2005 - Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah PDF
2005 - Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah PDF
PUSTAKAAN
ARSIPAN
AWATIMUR
@"nAHAILMU
,t
i " "".'-: {
I
Edisi Pertama _. E:-d j,itr!$f I
Cetakan Pertama, 2013
/u' r' to9Irzft tllzotl.
Hak Cipta @ 2013 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik
perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
GRAHA ILMU
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283
Telp. : 0274-889836;0274-889398
Fax. : 0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id
1. Teknik I. Judul
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua fihak yang telah membantu
terwujudnya buku ini, terutama kepada:
Prof. Dr. lbrahim Numan, sebagai guru atas dorongan dan motivasi yang selalu diberikan kepada
saya untuk dapat mengerjakan dan menerbitkan buku ini.
prof. lr. Muhammad Teguh, MSCE, PhD, selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
(FTSP) Universitas lslam lndonesia (Ull) Yogyakarta yang juga telah memberi kesempatan saya
sebagai dosen Arsitektur untuk menyusun buku ini.
Dr. lng. llya Fajar Maharika, selaku Ketua Program Arsitektur FTSP Ull yang terus memberikan
semangat bagi para dosen untuk terus berkarya.
Penerbit dan distributor Craha llmu atas kesempatan bagi penulis untuk mempublikasikan karya ini.
Penghargaan ini juga saya sampaikan kepada kolega dosen Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil
beserta segenap mahasiswa Ull terutama Jurusan Arsitektur yang banyak memberikan masukan
berharga.
Semoga sumbang saran dan amal mereka menjadi bekal kebaikan untuk semuanya'
Amin.
KATA PENGANTAR
Ada banyak aspek yang harus diwadahi dalam perancangan arsitektur terutama berkaitan
dengan bangunan dengan berbagai macam sistem di dalamnya. Untuk dapat menghasilkan karya
perancangan yang optimal, arsitek harus menggabungkan dan mengkombinasikannya dalam karya
mereka. Untuk itu pemahaman utuh dan menyeluruh tentang bangunan harus menjadi dasar yang
utama. Sayangnya, hampir semua mata kuliah yang berkaitan dengan perancangan arsitektur ini harus
disampaikan secara parsial yang terkadang bahkan saling bertolak belakang; misalnya antara mata
kuliah struktur dan perancangan arsitektur yang seolah tidak sesuai karena penekanan aspek yang
berbeda. Akibatnya, mahasiswa menerimanya secara tidak penuh dan desain yang dihasilkannyapun
banyak yang terkesan parsial.
Buku ini mencoba memberikan dasar-dasar yang menyeluruh berkaitan dengan perancangan
arsitektur khususnya yang berkaitan dengan bangunan bertingkat rendah. Dalam istilah teknis,
permasalahn ini berkaitan dengan perancangan struktur dan konstruksi. Di rumpun ilmu arsitektur,
perancangan struktur dan konstruksi adalah dasar bagi perancangan fisik bangunan yang berkaitan
dengan bentuk dan sistem struktur beserta konstruksinya. Dalam hal ini juga berkaitan dengan sistem
jaringan dalam bangunan karena bersinggungan langsung dengan bentuk dan fasilitas sistem struktur.
viii I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Untuk itulah perancangan struktur dan konstruksi atau selanjutnya kita sebut sebagai perancangan
bangunan gedung dalam arsitektur dilakukan. Hal ini tentu sangat berbeda dengan terminologi
perancangan struktur dalam ilmu teknik sipil, di mana hampir tidak berkaitan dengan bentuk dan
ruang fungsi, tetapi lebih kepada bagaimana elemen bangunan menyangga beban.
Pembahasan dalam buku ini ditujukan untuk optimalisasi perancangan bangunan bagi
mahasiswa arsitektur dan juga teknik sipil, bahkan para profesional di bidang bangunan. Untuk itu
aspek-aspek yang paling berkaitan selalu dibahas dalam setiap bagian dalam bangunan, sehingga
pembaca diharapkan dapat menangkap pertimbangan menyeluruh yang harus dilakukan. Contoh-
contoh dari proyek nyata dan ilustrasi penjelas diberikan dengan jumlah yang cukup banyak dalam
buku ini. Sehingga dengan demikian, hasil optimal dalam perancangan bangunan dapat dicapai.
Namun demikian, segala kritik, saran, dan masukan masih sangat diperlukan demi kesempurnaan
buku ini. Atas perhatian pembaca terhadap buku ini, saya urcapkan terimakasih.
Penu lis.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
Cambar 2-3 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal 14
Cambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baja) 22
I
XIV I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 5-14 Contoh alternatif peletakan kolom dan orientasinya dalam denah 73
Cambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA) 200
Cambar 13-20 Peta zonasi gempa lndonesia (Kementrian PU Indonesia 2010) 201
Cambar 13-21 Kesederhanaan struktur 202
Cambar 13-22 Kesederhanaan denah dan bentuk bangunan 202
Cambar 13-23 Kekakuan horisontal 203
Cambar 13-2.4 Kekakuan terhadap gaya puntir (torsional) 204
Cambar 13-25 Pengkakuan pelat lantai dan pelat atap 204
Cambar 13-26 Lokasi bangunan terhadap garis pantai 205
Cambar 13-27 Struktur bangunan panggung untuk tsunami 206
Cambar 13-28 Bangunan bertingkat untuk evakuasi terhadap banjir 208
Cambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan
perbedaan ketinggian rute maksimal (ADA, 1994) 212
Cambar 13-30 Persyaratan tangga untuk aksesibiltas bangunan (ADA, 1994) 213
-oo0oo-
PENDAHULUAN
-EE
E',! 6
=
o ol i
- c o;
*! o tr
'U o! P
=otrE
Eb;c
-f,G-
C.
