Cambar 7-9
Alternatif rangka utama atap dan strukurnya 103
Cambar 7-'10
Contog rencana ataP 104
Cambar 7-11
105
Cambar 7-12 Prinsip pemasangan usuk
Contoh elemen pada atap dan konstruksinya 106
Cambar 7-13
107
Cambar 7-14 Contoh bentuk atap bertingkat pada masjid
108
Cambar 7-15 Contoh tampak atap bangunan asrama 3 lantai
108
Cambar 7-16 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
109
Cambar 7-17 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
Contoh tampak hasil pada rencana atap asrama 109
Cambar 7-18
Contoh perspektif hasil atap pada asrama 110
Cambar 7-19
113
Cambar B-1 Contoh rencana balok
11-1
Cambar B-2 Macam balok lantai
115
Cambar B-3 Letak balok pada struktur
I
XVi I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Cambar 8-4 Contoh garis balok ekspos 116


Cambar B-5 contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistem 117
Cambar 8-6 Pelat dan void pada bangunan 118
Cambar B-7 Contoh balok dan atau pelat dari kayu 119
Cambar 8-8 Contoh rencana balok asrama lantai 3 120
Cambar 8-9 Contoh rencana balok asrama lantai 2 121
Cambar 9-1 Contoh penggunaan pondasi dangkal 124
Cambar 9-2 Contoh penggunaan pondasi dalam 125
Cambar 9-3 Penggunaan pondasi titik jenis umpak 126
Cambar 9-4 Contoh penggunaan pondasi footplate pada struktur beton 126
Cambar 9-5 Contoh penggunaan pondasi menerus 127
Gambar 9-6 Contoh penggunaan pondasi gabungan 128
Cambar 9-7 Contoh perencanaan pondasi rumah tinggal 129
Cambar 9-B Contoh detai I Footplate 130
Cambar 9-9 Contoh detail Pondasi Menerus 131
Cambar 9-10 Contoh rencana pondasi asrama 131
Cambar 10-1 Ruang dalam dan elemen pembentuk fisiknya 134
Cambar 10-2 Contoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsi 135
Cambar 10-3 Pengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunan 136
Cambar 10-4 Contoh alternatif konstruksi plafond dan kaitannya dengan sistem struktur atap 137
Cambar 10-5 Contoh plafond yang mengekspose rangka atap 137
Cambar 10-6 Contoh desain dinding dalam bangunan 138
Cambar 10-7 Alternatif konstruksi dinding 139
Cambar '10-B Prinsip pengaturan pemasangan ubin lantai 141
Cambar 10-9 Raised floor dan Hanged Plafond, lantai yang digunakan untuk kepentingan
sitem 142
Cambar 10-10 Contoh hanged plafond pada bangunan 143
Cambar 10-1 1 Contoh aplikasi Tritis dan Konstruksinya 144
Cambar 1O-12 Contoh ragam tritis bangunan 144
Cambar 10-13 Teknik shading pada bangunan 145
Cambar 10-14 Contoh konstruksi shading dan macamnya pada bangunan 146
Cambar 10-15 Contoh penggunaan sun-shading pada bangunan 146
Cambar 10-16 Contoh skylight 147
Cambar 10-17 Contoh desain dinding eksterior bangunan 149
Cambar 10-18 Contoh macam Bukaan Dinding Luar 149
Cambar 10-'19 Contoh rencana pintu jendela pada denah 150
Cambar 1O-20 Contoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding system 151
Cambar 11-1 Water tank yang terletak di site bangunan dan pompanya 154
Cambar 11-2 Water tower yang berupa tangki atau bak pelat beton di atap 155
Daftar Cambar t..xvil
I
Cambar 11-3 Shaft vertikal; bukaan dan isinya 156
Cambar 1 1-4 Desain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitektur 157
Cambar 11-5 Konstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantai 'l58
Cambar 11-6 Prinsip konstruksi septictank 161
Cambar 11-7 Prinsip konstruksi peresapan 162
Cambar 11-B Prinsip konstruksi bak lemak dan bak control 164
Cambar 11-9 Contoh rencana sanitasi (air kotor) 165
Cambar 'l 1-10 Contoh detail area kamar mandi dan system pemipaannya 't66
Cambar 12-1 Prinsip informasi pada gambar potongan 168
Cambar 12-2 Contoh potongan bangunan 170
Cambar 12-3 Contoh potongan detail pada gambar prinsip 172
Gambar 12-4 Prinsip garis potongan pada denah 174
Gambar 12-5 Memotong bangunan untuk potongan 175
Cambar 12-6 Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintang 't76
Cambar 12-7 Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai membujur 177
Cambar 12-B Tampak Bangunan dan kaitannya dengan kontur slte 178
Cambar 12-9 Prinsip proyeksi untuk menghasilkan tampak 179
Gambar 12-10 Contoh gambar tampak rumah 2 lantai 180
Cambar 12-1 'l Contoh gambar tampak depan asrama 3 lantai 1B'l
Cambar 12-12 Contoh gambar tampak samping asrama 3 lantai 181
Cambar '13-1 Aspek bangunan gawat darurat 184
Cambar 13-2 Konfigurasi bangunan kaku kolom kecil vs. kolom besar 186
Cambar 13-3 Konfigurasi rangka dengan pengaku dinding pemikul 186
Cambar 13-4 Pengangkatan bangunan terhadap muka tanah 187
Cambar '13.5 Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan banjir pada bangunan
gawat darurat 1BB
Cambar I3-6 Sistem ramp pada pintu masuk dan selasar 189
Cambar 13-7 Berbagai signage pada bangunan gawat darurat (ADA compliant) 190
Cambar 13-B Cbr. Layout ruang perawatan yang terbebas dari pecahan kaca 190
Cambar 13-9 Dinding beton pada lantai dasar 191
Cambar 13-10 Zonning dan peletakan alur sirkulasi gawat darurat 192
Cambar 13-11 Short cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi 192
Carnbar 13-12 Tiga jenis rekayas site; cut, fill, cut and fill 't93
Cambar 13-'13 Metoda cut dan perkuatan yang diperlukan 194
Cambar 13-'14 Metoda fill dan perkuatan yang perlu diberikan 195
Cambar 13-15 Metoda Cut and fill dan perkuatannya 196
Cambar 13-16 Metoda alamiah site tanpa rekayasa 197
Cambar 13-17 Potongan split level bangunan 197
Cambar 1 3-18 Pondasi bangunan tepi pantai atau rawa 198
xviii I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Cambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA) 200
Cambar 13-20 Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU Indonesia 2010) 201
Cambar 13-21 Kesederhanaan struktur 202
Cambar 13-22 Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan 202
Cambar 13-23 Kekakuan horisontal 203
Cambar 13-2.4 Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional) 204
Cambar 13-25 Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap 204
Cambar 13-26 Lokasi bangunan terhadap garis pantai 205
Cambar 13-27 Struktur bangunan panggung untuk tsunami 206
Cambar 13-28 Bangunan bertingkat untuk evakuasi terhadap banjir 208
Cambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan
perbedaan ketinggian rute maksimal (ADA, 1994) 212
Cambar 13-30 Persyaratan tangga untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994) 213

-oo0oo-
PENDAHULUAN

Perancangan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah dalam arsitektur


adalah proses merancang bangunan yang tidak hanya berhtrbungan dengan
permasalahan struktur saja namun juga aspek bangunan yang lain yang harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Rancangan bangunan yang berhasil
adalah rancangan yang dapat mengoptimalkan perpaduan kepentingan pada
bangunan, seh i ngga perti mbangan-pertimbangan desai n harus d ipadukan
dengan seluruh kepentingan bangunan itu. Struktur dalam arsitektur bukanlah
pembatas tetapi fasi I itas.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

1 .1 Pengertian Bangunan Bertingkat

-EE
E',! 6
=
o ol i
- c o;
*! o tr
'U o! P
=otrE
Eb;c
-f,G-
C.
-E
Pq-ts s,,i
dgEE*

<€ d L
96 -d
#;,9,p
6r - X 6
lo;E=
j
C - GI
6 ; o:=!
S c c .j-E
L CE:2 *
d,e= E
33 8.0 3'

Gambar 1-1 lenis bangunan berdasarkan ketinggian dan jumlah lantai


Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal.
Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di perkotaan dan
tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantai
yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya tampung suatu kota dapat
ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin
rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.
Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan bertingkat rendah dan
bangunan bertingkat tirrggi. Pembagian ini dibedakan berdasarkan persyaratan teknis struktur
bangunan. Bangunan dengan ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggi
karena perhitungan strukturnya lebih kompleks walaupun tidak bertingkat. Berdasarkan jumlah
Iantai, bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 - 4 lantai) dan
bangunan berlantai banyak (5 - l0lantai) dan bangunan pencakar langit. Pembagian ini disamping
didasarkan pada sistem struktur juga persyaratan sistem lain yang harus dipenuhi dalam bangunan
seperti perti m bangan aksesi bi I itas, mekan i kal, ataupu n elektri ka l.
Pendahuluan

Untuk mencapai bangunan beriingkat di atas lima lantai, lift harus dipergunakan sebagai
persyaratan elemen aksesibilitas bangunan. Demikian juga sistem pencegahan dan pemadaman
kebakaran, listrik, dan sebagainya harus disesuaikan. Semakin bertambah jumlah lantai sistem
bangunan akan semakin rumit. Bangunan tinggi atau pencakar langit justeru lebih diperhitungkan
terhadap sistem-sistem tersebut ketimbang aspek lain seperti estetika bahkan fungsi ruang.

Perancangan
Arsitektur

&'r'
'''
Bentuk:
Bangunan
Ruang Utilitas
Eelemen

E-u-oglgi
*" Sirkulasi

Bangunan
Ruang .;

Et<ondffii:
Tapak Harga desain
Wilayah Harga konstruksi
Daerah Harga perawatan

Gambar 1-2 Lingkup perancangan arsitektur

1.2 Perancangan Bangunan Bertingkat Rendah


Walaupun termasuk bangunan bertingkat, bangunan berlantai rendah, terutama dua lantai,
relatif dapat dilakukan dengan cara yang tidak terlalu rumit. Persyaratan ljin Mendirikan Bangunan
(lMB) untuk jenis bangunan ini juga masih relatif sederhana, terutama untuk bangunan permukiman.
Namun demikian, karena bangunan ini sudah tidak sesederhana bangunan tunggal satu lantai, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merencana, yaitu; kesesuaian ruang dan fungsi,
kekuatan struktur, keamanan dan keselamatan bangunan, kenyamanan bangunan dan sebagainya.
Sehingga ketika proses kepengurusan lMB, dokumen atau gambar harus menunjukkan aspek-aspek
tersebut di atas secara benar, yang macam dan jenisnya relatif tergantung dari kebijakan peraturan
masing-masing daerah di mana bangunan akan didirikan. Dengan demikian, perancangan bangunan
bertingkat rendah dua lantai ini bagi seorang arsitek tidak hanya berkaitan dengan masalah keindahan
dan bentuk bangunan semata, tetapijuga bagaimana bangunan selain bentuknya indah juga berfungsi
dengan optimal dapat memberikan keamanan dan kenyamanan pada penggunanya dan lingkungan
di sekitarnya.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Pada bangunan tidak bertingkat (satu lantai), peletakan elemen-elemen penyangga bangunan
relatif lebih sederhana ka:'ena lebih banyak direncanakan berkaitan dengan struktur atap, seperti
kuda-kuda atau rangka atap lainnya. Pada bangunan bertingkat, fungsi dan sistem bangunan pada
lantai atas dan bawah harus direncanakan terpadu; misal kamar mandi lantai atas harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi dan kinerja ruang-ruang di lantai satu, sehingga
ruang di bawah kamar mandi harus dibuat juga semaksimal mungkin untuk keperluan service,
atau paling ideal juga untuk fungsi kamar mandi. Sehingga peletakan pipa-pipa air bersih dan air
k6tor dapat ditempatkan dengan benar. Pertimbangan seperti ini harus dilakukan lebih rinci pada
bangunan bertingkat.

1"3 Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur


Perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur tidak hanya membahas teori macam dan
detail dari sistem struktur dan konstruksi, tetapi juga kepada bagaimana aspek-aspek bangunan
seperti sistem struktur dan konstruksi bangunan itu sesuai dengan fungsi, keamanan dan kenyamanan
bangunan dan lingkungannya. Perancangan struktur ditujukan kepada desain sistem struktur dan
aspek yang terkait, sedangkan perancangan konstruksi ditujukan pada bagaimana memenuhi
optimalisasi sistem itu dengan bagian-bagian serta hubungan elemen-elemen bangunan. Sehingga
perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur hampir meliputi sebagian besar proses teknis
perancangan bangunan.

Dalam lingkup perancangan arsitektur, Iingkup perancangan harus meliputi aspek fungsi,
bentuk, estetika, ekonomi dan lingkungan (gambar 1-2). Sementara pada lingkup bangunan, aspek-
aspek yang harus diperhatikan adalah sistem utilitas seperti pengudaraan (ventilating) termasuk Air
Conditioning (AC), pencahayaan (lighting), pemipaan (plumbing) baik pada air bersih atau kotor,
kelistrikan (wiring), keselamatan (safety) dan sebagainya. Sistem-sistem ini saling berkaitan satu
dengan yang lain, dengan demikian perancangan sistem struktur dan konstruksi tidak dapat dilakukan
jika sistem-sistem lain tersebut tidak direncanakan/difikirkan secara bersama.

Gambar 1-3 Lingkup perancangan struktur dalam arsitektur


Pendahuluan

1.4 Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bertingkat


Rendah
Untuk mendapatkan hasil perancangan yang ideal, perancangan arsitektur harus dapat
mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dalam bangunan yang nreliputi sistem struktur; konstruksi;
bahan bangunan; fungsi, lahan dan lokasi (site), sistem-sistem bangunan dan ekonomi bangunan.

1.4.1 Sistem Struktur StruKtur


r'*-.*t AtaP

truktur
ondasi

Gambar 1-4 Bagian utama sistem struktur


Aspek struktur bangunan adalah aspek yang mulanya didasarkan pada kekuatan dan stabilitas
bangunan. Arsitek tidak diharapkan untuk dapat menghitung besar beban dan bagaimana teknis
bangunan direncanakan seperti yang dilakukan insinyur sipil akan tetapi lebih diharapkan untuk
dapat menentukan sistem struktur yang sesuai dengan bentuk dan fungsi bangunan serta kaitannya
dengan sistem lain dalam bangunan. Perancangan strukturdalam arsitektur meliputi pemilihan jenis
sistem struktur dan konfigurasinya, serta bagaimana sistem ini dapat membentuk ruang, karena di
dalam bangunan gedung struktur bertugas mewadahi fungsi ruang dan fungsi sistem. Sistem struktur
dalam pembahasan ini dibagi menjadi bagian-bagian lebih kecilyangdisebutdengan elemen struktur
nrisal; elemen rangka atap, rangka utama, dan pondasi yang dalam istilah lain sering juga disebut
dengan naungan, tegakan dan landasan.

Seluruh bagian atau elemen dari berbagai sistem struktur secara teknis mempunyai tanggung
jawab utama sebagai pemikul beban bangunan. Karena fungsinya tersebut, sistem struktur tidak
dapat dihilangkan namun dapat digantikan satu jenis struktur dengan struktur yang lain. Ketersediaan
ragam struktur dan elemennya berkaitan dengan bahan bangunan serta kemungkinan pemilihannl'a
adalah bahasan pokok dalam perancangan struktur bagi arsitek.

Dalam arsitektur, apapun pilihan yang diajukan akan selalu benar jika sesuai dengan ma.\s-:-
maksud atau aspek-aspek lain dalam bangunan. Sebuah bangunan dua lantai dapat mengguiir:-
alternatif sistem struktur kayu, baja, ataupun beton bertulang. Jika salah satu yang diperg--a..-
maka sifat-sifat sistem dan bahan berlaku menurut kelebihan dan kekurangan masing-masir:e !=: =="
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

r-:ontoh Jika diinginkan bangr-rnan yang aman dari api, maka sistem struktur beton bertulang lebih
diutamakan ketirnbang kayu atau baja. Sebaliknya jika bangunan <Jimaksudkan
untuk lebih aman
dari gempa, maka sistem struktur kayu dan baja akan dipilih. Demikian juga
dengan pertimbangan-
pertimbangan lain yang berkaitan dengan sifat sistem struktur seperti
sifat sistem struktur beton
bertulang yang kaku (rigid), sementara kayu fleksibel.

1.4.2 Konstruksi
Konstruksi dalam pengertian ini adalah rancangan dari bentuk rangkaian atau
kedudukan baik
dari antar atau inter elemen struktur. Cambar konstruksi ini memperjelas perancangan
bangunan.
Konstruksi dalam pengertian lain adalah proses pengerjaan bangunan di lapangan.

Wujud perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah garnbar-gambar detail yang
nienunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta keterangan-keteranganrrya.
Karena bersifat menjelaskan dari solusi desain, maka rancangan sistem konstruksi
sebuah bangunan
akan terikat dengan bangunan secara khusus dan tidak dapat disamakan dengan
bangunan lain.
Sistem konstruksi dalam bangunan juga disebut sebagai sistem detail. Satu
konstruksi dalam
perancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbangan-pertimbangan
terhadap aspek lain
juga diperhatikan, misalnya penggunaan bahan, ukuran,
kedudukan, cara pengerjaan, finishing dan
sebagainya. Tanpa gambar konstruksi yang jelas bangunan tidak dapat didirikan
clengan benar dari
berbagai aspek.

Seperti juga pada sistem struktur, konstruksi bangunan bagi arsitek ditekankan
pada alternatif
pemilihan dan bukan pada perhitungan kekuatannya. Sebagai contoh;
untuk dapat menaungi atap
bentang 6 meter, alternatif kuda-kuda dapat diajukan berbagai bentuk
dan bahan mulai dari bentuk
yang sederhana hingga kompleks. Arsitek akan berusaha mendapatkan
desain kuda-kuda yang sesuai
dengan bentang, ruangan di bawahnya, dan alternatif bahan yang dipakai hingga l
detail konstruksi
yang dimungkinkan sehingga bentuk akhir dapat dihasilkan. lni sangat
berbeda pada lingkup struktur
pada teknik sipil yang didasarkan pada aspek-aspek kuantitatif atau perhitungan I
matenratis. Ahli
teknik sipil akan bekerja seberapa besar ukuran batang kuda-kuda dan bagaimana
sambungan dibuat
yang meliputi berapa jumlah baut yang diperlukan.

(ir

I
d
Pendahuluan

Konstruksi r..r
Atao
,l l

l
r:rrstruksi
tama Tf,
***R
*s*I
&
t
N
Kriristrusi
Pondasi
ffi

Gambar 1-5 lenis konstruksi bangunan

1.4.3 Bahan Bangunan


Bahan bangunan adalah aspek pokok i,rerkaitan dengan pernakaiann','a dalarn struktur ataupun
konstruksi serta sifat-sifat fisik yang akan diberikan pada bangttnan" Perrtakaian i:ahan tertentu
akan mempengaruhi setiap aspek lain dalam perancangan. Karena pemakaian bahan tertentu akan
mengakibatkan keriteria-kriteria lain pada bangunan (konstruksi, lrarga, tekstur, \,varna, kekuatan,
keawetan dan sebagainya), maka pemakaian bahan hangunan juga dapal sangat menentukan desain
bangunan secara luas.

Sifat atau properti bahan bangunan harus diperhatikan untuk dapat menentirkan desain struktur
dan konstruksi bangunan" Pada dasarnya sifat bahan bangunan yang paling Lrerkaitan dengan sistem
strukturdalam arsitekturadalah [:eratatau massadan kekakilannyaselain kaitanni,adengan penarnpilan
dan keawetan. Bahan bangunan seperti batu alan, batu bata dan hetorr adaiah kelonrpok bahan
bangunan berat, sementara kay,u dan baja adaiah kelompok bahan ringan. Diperlukan pengetahuan
yang khusus untuk menggunakan bahan bangunan pada sebuah desain bangunan. Berat atau ringan
dan kaku atau Iiatnya bahan bangunan akan mempengarulri sistem struktur bangunan pada bentuk,
kemampuan pikul dan bentang, serta sambungan konstruksinya. Sebagai contoh; sambungan kayu
dapat menggunakan pelat, baut ataupun hanya kayu saja tergantung berat jenis kayu yang identik
dengan kekuatannya memikul beban dan penggunaannya dalam bangunan. Demikian juga dengan
bahan metal, sambungan aluminium tentu berbeda derrgan besi baja dan sebagainya.
Merancang Bangltnan Cedung Eertingkat Rendah

1.4.4 Fungsi Bangunan


Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwad;ihi dalarn struktur, sehingga pembahasannya
r,r'ajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh
rtlang. Karena menentukan ruang ntaka struktur dan konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harus
memperhatikan persyaratan ruang. Bangunan tidak akan berhasil rnewadahi fungsi jika kegiatan di
cialamnya tidak ditasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas pada
bangunan yang sangat tergaittung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut cli atas.

'!.4"5 $ite / Lokasi Bangunarr


Site atau lokasi juga akan berpengarulr terhadap aspek lain karena irremberikan inforrnasi
nrengen;ri kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait sentacatr iklinr mikro Iingkungan, keadaan
tanah termasLrk kekuatan dan topografinya, ketersediaan bahan bangunan, ketetanggaan clengan
bangr:nan lain dan sebagainya. lnformasi pada site ini juga sangat rnenentukan tindakan-tindakan
yang akan diarnbil dalam perancangan struktur. Bentul< bangunan seperti apa, sistem struktur yang
mana )/an8 sesuai, pemakaian bahan yang bagaimana yang tepat dan bagaimana bentukan bersikap
dengan bangunan di sekitarnya baik untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentingan
Iingkungan sekitar, akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.

i----J
Li
Di Tepian Air Di Tanah Berawa/Lumpur

Gambar l-G Macam site pada bangunan

1.4.6 Sistem - sistem Bangunan


J
Persyaratan ruang yang harus dipenuhi dalam bangunan harus diwujudkan ke cialam sistem-
sistem bangunan atau utilitas. Sistem-sistem meliputi antara lain pengudaraan, pencahayaan,
distribusi air bersih dan sanitasinya dan sebagainya, akan menuntut bentukarr-bentukan dan fasilitas
struktur dan konstruksi tertentu untuk dapat terjaminnya proses kerja sistem tersebut. Oleh karena itu
Pendahuluan

bentukan struktur dan konstruksi beserta ruang yang terbentuk di dalamnya akan sangat ditentukan
oleh pencapaian sistem tertentu dalam bangunan. Strategi pencapaian ini tentu saja tidak akan sama
untuk setiap bangurran karma pada bangunan yang berbeda banyak aspek berbeda pula yang saling
mempengaruhi sehingga desain sistem dan kaitannya dengan struktur dan konstruksi ini dalama
perancangan bangunan memang harus dilihat secara spesifik.

1.4.7 Ekonomi Bangunan


Yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah ekonomi bangunan. Mulai dari aspek
ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan
hingga perawatan. Karena aspek ekonomi bangunan ini akan berada pada semua tahap dalam
perancangan, maka faktor ini harus difikirakan pada setiap pentahapan bangunan. ldealnya semua
pentahapan pembangunan harus menggunakan beaya yang seminimal mungkin, namun dengan
hasil yang seoptimal mungkin.

@& !*r
?a-
I
1r
ii
Sisleruair bersih

i-l ,^
*iii Ir
SiclerLEegl.ar-v-aa-0

Sjrlr*.P*"h*ry
Gambar 1-7 Aspek bangunan yang lain
Dengan demikian harus diputuskan alokasi pembeayaan yang proporsional yang jelas. Bukan
berarti harga awal yang rendah berarti dapat menjadikan harga ekonomi yang baik karena masih
juga dipertimbangkan harga-harga lain termasuk konstruksi, tenaga kerja dan perawatan. Secara
umum pada tahap perencanaan, semakin tinggi tingkat persayaratan ruang yang berkaitan dengan
bentuk, fungsi dan sistem akan menyebabkan waktu yang relatif lama pada tahap perencanaan dan
perancangan. Namun tingginya beaya perencanaan dan perancangan atas waktu ini harus diimbangi
dengan rendahnya proses pembangunan hingga pemeliharaan bangunan. Demikian juga sebaliknya,
yang harus dihindari adalah tingginya aspek beaya pada setiap pentahapan pembangunan yang tidak
diperlukan, sehingga bangunan memang dapat didirikan dengan waktu dan beaya yang semestinya.

-oo0oo-
MENGETAHUI MACAM STRUKTUR
UTAMA

Aspek penting pertama yang harus difahami adalah tentang ketersediaan alternatif
beberapa sistem struktur bangunan gedung yang mungkin dapat digunakan
di dalam desain. Arsitek harus menguasai kemungkinan struktur yang paling
sesuai pada bangunan. Berbagai sistem struktur tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masi ng, sehi ngga ketepatan penggunaannya harus
dipadukan dengan banyak aspek yang terdapat dalam bangunan. Untuk dapat
menggunakan salah satu sistem struktur dengan tepat, maka pemahaman
menyeluruh mengenai sistem struktur dan ragamnya serta kemungkinan
kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan diuraikan di bawah ini.
12 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

2.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan


Walaupun arsitek tidak dituntut untuk menghitung pembebanan dan reaksi elemen bangunan
yang dipersiapkan, prinsip kinerja struktur tetap perlu diketahui untuk dapat menentukan pilihan
dari macam macam struktur yang mungkin dipakai.

Kinerja struktur bangunan tidak bertingkat

Kineria struktur banqunan bertinqkat

Gambar 2-1 Kineria struktur terhadap beban

2.1.1 Pembebanan Pada Bangunan


Sistem struktur bangunan gedung pada intinya bekerja menyalurkan beban bangunan sehingga
menjaga bangunan tetap berdiri, dan membentuk ruang fungsi. Beban-beban yang terjadi pada
bangunan gedung berasal dari berat struktur (berat sendiri, beban mati: 1, 2, 3) dan berat fungsi (beban
berguna, berat hidup: 4) di dalamnya serta akibat pengaruh gaya luar seperti gempa dan badai (8).
Berat struktur dihitung dari semua elemen struktur dari atap sampai pondasi. Berat fungsi tergantung
jenis dan volume kegiatan yang diwadahi bangunan, sedangkan beban gaya luar dipengaruhi oleh
bentuk, letak dan posisi bangunan.
Mengetahui Macant Struktur Utama I ,,
Beban-beban itu disalurkap dari atas ke bawah, mulai dari elemen rangka atap, rangka
utama atap, pelat lantai, rangka utama kolom balok atau dinding pemikul, dan sampai pada
ponclasi (6), dan diteruskan ke dalam tanah (7). Kolom balok meneruskan Saya menurut arah
garis dan dinding menurut arah bidangnya.

2.1.2 Tumpuan dan Pengaruhnya pada Sistem Struktur


Beban-beban pada rangka baik rangka atap atau rangka utama, harus diletakkan pada posisi
tumpuan atau titik hubung antara rangka-rangka itu. Sedangkan pada dinding pemikul dapat
cliletakkan di sembarang garis dindingnya. Oleh karena itu rangka paling sesuai untuk tnenerima
gaya titik atau terpusat yang diletakkan pada titik-titik hubungnya, sedangkan dinding sesuai untuk
menerima gaya menerus di sepanjang dindingnya. Wujud konstruksi dari ketentuan tersebut adalah
bahwa kuda kuda paling ideal jika dipasang langsung di atas kolom utama yang menerus ke bawah,
sedangkan gunung-gunung paling ideal didukung oleh dinding yang
juga menerus atau membentuk
garis bidang di sepanjang dinding. Sebuah bangunan dapat mengkombinasikan berbagai macam
struktur yang akan dipakai tergantung efektifitas pemakaiannya.
peletakkan elemen struktur yang tidak sesuai dapat dilakukan, misalnya kuda kuda yang
diletakkan tidak tepat di atas kolom atau gunung-gunung yang diletakkan tidak di atas dinding, dengan
catatan harus ada struktur penopang lain yang dapat menggantikan kolom untuk meneruskan beban
yang
ke kolorn, misalnya penggunaan balok pikul yang relatif lebih besar dimensinya. Pertimbangan
harus dilakukan ketika menentukan penyimpangan ini adalah menyangkut efektifitas ruang, efisiensi
bahan, bentuk-estetika, dan juga harga bangunan.

Gannbar 2-2 Prinsip tumpuan rangka pada titik tumpunYa


14 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 2-3 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal

Cambar 2-4 Tumpuan pada dinding pemikul

2.1.3 Grid Struktur


Crid struktur adalah pola tertentu yang digunakan untuk meletakkan titik-titik atau garis-garis
sistem struktur bangunan dalam denah. Titik-titik itu akan menunjukkan letak kolom sedangkan
garis-garis akan menunjukkan letak dinding baik struktural ataupun tidak dalam bangunan. Crid
struktur bukan hanya seperti milimeter-blok, yang hanya memandu pembuatan skala gambar denah
namun lebih berarti karena bentuk-bentuk dan ukuran grid ini akan berkaitan langsung dengan letak
elemen sistem struktur dan aspek-aspek penting lain dalam bangunan termasuk bentuk dan ukuran
ruang.
',tengetahui Macam Struktur Utama I ,'
Crid strul<tur ini baik bentuk dan ukurannya harus diikuti oleh atau menyesuaikan dengan bentuk
:an ukuran ruang-ruang yang terdapat dalam denah bangunan. Karena sistem struktur tidak hanya
:reliputi kolom atau dinding saja, maka pengaturan grid struktur ini juga harus mempertimbangkan
rosisi-posisi elemen sistem struktur lain seperti rangka atap di atas bangunan dan juga pondasi di
aarvah bangunan sebab sistem struktur, seperti telah dibahas di atas, idealnya harus menerus dalam
:nenyalurkan beban dari atas ke bawah.

Dalam denah, informasi penggunaan titik-titik kolom dan atau garis-garis dinding struktural ini
;udah dapat menentukan kaitan dengan sistem lain dalam bangunan" Pola grid struktur ini harus
Capat ditentukan pada tahap "pre-design" atau preliminary design yaitu pada akhir dari tahap ide
qagasan atau konsep bangunan. Penggunaan pola grid ini akan berpengaruh pada aspek-aspek lain
dalam bangunan baik secara langsung atau tidak, seperti pada bentuk dan bentangan ruang, ukuran
i'uang, kemungkinan akses bukaan dan sebagainya. Pada tahap penentuan denah, grid struktur ini
sangat penting artinya karena akan berfungsi:

o menggambarkan sistem struktur dan konfigurasinya


. menentukan posisi-posisi kaitan dengan elemen sistem struktur lain
. memfasilitasi bentuk dan ukuran ruang fungsi di dalamnya
. menentukan kaitan antar lantai pada bangunan bertingkat
o menentukan secara pasti posisi kolom, balok atau dinding struktur

,,I lt tali

irt
attl
tla.

tt ll

-a ..-l"''a ".!"--- a .iitat !


rrir
', Y ?' 'r
.trii
att
'tl -j _t. -. l, l' ,.
i ,.a l -{ t-4
rli . a ,. ,a.-
I'I.
t .- I, I
1 {

ia.
.aaaa lrll
i r ---r. . - . 1

ata:a
rttri
ltl.
i. ,fiq.-I

Gambar 2-5. Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur
16 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

2.2Ma:cam Struktur Menurut Anatomi Bangunan


Pembahasan struktur menurut anatomi didasarkan pada peran bagian sistem struktur yang dapat
dibagi menjadi dua bagian besar; super-structure (struktur di atas tanah) dan sub-structure (struktur
di bawah tanah). Super-structure masih dibagi dua lagi yaitu struktur atap dan struktur pembentuk
ruang fungsi atau selanjutnya disebut sebagai struktur utama. Pembagian berdasar anatomi ini akan
sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi langkah demi langkah proses perencanaan struktur dalam
arsitektur. Karena proses perencanaan struktur biasanya dilakukan mulai dengan desain atap, struktur
utama dan pondasi.

2.2.1 Struktur Atap


Struktur atap adalah bagian atau elemen sistem struktur yang terdapat pada bagian atas
t:angunan. Elemen atap disebut juga sebagai 'naungan'. Struktur ini digr-rnakan untuk melindungi
atau menaungi secara keseluruhan baik fungsi ataupun fisik bangunan itu sendiri. Struktur atap
dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu atap datar dan atap miring. Atap datar umumnya terdiri
dari pelat beton bertulang (dag) dan atap miring terdiri dari atap genting, seng, sirap dsb.

a. Atap Datar
Atap datar ini biasanya digunakan pada area yang difungsikan nrisalkan pada ruang terbuka
di atas atap seperti taman atap, tempat cuci-jemur, tempat tangki air, dsb. Karena fungsinya yang
demikian, maka atap datar ini biasanya dibentuk dengan konstruksi beton bertulang yang kuat
menerima beban dan kedap air. Struktur atap pelat beton bertulang ini tidak berbeda dengan pelat
lantai pada unrumnya (tebal 7 - 15 cm, tergantung beban fungsi), hanya karena terletak pada udara
terbuka, pelat pada atap ini menggunakan tulangan ganda di atas dan bawah (pada pelat lantai
hanya ada tulangan di bagian bawah saja) untuk menghindari kembang susut yang terlalu besar pada
atap yang dapat menyebabkan retak dan akhirnya bocor pada ruang di bawahnya. Finishing yang
bersifat anti tembus airlkedap air (water prooD seperti plaster PC atau pemasangan keramik, juga
diperlukan untuk menghindari rembesan air akibat pengerjaan pengecoran pelat lantai yang tidak
sempurna. Treatment khusus seperti pemasangan lapisan anti air juga diperlukan untuk pelat
yang sangat perlu kedap air"
Konstruksi pendukung pada pelat dapat langsung ditopang oleh kolom ataupun dengan
nrenggunakan tumpuan balok yang jumlah atupun konfigurasinya tergantung banyak hal. Secara
umum, pelat digabung dengan balok sehingga balok-balok ini yang akan meneruskannya ke kolom.
Karena dimensi (ukuran) pelat dan balok beton sangat tergantung dari bentangan atau jarak antar
kolomnya, maka pada atap datar dengan dag beton, bentangan relatif tidak mampu mencapai jarak
yang lebar (kecuali pada sistem atap bentang lebar seperti pelat lipat / folded, Iengkung I tunel,
kubah / dome atau pelat cangkang I shell).
Mengetahui Macam Struktur Utama 17

Gambar 2-6 Contoh bangunan dengan atap datar


Atap datar dapat ditempuh melalui berbagai pilihan konstruksi dengan bentuk dan material
yang beragam mulai dari batu bata, beton, kayu, atapun baja yang alternatif bentuknya seperti pada
gambar 2-7 berikut.

inli$lgiti*a':'.,.. ..
$t4tqr,,Qq[p$,{€!&4',, l

dii o:&rEdls:.::,
t..(Bft lksi,qs|!1ile{*r, traeg
dh€dashtt rteabsr&ikrr:r',,
l:€i*1ai6A;r::,,1'1,.,1., i..,ltlil'ilr,ir

s{tiiktiiirrhiitokdr*t*ir'
didaos&qniidarl'krlok,'ruiur'
Bhw$t$!.tqnqtn ltsfi$flqg:
ffiltrg',|fl*&,l$a *1.' :: t:::::,:':',-:
kfdqifung pada iulan$ffi ,

Balok Ralgkq
S{ruktur balok datar yang
didapatkan dad rangka
e{eman }ebih kecil yang
rn€imb€nluk atsp datar yar$
rirqan

Cambar 2-7 Berbagai struktur atap datar


18 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. Atap Miring
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap
ini tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng dan penutup atap lembaran lainnya dapat
digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik.
Sedangkan penutup atap jenis kecil seperti genteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi
untuk mengalirkan air hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun tajug.
Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk
juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan. Ruang
yang terbentuk di bawah atap juga berfungsi sebagai pembentuk volume ruang yang berguna untuk
sirkulasi udara panas dan kelembaban. Oleh sebab itu bangunan dengan atap tinggi sangat sesuai
untuk daerah tropis lembab seperti di lndonesia. Hampir semua rumah tradisional di nusantara
menggunakan atap tinggi ini.

Gambar 2-B Contoh bangunan dengan atap miring

Struktur utama atap miring dapat terdiri dari kuda kuda, gununS-gunung, rangka beton
(portal) atau kombinasinya. Alternatif pilihan struktur beserta konstruksinya dapat dilihat
pada gambar 2-9 yang terdiri dari:
Mengetahui Macam Struktur Lltama 19

q*t&.tiinuartlixa*rl Ak.ril$cje

Cambar 2-9 Alternatif struktur atap miring

b.1 Kuda kuda


Kuda-kuda adalah rangkaian rangka kayu ataupun baja. Struktur atap menggunakan kuda kuda
jika diinginkan ruang-ruang di bawahnya bebas dari dinding atau kolom-kolom. pada prinsipnya,
kuda kuda hanya ditumpu oleh dua tumpuan di ujung kanan kirinya yang berupa kolom-kolom
utama bangunan. Alternatif lain, kuda-kuda dapat dipasang di atas balok khusus atau dinding khusus
yang disebut sebagai dinding pemikul.
20l Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

&
_ 16 n'ett'
i
t'- - '1'

'ii'n.
'. :
---- 1

: T rngg

L benbig

Gambar 2-10 Berbagai macam kuda kuda (truss)

Kuda kuda kayu mencapai bentang optimal *15 meter sedangkan jarak antar kuda
kudanya maksirnal 4 meter kai"ena kuda kuda dihubungkan oleh gording dan bubungan
kayu yang tidak lebih dari 4 meter (yang tersedia di pasar). Jarak yang lebih lebar dapat
dicapai dengan menggunakan gording atau bubungan rangka atau dengan bahan baja. Jika
rnenggunakan baja, bentangan kuda kuda dapat mencapai belasan hingga puluhan meter
hingga membentuk bangunan bentang lebar.
Alasan penggunaan kuda kuda kayu atau baja tergantung bentangan, ketersediaan
bahan dan alasan lain dalam aspek bangunan.

b.2 Cunung-gunung
Cunung-gunung adalah struktur utama pembentuk kemiringan atap bukan rangka yang terdiri
dari dinding batu bata dan sejenisnya. Cunung-gunung ini dipakai pada posisi di atas dinding
rnenerus, sehingga penggunaan gunung-gunung ideal pada ruangan bangunan yang mempunyai
banyak dinding. Karena terdiri dari dinding, gunung-gununB tidak dapat memberikan bentang
ruangan di bawahnya namun memberikan ruang di antara gunung-gunung tersebut.
Mengetahui N4acam Struktur Utama

Gambar 2-11. Berbagai macam gunung-Sunung

Cunung-gunung biasanya diperkuat dengan balok keliling (ring balk) beton bertulang pada
ketiga sisinya untuk menambah kekakuan dindingnya. Jarak antar gunung-gunung relatif sama
dengan kuda-kuda, karena gunung-gunung juga dihubungkan dengan gording dan bubungan baik
kayu ataupun baja. Cunung-gunung sering digunakan pada kedua tepi atap bangunan dengan bentuk
pelana. Pelubangan pada gunung-gunung dapat dilakukan untuk memberikan akses sinar matahari
dan udara keluar masuk ruangan.

b.3 Rangka Beton (Portal)

Rangka beton atau portal dapat dipakai untuk menggantikan kuda-kuda atau gunung-gunung.
Prinsip dari rangka ini adalah dengan menggunakan balok beton bertulang yang dimiringkan
disesuaikan dengan bentuk kemiringan atap bangunan. Karena terbuat dari beton yang berat, maka
dimensi balok akan relatif besar. Ukuran balok ini juga didasarkan pada bentangan atau jarak antar
dua kolom penyangganya.
Bentangan ideal rangka portal untuk rangka atap ini optimal sekitar'12 meter. Semakin
besar bentangan, semakin besar dimensi balok yang diperlukan. Maka bangunan juga semakin
berat sehingga kolom-kolom dan balok-balok juga harus diperhitungkan untuk menerinta
beban yang besar itu. Sehingga dimensi kolom balok yang lebih besar akan semakin mahal.
Keuntungan pemakaian struktur ini adalah dapat memberikan ruangan yang relatif bersih cli
bawahnya, baik terhindar dari pemakaian kolom atau rangka-rangka kuda kuda.
I
22 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

F
A
ill]

-.//
\:-..
--h
tl

,r'",.. \\\\\\
,,,..,,/
1l Jr
ri

Gambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baia)

Ketiga macam struktur utama atap di atas dapat saling digabungkan untuk mendapatkan
keuntungan masing-masing struktur secara optimal.

2.2.2 Struktur Utama


Struktur utama dalam bangunan adalah sistem struktur yang dipakai untuk menyangga beban
atap dan membentuk ruang fungsi. Struktur utama yang terdiri dari kolom dan atau dinding vertikal
ini juga disebut dengan 'tegakan' karena berperan utama pada tegaknya bangunan. Pada dasarnya,
struktur utama dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem rangka dan sistem dinding pemikul. Rangka
dapat berupa kayu, baja ataupun beton. Sedangkan dinding dapat berupa dinding pemikul batu bata
ataupun betr:n bertu lang.

a. Sistem Struktur Rangka

Bentuk dari sistem struktur rangka adalah kolom balok yang dapat digabung dengan
sistem pelat lantai. Rangka menyangga bangunan sedangkan dinding-dinding hanya berfungsi
sebagai pembatas atau pembentuk ruang saja. Dinding ini bahkan dapat dihilangkan.
d
Beban-beban pada bangunan pada intinya ditopang oleh kolom dan balok, sehingga dari atas
hingga ke bawah bangunan, letak titik-titik beban seharusnya dipasang pada titik-titik tumpunya. t

Sehingga idealnya kuda kuda harus ditopang oleh kolom, dan kolom harus ditopang oleh pondasi
titik di bawahnya.
Mengetahui Macam Struktur lJtama
t,,
Keuntungan Sistem Rangka:
. Ruang lebih fleksibel karena dinding dapat dipasang atau dihilangkan
o Pelaksanaan konstruksi di lapangan yang lebih cepat karena dinding dan ruangan dapat dipasang
kemudian
o Pondasi dapat dibuat lebih sederhana dengan menggunakan pondasi setempat atau titik

Kerugian Sistem Rangka


. Beban-beban diutamakan diletakkan pada titik-titik hubungnya, sehingga relatif sulit untuk
mendapatkan kedudukan sistem struktur yang benar-benar ideal pada penerapannya
o Bangunan harus terdiri dari kolom-kolom dan balok yang posisi dan letaknya harus memenuhi
persyaratan jarak tertentu yang dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis bahan bangunan struktur
utamanya.

Sistem struktur rangka bangunan bertingkat rendah yang paling banyak dipakai di
lndonesia (kecuali daerahdaerah teftentu) adalah sistem rangka beton bertulang. Sistem
rangka ini disebut dengan rangka kaku (rigid frame) karena prinsip dari struktur ini adalah
kaku nya sambungan-sambungan beton nya.

Gambar 2-13 Stuktu r rangka kaku beton (rigid frame)

Jenis rangka yang lain adalah rangka kayu yang sifatnya fleksibel. Kebalikan dengan rangka kaku
beton, rangka kayu harus dibuat dengan sambungan yang dapat bergerak sehingga dapat melepaskan
beban. Selain sifat tersebut, struktur ini bersifat ringan sehingga sangat berguna melawan ancaman
beban gempa bumi yang sering terjadi di lndonesia. Rumah tradisional di Nusantara kebanyakan
menggunakan prinsip rangka fleksibel ini.

b. Sistem Struktur Dinding Pemikul

Sistem struktur dinding pemikul menggunakan dinding sebagai penopang struktur utama
selain sebagai pembatas ruang. Dinding pada struktur ini menerima beban dari bangunan dan
24 I
I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

meneruskannya ke dalam tanah (tanpa dibantu dengan rangka), dengan demikian dinding harus
menerus dari bawah (pondasi) sampai atas (ataP).