-E
Pq-ts s,,i
dgEE*
<€ d L
96 -d
#;,9,p
6r - X 6
lo;E=
j
C - GI
6 ; o:=!
S c c .j-E
L CE:2 *
d,e= E
33 8.0 3'
Untuk mencapai bangunan beriingkat di atas lima lantai, lift harus dipergunakan sebagai
persyaratan elemen aksesibilitas bangunan. Demikian juga sistem pencegahan dan pemadaman
kebakaran, listrik, dan sebagainya harus disesuaikan. Semakin bertambah jumlah lantai sistem
bangunan akan semakin rumit. Bangunan tinggi atau pencakar langit justeru lebih diperhitungkan
terhadap sistem-sistem tersebut ketimbang aspek lain seperti estetika bahkan fungsi ruang.
Perancangan
Arsitektur
&'r'
'''
Bentuk:
Bangunan
Ruang Utilitas
Eelemen
E-u-oglgi
*" Sirkulasi
Bangunan
Ruang .;
Et<ondffii:
Tapak Harga desain
Wilayah Harga konstruksi
Daerah Harga perawatan
Pada bangunan tidak bertingkat (satu lantai), peletakan elemen-elemen penyangga bangunan
relatif lebih sederhana ka:'ena lebih banyak direncanakan berkaitan dengan struktur atap, seperti
kuda-kuda atau rangka atap lainnya. Pada bangunan bertingkat, fungsi dan sistem bangunan pada
lantai atas dan bawah harus direncanakan terpadu; misal kamar mandi lantai atas harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi dan kinerja ruang-ruang di lantai satu, sehingga
ruang di bawah kamar mandi harus dibuat juga semaksimal mungkin untuk keperluan service,
atau paling ideal juga untuk fungsi kamar mandi. Sehingga peletakan pipa-pipa air bersih dan air
k6tor dapat ditempatkan dengan benar. Pertimbangan seperti ini harus dilakukan lebih rinci pada
bangunan bertingkat.
Dalam lingkup perancangan arsitektur, Iingkup perancangan harus meliputi aspek fungsi,
bentuk, estetika, ekonomi dan lingkungan (gambar 1-2). Sementara pada lingkup bangunan, aspek-
aspek yang harus diperhatikan adalah sistem utilitas seperti pengudaraan (ventilating) termasuk Air
Conditioning (AC), pencahayaan (lighting), pemipaan (plumbing) baik pada air bersih atau kotor,
kelistrikan (wiring), keselamatan (safety) dan sebagainya. Sistem-sistem ini saling berkaitan satu
dengan yang lain, dengan demikian perancangan sistem struktur dan konstruksi tidak dapat dilakukan
jika sistem-sistem lain tersebut tidak direncanakan/difikirkan secara bersama.
truktur
ondasi
Seluruh bagian atau elemen dari berbagai sistem struktur secara teknis mempunyai tanggung
jawab utama sebagai pemikul beban bangunan. Karena fungsinya tersebut, sistem struktur tidak
dapat dihilangkan namun dapat digantikan satu jenis struktur dengan struktur yang lain. Ketersediaan
ragam struktur dan elemennya berkaitan dengan bahan bangunan serta kemungkinan pemilihannl'a
adalah bahasan pokok dalam perancangan struktur bagi arsitek.
Dalam arsitektur, apapun pilihan yang diajukan akan selalu benar jika sesuai dengan ma.\s-:-
maksud atau aspek-aspek lain dalam bangunan. Sebuah bangunan dua lantai dapat mengguiir:-
alternatif sistem struktur kayu, baja, ataupun beton bertulang. Jika salah satu yang diperg--a..-
maka sifat-sifat sistem dan bahan berlaku menurut kelebihan dan kekurangan masing-masir:e !=: =="
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
r-:ontoh Jika diinginkan bangr-rnan yang aman dari api, maka sistem struktur beton bertulang lebih
diutamakan ketirnbang kayu atau baja. Sebaliknya jika bangunan <Jimaksudkan
untuk lebih aman
dari gempa, maka sistem struktur kayu dan baja akan dipilih. Demikian juga
dengan pertimbangan-
pertimbangan lain yang berkaitan dengan sifat sistem struktur seperti
sifat sistem struktur beton
bertulang yang kaku (rigid), sementara kayu fleksibel.
1.4.2 Konstruksi
Konstruksi dalam pengertian ini adalah rancangan dari bentuk rangkaian atau
kedudukan baik
dari antar atau inter elemen struktur. Cambar konstruksi ini memperjelas perancangan
bangunan.
Konstruksi dalam pengertian lain adalah proses pengerjaan bangunan di lapangan.
Wujud perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah garnbar-gambar detail yang
nienunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta keterangan-keteranganrrya.
Karena bersifat menjelaskan dari solusi desain, maka rancangan sistem konstruksi
sebuah bangunan
akan terikat dengan bangunan secara khusus dan tidak dapat disamakan dengan
bangunan lain.
Sistem konstruksi dalam bangunan juga disebut sebagai sistem detail. Satu
konstruksi dalam
perancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbangan-pertimbangan
terhadap aspek lain
juga diperhatikan, misalnya penggunaan bahan, ukuran,
kedudukan, cara pengerjaan, finishing dan
sebagainya. Tanpa gambar konstruksi yang jelas bangunan tidak dapat didirikan
clengan benar dari
berbagai aspek.
Seperti juga pada sistem struktur, konstruksi bangunan bagi arsitek ditekankan
pada alternatif
pemilihan dan bukan pada perhitungan kekuatannya. Sebagai contoh;
untuk dapat menaungi atap
bentang 6 meter, alternatif kuda-kuda dapat diajukan berbagai bentuk
dan bahan mulai dari bentuk
yang sederhana hingga kompleks. Arsitek akan berusaha mendapatkan
desain kuda-kuda yang sesuai
dengan bentang, ruangan di bawahnya, dan alternatif bahan yang dipakai hingga l
detail konstruksi
yang dimungkinkan sehingga bentuk akhir dapat dihasilkan. lni sangat
berbeda pada lingkup struktur
pada teknik sipil yang didasarkan pada aspek-aspek kuantitatif atau perhitungan I
matenratis. Ahli
teknik sipil akan bekerja seberapa besar ukuran batang kuda-kuda dan bagaimana
sambungan dibuat
yang meliputi berapa jumlah baut yang diperlukan.
(ir
I
d
Pendahuluan
Konstruksi r..r
Atao
,l l
l
r:rrstruksi
tama Tf,
***R
*s*I
&
t
N
Kriristrusi
Pondasi
ffi
Sifat atau properti bahan bangunan harus diperhatikan untuk dapat menentirkan desain struktur
dan konstruksi bangunan" Pada dasarnya sifat bahan bangunan yang paling Lrerkaitan dengan sistem
strukturdalam arsitekturadalah [:eratatau massadan kekakilannyaselain kaitanni,adengan penarnpilan
dan keawetan. Bahan bangunan seperti batu alan, batu bata dan hetorr adaiah kelonrpok bahan
bangunan berat, sementara kay,u dan baja adaiah kelompok bahan ringan. Diperlukan pengetahuan
yang khusus untuk menggunakan bahan bangunan pada sebuah desain bangunan. Berat atau ringan
dan kaku atau Iiatnya bahan bangunan akan mempengarulri sistem struktur bangunan pada bentuk,
kemampuan pikul dan bentang, serta sambungan konstruksinya. Sebagai contoh; sambungan kayu
dapat menggunakan pelat, baut ataupun hanya kayu saja tergantung berat jenis kayu yang identik
dengan kekuatannya memikul beban dan penggunaannya dalam bangunan. Demikian juga dengan
bahan metal, sambungan aluminium tentu berbeda derrgan besi baja dan sebagainya.
Merancang Bangltnan Cedung Eertingkat Rendah
i----J
Li
Di Tepian Air Di Tanah Berawa/Lumpur
bentukan struktur dan konstruksi beserta ruang yang terbentuk di dalamnya akan sangat ditentukan
oleh pencapaian sistem tertentu dalam bangunan. Strategi pencapaian ini tentu saja tidak akan sama
untuk setiap bangurran karma pada bangunan yang berbeda banyak aspek berbeda pula yang saling
mempengaruhi sehingga desain sistem dan kaitannya dengan struktur dan konstruksi ini dalama
perancangan bangunan memang harus dilihat secara spesifik.
@& !*r
?a-
I
1r
ii
Sisleruair bersih
i-l ,^
*iii Ir
SiclerLEegl.ar-v-aa-0
Sjrlr*.P*"h*ry
Gambar 1-7 Aspek bangunan yang lain
Dengan demikian harus diputuskan alokasi pembeayaan yang proporsional yang jelas. Bukan
berarti harga awal yang rendah berarti dapat menjadikan harga ekonomi yang baik karena masih
juga dipertimbangkan harga-harga lain termasuk konstruksi, tenaga kerja dan perawatan. Secara
umum pada tahap perencanaan, semakin tinggi tingkat persayaratan ruang yang berkaitan dengan
bentuk, fungsi dan sistem akan menyebabkan waktu yang relatif lama pada tahap perencanaan dan
perancangan. Namun tingginya beaya perencanaan dan perancangan atas waktu ini harus diimbangi
dengan rendahnya proses pembangunan hingga pemeliharaan bangunan. Demikian juga sebaliknya,
yang harus dihindari adalah tingginya aspek beaya pada setiap pentahapan pembangunan yang tidak
diperlukan, sehingga bangunan memang dapat didirikan dengan waktu dan beaya yang semestinya.
-oo0oo-
MENGETAHUI MACAM STRUKTUR
UTAMA
Aspek penting pertama yang harus difahami adalah tentang ketersediaan alternatif
beberapa sistem struktur bangunan gedung yang mungkin dapat digunakan
di dalam desain. Arsitek harus menguasai kemungkinan struktur yang paling
sesuai pada bangunan. Berbagai sistem struktur tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masi ng, sehi ngga ketepatan penggunaannya harus
dipadukan dengan banyak aspek yang terdapat dalam bangunan. Untuk dapat
menggunakan salah satu sistem struktur dengan tepat, maka pemahaman
menyeluruh mengenai sistem struktur dan ragamnya serta kemungkinan
kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan diuraikan di bawah ini.