Bebarr pada dinding ini dapat dipasang di sembarang tempat sepanjang dinding, dengan
ijer,-rii.:ian kucla-kuda dapat di mana saja sehingga pondasi harus berbentuk garis pada sepanjang
y-"tis drndingnl,a.

Gambar 2-14 Struktur dinding pemikul (satu arah)

Keuntungan sistem struktur dinding pemikul


a Tanpa harus meletakkan kolom-kolom pada ruang bangunan
a Letak tumpuan beban dapat di mana sepanjang dindirtg sehingga posisi kuda kuda, balok dan
sebagainya mudah ditempatkan dan disesuaikan dengan aspek lain dalam bangunan

Kerugian sistem struktur dinding pemikul


o RuanB akan relatif terikat dengan posisi garis dinding sehingga ruang fungsi harus mengikuti
ruang yang ada
r pondasi yang digunakan harus sesuai sepanjang dinding sehingga relatif besar dimensinya dan
mahal
o Konstruksi clinding yang tebal dan besar akan mengakibatkan bangunan menjadi relatif lebih
mahal karena volume waktu dan bahan.

2.2.3 Struktur Pondasi


Struktur pondasi adalah elemen sistem struktur yang berfungsi menopang keseluruhan beban,
menjaga berdirinya bangunan dan meneruskannya ke dalam tanah. Pondasi disebut juga sebagai
elemen 'landasan' karena posisinya di dasar bangunan. Pondasi dibedakan atas kedalamannya dan
sifatnya meneruskan beban ke dalam tanah. Menurut kedalamannya pondasi dibagi menjadi dua;
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Sedangkan menurut sifat penerusan gayanya, pondasi dibagi
menjadi tiga jenis; pondai titik, pondasi menerus dan pondasi bidang.
Mengetahui Macam Struktur lJtama
l*
Pondasi titik untuk jenis dangkal dapat berupa umpak, foot plate, pondasi buis beton dan
pondasi kayu. Sementara untuk jenis dalam dapat berupa pondasi tiang pancang atau pondasi sumur
bor. Pondasi menerus hanya terdiri dari pondasi dangkal yaitu pondasi menerus batu kali atau beton
bertulang. Pondasi bidang atau juga disebut pondasi kapal dapat berupa pondasi pelat beton baik
yang difungsikan sebagai ruang bawah tanah (basement) atau tidak.

Semua jenis pondasi tersebut dapat digunakan untuk semua jenis bangunan karena penentuan
bangunan akan tergantung selain pada beban juga tergantung beberapa aspek; yaitu aspek beban
bangunan, kondisi tanah dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi dan atau besar bangunan, beban
akan meningkat sehingga ukuran dan kedalaman juga akan semakin meningkat. Kondisi tanah
yang mempengaruhi daya dukung tanah (tanah normal lkglcm2) akan menentukan dimensi
dan kedalaman pondasi, semakin berkurang daya dukung tanah, semakin bertambah dimensi dan
kedalamannya. Begitu juga dengan kondisi lingkungan, pada lokasi ekstrim, pondasi juga harus
menyesuaikan. Dimensi pasti pondasi dan kedalamannya harus dihitung oleh konstruktor.

Gambar 2'15 Macam pondasititik (umpak, foot-plate, buis beton, pancang)

a. Pondasi Titik

Pondasi titik diperlukan untuk meneruskan beban-beban terpusat atau terkumpul (pada kolom)
dan meneuskannya ke dalam tanah. Pondasi ini hanya ada pada kolom-kolom utama bangunan.
Pondasi titik pada bangunan strul<tur beton bertulang dapat berupa pondasi telapak (foot plate) dan
pondasi buis beton atau pondasi tiang pancang dan pondasi sumur bor untuk pondasi dalam. Jenis
pondasi ini ditempatkan pada kolom-kolom utama struktur bangunan. Pada struktur kayu, umpak
batu adalah pondasi titik yang banyak dipakai bangunan tradisional.

b. Pondasi Menerus

Pondasi menerus dibutuhkan untuk menopang beban menerus yang berasal dari dinding pemikul
atau dinding batu bata penyekat ruang. Pondasi menerus juga dibuat menurut struktur utama jika
26 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

dipakai sebagai pondasi utama (misal pondasi dinding pemikul). Pada dinding non struktural atau
dinding pembatas ruang, pondasi dipakai hanya untuk memikul berat dinding di atasnya, sehingga
untuk bangunan bertingkat yang menggunakan struktur utama beton bertulang dan menggunakan
dinding batu bata, pondasi titik maupun menerus digunakan keduanya'

Gambar 2-16 Macam pondasi menerus (batu kali. beton bertulang)

c. Pondasi Bidang

Jika pondasititik karena beban atau tanah atau keduanya menghendaki Iuasan yang lebih untuk
mempertahankan posisi bangunan, maka titik satu pada pondasi akan mendekati atau bertemu dan
yang
saling bersinggungan. Kondisi ini memungkinkan untuk digabung menjadi satu kesatuan pelat
disebut pondasi pelat atau pondasi bidang. Pondasi bidang ini sering digunakan untuk bangunan
yang berat atau tinggi atau berada pada tanah dengan daya dukung yang rendah (tanah rawa dsb).

Gambar 2-17 Pondasi bidang (beton bertulang)

d. Kedalaman Pondasi
pondasi dangkal atau dalam yang akan dipakai pada suatu bangunan juga terletak pada berat
bangunan, tinggi bangunan, daya dukung tanah dan struktur lapisan tanah. Juga diperhatikan lokasi
bangunan berada. Apakah terletak di daerah rawan gempa, banjir dan sebagainya, sebab kondisi-
kondisi tersebut menghendaki pondai yang lebih stabil untuk mengantisipasi beban-beban eksternal
tersebut.
Mengetahui Macam Stuktur lJtama
t,,
2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan
Menurut bahan dasar penyusun struktur, bangunan bertingkat rendah mempunyai berbagai
jenis bahan yang dapai ciigunakan sebagai bahan utama pembentuk struktur. Bahan tersebut
dapat
digunakan sepenuhtlya pada semua bagian struktur dan konstruksi ataupun dapat dikombinasikan
menurut kepentingan 6lemakaiannya. [3ahan yang sering dipakai adalah; Kayu, Baja dan Beton.

2.3"1 Sistem $truktur Kayu


Sistem strul<tur kayu adalah sistem strul<tur utama bangunan yang menggunakan bahan tersusun
dari kayu. Sistem ini sering cligunakan sepenuhnya terutama pada bangunan-bangunan khusus
baik bangunan tradisional ataupun bangunan lainya dengan maksud tertentu (citra, suasana dsb).
Penggunaatl secara parsial biasarrya dilakukan untuk bagian-bagian bangunan dengan tujuan efisiensi
dan kemudalran pengerjaan, misalnya pada rangka atap.
Pada masa kini, pengunaan secara total pada sehuah bangunan jarang rJilakukan karena alasan
ketersediaan dan nrahalnya bahan l<ayu. sementara pada penggunaan parsial (misal untuk kuda kuda),
masih sering dilakukan sebagai bahan yang paling ideal, karena mudah dikerjakan, mempunyai berat
struktur yang kecil dan relatif murah bila dibandingkan dengan penggunaan bahan struktur lain pada
penggunaan tertentu.

Penggunaan bahan ini juga sangat dipengarLrhi ketersedian kayu di lapangan, dengan panjang
dan penampang tertentu. Sehingga desain bangr-rnan harus memperhatikan pada bagian-bagian mana
struktur harus disambung dan ditumpu. Sistem struktur kayu mempunyai sifat sambungan yang dapat
bergerak (sendi, truss) sehingga pengkakukan sering dilakukan dengan menenrpatkan batang-batang
diagonal sehingga membentuk rangkaian segitiga-segitiga.

Gambar 2-18 Cantah struktur utuh kayu dengan rangka bataitg (fruss)
28{ Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

2.3.2 Sistem Struktur Baja


Sistem struktur baja adalah sistem struktur utama terbuat dari bahan baja. Sistem ini bersifat
modern karena pengerjaannya nrembutuhkan ketrampilan yang mernadai dan harganya relatif mahal.
Penggunaan pada sistem struktur secara keseluruhan pada bangunan-bangunan dengan fungsi dan
maksud tertentu karena kelebihan baja adalah ringan dan mudah dibongkar pasang. Sementara pada
bagian bangunan, baja sering digunakan pada konstruksi kuda-kuda atau rangka atap lainnya untuk
mencapai bentangan yang lebih lebar.

Sifat baja yang ringan tepat digunakan untuk bangunan ringan yang dapat mencapai ketingian
i
dan lebar bentang yang maksimal. Oleh karena itu struktur baja tepat dugunakan untuk bangunan-
bangunan tinggi atau berbentang lebar. Sifat yang lain adalah relatif mampu menahan tarikan
sehingga pada elemen konstrLrksi, baja lebih digunakan untuk batang-batang yang menerima gaya
tarikan atau batang tarik ketimbang batang tekan (seperti pada kayu atau beton).

Cambar 2-19 Contoh struktur baja


Beberapa kelemahan baja pada penggunaan struktur adalah karena sifat dasarnya yang mudah
mengalami korosi sehingga penggunaannya harus selalu dilindungi dan dipelihara (cat, laminating,
bungkus beton/komposit) dan tidak cocok untuk di luar ruang. Baja juga relatif mudah terpengaruh
oleh suhu luar sehingga mudah mengalami kembang susut yang relatif besar yang akan berakibat
lemahnya sistem struktur, sehingga baja relatif tidak tal-ran terhadap api dibanding struktur lain.

2.3.3 Sistem Struktur Beton


#m.iJ
Beton adalah bahan struktur yang didapatkan dari canrlluran tertentLr semen, pasir dan krikil.
&im
Penggunaan beton secara murni untuk sistem strtiktur bangunan jararrg dilakukan, karena bahan ini
irtii{1tI
relatif getas dan hanya mampu menahan beban atau gaya tekan saja. Oleh karena itu penggunaan
Ilm-
beton biasanya selalu dibarengi dengan perkuatan tulangan baja di dalamnya untuk menahan gaya-
Mengetahui Macam Struktur Utama 29

gaya tarik pada struktur, sehingga struktur ini disebut sebagai struktur beton bertulang (reinforced
concretelRC).

Penggunaan struktur beton bertulang untuk bangunan bertingkat rendah sangat banyak
dilakukan (kecuali daerah-daerah yang mempunyai sumber-sumber pasir dan krikil terbatas seperti
Pulau Kalimantan). Alasan penggunaan beton bertulang adalah karena bahan struktur ini relatif
murah dan mudah dikerjakan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan, sehingga hampir setiap
tenaga bangunan di lndonesia terbiasa dengan beton bertulang. Bagi perencana, beton bertulang
dapat dibentuk dengan fleksibel, sehingga dapat mengakomodasi berbagai macam bentukan desain.
Keuntungan lain adalah karena beton bertulang mempunyai usia struktur yang sangat panjang,
sehingga bangunan akan bersifat sangat permanen dan mempunyai usia pakai yang panjang pula.
Perawatan bahan pun relatif tidak diperlukan karena mempunyai ketahanan terhadap segala cuaca
dan juga terhadap api.

Kekurangan beton bertulang terletak pada berat konstruksi atau beban mati yang tinggi. Berat
ini akan mempengaruhi berat total bangunan, sehingga bangunan memerlukan sistem pondasi yang
sangat stabil untuk menopangnya. Berat ini juga akan berpengaruh pada kemampuan bentang dan
tinggi bangunan, sehingga desain ruang dan bangunan juga harus mempertimbangkan bentangan
dan tinggi maksimal. Struktur dengan berat mati yang besar ini juga rawan terhadap beban potensial
yang diakibatkan oleh gayalateral/samping seperti gempa bumi. Bangunan akan lebih mudah roboh
akibat beratnya sendiri yang menjadi beban akibat goyangan gempa.

Gambar 2-2O Struktur rangka beton sistem portal


Kolom dan balok relatif mempunyai dimensi yang cukup besar dan banyak dibanding bahan
struktur lain, sehingga efektifitas ruang menjadi tidak optimal. Sifat lain adalah waktu pelaksanaan
konstruksi yang cukup panjang, karena beton bertulang mempunyai waktu pembentukan tertentu
r ang cukup panjang dari pengerjaan cetakan (begesting), pembesian, pengecoran hingga waktu yang

digunakan untuk "mematangkan" usia beton (konvensional - 28 hari)


30 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

2.3.4 Sistem Struktur Batu Bata atau Batu Kali


Sistem struktur dinding yang tersusun dari dinding batu baia atau batu kali adalah sistem struktur
yang juga dapat dipakai sebagai sistem struktur bangunan berlantai 2, tanpa harus menggunakan
rangka berupa kolom dan balok. Sistem struktur ini berbeda dengan ketiga sistem struktur di atas
yang berbentuk struktur rangka. Sistem struktur dinding berbentuk bidang sehingga dinamakan
dinding pemikul (bearing wall).
Penggunaan sistem struktur dinding ini secara keseluruhan pada bangunan bertingkat jarang
dilakukan karena kurang efisien dari segi pelaksanaan dan bangunan atau ruang. Struktur ini harus
menggunakan dinding yang mampu mendukung beban bangunan, sehingga dinding akan semakin
tebal bila bangunan semakin tinggi. Pada sebuah bangunan tidak bertingkat sederhana, dinding
:
batu bata dapat dipakai dengan ketebalan 3/+ alau satu batu (satu batu 2 lapis batu bata standar),
sedangkan pada bangunan berlantai 2, dinding dapat mencapai ketebalan 1 Yz hingga dua batu
dengan pelat lantai kayu. Dengan demikian pengerjaan bangunan akan menjadi relatif rumit dan
mahal.

Keuntungan dari sistem struktur dinding pemikul adalah bahan struktur yang sederhana dan tidak
lagi menggunakan rangkaian kolom dan balok. Karena dindingnya yang tebal, bangunan dengan
sistem struktur ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perubahan suhu yang ekstrim, dapat
menyerap panas pada siang hari/suhu tinggi dan memancarkannya pada malam hari/suhu rendah.

Gambar 2-21 Struktur batubata atau batukali dengan Sunung-gunung

-oo0oo-
MEWADAHI FUNGSI DAN RUANG
PADA BANGUNAN

Aspek utama yang harus diperhatikan pada bangunan gedung adalah


aspek fungsi. Fungsi-fungsi itu mempunyai persyaratan yang harus
dipenuhi oleh ruang dan bangunan, maka setiap elemen bangunan
harus ditujukan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Pemenuhan
persyaratan ini akan mempengaruhi baik secara langsung atau tidak
pada aspek struktur sebagai wadah dan juga bentuk bangunan
sebagai hasil. Untuk dapat mengerti kaitan antara fungsi dan
pengaruhnya terhadap aspek lain tersebut, di bawah ini akan
dibahas dalam kaitannya dengan jenis-jenisnya dan pengaruhnya
terhadap sistem struktur, bentuk rutang dan bangunan
32 I Merancang Bangunan Cedung Bertingka! Rendah

3.1 Mengidentifikasi Fungsi dan Ruang


Ruang dan bangunan akan lebih mudah ditentukan jika fungsi pada ruang atau bangunan
dapat didefinisikan, demikian pula sebaliknya. Fungsi-fungsi selanjutnya dibedakan menurut
kompleksitas kegiatan yang berkaitan langsung dengan kompleksitas ruang dan struktur yang akan
mewadahinya. Fungsi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu fungsi seragam dan fungsi kompleks.
lstilah ini digunakan untuk menghindari kerancuan dengan istilah fungsi tunggal dan fungsi jamak
yang sering digunakan pada bangunan, yang kadang tidak berkaitan secara langsung dengan tingkat
kompleksitas perancangan struktur pada bangunan . Fungsi tunggal sering dipahami sebagai fungsi
yang terdiri dari satu golongan kegiatan (contoh: rumah tinggal, perkantoran, asrama dan sebagainya)
sementara fungsi jamak terdiri berupa lebih dari satu golongan kegiatan (contoh: rumah toko/ruko,
hotel konvensi dan sejenisnya)

Gambar 3-1 Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel)

Fungsi seragam dan tidak seragam atau kompleks pada pembahasan struktur ini lebih diarahkan
pada kaitannya dengan kompleksitas sistem struktur dan pentahapannya dalam desain. Sering
bangunan fungsi-fungsi tunggal justeru mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi atau dapat
digolongkan ke dalam fungsi kompleks (bangunan rumah tinggal pada umumnya adalah contoh
fungsi tunggal yang kompleks). Demikian juga sebaliknya, jenis hotel tertentu dengan kejamakan
fungsi yang terjadi di dalamnnya, kadang justeru dapat digolongkan ke dalam fungsi yang seragam
karena sebagian besar dari sifat kegiatan itu hanya satu yaitu kamar tidur. Demikian pula fungsi-
fungsi lainnya.
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan I ,,
3.1.1 Fungsi Seragam
Yang dimaksud dengan fungsi seragam adalah fungsi-fungsi yang dapat dipandang sebagai satu
jenis aktifitas yang akan berpengaruh sama atau seragam pada kebutuhan ruangnya. Fungsi ini dapat
diidentifikasi dengan adanya satu kegiatan yang dominan, walaupun akan terdapat berbagai macam
kegiatan lainnya, namun kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan menentukan fasilitas pewadahan
ruang atau struktur yang sangat berbeda dengan fungsi utamanya. Ruang-ruang lain ini akan dapat
didefinisikan sebagai ruang pelengkap yang dapat diwadahi dengan tuntutan pewadahan pada ruang
fungsi utamanya. Contoh darijenis bangunan ini adalah bangunan perkantoran, yang ruang-ruangnya
terdiri dari kegiatan utama dominan kantor, walaupun ukuran masing-masing kantor tersebut dapat
berbeda, namun karena penggunaan modul ruang yang sama dari persyaratan ruang minimalnya,
ukuran-ukuran tersebut dapat merupakan kelipatan atau bagian dari modul ruang utama. Demikian
juga dengan ruang-ruang lain yang berfungsi sebagai penunjang semacam ruang rapat, kamar mandi,
dapur dan sebagainya.

Fungsi seragam ini dapat berupa satu ruang kegiatan fungsi utama disertai fungsi-fungsi ruang
penunjang, misalnya pada bangunan auditorium yang terdiri dari kegiatan utama ruang pertemuan
dengan ruang-ruang lain berupa kamar mandi dan gudang. Atau dapat pula terdiri dari beberapa
fungsi utama dan beberapa ruang penunjang seperti bangunan asrama yang terdiri dari kamar-kamar
dan fasilitas kamar mandi dan fasilitas lainnya. Yang terakhir ini lebih sering terjadi pada bangunan
bertingkat sedangkan bangunan dengan fungsi seperti auditorium biasanya hanya terdiri dari satu
lantai atau dalam satu lantai pada lantai tertentu pada bangunan (jika digabungkan dengan fungsi
utama lain).

Pengaruhnya terhadap fasilitas ruang dan struktur pada bangunan relatif mudah dan sederhana.
Karena ruang-ruang diperoleh dari kelipatan atau bagian ruang utama, maka ukuran dan bentuk
struktur bangunan juga relatif sama. Keseragaman bentuk dan fungsi ini akan lebih ditegaskan dengan
keteraturan sistem struktur bangunannya. Kolom-kolom dan dinding-dinding pada bangunan dapat
diatur menurut kaidah atau pedoman tertentu yang lugas yaitu dengan menggunakan salah satu
jenis grid struktur. Pada bangunan bertingkat, jenis bangunan ini relatif lebih mudah dalam proses
desain dan strukturnya. Tentu saja pengurangan dan penambahan kolom dan dinding ini masih dapat
dilakukan untuk mendapatkan fungsi yang optimal.

Pada bangunan dengan fungsi komples dapat diambil kesimpulan :

t t^-)i-:
Fungsi-fungsi terdiri )^-i
dari L^^..^l-
banyak f..--^:
fungsi L^-L^-J^
berbeda
, Sesuai untuk bangunan-bangunan lebih privat
* Denah lebih sulit dibuat dengan tidak banyak kelipatan bentuk dan ukuran
* Paling tepat digunakan untuk bangunan tidak bertingkat / bertingkat rendah
, Struktur lebih kompleks dengan pola yang tetap beraturan
.t Perancangan lebih bersifat kompleks
* Pengerjaan lebih susah dilakukan
34 I Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

3.1.2 Fungsi Kompleks


Jika fungsi-fungsi yang menghendaki persyaratan ruangnya masing-masing termasuk ukuran
ruangnya tidak dapat merupakan kelipatan salah satu fungsinya, maka fungsi demikian termasuk
fungsi kompleks (misal rumah tinggal). Demikian juga dengan penggabungan beberapa fungsi
utama ke dalam satu masa bangunan (misal bangunan multifungsi seperti pusat belanja terpadu,
hotel konvensi dan sebagainya). Tiaptiap fungsi ini akan menuntut ruang yang berbeda baik bentuk
ataupun ukuran dan persyaratan lainnya yang harus dipenuhi oleh bangunan.

Cambar 3-2 Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertuniukan)

Fungsi-fungsi yang berbeda dalam satu massa bangunan ini dapat dipadukan dengan berbagai
cara yang mungkin dilakukan. Jika fungsi-fungsi tersebut hanya fungsi-fungsi utama yang relatif
ukuran ruangnya kecil seperti rumah tinggal dan sejenisnya, maka ruang-ruang ini dapat diwadahi
dalam satu bangunan yang utuh. Namun jika masing-masing fungsi tersebut berukuran besar karena
keterbatasan struktur maka ruang-ruang tersebut dapat difasilitasi oleh jenis strukturnya masing-
masing yang penerapannya dalam massa bangunan cukup digabungkan atau saling didekatkan saja.

Pengaruhnya terhadap konfigurasi ruang pada bangunan tentu saja harus menggunakan grid
yang mempunyai variasi bentuk dan ukuran yang beragam. Konfigurasi beragam ini dapat berupa
satu jenis grid yang saling disesuaikan ukurannya atau berbagai macam grid yang disatukan dalam
satu bangunan.
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan lu,
3.2 Memenuhi Persyaratan Ruang
Ruang-ruang sebagai hasil dari perwujudan ide gagasan atau konsep bangunan dan ruangnya
akan mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang harus difasilitasi oleh struktur dan konstruksi
bangunan. Persyaratan ruang ini pada dasarnya adalah untuk memberikan tujuan fungsi pada ruang
yang optimal. Persyaratan yang akan di bahas meliputi;

3.2.1 Persyaratan Bentuk dan Ukuran


Karena alasan tertentu, ruang akan mempunyai bentuk dan ukuran tertentu. Bentuk dan ukuran
ruang-ruang ini harus diwadahi dalam bangunan, sehingga struktur sebagai pembentuk wadah
ruang harus dapat sesuai dengan persyaratan ini. Karena fungsinya, ruang pada prinsipnya dapat
mempunyai beragam bentuk dan ukuran masing-masing. Masing-masing ruang ini dapat secara
langsung diwadahi dengan bentuk-bentuk dan ukuran struktur dan konstruksi yang berbeda. Akan
tetapi cara ini untuk bangunan bertingkat relatif lebih sulit dilakukan, karena pada prinsipnya, struktur
bangunan bertingkat lebih menghendaki keteraturan-keteraturan baik bentuk ataupun ukuran.

Gambar 3-3 Contoh pernenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada sebuah fungsi
bangunan tertentu

Pada bangunan dengan fungsi seragam dapat diambil kesimpulan :

.!. Fungsi-fungsi terdiri dari fungsi sejenis


* Sesuai untuk bangunan-bangunan publik
.:' Denah lebih mudah dibuat dengan kelipatan bentuk dan ukuran
* Paling tepat digunakan untuk bangunan beningkat banyak
* Struktur lebih sederhana dengan pola yang tetap beraturan
* Perancangan lebih bersifat sederhana
* Pengerjaan lebih mudah dilakukan
36 I Merancang l3angunan Cedung Bertingkat Rendah

Penggunaan grid struktur adalah cara yang paling ideal untuk menemukan kesesuaian ruang
dengan tuntutan persyaratannya serta menemukan keteraturan strukturnya. Crid pada praktiknya
dapat fleksibel rnewadahi bentuk dan ukuran ruang yang berbeda dalam denah bangunan.

Bentuk dan ukuran ruang-ruang tertentu dapat tidak mengikuti keteraturan atau menggunakan
perkecualian dengan catatan bahwa ketidak teraturan ini harus dapat diselesaikan dengan desain
khusus pada struktur atau kontruksi bangunan. Penyesuaian-penyesuaian baik bentuk atau ukuran
ruang pada kasus tertentu dalam bangunan juga dapat dilakukan dengan catatan tidak sampai
merubah tujuan dari persyaratan ruang. Ukuran-ukuran dapat ditambah atau dikurangi dengan syarat
perubahan itu masih sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Demikian juga dengan
bentuk ruang dan bangunan.

3.2.2 Persyaratan Sistem


Sistem-sistem yang akan diterapkan dalam bangunan akibat fungsi bangunan juga akan
berpengaruh besar dalam desain struktur dan konstruksi. Sistem-sistem itu antara lain meliputi sitem
fisik (view,, pengudaraan, pencahayaan dsb), mekanika (sirkulasi, pemipaan dsb) dan elektronika
ruang (listrik, telepon dsb). Semua sistem itu harus dapat diwadahi dalam bangunan agar fungsi
menjadi optimal.
Pelvadahan sistem-sistem itu dalam bangunan akan berpengaruh banyak dalam sistem struktur
dan konstruksinya. Mulai dari ukuran bentang ruang, ketinggian antar lantai, ketinggian atap, ruang
yang harus disediakan untuk jaringan-jaringan sistem serta kelengkapannya dan sebagainya. Sistem-
sistem ini juga pada dasarnya untuk membuat fungsi dan bangunan menjadi optimal, sehingga struktur
sebagai tempat atau wadah harus sesuai dengan tuntutan persyaratan. Untuk dapat menyesuaikan,
sistem-sistem pada ruang-ruang itu harus dapat diketahui satu persatu, sehingga yang paling penting
adalah bagaimana memadukan semua sistem itu pada bangunan, sehingga sistem pada satu ruang
tidak akan saling menggangu ruang yang lain.

3.2.3 Persyaratan Lain


Persyaratan lain pada ruang yang berkaitan dengan fasilitas struktur antara lain adalah persyaratan
karakter desain arsitektural meliputi warna, tekstur, gelap terang dan sebagainya. Persyaratan ini
akan dapat dipenuhi dengan pemilihan penggunaan bahan bangunan yang juga akan berkaitan
langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan. Bahan-bahan bangunan tertentu memiliki
persayaratan tertentu pula dalam penggunaannya pada bangunan. Hal ini tentu saja akan menjadi
pertimbangan utama dalam mendesain ruang dan fungsinya.

3.3 Mewadahi Organisasi Ruang


Setelah ruang-ruang ditentukan persyaratannya, ruang-ruang tersebut akan disusun dalam
gubahan ruang yang disebut organisasi ruang. Organisasi ruang ini adalah wujud awal dari susunan
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan 37

denah ruang dalam bangunan. Organisasi ruang selanjutnya akan menggambarkan bagaimana
kedudukan masing-masing ruang dan hubungannya satu dengan yang lain. Pada desain struktur,
kedudukan dan hubungan antar ruang ini menjadi penting karena akan menghasilkan pengaturan
elmen struktur dan konstruksi yaitu pada pengaturan kolom-kolom dan dinding-dinding bangunan.
Jika grid struktur juga sudah digunakan, maka organisasi ruang ini pada nantinya akan mempunyai
saling ketergantungan dengan grid struktur yanB digunakan.

a
(,
z)
LL
Service
o
z
l
u

(,
z
:)
t
tr
)F
Y
f
d
F
a

z
z
:)
C'
z
c0
T
Z
u
o

Gambar 3-4 Hubungan antara organisasi ruang dengan sistem struktur

3.3.1 Hubungan Ruang


Di dalam hubungan ruang, ruang-ruang dihubungkan satu dengan yang lain menurut tujuannya
dengan berbagai cara. Ruang dapat dihubungkan secara langsung atau tidak langsung. Secara tidak
langsung akan membutuhkan ruang perantara, Ruang perantara yang sering dipakai sebagai elemen
sirkulasi adalah hall atau selasar. Letak pengaturan selasar ini dapat beragam tergantung juga pada
aspek bangunan yang lain.
38 I h,l e r a n c an g B an gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n d ah

332LayoutRuang
-..cut ruang atau pengaturan posisi ruang pada bangunan bertingkat dapat dilakukan secara
" '' ^:al atau vertikal. Ruang-ruang publik biasarrya lebih diutamakan untuk berada pada bagian
. .. ian yang lebih mudah dicapai yaitu di depan secara horisontal atau di lantai dasar secara
-

- - ral, sementara ruang-ruang yang lain menyesuaikan. Ruang-ruang dengan persyaratan khusus
.-=-a jenis aktifitas yang diwadahi juga karena sistem yang lebih diutamakan di lantaidasar adalah
-:-E-ruang gudang, dapur, garasilparkir dan sejenisnya. Namun jenis ruang ini tidak harus terletak
=.."i dengan jangkauan publik sehingga dapat diletakkan di bagian belakang bangunan atau bahkan
. =,-a basement bangunan yaitu ruanB di bawah tanah. Pengaturan layout ruang yang lain dapat
,^Jkan dengan maksud dan tujuan bangunan yang berbeda.

3.4 Membuat Denah Kasar


Setelah semua pertimbangan hubungan dan layout ruang dapat ditentukan, dengan atau tanpa
-'ersyaratan ruang yang diketahui, gambaran kasar bentuk denah sudah dapat dihasilkan. Denah
rasar ini masih sebatas menggambarkan posisi-posisi ruang dan bagaimana struktur mewadahi ruang-
ruang tersebut. Tentu saja denah yang dihasilkan ini akan masih sangat mungkin untuk mengalami
berbagai perubahan mengingat aspek-aspek lain pada bangunan belunr difikirkan. Denah kasar adalah
kesimpulan pada bahasan fungsi saja beserta pertimbangan struktur dan konstruksi arval. Denah ini,
iika sudah difikirkan terhadap semua aspek pada bangunan beserta persyaratannya selanjutnya akan
menjadi denah yang sesungguhnya yang akan dipakai sebagai gambar kerja bangunan.

Service Taman luar


Dapur

R,keluarga
Garasi

R.tidur R.tamr Km
R.tidur
Teras
Carport
Taman luar

Gambar 3-S Contoh denah kasar (mis: rumah tinggal)


Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan 39

Selanjutnya, jika denah kasar sudah dihasilkan, proses untuk menuju gambar kerja denah masih
cukup panjang. Denah akhir yang dipakai sebagai pedoman gambar kerja akan banyak berkaitan
dengan aspek-aspek lain dalam bangunan, bukan hanya fungsi saja. Denah juga berhubungan
dengan bagaimana sistem struktur direncanakan karena kolom-kolom dan atau dinding-dinding akan
diletakkan. Sistem pencahayaan dan penghawaan juga dipengaruhi karena jendela dan pintu juga
diletakkan dalam denah, demikian juga dengan sistem sirkulasi bangunan dan sistem-sistem lain
dalam bangunan, termasuk yang paling banyak menentukan perancangan estetika sebuah bangunan;
tampak. Komposisi denah dan bagaimana denah dibuat akan dilan.jutkan pada bagian lain dalam buku
ini setelah semua sistem-sistem yang mempengaruhinya dalam bangunan dibahas terlebih dahulu.
Dengan demikian, hasilnyaakan menjadi denah yang ideal bagi sebuah perancangan bangunan.

-oo0oo-
M EM FAS I LITAS I ASPEK-ASPEK
UTAMA BANGUNAN

Aspek-aspek utama bangunan harus difahami dan drtentukan terlebih dahulu agar
keterpaduannya dapat direncanakan secara utuh. Ketentuan-ketentuan baku dan
kaitannya terhadap aspek yang lain harus diketahui. Permasalahan utama pada
perancangan adalah bagaimana menyesuaikan dengan aspek-aspek yang lain.
Terkadang juga tidak semua aspek mendapatkan bobot yang sama. Prioritas
atau penekanan sebagian aspek pada fungsi-fungsi bangunan tertentu dapat
dilakukan sesuai dengan tujuan desain yang telah ditetapkan.
42 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

4.1 Menentukan Sistem Sirkulasi Bangunan


Bahasan pettama yang sangat penting pada bangunan bertingkat adalah sirkulasi bangunan.
Karena bangunan akan mempunyai lebih dari satu lantai, maka bagaimana akses sirkulasi bangunan
yang aman dan nyaman sangat diperlukan. Bentuk ruang sirkulasi pada bangunan pada umumnya
terdiri dari sirkulasi vertikal (tangga,eskalator,lift) dan horisontal (selasar,hall,lorong). Keduanya akan
sangat mempengaruhi desain bangunan baik pada aspek struktur dan konstruksi juga aspek-aspek
lain pada bangunan.

Gambar 4-1. Berbagai macam bentuk tangga bangunan

4.1.1 Sistem Tangga Bangunan


Tangga adalah elemen utama sistem sirkulasi bangunan bertingkat. Rancangan tangga ditentukan
bukan hanya terhadap sistem sirkulasi itu sendiri, tetapi juga pada rancangan bangunan secara
keseluruhan. Bentuk dan dimensi tangga akan secara langsung mempengaruhi pengaturan ruang-
ruang fungsi bangunan, ketinggian antar lantai bangunan bertingkat hingga pada sistem sirkulasi
udara dan ventilasi bangunan. Dengan demikian pada praktiknya, rancangan tangga ini akan sangat
berpengaruh pada rancangan denah, potongan dan tampak bangunan. Oleh karena itu, tangga dalam
proses perancangan bangunan, dapat ditentukan lebih dahulu dengan cara membuat ketentuan-
ketentuan dalam perencanaan yang berbentuk analisa dan perhitungan awal atau konsep tangga
dalam bangunan.
Ketentuan-ketentuan tangga yang akan digunakan pada bangunan berlantai lebih dari satu harus
memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
Memfasil itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan lo,
a. Fungsi Tangga

Tangga dibedakan menjadi dua fungsi utama, yaitu sebagai tangga utama dan tangga darurat.
Tangga utama disediakan untuk jalur utama sirkulasi pergerakan di dalam bangunan sedangkan
tangga darurat disediakan untuk jalur darurat atau melarikan diri dari kejadian yang berbahaya di
dalam bangunan seperti kebakaran, gempa bumi dan sebagainya.

a.1. Tangga Utama


Karena tangga utama berfungsi sebagai jalur sirkulasi utama bangunan bertingkat, maka ukuran,
bentuk dan posisi tangga sangat diperhatikan dalam rancangan tangga. Ukuran jalur tangga harus
dapat menampung kebutuhan ruang sirkulasi untuk satu jalur, dua jalur dan seterusnya. Standar
lebar ini ditentukan berdasarkan ukuran lebar manusia ditambah rangan antara atau spasi. Lebar
minimal tangga untuk satu jalur 70 cm, 2 jalur 120 cm dst,(lihat standar). Ketentuan lebar jalur
ini harus mempertimbangkan aspek rutinitas pemakaian di dalam bangunan. Semakin sering dan
banyak pemakaian, semakin besar jalur yang harus disediakan.

Bentuk tangga utama terdiri dari berbagai macam, mulai yang sederhana hingga yang rumit.
Pemilihan bentuk ini dapat dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain bangunan, tetapi yang paling
penting bagi tangga utama adalah kemudahan, keamanan dan kenyamanan.

Railing Tangga
Pagar Tangga
l
l

i
Anak Tangga
l

l
l
I

I
-_l
o.
$l
o
(D]
Jr
(I,

'1

t,

Gambar 4-2. Bagian-bagian tangga


Posisi tangga utama yang ideal adalah harus terletak
di ruang-ruang yang mudah terlihat sevara
visual dan mudah ditemukan tetapi tidak mengganggu aktifitas ruang di sekitarnya.
rl

-tl
-r4 ll Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

a-2 Tangga Darurat


Tangga darurat disediakan sebagai akses lain selain tangga utama. pada bangunan rlmum,
tangga
darurat ini harus disediakan sebuah fasilitas keselamatan pengguna bangunan untuk mengantisip=asi
akses darurat karena terjadi kabakaran, gempa dsb. Oleh karena itu fasilitas tangga ini sangat
diperhatikan dari aspek peraturan seperti sebagai persyaratan ijin mendirikan bangunan (lMB). pada
bangunan tempat tinggal, tangga darurat dapat berupa tangga service yang berfungsi untuk melayani
aktifitas service semacam tangga tempat jemur, ruang cuci atau ruang di atas atap lain.

Rancangan tangga darurat yang ideal harus dapat dipakai dalam keadaan panik dan tidak gelap
(karena asap dan listrik padam). Oleh karena itu, tanda-tanda pijakan dan pegangan
sangat diperlukan
mudah dicapai dan tidak tergantung dari cahaya lampu listrik ruangan untuk dapat melihatnya.
Cahaya matahari lebih diutamakan dari pada penggunaan lampu. Lampu dengan sumber daya
sendiri atau penSSunaan cat khusus yang dapat berpendar di waktu gelap sangat diutamakan untuk
menghindari hilangnya pandangan akibat mati lampu dan habisnya daya pada lampu khusus yang
disebabkan kurangnya perawatan dan sebagainya.

Ukuran lebar tangga dirancang idealnya hanya untuk satu orang saja. pemakaian satu orang
ini dimaksudkan untuk menghindari pemakaian bersama yang relatif lebih mudah menyebabkan
kecelakaan saat digunakan secara berebutan. Bentuk tangga disarankan dengan bentuk lurus atau
balik yang pada sisi bawahnya harus berhubungan langsung dengan ruang luar untuk menghindari
terperangkapnya pemakai di dalam bangunan.

b. Fungsi Bangunan
Perancangan tan88a juga harus mempertimbangkan fungsi bangunan atau ruangnya. Bangunan
dengan pemakai tertentu akan membedakan rancangan tangga. anak-anak, orang dewasa, manula,
penyandang cacat, pemakaidengan beban bawaan dan sebagainya, harus didefinisikan dari sebagian
besar pengguna gedung. Wujud rancangan tangga yang berhubungan langsung adalah pada ukuran
tinggi lebar anak tangga, lebar tangBa, jumlah anak tangga dan tinggi rendah pegangan tangga.
Rumus yang dipakai untuk menentukan rancangan tangga adarah sbb:

2.tinggi anak tangga + Iebar anak tangga : .............60 - 65cm. ( 1 )


tinggi antar lantai : n x tinggi anak tangga ................ ( 2 )
jumlah anak tangga (termasuk bordes) :
tinggi antar lantai/tinggi anak tangga - 1 ................... ( 3 )
Rumus-rumus tangga di atas dapat diterapkan pada semua jenis tangga baik dari bahan kayu,
baja, batu bata atau beton bertulang. Rumus-rumus ini harus digunakan secara berurutan sebagai
berikut;
Rumus (1) 2.tinggi anak tangga + lebar anak tangga : 60
- 65 cm adalah perhitungan
berdasarkan ukuran langkah yang digunakan (orang dewasa). Jika tangga dipakai oleh sebagian
besar anak-anak, maka angka ini akan kurang dari 60 cm, atau tergantung rata-rata ukuran langkah
M emf as i I itas i Aspek-Aspek lJ tam a B an gu n an
lot
pemakai. Angka langkah yang terlalu besar atau terlalu rendah akan berakibat ketidak sesuaian
dengan pemakai. Akibatnya pemakai menjadi tidak nyaman dan bahkan dapat mengalami kelelahan
atau kecelakaan.

Tinggi anak tangga diambil 2 kali lipat dibandingkan lebarnya adalah karena usaha untuk
mencapai ketinggian atau vertikal ini dibutuhkan 2 kali lipat dibanding untuk mencapai lebar atau
horizontalnya.

Lebar anak tangga disesuaikan dengan kondisi rata-rata panjang pijakan kaki pengguna. Angka
yang sering dipakai adalah +30 cm, sehingga hasil hitungan yang dicari adalah hanya tinggi anak
tangga saja. Pada konstruksi tangga, lebar pijakan ini dapat direkayasa kurang dari 30, sehingga
sudut kemiringan tangga menjadi kurang landai. Untuk kenyamanan pengguna, pada finishing lebar
anak tangga masih dapat digunakan lebar standar +30 cm dengan menambah kantilever pasangan
spesinya atau mengurangi dasar anak tangga di atasnya.

Rumus ( 2 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga, maka tinggi antar lantai dapat ditentukan
berdasarkan kelipatannya. Jika telah ditentukan kira-kira tinggi antar lantai sebelumnya, maka tinggi
ini harus disesuaikan dengan perkalian tinggi anak tangga, sehingga mungkin hasil akhir untuk
menentukan tinggi antar lantai dapat berupa angka yang tidak bilangan bulat. Cara ini lebih tepat
dari pada menentukan tinggi pasti antar lantai baru menentukan tinggi anak tangga. Yang terakhir
ini dapat menyebabkan angka yang sulit atau tidak seragam pada anak tangganya atau tidak sesuai
dengan logika orang melangkah pada rumus (1). Jika dikehendaki perbedaan tinggi anak tangga di
awal atau akhir urutan (biasanya sedikit lebih rendah untuk membedakan dengan anak tangga yang
Iain), hal ini dapat dilakukan, tetapi tentu saja masih dalam batas-batas yang masih diterima (tidak
terlalu terlalu rendah dari anak tangga yang lain).

Rumus ( 3 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga beserta tinggi lantai, maka jumlah anak tangga
dapat ditentukan dengan cara membagi tinggi antar lantai dengan tinggi anak tangga dikurangi 1.
Bilangan satu ini adalah permukaan tinggi lantai, sehingga tidak perlu dihitung sebagai anak tangga.
Jumlah anak tangga ini termasuk bordes. Pada langkah keberapa bordes ditempatkan tergantung
layout tangga dangan ruangnya, namun dalam satu deret, untuk mengindari kejenuhan yang dapat
berakibat bahaya, menurut penelitian, tangga tidak boleh lebih dari 16 langkah, sehingga bordes harus
dipakaijika anak tangga lehih dari 16 buah. Pemakaian bordes ini dimaksudkan untuk memberikan
ten:pat beristirahat bagi fisik dan konsentrasi agar tidak menimbulkan kecelakaan.

struktur tangga berupa pelat beton, pelat baja atau kayu dengan konstruksi
pondasi atau balok tumpuan pada lantai atas yang dilengkapi dengan:

* Railling untuk keamanan, kenyamanan dan keindahan


* Ukuran anak tangga untuk keamanan dan kenyamanan
* Posisi bordes sebagai ruang untuk mencegah kejenuhan j
.:. I?f i L I fr
ii
Polafinishingyang jelas untuk keamanan dan kenyamanan
Etaiin Pa;:.t*"n-- .-
46 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Sebagai contoh; ketinggian antar lantai 4 meter dapat dibuat tangga sebagai berikut:

Ketinggian anak tangga : (65-lebar anak tangga)/2

: (6s - 30 )/2
: 17.5 cm
(jika 65 diganti 60, hasilrrya menjadi 15 cm)

Jumlah anak tangga : (400/17)-1

: 21,8 (dibulatkan 22 anak tangga)


Karena terdapat perbedaan tinggi anak tangga pada tangga terakhir menuju lantai (bukan anak
tangga), maka sebaiknya tinggi antar lantai disesuaikan menjadi 17.5 x 23 :
402.5 cm atau jika
:
diinginkan sebagai alternatif dapat juga menjadi 17.5 x 22 385 cm.

c. Keselamatan dan Kenyamanan

Keselamatan dan kenyamanan pada tangga harus dipenuhi agar pengguna tidak mengalami
kelelahan dan kecelakaan ketika menggunakan tangga. Selain menggunakan rumus untuk menentul<an
tinggi dan lebar anak tangga, keselamatan pemakaian tangga juga meliputi penggunaan elemen
Iain seperti pegangan atau railing dan pagar tangga. Pegangan dan pagar tangga ini menuntun dan
membatasi pengguna. Tinggi pegangan harus memperhatikan proporsi tubuh pengguna (dewasa
atau anak-anak). Pagar pada tangga harus dibuat agar supaya anak-anak tidak dapat menerobosnya,
karena anak-anak sering menyukai bermain di area tangga.