12 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 2-3 Konsekuensi tumpuan rangka pada balok yang harus tebal
Dalam denah, informasi penggunaan titik-titik kolom dan atau garis-garis dinding struktural ini
;udah dapat menentukan kaitan dengan sistem lain dalam bangunan" Pola grid struktur ini harus
Capat ditentukan pada tahap "pre-design" atau preliminary design yaitu pada akhir dari tahap ide
qagasan atau konsep bangunan. Penggunaan pola grid ini akan berpengaruh pada aspek-aspek lain
dalam bangunan baik secara langsung atau tidak, seperti pada bentuk dan bentangan ruang, ukuran
i'uang, kemungkinan akses bukaan dan sebagainya. Pada tahap penentuan denah, grid struktur ini
sangat penting artinya karena akan berfungsi:
,,I lt tali
irt
attl
tla.
tt ll
ia.
.aaaa lrll
i r ---r. . - . 1
ata:a
rttri
ltl.
i. ,fiq.-I
Gambar 2-5. Beberapa alternatif pola grid untuk peletakan sistem struktur
16 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
a. Atap Datar
Atap datar ini biasanya digunakan pada area yang difungsikan nrisalkan pada ruang terbuka
di atas atap seperti taman atap, tempat cuci-jemur, tempat tangki air, dsb. Karena fungsinya yang
demikian, maka atap datar ini biasanya dibentuk dengan konstruksi beton bertulang yang kuat
menerima beban dan kedap air. Struktur atap pelat beton bertulang ini tidak berbeda dengan pelat
lantai pada unrumnya (tebal 7 - 15 cm, tergantung beban fungsi), hanya karena terletak pada udara
terbuka, pelat pada atap ini menggunakan tulangan ganda di atas dan bawah (pada pelat lantai
hanya ada tulangan di bagian bawah saja) untuk menghindari kembang susut yang terlalu besar pada
atap yang dapat menyebabkan retak dan akhirnya bocor pada ruang di bawahnya. Finishing yang
bersifat anti tembus airlkedap air (water prooD seperti plaster PC atau pemasangan keramik, juga
diperlukan untuk menghindari rembesan air akibat pengerjaan pengecoran pelat lantai yang tidak
sempurna. Treatment khusus seperti pemasangan lapisan anti air juga diperlukan untuk pelat
yang sangat perlu kedap air"
Konstruksi pendukung pada pelat dapat langsung ditopang oleh kolom ataupun dengan
nrenggunakan tumpuan balok yang jumlah atupun konfigurasinya tergantung banyak hal. Secara
umum, pelat digabung dengan balok sehingga balok-balok ini yang akan meneruskannya ke kolom.
Karena dimensi (ukuran) pelat dan balok beton sangat tergantung dari bentangan atau jarak antar
kolomnya, maka pada atap datar dengan dag beton, bentangan relatif tidak mampu mencapai jarak
yang lebar (kecuali pada sistem atap bentang lebar seperti pelat lipat / folded, Iengkung I tunel,
kubah / dome atau pelat cangkang I shell).
Mengetahui Macam Struktur Utama 17
inli$lgiti*a':'.,.. ..
$t4tqr,,Qq[p$,{€!&4',, l
dii o:&rEdls:.::,
t..(Bft lksi,qs|!1ile{*r, traeg
dh€dashtt rteabsr&ikrr:r',,
l:€i*1ai6A;r::,,1'1,.,1., i..,ltlil'ilr,ir
s{tiiktiiirrhiitokdr*t*ir'
didaos&qniidarl'krlok,'ruiur'
Bhw$t$!.tqnqtn ltsfi$flqg:
ffiltrg',|fl*&,l$a *1.' :: t:::::,:':',-:
kfdqifung pada iulan$ffi ,
Balok Ralgkq
S{ruktur balok datar yang
didapatkan dad rangka
e{eman }ebih kecil yang
rn€imb€nluk atsp datar yar$
rirqan
b. Atap Miring
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap
ini tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng dan penutup atap lembaran lainnya dapat
digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik.
Sedangkan penutup atap jenis kecil seperti genteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi
untuk mengalirkan air hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun tajug.
Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk
juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan. Ruang
yang terbentuk di bawah atap juga berfungsi sebagai pembentuk volume ruang yang berguna untuk
sirkulasi udara panas dan kelembaban. Oleh sebab itu bangunan dengan atap tinggi sangat sesuai
untuk daerah tropis lembab seperti di lndonesia. Hampir semua rumah tradisional di nusantara
menggunakan atap tinggi ini.
Struktur utama atap miring dapat terdiri dari kuda kuda, gununS-gunung, rangka beton
(portal) atau kombinasinya. Alternatif pilihan struktur beserta konstruksinya dapat dilihat
pada gambar 2-9 yang terdiri dari:
Mengetahui Macam Struktur Lltama 19
q*t&.tiinuartlixa*rl Ak.ril$cje
&
_ 16 n'ett'
i
t'- - '1'
'ii'n.
'. :
---- 1
: T rngg
L benbig
Kuda kuda kayu mencapai bentang optimal *15 meter sedangkan jarak antar kuda
kudanya maksirnal 4 meter kai"ena kuda kuda dihubungkan oleh gording dan bubungan
kayu yang tidak lebih dari 4 meter (yang tersedia di pasar). Jarak yang lebih lebar dapat
dicapai dengan menggunakan gording atau bubungan rangka atau dengan bahan baja. Jika
rnenggunakan baja, bentangan kuda kuda dapat mencapai belasan hingga puluhan meter
hingga membentuk bangunan bentang lebar.