Pola pada anak tangga juga dapat menentukan keselamatan pemakai. Penggunaan pola baik
pada keramik atau pada l.arpet yang dilapiskan di atas anak tangga tidak boleh terlalu rumit hingga
membingungkan pemakai. Pola yang ideal justeru memperjelas baik garis-garis pijakan atau garis
arah pada lebar jalur tangga.

Pemakaian penutup karpet yang bermaksud memberikan kenyamanan pada injakan kaki
pengguna juga harus diperhatikan agar tidak mudah terlepas yang justeru dapat menyebabkan
kecelakaan.

Penggunan garis-garis anti selip (nose) pada tangga yang terbuat dari bahan anti selip seperti
karet, aluminium, atau kayu sangat dianjurkan untuk mencegah pemakai terpeleset disamping
memperjelas pola anak tangga.
M e mf as i I itasi Aspek-Aspek {."/tanra B an gu na n lo,
d. Kaitannya dengan Sistem Lain

Gambar 4'3 Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain

Rencana tangga juga terkait dengan sistem lain dalam bangunan. Karena tangga membutuhkan
ruang bebas lantai tembus ke atas (void) yang juga dapat digunakan sebagai penunjang sistem
pencahayaan dan ventilasi udara. Letak posisi tangga dalam hal ini sangat penting untuk
mengakomodasi sistem pencahayaan dan perrgudaraan alami bangunan. Jendela-jendela juga
seoptimal mungkin diletakkan sepanjang void tangga ini yang berfungsi untuk menyinari ruang
tangga dan ruang di sekitarnya.

Sistem konstruksi pelat dan balok lantai juga harus mempertimbangkan bentuk dan posisi tangga,
sebab tangga akan membutuhkan perkuatan berupa korom atau balok.

e. Konstruksi Tangga
Rancangan konstruksi tangga dapat menggunakan bahan kayu, baja, batu bata atau beton
bertulang. Beton bertulang lebih banyak dipakai karena alasan kesesuaian dengan struktur utama,
relatif mudah dikerjakan, tidak menimbulkan suara hentakan kaki dan tahan lama.

Konstruksi tangga harus dipasang pada pondasi pada lantai pertama dan balok pada lantai-laintai
berikutnya, Kolom-kolom dapat dipasang langsung berclekatan dengan tangga atau tidak. Bordes
yang tidak menggunakan tumpuan balok dan kolom disebut dengan nama tangga melayang.

Konstruksi tangga pada beton bertulang dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan
langsung mencetak konstruksi tangga beserta anak tangganya, atau hanya dengan mencetak pelat
tangga sesuai dengan kemiringannya, lalu anak tangga dibuat dengan menggunakan batu bata.

Finishing pada anak tangga harus menggunakan bahan anti selip yang dapat berupa keramik
kasar, batu kali, parket kayu atau karpet karet atau kain.
48 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 4-4 Contoh macam detail anak tangga

4.1.2 Sistem Setasar


Selasar adalah bentuk sistem sirkulasi bangunan dalam satu lantai secara mendatar. Sistem ini
banyak diterapkan terutama pada fungsi-fungsi bangunan yang relatif lebih besar yang memerlukan
ruang sirkulasi secara khusus semacam bangunan sekolahan, kampus, kantordan sebagainya. Selasar
juga berfungsi menghubungkan ruang satu dengan ruang lainnya secara khusus. Karena berfungsi
sebagai ruang antara atau ruang sirkulasi, maka posisi-posisi tangga juga harus berkaitan langsung
dengan selasar. Demaikian juga ruang hall yang berfungsi membagi sirkulasi bangunan.

Perencanaan tangga tidak hanya berkaitan dengan sirkulasi bangunan


saja namun juga berkaitan langsung dengan sitem utama bangunan:

* Penghawaan
* Pencahayaan
* View
* dsb
MemfasiI itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan lon

I
j
-{+
++
1 t-u
1V
:I
I

lnl
Lr* aJ

(an
,sar
rgsi
lng
Gambar 4-S Macam konfigurasise/asar luar dan selasar dalam
Selasar secara struktural pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu selasar yang berkaitan
dengan sistem struktur utama (selasar dalam atau tepi bangunan) dan selasar yang m(rmpunyai sistem
struktur sendiri (selasar luar).
Selasar yang berada pada sistem struktur bangunan dapat berupa selasartertutup (lorong) atau
terbuka. Selasar tertutup biasanya diletakkan di tengah ruang diapit oleh dua ruang fungsi pada
kedua sisinya, dan selasar terbuka diletakkan di tepi bangunan yang hanya melayani satu sisi ruang
fungsi. Selasar tertutup lebih cocok pada bangunan yang menghendaki batasan langsung dengan
udara terbuka untuk kepentingan sistem pengudaraan buatan seperti AC sistem buatan lainnya.
50 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Secara struktural, selasar ini dapat didukung oleh kolom-kolom langsung atau dengan balok
cantilever yang bebas pada satu sisinya. Penempatan konstruksi sistem utama ini pada selasar juga
akan berpengaruh dengan sistem lain dalam bangunan, misalnya pada fagade atau view bangunan
yang sangat dipengaruhi oleh pengaturan letak kolom. Penempatan jalur-jalur sistem secara mendatar
yang paling efektif diletakkan pada selasar sebagai penghubung ruang-ruang. Selasar adalah ruang
antara yang relatif berukuran sempit, sehingga dimensi ketinggian ruang juga tidak perlu terlalu
tinggi atau sama dengan ruang-ruang fungsi lain, dengan demikian, ruang sisa di atas selasar dapat
digunakan untuk keperluan ini.
Pada selasaryang berdiri sendiri, selasar ini dapat terdiri dari satu lantai atau banyak lantai. Struktur
selasar satu lantai dapat terdiri dari rangka utama kolom-kolom dan rangka atapnya, sedangkan pada
struktur selasar bertingkat, menggunakan struktur kolom balok yang dilengkapi dengan pelat lantai
yang sama dengan prinsip struktur pada bangunan bertingkat.

4.2 Menentukan Sistem Pencahayaan Bangunan


Sistem pencahayaan bangunan dapat diperoleh dengan sistem pencayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami lebih disarankan semaksimal mungkin digunakan di siang hari pada jam kerja
karena menurut beberapa penelitian, cahaya alami lebih dapat memberikan kenyamanan dan
produktifitas aktifitas pada siang hari. Demikian juga dengan tujuan penghematan energi karena
tidak memerlukan tenaga listrik. Sebaliknya pencahayaan buatan atau lampu lebih disarankan untuk
penggunaan malam hari saja. Kedua sistem ini akan mempengaruhi sistem lain dalam bangunan
sehingga sangat perlu juga untuk dibahas secara khusus.

4.2.1 Sistem PencahaYaan Alami


Merencanakan Sistem pencahayaan alami (day lightind pada bangunan adalah bagaimana
bangunan dapat seoptimal mungkin, sesuai dengan fungsinya, dapat memasukkan sinar matahari
untuk digunakan sebagai sumber cahaya di siang hari. Perencanaan sistem ini sangat penting bagi
efektifitas fungsi di dalamnya termasuk meminimalisasi pemakaian energi Iistrik. Cahaya alami yang
dipakai ruang adalah cahaya tidak langsung(diffuse) baik dipantulkan oleh elemen bangunan (over-
hang, sirip, dsb) atau oleh kubah langit. Sinar matahari langsung harus dihindarkan karena akan
dapat menimbulkan efek rumah kaca, di mana suhu di dalam ruang akan jauh lebih tinggi dari suhu
di luar ruang dan juga akan menimbulkan efek radiasi sinar ultra violet yang sangat merusak baik
manusia ataupun benda.

Perencanaan sistem pencahayaan alami sangat berkaitan erat dengan perencanaan sistem
struktur dan konstruksi bangunan. Hal-hal yang berkaitan langsung adalah p:lda ketebalan atau
bentang bangunan yang berarti juga bentang struktur, tingi rendah antar lantai, pemakaian elemen
atap semacam tritis dan over-hang, serta pemakaian bukaan pada dinding.
V e mf as i I itas i Aspek-Aspek U tam a B an gu n an I u'

t ./ i.-rr-)
r'dt\-)

,'/

Gambar 4-6 Contoh desain pencahayaan alamiah bangunan


Cahaya alami secara optimal pada ruang dengan ketinggian normal dengan bukaan normal
dapat menembus ruang dengan ketebalan maksimal kurang lebih 16 meter. Penentuan bentang pada
struktur akan mempengaruhi jarak bentang kolom utama dan juga bentang kuda kuda. Besar kecil
pintu dan jendela juga akan langsung mempengaruhi ketinggian antar lantai bangunan, semakin
besar bukaan, semakin besar pula intensitas cahaya alami. Namun hal lain yang harus diperhatikan
adalah penyediaan tritis atau overhang dan sun-shade (shading) yang besar pula untuk melindungi
dari sinar matahari langsung.

4.2.2 Sistem Pencahayaan Buatan

Sistem pencahayaan buatan adalah sistem lampu yang pada pembahasan buku ini lebih ditekankan
pada lampu listrik arus bolak-balik atau a/ternating current (AC). Lampu yang menggunakan aliran
listrik AC akan berpengaruh pada struktur dan konstruksi yaitu mulai dari sumber, pendistribusian
dan alat-alat yang menggunakan listrik (fixture) termasuk lampu penerangan.

Berbagai elemen struktur yang berkaitan dengan pencahayaan alamiah:

* Atap beserta tritisnya


* Dinding dan bukaanya beserta elemennya
* Tebal atau lebar ruang
.3. Konfigurasi massa bangunan
52i Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

SunTber arus dapat berasal dari perusahaan jaringan listrik atau sumber yang diadakan sendiri
dengan generatoi' (gen"set). Censet memerlukan tempat tersendiri yang sebaiknya terpisah dari
bangunan utama untuk menghindari getaran yang akan mempengaruhi sistem-sistem lain dalam
bangunan terutalna sistem struktur. Sumber listrik yang hanya mengambil dari jaringan cukup
menyediakari tempat untuk sambungan dan panel utama listrik saja. Panel ini dapat berukuran besar
untuk bangunan-bangunan yang memerlukan sumber energi listrik yang besar. Panel listrik ini harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau untuk akses pengawasan, pemeliharaan dan perbaikan.
Distribusi listrik dilakukan melalui kabel baik secara tegak atau merrdatar di dalam bangunan.
Kabel-kabel ini sebaiknya diletakkan pada tempat tertentu (shaft) untuk memudahkan pemeliharaan
dan pebaikan. Shaft listrik harus dipisahkan dengan shaft pipa untuk menghindari bocornya pipa yang
dapat menyebahkan hubungan arus pendek (kons/eetind yang dapat membahayakan bangunan.

Pada akhirnya arus listrik ini akan disalurkan pada titik lampu dan titik daya pada bangunan.
Lampu-lampu dan surnber daya (stop-contact) dapat diletakkan di pelat lantai, plafond, dinding
ataupun lantai. Dengan demikian konstruksi bangunan harus direncanakan untuk kepentingan ini.

4.3 Menentukan Sistem Penghawaan


Sistem penghawaan juga terdiri dari penghawaan alami dan buatan. Penentuan penggunaan
kedua sistem ini dipengaruhi oleh persyaratan ruang fungsi pada bangunan. Pada fungsi-fungsi tertentu
lebih mengendaki penghawaan alami atau sebaliknya yang banyak dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan lain dalam perencanaan ruang. Kedua sistem ini akan secara langsung berpengaruh
pada desain bangunan secara keseluruhan.

Sistem penghawaan alami juga mempunyai kemiripan dengan sistem pencahayaan dalam hal
bentangan maksimal dan bukaan. Namun yang lebih diperhatikan selain ukuran bentang dan bukaan
adalah penggunaan ruang di dalamnya dan posisi bukaanya. Untuk menjaga aliran udara, ruang tidak
boleh disekat penuh, sehingga ventilasi silang di dalam ruang tetap terpelihara. Bukaan pada jendela
atau pintu harus dapat dibuka daunnya pada kedua sisi ruang, sehingga udara akan dapat mengalir.

Prinsip utama penghawaan alami diperoleh dengan:

* Ventilasi silang ->


dua bukaan pada dua sisi bangunan
, Volume ruang yang besar -> jarak antar lantai besar dan ruang di bawah
atap (atap kemiringan tinggi)
M emf as i I itas i Aspek-Aspek l.) tam a B an gu n an
l',
4.3.1 Sistem Penghawaan Alami

Gambar 4-7. Contoh desain sistem penghawaan alami

Ruang di bawah atap juga berperan besar dalam menentukan aliran udara. Ruang di bawah atap
dapat digunakan sebagai ruang spasi (p/enum) dengan cara disekat dengan menggunakan plafond
untuk menghambat panas matahari dari atas atap, atau dibuka untuk mengalirkan udara panas
dari dalam ruangan, sementara plenum diletakkan di antara penutup atap dan rangkanya (plafond
menempel pada kasau).

4.3.2 Sistem Penghawaan Buatan


Pada umumnya sistem penghawaan buatan yang banyak dipakai adalah sistem air conditioner
(AC). AC ini dapat berjenis sistem terpusat (AC central) ataupun dalam satu pesawat (AC unit).
Penggunaan AC central atau unit ini tergantung kapasitas dan fungsi bangunan. Pada bangunan-
bangunan dua lantai dengan luasan lantai kecil dan ruangan yang sedikit cenderung menggunakan
AC unit karena lebih sederhana baik sistem ataupun konstruksinya. AC central memerlukan ruang-
ruang besar baik untuk rnesin ataupun distribusinya. Mesin harus diletakkan pada ruang tersendiri
seperti genset dan distribusi juga menggr.rnakan saluran khusus (ducting) yang relatif lebih besar dari
pipa air bersih ataupun kotor. Pada AC unit hanya diperlukan konstruksi pemasangan unit AC yang
dapat terdiri dari satu buah (AC window) dan dua buah internal dan ekternal (AC split). pengaturan
unit-unit AC ini juga memerlukan strategi khusus agar tidak merusak fasade bangunan dan fungsi lain,
oleh karena itu desain tempat AC dapat didesain khusus atau sekaligus sebagai sirip-sirip bangunan
vang berfungsi sebagai over-hang, sun-shade bangunan dan sebagainya.
s4 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 4-8. Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner / AC)

4.4 Menentukan Sistem Air Bersih dan Sanitasi Bangunan


Sistem air bersih dan sanitasi banyak berhubungan dengan cara penyediaan dan distribusi air
bersih, air kotor dan kotoran. Rancangan struktur dan konstruksi bangunan juga akan berkaitan
langsung dengan rancangan sistem ini. Pada dasarnya sistem-sistem ini dibedakan menurut
konstruksinya menjadi penyedia atau penerima dan distribusinya. Penyedia adalah tempat, wadah
yang dapat berupa bak atau tangki yang digunakan untuk menyimpan. Wadah penyimpan ini dapat
diletakkan di atas, di dalam atau di bawah bangunan, sementara jalur distribusinya dapat diletakkan
menempel atau di dalam dinding atau pelat lantai, atau ditempatkan pada ruang khusus (shaft). Shaft
ini dapat berupa jalur vertikal atau horizontal.

4.4.1 Air Bersih


Penyediaan air bersih dapat diperoleh dengan sumur tanah atau dengan jaringan perusahaan air i
minum. Keduanya memerlukan tempat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sesuai dengan I
jenis dan jumlah penghuni bangunan. Pada bangunan hunian, kapasitas simpanan air bersih lebih a

besar karena digunakan untuk kegiatan sepanjang hari mulai cuci, memasak hingga mandi. Keperluan d
air bersih perorang perhari adalah relatif tergantung kebiasaan sosial budaya di suatu tempat. Standar g

normal kebutuhan air bersih adalah sekitar 100 liter. Sehingga keluarga dengan jumlah anggota 5
orang harus menyediakan air sebanyak 500 liter perharinya atau Yz m3.
s
d,
Dua prinsip sistem AC:
u
* AC sentral yang diperlukan mesin utama dan jaringan terpadu pada bangunan &
* AC unit yang hanya diperlukan jaringan kecil dalam unit berupa window,
split, atau cassette
M e mf as i I itasi Aspek-Asp ek lJ tam a B angu n an
l,'
Bak atau tangki air ini diletakkan
di atas dengan menggunakan distribusi gravitasi (sistem down
feed) atau diletakkan di bawah dengan menggunakan distribusi mesin pompa (sistem
up feed).
Sistem down feed harus menggunakan menara air yang dapat diletakkan menjadi
satu dengan sistem
struktur utama, atau bordiri sendiri dengan menggunakan konstruksi menera terpisah. Titik
akhir dari
sistem ini adalah kran-kran pada kamar mandi atau dapur. Ada kalanya sistem inijuga dipakai
untuk
persediaan air pemadam kebakaran hydrant atau sprink/ers, namun untuk bangunan
berlantai dua,
hal inijarang dilakukan karena daya gravitasi dengan ketinggian bak setinggi dua lantai masih terlalu
kecil untuk kepentingan tersebut.

Gambar 4-9. Contoh sjstem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed)

4.4.2 Air Kotor dan Kotoran


Setelah melewati
titik akhir, air bersih akan digunakan dan akan berubah menjadi air kotor.
Air kotor ini harus segera dikeluarkan dari bangunan dengan sistem pembuangan air kotor dan
kotoran yang disebut dengan sistem sanitasi. Pada bangunan bertingkat, sistem distribusi sanitasi
akan didistribusikan ke luar bangunan menuju bak penampung atau sumur peresapan.
Jalur distribusi
ini terdiri dari pipa yang diletakkan secara mendatar (horizontal) di atas plafond atau di bawah lantai
dan secara tegak (vertica/) pada cerobong shaft atau di tanam di dalam dinding. Jalur distribusi yang
dapat dibuka (shaft, plafond) diutamakan untuk akses pemeliharaan dan perbaikan.

Air kotor dapat langsung diteruskan ke peresapan, sedangkan kotoran harus melalui bak
pengurai (septic tank) untuk diproses atau dibusukkan sehingga berubah menjadi cairan yang dapat
dimasukkan ke peresapan. Kapasitas septic-tank harus memperhitungkan jumlah pemakai dan fungsi
bangunan. Sistem dan detail masing-masing sistem sanitasi ini akan lebih detail di uraikan pada bab
lain di buku ini,
56 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Cambar 4-10. Contoh sistem sanitasi bangunan

4.5 Menentukan Sistem Kelistrikan Bangunan


Sistem kelistrikan terutama pada sistem distribusinya, akan berpengaruh langsung terhadap .I

konstruksi bangunan. Jaringan kabel pada bangunan dapat diletakkan secara terbuka atau tertutup ,i

(mati). Jaringan kabel yang hanya ditempelkan atau diletakkan biasanya lebih diutamakan daripada
jaringan mati untuk pemeliharaan dan perbaikan. Pada distribusi utama tegak, kabel-kabel ini juga
sebaiknys diletakkan di dalam shaft khusus Iistrik untuk menghindari hubungan arus pendek akibat
kebocoran pipa air. Pada distribusi mendatar, jaringan diletakkan di atas plafond selasar atau ruang-
il
ruang penghubung lainya. Selanjutnya jaringan dapat ditanam pada dinding atau pada lantai atau G
pada pelat lantai. g
dt
Ar
Hal pokok pada sistem sanitasi bangunan;
&
* Pembuangan air kotor dari kamar mandi, peturasan dan dapur -> bak (nr
kontrol, bak penagkap lemak, peresapan
* Pembuangan kotoran dari WC -> septick tank, peresapan
Memfasi I itasi Aspek-Asp ek Utama Bangu nan
l',

dr
'y?

Gambar 4-11. Contoh sistem kelistrikan bangunan

4.6 Menentukan Sistem Jaringan Keselamatan Bangunan


Sistem keselamatan pada umumnya terdiri dari antisipasi terhadap bahaya kebakaran dan gempa
bumi. Sistem ini juga berkaitan dengan sirkulasi seperti tangga dan tangga darurat yang dibahas pada
bagian lain pada buku ini. Sistem yang berkaitan dengan perancangan struktur pada penyediaan
jaringan bangunan akan meliputi:

4.6.1 Sistem Hydrant


Sistem hydrant adalah sistem pemadam kebakaran yang menggunakan air untuk memadamkan
api dengan cara disemprot. Sistem ini memungkinkan peletakkan stasiun hydrant pada lokai-lokasi
tertentu yang bersifat publik dan mudah dijangkau, misalnya pada pelataran luar, hall, selasar dan
sebagainya. Sistem hydrant menggunakan sumber air yang memerlukan bak penampung yang dapat
digabung dengan air bersih atau bak tersendiri dan jaringan pipa. Bak penampung dapat diletakkan
pada struktur bangunan atau menggunakan konstruksi sendiri. Pipa-pipa diletakkan pada shaft tegak
atau mendatar yang dapat disatukan dengan pipa-pipa air lainnya namun tetap menggunakan pipa
yang berbeda.
58I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

r--I-T-l

Gambar 4-12. Contoh sistem pemadam kebakaran

4.6.2 Sistem Sprinklers


Sistem sprinklers adalah sistem jaringan titik-titik pemadam air yang diletakkan di atas ruangan
yang dapat dilatekkan pada rangka plafond atau pelat lantai. Sistem ini akan secara otomatis
memancarkan zat pemadamnya yang dapat berupa air atau zat lain begitu terdapat api atau asap.
Bak penampung air juga dapat dijadikan satu atau terpisah dengan bak penampung air bersih, namun
jika menggunakan zat pemadam lain selain air, harus menggunakan bak tersendiri pada ketinggian
yang setara dengan bak air bersih, namun karena kepentingan daya pancar, biasanya hydrant atau
sprinklers masih menggunakan pompa khusus yang akan menyala secara otomatis jika sprinklers
bekerja. Jaringan pipa sprinklers juga diletakkan pada shaft, namun setelah memasuki ruangan
diletakkan lansung di atas plafond.

Dua sistem keselamatan utama terhadap api:

{. Sistem hydrant ) jaringan pemadam utama pada tiitik-titik tertentu


* Sistem sprinklers ) jaringan pencegah pada semua ruang di atas ruang

-oo0oo-
MERENCANAKAN BANGUNAN
BERDASARKAN ASPEK UTAMA

Langkah selanjutnya setelah memahami berbagai aspek bangunan adalah


menggunakannya pada bangunan. Proses penerapan ini berbentuk analisa
pada tiaptiap bagian bangunan yang dipikirkan terhadap aspek lain. Hasil
pembahasan berupa solusi dan alternatifnya disebut sebagai konsep dasar
perancangan. Proses pencapaian ide, gagasan dan konsep-konsep bangunan itu
pada dasarnya adalah rumit dan berbelit, karena permasalahan satu aspek pada
satu bentukan akan mempengaruhi aspek dan bentukan lain pada bangunan.
60 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

5.1 Merencanakan Sistem Stnuktur Utama


Sistem struktur dan konstruksi bangunan dapat ditentukan terlebih dahulu untuk dapat
menentukan langkah perencanaan selanjutnya. Maksud dari penentuan sistem struktur utama
terlebih dahulu adalah agar dapat didefinisikan seberapa jauh kaitan sistem struktur ini dengan aspek
bangunan lain. Sistem struktur yang dimaksud adalah sistem struktur menurut bahan dan jenisnya,
kemudiaan juga kaitannya dengan konstruksi lainnya.

5.1.1 Mempertimbangkan fungsi ruang dan persayaratannya pada struktur


Langkah pertama untuk menentukan sistem struktur utama adalah dengan mempertimbangkan
aspek struktur dan aspek fungsi bangunan dengan pertimbangan-pertimbangannya dalam check /ist
sbb:

Permasalahan Area Pembahasan


Bagaimana kegiatan di wadahi dalam ruang. Konfigurasi bentuk dan ukuran grid struktur
Apakah terdapat fungsi-fungsi yang spesifik baik horisontal ataupun vertikal di mana titik-
yang harus diwadahi dalam ruang misalnya titik kolom dan dinding diletakkan yang akan
kegiatan yang memerlukan ruangruang lebar membentuk sistem struktur secara keseluruhan
tanpa kolom, atau ruang-ruang dengan ukuran yang disesuaikan dengan tuntutan fungsi ruang
dan bentuk tertentu atau pada lantai tertentu
Bagaimana sistem ruang dipenuhi oleh ban- Bentang bangunan, konfigurasi ruang dan kon-
gunan. Apakah terdapat ruang yang menghen- figurasi massa bangunan serta bukaan-bukaan
daki sistem khusus semacam pencahayaan dan yang akan mempunyai saling keterkaitan an-
penghawaan alami tara sistem struktur dan konstruksinya

Bagaimanakah sistem utilitas dilayani Penentuan sistem distribusi meliputi


oleh bangunan, di mana posisi-posisi bak tempat suplay, jalur distribusi dan tempat
penampung air bersih, air kotor dsb. Apakah buangan serta kaitannya dengan struktur dan
secara langsung mempengaruhi struktur konstruksinya
bangunan

Ketiga pertimbangan pokok utama di atas akan menentukan pemakaian sistem struktur utama
sebuah bangunan. Tentu saja banyak aspek penunjang lain yang juga turut menentukan selanjutnya,
namun pada dasarnya ketiga aspek di atas dapat dijadikan titik pangkal untuk masuk pada apek-
aspek berikutnya pada bangunan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
lu,

FUNGSI Volume ruang


besar
BESAR

'?J[t',xi3x;l'
Gambar 5'1. Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik

.: - +{,

Gambar 5'2. Contoh pemenuhan tuntutansistem-slste m bangunan spesifik

5.1.2 Mempertimbangkan pemitihan Bahan struktur utama


Bahan sistem struktur utama akan sangat mempengaruhi jenis kinerja sistem strukturnya.
Pemakaian bahan tertentu akan saling berkaitan dengan desain sistem struktur
dan konstruksinya.
Untuk dapat menentukan bahan utama pada sistem struktur utama dengan optimal, perencana
harus
memperhatikan aspek-aspek pada check /rsr sbb;
62 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Permasalahan Area Pembahasan

Sistem struktur dari jenis apakah yang Bagai manakah persyaratan tekn is bahan struktu r

paling cocok untuk ruangan dan bangunan akan dapat digunakan pada bangunan meliputi
tertentu (pada tabel 1 di atas) yang sesuai kemampuan bentang dan ketinggian bangunan
dengan aspek-apek bangunan serta kaitannya dengan fungsi ruang

Bahan bangunan Yang Paling sesual Kesesuaian dengan aspek-aspek bangunan


seperti apakah yang tepat digunakan untuk dan ketersediaan bahan bangunan pada suatu
bangunan yang sesuai dengan bahan wilayah
struktur utama dan bahan lainnYa dalam
bangunan

Kedua pokok bahasan di atas dapat digunakan untuk menentukan baik bahan utama dalam
sistem struktur ataupun bahan lain yang akan digunakan dalam bangunan sehingga bangunan akan

f1q 8'::T [:ffi ffiT ffi


dapat menggunakan bahan bangunan secara ideal.

&&f*l ft& Cambar 5-3 Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur

5.1.3 Mempertimbangkan Aspek Bentuk Bangunan dari Bentuk Struktur


Bentuk pada bangunan dapat merupakan tujuan atau hasil dari proses perencanaan dan
perancangan. Tujuan, bila sudah ditentukan terlebih dahulu kesan, peran dan bentuk yang diinginkan
dari perencana atau pemilik, kemudian baru kesesuaiannya dengan fungsi dan sistem-sistem
ditetapkan kemudian. Hasil, bila bentukan adalah bentukan yang dihasilkan dari akibat fungsi
atau
secara kaku,
sistem-sistem yang diterapkan pada bangunan. Kedua metoda ini tidak harus dilakukan
namun dapat saling melengkapi untuk mendapatkan hasil yang optimal pada bentuk bangunan.
Pada

penentuan sistem struktur utama, bentuk dapat dibahas menurut check /ist sbb;
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek LJtarna 63

Permasalahan Area Pembahasan


Apakah bentuk dijadikan tujuan atau hasil Fungsi struktur sebagai fasilitas atau penentu
Apakah elemen-elemen struktur dipakai Penentuan penonjolan atau penyembunyian
sebagai elemen bentuk bangunan elemen struktur
Apakah sistem-sistem pada bangunan akan Konstruksi-konstruksi yang melekat pada struktur
berpengaruh terhadap elemen dan bentuk yang akan dipakai
bangunan

Bukaan verlikal memanjang


Atap di l€n9ah unluk taopa shading untuk
sistem pencahayaan memasukkan sinar matahari
utama di lengah langsung ke dalam ruangan
bangunan pada siang umum di tengah bangunan
hari {daylighting)
Atap dalar unluk pelelakan
berbagai sistem mekanrkal
dan elektrikal pada I Sirip-sirip horisonial
banqunan termasuk tangki , unluk fungsi shading
air. outdmr AC dsh dan menqarahkan
aliran angin ke dalam
i ruangan

E'-d'
;.
t:
{,.,-
:: Fg
r
ffiffi K:V

ffiffi
1
F_'"r.J
l, f]
i,: L:]
't
i
i
l
I
,]

Kolom ekspose di Dinding pemiksl Penggunaan anak tangga


lantai satu unluk kanai kiri untuk yang lebrh banyak untuk
menegaskan menguatkan kesan meninggikan bangunan
pembagian ruang pintu utama pada guna kepantingan k6manan
(misal pada muka ruko) bangunan terhadap banjir dsb

Gambar 5'4 Contoh desain bentuk bangunan terhadap konsep system

Gambar 5-S Contoh terhadap sistem ruang


64 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

5.2 Merencanakan Bentuk Bangunan dan Atapnya


Bentuk bangunan rendah biasanya identik dengan bentuk atap bangunan. Sebagai mahkota
bangunan, atap juga kerap kali menentukan kesan arsitektur bangunan. Bangunan-bangunan
tradisional juga dapat dikenali dengan masing-nrasing bentuk atapnya yang khas. Untuk menghasilkan
atap yang ideal, harus disesuaikan dengan ruangan atau fungsi yang terdapat di bawahnya, jadi
bukan hanya sebagai pembentuk bangunan saja. Untuk dapat merunruskan hubungan yang baik
dipakai checkiist sbb;

Permasalahan Area Pembahasan


Bagaimana memadukan sistem struktur Kaitan antara struktur utama dengan struktur
bangunan secara kompak atap dan tentu struktur lain (misal: pondasi)

Apakah bentuk atap berperan dalam bentuk Alternatif sistem struktur atap utama yang
bangunan secara keseluruhan donrinan

5.3 Merencanakan Atap dan Fungsinya


Selain berfungsi membentuk bangunan seperti pada bahasan sebelumnya, atap juga akan banyak
mempunyai fungsi yang ahrus ditentukan pada konsep bangunan sbb;

Permasalahan Area Pembahasan


Fungsi bentuk dan struktur Kemungkinan berbagai bentuk atap yang dapat digunakan
beserta sistem strukturnya

Fungsi ruang Kemungkinan bentang dan sifat atap untuk menciptakan


baik ruang di bawah atau di atasnya
Fungsi perlindungan Kemungkinan alternatif konstruksi pelindung bangunan baik
pada atap utama atau tidak

Fungsi sistem Kemungkinan penerapan sistem-sistem bangunan pada atap

5.4 Merencanakan Dimensi Struktur Bangunan


Dimensi struktur bukan hanya berkaitan dengan dimensi struktur utama tetapi juga diperhatikan
terhadap aspek lain dalam bangunan. Dimensi rnasing-masing ruang struktur akan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dimensi ini ditentukan oleh arsitek atas pertimbangan hal-hal
tersebut di atas. Dimensi tersebut mutlak harus dipenuhi oleh konstruktor sipil jika tidak terdapat
alasan teknis yang kuat, misalnya dimensi terlalu kecil hingga tidak mungkin bagi sebuah elemen
struktur dipasang dan bangunan akan runtuh, atau terlalu besar sehingga bangunan akan menjadi
sangat mahal dan tidak masuk akal dan sebagainya. Oleh karena itu sangat disarankan adanya forum
komunikasi yang baik antara arsitek dan konstruktor sipil sebelum pre-design dihasilkan sehingga
dapat ideal.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek )tama t
65

Adapun dimensi elemen seperti kolom, balok atau kuda-kuda dan sejenisnya digunakan
prakiraan yang justeru dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain dalam bangunan terlebih dahulu,
sedangkan angka akhir dari dimensi ini harus dihasilkan dari konstruktor struktur untuk dapat
memproduksi gambar kerja yang sebenarnya pada proyek pembangunan.

5.4.1 Menentukan Bentangan


Bentangan adalah jarak antar dua sisi bangunan atau dua tumpuan kuda kuda atau rangka atap
lainnya. Bentangan akan mencapaijarak rnaksimal dengan menggunakan sistem rangka ringan seperti
kuda-kuda yang dapat terdiri dari beberapa bentuk. Untuk dapat menentukan bentangan bangunan
banyak hal yang harus dipertimbangkan; (a) bentangan, (b) struktur bentang, (c) pencahayaan, dan
(d) penghawaan.

3t
4>

:4.

Gambar 5'6 Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang struktur

a. Fungsi dan Dimensi Bangunan dan Ruang

Bentang akan sangat dipengaruhi oleh sifat furngsi yang juga berpengaruh pada dimensi ruangnya.
Ruang-ruang publik tertentu semacam ruang rapat, ruang serbaguna dan sebagainya menuntut
volume ruang yang besar dan sifat bebas dari adanya kolom-kolom struktur di dalamnya. Sifat ruang
yang demikian harus difasilitasi oleh struktur bangunan. Oleh karena itu ruang-ruang bentang lebar
lebih ideal diletakkan di lantai-lantai atas pada bangunan bertingkat atau pada lantai khusus.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Bentang lebar pada I Bentang lebar pada tantai


lantai atas bangunan . bawah bangunan, walaupun
cukup memerlukan ' ideal dari sisi fungsl
namun tidak
rangka ringan pada ' pada sistem struktur barrgunan
atap i karena membutuhkan treatmen
khusus yang lebih mahal

Gambar 5'7 Alternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantajbawah

b. Penggunaan Struktur yang dibentangkan

Alternatif pencapaian bentang ini dapat dengan struktur balok pada lantai dasar atau dengan
struktur rangka yang lebih ringan pada lantai atas. Tentu saja lebih disarankan ruang bentang lebar
di lantai atas, karena rangka lebih mampu mengatasi bentang yang menggunakan rangka ringan
daripada balok beton yang berat. Macam rangka dan macam bahan yang berupa kuda kuda pun
beragam yang bentang satu dengan lain juga berbeda. Struktur yang lebih ringan akan mampu
membentuk bentangan yang lebih lebar, sebaliknya struktur yang lebih berat pada bentang lebar
Iebih riskan pada pembebanan bangunan baik beban vertikal (grafitasi) ataupun horisontal/lateral
(gempa dsb).

c. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan dapat ditempuh dengan pencahayaan alami dan buatan. pencahayaan
alami
lebih dianjurkan (pada siang hari) karena terbukti lebih bermanfaat dan memberikan rasa nyaman
pada fungsi-fungsi ruang atau untuk beraktifitas, dan juga dapat menghemat energi
bangunan. Sistem
pencahayaan akan mempengaruhi bentanB secara langsung karena masuknya cahaya
akan ditentukan
oleh ukuran bukaan dan kemampuan optimal pencapaian cahaya itu sendiri yang tidak lebih dari
beberapa kali lebar bukaannya.

d. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan alami .iuga akan secara langsung mempengaruhi bentang bangunan
karena
kemampuan untuk mengalirnya udara akan sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan
sifat serta
lokasi bukaan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
lu,
5.4.2 Menentukan Jarak Antar Bentangan
Jarak antar bentangan adalah jarak antar dua rangka utama yang tegak lurus dengan bentangannya
seperti jarak antar balok utama atau kuda kuda. Jarak antar bentangan ini sangat penting karena
akan
membentuk ruangan fungsi dan juga membentuk bentukan bangunan. Untuk mendapatkan jarak
antar bentangan yang optimal perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; (a) struktur
antar
bentang, (b) modul, (c) bentuk/proporsi, (d) struktur penopang (pondasi)

I
!,a"
-l
l
I

lrii
l'*'
.l
I

I
tcl
I

I
lr;d'
.t -'

Gambar 5-B Pertimbangan jarak antar bentang

a. Penggunaan Struktur antar Bentang

Pada atap, rangka atap seperti kuda kuda dan sejenisnya dapat dihubungkan
dengan batang
atau rangka lain. Jika menggunakan batang baik kayu atau baja, hanya akan memperoleh jarak
antar
bentang ini beberapa meter saja. Namun jika digunakan rangka lain untuk menghubungkan
rangka
atap ini jarak antar bentangan dapat ditingkatkan.
68 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. ,\lodul Ruang dan Bahan


Modul ruang atau ukuran satu unit ruang dari ruang yang seragam juga dapat digunakan untuk
menentukan jarak antar bentangan ini. Lebar untuk kamar-kamar hotel akan dijadikan ukuran
atau jarak antar bentangan demikian juga dengan fungsi lain. Bahan bangunan yang dipakai akan
menentukan jarak antar kolomnya. Penggunaan kayu atau baja sebagai penghubung antar kuda kuda
menentukan jarak antar kuda kuda tersebut. Demikian juga halnya dengan pemakaian ukuran-ukuran
bahan dinding, plafond dan sebagainya.

Cambar 5-9 Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada tampak bangunan

c. Bentukan dan Proporsi Fasade

Jarak antar kolom atau jarak antar bentangan (yang juga jarak antar kuda kuda) akan membentuk
garis-garis tumpuan pada kolom-kolomnya. Kolom-kolom ini akan secara langsung mempengaruhi
fasade bangunan. Memang kolom-kolom ini dapat disembunyikan ataupun diekspos, namun proporsi
dan letak-letak bukaan dan dinding akan juga masih dipengaruhi sehingga tampak bangunan juga
dipikirkan ketika menentukan jarak antar kolom bangunan.

d. Struktur Penopang/Pondasi

Bentuk dan struktur pondasi dapat diperkirakan berdasarkan area pikul elemen kolom dalam
menyalurkan beban dari bangunan ke dalam tanah. Jarak kolom yang semakin besar menyebabkan
pondasi harus dibuat mampu menyalurkan beban yang lebih besar pula.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama lu,
5.4.3 Menentukan Jarak Antar Lantai
Untuk dapat menentukan jarak antar lantai satu dengan lantai di atasnya banyak juga yang harus
(d)
diperhatikan, antara lain; (a) fungsi ruang dan bangunan, (b) sistem ruang, (c) ukuran tangga, dan
bentang ruang.

C'}
(E

c
.g
o,
o,
'j=
o
l(

fungsi fungsi kelipatan proporsl


ruang jaringan anak tangga bentang ruang

Gambar 5'10 Faktor penentu iarak antar lantai

a. Fungsi Ruang dan Bangunan

Fungsi-fungsi tertentu mengendaki ketinggiarr ruang tertentu sehingga jarak antar lantai sangat
dipengaruhi oleh ketinggian ruang yang harus disediakan.

b. Sistem Ruangan

Sistem-sistem ruang termasuk pencayaan, penghawaan, elektrik dan mekanik akan memerlukan
(plafond) atau di bawah
tertentu baik pada ruang fungsi ataupun ruang yang harus disediakan di atas
(lantai). Dengan demikian ketinggian antar lantai jelas akan dipengaruhi sistem-sistem ini'

c. Ukurart Tinggi Anak Tangga


Ukuran tangga pada arah ketinggian yang dihitung dari jumlah anak tangga dan bordesnya
juga akan menentukan tinggi antar lantai. Bahkan seperti disebut dalam bahasan tentang tangga,
bahwa cara yang efisien menentukan ketinggian lantai, jumlah ketinggian tangga inilah
yang

dipakai untuk menentukan bilangan terkecilnya (satuan). Adapun angka besarnya dapat merupakan
kelipatan anak tangga hingga diperoleh kesesuaian atau terpenuhinya persyaratan ruang dengan
sistem bangunan lain.
70l Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

d. Bentang Ruang

Ruang dengan bentang lebar pada lantai bawah akan membutuhkan balok atau rangka yang
berdimensi atau ketebalan yang besar juga. Dengan demikian jika fungsi juga masih dipertahankan
dengan persyaratan ketinggiannya, maka tinggi antar lantai akan langsung dipengaruhinya.

Namun demikian, jika bangunan berada di wilayah rawan gempa, peletakan ruang bentang
lebar dan penghilangan dinding-dinding luar bangunan pada lantai dasar akan meninggikan resiko
kerentanan terhadap gempa (efek soft story). Demikian juga dengan perbedaan ketinggian antar
lantai baik lebih tinggi (efek kolom langsing) ataupun lebih pendek (efek short column). Kesemua
efek ini akan memperlemah kinerja bangunan jika terjadi gempa, sehingga bangunan lebih mudah
rusak bahkan ambruk.

I Bentang lebar pada lantai atas I Bentang lebar pada lantai


! bangunan yang menggunakan I bawah bangunan memsrlukan
i rangka atap miring menambah balok yang lebih tebal, akibalnya
! volume ruang sehingga q kolom men.jadi lebih tinggi.
diperlukan kolom yang lebih
Ilpendek

Gambar 5-11 Ukuran tinggi kolom untuk memfasilitasi bentang lebar

5.4.4 Menentukan Tinggi Ruang LantaiAtas


Tinggi ruang lantai atas adalah ukuran yang diambil dari lantai atas ke dinding paling atas atau
pada tempat atap berada. Ukuran ini akan menentukan tinggi bangunan secara keseluruhan ditambah
dengan lantai di bawahnya. Untuk menentukan ketinggian lantai atas ini beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu; (a) sudut kemiringan atap dan (b) sistem yang terdapat di lantai atas
a. Sudut kemiringan atap
Penggunaan sudut atap yang curam jelas akan membentuk ketinggian yang maksimal pada
bangunan. Atap datar adalah atap yang tidak menambah ketinggian dinding pada lantai atas.

b. Sistem Ruang Lantai atas


Persyaratan ruang yang harus dipenuhi pada lantai atas juga mempengaruhi ketinggian lantainya.
Penggunaan ruang-ruang untuk ventilasi, pencahayaan dan juga tempat sistem elektrik dan mekanik
akan memerlukan ruang baik di bawah atap atau di bawah lantai. Secara langsung akan menambah
ketinggian bangunan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek lJtama 71

\'r
\\*.,
6r'.\
,a,
,-\
E-\
"r\.:
N
. - iEl:.
-'lt\.
S\
t*\
>'
=>+-

Gambar 5-12 Aspek terkait dengan ketinggian bangunan

5.4.4 Menentukan Ketinggian Bangunan


Ketinggian bangunan dua lantai dihasilkan dari ketinggian lantai satu dan lantai atas. Sementara
bangunan yang berlantai lebih adalah penjumlahan semua ketinggian lantai yang biasanya berbeda
pada lantai dasar, lantai-lantai tengah dan Iantai atas. Perbedaan ketinggian ini akibat fungsi ruang
dan juga aspek proporsi dan bentuk bangunan. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
ketinggian selengkapnya adalah; (a) fungsi bangunan, (b) proporsi bangunan, (c) Iokasi bangunan,
dan (d) peraturan bangunan setempat

a. Fungsi Ruang dan Bangunan

Fungsi-fungsi tertentu menghendaki ukuran yang berbeda. Ruang pada lantai-lantai yang bersifat
publik atau dengan kapasitas yang besar lebih mempunyai ketinggian yang besar karena proporsi
ruang fungsi. Pada lantai atas ketinggian ruang lantainya juga dipertimbangkan terhadap baik fungsi
ataupun sistem. Jika fungsinya ujuga untuk publik atau dengan sistem alamiah maka ruang lebih
cenderung tinggi atau sebaliknya. Pada lantai-lantai tengah jika bangunan mempunyai ketinggian
lebih dari dua lantai, maka lantai-lantai ini lebih cenderung pendek karena kebanyakan digunakan
untuk fungsi-fungsi privat yang tidak begitu memerlukan ketinggian ruang yang lebih tinggi. Demikian
juga dengan sistem yang akan dipakai, Iebih menghendaki volume ruang yang relatif lebih kecil.
72 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. Proporsi Bangunan

Bangunan-bangunan bentang lebar akan lebih membentuk ketinggian atap yang maksimal,
proporsi
lebih-lebih dengan sudut atap yang runcing. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana
juga citra bangunan
bangunan yang dihasilkan. Proporsi ini sangat rnempengaruhi bentuk, tampak dan
sehingga pengaturan proporsi akan menentukan juga tinggi rendah bangunan'

c. Lokasi Bangunan
yang
Bangunan harus aman dari gangguan situasi Iingkungan di sekitarnya. Hal-hal alamiah
secara langsung berkaitan dngan ketinggian bangunan adalah angin dan petir. Pada
prinsipnya
bangunan tidak boleh berdiri sendiri di tengah padang untuk tidak mengundang bahaya angin atau

petir. pada kondisi lingkungan buatan .iuga harus diperhatikan posisi-posisi jaringan listrik apalagi
jaringan tegangan tinggi. Juga pada bangunan yang relatif dekat dengan kepentingan trasportasi
semacam bandar udara dan sebagainya, ketinggian bangunan harus menjadi tinjauan utama.

d. Peraturan Bangunan SetemPat


peraturan bangunan alau building code pada suatu wilayah sangat beragam tergantung maksud
jumlah lantai tertentu.
tertentu. Ada kalanya bangunan tidak boleh melebihi ketinggian tertentu atau
jalan utama, sehingga bangunan dengan
Juga banyak wilayah yang menerapkan sudut 45o dari ass
jumlah lantai berapapun tidak boleh melebihi garis tersebut. Bangunan-bangunan yang berada di
tepi jalan akan mempunyai ketinggian yang minimal dan sebaliknya.

wtrffi
8ew
ffi $Xffi
ffi IXil
IIT

cambar 5-13 contoh batas ketinggian bangunan dari as ialan

5.4.6 Menentukan Prakiraan Dimensi Kolom dan Balok


Dimensi kolom dan balok pada bangunan memang harus dihitung secara pasti, namun bagi
arsitek, prakiraan dimensi kolom dan balok ini dapat dilakukan sehingga hasildari perhitungan teknis
struktural pada nantinya tidak akan jauh berbeda atau dengan kata lain dimensi yang diajukan arsitek
masih dapat disesuaikan. Sekali lagi yang harus diperhatikan adalah bahwa arsitek membuat
prakiraan
ini tidak hanya berdasarkan pertimbangan aspek struktur saja namun didasarkan pula pada aspek lain
dalam bangunan, sehingga bagi konstruktor struktur sipil, ukuran atau dimensi yang diberikan oleh
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama 73

arsitek idealnya tidak akan dirubah secara drastis, baik bentuk atau dimensinya. Proses penyesuaian
atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan dimensi yang optimal.

Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran atau dimensi
kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek bahan struktur terhadap
kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu sebagai berikut;

a. Bentuk dan Dimensi Kolom Beton Bertulang

Kolom bangunan bertugas menopang beban bangunan yang diberikan kepadanya. Daerah atau
luasan tertentu menjadi tanggung jawab sebuah kolom tertentu. Kolom-kolom pada satu bangunan
belum tentu mempunyai beban yang sama, sehingga perlu dianalisis satu per satu daerah pikulnya.
Untuk dapat lebih efisien, beban yang berupa bentuk ataupun area pikul kolom itu sebanyak mungkin
dibuat seragam, sehingga baik proses perencanaan dan perhitungan strukturnya menjadi sederhana
karena tidak menrerlukan hitungan satu persatu. Namun demikian, karena pertimbangan terhadap
aspek lain, kadang kala pacla lokasi-lokasi tertentu pada bangunan, ruang-ruang menjadi berbeda
sehingga mengakibatkan kolom-kolom sebagai pemikul yang berbeda pula, perbedaan ini meliputi
perbedaan bentang, bertambah atau berkurang.
-:l
li

:. :::':i
.'-- "'
I ;

il; il
,_._
2
_l
lantai
L-_l
3 lantai
Cambar 5-14 Co natif peletakan kolont dan orientasinya dalam denah

Pada idealnya sebuah kolom akan mewakili bentuk area pikulnya. Jika grid yang terbentuk pada
ruang atau denah bangunan membentuk bujur sangkar, maka secara struktural, kolom sebaiknya
bujur sangkar demikian pula bentuk-bentuk yang lain. Kolom lingkaran dapat dipakai untuk memikul
area beban yang simetris pada sisi-sisinya. Sedangkan ukuran kolom beton bertulang pada bangunan
bertingkat dua sangat tergantung pada bentangannya. Secara umum harus dihitung tiap satuan persegi
dari Iuasan penampang kolom yang akan memikul beban tertentu yang masing-masing kualitas beton
*

74* Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

lantai tidak bertingkat menggunakan


bertulang akan berbeda. Sebagai gambaran kasar, bangunan satu
'10) cm setiap sambungan atau pertemuan dindingnya atau setiap luasan x9 - 12
kolom praktis - (10 x
3 - 4 meter' Untuk bentangan
meter persegi atau untuk dinding setinggi - 3 meter dipasang setiap
dengan ukuran dua kali lipat dari
yang hampir sama, kolom-kolom pada lantai dua dapat diprakirakan
kolom -(2O x 20) cm bangunan
sisi-sisi kolom tersebut. Bangunan berlantai dua dapat menggunakan
berlantai tiga dapat menggunakan - (30 x 30) cm, dan seterusnya. Tentu saja pertimbangan bentuk
area pikul di atas harus dimasukkan dalam pencarian bentuk
dan dimensi ini'

@,

..l-.
+: -1-"
+l,
l[!
il*
,it r:L

,L.o**
"!

+i!*r.,m
tt
l
il {isb delsm

Gambar 5-15 Perkiraan ukuran kolom bangunan berlantai 1, 2, dan 3

b. Bentuk dan Dimensi Balok Beton Bertulang

Balok pada struktur beton bertulang biasanya sekaligus digabung dengan pelat lantai beton
bertulang menjadi satu kesatuan. Namun demikian penampang balok beton ini masih
dihitung dari
prakiraan bentuk dan
sisi bawah sampai sisi atas pelat lantai. Demikian juga seperti pada kolom,
balok
dimensi balok iuga harus diperhitungkan terhadap aspek lain pada bangunan. Penampang
Merencanakan Bangunan Berdasarkan
Aspek tJtarna
75

ketinggian yans rebih besardaripada


Ii::jf1i:::l:::i::ll:r,,:T?unyai rebarnya Rasio rebar
balok beton bertulang mempunyai nyakan
kisaran rasio ini.

f*
HI

L/H * 1t1A - 1t12


Gambar s-16 Teknik perkiraan dimensi
barok beton berturang
Pada balok tinggi memang diutamakan
ketimbang lebar secara strukturar, namun
alaan lain' dapat saia balok dibuat karena
dengan bentuk lain. untuk memprakirakan
pada konstruksi beton bertulang ketinggian balok
dapat mengambil angka 1/10 hingga
penumpunya' walaupun juga 1/12 daribentangan kolom
angka ini masih sangat tergantung pada jenis
material betonnya' Pada beton non-konvensional beban dan kekuatan
seperti Leton pre-stress atau beton post-tention,
rasionya dapat lebih kecil hingga .l/20
bentangannya.

-oo0oo-
MERANCANG DENAH

Merancang denah adalah bagian yang paling kompleks dalam pentahapan


perancangan bangunan. Denah tidak hanya menggambarkan ruang-ruang
berserta fungsi dan ukurannya saja, namun juga sangat berarti untuk
menempatkan posisi-posisi struktur utama (kolom dan dinding struktur),
mewadahi bentangan bangunan dan jarak antar kolom, dan juga untuk
menentukan posisi-posisi rangka atap. Di bangunan bertingkat, denah
bahkan
memegang peran penting karena denah satu lantai akan terikat dengan
denah
Iantai lainnya, yaitu pada sistem struktur utama, pelat-pelat lantai beserta
baloknya sampai pada sistem pondasi yang akan digunakan.
7B Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

6.1 Menyempurnakan Denah Kasar


Langkah selanjutnya untuk mendapatkan denah jadi pada bangunan adalah dengan
menyempurnakan denah kasar dengan bentuk dan ukuran yarrg disesuaikan. Bentuk dan ukuran
ruang-ruang ini akan saling berpengaruh dengan apek-aspek dalam bangunan, sehingga dalam setiap
rancangan ruang pada denah akan selalu dipikirkan terhadap berbagai aspek tersebut.

Pada proses awal pencarian denah, arsitek biasanya terlebih dahulu hanya mempertimbangkan
aspek fungsi dan hubungan antar ruang saja, dan belum secara lebih teknis mempertimbangkan aspek
lain dalam bangunan. Setelah ruang-ruanB itu didapatkan, maka perencana baru melangkalr pada
proses pemikiran berikutnya pada denah yang lebih kompleks, yaitu pada kesesuaiannya dengan
berbagai aspek yang akan dicapai dalam bangunan termasuk antara lain bentuk ruang dan bangunan,
pencapaian struktur dan sebagainya. Walaupun proses ini tidak selamanya demikian, namun untuk
mengindari kompleksitas, langkah ini banyak dilakukan.

*.**

f--i:1--I
t---.-".-..
I

I
I -l' tl
i-.t
l--.

L
i;I
I
-,,-

Gambar 6-1 Contoh prases penyempurnaan denah


Pada tahap pematangan denah, seringkali perancang banyak melakukan study terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat ditempuh secara berulang hingga segenap aspek pada bangunan dapat
diwadahi secara maksimal. Seringkali pula, tidak setiap aspek pada bangunan dapat diwadahi pada
keputusan desain secara maksimal, jika terjadi demikian perencana biasanya mengambil keputusan
yang paling sesuai pada kasus bangunan tersebut. Prioritas dalam desain memang sering dilakukan
karena bangunan tidak harus mewadahi seluruh aspek-aspek secara sama.

Selanjutnya hal-hal utama yang perlu diperhatikan pada pengembangan denah dalam
perancangan struktur arsitektur adalah:
o Fungsi ruang serta bangunan (menggunakan modul ruang fungsi)
. Struktur, konstruksi dan bentukan ruang serta bangunan (menggunal<an grid struktur)
Merancang Denah 79

o Sistem-sistem bangunan (menempatkan jaringan, ruang service dsb)


. Kaitannya dengan Iingkungan (orientasi, bukaan dsb)

6.2 Menggunakan Modul Ruang Fungsi


Modul ruang adalah standar ukuran atau luasan dan bentukan jenis ruang fungsi tertentu yang
dihasilkan dari pewadahan aktifitas pokoknya. Modul ini dapat mengambil ukuran-ukuran standar
yang telah ada pada buku-buku referensi arsitektur (time saver, standard, manual, dsb) atau dengan
mendapatkan ukuran dasar dengan mengarnati kebutuhan ruang minimal pada fungsi utama ruang.
Modul ini sesungguhnya berasal dari kata "modLrlor" yang membahas proporsi tubuh manusia.
Segala aktifitas fungsi dalam ruang tentu saja dilakukan oleh manusia, sehingga proporsi tubuh
manusia ini selanjutnya digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk satu
aktifitas, sehingga aktifitas dapat dilakukan dengan benar dan nyaman. Ukuran modul ruang fungsi
ini selanjutnya dijadikan pedoman untuk menentukan besaran dan bentukan ruang seluruhnya
dengan cara melipatkannya menjadi besaran dan ukuran ruang sesungguhnya yang tergantung pada
kapasitas atau volume ruang. Dengan menggunakan modul ini, aktifitas fungsi pada ruang akan
diwadahi oleh besaran ruang secara optimal, sehingga tidak ada ruang yang terlalu besar atau terlalu
kecil untuk suatu kegiatan.

6.2.1 Menentukan Modul Utama


Sebuah bangunan akan digunakan untuk beberapa fungsi dalam ruang-ruangnya, yang masing-
masing ruang mempunyai persyaratan ukuran khusus tergantung fungsinya. Dengan demikian
diperlukan modul fungsi untuk setiap fungsi yang berbeda. Pada fungsi-fungsi bangunan tertentu,
masing-masing modul fungsi ini harus dipenuhi satu persatu, namun pada beberapa fungsi yang lain
ukuran ruang pada modul dapat disesuaikan atau ditambah kurang, dengan mengutamakan fungsi
utama dalam bangunan, sehingga modul utama harus ditentukan.
BOI Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

I
(il ffi$nffiL$ffi , -lr ri _ -- -:::.- -l i
'll:l! 'li 1tt! 1.,t, 11}} l0!
1
Jr
't
l
!x'

ffil
r:_:,":l t---, 1

t J,

ril,r ".-f rr
r;#i-l , ---=-Fi
F.
ll sllt:-- f't
l::t.+l
,1
--?+_:j
L -:--.]l
;tal
" I l- ---:'-,"'l
L

a
J
- ---.',-:
bL--,Jl{
:li
tl
I

| -*,1
llnt r f-l*ll.

Cambar 6-2 Berbagai modulfungsi

Modul utama dapat berupa satu modul kegiatan utama atau beberapa modul kegiatan utama
dalam bangunan. Modul utama ini didapatkan dengan mengetahui fungsi utama ruang dan bangunan.
Terkadang terdapat lebih dari satu pilihan yang harus ditentukan pada aktifitas fungsi utama. Sebuah
bangunan perkantoran tentu akan manggunakan satu modul utama kegiatan kantor berupa aktifitas
bekerja di atas menja tulis atau komputer yang relatif sama kebutuhan ruangnya. Namun sebuah
studio gambar arsitek dapat berupa kegiatan menggunakan meja peralatan gambar manual atau set
komputer, yang kebutuhan ruangnya dan juga persyaratannya menjadi berbeda.

6.2.2 Menentukan Bentuk dan Ukuran Ruang dengan Modul Ruang

Jika modul utama pada bangunan sudah dapat ditentukan, langkah selanjutnya
adalah membentuk
kebutuhan ukuran dan bentukan ruang sebenarnya. Sebuah ruang akan mewadahi satu atau sejumlah
aktifitas fungsi utama tergantung berapa kapasitas ruangnya. Ukuran ruang akhir didapatkan dari
kelipatan modul ruang sesuai dengan kapasitas ruang yang telah ditentukan, sedangkan bentuk ruang
dihasilkan dari layout atau tatanan modulnya.
Merancang Denah
I u,

tr_. _ i-t
{-J
;rr-){
: ,I il +
,-,' \.-
LIr\

L,.l L i Lr-'
/'J
!-i
r.'i
r--1
fllj
l hdrs

'l .t
I I,rr: i.j'il,:r ti.irr-r4 1| , --., I
I

t1
L-J

[Ji 1:],
U

U
i*'
tI
t_,.
n *_i --rr--l

Gambar 6-3 Contoh ruang dengan modul fungsi

Untuk mendapatkan denah yang utuh, persyaratan fungsi ruang antara lain orientasi, bukaan
dan kebutuhan ruang sirkulasi juga harus diperhatikan. Dengan demikian diperlukan penyesuaian-
penyesuaian ttkuran dan bentukan yang nantinya berkaitan langsung dengan aspek-aspek lain
dalam
bangunan. Bentukan ruang fungsi dapat sekaligus sama dengan bentukan bangunan atau berbeda,
karena bentukan bangunan lebih banyak dipengaruhi wadah strukturnya yang secara garis besar
akan dibahas dalam pembahasan grid struktur.

6.3 Menggunakan Grid Struktur


Crid struktur adalah titik-titik atau garis-garis yang akan dipakai untuk menempatkan sistem
struktur utama bangunan. Karena sistem struktur lebih ideal dengan keteraturan, terlebih pada
bangunan bertingkat, maka grid struktur adalah cara untuk mengatur letak titik-titik dan garis-
garis struktur dengan teratur. Struktur yang lebih teratur akan menguntungkan dan memudahkan
mulai dari proses perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi hingga sistem pengawasan di
lapangan. Namun bukan berarti keteraturan ini adalah keseragaman yang identik dengan monoton
atau desain yang kaku dalarn arsitektur. Justeru dengan grid ini keberagaman bentuk baik denah
atau bangunan dapat difasilitasi dengan baik, karena dalam grid struktur dimungkinkan alternatif-
alternatif serta kombinasi keteraturan yang tidak terbatas dalam desain. Keteraturan pada penggunaan
82 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

grid ini pada nantinya akan menjamin optimalnya


rancangan sistem struktur secara keselurulran, mulai
dar,i rangka atap hingga pondasi.

Bentuk dan ukuran grid struktur ini dapat


menyesuaikan atau diikuti modul ruang fungsinya.
Satu grid struktur dapat terdiri dari kelipatan atau
bagian modul ruang dan sebaliknya. Satu grid
struktur ditandai dengan titik-titik kolom dan atau
garis-garis dinding struktur. Bentuk dan ukuran grid
struktur dalam satu bangunan dapat berubah atau
bervariasi yang disesuaikan dengan aspek-aspek
lain dalam bangunan. Seperti halnya pada modul
ruang yang terkait langsung dengan modul fungsi,
grid struktur untuk bangunan fungsi seragam akan
lebih mudah ditentukan dari pada bangunan dengan
fungsi kompleks.
Ukuran dan bentukan pada grid struktur akan
menentukan ukuran, bentuk dan letak elemen
struktur lain yaitu ukuran kolom, balok, pelat lantai,
kuda-kuda, rangka atap dan pondasi. Ukuran dan
bentukan grid struktur ini juga akan mempengaruhi
bentang ruang dan atau konfigurasi kolom yang
ada di dalamnya, sehingga pengaruhnya ke dalam
akan menentukan sistem-sistem bangunan seperti
pencahayaan dan penghawaan, sedangkan ke luar
akan menentukan bentuk dan faEade bangunan.
Dengan demikian ketika menggunakan grid struktur
maka akan berpengaruh pada interior sekaligus
eksterior bangunan..
Bentuk dan ukuran kolom dan dinding struktur
pada grid juga harus dapat menopang daerah
pikulnya dengan optimal. Oleh karena itu bentuk
kolom yang ideal harus dapat menyesuaikan area
beban pikulnya sesuai bentuk gridnya. Kolom
dengan bentuk bujursangkar akan lebih tepat
memikul grid struktur bujursangkar, sementara
kolom persegi panjang akan lebih tepat memikul grid Gambar 6-4 Contoh aplikasi modul fungsi
dan struktur pada denah
Merancang Denah I u,

persegi panjang dengan arah yang sama. Sementara kolom bulat dapat digunakan untuk memikul
grid bujursangkar, segi enam, segi delapan atau juga lingkaran.

6.3.1 Mewadalri Ruang-ruang pada Grid Struktur


Terdapat dua cara untuk menyesuaikan ruang dengan grid strukturnya. Cara pertama yaitu grid
struktur yang menyesuaikan ruang fungsinya, sedangkan cara kedua adalah fungsi ruang yang me-
nyesuaikan grid strukturnya. Kedua
cara ini dapat dilakukan, walaupun
juga dapat diambil cara dengan
memadukan keduanya, tergantung
dasar dan tujuan bangunan diren-
canakan.

Crid struktur yang menyesuai-


kan ruang fungsi lebih ditujukan
pada pewadahan fungsi yang mut-
lak, sementara sistem struktur han-
ya sebagai "alat" untuk membentuk
ruang. Bentukan pada cara ini juga
relatif tidak mudah ditentukan di
awal, karena cara ini relatif lebih
membentuk ketidak teraturan baik
grid struktur ataupun bentuk yang
dihasilkannya. Cara ini biasanya
digunakan pada fungsi-fungsi ban-
gunan yang mengendaki tiap fungsi
mempunyai bentuk dan ukuran
yang tidak dapat di-reratakan.
r-
l"
lr
Ruang yang menyesuaikan ll
grid biasanya ditujukan pada fung-
si-fungsi yang relatif fleksibel yang
dapat disesuaikan dengan ukuran
dan bentukan grid. Cara ini dilaku-
kan, karena biasanya bentukan dan
konfigurasi bangunan sudah diten-
tukan di depan, sehingga ruang-ru-
ang fungsi akan disesuaikan.
Gambar 6-5 Contoh desain dengan menyesuai kan grid
dengan denah
84 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat. Rendah

penyesuaian-penyesuaian memang harus dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang


kaku, namun dengan
ideal, sehingga pada praktiknya, kedua cara di atas tidak dilakukan dengan
yang terkait dengan ini akan meliputi
penyesuaian-penyesuaian yang kompak karena aspek bangunan
banyak hal seperti yang telah dibahas di depan'

6.g.2 Menyesuaikan Konfigurasi Ruang pada Denah Konsep


kurnpulan ruang
Faktor lain dalam membuat denah adalah mengatur ruang-ruang menjadi
ruang yang diperoleh
menurut organisasi ruang yang telah dikonsepkan. Apapun konfigurasi
ruang pada konsep
dari kedua cara di atas harus berdasarkan konsep bangunannya. Organisasi
juga akan berpengaruh pada massa
akan menjamin hubungan antar ruang benar dan ideal dan
juga akan ditentukan pada tahap ini'
bangunan. Sehingga bentuk bangunan secara garis besar
perubahan penerapan organisasi ruang akan merubah tujuan utama ruang fungsinya dan juga bentuk
atau massa bangunan yang
bangunannya. pengaturan ruang ini juga harus mengikuti gubahan ruang
aspek bangunan yang telah
telah dipikirkan sebelumnya dalam rangka kaitannya dengan berbagai
ditentukan.

6.3.3 Menyesuaikan Aspek-Aspek Lain pada Bangunan


Crid dan bentukan yang dihasilkan juga harus dibuat dalam kerangka memenuhi aspek-aspek
bentukan fungsi
lain pada bangunan selain setruktur. Oleh karena itu setiap langkah mendapatkan
proses ini akan sangat rumit
pada ruang, harus disesuaikan dengan berbagai aspek tersebut. Memang
jika tuntutan persyaratan dalam aspek bangunan banyak dan kompleks. Namun demikian, pada
pada aspek yang
prinsipnya struktur dan konstruksi akan dapat disesuaikan dengan atau tanpa akibat
lain misalnya pada bentuk bangunan, harga bangunan dan sebagainya'
Merancang Denah
lu,

Cambar 6'6. Contoh desain dengan konfigurasi ruang terhadap konsep

6.3.4 Menyesuaikan Posisi-posisi Ruang dan Strukturnya


Ada kalanya ketika grid sebagai titik-titik kolom atau garis-garis dinding struktural tidak sesuai
dengan peruangan dan aspeknya. Jika demikian halnya, maka alternatif yang dapat dilakukan
adalah
dengan merubah salah satu baik ruang atau grid yang dipakai, atau keduanya. pengurangan
atau
penambahan titik kolom sangat dimungkinkan walaupun itu berarti
merubah keteraturan grid.
\amun sebagai failitas, sistem struktur dapat flekibel memfasilitasi tuntutan ruang dan fungsinya.
Perubahan-perubahan ini pada nantinya juga harus diperhatikan konsekuensi
desain pada salah satu
atau beberapa elemen struktur yang akan mendapat penekanan desain khusus.
86 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar G-7 Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan

6.4 Meletakkan Tangga


Tangga utama adalah jalur akses sirkulasi utama bangunan bertingkat, terutama bangunan
bertingkat rendah. Posisi tangga utama ini pada denah harus diletakkan pada area umum yang mudah
terlihat dan relatif berada di tengah-tengah ruang agar mudah dicapai dari segala arah. Penempatan
I
I,
Merancang Denah t
C-
{l

tangga sebaiknya dekat dengan ruang-ruang hall, atau ruang keiuarga pada runiah iirrggai uni-^
menghubungkan ruang-ruang ini dengan ruang-ruang lain di lantai atas, namun letak tangga juga
tidak boleh mengganggu aktifitas di dalam ruang sekitarnya.
Secara struktural, posisi tangga diletakkan pada void atau lui-rang vang menghir!:urigkan iantar
bawah dengan atas dengan demikian posisi tangga lantai satu clengan yang lainni,2 akan berada
di lokasi yang sama. Void ini dapat diletakkan diantara kolom balok atau clinding pemikul pacla
ruangan. Void ini tentu saja harus dapat mewadahi ukuran iangganya, otehr karena itu sangat perlu
ditekankan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai tangga ideainya harus sudah ciidapatkan sebelum
proses pengerjaan denah.

Untuk kepentingan lain, posisi tangga juga dapat digunakan untr:k mernbuka akses perrcahayaan
dan penghawaan alami karena tangga menggunakan void dan clapat menggunakan bukaan lebar
pada dindingnya dan sekaligus untuk kepentingan vjenz baik dari atau ke arah tangga. Oleh
karena itu tempat void tangga juga harus diperhatikan terhadap ruang lain disekitarnya yang akan
memanfaatkan sistem-sistem itu.

Tangga darurat harus disediakan untuk bangunan-bangunan publik tertentu. Tangga darurat
juga harus disediakan pada setiap jarak +30 m pada bangunan. Pada bangunan hunian, tangga
darurat identik dengan tangga servis yang digunakan untuk kepentingan lain selain akses utama.
Yaitu digunakan sebagai tangga menuju ruang cuci, dapur atau jemur. Posisi tangga ini harus terletak
di sekitar ruang-ruang servis itu sendiri.

6.5 Meletakkan Kamar Mandi dan Dapur


Kamar mandi dan dapur adalah ruang servis yang harus diletakkan secara tegas areanya pada
bangunan atau denahnya. Pengelompokan ruang servis ini biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan
sistem jaringan pemipaan baik air bersih atau sanitasinya. Demikian juga secara vertikal, jika pada
Iantai atas juga terdapat ruang servis, kamar mandi dan atau dapur juga idealnya diletakkan pada
area yang sama atau dengan cara "ditumpuk" antara lantai bawah dan atas. Hal ini dimaksudkan juga
untuk menghindari kebocoran jaringan pada ruang-ruang servis ini yang dapat mengganggu ruang-
ruang lain di bawahnya.

Letak kamar mandi dan dapur juga harus memperhatikan aspel< pencahayaan dan penghawaan
alami. Mengingat fungsi utama ruangan yang relatif ideal dengan pencahayaan dan penghawaan
alami, kamar mandi dan dapur harus diletakkan sedemikian hingga mempLinyai ai<ses larrgsung
dengan udara luar. Ironisnya, seringkali dalam perencanaan bangunan terutama hunian, hal ini
sering dilupal<an sehingga dapur dan kamar mandi tidak marnpu memberikan pelayanan fungsi y,ang
optimal. Peletakan ini biasanya diletakkan pada tepitepi bangunan atau pada lantai-lantai yang di
atasnya tidak terdapat lantai lagi, sehingga berhubungan langsung dengan udara luar. Strategi Iain
juga dapat dilakukan dengan cara menentukan sistem pencahayaan cJan perrghawaan aiami khusus
misalnya dengan menggunakan dinding dan jendela pantul, atap berlubang transparan clsb.
BBI Merancang Bangunan Cedung Bertirtgkat Rendah

Wadah sistem pemipaan atau shaft ditempatkan relatif dekat dengan area ruang servis ini untuk
juga harus direncanakan sejak
mendapatkan sistem distribusi dan sanitasi yang baik. Shafrshaft ini
(water tower)
awal pada denah baik di lantai satu atau dua. Posisi sistem penyediaan air bersih
konstruksi
dan posisi buangan (septic tank) harus diperhitungkan pada sekitar area servis, sehingga
struktural pada bagian atas dan bawah bangunan akan memeperhitungkan aspek
ini'

6.6 Menentukan Posisi dan Konfigurasi Ruang-ruang


posisi dan letak ruang-ruang harus disesuaikan dengan konsep layout ruang pada kaitannya
dengan aspek-aspek bangunan. Pada pokoknya posisi ruang-ruang ini yang harus diperhatikan
udara dan
adalah ruang-ruang yang mendapatkan akses langsung terhadap sirkulasi fungsi, sirkulasi
cahaya serta view dari dan ke ruang-ruang dalam bangunan. Pengaturan ini harus
mernperhatikan
juga aspek-apek eksternal ruangan meliputu kondisi lingkungan termasuk view, kontur, vegetasi
dan sebagainya.

6.7 Menentukan Dinding dan Bukaannya


posisi ruang tidak akan berarti banyak jika tanpa disertai posisi bukaan ruang baik pintu
posisi
ataupun jendela. Fungsi ruang dan sistem yang mengikutinya akan sangat dipengaruhi oleh
dan ukuran bukaan ini. pada denah, notasi-notasi pintu jendela selain menunjukkan letak dan
pencahayaan dan
akan membentuk wajah bangunan (fasade),juga dapat menginformasikan sistem
penghawaan ruangan.
pintu jendela yang digunakan untuk keperluan pencahayaan dan penghawaan alami harus
membuka
berhubungan langsung dengan ruang Iuar. Pengudaraan silang hanya dapat dicapai dengan
jendela pada dua sisi bangunan yang berhubungan langsung dengan udara bergerak. Tinggi rendah
panas cenderung akan
bukaan juga akan mempengaruhi gerak udara di datam ruang karena udara
bergerak ke atas. Tinggi rendah atau besar bukaan secara lngsung akan memepengaruhi intesitas
jendela juga akan mempengaruhi
cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Namun semakin besar pintu
Pada ruang-
aspek lain pada ruang. Arah bukaan juga menjadi penting pada pintu ataupun .iendela.
ruang publik biasanya pintu menuju ke arah luar untuk memudahkan akses keluar
jika terjadi
juga akan
kepanikan dalam ruang akibat api, gempa dsb. Pada jendela, bentuk dan arah bukaan
meneruskan atau membelokkan udara dan atau cahaya'
Merancang Denah *ag

Gambar 6-8 Denah adalah potongan bang,unan horisontal

.t il 1li til{l

A l-l
e0 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

ir
-n ll
.- arnar 212 il
Kamaf ^^^lt
ZUnr l

ii

LobbY
R Perie$uan
{1r.3)

Gambar 6-10 Contoh denah fungsi asrama lantai 2


Merancang Denah i,,

Lotlby
R Perlemuan
{1t.3)

I ros I I

',roT-._oro I

3J {g) ''I)tp,)

Gambar 6-11 Contoh denah fungsi asrama lantai 3


an gu n a r t (,edu
s2 I N4 er an can g B ng B e rti n gkat Rendah

t!,1

Gambar 6-12 Contoh rencana tangga


MERANCANG ATAP

Denah dan atap adalah dua hal yang paling dahulu disesuaikan karena atapr akan
secara langsung berada di atas bangunan walaupun bentuk keduarrya tidak
harus identik sama. Bentuk denah persegi panjang tidak harus ditutr"rpi oleh
bidang bawah atap segi panjang pula namun dapat dengan nrenggunakan
bentuk atap lain atau gabungan dari bidang-bidang yang lain. Untuk satu jenis
bentuk yang sama dapat mempunyai alternatif penyelesaian yang berbeda.
Pencarian solusi teknis yang paling tepat untuk sebuah gambar kerja rancangarr
atap memang kompleks dan beragam sehingga diperlukan beberapa langkah
dan strategi yang akan dibahas di bawah ini'
94 /ler..irir:ar;g Bangi;nan Cedung Bertingkat Rendah

7.1 Menyesuaikan Atap dengan Denah


Atap harus sesuaidengan derrah. Kesesuaian buka:r berarti r,arria identik pada bidang penutupan
atapnya tetapi lebih berarti l<eterp,,rduan baik [.,entiilc aidi;i)t-ii'r itrtikiural. Untuk dapat memadukan
atap dengan denahnya, terclapat beberapa alternatif i)t'ir),esuaian -rebagai berikut

Gambar 7-1 Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah

7.1.'l Atap yang Sama dengan Bentuk Denahnya


Bentuk bidang atap yang sama dengan denahnya adalah alternatif yang sering dipakai untuk
memberi atap pada denah. Denah yang mempunyai bentuk sederhana seperti bujursangkar atau
persegi panjang akan dengan mudah diberikan atap yang sesuai, namun bentuk denah yang lebih
kompleks, atau gabungan dari beberapa bentuk, akan relatif kompleks juga teknis pengatapannya
karena terkadang bentuk denah tersebut tidak "match" atau tidak sesuai dengan bentuk atap yang
mungkin diberikan. Jika dipaksakan, maka akan ntungkin terdapat garis-garis atap yang tidak dapat
"bertemu", sehingga akan terdapat beberapa ketidaksesuaian yang tidak disengaja seperti munculnya
beragam sudut kemiringan atau pemakaian pelat dag datar yang juga tidak disengaja. Jika hal ini
terjadi, maka sudah tentu bentuk yang terjadi pada bangunan tidal<lah seperti bentuk yang dituju
akan tetapi lebih merupakan bentukan hasil yang tidak terkendali.
Merancang Atap
t,,

t
,,, '.
/l

rra I
____*l__--_ ,ri---*----\rr

ffi [&' i tr
Gambar 7'2 Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya

7.1.2 Atap yang Tidak Sama dengan Bentuk Denahnya


Atap yang tidak sama dengan bentuk denahnya adalah salah satu strategi yang mempunyai
tujuan
menyesuaikan antara atap dengan denahnya. Ketidaksamaan inijuga dimaksudkan
untuk tujuan lain
seperti pengatapan ruang luar di luar denah jika atap lebih besar dari denahnya. Terkadang
sebuah
denah mempunyai bentuk rumit yang tidak mungkin bidang atap sama persis dengan
bentuk denah
tersebut. Dengan demikian bidang atap dapat berbentuk lain karena juga dipertimbangkan
terhadap
bentukan yang terjadi, struktur atap dan denah, dan juga konstruksi atau juga sistem yang
diterapkan
dalam bangunan yang bersangkutan.

i*-----------*
| |
--------t
-----_-a...-_ --'r.
:.-'-
r, f - I

_l
il'i
rl
lil
- r--': " r-
ii
|
:.ri, -r.-. ..- >
r,l
-l,
l i-- .-.. .
ii;,
r:r ! i:r il
lil
ri,
t::
lx
I r--
,t:-l '+-.J, -.. ** ,i I
I i.."-*,,*
t-_--_
:i
ra
_-__-__t |l/
I
,'
|
It
,'
tt
I .'

Gambar 7'3 Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya
s6 I h4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

7.1.3 Atap Gabungan


Terkadang untuk nrenyamakan bidang penutupan atap dengan denahrrva, dipal<ai sekaligus
beberapa jenis dan berrtLrk atap secara bersama. Pemakaian atap yang digabiingkar: irri disebabkan
oleh bentuk denah yang komprleks yang ticlak nrLrrrgkin dipakai sati-i bentirk atap iui:gi;al. Tentu saja
baik struktur atau konstruksi atap gabungan ini lebih kompleks, sehingga lraruir clip,:rhatikan benar
ketika sampai pacla proses gambar kerjanya. Disanrping itu jrrga atap dengan beniuk gaburrgan yang
beragam relatif akan menghabiskan waktu dan beayayangcukuptinggi, nanrLitr di iarn fihak, bentuk
atap gabungan dapat lebih bervariatif.

Atap gabungan ini juga dimungkinkan juga pada pemakaian atap datar dag prada beberapa
bagian denah bangunan. Penggunaan atap datar ini tentu harus disesuaikart Cengan llaik bentuk
justeru
ataupun teknis struktur konstruksi bangunan, karena pemakaian yang tidak direncanakan
akan menyebabkan bentuk yang tidak diperkirakan atau pengaruhnya terhadap fungsi i"uang di
bawahnya karena dapat mempengaruhi teknis bangunan seperti kebocoran, suhu yang relatif tinggi
dan sebagainya.

':,i.i.rr,,.i'.irtriiitil:illiitlillliilti'lr:ul:l

,,:':., .'::,:.:,.,,,;::i11it".Y,a

:..:.: :..'. :' :.. :. ta::.:,a.:,:l;.!..:a)a.::

...- :..,,.,,,. :, :,.;;:i:.!lii:l

..- . r ' .r.r':...i , .,. rr,,,,,r'r. ..ritl,r

\/
Gambar 7-4 Contoh atap gabungan pada bangunan

7.1.4 Atap Bertingkat


Kombinasi yang dapat dilakukan baik pada satu bentuk atap atau pada atap gabungan adalah
dengan membedakan ketinggian dasar atap. Atap bertingkat ini dimaksudkan bukan hanya sebagai
pelindung atau untuk keperluan estetika bentuk bangunan tetapi juga dipakai sebagai fasilitas sistem
Merancang Atap 1,,
termasuk sistem penghawaan dan pencahayaan alamiah. Atap yang sudah sesuai dengan denahnya
dapat dioptimalkan dengan strategi pembedaan ketinggian atap ini. Tentu saja kesesuaiannya dengan
fungsi ruang yang ada di bawahrrya juga disesuaikan.

7.1.5 Void dan Skylight


lstilah void adalah bukaan pada atap sehingga atap tanpa penutup sedangkan skylight acjalah
pemakaian atap transparant atau tembus cahaya. Kedua jenis bagian atap ini dinraksudkan untuk
nremasukkan cahaya matahari dan atau udara luar ke dalam bangunan atau sebaliknya. Void atau
skylight dapat dibuat dengan melubangi bagian atap tertentu atau dengan menggunakan ruang atau
celah diarrtara beberapa bidang atap.

'",{
I

r
Cambar 7-S Contoh bangunan dengan atap bertingkat

7.2 Menentukan Garis Atap


Caris atap pada denah adalah notasi garis putus-putus pada denah untuk mengenali be::-*
atap yang akan dipakai pada bangunan. Caris ini juga sekaligus menginformasikan secara a..,a
kaitan antara atap dengan denahnya.Untuk menentukan garis atap ini harus melihat bentukan a:a:
dan konstruksinya pada struktur utama baik kolom atau dinding pada denah. Demikian juga nar-s
diperhatikan garis-garis kombinasi atap satu dengan lainnya pada ruangan. Penggunaan atap de:gar-i
f.rf sl;;ni:alg Sangi,r;,.;;; t ,i irii;, r11 frtrtirtgkat Rendah

kemiringan tinggi dan atap datar (pelat, dag) c.ii;:-rLingkinkari secara bersai-tia cialai:-t bagiarr yang
berbeda dalam satu bangunan.

Untuk rnendapatkan kenririnBan atap yang iiarta. pada atali deng;rn l;r-:nti;l< liri-:as dan lajug
nrenggunakan garis limas atau garis tajug (jurai luar atatt ju;'ei claiai":ri'ialang pada iiarltinya)
harus dengan sudut 45o pada tampak atasnl,3 uiiiuk stnrbarang kenii;'ingarl',''anH sanra. Untuk
mempertemukan dua sisi atap yang berbeda keniiringan, iurai ini dapat lei:ih atau Icutartg dari 45'.
Pada atap lengkung, garis kelengkurrgan ini tidak terlihat pacla garis atap pada denai:, naniun akan
lebih dijelaskan pada rencana atap bangunan.

7.3 Menentukan Atap Utama dan Kombinasinya


Bentuk atap dan kombinasinya dapat dilakukan dengan mernpe;'haiikan berriul(at'r i/ang akan
diperoleh, rnaksud bentukan desain dan maksud korrstruksi yarrg akan digunakan untuk mencapai
bentukan tersebut. Pada bangunan lantai 2, atap lebih dominan nrembentuk bentukan bangunan
sehingga setiap kali bentuk utama dan kombinasinya diternukan harus sesuai derrgarr bentuk yang
dituju. Bentuk-bentuk atap yang ideal juga sangat sarat dengan nraksud atau fungsi atap seperti
pengaturan iklim mikro bangunan, pemasukan udara dan cahaya dan juga penerusan air hujan dan
perl indungan terhadap sinar matahari.

Untuk dapat mempermudah kombinasi bentuk atap dan menemukan struktur utamanya,
kombinasi atap harus dimulai dari bentuk atap utama beserta struktur utama rangka atapnya, baru
kemudian menentukan kombinasi atau tambahan{ambahan atapnya menurut denah yang ada.
Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengkombinasikan denah dengan bentuk atap dan rangka
atap utamanya. Penyesuaian-penyesuaian pada denah, bentuk atap atau rangka atap sering dilakukan
untuk mendapatkan keterpaduan yang ideal. Terutama pada konfigurasi grid atau modul bangunan
dengan fungsi kompleks. Perubahan konstruksi struktural juga sering dilakukan terutama untuk atap-
atap bangunan dengan bentuk dan karakter khusus. Penyesuaian itu .iuga terkadang merubah kolom,
dinding atau kuda-kuda, sehingga proses penentuan sistem struktur akan menjadi lebih kompleks.
Merancang Atap
t,,
+
:L
8l

til I
I

i
I

RUANG XELUARGA
i

-t
3

I
-J*
I

5t
'l
I

I
I
+ ****?***.".,** . -t.';

Cambar 7-6 Contoh garis atap


pada denah bangunan

LANTAI 02
100 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 7-7 Contoh atap utama dan kombinasinya

7.4 Menentukan Rangka AtaP


Rangka utama atap dapat terdiri dari kuda-kuda, gunung-gunung atau rangka beton bertulang
seperti yang telah dibahas di muka. Penggunaan rangka utama atap ini pada Denah tergantung
pada bentuk atap, kemungkinan posisi rangka atap dan posisi-posisi kolom, dinding dan ruang di
bawahnya. Penentuan rangka atap ini dapat saling tawar atau menyesuaikan dengan elemen-elemen
rangka utama bangunan seperti kolom, balok, dan dinding bangunan. Kondisi ideal bahwa rangka
atap harus didukung langsung oleh kolom atau dinding juga dapat ditawar dengan toleransi tertentu
di bawah batas-batas kekuatan konstruksi dan memang seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan ahli struktur atau konstruktor agar tidak menemui kesulitan baik pada tahap perancangan
atau pelaksanaan konstruksi di lapangan.
\lerancang Atap | ,0,

Berikut ini adalah bagian-bagian utama dalam merencanakan atap bangunan;

r-'
i
i
i
i
i
i
i
I

i
i
i
i
i
i
i
i (EPII ARfA
i 'TESERVT

i
i
i
i {
I
i
i
J
L-

l'ii
'' ; -;'';'- "'1' - I ;:' -' '

Gambar 7-B Contoh denah dan pengaruhnya pada atap bangunan

7.4.1 Menentukan Jenis Rangka Utama Atap


Rangka utama atap yang terdiri dari kuda kuda atau gur.rung-gunung harus ditentukan bentuk
serta kaitannya dengan fungsi atap lainnya. Kuda kuda dan gunung-gunung dapat beragam bentuk
dan bahannya, sehingga yang perlu diperhatikan adalah apakah masing-masing bentuk itu sesuai
untuk bentangan ruang dan untuk tujuan lain misalnya perannya dalam membentuk ruang dan
bangunan, kemungkinan ekspos, jenis penutup atap yang akan dipakai, dan juga kemungkinan
pemasangan ventilasi atau pencahayaan melewati rangka kuda kuda atau gunung-gunung.

Satu bentuk atap dapat dicapai oleh beberapa rangka utamanya. Namun masing-masing rangka
utama tersebut akan mempunyai konsekuensi yang berbeda pada beberapa hal termasuk ruang
102 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

struktur dan sebagainya'


interior yang diperoleh, berat konstruksi, daya tahan pemakaian, harga
jenis rangka sekaligus berkaitan
Keputusan pemakaian rangka utama dapat terdiri dari beberapa
dengan aspek lain dalam bangunan.