Alasan penggunaan kuda kuda kayu atau baja tergantung bentangan, ketersediaan
bahan dan alasan lain dalam aspek bangunan.
b.2 Cunung-gunung
Cunung-gunung adalah struktur utama pembentuk kemiringan atap bukan rangka yang terdiri
dari dinding batu bata dan sejenisnya. Cunung-gunung ini dipakai pada posisi di atas dinding
rnenerus, sehingga penggunaan gunung-gunung ideal pada ruangan bangunan yang mempunyai
banyak dinding. Karena terdiri dari dinding, gunung-gununB tidak dapat memberikan bentang
ruangan di bawahnya namun memberikan ruang di antara gunung-gunung tersebut.
Mengetahui N4acam Struktur Utama
Cunung-gunung biasanya diperkuat dengan balok keliling (ring balk) beton bertulang pada
ketiga sisinya untuk menambah kekakuan dindingnya. Jarak antar gunung-gunung relatif sama
dengan kuda-kuda, karena gunung-gunung juga dihubungkan dengan gording dan bubungan baik
kayu ataupun baja. Cunung-gunung sering digunakan pada kedua tepi atap bangunan dengan bentuk
pelana. Pelubangan pada gunung-gunung dapat dilakukan untuk memberikan akses sinar matahari
dan udara keluar masuk ruangan.
Rangka beton atau portal dapat dipakai untuk menggantikan kuda-kuda atau gunung-gunung.
Prinsip dari rangka ini adalah dengan menggunakan balok beton bertulang yang dimiringkan
disesuaikan dengan bentuk kemiringan atap bangunan. Karena terbuat dari beton yang berat, maka
dimensi balok akan relatif besar. Ukuran balok ini juga didasarkan pada bentangan atau jarak antar
dua kolom penyangganya.
Bentangan ideal rangka portal untuk rangka atap ini optimal sekitar'12 meter. Semakin
besar bentangan, semakin besar dimensi balok yang diperlukan. Maka bangunan juga semakin
berat sehingga kolom-kolom dan balok-balok juga harus diperhitungkan untuk menerinta
beban yang besar itu. Sehingga dimensi kolom balok yang lebih besar akan semakin mahal.
Keuntungan pemakaian struktur ini adalah dapat memberikan ruangan yang relatif bersih cli
bawahnya, baik terhindar dari pemakaian kolom atau rangka-rangka kuda kuda.
I
22 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
F
A
ill]
-.//
\:-..
--h
tl
,r'",.. \\\\\\
,,,..,,/
1l Jr
ri
Gambar 2-12 Rangka portal (beton bertulang, kayu laminating, dan baia)
Ketiga macam struktur utama atap di atas dapat saling digabungkan untuk mendapatkan
keuntungan masing-masing struktur secara optimal.
Bentuk dari sistem struktur rangka adalah kolom balok yang dapat digabung dengan
sistem pelat lantai. Rangka menyangga bangunan sedangkan dinding-dinding hanya berfungsi
sebagai pembatas atau pembentuk ruang saja. Dinding ini bahkan dapat dihilangkan.
d
Beban-beban pada bangunan pada intinya ditopang oleh kolom dan balok, sehingga dari atas
hingga ke bawah bangunan, letak titik-titik beban seharusnya dipasang pada titik-titik tumpunya. t
Sehingga idealnya kuda kuda harus ditopang oleh kolom, dan kolom harus ditopang oleh pondasi
titik di bawahnya.
Mengetahui Macam Struktur lJtama
t,,
Keuntungan Sistem Rangka:
. Ruang lebih fleksibel karena dinding dapat dipasang atau dihilangkan
o Pelaksanaan konstruksi di lapangan yang lebih cepat karena dinding dan ruangan dapat dipasang
kemudian
o Pondasi dapat dibuat lebih sederhana dengan menggunakan pondasi setempat atau titik
Sistem struktur rangka bangunan bertingkat rendah yang paling banyak dipakai di
lndonesia (kecuali daerahdaerah teftentu) adalah sistem rangka beton bertulang. Sistem
rangka ini disebut dengan rangka kaku (rigid frame) karena prinsip dari struktur ini adalah
kaku nya sambungan-sambungan beton nya.
Jenis rangka yang lain adalah rangka kayu yang sifatnya fleksibel. Kebalikan dengan rangka kaku
beton, rangka kayu harus dibuat dengan sambungan yang dapat bergerak sehingga dapat melepaskan
beban. Selain sifat tersebut, struktur ini bersifat ringan sehingga sangat berguna melawan ancaman
beban gempa bumi yang sering terjadi di lndonesia. Rumah tradisional di Nusantara kebanyakan
menggunakan prinsip rangka fleksibel ini.
Sistem struktur dinding pemikul menggunakan dinding sebagai penopang struktur utama
selain sebagai pembatas ruang. Dinding pada struktur ini menerima beban dari bangunan dan
24 I
I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
meneruskannya ke dalam tanah (tanpa dibantu dengan rangka), dengan demikian dinding harus
menerus dari bawah (pondasi) sampai atas (ataP).
Bebarr pada dinding ini dapat dipasang di sembarang tempat sepanjang dinding, dengan
ijer,-rii.:ian kucla-kuda dapat di mana saja sehingga pondasi harus berbentuk garis pada sepanjang
y-"tis drndingnl,a.
Semua jenis pondasi tersebut dapat digunakan untuk semua jenis bangunan karena penentuan
bangunan akan tergantung selain pada beban juga tergantung beberapa aspek; yaitu aspek beban
bangunan, kondisi tanah dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi dan atau besar bangunan, beban
akan meningkat sehingga ukuran dan kedalaman juga akan semakin meningkat. Kondisi tanah
yang mempengaruhi daya dukung tanah (tanah normal lkglcm2) akan menentukan dimensi
dan kedalaman pondasi, semakin berkurang daya dukung tanah, semakin bertambah dimensi dan
kedalamannya. Begitu juga dengan kondisi lingkungan, pada lokasi ekstrim, pondasi juga harus
menyesuaikan. Dimensi pasti pondasi dan kedalamannya harus dihitung oleh konstruktor.
a. Pondasi Titik
Pondasi titik diperlukan untuk meneruskan beban-beban terpusat atau terkumpul (pada kolom)
dan meneuskannya ke dalam tanah. Pondasi ini hanya ada pada kolom-kolom utama bangunan.
Pondasi titik pada bangunan strul<tur beton bertulang dapat berupa pondasi telapak (foot plate) dan
pondasi buis beton atau pondasi tiang pancang dan pondasi sumur bor untuk pondasi dalam. Jenis
pondasi ini ditempatkan pada kolom-kolom utama struktur bangunan. Pada struktur kayu, umpak
batu adalah pondasi titik yang banyak dipakai bangunan tradisional.
b. Pondasi Menerus
Pondasi menerus dibutuhkan untuk menopang beban menerus yang berasal dari dinding pemikul
atau dinding batu bata penyekat ruang. Pondasi menerus juga dibuat menurut struktur utama jika
26 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
dipakai sebagai pondasi utama (misal pondasi dinding pemikul). Pada dinding non struktural atau
dinding pembatas ruang, pondasi dipakai hanya untuk memikul berat dinding di atasnya, sehingga
untuk bangunan bertingkat yang menggunakan struktur utama beton bertulang dan menggunakan
dinding batu bata, pondasi titik maupun menerus digunakan keduanya'
c. Pondasi Bidang
Jika pondasititik karena beban atau tanah atau keduanya menghendaki Iuasan yang lebih untuk
mempertahankan posisi bangunan, maka titik satu pada pondasi akan mendekati atau bertemu dan
yang
saling bersinggungan. Kondisi ini memungkinkan untuk digabung menjadi satu kesatuan pelat
disebut pondasi pelat atau pondasi bidang. Pondasi bidang ini sering digunakan untuk bangunan
yang berat atau tinggi atau berada pada tanah dengan daya dukung yang rendah (tanah rawa dsb).
d. Kedalaman Pondasi
pondasi dangkal atau dalam yang akan dipakai pada suatu bangunan juga terletak pada berat
bangunan, tinggi bangunan, daya dukung tanah dan struktur lapisan tanah. Juga diperhatikan lokasi
bangunan berada. Apakah terletak di daerah rawan gempa, banjir dan sebagainya, sebab kondisi-
kondisi tersebut menghendaki pondai yang lebih stabil untuk mengantisipasi beban-beban eksternal
tersebut.
Mengetahui Macam Stuktur lJtama
t,,
2.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan
Menurut bahan dasar penyusun struktur, bangunan bertingkat rendah mempunyai berbagai
jenis bahan yang dapai ciigunakan sebagai bahan utama pembentuk struktur. Bahan tersebut
dapat
digunakan sepenuhtlya pada semua bagian struktur dan konstruksi ataupun dapat dikombinasikan
menurut kepentingan 6lemakaiannya. [3ahan yang sering dipakai adalah; Kayu, Baja dan Beton.
Penggunaan bahan ini juga sangat dipengarLrhi ketersedian kayu di lapangan, dengan panjang
dan penampang tertentu. Sehingga desain bangr-rnan harus memperhatikan pada bagian-bagian mana
struktur harus disambung dan ditumpu. Sistem struktur kayu mempunyai sifat sambungan yang dapat
bergerak (sendi, truss) sehingga pengkakukan sering dilakukan dengan menenrpatkan batang-batang
diagonal sehingga membentuk rangkaian segitiga-segitiga.
Gambar 2-18 Cantah struktur utuh kayu dengan rangka bataitg (fruss)
28{ Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Sifat baja yang ringan tepat digunakan untuk bangunan ringan yang dapat mencapai ketingian
i
dan lebar bentang yang maksimal. Oleh karena itu struktur baja tepat dugunakan untuk bangunan-
bangunan tinggi atau berbentang lebar. Sifat yang lain adalah relatif mampu menahan tarikan
sehingga pada elemen konstrLrksi, baja lebih digunakan untuk batang-batang yang menerima gaya
tarikan atau batang tarik ketimbang batang tekan (seperti pada kayu atau beton).
gaya tarik pada struktur, sehingga struktur ini disebut sebagai struktur beton bertulang (reinforced
concretelRC).
Penggunaan struktur beton bertulang untuk bangunan bertingkat rendah sangat banyak
dilakukan (kecuali daerah-daerah yang mempunyai sumber-sumber pasir dan krikil terbatas seperti
Pulau Kalimantan). Alasan penggunaan beton bertulang adalah karena bahan struktur ini relatif
murah dan mudah dikerjakan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan, sehingga hampir setiap
tenaga bangunan di lndonesia terbiasa dengan beton bertulang. Bagi perencana, beton bertulang
dapat dibentuk dengan fleksibel, sehingga dapat mengakomodasi berbagai macam bentukan desain.