Gambar 7'9 Berbagai macam bentuk struktur atap miring

7.4.2 Meletakkan Rangka Utama AtaP


harus diletakkan
Untuk dapat meletakkan rangka utama atap dengan tepat, maka rangka atap
yang akan diperoleh dan yang
dengan mempertimbangkan dua hal, pertama adalah bentukan atap
kedua adatah tumpuan pada rangka bangunan di bawahnya yang akan
dipakai' Pertimbangan
yang sesuai dan konstruksi yang benar'
keduanya harus diperhatikan untuk mendapatkan bentukan
jarak tertentu
ldealnya, kuda kuda atau gunung-Sunung dan ragamnya dipasang setiap
Bahan kayu dan ba'ia akan
tergantung panjang penghubung keduanya yaitu gording dan bubungan'
akan dapat mencapai .iarak
berbeda pada ketersediaan ukuran panjangnya. Kayu, rata-rata hanya
rangka atap
4 meter sedangkan baja dapat lebih panjang. Prinsip utama peletakan kuda kuda atau
Iainnya tergantung panjang gording dan bubunSan yanS akan dipakai.
cording dan bubungan ini
jarak yang lebih panjang. Prinsip selanjutnya
dapat terdiri dari rangka juga sehingga dapat mencapai
adalah bahwa rangka utama atap ini dipasang juga pada setiap sudut-sudut atap limas atau tajug,
gunung-gunung terpancung
walaupun hal ini juga dapat ditawar dengan membuat kuda kuda atau
menyilang pada
dan sejenisnya. Khusus untuk bentuk atap tajug, kuda kuda dapat dipasang secara
diagonalnya atau pada arah membujur dan melintangnya. Pemilihan atas ini
tergantung ukuran
bangunan dan bentukan ruang yang akan diperoleh'
Merancang Atap
| ,0,

Gambar 7-1O Alternatif rangka utama atap dan


strukurnya

7.4.3 Menghubungkan Rangka Utama Atap


seperti disebut di atas bahwa untuk menghubungkan
rangka utama atap dipakai balok gording
atau balok bubungan' Fungsi gording dan
bubungan ini adalah untuk menghubungkan dan
menegakkan kuda kuda dan sebagai tempat
dipasangnya usuk atau kasau, sehingga panjang gording
atau bubungan ini saling tergantung dengan jarak
kuda-kuda atau rangka utama lainnya.
cording-gording akan dipasang secara sejajar pada
sepanjang punggung kuda-kuda sebagai
tempat kasau/usuk dipasang. Dengan demikian jarak
antar gording dan bubungan tidak dapat terlalu
panjang untuk menghindari usuk yang
melengkung karena terlalu berat menyangga penutup
dan juga untuk menopang sambungan atap
usuk. Panjang kasau/usuk akibat jarak antar antar gording
bubungan ini secara horisontar juga dipengaruhi dan
oreh kemiringan atapnya.
bentukan kuda kuda di bawahnya. pada
i""::l"t::::: 'll:ri,Te1pensaruhi
o:ol: tilik vlns
rq prinsipn;,a
diretakkan pada titik_titik buhut atau
Pr il t)rPt t\ d l\k;,:a
31,:::r^:li,T:]ff:y:nsga
sehingga posisi gording dan letak titik-titik buhul
ru sambunsa--
Jql I lUUl l5d ta
ini akan saling mempengaruhi,/ cara L<llct \ans -:
\di k' a ,nli- '
-:,nri-
o:.?r..",menentukan dahuru kasau/usuk baik panjang
[::ti:^filll
udru Kerrrucllan oltentukan posisi gording-gordingnya
atau tempat sarnb*-;;,-,-
dan terakhir menentukan ko---a_--*, ,.,*,u['
batang rangka kuda kuda. selanjutnya
langkah-langkah ini digambarkan dalam re-,:.,-..
m'.ru
104 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Ni

I
ol
oi
Nj
I
1

l
I
a1
oi
N{
I

i
i
€ri o
o
o
I
{
l I

)
l
.cL\,
I

TAMPAK ATAS AN o
O.
@i
ol
I
I

I
-"1'
--+ - o
ol
ql N.
rt -1
l

.120. 35o V ,oo Y 3so

RENCANA ATAP

I Keterangan
. xX : Kuda kuda 8114
i fIZXX : % Kuda kuda 8114
I cc : Gunung gunung
I lrzGc : % Gunung gunung
ef : Balok Tombok 6/'tz
I' GD : Gording 8l'tz
i JRL : Jurai Luar 8l'12
; JRO : Jurai Dalam 8/'12
] BB : Bubungan 8112
I LP : List Plank 3/25
' Bs : Balok sokong 8114

Gambar 7-11 Contog rencana ataP


Merancang Atap
| ,0,
7.4.4 Memasang Kasau/Usuk
Usuk dipasang pada bubungan, gording-gording dan pada balok tembok. Sehingga dengan
demikian posisi ketiga jenis penopang itu harus membentuk satu garis jika diinginkan atap yang
rata pada sembarang kemiringan, atau dapat membentuk sudut tertentu pada bentuk atap yang
lebih bervariasi. Panjang usuk dapat terdiri dari 4,3,dan 2 meter (sesuai panjang kayu yang ada
di pasar). Dengan demikian jarak penumpunya (bubungan, gording-gording dan balok tembok)
harus mengikutinya dengan meletakkannya pada sambungan atau untuk membagi usuk yang terlalu
panjang agar tidak melengkung.

Usuk d ipasang setiap jarak tertentu tergantu ng pada uku ran usuk dan berat jen is pen utup atapnya.
Makin besar berat jenis penutup atap makin besar usuk atau rnakin banyak atau makin rapat usuk
yang dipakai. Demikian pula sebaliknya. Jarak pasang antar usuk ini juga dapat disesuaikan dengan
pemasangan plafond tempel pada usuk. Eternit, asbes, gypsum atau papan kayu dan multipleks
adalah ragam penutup plafond yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Dengan menyesuaikan
ukuran ini, plafond dapat dipasang tanpa harus menggunakan rangka utama lagi,
Panjang usuk secara keseluruhan tergantung pada jumlah deretan genteng yang akan dipasang.
Pada ujung usuk yang berada di sisi luar bangunan usuk pada bangunan tropis disisakan sepanjang
tertentu untuk melindungi dinding dan bukaannya di sepanjang dinding Iuar bangunan yang dapat
berupa tritis (overhang), atau sirip-sirip pelat kantilever. pada sudut atap limas bagian bawah perlu
diperhatikan agar pemasangan usuk masih tetap mempunyai dua tumpuan, sehingga biasanya usuk
dipasang semakin miring pada arah luarnya. Listplank dipasang pada ujung usuk untuk melindungi
penampang usuk dari udara Iuar.

Gambar 7-12 Prinsip


pemasangan usuk
10,5 ]'ne-tef
106 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

7.4.5 Memasang Reng dan Genteng


Reng dipasang untuk rnemasang genteng, sehingga jarak antar reng harus menyesuaikan jarak
pasang gentenS. Centeng-genteng tertentu mempersyaratkan jarak reng yang tepat untuk dapat
dipasang, sementara yang lain hanya disediakan sisa agar genteng tetap overlapping dan tidak
menyebabkan masukknya air hujan ke dalam bangunan.

Pada sisi-sisi atap harus diperhatikan pemasangan-pemasangan genteng bubungan dan talang.

7.4.6 Memasang Elemen Atap Lain


Elemen-elemen atap meliputi bubungan, talang, konsol tritis dan sebagainya. Bubungan adalah
tempat bertemunya ujuang atas atap baik pada posisi horisontal atau miring (jurai luar). Bubungan ini
dapat dipasang secara mati atau hidup yang juga dapat terdiri dari genteng bubungan atau lembaran
seng. Talang adalah tempat bertemunya atap pada bagian bawah yang dapt berupa talang nriring
(jurai dalam) atau talang datar. Talang datar lebih tidak dianjurkan karena akan mudah mengalami
masalah kebocoran. Talang dikonstruksikan dengan lembaran seng, karpet platik dan sejenisnya.
Konsol tritis diperlukan apabila lebihan usuk pembentuk tritis terlalu panjang sehingga diperlukan
tumpuan pada ujung bawahnya. Konsol juga dapat dipasang mandiri dan bukan kepanjangan dari
usuk atap utama.

a
.
I ii:,ill
i,-' I, Jd
I] ,n-
Gfi,
"\
j
L-#-"1-J
f
=-r
: ;;i
,;

I 'i ,,
; ,) ',-.
t-t4i-J
,"
I
1:.' :
:i.l il

Gambar 7-13 Contoh elemen pada atap dan konstruksinya


Merancang Atap
| ,0,
7.4.7 Memasang Atap Datar
Atap datar yang terbuat dari dag beton bertulang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan.
Secara fungsional, atap ini dapat dimanfaatkan sebagai ruang fungsi di atasnya, sehingga sangat
sesuai diletakkan pada area-area servis, atau dapat juga digunakan sebagai ruang taman
di atas
atap' Atap datar ini juga dapat digunakan sebagai elemen pembentuk bangunan karena dapat
menghubungkan satu atap dengan atap lain dalam satu bangunan. Dengan demikian dag juga
dapat dipakai sebagai talang datar pada bangunan. Penggunaan dag sebagai talang datar ini
sangat
dimungkinkan mengingat dag beton relatif lebih tahan bocor dan tahan iklim. Namun tentu saja
baik
desain ataupun pengerjaannya harus mendapat perhatian khusus agar justeru tidak menimbulkan
permasalahan kelak dikemudian hari.

7.4.8 Memasang Atap Bentuk Lain

Jenis-jenis penutup atap tertentu dapat membentuk atap yang lebih bervariasi. penggunaan
pelat-pelat aluminium atau pelat fiber dapat Iebih fleksibel ditekuk atau dilengkungkan,
sehingga
atap akan mempunyai bentuk bermacam-macam. Karena penggunaan jenis penutup atap
ini akan
mempengaruhi bentuk bangunan secara keseluruhan, maka struktur dan konstruksi juga
harus
menyesuaikan tuntutan teknis penutup atap ini.

Bentuk atap lain juga dipengaruhi oleh jenis rangka atap yang dipakai. pemakaian jenis rangka
atap modern seperti rangka ruang (space frame)juga akan membentuk atap yang khas. Demikian juga
dengan jenis-jenis atap yang lain menurut jenis struktur termauk kubah, pelat lipat, cangkang,
tenda,
kabel dan sebagainya yang pada buku ini memang tidak dibahas untuk menghindari kompleksitas
pembahasan.

Gambar 7-14 Contoh bentuk atap bertingkat pada masjid


Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
108 I

Gambar 7-15 Contoh tampak atap bangunan asrama


3 lantai

(:El
KeteranQan:
HEiriiit'Xiip mengsunakan Rangka Baja Ringan

Gambar 7'16 Contoh rencana atap lantai 2 asrama


3 lantai
Merancang Atap | ,0,

11.)ill
,"i {. I
'i,1,,1.:
{

r-*-it---.ji*lli . -+r:ii"d,-#*+4+*r--. n"iir


,- ti :. I _-,*L. _li i I - i

F ,G
Cambar 7-17 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai

Gambar 7-18 Contoh tampak hasil pada rencana atap asrama

i r--l--
.r_lt
. ': ..s;.,,3r.-,-,...
-,
i:.
. i. ,-'.i I
I
110 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 7-19 Contoh perspektif hasil atap pada asrama

-oo0oo-
MERANCANG BALOK DAN PELAT
LANTAI

Rancangan balok memegang peranan penting karena berfungsi sebagai penghubung


antar kolom utama dan penumpu pelat lantai dan sebagai dasar dinding berat
(batu bata). Balok juga dapat berfungsi secara arsitektural pada ruang yang tidak
menSSunakan plafond, di mana beberapa elemen akan dipasang seperti lampu,
jaringan listrik, sound system, jaringan pemadam kebakaran dan sebagainya.
Sebuah struktur beton dapat menggunakan pelat beton baik terpisah atau
menjadi satu dengan baloknya, ataupun pelat lain yang dipasang pada balok
seperti pelat papan kayu atau pelat papan baja
112 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

8.1 Menempatkan Balok pada Bangunan


Balok dapat berfungsi struktural ataupun arsitektural. OIeh karena itu desain balok dan juga
pelat lantainya harus dapat mengintegrasikan kedua kepentingan tersebut. Berikut ini adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan pada desain penempatan balok dan pelat lantai.

8.1.1 Fungsi dan Peran Balok pada Bangunan


Secara umum, balok dalam bangunan bertingkat yang menggunakan struktur beton bertulang,
berperan pada tiga bagian yang berbeda. Pada bagian bawah bangunan balok berperan sebagai
sloof , pada bagian atas dinding bangunan lantai atas balok berperan sebagai ring-balk sedangkan
pada bagian tengah balok berperan sebagai balok lantai dan balok /atai. Ketiga bagian fungsi balok
tersebut sebenarnya berfungsi hampir serupa yaitu menghubungkan kolom-kolom struktur utama.
Fungsi-fungsi lain tergantung letak dan posisinya.

Sloof beton bertulang berfungsi selain menghubungkan kolom utama, juga dapat difungsikan
sebagai dasar dinding berat (batu bata dsb). Tetapi fungsi sebagai dasar dinding ini dapat digantikan
oleh rolaag atau pasangan batu bata miring yang digunakan untuk menyalurkan beban dinding pada
pondasinya. Penggunaan sloof atau rolaag untuk kepentingan ini tergantung beberapa pertimbangan
apakah beton bertulang atau tidak dan juga pasangan batu bata lebih efisien untuk digunakan. Kadang
karena alasan harga dan juga alasan lain semacam daya dukung tanah dsb, mendasari pemilihan
kedua alternatif ini. Dalam penggunaannya balok sloof selalu digabungkan dengan pondasi batu kali
atau pondasi menerus lainnya untuk menyangga sloof struktural dan sloof penahan dinding.

Balok keliling atau ring-balk berfungsi membentuk ring atau cincin pada struktur kolom balok
sehingga membentuk rangkaian tertutup. Fungsi utama ini biasanya hanya dipasang pada kolom-
kolom di atas dinding luar bangunan. Sedangkan pada dinding dalam, penggunaan ring-balk dapat
diabail<an, selama dinding yang digunakan tidak menggunakan dinding berat yang memerlukan
perkuatan. Jika dinding batu bata digunakan, bisanya ring-balk ini tetap dipasang bukan sebagai
struktur utama tetapi menguatkan konstruksi dinding tersebut saja.
Balok lantai adalah balok yang berada di bawah lantai untuk mendukung beban lantai. Balok
Iantai ini akan lebih dibahas khusus karena dapat nrempunyai beberapa kepentingan lain selain
sebagai bagian sistem struktur. Balok latai adalah balok yang dipasang di atas bukaan-bukaan

Balok secara umum berperan sebagai:

.:. Sloof ) pada bagian bawah bangunan


* Balok lantai ) pada bagian lantai
.i. Balok ring ) pada bagian atas bangunan
* Balok latai ) pada bukaan dinding
Merancang Balok dan Pelat Lantai | ,,,

sehingga dinding di atasnya tidak membebani kosen bukaan. Balok latai ini juga dapat memperkuat
struktur utama karena menghubungkan kolom-kolom. Balok latai ini dapat digantikan oleh pasangan
balok rolaag di atas kosen untuk menghindarkan kosen dari beban dinding berat di atasnya, namun
tidak berfungsi menghubungkan kolom-kolom, sehingga balok latai jenis ini tidak berfungsi secara
struktural.

Irsol 250 I ooo lrzsl 37s


---1_-___T-_._--r-l___---|- I

;l
^l I
B6

ro
d)

-EI B6

;r
*l
_T
(
d.
85 Luar

Ub
BP &
F=--t :lol
l€{o-- ---
tn
_l ot:, (o col
c!t
ol !td c6 ---=--l I
I
B KM Dalam
Brl LUar
I
B6
-t- E
6
(o
o
E
6
6
L
n
o
s IE
-l
84 Dalam
co
bll
-l [T3Da-lam
E Ic
La
s
E
U ls
ld
= It1 flrlam (1} lo
I
I
I
l'
I

83 luar
I
S
ol B1 luar
=l

i
-+

Gambar B-1. Contoh rencana balok

Definisi Balok:

* Balok struktur menghubungkan kolom


* Balok anak menghubungkan balok utama
* Balok dinding berat di atas dan di bawah
114 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

8.1.2 Macam Balok Lantai


Balok lantai berfungsi utama secara struktural menghubungkan kolom-kolom utama sehingga
membentuk satu kesatuan kerangka kolom-balok. Wujud yang paling sederhana adalah balok-balok
yang menghubungkan kolom-kolom utama saja. Atau dengan bentuk lain yaitu rangkaian antar
balok sehingga berhubungan satu dengan lainnya. Jika balok ini menghubungkan kolom-kolom
utama disebut balok induk, jika balok menghubungkan kedua balok utama maka peran balok ini
disebut sebagai balok anak. Balok anak ini juga dapat mempunyai balok anak lagi dan seterusnya.
Semakin banyak balok-balok yang digunakan akan semakin rapat dan dapat memperkecil dimensi
pemakaian beton bertulangnya. Bentuk balok lantai yang paling rumit adalah dengan menggunakan
bentuk waffle yaitu pelat dengan dukungan balok lantai yang banyak kecil-kecil ke dua arah saling
silang. Fungsi lain balok lantai adalah sebagai penyangga beban dinding berat di atasnya. Dinding
batu bata pada lantai dua dan lantai atas lainnya harus menggunakan balok sepanjang dindingnya
agar berat dinding tidak membebani pelat lantai secara sentris. Posisi balok ini dapat di bawah pelat
lantai atau di atas lantai.
Primer

f Balok Tersier (anak2)


ro
r
i=
L
0)
Balok Tersier (anak2)
E
L
o-
Y
o
o
6

Balok Primer (induk)

Gambar B-2 Macam balok lantai

Kapan menggunakan pelat lantai tanpa balok, dengan balok utama saja, atau disertai anak
atau waffle tergantung beberapa aspek yang harus diperhatikan termasuk volume beton, waktu
pelaksanaan, beaya pelaksanaan, bentukan arsitektural, kesesuaiannya dengan aspek bangunan lain
dan sebagainya. Balok pendukung pelat lantai yang hanya terdiri dari balok utama saja cenderung
mempunyai ukuran yang besar dan berjarak lebih jarang sehingga jarak antar lantai pada bangunan
bertingkat juga harus memperhatikan ketentuan ini. Pelat lantai harus lebih tebal karena mempunyai
bentang yang besar. Pengerjaan untuk jenis balok ini relatif mudah sehingga waktu dan beaya tenaga
kerja dapat diperkecil. Di lain fihak, balok lantai yang menggunakan balok anak yang banyak akan
mempunyai besaran yang lebih kecil namun berjumlah banyak dan rapat, sehingga waktu yang
diperlukan juga akan lama dan tenaga kerja yang diserap relatif besar dan harus dengan kecakapan
skill yang cukup pula, sehingga beaya upah kerja juga besar.
Merancang Balok dan Pelat Lantai
| ,,,

Secara arsitektural baik bentukan atau kaitannya dengan sistem lain, kedua jenis pemakaian
balok di atas dapat saling disesuaikan. Pelat yang rnenggunakan sedikit balok akan mempunyai
bentuk datar dan rata sehingga memberikan kesan ruang yang luas. Pada pemasangan titik-titik lampu
dan sistem lain dapat dengan bebas. Pada pelat yang menggunakan banyak balok akan mempunyai
bentuk rumit dan memberikan kesan ruang yang lebih dinamis. Untuk pemasangan titik-titik lampu
dan sistem lain harus memperhatikan jarak antar balok yang terbentuk. Demikian juga dengan sifat
memantulkan cahaya dan suara, pada pelat rata, suara dan cahaya akan mudah dipantulkan sedangkan
pada pelat tidak rata atau banyak balok, suara dan cahaya akan dipendarkan. Kedua ketentuan ini
dapat merugikan atau rnenguntungkan tergantung dengan fungsi ruang yang bersangkutan. Dengan
demikian pemikiran keterpaduan pada desain balok-balok ini sangat diperlukan untuk mendapatkan
rancangan yang optimal.

Balok Sekunder
(wajib jika ada dinding di atas)

Gambar B-3 Letak balok pada struktur

8.2 Menentukan Garis-garis Balok


Menentukan garis-garis balok utama sangat tergantung di mana kolom-kolom utama berada.
Karena fungsi utamanya sebagai penghubung antar kolor:i utama, maka garis-garis balok ini tidak
tergantung dari dinding di atasnya atau ruang di bawahnya. Caris-garis balok ini selanjutnya akan
sangat tergantung pada konfigurasi grid struktur yang dipakai karena balok adalah elemen utama
sistem struktur selain kolom dan dinding. Caris balok selanjutnya menentukan gambar rencana balok

Jika pelat lantai ini pada nantinya juga digunakan sebagai plafond ruangan maka konfigurasi
balok utama ini mau atau tidak mau harus dipakai sebagai elemen pembentuk ruang, yang
dimensinya ter8antung pada bentangan antar dua kolom yang dihubungkannya. Kepentingan sistem
struktur dan kenampakan bentuk dan konfigurasi balok harus dipadukan sehingga keduanya dapat
dipadukan secara optimal. Kepentingan yang lain yang juga harus diperhatikan adalah desain titik-
titik lampu atau sistem lain pada balok dan pelat lantai ini yang harus betul-betul diperhatikan karena
akan tertanam dan bersifat permanen. Bongkar pasang pada pelat lantai beton bertulang sangat
tidak memungkinkan, sehingga jika ter.iadi kesalahan jaringan, kabel atau pipa hanya dapat dipasang
secara out-bow atau menempel dan akhirnya akan mengganggu estetika ruang dan
sebagainya.
r16 I lv'lerancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Jika di bawah balok adalah ruang yang rnenggunakan plafond, maka konfigurasi balok ini tidak
akan menjadi masalah secara arsitektural. Tetapi iusteru yang harus diperhatikan adalah konstruksi
rangka plafond terhadap balok-balok lantai serta jarak yang harus disediakan pada plafond mengingat
plafond juga dibuat untuk maksud pelatal<an titiktitik lampu atau sistem lain besertajaringannya.

Langkah terbaik adalah pada tahap konsep sudalr memperkirakan keterpaduan antara balok lantai
dengan fungsi-fungsi lain termasuk ruang. sistem listrik, sistem pemipaan dsb, sehingga pada tahap
perancangan teknis, hal itu sudah dapat ditentukan.

'ii!T
:r
ift

:!
I6
}i
a,l

I]
*:::::

Gambar B-4 Contoh garis balok ekspos

Untuk dapat menghasilkan bentukan kralok yang ideal harus diperhatikan ketentuan di bawah ini;
a Apakah balok akan diekspos atau menggunakan plafond penutup
jarak plafond dengan balok
a Jika menggunakan plafond, maka yang harus diperhatikan adalah
utama yang paling tebal, sehingga masih terdapat celah untuk memasang jalur-jalur sistem
bangunan termasuk kabel dan pipa. Jika tidak maka akses ini harus disediakan dengan lubang-
lubang pada balok
Jika balok dan pelat lantai akan cliekspos, maka balok-balok harus dibuat sedemikian rupa
sehingga terpadu dengan sistem lain antara lain Ietak posisi lampu, posisi springklers (titik alat
pemadam kebakaran), posisi pengeras suara, dan jalur jalur sistem tersebut. Jalur-jalur dapat
ditanam dalam balok atau pelat untuk mendapatkan kesan ruang yang bersih, atau justeru
sebaliknya diekspos untuk kepentingan tertentu (kesan ruang, pemeliharaan dsb). Balok-balok
ini pada posisi tertentu juga dapat digunakan sebagai pemecah gaung atau gema pada ruang
sehingga akustik ruang dapat lebih baik.
Merancang Balok dan pelat Lantai
| ,,,

[il8
O lrrnp,
t_"t Speaker
ll Sprinkler

Cambar B-5 Contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistern

8.3 Menentukan Pelat Lantai dan Void


Pelat lantai dipasang pada luasan lantai atas kecuali lubang (void) yaitu pada
tangga, void pada
penghubung ruang dan lubang pelat pada shaft kabel atau pipa. pelat
lantai dapat dibentuk dari
pelat beton bertulang atau pelat lain seperti papan kayu dan ragamnya
atau pelat besi dan baja.
Bangunan dengan sistem struktur utama beton bertulang dapat menggunakan
berbagal alternatif
tersebut walaupun secara umum pelat dag beton bertulang masih banyak dipakai
karena alasan-
alasan; kesatuan dengan kolom baloknya sehingga dapat lebih rigid/kaku dan membentuk
kekakuan
struktur secara horisontal, relatif lebih murah, tahan lama, meredam getaran
dan sebagainya. Namun
dag beton bertulang juga mempunyai kelemahan yaitu dapat membuat beban struktur
menjadi lebih
besar sehingga kolom, balok dan pondasi harus dibuat lebih besar atau lebih kuat.

Definisi Balok:
.:. Balok struktur menghubungkan kolom
* Balok anak menghubungkan balok utama
* Balok dinding berat di atas dan di bawah

sistem yang dapat dipasang pada pelat atau di antara garis balok:
A Titik lampu
* Titik sound system
* Titik sprinklers
* dsb
118 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I

diperhatikan aspek-aspek;
Untuk dapat merancang pelat lantai dan void yang ideal maka harus
pelubangan dan perbedaan
Tiga perbedaan dalam rancanSan pelat lantai yaitu pelat biasa,
ketinggian.
pelat+elat normal biasa dipasang pada setiap ruang lantai dua dengan bingkai balok-balok di
bawahnya. Harus diperhatikan apakah di dalam
pelat dipasang jalur-kalur sistem atau tidak.
Tebal pelat untuk lantai dengan tumpuan normal dengan luasan
9 m2 dapat berkisar mulai 10
hingga 1 5 cm tergantung juga beban ruang dan fungsinya'
lubang ruang untuk akses
feluLangan-pelubangan pelat atau void dibuat pada lubang tangga,
dapat sendiri dibuat atau
ventirasi, cahaya dan pandangan dan rubang shaft. Void untuk tangga
menjadi satu dengan void untuk ruang'
pelat-pelat yang dibedakan ketinggiannya adalah pelat lantai untuk kamar mandi dan area basah
lainnya. perbedaan ketinggian ini dimaksudkan untuk mengalokasi
air pada tempat tertentu,
pelat, dapat dialokasikan dengan mudah'
sehingga akalaupun terjadi resiko kebocoran pada

Gambar 8-6 Pelat dan void pada bangunan

8.4 Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain
Alternatif balok dan pelat lantai pada bangunan dengan struktur
beton bertulang dapat
baja. sebuah bangunan dapat mempunyai ragam balok dan
pelatdi luar
menggunakan kayu atau besi
konstruksi beton adalah dengan
beton bertulang. Maksud penggunaan balok dan pelat lantai selain
penciptaan lantai tanpa konstruksi khusus
tujuan untuk mencapai berat konstruksi yang lebih ringan,
tambahan' atau
(siruktur bangunan bertingkat), pengerjaan yang lebih cepat, merupakan konstruksi
hanya merupakan variasi pada elemen bangunan'
pada balok dan pelat dengan bahan kayu, yang perlu diperhatikan adalah ketentuan-ketentuan
rangka pelat yang menggunakan balok-balok kayu dengan ukuran
tertentu. Balok dengan ukuran 8/14
pada jarak hingga 4 meter pada
cm dapat digunakan ,LL"g"i balok induk dan dapat dibentangkan
Merancang Balok dan Pelat Lantai | ,,n
Iantai dengan penutup papan kayu. Sementara balok yang memepunyai ukuran lebih kecil seperti
6/12 cm dapat dipasang sebagai balok anak dan masih dapat dibentangkan 3 hingga 4 meter. Setelah
itu balok-balok tambahan (usuk) dengan ukuran 5/7 cm dapat dibentangkan untuk mendukung balok
anak dengan bentangan 2 hingga 3 meter. Balok usuk ini dijajarkan dengan prinsip sama dengan
usuk atau kasau pada setiap jarak 30 hingga 60 cm tergantung besar dan berat pelat ataupun fungsi
pada lantai kayu tersebut. Papan kayu sebagai pelat lantai dapat menggunakan papan dengan ukuran
ketebalan 2 hingga 4 cm dengan lebar yang bervariasi.

Pada balok dan pelat dari bahan besi atau baja, ketentuan besar dan jarak balok dapat
disesuaikan dengan persyaratan bahan besi atau baja yang dipakai, mengingat persyaratan bahan ini
Iebih bervariatif.

Gambar B-7 Contoh balok dan atau pelat dari kayu

8.5 Menentukan Konstruksi Batok dan Pelat Lantai


Pemasangan pelat lantai beton bertulang dapat langsung dipasang pada kolom struktur tanpa
harus menggunakan balok lantai dengan catatan pelat harus betul-betul kaku, oleh karena itu
dimensi pelat menjadi lebih tebal. Cara ini jarang dilakukan karena cenderung membuat pelat
menjadi sangat tebal sehingga memerlukan volume beton yang besar. Pelat-pelat yang diletakkan
di atas balok lantai dapat dibuat menjadi satu (untuk beton bertulang) atau hanya ditumpangkan
(untuk pelat kayu atau baja).

Dimensi balok dapat diprakirakan kurang lebih dengan ketinggian rata-rata 1/10 hingga 1/12
dari bentangan jarak antar dua kolomnya, walaupun angka itu dapat berkurang atau bertambah
tergantung aspek-aspek beban dan bahan. Beton prestress dapat hanya 1/20 dari bentangannya.
Adapun lebar balok adalah berkisar 1/3 hingga 213 dari ketinggiannya.
Pelat lantai beton bertulang dapat difinishing dengan bahan berat seperti tegel dan keramik
namun pelat kayu atau baja biasanya menggunakan finishing yang lebih ringan seperti parket atau
tegel kayu dan juga karpet. Yang lrarus diperhatikan pada pemasangan tegel atau keramik pada dag
beton adalah masih digunakannya pasir setelah dag beton dengan tujuan utama untuk memisahkan
't2o I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

finishing dengan struktur utama lantainya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh
perubahan bentuk pada pelat lantai dengan finishingnya. Pada ruang-ruang luas, finishing lantaijuga
harus dipisah-pisah untuk menghindari perubahan pelat struktur yang dapat mengakibatkan lantai
pecah atau bahkan meledak'
penggunaan pelat untuk atap juga hampir sama dengan pelat lantai ruang. Namun pelat atap
selain beban, juga harus dipikirkan terhadap cuaca luar sehingga harus diantisipasi terhadap retak-
retak rambut yang akan semakin besar dan dapat mengakibatkan bocor pada waktu hujan. Dengan
demikian selain menggunakan finishing tulangan pada pelat lantai dan atap berbeda. Pelat atap
menggunakan tulangan ganda yang disebut tulangan susut untuk menghindari hal-hal tsb di atas.

T
NI
w-r
EXNru
I

4
-i I
WNW
-l , * --J-,n, J-, *-l-,',-f-r.*

AAAA I AJA

DENAH BALOK LANTAI 3


SKilA: t:1m

Gambar B-B Contoh rencana balok asrama lantai 3


Merancang Balok dan Pelat Lantai | ,,,

ir
"l
"l
nffi[EffiltWnilffiilW
N[]N[1EffiililMilil
4
-l
"l
-l
A
ru\n Hlil
ruEnE=WHHmilil
t---, *---l- '*-l-,--l-,.**!-,*-l-5,r
r lt I
AAAA AI
o--]*, *-l-' o{* ','--l- ,*--{

AI AAA6,
I It I A
w
--l-,

Gambar B-9 Contoh rencana balok asrama lantai 2

-oo0oo-
MERANCANG PONDASI

Pondasi adalah bagian bangunan yang tidak terlihat namun keberadaannya sangat
penting sebagai penopang utama bangunan. Setelah mengetahui berbagai
pondasi pada bab terdahulu, untuk dapat tepat menggunakannya diperlukan
tinjauan berbagai disiplin ilmu terkait seperti struktur dan kekuatan tanah
Geoteknik). Pada perencanaan bangunan bertingkat rendah, perencana dapat
memperkirakan atau mengajukan jenis pondasi dan kaitannya terhadap aspek
lain. Pembahasan pondasi ini lebih ditekankan pada pemilihan jenis pondasi
secara umum pada struktur tertentu berdasarkan latar belakang bangunan dan
bagaimana menyajikannya ke dalam gambar rencana bangunan
121 I fuferenc.aiig ilangut: art Cedung Bertingkat Rendah

9.1 Menentukan Jenis Pondasi


Untuk dapat menentukan jenis pondasi yang tepat bag! sebr:ah bangunan, ada beberapa hal
y,ang harus diperhatikan yaitu berat sendiri struktur dan korisii'irksi bangunan, ketinggian bangunan,
beban fungsi dari aktifitas yang diwadahi di dalam brarigunan serta keaciaan tanah di mana bangunan
didirikan. Faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk memprakirakan jenis pondasi yang akan
dipakai pada bangunan.

9.1.1 Menggunakan Pondasi Dangkal


Pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai kedalarnan tidak lebih dari ketinggian satu
lantai atau berkisar dari nol centimeter hingga 2 / 3 meter. Pondasi dangkai dapat digunakan pada
bangunan yang mempunyai kondisi tanah bagus (dengan daya dukung yang tinggi atau lapisan tanah
keras yang dangkal), dan dengan beban atau ketinggian bangunan .vang tidak teriaiu besar.

Pada sebagian besar bangunan bertingkat rendah hingga berlantai e,q1pat, pada kondisi tanah
yang lragus masih dapat menggunakan beberapa jenis pondasi dangkai tanpa harus dengan pondasi
dalam. Namun sebaliknya sekalipun bangunan tidak bertingkat, pada kondisi tarrah lembek, harus
menggunakan pondasi dalam. Pondasi dangkal ini dapat berupa pondasi titik, pondasi menerus
atau pondasi bidang. Wujucl pondasi yang sering dipakai adalah pondai umpak, pondasi foot-
plate, pondasi menerus batu kali, atau pondasi bidang pelat beton bertuiang. Pondasi bidang beton
bertulang ini hanya dipakai pada kondisi tanah yang jelek dengan beban bangunan yang besar.
Pondasi dangkal yang paling dangkal dan paling sederhana adalah r,rrnpak yang sering dipakai
pada pondasi tiangtiang atau kolonr-kolom bangunan yang tidak permanen atau bangunan yang
menggr-rnakan bahan struktur ringan seperti kayu atau metal. Umpak ini mempunyai bentuk umumnya
pondasi ideal yang melebar ke bawah dengan maksud menrperlebar tumpuan dengan bidang tanah.
Demikian juga pada foot-plate, pondasi menerus
batu kali dan sebagainya, sehingga pada rencana
pondasi, bentukan ini juga harus dapat dilihat
baik pada rencana ataupun detailnya.
Aplikasi rencana pondasi dangkal ini pada
gambar kerja arsitektur adalah pengaturan Iayout
jenis pondasi pada titik-titik kolom atau garis-
garis dinding. Ukuran dan detail pondasi harus
didapatkan secara eksak melalui perhitungan
struktur yang biasanya dilakukan oleh ahli
struktur atau konstruktor sebagai hragian dari
atar-r diminta oleh perencana.
Gambar 9-1 Cont.ah penggunaan pondasi dangkal
Merancang Pondasi
| ,rt
Pondasi dangkal menerus disamping berfungsi menopang dinding berat atau dinding pemikul
juga berfungsi menahan tanah atau urugtanah untuk membedakan ketinggian lantai. Dengan demikian
walaupun pada lantai satu tidak terdapat dinding berat namun masih menggunakan pondasi menerus
yang berfungsi sebagai pembatas tanah atau turap untuk membedakan ketinggian lantai.

9.1.2 Menggurrakan Pondasi Dalam


Pondasi dalam adalah pondasi yang mencapai kedalaman tertentu yang disebabkan oleh beban
atau ketinggian bangunan yang cukup besar atau pada kondisi tanah yang kurang bagus. Sebuah
bangunan tinggi yang mempunyai ketinggian dan jumlah lantai tertentu harus diimbangi dengan
kedalarnan pondasi yang memadai agar bangunan tidak runtuh. Pada bangunan berat atau dengan
fungsi berat seperti gudang atau bengkel juga menggunakan pondasi dalam untuk meyakinkan
bangunan berada pcia lapisan tanah keras yang stabil pada kedalaman tertentu.

Aplikasi rencana pondasidalam ini biasanya


dipasang pada kolom-kolom utama dan dapat
diperlebar pada pelat-pelat pondasi untuk
memperkuat daya dukung terhadap bangunan
karena kondisi tanah yang jelek atau beban
bangunan yang terlalu besar. Pada gambar
rencana pondasi atau potongan bangunan,
kedalaman bangunan tidak ditentukan dengan
pasti, karena kedalaman pondasi dalam ini
menyesuaikan kondisi tempat pondasi sehingga
tidak dapat d iseragam kan.

9.2 Menentukan Titik dan Garis


Pondasi
Untuk dapat meletakkan titik-titik dan garis
pondasi harus diperhatikan penggunaan jenis
pondasi pada elemen struktur yang tepat. Kapan
Gambar 9-2 Contoh penggunaan pondasi dalam

Penentuan desain pondasi tergantung pada:

.i. Kondisi tanah


* Berat bangunan
* Tingglbansutan
tr Bahan bangunan
126 | *erancang Bangunan Cedung BertingkatRendah

menggunakan pondasi titik dan menerus harus dilihat dari jenis struktur yang dipikulnya. Cambar
yang dihasilkan adalah rencana pondasi.

9.2.1 Menggunakan Pondasi Titik


pondasi titik identik dengan pondasi setempat yang digunakan untuk menopang beban yang
bersifat setempat. Beban setempat ini berasal dari kolom bangunan yang meneruskan beban-beban
bangunan ke bawah secara linear menuju ke satu tempat atau satu titik di dalam tanah. Dengan
demikian setiap kolom, hanya perlu menggunakan jenis pondasi titik ini baik pondasi dangkal
ataupun pondasi dalam.
Wujud pondasi titik ini dapat berupa umpak, foot-plate atau tiang pancang pada pondasi dalam,
yang kesemuanya berhubungan langsung dengan kolom utama. Posisi tumpuan dapat diperlebar
dengan pelat kaki atau disebut dengan foot plate, jika digunakan pondasi dalam dalam
jumlah yang
banyak dalam satu kolom'

Gambar 9-3 Penggunaan pondasititik ienis umpak

Gambar 9-4 Contoh peng1unaan pondasi foatplate pada struktur betcn


Merancang Pondasi | ,,,

9.2.2 Menggunakan Pondasi Menerus


Pondasi menerus adalah pondasi yang paling sesuai memikul beban menerus pula. Beban
menerus ini pada bangunan identik dengan beban yang disalurkan ke dalam tanah oleh dinding yang
berfungsi struktural atau dinding pemikul (bearing wall) dan dinding geser (shea r wall). Dinding non
struktural yang mempunyai berat konstruksi yang tinggi seperti dinding batu bata pada lantai dasar
juga mernerlukan pondasi agar dinding tidak melesak ke dalam tanah.

Wujud pondasi menerus ini pada bangunan adalah pondasi batu kali atau batu bata dan juga
pondasi beton bertulang dari bentuk foot-plate yang dipanjangkan.

Cambar 9-S Contah penggunaan pondasi menerus

9.2.3 Menggunakan PondasiGabungan


Pada sebuah bangunan, penggunaan .jenis-jenis pcindasi secara bersamaan atau pondasi
gabungan lebih sering dilakukan untuk mendapatkan tumpuan bangunan yang optimal pada tanah.
Karena struktur bangunan seringkali terdiri dari kolom dan dinding secara bersamaan baik dinding
struktural atau dinding berat seperti dinding batu bata, maka penggunaan pondasi titik untuk kolom
dan pondasi menerus untuk dinding dapat digunakan secara bersama.
Aplikasi pemakaian pondasi gabungan pada gambar kerja ini harus jelas diperlihatkan pada
rencana pondasi dan potongan bangunan dengan notasi dan ukuran yang jelas.

Beban yang dipikul jenis pondasi:

* Pondasi titik ) beban struktur melalui kolom


* Pondasi menerus ) beban struktur rnelalui dinding atau untuk menopang dinding berat
.:. Pondasi gabungan ) pada penggunaan kolonr dan dinding bersama
128 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Cambar 9-6 Contoh penggunaan pondasi gabungan

9.3 Menentukan Jenis Pondasi Khusus


Pada kondisi khusus seperti pada bangunan yang mempunyai beban sangat besar, pada kondisi
tanah yang sangat jelek diperlukan pondasi yang khusus pula. Demikian juga pada kondisi untuk
fungsi khusus seperti ruang-ruang mesin, maka diperlukan jenis pondasi tertentu yang mampu
meredam getaran mesin, sehingga menghilangkan atau mengurangi pengaruhnya pada struktur
bangunan.

Pondasi khusus juga terkadang digunakan sebagai bagian dalam satu bangunan justeru untuk
mengurangi konstruksi yang tidak perlu. Konstruksi pondasi di tanah keras yang hanya menopang
dinding bata atau dinding partisi ringan tidak harus menggunakan pondasi batu kali yang besar.
Penggunaan rolaag atau sloof saja dengan uku ran tertentu dapat d ipakai u ntu k mengh indari pemakaian
bahan pondasi yang terlalu besar.

Pada kondisi teftentu penggunaan sloof yang dimaksudkan untuk membantu pondasi atau
bahkan menggantikan peran pondasi juga dapat dilakukan. Keputusan-keputusan ini memang harus
dikonsultasikan dengan ahli pondasi atau ahli tanah agar didapatkan keputusan desain yang tepat.

Fungsi dimensi pada bagian pondasi:

t Lebar pondasi ) menopang berat total bangunan


* Kedalaman pondasi ) mencapaitanah keras
* Proporsi kedalaman pondasi ) mendirikan bangunan
, Bahan pondasi ) sesuai ketersediaan di lingkungan
Merancang Pondasi | ,r,
9.4 Menentukan Konstruksi Pondasi
Konstruksi pondasi tergantung dari jenis, ukuran dan kondisi tanah dan lingkungan setempat di
mana bangunan didirikan. Pada daerah di mana batu kali dan pasir mudah didapatkan, penggunaan
pondasi baik titik atau menurus dan dangkal atau dalam sering menggunakan beton atau beton
bertulang. Sementara daerah yang banyak terdapat kayu semua jenis pondasi dapat menggunakan
balok-balok kayu sebagai konstruksi pondasi.
Bagian penting yang juga harus diperhatikan pada desain pondasi adalah pada konstruksi
penghubung antara pondasi dan elemen struktur dan tanah di sekitarnya. Bagaimana pondasi
dihubungkan dengan sloof

150 250

Ro
,. E
-t
Kts

.B 8

Gambar 9-7 Contoh perencanaan pondasi rumah tinggal

Penggunaan Pondasi Khusus:

* Pada bangunan dengan beban ekstra


.:. Pada bangunan dengan kondisi tanah yang sangat jelek
* Pada bagian bangunan dengan beban yang lebih ringan
.E Pada bagian bangunan dengan fungsi beban ekstra
130 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

t$cr\t
-Tl$r] ( --i
I

I Il
;

I hro cNl

Gambar 9-B Contoh detail Footplate


Merancang Pondasi
| ,,,

Compacted soil
Slocff L5 >:2D
l{ountain stone
Aanstamping
(e1ips etonef
Sand -T I

6D- 80

_l20
---+

Cambar 9-9 Contoh detail Pondasi Menerus

trt p4 P1 P2 P1 P1 P2 Pl p4
I

P3A P3A
?2 P3A P3A
P P1 P2

trt
I 1

't

"f
pl I

-l
A AAAA A A AAAA A
Gambar 9-10 Contoh rencana pondasi asrama

-oo0oo-
MERANCANG ELEMEN NON
STRUKTURAL
penyanSgaan
walaupun elemen non struktural tidak berkaitan langsung terhadap
dengan sistem struktur
beban bangunan, namun secara konstruksi berkaitan erat
atau tidak
yang |angsung seperti letak dan posisi hubungan konstruksinya
elemen struktur'
langsung seperti pengaruhnya terhadap besaran dan bentukan
non-struktural ini
Bahkan sistem struktur dapat juga ditentukan oleh elemen
yang secara langsung berkaitan
karena elemen pembentuk ruang adalah elemen
demikian pembahasan
dengan pemenuhan persyaratan fungsi ruan8. Dengan
mutlak dilakukan'
elemen non-struktural pembentuk ruang ini memang
134 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

10.1 Merancang Elemen lnterior


Merancang elemen interior adalah elemen yang secara langsung berkaitan dengan fungsi ruang.
Ruang dibentuk oleh elemen-elemen struktural (kolom, balok dan pelat lantai) dan non struktural
(dinding, plafond, lantai). Elemen non struktural tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa elemen
struktural yang bertanggung jawab menopangnya baik mulai dari atas tanah sampai lantai-lantai
barrgunan bertingkat. Pada perancangan struktur, desain elemen interior tidak dapat ditinggalkan
karena setiap keputusan desain struktur sebuah bangunan selalu memperhatikan fungsi bangunan
yang berkaitan erat dengan elemen interior.