Keuntungan lain adalah karena beton bertulang mempunyai usia struktur yang sangat panjang,
sehingga bangunan akan bersifat sangat permanen dan mempunyai usia pakai yang panjang pula.
Perawatan bahan pun relatif tidak diperlukan karena mempunyai ketahanan terhadap segala cuaca
dan juga terhadap api.
Kekurangan beton bertulang terletak pada berat konstruksi atau beban mati yang tinggi. Berat
ini akan mempengaruhi berat total bangunan, sehingga bangunan memerlukan sistem pondasi yang
sangat stabil untuk menopangnya. Berat ini juga akan berpengaruh pada kemampuan bentang dan
tinggi bangunan, sehingga desain ruang dan bangunan juga harus mempertimbangkan bentangan
dan tinggi maksimal. Struktur dengan berat mati yang besar ini juga rawan terhadap beban potensial
yang diakibatkan oleh gayalateral/samping seperti gempa bumi. Bangunan akan lebih mudah roboh
akibat beratnya sendiri yang menjadi beban akibat goyangan gempa.
Keuntungan dari sistem struktur dinding pemikul adalah bahan struktur yang sederhana dan tidak
lagi menggunakan rangkaian kolom dan balok. Karena dindingnya yang tebal, bangunan dengan
sistem struktur ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perubahan suhu yang ekstrim, dapat
menyerap panas pada siang hari/suhu tinggi dan memancarkannya pada malam hari/suhu rendah.
-oo0oo-
MEWADAHI FUNGSI DAN RUANG
PADA BANGUNAN
Gambar 3-1 Contoh denah bangunan fungsi seragam (mis: kamar hotel)
Fungsi seragam dan tidak seragam atau kompleks pada pembahasan struktur ini lebih diarahkan
pada kaitannya dengan kompleksitas sistem struktur dan pentahapannya dalam desain. Sering
bangunan fungsi-fungsi tunggal justeru mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi atau dapat
digolongkan ke dalam fungsi kompleks (bangunan rumah tinggal pada umumnya adalah contoh
fungsi tunggal yang kompleks). Demikian juga sebaliknya, jenis hotel tertentu dengan kejamakan
fungsi yang terjadi di dalamnnya, kadang justeru dapat digolongkan ke dalam fungsi yang seragam
karena sebagian besar dari sifat kegiatan itu hanya satu yaitu kamar tidur. Demikian pula fungsi-
fungsi lainnya.
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan I ,,
3.1.1 Fungsi Seragam
Yang dimaksud dengan fungsi seragam adalah fungsi-fungsi yang dapat dipandang sebagai satu
jenis aktifitas yang akan berpengaruh sama atau seragam pada kebutuhan ruangnya. Fungsi ini dapat
diidentifikasi dengan adanya satu kegiatan yang dominan, walaupun akan terdapat berbagai macam
kegiatan lainnya, namun kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan menentukan fasilitas pewadahan
ruang atau struktur yang sangat berbeda dengan fungsi utamanya. Ruang-ruang lain ini akan dapat
didefinisikan sebagai ruang pelengkap yang dapat diwadahi dengan tuntutan pewadahan pada ruang
fungsi utamanya. Contoh darijenis bangunan ini adalah bangunan perkantoran, yang ruang-ruangnya
terdiri dari kegiatan utama dominan kantor, walaupun ukuran masing-masing kantor tersebut dapat
berbeda, namun karena penggunaan modul ruang yang sama dari persyaratan ruang minimalnya,
ukuran-ukuran tersebut dapat merupakan kelipatan atau bagian dari modul ruang utama. Demikian
juga dengan ruang-ruang lain yang berfungsi sebagai penunjang semacam ruang rapat, kamar mandi,
dapur dan sebagainya.
Fungsi seragam ini dapat berupa satu ruang kegiatan fungsi utama disertai fungsi-fungsi ruang
penunjang, misalnya pada bangunan auditorium yang terdiri dari kegiatan utama ruang pertemuan
dengan ruang-ruang lain berupa kamar mandi dan gudang. Atau dapat pula terdiri dari beberapa
fungsi utama dan beberapa ruang penunjang seperti bangunan asrama yang terdiri dari kamar-kamar
dan fasilitas kamar mandi dan fasilitas lainnya. Yang terakhir ini lebih sering terjadi pada bangunan
bertingkat sedangkan bangunan dengan fungsi seperti auditorium biasanya hanya terdiri dari satu
lantai atau dalam satu lantai pada lantai tertentu pada bangunan (jika digabungkan dengan fungsi
utama lain).
Pengaruhnya terhadap fasilitas ruang dan struktur pada bangunan relatif mudah dan sederhana.
Karena ruang-ruang diperoleh dari kelipatan atau bagian ruang utama, maka ukuran dan bentuk
struktur bangunan juga relatif sama. Keseragaman bentuk dan fungsi ini akan lebih ditegaskan dengan
keteraturan sistem struktur bangunannya. Kolom-kolom dan dinding-dinding pada bangunan dapat
diatur menurut kaidah atau pedoman tertentu yang lugas yaitu dengan menggunakan salah satu
jenis grid struktur. Pada bangunan bertingkat, jenis bangunan ini relatif lebih mudah dalam proses
desain dan strukturnya. Tentu saja pengurangan dan penambahan kolom dan dinding ini masih dapat
dilakukan untuk mendapatkan fungsi yang optimal.