Kolw Balok Sebagai Rangka Utama

Plifond dan pelat lrnt i sabagal demff .t!s ru.nq

Gambar 10-1 Ruang dalam dan elemen pembentuk fisiknya

10.1 .1 Desain Plafond

Langit-langit ruang secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang menggunakan
konstruksi struktur utama (rangkaian usuk atau pelat lantai) atau dengan kata lain tanpa plafond
dan langit-langit yang menggunakan lapisan plafond dengan konstruksi rangka utama sendiri yang
bentuknya tidak terpengaruh dengan konstruksi struktur utama di atasnya. Kedua jenis langit-langit
ini sangat berbeda dalam konstruksinya ataupun kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan.
Untuk dapat menentukan jenis langirlangit mana yang akan dipilih adalah tergantung pada
beberapa hal yaitu;

a. Fungsi Ruang

Ruang-ruang dengan fungsi tertentu menghendaki jenis langit-langit tertentu pula. Fungsi-fungsi
ruang privat termasuk kamar tidur, kamar mandi dan sejenisnya lebih menghendaki plafond yang
Merancang Elemen Non Struktural
| ,,,
sederhana secara arsitektural yaitu rata, tidak banyak menggunakan pola yang rurnit dan
seterusnya.
Sifat langit-langit seperti ini dapat dicapai dengan baik menggunakan piafond atau tidak.
Dag beton
pada ruang di lantai bawah atau rangka atap dengan lapisan penutup atapnya untuk
lantai atas dapat
digunakan langsung sebagai langit-langit. Sementara penggunaan plafond dapat menggunakan
jenis plafond rata dengan rangka kayu atau nretai dengan finishing lembaran
seperti multipleks jika
diinginkan suasana natural, Sypsum board atau eternit jika diinginkan suasana bersih dengan
cat
terang.

Pada ruang-ruang publik dengan fungsi umum pada umurnnya menggunakan kombinasi
antara
langit-langit rata dengan penekanan desain pada tempat-tempat tertentu yang dianggap
lebih penting,
misalnya pada recept ion desk untuk lobby hotel dan sebagainya. Sementara pada ruang-ruang
publik
khusus sepefti gedung auditorium dan ruang-ruang akustik lainnya lebih ditekankan pada
fungsi
plafond selain sebagai pembentuk estetika ruang juga sebagai rnedia peredam atau pemendar
suara
sehingga nreminimalkan terjadinya gaung atau gema.

Plafond KM/IVC dan Seiasar

Selasar Kamar Hotel

Gambar 10'2 Contoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsi

b. Bentuk dan Ukuran Ruang

Langit-langit juga dapat berfungsi menentukan bentuk dan ukuran ruang. pemakaian plafond
dapat dipasang pada posisi rendah atau tinggi, membentuk ruang dengan rata atau
bersudut dan
sebagainya' Ukuran ketinggian lebih ditujukan untuk kepentingan arsitektural dan
sistem ruang

Arah dan letak shaft pada bangunan:

* Horisontal bawah ) lantai


* Horisontalatas ) langit-langit, atap
* Vertikal ) dinding
136 I Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

fungsinya. Langit-langit yang tinggi dapat memberikan kesan monumental, keagungan ruang dan
sebagainya. Sementara ruang dengan plafond rendah dapat memberikan kesan ruang yang hangat,
intim dan sebagainya. Permainan kesan ruang ini dapat dihadirkan oleh ketinggian plafond yang
membentuk langit-langit sebuah ruang. Begitu juga dengan bentuk ruang, plafond dapat dibentuk
untuk memberikan kesan ruang yang tenang atau lebih ramai dengan hadirnya pola-pola dan
bentuk tertentu.
Untuk kepentingan sistem ruang, pengudaraan alami lebih memerlukan volume ruang yang
lebih besar, sehingga plafond dapat dimaksimalkan ketinggiannya. Sebaliknya ruangan dengan
sistem penghawaan buatan atau AC lebih optimal mempunyai volume ruang yang minimal pada
luasan yang sama, karena diperlukan energi yang lebih besar untuk volume ruang yang lebih besar.

Plafond Tinggi: Plafond Sedang: Plafond Rendah:


Monrrmental Formal Casual/Akrah

Cambar 10-3 Pengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunan

c. Konstruksi Ruang

Pada konstruksi lantai pelat beton dapat menggunakan secara langsurrg pelat dan balok sebagai
langit-langit tanpa harus menggunakan plafond. Oleh karena itu perlu diperhatikan aspek arsitektural
yaitu konfigurasi balok dan pelat lantainya, serta aspek teknis lain termasuk sistem jaringan yang
harus ditanam pada pelat. Pada lantai-lantai di bawah atap, penggunaan rangka atap sebagai plafond
dapat diterapkan dengan menggunakan sudut kemiringan atap sebagai langit-langit. Ekspos rangka
atap termasuk kuda-kuda dan usuk dapat digunakan sebagai element arsitektural yang menarik.
Merancang Elemen Non Struktural
6 ,r,

t-'-,
\.,

a,&
t'I

Plafond Piafond
Konstruk N'r4enenrpel Konsl pada
Ranpka atap I pelat lantal Dinding Rangka Atap/pelat lantai

Gambar 1o'4 Contoh alternatif konstruksi plaiond dan kaitannya dengan slstem struktur atap

Pada ruang-ruang di lantai bawah bangunan bertingkat, lapisan plafond dapat dipasang baik
pada dinding atau rangka pelat lantai ruang. \"ar.rg perlu diperhatikan sekali lagi adalah hal-hal yang
berkaitan dengan sistem jaringan atau sistem ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Konstruksi plafond menggunakan rangka yang dipasang sedemikian sehingga dapat ditutup
dengan lembaran tertentu sesuai dengan ukuran atau modul bahan tersebut. Pola plafond dapat dibuat
berdasarkan modul bahan ini. Rangka plafond dapat menggunakan konstruksi pembantu seperti
pemasangan kabel yang dikaitkan pada pelat atau balok lantai dan juga kuda-kuda pada
lantai atas,
atau tiang-tiang penyangga yang penggunaanya dintegrasikan dengan letak dinding atau partisi.

Gambar 10-5 Contoh plafond yang mengekspose rangka atap


r38 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

d. Sistem Ruang

Pembahasan sistem ruang pada plafond menyangkut dua bagian yaitu bagian ruang fungsi itu
sendiri dan ruang antara (plenum) yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur yang terdapat
di atasnya. Ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat mempunyai volume yang
berbeda untuk jenis sistem pengudaraan yang berbeda. Demikian pula untuk sistem ruang yang
lain seperti view dari dan ke ruang, pencahayaan alami dan sebagainya. Bentuk ruang juga akan
berpengaruh dalam fungsi dan desain ruang. Hal-hal tersebut juga akan berpengaruh dalam desain
plafond ruang.

Ruang plenum yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur di atasnya yang berupa
pelat lantai atau rangka atap dapat berperan juga dalam sistem ruang, yaitu pada penyediaan ruang
perantara yang dapat berfungsi menyekat aliran udara dari dan ke dalam ruang fungsi. Sehingga
panas dari dan ke ruang dapat dihambat untuk beberapa kepentingan.

Ruang plenum itu juga berfungsi sebagai tempat jaringan sistem yang berupa kabel atau pipa
dari dan ke dalarn ruang fungsi. Oleh karena itu perlu diperhatikan ukuran ruang yang tersedia untuk
kepentingan pemasangan dan perawatan jaringan.

10.1.2 Desain Dinding


Dinding pada bangunan dapat berfungsi secara struktural dan non struktural. Pada fungsi dinding
interior, dinding struktural menggunakan dinding keras yang letak dan posisinya tidak dapat dirubah
atau digeser lagi, sehingga kepentingan fungsi interior harus diperhatikan terhadap sifat dinding
struktur ini. Pada dinding non struktural,
posisi dinding ini tidak lagi terpengaruh
oleh sistem struktur baik berada di tengah DindineNons'uktur

atau di tepi bangunan. Bahkan untuk


Dindinestruktur
beberapa jenis dinding partisi, dapat
dirubah letaknya sesuai dengan fungsi
yang terdapat di dalam ruangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


dalam desain dinding interior ini adalah:

a. Konstruksi Dinding

Pada bangunan bertingkat dinding


interior dapat mempengaruhi struktur
secara langsung atau tidak. Penggunaan
dinding permanen yang berat yang
terbuat dari bahan seperti batu bata akan Gambar 10-6 Contoh desain dinding dalam bangunan
Merancang Elemen Non Struktural
J ,,,
membutuhkan penopang yang cukup kuat untuk menyangga dinding dan
elemen vertikal seperti
kolom untuk "memegang" berdirinya dinding ini. Kondisi ini akhirnya juga akan
memperbesar atau
memperkuat sistem struktur karena berat jenis dinding ini cukup berpengaruh
terhadap berat mati
struktur bangunan. Oleh karena itu pada bangunan bertingkat penggunaan dinding
ini dihindarkan,
terutama pada bangunan bertingkat banyak. Pada bangunan bertingkat rendah,
dinding batu bata
untuk kepentingan interior ini masih banyak dipakai karena sifat permanen-nya, relatif
murah
konstruksinya dan mampu meredam suara dengan baik. Pada pemasangan dinding
di lantai dasar,
dinding berat ini memerlukan pondasi khusus berupa pondai menerus batu kali atau batu
bata untuk
menopang berat dinding.

o
o)
!
o)
c
(o
o:
.C

dan pondasi

Gambar 10-7 Alternatif konstruksi dinding

Dinding non-permanen yang terbuat dari bahan ringan sperti kayu, gypsum, r1an atau bahan
aluminium tidak memerlukan konstruksi lchusus pada pemasangannya. Bahkan dinding ini dapat
dibongkar pasang dengan mudah atau rnoveable. Karena tidak memerlukan konstruksi khusus
dan
mempunyai berat konstruksi yang ringan sehingga dinding ini sangat fleksibel. Dinding ringan
dapat dipasang di mana saja di setiap lantai atau setiap ruang bangunan dengan bebas. Dinding
ini
sangat sesuai untuk bangunan bertingkat banyak karena tidak menimbulkan berat mati
bangunan
yang besar, sehingga sistem struktur akan lebih efisient. Kekurangan jenis dinding
ringan ini adalah
sifat meneruskan suara yang cukup tinggi. Apalagi jika dinding hanya terdiri dari satu lapis
tanpa
menggunakan elemen peredam suara yang lain, maka kenyamanan ruang akan terganggu.

Elemen pada bangunan:

.:. Struktural )
membentuk ruang
.:. Non struktural ) dibentuk ruang
140 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. Fungsi Dinding terhadap Ruang Fungsi

Dinding interior berfungsi sebagai penyekat ruang fungsi. Fungsi ini akan sangat berpengaruh
pada konstrr-rksi yang akan diterapkan pada dinding yang bersangkutan. Dinding yang berfungsi
menyekat ruang fungsi privat harus dibuat dari dinding permanent yang dapat terbuat dari dinding
batu bata yangberat. Oleh karena itu alternatif lain memang dapat dipakai selama mmberikan sifat
dinding yang permanent dan meredam suara. Disamping itu juga harus dipikirkan sifat kontruksi
permanent yang tidak mudah dibongkar sehingga akan memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam ruang yang ideal.
Sebaliknya pada dinding non-permanent lebih ideal digunakan untuk ruang yang tidak
memerlukan tingkat privasi dan keamanan yang tinggi karena mudah dibongkar. Dinding ini
digunakan untuk ruang yang sering berubah kegunaan seperti perkantoran dan sebagainya.

c. Fungsi Dinding terhadap Jaringan

Dinding juga berfungsi lain sebagai tempat jaringan sistem yang ada pada ruang fungsi. Jaringan
yang bersifat permanent seperti pipa air brsih dan kotor dapat dipasang pada kontruksi dinding
permanent. Sementara Dinding non-permanent hanya dapat menampung jaringan kabel baik dari
listrik daya atau listrik lemah seperti sound system dan telekomunikasi.
Kabel dan pipa air yang dipasang secara bersamaan pada dinding permanent harus memenuhi
persyaratan jarak tertentu karena jika tidak, dikhawatirkan akan mudah terjadinya hubungan pendek
(konsleeting) pada kabel listrik dan air.

Pipa air yang dipasang pada dinding juga harus menggunakan pipa kedap air yang anti bocor
sehingga tidak terjadi rembesan air yang dapat berpengaruh baik pada dinding atau jaringan itu
sendiri. Dinding-dinding yang cenderung lembab sepanjang waktu seperti kamar mandi sebaiknya
tidak dipakai untuk menanam jaringan kabel. Dinding yang tidak dijaga dari kelembaban akibat
kebocoran air akan mudah mengalami kerusakan. Untuk mengantisipasi kerusakan jaringan, dinding
tempat ditanamnya pipa air dan kabel harus mudah dijangkau untuk mengadakan bongkar pasang
jaringan..

10.1.3 Desain Lantai


Lantai dalam sebuah konstruksi ruang juga akan berkaitan dengan konstruksi struktur utama
secara langsung ataupun tidak. Lantai dalam bangunan tidak hanya membentuk ruang dan estetikanya
saja, tetapi juga dapat berfungsi sebagai tempat sistem seperti pipa dan kabel. Beberapa aspek yang
berkaitan dengan lantai adalah:
Merancang Elemen Non Struktural
| ,o't
a. Pola Lantai

Dalam sebuah ruangan pola lantai sangat berfungsi untuk


menciptakan kesan ruang dan
estetikanya' Karena bahan finishing lantai mempunyai
ukuran dan sifat bahan tertentu, maka pada
penggunaan jenis finishing tettentu harus memeperhatikan
persyaratan tersebut.

As ruang

N
r k
(o cLo N
k
cL o (!
o = o) l-
t-
CA o
SA E*
{+

Cambar 1O-B Prinsip pengaturan pemasangan ubin lantai

Pada penggunaan bahan dengan ukuran tidak


tertentu seperti penggunaan jenis finishing lantai
tanpa pola, pemasangan lebih mudah dilakukan karena tidak
harus ,urnp"rhatikan kaitan antara
ukuran bahan dan ukuran ruang. Contoh dari bahan ini adalah
lempengan marmer, ubin teraso,
lantai semen dan sebagainya. sedangkan pada penggunaan penutup
lantai dengan ukuran tertentu,
pola-pola lantai harus dirancang dengan ukuran tertentu.
Beberapa penggunaan ukuran yang berbeda
sangat dimungkinkan untuk mendapatkan varian pola yang
beragam. Bahan penutup lantai dengan
ukuran tertentu yaitu tegel keramik, tegel granit dan sebagainya.
sebagai contoh; penggunaan bahan
keramik dapat dilakukan antara ukuran-uku ran 20 x 20 cm,
40 x 4ocm dan seterunya.
Lantai dengan finishing khusus seperti penggunaan ubin
kayu atau perquette atau karpet dan
sejenisnya juga dapat dilakukan dengan memperhatikan pola
pemasangan serat kayu atau pola
karpet yang sesuai' Pola ini juga sangat penting pada finishing
lantai tangga karena akan berfungsi
juga sebagai penjelas pijakan untuk keselamatan
penggunaan.
142 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. Konstruksi Finishing Lantai


dengan perantara' Pada pelat
Finishing lantai dapat dipasang langsung pada pelat struktur atau
pasir untuk menghindari terpengaruhnya
lantai beton, tegel atau keramik harus dipasang di atas
(pelat), karena konstruksi seperti
konstruksi finishing dengan perubahan sistem struktur utamanya
atupun sifat kembang susut
beton bertulang dapat berubah bentuk baik akibat beban bangunan
pada pelat beton dapat lepas sewaktu-waktu
betorr itu sendiri. Penutup lantai yang dipasang langsung
pasir disini dimaksudkan untuk
yang juga dapat membahayakan pengguna bangunan' Pemakaian
memisahkan konstruksi struktural dan non-struktural agar
tidak saling memepengaruhi' Bentang
juga dapat menyebabkan terlepasnya finishing
bangunan yang terlalu lebar dengan lantai yang Iuas
lantai dari strukturnYa.
parquette dan juga karpet harus dipasang secara kuat pada lantai untuk menhindari lepasnya
pada area tangga, penggunaan karpet
bahan yang akan membahayakan pengguna. Khususnya
langkah pengguna tangga' Khusus
garus dipasang dengan kuat agar tidak lepas dan mempengaruhi
dan anti lembab untuk
penggunaan penut;p parquette harus menggunakan lapisan anti serangga
karet plastik sering dipakai untuk
menjaga keawetan bahan kayu yang dipakai. Lapisan aspal atau
keperluan ini.

c. Lantai untuk Kepentingan Sistem

Di bawah lantai juga dapat dipasang jalur-jalur sistem kabel atau pipa, sehingga berapa
pada kemiringan dan jarak tempuh kabel
ketinggian urugan pasir yang harus disediakan tergantung
jalur-jalur kabel atau pipa ini dapat dibuat
atau pipa. Untuk kemudahair bongkar pasang, biasanya
fleksibel mewadahi ialur-jalur ini dapat
khusus. pada ruang-ruang yang menghendaki lantainya lebih
pada ruang-ruan8 audio visualatau ruang
menggunakan lantai panggung atau raised floor, misalnya
komputer.

kepentingan sltem
Gambar 10-9 Raised floor dan Hanged Plafand, lantai yang digunakan untuk
i
Merancang Elemen Non Struktural t 143

Cambar 10-10 Contoh hanged plafond pada bangunan


Dengan demikian baik lantai atau plafond dapat dibuat ruang khusus untuk sistem bangunan
yang juga akan mempengaruhi jarak antar lantai bangunan, sehingga struktur utama juga harus
memperhatikan faktor-faktor interior ini.

10.2 Merancang Elemen Eksterior


Elemen non struktural eksterior juga akan secara langsung atau tidak mempengaruhi rancangan
sistem struktur utama. Elemen eksterior ini meliputi envelope atau sistem selubung bangunan yang
terdiri dari atap dan dinding beserta bukaannya. Pembahasan pada masalah ini diperlukan karena
sangat berkaitan erat dengan fagade dan bentuk bangunan secara keseluruhan.

Atap disamping berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas matahari dan curah hujan, juga
berfungsi sebagai pengatur udara dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Beberapa bagian atap
dapat digolongkan sebagai elemen non struktural karena tidak berfungsi sebagai sistem penyangga
beban, yaitu: tritis, talang, kanopi, skylight dsb. Bagian-bagian ini adalah merupakan ragam dari atap
bangunan yang akan berkaitan langsung dengan rangka utama atap atau rangka utama bangunan.

a. Tritis

Pada bangunan bertingkat tritis terdiri dari dua macam, tritis pada bagian lantai atas adalah bagian
dari struktur atap yaitu perpanjangan usuk, sedangkan tritis pada lantai bawah dapat merupakan
tritis mandiri yang didukung oleh konsol pada dinding eksterior. Lebar tritis menyesuaikan fungsi
perlindungan yang ada di bawahnya. Dinding, pintu dan jendela adalah bagian-bagian bangunan
yang biasanya dilindungi oleh tritis dari sengatan sinar matahari langsung dan curah hujan, namun
juga sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang.
144 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Cambar 10-11 Contoh aplikasi Tritis dan Konstruksinya

Untuk menentukan ukuran dan letak tritis yang optimal, maka perbandingan antara ukuran
bukaan dan lebar tritis diperlukan. Besar sudut yang diinginkan untuk mulainya dan berakhirnya
perlindungan ini dapat ditentukan dengan melihat posisi matahari pada jam tertentu. Radiasi sinar
matahari langsung ini biasanya diawali untuk diihindari pada pukul 9 pagi sampai jam 3 sore, sehingga
rata-rata sudut yang diperlukan untuk melindungi bukaan berkisar 40 - 45 derajad. Perlindungan ini
dilakukan pada posisi muka bangunan di bagian Timur dan Barat bangunan. Sedangkan pada bagian
Utara dan Selatan bangunan lebih ditujukan untuk perlindungan terhadap percikan air hujan yang
cukup tinggi pada kawasan tropis basah.

Gambar 10-12 Contoh ragam tritis bangunan


Merancang Elemen Non Struktura/ | ,ot

a.1 Tritis dan Macamnya


Tritis yang bukan bagian dari struktur atap dipasang khusus untuk melindungi dinding atau
bukaan dengan konstruksi khusus pada dinding atau kolom. Tritis ini dapat berupa bentukan seperti
tritis atap yang menggunakan genteng dan rangkanya yang disebut dengan konsol atau dengan
konstruksi khusus dengan pelat datar dag beton bertulang atau lainnya. Tritis datar ini juga disebut
dengan sirip bangunan yang dapat dibuat secara horisontal untuk menggantikan tritis genteng atau
dipasang secara vertikal untuk fungsi shading terhadap cahaya matahari atau view tertentu.

Selain juga berfurrgsi sebagai elemen eksterior pembentuk fagade bangunan, sirip ini juga dapat
difungsikan untuk kepentingan sistem atau hanya sekedar dipakai untuk meletakkan bagian sistem
bangunan antara lain seperti kabel-kabel dan pipa-pipa atau juga dapat berupa unit exterior AC split
yang dipadukan dengan faEade bangunan. Sistem-sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami
sangat berkaitan langsung dengan desain tritis atau sirip bangunan ini. Demikian juga dengan sistem
yang lain seperti view atau pengaturan kebisingan nolse dapat diintegrasikan.

a.2 Shading dan Macamnya

Shading adalah teknik perlindungan terhadap sinar matahari langsung pada ruangan interior
dengan tetap memasukkan cahaya dan view dari dan ke dalam ruangan bangunan. Shading ini dapat
berupa deretan konstruksi sirip vertikal atau horisontal yang dibentuk dengan dinding atau beton
bertulang atau bahan lain seperti glass reinforced concrete (CRC) yang mempunyai berat lebih ringan
dari beton sehingga dapat dipasang di nranapun secara lebih fleksibel karena tidak tergantung

',t:J-
'1+'

ii
1:

Sirip (Louvers) -----r*


Sirip mini (blind)

Gambar 10-13 Teknik shading pada bangunan

Macam tritis:

* Tritis dengan konsol ) genteng dan rangkanya


* Sirip datar horisontal ) dag beton dan sejenisnya
* Sirip datar vertikal ) pelat beton, dinding batu bata dan ragamnya
146 ! Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

'l ...i
., " ,:,
tt
rdi

' "t'* ,!
l-i
dil-nr' -
r d.{.4 'lt

i,\
l'*7 . ""
i,:..t
' ,t'. s
.t : -t
] .J J
tl!
l- * '
, , i ""
i,l
"j
i
1
.,
.r ' -r-

Gambar 10-14 Contoh konstruksi shading dan macamnYa pada bangunan

Gambar 10-15 Contoh penggunaan sun-shading pada bangunan

b. Talang

Talang adalah tempat bertemunya sisi atap pada bagian dalamnya. Talang berfungsi sebagai
tempat bertemunya aliran air hujan sebelum jatuh ke tanah atau dialirkan melalui pipa drainase ke
tanah. Talang ini dapat berupa talang miring yaitu bertemunya bidang atap secara tegak lurus dan
talang datar yaitu tempat bertemunya dua atap yang saling berhadapan. Talang yang ke dua ini tidak
dianjurkan dan sebaiknya dihindari karena relatif mudah dapat menimbulkan kebocoran.
Konstruksi talang dibentuk clari bertemunya usuk dengan usuk pada bidang atap yang berbeda,
atau antara usuk dengan dinding.iika atap bertemu dengan tepi bangunan atau bangunan yang lain.
pada bagian atas talang dilapisi clengan seng atau lapisan karpet plastik yang mengalirkan air. Bahan
yang tidak tembus air yang tidak mudah bocor diperlukan agar ruangan tidak mudah dialiri air hujan.
Merancang Elemen Non Struktural
& ,0,

Begitu juga dengan kemiringan talang harus diperhatikan sehingga air tidak sampai tergenang pada
atap. Air yang tergenang disamping akan cepat meruskkan konstruki talang juga akan menyebabkan
kesehatan bangunan terganggu.

c Kanopi

Kanopi adalah atap yang digunakan untuk bentukan tertentu semacam teras atau main entrance
bangunan. Kanopi ini dapat berupa atap miring yang menggunakan genteng atau atap datar yang
menggunakan dag beton. Kanopi ini sebenarnya adalah bentuk struktur yang lebih kecil, tetapi bukan
merupakan bagian dari sistem struktur utama. Perlengkapan atap kanopi ini juga sama dengan atap
utama yang dapat berupa tritis dan juga talang. Kanopi diletakkan di sekitar dinding luar bangunan.

d. Skylight

Skylight adalah bagian atap utama yang difungsikan untuk memasukkan sinar matahari ke dalam
ruang atau bangunan. Skylight ini dapat merupakan struktur sendiri pada rangka atap atau bagian dari
atap yang dinaik turunkan sehingga membentuk celah yang dapat digunakan untuk memasukkan sinar
matahari dan udara ke dalam bangunan. Skylight inijuga dapat menggunakan finishing transparant
sehingga dapat ditembus oleh sinar matahari.

Konstruksi skylight yang menggunakan bagian atap didapatkan dari tambahan konstruksi
pada bidang atap atau pada konstruksi gording atau usuknya. Sedangkan pada konstruksi mandiri,
menggunakan sistem struktur sendiri seperti kuda kuda atau rangka lain yang menggunakan finishing
atau penutup atap transparant.

Gambar 10-16 Contoh skylight


I
148 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

10.2.2 Desain Dinding dan Ragaru'lnya


Dindirrg eksterior bukan hanya berfungsi membatasi bangunan dari ruang luar saja, tetapi juga
sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang. Dinding luar adalah konstruksi tempat
bukaan pintu dan jendela vang juga harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan hujan. Alternatif
perlindungan dapat nrenggunakan tritis sebagai bagian dari atap atau dapat juga menggunakan sirip-
sirip yang dipasang pada kolom atau dinding. Memasukkan jendela dan pintu lebih menjorok ke
dalam juga dapat dilakukan untuk melindunginya. Dinding pada bangunan bertingkat di daerah
tropis harus dapat dilindungi baik pada lantai bawah atau atas, sehingga walaupun tidak terdapat
bukaan pintu dan jendela, tritis, atau cantilever I overhang tetap diperlukan.

Dincling yang berhubungan langsung dengan area lernbab seperti dinding ekspos pada dinding
eksterior dan dinding yang berhubungan dengan tanah permukaan cenderung menerima udara
lenibab atau air secrara langsung. Kondisi ini akan cepat mernbuat dinding terutama pada plaster
atau finishingnya mengalami kerusakan atau juga ditumbuhi berbagai jamur dan lumut yang akan
merusak estetika bangunan, mengganggu kesehatan dan terganggunya fungsi bangunan. Dinding
ini harus dilindungi dengan konstruksi spesi dan plaster yang kedap air (PC 1:3) dan lapisan lain
baik berupa lapisan finishing yang dipasang (keramik, ubin dsb) atau yang dikuaskan (cat kedap air,
water-proolring dsb).

Dinding modern yang sering digunakan pada bangunan bertingkat banyak dapat menggunakan
dinding panil yang terbuat dari kaca atau fiber yang disebut dengan cladding system. Dinding jenis ini
mempunyai keuntungan berat konstruksi yang ringan sehingga tidak dibutuhkan konstruksi khusus
dan tidak menambah berat struktur secara berarti. Konstruksi dinding dapat menggunakan rangka
baik kayu atau metal dengan teknik paku atau baut pada struktur utama. Bukaan juga dapat dibuat
baik dengan daun atau tidak. Perlu diperhatikan sifat kaca yang menyebabkan "efek rumah kaca",
yaitu akan menciptakan suhu yang lebih tinggi pada ruang.

10.2.3 Desain Bukaan


Bukaan berfungsi memasukkan udara dan cahaya ke dalam ruang atau sebaliknya. Bukaan itu
dapat berupa pintu dan jendela pada dinding ataupun sky light pada atap. Bukaan dapat dibuat
maksimal pada bangunan dengan struktur rangka namun sebaliknya pada struktur dinding pemikul.
elemen bukaan pada dinding luar berupa; pintu dan jendela, tritis atau sirip dan shading atau roaster.

a. Pintu dan Jendela

Pintu atau jendela adalah elemen bukaan dinding yang digunakan untuk kepentingan sirkulasi
udara dan cahaya ataupun untuk kepentingan view dan juga sebagai pembentuk fagade bangunan.
Karena fungsinya yang beragam ini desain pintu dan jendela juga harus memadukan semua
kepentingan bangunan tersebut dengan baik.
Merancang Elemen Non Struktural
E ,0,

Gambar 10-17 Contoh desain dinding eksterior bangunan


Posisi letak pintu yang harus sesuai dengan fungsi ruang dan fungsi faEade tersebut
harus didesain
dengan konstruksi yang tepat karena akan berfungsi secara bersama antara fungsi interior
dan fungsi
eksterior. Bahan bukaan harus dibuat dari bahan seperti kayu atau metal yang tahan
terhadap cuaca
dan perubahan suhu supaya dapat digunakan lebih lama.
Bukaan pintu dan jendela terdiri dari rangka (frame) yang disebut dengan kosen
dan lembaran
penutupnya yang dapat berupa bahan transparan seperti kaca dan plastik
fiber. Lembaran penutup
ini khusus pada jendela dapat dibuat tetap / mati atau dapat dioperaikan (movable) atau hidup.
Pintu dan jendela hidup membutuhkan lembaran ,,daun,, pintu atau jendela yang
dipasang dengan
menggunakan engsel dan pengunci pada kosennya.

Konstruksi pemasangan kosen pada bangunan dipasang pada dinding tembok


secara langsung
dengan teknik baut atau angkur pada dinding. Sedangkan pada dinding ringan pintu
dan jendela
dipasang dengan menggunakan rangka yang dihubungkan dengan elemen struktur
seperti kolom
atau balok.

Gambar 10-18 Contoh macam Bukaan Dinding Luar


'-:: I l'"4 e ra n ca n g Ban gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n dah

IE
!

II

i:iitir
lo'rl

LB;

(;

Keterangan:
@ rintu upal {4 set) [.lt ) Lenoeta Kamar (6 sett fflti eintu.ten,ieta {2 seti

@J Pinru rungssr (18 ser)


,[) Jendela shaft i6 set) {il) Bouvenlight (e ser}

($ utsma ('t set)


@ r*no*,u *"1, {1 sel menerus}
",n,u
{il) eintu xmrwc (10 seq @ ;enoeta oep6n (2 sel)

Gambar 10-19 Contoh rencana pintu jendela pada denah


I
Merancang Elemen Non Struktural
i 151

E
:f,
all =
TJL
a=
th

,8fi
lCn
t-t
L
(!

Tampak sebagian Potongan sebagiarr

Gambar 10-20 Contoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding system

-oo0oo-
MERANCANG SANITAS!
BANGUNAN
Sistem sanitasi yang terdiri dari sistem air bersih, air kotor dan kotoran akan sangat
berkaitan secara langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan.
Keterkaitan struktur tidak akan terlepas dari mulai penyediaan, distribusi,
pemakaian, distribusi balik dan pengolahan serta pembuangan. Semua
itu memerlukan fasilitas khusus pada bangunan, maka perencanaan sistem
merupakan standard pokok bangunan. Desain yang berhasil pada bangunan
akan memberikan keterpaduan sistem-sistem ini dengan bangunan baik pada
sistem struktur itu sendiri ataupun pengaruhnya pada bentukan, kenyamanan
dan kesehatan bangunan dan sebagainya
i
154 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

11.1 Merancang Sistem Air Bersih pada Bangunan


Sistem air bersih pada bangunan memerlukan perhatian yang khusus karena sistem ini akan
melibatkan bayak elemen struktur atau elemen bangunan mulai atap hingga pondasi. Secara garis
besar, sistem air bersih ini akan memerlukan dua bagian pokok yaitu penyediaan atau suplay, dan
pembagian atau distibufion. Sedangkan pembuangan atau pengolahan limbah air kotor akan menjadi
bagian dari sistem air kotor dan kotoran yang akan dibahas kemudian.

Pada proses penyediaan diperlukan ruang khusus penyimpan atau bak air baik di atas atau
di bawah bangunan tergantung sistem yang dipakai, sedangkan pada distribusi diperlukan ruang
khusus bagi pipa distribusi baik secara vertikal atau secara horisontal.

11.1.1 Sistem Up-feed


Sistem up-feed adalah sistem penyediaan air bersih yang bergerak dari bawah ke atas pada
bangunan. Sistem ini menggunakan bak penyedia pada bagian bawah bangunan dan didistribusikan
ke atas ke masing-masing titik keluar outlet air bersih. Distribusi up-feed ini menggunakan tenaga
pompa yang akan bekerja jika outlet air bersih dibuka.

Secara struktural, bak pada bagian bawah bangunan ini dapat berkaitan langsung dengan struktur
bangunan atau berdiri sendiri di luar struktur utama bangunan. Bak penyedia di bawah ini dapat
dibuat dengan bak beton bertulang atau tangki baja yang ditanam di dalam tanah. Ruang pompa juga
harus disediakan dengan baik dan mudah dijangkau, karena sistem ini idealnya menggunakan mesin
pompa ganda yang akan bekerja secara otomatis jika satu pompa mengalami gangguan.

Gambar 11-1 Water tank yang terletak di slte bangunan dan pompanya

Keuntungan sistem ini secara struktural adalah karena tidak diperlukan bak air di atas bangunan,
sehingga struktur bangunan tidak harus didesain lebih kuat atau lebih besar yang akhirnya akan lebih
mahal. Keuntungan yang lain adalah hanya dengan dipakainya satu pipa distribusi saja sekali jalan
!
Merancang Sanitasi Bangunan
I 1ss
dari bawah ke atas. Sedangkan dari atas ke bawah adalah sudah merupakan sistem ditribusi air kotor.
Kerugian sistem ini adalah dengan bekerjanya pompa secara terus menerus. Sehingga akan relatif
mengkonsumsi tenaga Iistrik yang besar. Disamping itu sistem ini juga rentan terhadap kemacetan
aliran air akibat kerusakan pompa, sehingga harus menggunakan pompa ganda.

11.1.2 Sistem Down-Feed


Sistem down-feed adalah sistem distribusi air bersih dari atas ke bawah dengan menggunakan
tenaga gravitasi bumi. Sistem ini memerlukan bak suplay pada bagian yang lebih atas dari fixture air
bersih pada lantai yang paling atas, sehingga air masih dapat mengalir. Bak penyedia di bawah masih
diperlukan, terutama pada bangunan dengan fungsi yang lebih besar sebagai tempat persediaan
karena debit yang terbatas pada sumur atau perusahaan air minum.

Secara struktural, bak penyedia ini dapat juga berkaitan langsung dengan sistem struktur bangunan
atau tidak. Bak air yang dipasang pada bagian atas bangunan harus mempertimbangkan kemampuan
sistem struktur untuk menopang beban air pada bak. Kapasitas air perlu diperhatikan karena berat
air satu liter identik dengan berat satu kilogram. Sehingga baik air dengan setiap kapasitas volume 1

meter kubik identik dengan 1000 liter air dan akan mempunyai berat setara 1 ton.

cambar 11-2 water tower yang berupa tangki atau bak pelat beton di atap

Elernen utama penyediaan dan distribusi sistem air bersih:

* Bak penyedia di bawah ) di dalam atau di luar bangunan


{. Tempat jaringan vertikal ) dinding atau kolom
.:. Tempat jaringan horisontal ) lantai atau plafond
156 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Sistem ini akan sepenuhnya didistribusikan dengan gaya gravitasi sehingga tidak
memerlukan
air dari sumber
energi yang besar untuk mengalirkan air. Pompa hanya diperlukan untuk menaikkan
pada kurun
menuju bak penampung yang ada di atas saja, sehingga pompa hanya akan bekerja
pipa yang lebih banyak
waktu tertentu saja. Kerugian sistem ini adalah harus clengan menggunakan
karena pipa suplay (ke atas) akan berbeda dengan pipa distribusi (ke bawah). Begitu juga dengan
posisi bak air yang harus di atas, sehingga akan memerlukan beaya khusus untuk mengkuatkan
menara khusus untuk
sistem struktur (jika menjadi satu dengan bangunan) atau harus mendirikan
keperluan ini (water tower)'

11.1 .3 Desain Bak Air dan Distribusinya


dengan struktur
Bak air dan jalur distribusi adalah bagian dari sistem yang berkaitan langsung
(pada sistem down-feed)
dan kontruksi bangunan. posisi bak air jika berada pada bagian bangunan
harus diletakkan pada sistem struktur baik kolom balok atau dinding
pemikul secara langsung.
posisi bak biasanya diletakkan langsung di atas area kamar mandi, disamping untuk mendapatkan
penopang dari kolom atau dinding yang relatif berdekatan, juga untuk memudahkan
distribusinya,
kamar mandi' Bak
karena relatif dekat dengan shaft yang biasanya diletakkan di sekitar area service
air harus mudah dijangkau untuk keperluan perawatan dan pengurasan air'

Gambar 11-3 Shaft vertikal; bukaan dan isinya

Konstruksi elemen sistem utilitas:

Bak penyedia di bawah) di dalam atau di luar bangunan


* Tempat jaringan vertikal ) dinding atau kolom
Bak penyedia di atas ) pada struktur utama atau struktur tersendiri
Tempat iaringan horisontal ) lantai atau plafond
Merancang Sanitasi Bangunan i.--
I t)/

Ukuran bak air ini harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan bangunan dan fungsinya.
Pada bangunan hunian, kapaitas air bersih ini lebih besar dengan mengambil pedoman kebutuhan
air bersih sebesar 100 liter setiap orang per satu hari. Bangunan lain seperti kantor dan sekolah dapat
lebih rendah dari ketentuan tersebut. Namun hal lain yang diperhatikan adalah juga berapa jumlah
pemakai pada satu bangunan dalam satu harinya. Jumlah pemakai ini selanjutnya menentukan volume
bak yang harus disediakan. Pada bak air bersih juga dapat digabungkan kebutuhan air yang akan
dipakai untuk keperluan hydrantdan sprinklers. Kebutuhan air ini biasanya maksimal disediakan 1/3
volume setiap bak pada bagian bawah. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengindari ikutnya endapan
lumpur dan sejenisnya pada distribusi air bersih. Jika diperlukan volume yang lebih, dibutuhkan bak
khusus untuk keperluan itu. Detail bak air ini harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan
seperti permukaan dasar yang miring ke arah bukaan, pemakaian tutup yang mudah dibuka dan
sebagainya. Posisi bak ini juga harus terlindung dari sinar matahari langsung untuk menghindari
tumbuhnya lumut pada bak yang dapat membuat air menjadi kotor.

Gambar 11-4 Desain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitektur

Pada distribusi, pipa-pipa jaringan harus diletakkan pada jalur shaftvertikal atau horisontal. Pipa
vertikal biasanya lebih besar karena merupakan jalur distribusi primer sedangkan jalur horisontal
dapat lebih kecil karena merupakan jalur sekunder. Ruang shaft yang disediakan untuk jalur jaringan
ini juga disesuaikan dengan kebutuhan ruang untuk pipa dan teknis pemasangan dan perawatannya.
Shaft vertikal dapat biasanya berada pada area service semacam area kamar mandi dan peturasan
ataupun area tangga utama atau darurat. Sedangkan shaft horisontal dapat berada di bawah lantai
atau di atas plafond. Shaft-shaft ini harus mudah diakses untuk kepentingan perawatan dan perbaikan
jaringan.
158 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 11-5 Konstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantai

1.,|..2 Merancang Sistem Alr Kotor dan Kotoran


Sistem air kotor dan kotoran disebut dengan sistem sanitasi bangunan, yaitu sistem yang menjaga
bangunan dari limbah air dan kotoran. Sistem sanitasi ini pada pokoknya terdiri 3 bagian besar yaitu
jaringan balik air kotor dan kotoran, pengurai dan peresapan atau buangan. Masing-maing ketiga
bagian ini harus direncanakan dengan baik baik sebagai sistem atau secara individu.

Sistem sanitasi harus ditentukan terlebih dahulu untuk dapat mendesain elemen sanitasi di atas.
Sistem ini secara garis besar dimulai dari jaringan air kotor dan jaringan kotoran kemudian menuju
bak pengurai lalu menuju peresapan atau buangan.

Diperhatikan juga untuk hal-hal yang berkaitan dengan:


* Volume pemakaian
t Volume air untuk keperluan hydrant dan sprink/ers
+ Konstruksi berat atau ringan
Merancan g Sanitasi Bangu nan | ,',

11.?.1 Distribusi Balik Air Keitor dan Kotoran


pacla 6istriirusi Lralik sanitasi, air kotor dan kotoran dlbedakan untuk memudahkan pembedaan
besar. Pada bangunan
pengolahan linrbah pacJa bangunan yang relatif mempunyai kapasitas
se<Jerhana, .ialur air kotor r.ian kotoran ini dapat disatukan. Pipa air kotor dapat langstlng menuju
pengendapan. Sedangkan kotoran harus melalui
peresapan atau cliendapkarr lebih dahulu pada bak
bak pengurai yang disebut clengan septic-tank'
rnurrgkin rnenggunakan jalur vertikal untuk mempermudah
Jalur air kotor clan kotoran seSanyak
pipa. .lalur pipa air kotor dan kotoran harus mempunyai
rneneruskan zat l<otoran yang ada di daianr
kotoran jika harus dipasang secara
kemiringan yang cirkup (minimal 6%) urrtuk dapat mengalirkan
rjenril<ian harus <liperlratikan jika pipa irri harus melalui
jalur horisontal yang
horisontal. Dengan
pan.!a:.rg karena akanmemerlukan ruang yang cukup besar untuk rnencapai kemiringan tersebut. Pipa
dari air bersih yaitu sekitar 3"
air hotcir hiasanya menggui-rakan pipa berukuran diameter lebih besar
hingga 4" sedattgkan pipa kotoran menggunakan
pipa diameter 6"'

11 .2.2 Desain SePtic'tank


Septic+ank adalah fasilitas perrgurai dan juga pengendap bagi air
kotor dan kotoran sebelum
diteruskan pa,ia peresapan atau dibuang ke sistem air kotor kota atau
riol kota. Septic-tank ini pada
dan air kotor untuk diuraikan
dasarnya adalah bak yang dipakai untuk menampung sementara kotoran
yang berbahaya bagi lingkungan.
agar air buangan sudah tidak mengandung kuman atau bakteri
dekat dengan
Septictank dapat diletakkan cii mana saja parla bangunan dengan catatan harus relatif
shaft vertikal bangunan untuk menghindari
jalur horisontal yang panjang'
penyaring yang ukurannya
Bak septic-tank clapat berupa satu atau dua bak utama dengan dua bak
pada 1/3 bagian
relatif lebih kecil. prinsip kerja bak septictank adalah dengan meneruskan air kotor
penyekat dinding atau pipa
tengah bak ke bak selanjutnya yang secara teknis dapat menggunakan
kotoran
yang diarahkan pa,Ja ketirrggian tersebut. 1/3 bagian pada bagian atad adalah tempat bagi
yrng t"rupung sedangkan 1/3 bagian bawah adalah tempat bagi kotoran yang mengendap. Lama
jam, sehingga
proses penguraian clan pengendapan ini berjalan selama kurang lebih selama3 x24
kapasitas septic-tank harus memperhatikan ketentuan ini'

Sistem sanitasi terdiri dari:

* Area titik asal buangan 9 kamar mandi, dapur


{. Jalur distribusi balik horisontal 9 di bawah lantai atau di atas plafond
,i. Jalur distribusi balik vertikal )
shaft oipa
A jalur pengolahan dan pembuangan I
pada lantai dasar
* Alat pengolahan I septic-tank, bak lemak, dan bak kontrol
* Alat penrbuangan 9 Peresapan
160 I fi,leran,.:ang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Voiunte bak septic-tank yang harus elisediakan harus dihitung dari rata-rata kotoran atau juga air
kotor jika bak juga dipakai untuk mengr:ndapkan air kotor. Jika hanya mnampung kotoran dari WC,
volume tampungnya dapat menggurrakan standarcl minimal 15 liter per orang per hari. Sehingga
perhitungan harus dilakukan terhadap jurnlah penghuni dikalikan 15 liter dikalikan 3 hari waktu
yang dibutuhkan untuk nienguraikan koioran, sehingga volume minimal dapat ditentukan. Jika bak
septictank juga dipakai untuk air kotor maka volume penampungan harus dihitung identik dengan
kebutuhan air bersih yaitu i00 liter per orang per hari selama 3 hari. Perlu diwaspadai pemakaian
deterjent yang keras agar dihindarkan rnasuk ke dalam bak pengurai untul< menjaga agar kinerja
bakteri pengurai tidak terganggu, kareira bagaimanapun juga diantara jenis deterjent dan zat kimia
lain ada yang mengandung zat yang sulit untLlk diuraikan terutama dalam jumlah komulatif yang
banyak. Untuk mengantisipasi ini, khusus pada huangan air cucian pakaian tidak diikutkan masuk ke
dalam bak pengurai, narnun perlti diseciiakan bak pengendap khusus sebelum masuk ke peresapan
atau riol kota.

Faktor utama pada septicktank:

t Pengendapan ) penerusan cairan pada bagian tengah


, Penguraian ) volume yang dibutuhkan untuk waktu 3 hari
.f. Distribusi ) jalur yang diperlukan untuk ke peresapan melaluibak kontrol
* Ventilasi I menjaga tekanan yang sama dengan udara Iuar
* Konstruksi 9 clinding tahan air yang terbuat dari beton atau cjinding bata FC
M erancan g Sanitasi B an gu n an | ,u,
Koiom Praktis
Dindrng 8at*bata trassraam

'100
tttt 4oo
120, 12fr
,'120,
I 7s0 tl
rltt ilt DENAH STPIIC TANK
PenrJtup Polet Beton
untuk lubang 40xt0 cm
Kolak Porns€ah
Kot*an r

t'-r-:'
l,___tli1-, Lsoo
__yy l*' 7so ll_ Qa

l:
POTNTJGAN .IFPIICK TANG(

Gambar 11-6 Prinsip konstruksi septic-tank


Desain bak septic+ank juga harus memperhatikan kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan.
Penutup yang rapat namun mudah dibuka diperlukan untuk mengadakan pengecekan, pembersiha-
endapan secara berkala atau bahkan pengurasan jika sewaktu-waktu diperlukan. Ventilasi sansa:
diperlukan untuk menghindari tekanan yang berlebih akibat gas yang dapat mengancurkan konstrui,
bak dan juga dapat menyebabkan bau kotoran balik ke dalam bangunan.
162 I M e r an ca n g B a n y,it n a ti Cedlrn g B e rti n gkat Ren dah

11 .2.3 Desain Peresapan


Peresapan adalah proses akhir dari air limbah yang sudah dirrraikan atau diendapkan. Peresapan
ini secara prinsip hanyalah berfungsi meresapkan air ke dalam tanah" C)leh karena itu air limbah
yang masih mengandung bakteri berbahaya atau zat kimia berbahaya harus diolah lebih dahulu baik
dengan bak pengendapan atau dengan bak septic-tank. Pada fungsi bangunan yang lebih kompleks
pada zat buangannya harus menggunakan sistem pengolah limbah yang lebih rumit, yang tergantung
dari zat buangnya.

Pemauk€an tanah
i

'T0i

Bub bolon d.900


t00
I

Lspisan ljuk tsb8l 15m I


D

rocn]

Gambar 11-7 Prinsip konstruksi peresapan


T

Merancang Sanitasi Bangu nan I ro:


Peresapan ini bekerja dengan daya resap tanah, oleh karena itu kedalaman resapan harus kurang
dari permukaan air tanah untuk dapat terjadinya proses tersebut. Daerah-daerah yang mempunyai
permukaan air tanah yang dalam dapat menggunakan peresapan dalam bentuk sumur yang disebut
dengan sumur peresapan. Sedarrgkan darah-daerah yang mmpunyai permukaan air tanah yang
dangkal menggunakan peresapan dalam bentuk aliran yang memanjang secara horisontal.
Detail peresapan ini pada intinya adalah sumur atau bak yang berhubungan langsung dengan
tanah yang proses perespannya dibantu dengan berbagai material untuk menyaring berupa krikil dan
pasir, material untuk penetral limbah berupa arang, dan juga material untuk membantu penyerapan
berupa serabut ijuk atau sabut kelapa.

11.2.4 Desain Bak Lemak dan Bak Kontrol


Bak lemak dan bak kontrol pada dasarnya adalah bak pengendap yang berfungsi menyaring air
baik dari endapan atau dari apungan yang secara prinsip juga sama dengan bak septictank. Bedanya
disamping pada ukuran adalah pada peruntukannya, yaitu bak lemak digunakan khusus untuk limbah
dapur yang banyak mengandung apungan lemak yang sangat berbahaya baik bagi lingkungan atau
jaringan itu sendiri. Sedangkan bak kontrol lebih berfungsi sebagai bak pengendap karena lebih
dimaksudkan untuk membersihkan jaringan dari endapan lumpur dan sejenisnya. Konstruksi desain
kedua bak ini juga identik dengan bak septictank namun lebih kecil karena tidak diperlukan untuk
volume buangan dan penguraian yang besar dan lama.

Macam peresapan:

* Sumur peresapan ) pada permukaan air tanah dalam


* Jalur peresapan ) pada permukaan air tanah dangkal
164 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

-,-
,120
i --"--
600 120 120i 490 12Q,
l
1i

Posisi Penutup Beton


Posisi Penutup Beton
DENAH
DENAH BAK KONTROL AIR KOTOR
BAK PENANGKAP LEMAK
I
I

up Beton Bertulang

Tinggi Permukaan Air

Pipa Pralon d.4"


Dinding

400 124
l

POTONGAN
BAK KONTROLAIR KOTOR

.-.,t -, n20 ,; 600 1201


illl :i

POTONGAN
BAK PENANGKAP LEMAK

Gambar 11-B Prinsip konstruksi bak lemak dan bak control


M erancang S an itas i B an gu n an | ,u,

!
I
>{
[.:,r, :,..".:l I
i
ii
l'l tartrJ
l,
rt
I

ll

Keterangan:
SAB SumurAir Bersih ----> Pipa P/imer
Pipa Sekunder
SPAH Sumur ResapanAir Hujan

SPAX Sumur ResapanArr Kotor


-*
ST SeptikTank

BK Bak Koniroi

BPL Bak Penangkap Lemak

Cambar 11-9 Contoh rencana sanitasi (air kotor)


Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

,1
. .\

i,f i.;ti;lr*"""
.c l +812

+3 06

Gambar 11-10 Contoh detail area kamar mandi dan sYstem pentipaannya

-oo0oo-
MERANCANG TAMPAK DAN
POTONGAN
Cambar kerja tampak dan potongan pada proses merancang bangunan adalah hasil
dari pemikiran semua aspek bangunan. Potongan dan tampak bangurran belum
dapat dipastikan jika masih terdapat persoalan pada bangunan. Oleh karena
itu pada pembahasan ini diletakkan pada bagian paling akhir sebagai hasil.
Terkadang gambar denah, tampak dan potongan dalam proses desain disebut
juga sebagai gambar "pre-design" yang masih dimungkinkan untuk mengalami
perubahan. Setelah perubahan dan penyempurnaan dilakukan, maka hasilnya
adalah gambar kerja sebagai dokumen perancangan akhir
hl e r an ca n g Ban gu n an Cu'dung B e rti n gkat Rendah
168 I

12.1 Memotong Bangunan


, GanlL-r)o (erornik
, ii. )to( rJ, .:... ,r n i I 2 (. n l
'k4'):l 2/.1 cnt
' t):t,,k .517 cnt
, Gt.trciirtg 8/12 cr-rt
8i I4 cm
', KurJd kr-rrlc I/1.4
Bt.tt:tbqan ^cnt
, 8tr/crk Cngtn 6/ I/. Cfi-'

, Gunurtq-Qurturto
, WCrler fol,ter f>lqt Ll20
+9.31
Y

+6.56r

+5.5q
,Ringbolk tSl20 cn'r

,Pelol {anlai t.120


+3.06 +2.94
t

,Sloaf 15120 cm
I
,Faot plol
+0.00
Vl
l
:0 01q
l

-1.10 vr

-20g
l
I Potongan a-a

I
400

Girdong R.Setboguncl Tciiietr Krn


LsnLaLWi
Lonfai Al
; Gorost R.Keluorgo Ioiiet I Km

Gambar 12'1 Prinsip informasi pada gambar potangan

adalah istilah yang diberikan


lstilah potongan bangunan dalam perancangan struktur arsitektur
bangunan secara utuh dan
untuk gambar yang memperlihatkan bagian-bagian atar.t elemen-elemen
gambar yang sangat penting karena disamping
lengkap. Oleh karena itu gambar potongan dianggap
lain dalam bangunan' Bagian
memperlihatkan sistem struktur juga akan menLrnjukkan sistem-sistem
Merancang Tampak dan Potongan
| ,u,
yang dipotong dalam bangunan ditunjukkan dengan garis terpustus-putus yang menunjukkan
letak dan arah pandangan dalam potongan pada denah setiap lantai bangunan. Dengan demikian
proses gambar potongan ini relatif akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengolah sistem
bangunan secara keseluruhan.

12.1.1 Prinsip Potongan.


Cambar potongan sangat penting untuk menunjukkan prinsip struktur bangunan, kedudukan
elemen bangunan, konstruksi dan bentukan, ukuran dan juga bahan yang dipakai dalam bangunan,
serta dapat pula menunjukkan kaitan dengan sistem bangunan.

Potongan dalam gambar kerja arsitektur biasanya sengaja diletakkan pada bagian-bagian yang
memerlukan penjelasan lebih rinci yang dapat menunjukkan prinsip bangunan secara keseluruhan.
Baik sistem struktur ataupun sistem yang lain dalam bangunan harus dapat ditunjukkan dengan baik
dan jelas. Oleh karena itu bagian-bagian dalam bangunan yang sering tepat dipotong adalah ruang-
ruang seperti kamar mandi, tangga, shaft serta ruang-ruang khusus seperti ruang yang mempunyai
ukuran lebih besar, lebih tinggi dan sebagainya. Bagian-bagian itu ditunjukkan disamping untuk
memperlihatkan keterpaduannya dengan elemen bangunan lain juga ditujukan untuk memperjelas
masing-masing ruang tersebut yang biasanya diperlukan potongan detail dengan skala yang lebih
besar. Demikian juga dengan letak, arah serta posisi potongan diperlukan keberagamannya sehingga
informasi mengenai bangunan ini akan dapat ditunjukkan dengan jelas.

Potongan dibuat dengan tujuan memperlihatkan:

* Sistem struktur dan elemennya


* Konstruksi antar elemen sistem struktur
* Konstruksi inter elemen struktur
* Bahan bangunan
* Ukuran dan satuan
a Konstruksi ruangan bangunan
* Sistem bangunan
170 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

t__.-_-
6d s
i

6 66 6 6 d d d A
(] rh ,A
frtF I
6roait /r\
;i-6-----Et

---TT-i-r--T--=] .r.ru

6 db66dd6 6

Gambar 12-2 Contoh potongan bangunan

1 2.1 .2 Potongan Ars ite ktural


Adakalanya sebuah potongan hanya dimaksudkan untuk menunjukkan salah satu aspek saja
dalam bangunan. Untuk menghindari gambar yang lebih rumit atau untuk menghindari kesalah
pahaman antara perencana dengan fihak lain terutama pelaksana dan pemilik, gambar potongan
hanya memberikan satu informasi saja.

Potongan ruang yang hanya menunjukan bentuk dan suasana ruang biasanya dapat digambar
dengan menggunakan metoda potongan tertentu seperti potongan tiga dimensi atau potongan
perspektif atau axonometri. Potongan ini lebih bersifat arsitektural karena belum dapat dipakai sebagai
gambar pelaksanaan di lapangan. Cambar potongan sejenis ini lebih ditujukan untuk kepentingan
pencarian gagasan atau presentasi.
Merancang Tampak dan Potongan
| ,r,
1 2.1 .3 Potongan Struktural
Fungsi utama gambar potongan lengkap pada bangunan adalah untuk menunjukkan prinsip
struktur secara jelas. Oleh karena itu teknis penggambaran potongan tidaklah seperti teknik
memotong kue dan memandanganya pada arah samping apa adanya seperti pada teknik arsitektural
di atas. Teknik seperti itu justeru akan membingungkan karena tidak dapat memuat informasi yang
lengkap dan jelas. Karena gambar potongan harus menunjukkan posisi sistem dengan lengkap, maka
sekalipun bagian bangunan tersebut terdapat pada bagian belakang pandangan, elemen tersebut tetap
akan digambar. Begitu juga dengan elemen yang berada secara tidak langsung pada garis potongnya
pada denah, jika merupakan bagian utama dari sistem struktur, seperti pondasi, kolom, balok, kuda-
kuda dan sebagainya tetap diperlihatkan dalam potongan. Caris potong pada denah lebih ditujukan
untuk menunjukkan posisi ruang dan bukan pada posisi elemen atau sistem.

12.1.4Potongan Detail
Potongan juga d iperlukan untuk memperjelas detail konstruksi bangunan tertentu. Potongan detail
ini sifatnya lebih teknis dan akan dipergunakan secara langsung baik sebagai pedoman pelaksanaan
ataupun sebagai pedoman untuk memprakirakan harga bangunan (RAB) karena perhitungan baik
jenis bahan ataupun ukurannya beserta posisinya baru dapat dihitung jika dengan gambar jelas.
Dengan demikian gambar detail ini sangat diperlukan pada setiap bagian dalam bangunan dengan
sangat jelas beserta notasi ketentuan bahan dan ukuran untuk dapat dilaksanakannya bangunan
dengan benar.

Potongan detail dalam satu rangkaian konstruksi juga dapat digambarkan secara sekaligus.
Potongan ini biasanya disebut dengan potongan prinsip yang akan menunjukkan dengan jelas
prinsip-prinsip dalam satu bagian atau elemen bangunan seperti potongan pada area kamar mandi
dengan shaftnya, potongan pada bagian atap bangunan beserta konstruksi pelengkapnya seperti
talang dan bubungan, potongan pada dinding luar bangunan yang berkaitan dengan tritis serta
kanopi dan sebagainya.
172 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Atap Genteng
Kuda-kuda kayu 8/16
Rangka plafond 4/6
BV 100 x 50 cm
Listplank 2/20

Sirip pelat beton 't0 cm

Jendela swing

BV 100 x 50 cm
Sirip pelat beton 10 cm

Sirip pelat beton 10 cm

Keramik 30x30
Pasir urug 10 cm
Sloof 15/30 cm
Pondasibatukali

Pondasi Footplate 90 x 90 cn

Gambar 12-3 Contoh potongan detail pada gambar prinsip


Merancang Tampak dan potongan
l ,,,
12.2 Menentukan Garis potongan pada Denah
Untuk dapat menghasilkan gambar potongan yang lengkap
dan informatif, maka perlu dibuat
tempat atau garis potong pada bangunan. caris potongan
ini dapat digambarkan melalui denah
Tentu saja denah yang telah hampir 100% b"n.,
untuk mendapatkan potongan yang
[::1""'
Tempat-tempat yang perru dijeraskan v'qJq,,/q pada rudr8-ruang
''r biasanya paLrd ruang-ruang rstrmgwa
isti sgmacam kamar
mandi karena distribusi sistem sir bersih dan
rdn Korornya
kotornya yang akan berpengaruh pada konstruksi
pelat atau kolom dan shaft. Ruang tangga juga perlu harok
balok,
dipotong untuk menunjukkan konstruksi ranssa
tangga
tain, juga ruang-,,rng rebar untuk ,un;uriiu;
f:r}:,::::_"_*::ljl1l!;i'olk
struktur dapat mengakomodasi tuntutan ruang. il*ff:
12.2.1Memotong Atap
Potongan pada atap dimaksudkan disamping
untuk memperlihatkan konstruksi sistem struktur
atap juga untuk memperlihatkan fungsi-fungsi
atap. Fungsi atap dapat berupa penyediaan
ruang sperti
tempat bak air, tempat mesin AC, taman di atas utrp
drb dan juga tempat terjadinya sistem seperti
penghawaan dan pencahayaan sebagaimana yang telah disebut
di depan pada buku ini.
struktur utama atap harus dapat dirihat apakah atap
menggunakan rangka atau gunung-gunung
dan sebagainya' Bagaimana sistem rangka atap ditopang
apakah oreh kolom atau dinding sangat
perlu bagi penjelasan sistem struktur pada gambar
kerja.
174 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

--rlrsol zso l
Id uoot'r
l--_1-- 'l r
,

"1-
I

ol
OI
'l
;r TAMAN BELAKANG , i o!
C'l
!tr
ol
--l
I

I
I

.,l
l
l
'--"i--
OI
_.:t.
--T '-'1 -
l

Bi .i ot
(f,
R ldur
r 0.00
I
Utama
I
ol
ol
3i
l

I
I i

_l_
I
-t- l

tr)ilo c)
,&l ; ,i\A
I

t\i Cf
dti 6l
RUANG KELIIARGA
:-.-l
I i
I
. 6 _]__
ol * ror
o; ;N.
O-i
'l o .*+-
O]
1

I
ol
c!l l
I
I
I
..---t--
--1- I

oi
()l
6ll
I

oi
oi
i

(.rl

I n
rl
*T
I

I :::j1

Gambar 72-4 Prinsip garis potongan pada denah


I
Merancang Tampak dan Potongan | 17s

12.2.2 Memotong Ruang


Memotong ruang selain untuk memperlihatkan sistem struktur utama juga ditujukan untuk
memperlihatkan kondisi interior bangunan. Dengan demikian konstruksi interior pada potongan juga
diperlihatkan. Namun untuk menghindari kerancuan dengan sistem struktur, elemen-elemen interior
ini biasanya digambarkan khusus pada detail potongan.
Potongan pada kamar mandi ditujukan untuk memperlihatkan posisi kamar mandi setiap lantai
pada bangunan bertingkat, serta posisinya dengan ruang lain pada lantai yang sama atau lantai
yang berbeda. Area kamar mandi juga berhubungan erat dengan sistem shaft yang dipakai dalam
bangunan tempat pipa-pipa akan diatur baik secara vertikal atau horisontal baik untuk air bersih
ataupun air kotor dan kotoran. Detail ruang kamar mandi seperti perbedaan rendah pelat lantai
dan finishingnya, finishing dinding, ketinggian plafond, jaringan yang terdapat di atas plafond serta
peralatan kamar mandi seperti bak air, WC, toilet, urinoir dan sebagainya, perlu untuk diperlihatkan.

Gambar 12-S Memotong bangunan untuk potongan

Potongan pada area tangga memperlihatkan konstruksi tangga dengan pondasi atau balok serta
lantai di atas dan di bawahnya, memperlihatkan desain anak tangga dan pegangan atau raillingtangga
menunjukkan ruang yang berhubungan langsung dengan tangga, menunjukkan sistem pencahal,aa-
dan pengudaraan di sekitar tangBa dan sebagainya. Pada area dekat tangga juga dapat diperlihatk;-
kaitan dengan sistem.iaringan yang mungkin seperti shaft untuk kabel listrik atau telepon.

Potongan khusus pada shaft-shaft selain akan menunjukkan konstruksi dan ukuran, juga ar.-
menunjukkan hubungan shaft dengan ruang yang dilayaninya. Serta kaitan dengan sistem ia-;
diwadahi dengan shaft tersebut seperti posisi bak-bak penyedia atau penampung pada siste- . -
176 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

bersih dan air kotor, ruang-ruang pompa, atau ruang mesin serta panel-panel pada shaft listrik atau
lift dan sebagainya.
Potongan pada ruang-ruang khusus dalam bangunan akan menunjukkan bagaimana sistem
struktur ruang tersebut terhadap bangunan. Ruang yang lebar akan menunjukkan struktur untuk
mengantisipasi bentangan yang lebar serta kaitan ruang tersebut dengan ruang lain pada lantai
yang sama atau pada lantai yang berbeda. Ruang yang lebih tinggi akan menunjukkan bagaimana
ketinggian ruang akan diperoleh, apakah dengan menaikkan elemen ruang seperti plafond

1 2.2.3 Memotong Pondasi


Pondasi dipotong untuk memperlihatkan posisi-posisi pondasi utama dan lainnya. Potongan
ini juga kadang diperlukan pada beberapa tempat untuk menginformasikan maksud tertentu dari
penggunaan rancangan pondasi yang perlu mendapatkan dalam proses pembangunan.

Bagian pondasi yang perlu dijelaskan adalah penggunaan sitem pondasi dalam dan dangkal yang
mungkin digunakan, penggunaan jenis pondasi dangkal menerus untuk dinding atau titik untuk kolom,
serta penggunaan pondasiyang lebih kecil seperti rolaag dan juga sloof yang berfungsi sebagai pondasi.

Atao Genteno Metal


TxasauMetal
l+_!3.a

|',0,
irn ru
T-
I

Pqn,

I 450l,*lI
I11001 {'osl
I
i .r
rl----_ (-qjo 150 4s0

6)
Gambar 12-G Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintang
Merancang Tampak dan potongan
| ,,,

-_
Tangki Air Dingrn/panas.

,40 ff:-TfEl
-/ lt I

l*1-
t--
(3)

Gambar 12-7 Contoh potongan bangunan asrama i rantai membujur

12.3 Desain Tampak Bangunan


cambar tampak dalam bangunan adalah gambar yang sebenarnya
dirangkum dari ketentuan-
ketentuan dalam denah dan potongan bangunan.
Ketentuan-ketentuan konstruksi dan ukuran dalam
denah dan potonganlah yang akan menghasilkan gambar
tampak akhir yang ideal. Untuk keperluan
pengembangan Sagasan desain tampak juga
telah dapat dihasilkan, namun tampak pada tahap awal
ini bukanlah hasil seperti dalam tampak pada gambar kerja,
tetapi lebih merupakan sarana proses
yang masih akan sangat banyak mngalami perubahan
setelah dilakukan analisis pada semua aspek
dalam desain bangunan.

Zonayang perlu diperlihatkan dengan gambar potongan:

{' Kamar mandi ) prinsip pelat lantai, finishing lantai atau dinding, plafond
dan jaringanny,a
* Void tangga )konstruksi tangga dan anak tangga
.t Shaft ) konstruksi shaft dan sistem di dalamnya
* Ruang khusus ) ruang lebar atau tinggi
178 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

12.3.1 Prinsip TamPak


prinsip tampak dalam gambar kerja arsitektur adalah gambar proyeksi yang dihasilkan dari
gambar denah, potongan dan atau tampak lain dalam bangunan itu. Tampak muka atau samping
atau belakang dapat saling diproyeksikan untuk melihat keterkaitan gambar-gambar tampak arah
pandang yang berbeda tersebut.

rerH {rt Era!r1&


rd7( !r_1d d! / I l
d,, ,"-- ! 7

wli crtt frfr^lul_


rdurML+a/i\
\.:-/

Cambar 12-B Tampak Bangunan dan kaitannya dengan kontur site


Untuk menghasilkan tampak yang baik dan benar diperlukan konsistensi yang benar antara
interior dan ekterior bangunan. Fungsi-fungsi ruang interior harus dapat diakomodasi dalam wajah
atau fagade bangunan terutama dalam hal desain bukaan. Jumlah, ukuran dan proporsi bukaan dalam
faEade bangunan akan berhubungan langsung dengan fungsi ruang yang ada dibaliknya. Dengan
demikian setiap keputusan desain harus disesuaikan antara kepentingan bentuk arsitektural dengan
bentuk fungsional sehingga bangunan tidak hanya indah namun juga dapat memberikan fungsi yang
Merancang Tampak dan potongan
N ,r,

ttrl:t R&fn!* r,r*A

I
I
I

I
I
._.J

Gambar 12-9 Prinsip proyeksi untuk menghasilkan tampak

Dalam gambar tampak juga akan memuat informasi bagaimana atap bangunan terbentuk.
Atap juga merupakan elemen tampak utama bangunan terutama bangunan rendah atau
bertingkat
rendah. Kadang karena akibat hasil tampak yang kurang proporsional atau kurang
sesuai dengan
tujuan perencana semua gambar baik denah ataupun potongan bahkan fungsi ruang yang
ada di
dalam bangunan dapat dirubah atau disesuaikan. Dengan demikian ketiga gambar
utama baik denah.
potongan dan tampak saling kuat keterikatannya sekaligus saling dapat
mempengaruhi untuk dapa:
dihasilkan desain yang ideal. Seorang arsitek yang bijaksana harus dapat mengintegrasikan
sem-a
aspek bangunannya yang dicerminkan ke dalam ketiga gambar utama tersebut.
180 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

12.3.2 Membaca Tampak


Sebuah gambar tampak disamping akan memuat informasi bentukan bangunan juga akan
memberitahukan kepada fihak lain mengenai sistem-sistem bangunan. Sekalipun pada desain
bangunan yang lebih menganut faham bentuk yang utama selain fungsi, sistem dan sebagainya,
satu wujud tampak bangunan akan dapat menginformasikan tentang beberapa hal yang terdapat di
dalamnya. Bahkan tampak bangunan ini juga kerap kali dijadikan "senjata" bagi para arsitek baik
untuk membuat daya tarik bagi calon pemilik ataupun bagi sasaran fungsi bangunan. Keterpaduan
keindahan tampak dengan fungsi ataupun sistem dalam bangunan adalah kunci untuk menghasilkan
hasii akhir yang ideal.

TAIiPAK DEPAN
Gambar 12-10 Contoh gambar tampak rumah 2 lantai
Merancang Tampak dan Potongan I ,,,

TAMPAK DEPAN

Gambar 12-11 Contoh gambar tampak depan asrama 3 lantai

TAMPAK SAMPING KANAN

Gambar 12-12 Contoh gambar tampak samping asrama 3 lantai


MERANCANG BANGUNAN PADA
KONDISI KHUSUS
Pada bangunan dengan kondisi khusus, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi
bangunan harus dikenali dengan sejelas mungkin sebelum bangunan dapat
direncanakan dan dirancang. Kondisi khusus ini biasanya berkaitan dengan
fungsi bangunan dan aspek eksternal Iingkungan di mana bangunan itu akan
ditempatkan, dalam hal ini meliputi ancaman dari kemungkinan bencana alam.
Bangunan kondisi khusus ini biasanya juga dapat disebut sebagai bangunan
non-standard. Oleh karena itu, aspek perancangan bangunan akan berbeda
dengan bangunan biasa pada umumnya. Tujuan dari desain khusus ini pada
dasarnya adalah untuk keamanan dan keselamatan pengguna dan orang-orang
di sekelilingnya.
10A
t().l
t
! Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

13.1 Bangunan dengan Kondisi Fungsi Khusus


Bangunan mempunyai fungsi yang beragam yang dapat digolongkan macamnya menurut
tingkatan kepentingan fungsi yang diwadahinya. Berkaitan dengan fungsi penyelamatan terhadap
kondisi gawat darurat, bangunan yang digunakan harus dibedakan terhadap bangunan fungsi
lain. Pada bangunan bertingkat untuk fungsi ini aspek-aspek utama dalam kondisi darurat harus
diutamakan. Aspek-aspek ini meliputi kekuatan dan ketahanan sistem struktur itu sendiri, sistem
mekanis bangunan, sustem sirkulasi, hingga material bangunan harus direncanakan mampu
menghadapi fungsi dan kondisi darurat yang diperkirakan dapat terjadi pada bangunan tertentu.
Bangunan kondisi khusus ini dapat dibedakan berdasarkan fungsinya terdiri dari fungsi gawat
darurat seperti rumah sakit; fungsi penyelamatan (rescue) dan keamanan seperti kantor pemadam
kebakaran dan juga kantor polisi, serta fungsi komando seperti kantor pemerintah dan markas
tentara. Fungsi-fungsi tersebut diutamakan untuk menjaga kelanjutan tatanan sehingga bangunan
tidak boleh mudah rusak untuk mengindari keadaan rusuh (chaos) setelah terjadi kondisi gawat
darurat. Disamping itu juga perlu untuk diperhatikan bangunan-bangunan sistem yang digunakan
secara masal, sehingga jika terjadi kondisi darurat bangunan tersebut dapat digunakan sebagai tempat
pengungsian.

13.1.1 Fungsi Gawat Darurat


Bangunan dengan fungsi gawat darurat adalah bangunan rumah sakit, puskesmas ataupun klinik
pertolongan pada suatu instansi ataupun kelompok masyarakat tertentu. Fungsi gawat darurat ini pada
bangunan rumah sakit harus mampu mewadahi kegiatan baik secara kasus per kasus ataupun secara
masal jika terjadi bencana alam seperti misalnya jika terjadi gempa bumi, banjir, dan sebagainya.

Bangunan bertingkat dengan fungsi ini harus didesain dengan aspek kekuatan bangunan
yang lebih, sistem mekanikal yang mampu bekerja mandiri, sistem sirkulasi baik horisontal dan
vertikal yang mudah dan aman, serta penggunaan bahan bangunan yang dapat bertahan pada kondisi
ekstrim serta tidak menimbulkan ancaman pada pengguna bangunan dan orang-orang di sekelilingnya.

ASPEK BANGUNAN
TERHADAP KONDISIGAWAT DARURAT

{} {->
SistemStruktur Sistem-sistem Sistem Sirkulasi
, dan Bahan Bangunan Bangaunan

-Aman -Mandiri, tidak - Mudah di.jangkau


- Kuat tergantung pada dar luar bangunan
- Stabil sistem lain di luar - Mudah keluar
bangunan dari dalam
bangunan

Gambar 13-1 Aspek bangunan gawat darurat


Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,ut
Aspek pertama sebelum perancangan bangunan adalah pemilihan lokasi dan penempatan po-
sisi bangunan pada site atau lahannya. Pada kasus bencana gempa dan juga banjir, lokasi-lokasi
tertentu sudah dapat diketahui potensi ancamannya sehingga bangunan gawat darurat tidak diletak-
kan di sana. Dalam satu site, juga harus dibedakan bagian-bagian yang aman dan tidak dari bencana
tersebut. Selain itu, aspek kemudahan pencapaian juga harus diperhatikan mengingat fungsi darurat
harus dicapai secara segera.

a. Sistem struktur bangunan gawat darurat

Struktur bangunan rumah sakit, puskesmas, ataupun klinik harus didesain mampu menghadapi
bencana yang umum terjadi di lndonesia seperti gempa dan banjir. Pada bangunan perawatan yang
bertingkat, struktur yang kaku lebih diutamakan untuk meminimalisasi perubahan bentuk yang cepat
pada bangunan. Rangka kaku beton bertulang mempunyai kekakuan yang lebih tinggi dibanding
sistem struktur lainnya sehingga pasien akan lebih aman baik fisik ataupun kejiwaannya. Di samping
itu, beton bertulang lebih mampu bertahan terhadap api, sehingga tidak mudah terbakar, walaupun
secara teknis bangunan dengan struktur ringan kayu ataupun baja sebenarnya lebih mampu bertahan
terhadap gempa.
Rangka kaku yang kaku akan dapat diperoleh dengan menggunakan rangka kolom balok beton
bertulang yang dipadukan dengan pelat lantai beton bertulang. Kolom-kolom harus diletakkan sesuai
dengan besaran kamar perawatan yang relatif cenderung lebih rapat. Hal ini dilakukan selain untuk
mengkakukan sistem struktur juga mencegah ukuran balok dan kolom yang besar karena bentangan
antar kolom yang besar. Ukuran elemen struktur yang besar akan menambah berat bangunan
sehingga akan menambah resiko guling potensial terhadap goncangan gempa. Demikian juga untuk
menghadapi bahaya banjir, struktur kaku berat berton bertulang lebih mampu bertahan dibanding
dengan struktur ringan.

Konfigurasi sistem struktur dengan banyak menggunakan kolom dan balok dengan jarak antar
elemen yang rapat ini dapat juga digabungkan dengan penggunaan elemen dinding pemikul (bearing
wall) yang mampu menahan gaya lateral gempa bumi sehingga menjadi dinding geser (shear wall).
Shear wall ini digunakan untuk mengkakukan bangunan karena berfungsi sebagai pelat vertikal kaku.
Dengan cara seperti ini maka kekakuan bangunan diharapkan mampu mengatasi kondisi darurat
bencana alam atau bahkan perang sekalipun.

Pentingnya bangunan gawat darurat berkaitan dengan:

t Pertolongan pertama kasus darurat


* Penanganan bencana alam
.:. Pernyelamatan nyawa manusia
{
,
186 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

\ :f -jr

Gambar 13-2 Konfigurasi bangunan kaku kolom kecilvs. kolom besar

ld-

Gambar 13-l Konfigurasi rangka dengan pengaku dinding pemikul

Struktur bangunan gawat darurat:

* Kuat menahan beban sendiri, fungsi, dan eksternal


* Tidak menimbulkan potensi kerusakan lebih karena bencana
* Struktur ringan untuk aman Sempa bangunan pada umumnya
.f. (namun) Struktur kaku ringan lebih cocok untuk bangunan perawatan
* Struktur berat untuk aman banjir dan angin
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,u,
Untuk menghindari bencana banjir, penentuan ketinggian lantai bangunan harus dilakukan
menurut data banjir tertinggi pada lokasi bangunan tersebut. Struktur bangunan harus diangkat
pada batas tersebut. Dengan demikian, banjir tidak akan mengancam fungsi dan aktifitas di dalam
bangunan. Namun demikian, pengangkatan lantai bangunan ini harus tidak mempersulit aksesibilitas
atau pencapaian bangunan.

Gambar 13-4 Pengangkatan bangunan terhadap muka tanah

b. Sistem mekanikal bangunan gawat darurat

Bangunan yang ditujukan mampu digunakan pada keadaan darurat harus dapat berfungsi mandiri
tanpa harus disuplay dari sistem eksternal. Listrik, air, dan juga telepon harus dapat digunakan ketika
jaringan umum sudah tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu sistem bangunan harus direncanakan
mempunyai generator pembangkit listrik (genset) yang cukup untuk mensuplay semua peralatan dan
pencahayaan yang ada. Demikian juga dengan suplay air harus mempunyai sumber air bersih sendiri
ataupun sumur air dalam yang mampu menyediakan air dalam jumlah yang mencukupi. Jika tidak
memungkinkan, tangki persediaan air harus dibuat dengan kapasitas yang diperhitungkan terhadap
lamanya bencana yang akan terjadi hingga kondisi kembal normal. Telekomunikasi juga tidak harus
bergantung dengan jaringan telepon ataupun operator komersial. Saluran komunikasi radio diperlu-
kan untuk mendukung cadangan komunikasi jika bencana terjadi.
Selain mempunyai sistem mandiri, bangunan seperti rumah sakit juga harus mempunyai sistem
mekanikal yang mampu bertahan pada kondisi bencana. Penggunaan bahan yang tahan terhadap
goncangan gempa dan naiknya air banjir juga harus disediakan. Pipa-pipa air sebaiknya tidak
menggunakan bahan plastik yang dapat mudah pecah, demikian juga dengan kabel-kabel listrik yang
harus dibuat tahan terhadap rembesan air banjir sehingga justeru tidak akan menambah kekacauan
akibat konsleeting listrik dan sebagainya.
Untuk menjaga sistem mandiri yang bebas gangguan bencana ini, ruang-ruang sistem harus
disediakan pada ruang khusus. Basement adalah ruang yang sering digunakan untuk itu, namun
ancaman potensi banjir harus diperhitungkan agar basement terbebas dari genangan air, jika tidak,
188 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

maka ruang-ruang isban ini justeru harus diletakkan pada ruang yang lebih tinggi dibanding dengan
permukaan air tanah.

Gambar 13-5 Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan baniir pada bangunan gawat daru-
rat

c. Sistem sirkulasi bangunan gawat darurat

Bangunan yang digunakan untuk kondisi darurat harus menggunakan sistem sirkulasi yang
mudah digunakan seperti pada selasar untuk sirkulasi horisontal dan tangga untuk sirkulasi vertikal.
pintu utama dan selasar harus dibuat dengan mempertimbangkan aksesibilitas dengan menggunakan
roda seperti kursi roda, bed tandu, dan juga alat pengangkut barang. Perbedaan ketinggian selasar
harus dibuat dengan menggunakan ramp sudut maksimal 15 derajad (1:20) sehingga alat beroda
dapat digunakan untuk mengakses semua ruangan dalam bangunan.

Untuk sirkulasi vertikal, lift adalah alat wajib yang harus disediakan, sehingga pasien berkursi
roda ataupun dalam bed dapat dinaik turunkan dengan mudah. Pada sirkulasi vertikal, tangga juga
masih diperlukan agar pengguna bangunan tidak semuanya menggunakan lift untuk mengurangi
beban operasional bangunan. Pengguna yang mampu menggunakan tangga bahkan disarankan untuk
menggunakan tangga untuk satu atau dua lantai naik dan turun. Kemiringan tangga yang berkaitan
dengan perbandingan lebar dan tinggi anak tangga harus dirancang aman namun juga nyaman,
dalam arti tidak terlalu curam dan juga tidak terlalu landai.
Tangga darurat juga harus disediakan untuk bangunan gawat darurat agar penggu-
na dapat memungkinkan untuk dievakuasi dengan mudah jika diperlukan. Walapun lift ha-
rus dapat difungsikan dalam kondisi darurat dengan menggunakan genset, namun jumlah peng-
guna yang besar pada bangunan harus dapat diantisipasi dengan tangga darurat yang khusus.
Evakuasi pasien yang mampu berjalan harus memungkinkan dilakukan lewat tangga daru-
rat dengan desain tangga yang tidak terlalu curam. Kemiringan tangga berkisar antara 25-
30 derajat dapat digunakan untuk tujuan ini. Lebar anak tangga minimal 30 cm dengan karet
penahan (anti slip) di ujungnya harus dibuat agar keamanan pengguna dapat dijamin.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,u,

POTONGAN

Gambar 13-6 Sistem ramp pada pintu masuk dan selasar

Aksesibiltas bangunan gawat darurat juga harus dibuat agar pintu masuk utama mudah dikenali
oleh orang yang sama sekali belum pernah masuk atau mengenali kompleks bangunan. Pintu
masuk utama harus dirancang paling mudah terlihat dan juga paling dekat dengan gerbang masuk
ini. Ukuran pintu rnasuk juga harus besar selain untuk fungsi juga dimaksudkan untuk
site fasilitas
penunjuk visual orang yang isban. Signage atau label penunjuk juga sangat penting pada seluruh
bagian bangunan baik panduan menuju atau meinggalkan ruang tertentu. Tanda-tanda harus dibuat
mudah terlihat, terletak di tempat strategis dan bahkan harus terlihat pada kondisi tanpa penerangan
sekalipun.

Keamanan bangunan gawat darurat dipengaruhi oleh:

* Sistem struktur yang mampu menahan ancaman bencana teftentu


* Sistem bangunan yang mampu berjalan tanpa bantuan dari luar
* Penggunaan yang aman pada bangunan dan site-nya
1e0 $
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

ffi rt m
:MT rcI uryr w ffi rcil
r$H
tH
rcil rffi ISET
ffi
reil m ffi Effi
(ADA compliant)
Cambar 13.-7 Berbagai signage pada bangunan gawat darurat

d. Bahan bangunan gedung gawat darurat


struktur dibanding
Selain beton bertulang yang lebih disarankan untuk bahan utama sistem
yang digunakan untuk bahan non-
bahan bangunan lain seperti dibahas di clepan, bahan-bahan lain
dengan kondisi darurat
strukturaljuga harus diperhatikan. Ketahanan bahan diperhitungkan berkaitan
bencana baik gempa ataupun banjir, dan juga kondisi bencana
lain seperti letusan gunung berapi'
pada kondisi tersebut, bangunan non-struktural juga dapat mengakibatkan kecelakaan akibat bagian
yang ekstrim.
bangunan yang jatuh, pecah, ataupun rusak lain akibat kondisi

Pada bangunan rumah sakit, pengguna utama adalah pasien


yang berada di kamar perawatan
bagain-bagian bangunan
ataupun ruang lain yang posisinya direncanakan tertentu. Penggunaan
bencana lainnya
yang mudah jatuh, mudah pecah, ataupun rusak akibat 8empa, banjir ataupun
pasien harus menggunakan jendela
harus dihindarkan terutanra pada ruang-ruang tersebut. Kamar
yang tidak terbuat dari kaca lebar yang
mudah pecah. Demikian juga dengan
penggunaan plafond Pada ruangan
perawatan sebaiknya dihindari agar
tidak terdapat resiko plafond jatuh akibat
gempa. Demikian juga untuk elemen
arsitektural seperti lampu, kipas angin,
AC dan sebagainya harus dijauhkan dari
posisi tempat tidur pasien dan juga ruang-
ruang lain yang berhubungan dengan
pengguna pada umumnYa.

Berkaitan dengan bencana banjir,


bahan bangunan terutama pada lantai Cambar 13-B Cbr. Layout ruang perawatan Yang
bawah bangunan harus mampu mena- terbebas dari Pecahan kaca
han air dan desakan arusnya. Pengunaan
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,,,

dinding yang kedap air tidak cukup hanya dipasang pada dinding bagian bawah, tetapi juga pada
seluruh dinding pada lantai dasar. Untuk menghindari arus air, dinding beton bertulang harus dipa-
sang sebagai penahan air pada sisi tertentu bangunan yang diperkirakan sebagai arah datangnya air.

g
ro
c6
(}
.=
o
E
o
3
.E
E
o

Gambar 13-9 Dinding beton pada lantai dasar

13.1.2 Fungsi Penyelamatan dan Keamanan


Bangunan termasuk dalam kategori ini adalah bangunan rnarkas atau kantor pemadam kebakaran
dan kantor polisi. Selain pada keadaan normal, kedua institusi ini'paling berperan dalam kondisi
khusustertentu atau kejadian bencana. Oleh karena itu, selain fasilitas pengobatan dan perawatan di
atas, kantor pemadam kebakaran dan polisi harus dirancang mampu bertahan dan masih berfungsi.
Dengan demikian penyelamatan dan pengaturan suatu kejadian di wilayah kejadian bencana dapat
tetap dilakukan.

Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikan selain aspek-aspek yang sama pada bangunan
gawat darurat diatas, juga memperhatikan aspek lain yang meliputi: pola alur sirkulasi keluar dan
masuk serta konfigurasi ruang dan bangunan.

a. Pola alur sirkulasi

Untuk dapat melakukan fungsi penyelamatan dan pengamanan, terutama pada kasus khusus
seperti bencana dan kerusuhan, pemadam kebakaran dan juga polisi harus mampu bergerak secara
bersama dalam jumlah besar dan dengan waktu yang singkat.

Pola sirkulasi ini harus dirancang baik pada ruang luar ataupun di dalam bangunan. Pada ruang
luar, kaitan antara ruang parkir kendaraan dan jalan keluar site harus diatur langsung tanpa hambatan.
Penggunaan jalur akses keluar ini harus dibuat khusus dan dipisahkan dari akses keluar masuk yang
bukan gawat darurat seperti main entrance, ruang parkir mobil staff dan sebagainya.
1s2 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

P6rkir kendarJan c'l{rasioM!

P3.lr keo{arsa,i $igril:icnal


Parttr pulrlh

Masuk Keluar

ff' {}

Gambar 13-10 Zonning dan peletakan alur sirkulasi gawat darurat

Pada sirkulasi dalam ruangan pada bangunan bertingkat, tangga harus dibuat untuk orang dalam
keadaan lari sehingga dibutuhkan lebar anak tangga yang lebih sehingga sebagai akibatnya jalur
tangga akan bertambah panjang. Sebagai alternatifnya, penggunaan short cut access seperti pada
lubang pelat lantai dengan pipa khusus untuk melompat ke lantai bawah juga sering diterapkan pada
kantor pemadam kebakaran dan juga kantor polisi.

Akses Pintas
operasional

Gambar 13-11 Short cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi

d. Konfigurasi ruang dan bangunan


Berkaitan dengan pola sirkulasi masal pada proses keluarnya pasukan pemadam kebakaran
ataupun polisi, pada sitenya, bangunan dengan fungsi ini harus di atur agar zona publik dan zona
pasukan dibedakan. Demikian juga dengan pola sirkulasinya yang tidak boleh disatukan.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus I ,,,
Pada bangunan, harus dibedakan juga penggunaan ruang pada lantai atas dan bawah (dasar)
bangunan. Personil pasukan dan staff administrasi harus diletakkan berbeda dengan meletaklcan pa-
sukan di lantai dasar karena berkaitan dengan operasional atau pengiriman pasukan yang harus di-
lakukan dengan cepat.

13.1 .3 Fungsi Pertahanan dan Pemerintahan

Bangunan dengan fungsi pertahanan dan pemerintahan ini meliputi kantor kantor pemerintahan
dan angkatan bersenjata. Jenis bangunan ini juga harus diperhatikan hampir sama sepefti kantor polisi
dan pemadam kebakaran di atas" Namun demikian, fungsi ini juga harus diperhatikan terutama pada
kondisi darurat perang yang mungkin terjadi. Dengan demikian fungsi bangunan dapat menjamin
berlangsungnya pemerintahan suatu wilayah atau negara. Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikan
adalah meliputi pada semua aspek-aspek di atas. Selain ruang-ruang kornando/pimpinan, ruang-ruang
khusus penyimpan dokumen penting adalah ruang yang paling diutamakan aman.

13.2 Bangunan dengan Kondisi Lingkungan Fisik Khusus


Selain fungsi, kondisi lingkungan sekitar di mana bangunan didirikan juga akan sangat
berpengaruh terhadap rancangan bangunan. Kondisi lingkungan terutama yang berkaitan dengan
lingkungan fisik alam seperti pada kondisi kontur, kandungan air dan batu pada tanah, serta kedekatan
dengan bentuk permukaaan selain tanah seperti laut, danau ataupun sungai.

13.2.1 Bangunan di Lereng


Lereng adalalr tanah dengan kemiringan tertentu mulai dari kemiringan landai hingga curam
yang terdapat pada sisi bukit atapun pegunungan. Pada site dengan berbagai tingkat kemiringan,
peletakan bangunan dapat dilakukan dengan atau tanpa merekayasa site terlebih dahulu. Rekayasa
site pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan tanah yang datar untuk lantai bangunan. Ada
beberapa strategi agar didapatkan permukaan datar tersebut yaitu dengan cara menggali tanah,
mengurug tanah, ataupun perpaduan dari keduanya. Setelah proses ini dilakukan, baru dibangunlah
gedung di atas tanah yang sudah datar tersebut.

Gambar 13-12.Tiga ienis rekayas site; cut, fill, cut and fill
1s4 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

a. Menggali lereng (Cut)


Cara mendapatl<an lahan datar pada lereng ini dilakukan dengan menggali atau memotong
yang lain di luar
kemiringan lereng. Cara ini dilakukan dengan menyingkirkan tanah ke tempat
pada sisi tinggi/tebing
site. Metode ini biasanya dilakukan pada sisi jalan di lereng penggunungan
sehingga permukaan site sama dengan jalan'
yang dalam yang relatif
Keuntungan dari cara cut ini adalah dengan didapatkannya lapisan tanah
dapat dimanfaatkannya
lebih keras sehingga pondasi mungkin lebih sederhana dan murah. Selain itu
tanah galian untuk kepentingan lain'
yang diakibatkan dari
Kerugian yang didapatkan dari metode cut ini adalah dari potensi bahaya
perkuatan yang cukup juga harus
longsoran lereng yang terpotong pada sisi atas site. Oleh karena itu
tanah atas. Aliran air
dilakukan dengan membangun dinding penahan tanah yang kuat dari longsoran
Pemotongan
dari sisi atas juga harus dibuatkan saluran tertentu agar tidak membanjiri site bangunan.
lereng ini juga disinyalir merusak lapisan tanah lereng dan menghilangkan tanah
subur pada bagian
atas lereng. ,'-) ",
Patensi lorgsor

Gambar13.13Met'odaCUtdanperkuatanyangdiperlukan

f. Mengurug lereng (Frl/)


Kebalikan dari metode cut di atas, cara mengurug atau fill dilakukan dengan cara mengurug
site yang berada di lereng hingga permukaannya menjadi rata. Mengurug site
ini biasanya dilakukan
jalan'
pada sisi jalan di lereng pada sisi rendah/jurang agar permukaan sama dengan

Site dengan bentuk Permukaan miring dapat didesain dengan:


* Cut
* Fill
* Cut and Fill
* Natura/ s/ope
Merancang Bangunan Pada Kondisl Khusus | ,r'
Keuntungan meratakan site dengan cara mengurug ini adalah kebalikan dari cara cut di atas.
Site relatif tidak mendapatkan potensi ancaman dari rubuhnya tanah yang dipotong di atas bangunan.
Namun demikian, potensi longsor akibat kegagalan bukit ataupun gunung secara makro tentu akan
tetap ada.

Gambar 13-14 Metoda fill dan perkuatan yang perlu diberikan

Kerugian yang ada adalah dengan dibutuhkannya pondasi penahan tanah urug pada sisr :,.,,,,.,
site dan juga diperlukan tanah untuk mengurug lereng ini. Selain itu, tanah urug ini akan men-=' -,,.
waktu yang lama untuk memadatkan lapisan tanah baru, atau dilakukan dengan teknik p€-:,i. ,
yang akan memakan beaya yang tinggi. Jika tidak, maka dikhawatirkan lapisan tanah baru - :..,
amblas dan mungkin juga longsor jika dinding penahan tanahnya tidak cukup mampu ^-:,c:-.
tanah dan juga air jika hujan turun. Oleh karena itu pondasi yang digunakan juga lebih da ;-

i. Menggali dan Mengurug lereng (Cut and Fill)


Sebagai perpaduan antara cara cut dan filldi atas adalah dengan cara menggali ser.:,-
mengurug sebagian site sehingga tidak terdapat tanah yang dibuang ataupun dibutuhkar:.-.:
-
untuk meratakan tanah. Cara ini disebut sebagai metode cut and fill yang dianggap =. --
karena tidak memerlukan tanah urug, pondasi penahan tanah yang tidak tinggi dan -"^.
ancaman longsoran tanah di atasnya yang relatif lebih kecil. Cut and fill banyak dis:.=.=- -
mengatur lereng yang lebar menjadi bagian-bagian kecil site datar sehingga membent,-. r,-:.;
terasering atau tanah berundag. Tanah berundag ini tentu akan menahan aliran air pe.---.;i- :iar
debit aliran tidak tinggi sehingga tanah subur di permukaan lereng dapat dipertahanka:
1s6 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Ianah dipindah
' /' ,,--- !
(-*,/
-

Cambar 13-15 Metoda Cut and fill dan perkuatannya


Salah satu kerugian cara ini adalah kurang dapat diterapkan pada sisi jalan karena hasilnya
masih akan berbreda ketinggian dengan permukaan jalan tersebut. Dengan demikian posisi bangunan
tidak akan mudah diakses dari jalan tersebut.

j. Tanpa proses rekayasa site

Site lereng juga dapat digunakan tanpa harus menggunakan ketiga metode di atas. Cara ini
dikenal dengan cara yang lebih alami karena tidak dilakukan penggalian atau pengurukan sama
sekali. Sebagai gantinya, pelat datar bangunan dibuat diatas tiangtiang pondasi di atas site lereng
yang miring.

Keuntungan tanpa proses cut atau fillini adalah dengan terjaganya lereng secara alami. Dengan
cara ini semua aspek alami lereng yang berkaitan dengan lapisan tanah subur, aliran air, vegetasi
tanah, bahkan ekosistem lahan dapat dipertahankan. Satu-satunya kekurangan yang timbul adalah
dengan diperlukannya pelat lantai seperti pada lantai bangunan bertingkat pada lantai dasar. Dengan
demikian, struktur dan konstruksi bangunan memerlukan struktur yang lebih besar dibanding ketiga
cara di atas. Sebagai akibatnya, tentu harga konstruksi akan menjadi lebih mahal.

Pondasi adalah aspek penting pada berbagai jenis tanah dan kemiringannya karena berfungsi untuk:

* Menopang beban bangunan agar tidak amblas


.:. Menopang berdirinya bangunan agar tidak ambruk
* Memperbaiki daya dukung tanah
; """*;"r,-r-",iil ffi;i],n
r"n,", bangunan
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus * ,,,

pansuung

Tanpa perubahan
lereng

Cambar 13-16 Metoda alamiah site tanpa rekayasa


Pada bangunan bertingkat, strategi split levelyaitu dengan membuat ketinggian yang berbeda
antara ruangsatu dengan ruang lain dalam satu lantaidapatdilakukan. Perbedaan split level initentu
disesuaikan dengan luas ruangan dan kemiringan site lereng yang digunakan. Pada kemiringan yang
mendekati 45 derajad bahkan dapat dilakukan perbedaan lantai untuk ruangan yang berbeda.

Pondasi yang diperlukan pada bangunan yang terletak di lereng pada umumnya pondasi titik
yang dipasang pada kedalaman tertentu sehingga mampu menahan bangunan agar tidak berjalan
atau longsor searah lereng bukit atau gunung. Pada lereng yang mempunyai lapisan tanah keras
berbatu sekalipun, pondasi titik sebagai tiang pancang tetap diperlukan walaupun dipasang pada
kedalaman yang dangkal.

Gambar 13-17 Potongan split level bangunan


1eB *
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

13.2.2 Bangunan di Pantai


Bangunan yang terletak di tepi pantai juga mempunyai karakter
yang hampir sama dalam
kondisi pantai tentu
hal jenis kemiringan yang mungkin sama dengan lereng. Namun demikian,
pada lereng gunung lebih banyak
berbeda dengan lereng dalam hal perbedaan sifat alamiahnya. Jika
maka pada site di pantai,
memperhatikan kontur tanah yang berkaitan dengan bahaya longsor,
pertimbangan utama.
potensi ancaman angin dan ombak tinggi atau bahkan tsunami harus nrenjadi
pada site pantai, kondisi tanah akan bervariasi dari tanah lembek hingga tanah padas berbatu.
pondasi yang digunakan pada bangunan tepi pantai tentu harus menyesuaikan kondisi tanahnya'
pada tanah lembek, bangunan harus dihindarkan agar tidak amblas dengan menggunakan pondasi
jumlahnya. Sebaliknya, pada pantai yang
tiang pancangyang mencukupi baik kedalaman ataupun
posisi bangunan agar
berpadas, pondasi juga harus dimasukkan ke dalam tanah untuk menjaga
tanahnya yang
tidak bergeser dari tempatnya walaupun bangunan tidak mungkin amblas karena
sangat keras.

Lapisan
tanah
keras

Cambar 13-18 Pondasi bangunan tepi pantai atau rawa

13.2.3 Bangunan diTanah berawa


pada kasus tanah berawa, masalah utama adalah pada daya dukung tanah yang kurang (< lkgi
cm2). Semakin banyak kandungan air, maka tanah semakin berkurang daya dukungnya.
Permasalahan
pondasi untuk mengimbangi
utama pada bangunan, terutama bangunan bertingkat adalah pada luas
beban bangunan terhadap tumpuan pondasi. Oleh karena itu pondasi yang luas sepanjang
dan

selebar bangunan atau pondasi rakit sering dipakai untuk bangunan di tanah berawa
ini.

Semakin tinggi bangunan atau semakin banyak lantai akan menyebabkan semakin besar beban
yang harus disalurkan ke dalam tanah dan semakin luas pula pondasi bangunan yang harus dibuat'
untuk
Untuk menghindari amblasnya bangunan tersebut, digunakanlah tiang pancang yang berfungsi
meneruskan beban hingga lapisan tanah keras yang ada di bawah lapisan tanah berawa. Panjang
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus

atau dalam pondasi tiang pancang ini tergantung pada kedalaman lapisan tanah kerasnri -.",
-
bangunan yang lebih sederhana, tiang pancang ini dibuat dengan menggunakan
batans-:.. ,."-
kayu yang dipancangkan ke dalam tanah. Semakin banyak tiang pancang yang ditancapi"-
:,,.,
memperbesar daya dukung tanah karena friksi atau gesekan tiangtiang pancang tersebut
r:- *
tanah.

13.2.4 Bangunan pada Jenis Tanah yang berbeda


Pada jenis tanah yang berbeda, bangunan akan mempunyai perbedaan pada
sistem p - -
yang digunakan. Selain tergantung pada berat bangunan, beban yang disangganya,
dan keri-.:
bangunan, pondasi juga sangat dipengaruhi oleh jenis tanah ini.

Tabel 13-1 Klasifikasi tanah menurut FEMA (FEMA 3t 0)


Klasifikasi Tanah Jenis Tanah Kecepatan rambat gelombang geser
A Hardrock ) 5000 fi/sec
B Rock 2500-500 f/sec
C Verydense soil '1200-2500
ftlsec
> 2000 psf
D Stif soil 600-1200 ftlseec
1 000-2000 psf

) 49% water
Clay < 600 ftlsec
< 500 psf
Very Sott soil

Pada tanah keras dengan daya dukung )1kg/cm2, pondasi untuk bangunan
bertingkat renda-
dapat menggunakan jenis pondasi telapak (footplate) yang dikombinasikan dengan pondasi
mener_:
untuk menyangga dinding. Akan tetapi pada tanah lunak, pondasi rakit dan atau tiang pancans
diperlukan untuk memperbesar daya dukung tanah.

13.3 Bangunan di daerah Rawan Bencana


Indonesia dengan lokasi geografis garis katulistiwa yang terletak di antara dua samudera
dan dua
benua di samping memberikan keindahan dan kesuburan tanah tropis, banyak
mengandung potensi
ancaman bencana. Bencana tersebut terutama adalah gempa bumi dan letusan gunung
berapi karena
posisi negeri yang terletak di cincin api ring of fire yaitu sebuah garis area pertemuan
lempene
benua Eurasia dan Australia. Dari pertemuan dua lempeng benua inilah juga
telah menyebab^a-
ribuan pulau di Nusantara terbentuk sebagai akibat dari desakan kedua benua
tersebut. Lebih iice.
&

2oo *
N4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

juga
untungnya lagi, garis utama cincin api ini berada di lautan. Sehingga sering pula gempa bumi
diikuti oleh tsunami iika sumber gempa berada di lautan dan dengan kekuatan besar dan lokasi
dangkal.

't
,'

t
Gambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA)

potensi bencana yang lain sebagai akibat letak geografis diantara dua samudera yang merupakan
bentuk masiv dari air adalah banjir dan badai. Hujan lebat sebagai hasil dari kumpulan uap air di
juga sangat berpengaruh
daerah katulistiwa sering mengakibatkan banjir. Banjir dan angin kencang
terhadap bangunan, apalagi bangunan bertingkat'

13.3.1 Daerah Rawan GemPa Bumi


Hampir semua wilayah di lndonesia kecuali sebagian besar Kalirnantan adalah daerah dengan
potensi gempa bumi. Dalam sejarah, gempa telah sering terjadi di sepanjang Pulau Sumatera, Pulau
Sulawesi, hingga ke Papua'
Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku,
Bencana gempa bumi telah banyak menelan ribuan korban yang sebagain besar bukan
disebabkan oleh gempa secara lamngsung namun oleh gagalnya atau rusaknya bangunan. Oleh
karena itu ketahanan bangunan terhadap ancaman gempa bumi di lndonesia sangat perlu untuk
diperhatikan.
pada prinsipnya, bangunan yang lebih mampu bertahan dari goncangan gempa bumi adalah
bangunan atau struktur ringan dengan konstruksi bahan bangunan yang ringan seperti kayu dan atau
baja. Bangunan ringan dalam hal ini lebih diutamakan karena fleksibilitas sistem strukturnya dan
(gaya samping) dari
berat bangunan yang hanya sedikit menambah potensi guling akibat gaya lateral
gempa. Semakin besar berat masa bangunan, semakin besar pula potensi beban terhadap gaya lateral.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus I ,0,
Di samping itu, keruntuhan bangunan-bangunan yang lebih ringan akan menimbulkan korban yang
relatif lebih rendah.

'*-"----"-" "-1
PETA TOI{A'I GTMPA IiIDONESIA i

J'.

Gambar 13-20 Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU lndonesia 2010)

Walupun demikian, struktur beton bertulang tetap dapat digunakan dengan catatan telah
diperhitungkan terhadap potensi gempa ini. Sayangnya, banyak dari desain ataupun pelaksanaan
lapangan dari bangunan beton bertulang kurang memperhatikan potensi ancaman gempa bumi ini.

Selanjutnya, prinsip untuk desain tahan gempa khususnya pada sistem struktur utama pada
intinya adalah kesederhanaan struktur. Struktur yang sederhana adalah struktur yang ditandai dengan
menggunakan jalur penyaluran beban yang tidak terganggu, menerus dan langsung pada sistem
struktur bangunan untuk transmisi beban gempa ke dalam tanah. Kolom-kolom pada bangunan tidak
boleh terputus secera vertikal baik oleh penghilangan kolom atau perpindahan lokasi kolom pada
salah satu lantai bangunan bertingkat.

a. Kesederhanaan dan bentuk simetri

Kesederhanaan dalam denah, tampak, dan tata letak elemen struktur yang simetris adalah kunci
agar perilaku bangunan ketika mengalami beban gempa dapat bekerja secara seragam, dalam arti
tidak ada bagian-bagian bangunan yang akan mengalami beban yang berlebihan dibanding dengan
bagian lain. Kesederhanaan ini meliputi penggunaan bentuk grid struktur pada denah, penggunaan
denah atau bentuk bangunan yang simetri serta pengaturan titik berat pada bangunan yang tidak
terlalu melebar dari titik tengah bangunan.
202 ! Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Gambar 13-21 Kesederhanaan struktur

II

I:

K€cedefhsnadnl Kerumitan:
. Denah - Oensh
- Bentuk - Benluk
- Grld skukl,rr - Grid slruktur
- Tbmpah *Bmpqk
" Fotongan - Potofigsn

Gambar 13-22 Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan

b Kekakuan segala arah

Struktur bangunan harus memiliki kemampuan untuk menahan kekuatan lateral horisontal untuk
setiap arah. Hal ini pada dasarnya dapat diantisipasi dengan penggunaan kolom yang kuat serta

1#

&
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,0,
pengaturan agar kolom dan balok dapat bekerja sekaku mungkin (monolit_rigrd)
untuk menghindari
kemungkinan berubahnya konstruksi struktur bangunan. Penggunaan dinding
kaku atau sistem
bracing dengan batang diagonal adalah solusi yang dianjr.;rkan dalam kekakuan
horisontal bangunan.

IT :t

rt ll

Ferlgir;kuan l{$fi silr,!{al P*ngkakuan hffi*$nlai


- Kol&m,it,*l0k k*ku . Kslorrtlili$k fuk$ib*l
- Difidrfili geser - tsrar.:ing

Cambar 13-23 Kekakuan horisontal

c. Kekakuan puntir

Komponen yang paling penting untuk menahan beban gempa adalah selubung
bangunan. Efek
puntir akibat gempa terjadi maksimal pada selubung bangunan ini. oleh karena
itu, selubung ba-
ngunan harus dibuat kaku agar tidak mudah mengalami gaya puntir yang besar sehingga
merusak
bangunan. Fasad bangunan yang menjadi satu dengan sistem struktur baik melalui penggunaan
din-
ding geser ataupun bracing juga dimaksudkan untuk mengantisipasi efek torsional ini. Demrkian
juga dengan bentuk denah sederhana serta simetri serta tidak
berjarak jauh dengan titik berat denah
bangunan.

Prinsip utama bangunan aman gempa:

* Denah sederhana (menghindari bentuk rumit T, L, H, +)


i. Tampak sederhana (menghindari selubung bangunan tidak seragam)
* Potongan sederhana (menghindari ketidak menerusan elemen vertikal)
* Struktur kaku namun fleksibel (menghindari perubahan bentuk yang tinggi
namun mampu bereaki
dan kembali ke bentuk semula)
* Material ringan (tidak membebani bangunan sehingga berpotensi menambah
beban)
I
il

204 I lv4 e r a n ca n g B an gu n a n Ce d u n g B e rti n gkat Re n d ah I


t
Ij
Dinding g€ssr Bracing i
;

II
€)
0
(,t
J.
ot
€c
6
II
l,)
,5

d
-L:.=
o
G

Dlnding geser Bracing

Dinding geser Bracing


pada ompat ar6h simelris pada 6mpat arah simotris

Gambar 13-24 Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional)

d. Lantai yang kaku

Kekakuan lantai dan atap juga sangat membantu bangunan gedung dari gaya-gaya gempa. Sistem
lantai dan atap harus didesain cukup kaku dengan sambungan yang tepat dengan sistem struktur
vertikal dalam rangka untuk menahan setiap gaya-gaya lateral. Pelat lantai dan atap yang monolit
dengan rangka bangunan akan sangat membantu kinerja bangunan terhadap gempa.

Pengkakuan Horisontal: Pengkakuan horisontal:


- Pelat lantai kaku - Pelat lantai dengan bracing
- Pelai atap kaku - Pelat aiap dengan bracing

Gambar 13-25 Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap


Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus X ,0,

13.3.2 Daerah Rawan Tsunami


Tsunami adalah melupanya air laut ke daratan (pantai) akibat energi gempa yang terjadi di
tengah lautan. Namun tidak semua kejadian gempa bumi selalu disertai dengan tsunami. Hanya
gempa bumi yang terjadi di lautan dengan sumber gempa dangkal dan kekuatan besar (di atas sekitar
7 SR) saja lah tsunami mungkin terjadi.

Di Indonesia, tsunami sering terjadi bahkan sebagai negara yang paling banyak mengalami tsunami
dengan jumlah korban besar. Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 adalah contoh tsunami terbesar
di dunia yang menelan kurang lebih 200.000 jiwa di lndonesia saja (Aceh dan sekitarnya). Bahkan
karena besarnya energi, tsunami ini jauh bergerak ke negara-negara Thailand, Srilanka, India hingga
mencapai daratan Afrika (Somalia) dan menelan ratusan ribu korban lainnya hingga 400.000 jiwa.

Tsunami terjadi di daerah tepi pantai, sehingga hanya bangunan yang berada di lokasi dekat
dengan laut sajalah yang paling besar berpotensi terkena tsunami. Sifat tsunami adalah berupa
terjangan air laut pada bangunan oleh karena itu beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan
adalah dengan:

a. Lokasi bangunan

Pada daerah dengan potensi


tsunami tinggi, garis sempadan pantai
harus dibuat sejauh mungkin dengan
garis pantai. Walaupun gelombang
air tsunami tetap mungkin menca-
pai bangunan, namun energi yang
dibawanya telah mengalami penyusu-
tan akibat jarak dan benda di sekitar
pantai seperti pohon dan bebatuan.

Jika pantai juga mempunyai


tebing perbukitan, maka Iokasi yang
terletak di perbukitan ini akan sangat
ideal digunakan sebagai site bangu-
nan. Sehingga jika terjadi tsunami,
bangunan akan terhindar. Untuk me-
nentukan batas ketinggian tsunami,
tsunami tertinggi yang pernah terjadi
seperti di Aceh (setinggi rata-rata leb-
ih dari 7 meter) mungkin dapat digu-
nakan.
Gambar 13-26 Lokasi bangunan terhadap garis pantai
206 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. Struktur berat

Jika gempa bumi lebih baik diantisipasi dengan struktur ringan, maka tsunami lebih ideal
dihadapi dengan struktur berat. Struktur berat beton akan mampu bertahan terhadap gempuran
ombak dibanding struktur ringan kayu ataupun baja yang akan mudah hanyut disapu ombak tsunami.
Disamping itu, tingkat korosi yang besar di tepi pantai tidak cocok untuk bangunan ringan baja dan
juga kayr,r.

c. Bangunan dengan lantai panggung

Untuk menghindari terjangan ombak tsunami, jika tidak dimungkinkan terdapat lokasi yang
lebih tinggi, maka struktur bangunan itu sendiri harus ditinggikan. Bentuk rumah panggung dalam
hal ini sesuai dibangun di area pantai, Sehingga terjangan ombak tsunami dapat diteruskan melalui
kolong bangunan. Ketinggian kolong bangunan ini sangat penting untuk diperhatikan berkaitan
dengan tinggi ombak tsunami yang mungkin datang'

Gambar 13-27 Struktur bangunan panggung untuk tsunami

Bangunan yang aman dari bencana air (tsunami dan banjir) harus memenuhi:

+ Lokasi yang aman


* Bertahan pada posisinya (struktur berat)
,, Ditinggikan dari permukaan air normal (panggung, bertingkat)
Merancang Bangunan pada Kondisi Khusus
| ,0,
Untuk menjaga agar tidak terjadi efek soft story
atau lantai dasar yang tidak berdinding pada
rumah panggung, kolom-kolom atau penopang
lantai bangunan dapat diperbanyak. Atau
cara lain, bracing juga dapat dipasang untuk dengan
membuat struktur bangunan menjadi kaku.

13.3.3 Daerah Rawan Banjir


Baniir adalah kejadian bencana yang sering juga
terjadi di rndonesia sebagai negara dengan
curah hujan yang tinggi. Bencana banjir tidak
saja ,"ng"kibutkan terendamnya bangunan,
juga melembeknya lapisan tanah yang jenuh tetapi
dengan air. serain L"rr..,i"rJffi orru
kemungkinan banjir yang disenai tanah longsorluga dukung tanah,
sangat mungkin terjadi jika bencana terjadi
daerah lereng di sekitar bukit atau gunung. di

Pada kasus bangunan di daerah rawan banjir,


struktur bangunan harus dihindarkan dengan
cara:
a. Lokasi aman banjir

Lokasi banjir pada umumnya terletak di sepanjang


daerah sempadan sungai dan sekitarnya.
Banjir juga bisa ter.iadi pada daerah dataran rendah
di bawah pegunungan atau perbukitan. Ketinggian
permukaan tanah yang lebih rendah dari
muka air laut juga dapat menyebabkan banjir
Lokasi-lokasi tersebut sangat tidak disarankan air laut (rob).
sebagai tokaii site bangunan. Namun jika
tidak terdapat
alternatif lain' maka cara yang dapat ditempuh
adalah dengan merekayasa struktur bangunan
aman terhadap bahaya banjir yang mungkin agar
terjadi.
b. Bangunan berat

Bangunan berat seperti mengggunakan sistem


struktur beton bertulang dan dinding batu bata
akan lebih ideal jika dibanding dengan struktur
ringan kayu ataupun baja. struktur berat ini,
juga pada bangunan tepian pantai sepefti
untuk tsunami di atas, akan lebih mampu bertahan
banjir dengan arus yan8 keras. Disamping itu, kayu dari sapuan
dan baja juga relatif tidak tahan jika sering
berhubungan langsung dengan air.

c. Struktur bangunan bertingkat

Banjir mempunyai ketinggian tertentu menurut


data statistik pada suatu kota/wilayah. pada
lokasi tersebut, bangunan harus dibuat setinggi
mungkin untuk menghindari genangan air. Bangunan
panggung atau bangunan bertingkat dan juga
bangunan dengan loteng pada bagian atas bangunan
diperlukan sebagai tempat penyelamatan darurat
sementara terhadap bahaya bencana banjir.
v
{
rl

2oB I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

Rumah Rurnah Rumah


tranggung Bertingkat Loteng

Gambar 13-28 Bangunan bertingkat untuk evakuasiterhadap banjir

13.3.4 Daerah Rawan Bencana Lain


Bencana lain yang mungkin terjadi di lndonesia adalah berkaitan dengan letusan gunung berapi,
tanah longsor, dan angin ribut.
Letusan gunung berapidapat mengakibatkan bencana awan panas (wedhus gembel),lahar panas
dan lahar dingin. Awan panas relatif susah untuk diantisipasi pada bangunan normal kecuali dengan
konstruksi bangunan dalam tanah (bungker) yang dilengkapi dengan sistem pengudaraan mandiri.
Lahar panas dan lahar dingin biasanya terjadi di daerah aliran sungai dari puncak gunung menuju
daerah-daerah di bawahnya. Bangunan-bangunan di tepian sungai adalah objek yang rawan terhadap
bahaya lahar ini. Lahar dingin bahkan dapat menjadi ancaman banjir yang disertai luapan material
vulkanik pada daerah yang jauh dari puncak gunung berapi. Untuk mengatasinya, diperlukan strategi
yang hampir sama pada bangunan untuk bencana banjir di atas.

Tanah longsor adalah bencana akibat luruhnya lapisan tanah di lereng pegunungan yang pada
umumnya sebagai akibat guyuran air hujan yang deras dan waktu yang lama. Tanah longsor ini
dapat menggerakkan lereng gunung beserta segela sesuatu di atasnya termasuk bangunan. Untuk
mengatasinya', lokasi di sekitar alur sungai harus dihindari. Disamping itu, pondasi dalam yang
dimaksudkan untuk mengaitkan bangunan pada tanah harus dilakukan.
Pada bencana angin ribut, topan, dan badai, desain pada bagian atas bangunan lebih diutamakan
walaupun pondasi juga berperan untuk menguatkan posisi bangunan. Atap dan bangunan yang
tidak terlalu tinggi serta bentuk-bentuk bangunan yang sederhana lebih dianjurkan agar angin tidak
terhambat oleh bangunan yang dapat menyebabkan robohnya bangunan. Elemen-elemen arsitektural
yang tahan jatuh atau pecah serta meminimalkan penggunaan bukaan kaca adalah cara terbaik untuk
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,0,
menghindari bencana lanjutan yang ditimbulkan oleh angin ribut.
Jika angin ribut sangat kuat, maka
basement atau bungker juga harus dibuat untuk menghindari terbangnya
bangunan. oleh karena itu
bangunan berat dengan menggunakan beton bertulang juga lebih disarankan
agar bangunan tidak
terbawa oleh angin.

13.4 Aksesibilitas pada Bangunan


Aksesibilitas adalah permasalahan bangunan yang semakin dipersyaratkan
dalam bangunan yang
dibangun sejak kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini. lsyu ini menjadi sangat penting
berkaitaf
dengan persamaan hak bagi orang-orang yang mempunyai keterbatasan (cacat fisik). pada
prinsipnya,
semua bangunan publik harus dapat diakses oleh semua orang termasuk bagi para
penyadang
keterbatasan ini (drssability persons). Bagi sebagian besar negara di dunia, akesibilitas
adalah bagian
wajib untuk mendapatkan perizinan sebuah bangunan.

'l 3.4.1 Definisi Aksesibilitas


Aksesibilitas pada bangunan adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh desain
bangunan.
salah satu peraturan tentan8 ini telah dibakukan oleh Amerl cans with Disabilities Act
of t gg0 (ADA)
oleh pemerintah Amerikatahun 2010. Peraturan ini membahas hal-hal makro hingga mikro
seperti
misalnya bagaimana site bangunan harus dapat diakses secara berkelanjutan tanpa terputus
hingga
ukuran ramp pejalan kaki dengan kemiringan maksimum 1:20.

1 3.4.2 Persyaratan Standar Minimal Aksesi bil itas


Persyaratan minimal pada standar aksesibilitas secara gans berdasarkan ADA adalah
sebagai
berikut:

a. Aplikasi Umum
Secara umum aksesibilitas digunakan untuk:
o Semua bangunan baru harus mengikuti persyaratan minimal aksesibilitas untuk semua orang
termasuk penyandang cacat.
r Penggunaan standar ini didasarkan pada jenis dan fungsi bangunan terlebih seperti pada
restoran, kantin, fasilitas kesehatan dan perawatan, perdagangan, perpustakaan, ruang peny-
impanan, dan ruang transportasi umum.
o RuanS-ruang yang hanya dapat dimasuki oleh pekerja juga harus dapat dimasuki
oleh pe-
kerja dengan keterbatasan ini (disabilities) sehingga mereka dapat masuk, menggu_
nakan, dan keluar dengan mudah
Peryaratan aksesibilitas ini juga berlaku untuk bangunan permanen khususnya
bangunan non
permanen yang digunakan dan diakses oleh orang banyak.
210 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

b. Aksesibilitas Ruang Luar


Untuk ruang luar, persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
o Minimal harus ada satu rute aksesibilitas sesuai standar yang harus disediakan di sekitar site
ke pintu
dari tempat pemberhentian transportasi umum, tempat parkir, dan darijalan umum
masuk utama bangunan
o Minimal harus ada satu rute aksesibilitas yang menghubungkan bangunan dengan fasilitas
aksesibilitas lain pada site yang sama
o yang mudah digunakan
Semua elemen pada jalur aksesibilitas harus sesuai dengan standard
oleh orang dengan kursi roda dan alat bantu lain
o permukaan jalur aksesibilitas harus dapat diakses dengan kemiringan ramp tidak lebih dari
1:20 dengan tanda Yang jelas
o persyaratan minimal ruang aksesibilitas terhadap jumlah pengguna kendaraan menurut ru-
ang parkir adalah sebagai berikut:

26-50 2
51 -75 3

76 - 100 4
101 - 150 5

151 -200 6
201 - 300 7
301 - 400 B

401 - 500 9
501 - 1000 2 % hingga 20 buah
Lebih dari 1000 Lebih dari 20 buah
Satu setiap 100 Parkir

o Fasilitas toilet yang juga dapat diakses dissability persons harus disediakan
minimal satu
pada site bangunan

Tandatanda bangunan (buitding signage) harus dibuat sejelas mungkin dan diletakkan
di site dan semua lantai pada tempat yang paling strategis
'lg.4.g Persyaratan Bangunan Baru dengan Aksesibilitas
pada bangunan baru persyaratan yang harus dipenuhi dalam desain adalah sebagai berikut:

o Minimal satu rute harus disediakan untuk menghubungkan semua fasilitas kompleks bangunan
. Semua benda yang melintang pada rute sirkulasi harus diperhitungkan berdasarkan
ukuran agar
tidak menghambat kendaraan hingga kursi roda'
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,r''
Permukaan tanah dan lantai harus mempunyai kelandaian yangtidak membahayakan penyandang
cacat dan kendaraannya sefta menggunakan ramp untuk setiap perubahan ketinggian permukaan
yang signifikan
Tangga interior dan eksterior yang menghubungkan lantai bangunan bertingkat yang tidak
menggunakan elevator (lift) atau ramp harus dapat diakses oleh penyandang cacat dengan
kemiringan yang tidak terlalu tajam dan menggunakan pegangan handrail untuk keselamatan
Minimal satu Iift penumpang harus disediakan pada bangunan bertingkat banyak. Jika lebih dari
satu elevator yang digunakan, paling tidak satu dikhususkan untuk penyandang cacat.
Pintu utama bangunan harus mudah dibuka oleh penyandang cacat baik dengan roda, penyangga
tubuh, atapun tanpa penglihatan tanpa bantuan orang lain. Pada pintu-pintu lain, ukuran dan
pegangan juga harus disediakan untuk penyandang cacat.
Pada bangunan baru, pada bangunan umum paling tidak 500/o pintu harus menggunakan prinsip
aksesibilitas ini
Pada bangunan publik, pintu aksesibilitas keluar juga harus disediakan sejumlah sama dengan
pintu masuk untuk alasan keselamatan jika terjadi kondisi darurat.
a Kran tempat minum umum juga harus dapat dengan mudah diakses oleh pengguna kursi roda
a Tempat-tempat penyimpanan harus dapat dikases oleh penyandang cacat
a Sistem peringatan bahaya harus dibuat dengan dua cara visual dan suara untuk semua ruang
termasuk di ruang tidur.
Sistem peringatan khusus hanya digunakan atau dipasang pada ruang-ruang tertentu yang
berkaitan
Building Signage atau tanda-tanda di luar dan dalam bangunan harus dibuat dengan jelas yang
mempertimbangkan penyandang cacat termasuk tuna netra dengan sistem suara dan tanda tiga
dimensi yang dapat dirasakan.
. Alat telekomunikasi antar ruangan dalam bangunan harus disediakan dalam bangunan yang
memungkinkan untuk digunakan penyandang cacat
o 5% dari tempat duduk umum harus disediakan untuk penyandang cacat
o Standar penyediaan kursi pada ruang pertemuan adalah sebagai berikut:

Kapasrtas ruang pertemuan Persyaratan penyediaan tempat untuk kursi roda

4-25
26-50 2
51 - 300 4
301 - 500 6
Lebih dari 500 Bertambah satu setiap pertambahan 100 kursi

o Jika terdapat mesin anjungan ATM, ruang ATM harus dapat digunakan penyandang cacat dan
pengguna kursi roda. Pintu ATM juga harus dapat dibuka dalam kondisi tersebut.
212 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

+
-1-

l_
&la
EIE
rls
il!E
Els
*lt
I

I 36 n'rn I I

(fj
changlYrn
Changes reL*t
{n Ieusl ca.,,*4r, r.,*r

Gambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan perbedaan
ketinggian rute maksimal (ADA, 1994)
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,,,

(b)
Eodmof Oafirtbn&d!

(c)
Ed.lBlst tt Bottom €, Rm Eilrnrton $foe or n*

Gambar 13-30 Persyaratan tangga untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994)

Prinsip aksesibi litas dalam desain:

* Kesetaraan untuk semua (Equitability)


t Kemungkinan perubahan kegunaan (Flexibility)
* Desain yang sederhana dan fungsional (Simple)
.f. Dapat dikenali dengan mudah (Perceptible information)
* Direncanakan untuk toleran terhadap kesalahan penggunaan (Tolerance for error)
.f. Mudah digunakan (Low physical effort)
.t Pemikiran yang maju (Approach use)

-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA

ADA, Standards for Accessible Design, Nondiscrimination on the Basis of Disability


by public Ac-
commodations and in Commercial Facilities, American Department of
Justice, 1994
Allen, Edward, "Fundamental of Building Construction : Material and Method,,, Third
Edition,
John Wiley & Sons, lnc., 1999
Allen, Edward and lano, Joseph, "The Architect's Studio Companion : Rules of Thumb
for preliminary
Design", Third Edition, John Wiley & Sons lnc., 2001
BSl, "Euro code 8: Design of structures for earthquake resistance, part 1:
Ceneral rules, seismic ac-
tions and rules for buildings", British standard, 2oos, lsBN 0 s}a 4s872 s
Ching, Francis D.K, and Adams, Cassandra, "Building Construction lllustrated,,, Third
Edition, Van
Nostrand Reinhold, 2001
Cowan, Henry J., "Architectural Structures: An lntroduction to Structural Mechanics,,, Elsevier,
New York, 1924
Cowan, Henry J., & Wilson, Forest, "structural System", Van Nostrand Reinhold
Company, New,
York
Dishongh,Burl.E " Pokok-pokok Teknologi Struktur Bentuk Konstruksi
dan Arsitektur,,, Erlangga,
2003

ru
216 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

FEMA, FEMA 310: Handbook for the Seismic Evaluation of Buildings, California: Applied Technol-
ogy Council, '1998

MacDonald, Angus J, ,,Struktur & Arsitektur," Ed.2, alih bahasa: Paulus Hanoto Adjie, Erlangga,
Yogyakarta 2002

Salvadori, Mario & Levy, Matthys, "Desain Struktur dalam Arsitektur", terjemahan, Erlangga,
Jakarta, 1992
Schaeffer, Ronald E, "Elementary Structures for Architects and Builders," 2"dEd, Regents/Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1993
Schodeck, Daniel L, "Struktur", Edisi Kedua, Alih bahasa: lr. Bambang Suryoatmono; Editor:
Djadja Sibagd.ia, Erlangga, Jakarta, 1999

Sutrisno, R., "Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern", PTCramedia,Jakarta, 1984
T.y. Lin, "struktural Concepts and Systems for Architects and Engineer", John Wiley & Sons, 1981
Underwood, James R. & Chluini, Michele, "structural Design: A Practical Cuide for Architects", John
Willey & Sons lnc., New York, 1998

-oo0oo-
DAFTAR INDEKS

A bangunan tidak bertingkat, 4


bangunan linggi, 2
Aksesibilitas, 209 banjir, '187
Anatomi Bangunan, 16 beban bangunan, 1 2
Aspek struktur bangunan,
Bentangan, 65
Atap, 94 Bentuk Bangunan, 62
Atap datar, 16
Bentuk Struktur, 62
Atap miring, '18
bertingkat rendah, 2
bracing, 203
B building signage, 210
bukaan, 88
Bahan bangunan, 7
bungker, 208
bak kontrol, 163
Bak lemak, 163
balok anak, 114 C
balok induk, 114
Cutt, 194
Balok lantai, 114
Cuttand Fill, 195
Bangunan di Lereng, 193
bangunan pencakar langit,
218 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah

D K
dapur, 87 Kamar mandi, BZ
daya dukung tanah, 1 98 Ketinggian bangunan, 21
denah kasar, 78 kinerja struktur, 12
Denah kasar, 38 Kolom bangunan, 73
dimensi kolom dan balok, 72 Konstruksi, 6
dinding geser, 203 Kuda-kuda, 19
disabilities, 209 Kuda kuda kayu, 20

E L
ekonomi bangunan, 9 landasan, 5, 24
Layout ruang, 3B
lempeng benua, 199
F
Fungsi bangunan, 8
M
Merencarrakan Atap, 64
G
Merencanakan Dimensi, 64
Cambar tampak, 177 Modul ruang, 79
gaya lateral, 200
gempa bumi, 199
Crid struktur, 14,8"1
N
Cunung-gunung, 20 naungan, 5

H o
hubungan ruang, 37 organisasi ruang, 36

I P
isban mandiri, 187 penyelamatan, 191
perancangan arsitektur, 4
Perancangan struktur dalam arsitektur, 5
I Perancangan struktur dan konstruksi, 4
Jarak antar bentangan, 67 Persyaratan Bentuk dan Ukuran, 35
jarak antar lantai, 69 Persyaratan ruang, 35
Persyaratan Sistem, 36
pola grid, '15
Daftar lndeks | ,',

Pondasi Bidang, 26 sistem utilitas, 4


Pondasi menerus, 25 Site, B
Pondasi titik, 25 Struktur atap, 16
preliminary design, 15 struktur berat, 206
properti bahan, 7 struktur dinding pemikul , 23
Struktur pondasi, 24
struktur ringan, 200
R
Struktur ulama, 22
Rangka beton atau portal, 21 sub-structure, 16
rangka kaku, 23 super-structure, '16
Rekayasa site, 193
rigid frame, 23
ring of fire, 199
T
rute aksesibilitas, 21 0 Talang, 146
Tangga, 42
tangga utama, 43
s Tangga utama, 86
sanitasi,54 tegakan, 5,22
Shading, 145 Tinggi ruang, 70
short cut access, 1 92 Tsunami, 205
Signage, 189 Tumpuan, 13
sirkulasi bangunan, 42
Sistem air bersih, 54
sistem detail, 6
V
Sistem-sistem Bangunan, 8 Void dan Skylight, 97
Sistem struktur baja, 28
Sistem Struktur Beton, 28
Sistem struktur kayu, 27
w
sistem struktur rangka, 22 waffle, 114

-oo0oo-

;'"'-TT:..----i
i;,!.{.l.,Flf
I.'. --
il.,rri:tfr,rqt..1.,...
'" q a
n
"". :. -.:.i{&IiE I
i
F.t'*tt''1'u"
F,,- .': , I
; ^
-ri,:,:f i; Cf

Anda mungkin juga menyukai