t t^-)i-:
Fungsi-fungsi terdiri )^-i
dari L^^..^l-
banyak f..--^:
fungsi L^-L^-J^
berbeda
, Sesuai untuk bangunan-bangunan lebih privat
* Denah lebih sulit dibuat dengan tidak banyak kelipatan bentuk dan ukuran
* Paling tepat digunakan untuk bangunan tidak bertingkat / bertingkat rendah
, Struktur lebih kompleks dengan pola yang tetap beraturan
.t Perancangan lebih bersifat kompleks
* Pengerjaan lebih susah dilakukan
34 I Merancang, Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 3-2 Contoh denah bangunan fungsi kompleks (mis: gedung pertuniukan)
Fungsi-fungsi yang berbeda dalam satu massa bangunan ini dapat dipadukan dengan berbagai
cara yang mungkin dilakukan. Jika fungsi-fungsi tersebut hanya fungsi-fungsi utama yang relatif
ukuran ruangnya kecil seperti rumah tinggal dan sejenisnya, maka ruang-ruang ini dapat diwadahi
dalam satu bangunan yang utuh. Namun jika masing-masing fungsi tersebut berukuran besar karena
keterbatasan struktur maka ruang-ruang tersebut dapat difasilitasi oleh jenis strukturnya masing-
masing yang penerapannya dalam massa bangunan cukup digabungkan atau saling didekatkan saja.
Pengaruhnya terhadap konfigurasi ruang pada bangunan tentu saja harus menggunakan grid
yang mempunyai variasi bentuk dan ukuran yang beragam. Konfigurasi beragam ini dapat berupa
satu jenis grid yang saling disesuaikan ukurannya atau berbagai macam grid yang disatukan dalam
satu bangunan.
Mewadahi Fungsi dan Ruang Pada Bangunan lu,
3.2 Memenuhi Persyaratan Ruang
Ruang-ruang sebagai hasil dari perwujudan ide gagasan atau konsep bangunan dan ruangnya
akan mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang harus difasilitasi oleh struktur dan konstruksi
bangunan. Persyaratan ruang ini pada dasarnya adalah untuk memberikan tujuan fungsi pada ruang
yang optimal. Persyaratan yang akan di bahas meliputi;
Gambar 3-3 Contoh pernenuhan terhadap persyaratan bentuk dan ukuran pada sebuah fungsi
bangunan tertentu
Penggunaan grid struktur adalah cara yang paling ideal untuk menemukan kesesuaian ruang
dengan tuntutan persyaratannya serta menemukan keteraturan strukturnya. Crid pada praktiknya
dapat fleksibel rnewadahi bentuk dan ukuran ruang yang berbeda dalam denah bangunan.
Bentuk dan ukuran ruang-ruang tertentu dapat tidak mengikuti keteraturan atau menggunakan
perkecualian dengan catatan bahwa ketidak teraturan ini harus dapat diselesaikan dengan desain
khusus pada struktur atau kontruksi bangunan. Penyesuaian-penyesuaian baik bentuk atau ukuran
ruang pada kasus tertentu dalam bangunan juga dapat dilakukan dengan catatan tidak sampai
merubah tujuan dari persyaratan ruang. Ukuran-ukuran dapat ditambah atau dikurangi dengan syarat
perubahan itu masih sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Demikian juga dengan
bentuk ruang dan bangunan.
denah ruang dalam bangunan. Organisasi ruang selanjutnya akan menggambarkan bagaimana
kedudukan masing-masing ruang dan hubungannya satu dengan yang lain. Pada desain struktur,
kedudukan dan hubungan antar ruang ini menjadi penting karena akan menghasilkan pengaturan
elmen struktur dan konstruksi yaitu pada pengaturan kolom-kolom dan dinding-dinding bangunan.
Jika grid struktur juga sudah digunakan, maka organisasi ruang ini pada nantinya akan mempunyai
saling ketergantungan dengan grid struktur yanB digunakan.
a
(,
z)
LL
Service
o
z
l
u
(,
z
:)
t
tr
)F
Y
f
d
F
a
z
z
:)
C'
z
c0
T
Z
u
o
332LayoutRuang
-..cut ruang atau pengaturan posisi ruang pada bangunan bertingkat dapat dilakukan secara
" '' ^:al atau vertikal. Ruang-ruang publik biasarrya lebih diutamakan untuk berada pada bagian
. .. ian yang lebih mudah dicapai yaitu di depan secara horisontal atau di lantai dasar secara
-
- - ral, sementara ruang-ruang yang lain menyesuaikan. Ruang-ruang dengan persyaratan khusus
.-=-a jenis aktifitas yang diwadahi juga karena sistem yang lebih diutamakan di lantaidasar adalah
-:-E-ruang gudang, dapur, garasilparkir dan sejenisnya. Namun jenis ruang ini tidak harus terletak
=.."i dengan jangkauan publik sehingga dapat diletakkan di bagian belakang bangunan atau bahkan
. =,-a basement bangunan yaitu ruanB di bawah tanah. Pengaturan layout ruang yang lain dapat
,^Jkan dengan maksud dan tujuan bangunan yang berbeda.
R,keluarga
Garasi
R.tidur R.tamr Km
R.tidur
Teras
Carport
Taman luar
Selanjutnya, jika denah kasar sudah dihasilkan, proses untuk menuju gambar kerja denah masih
cukup panjang. Denah akhir yang dipakai sebagai pedoman gambar kerja akan banyak berkaitan
dengan aspek-aspek lain dalam bangunan, bukan hanya fungsi saja. Denah juga berhubungan
dengan bagaimana sistem struktur direncanakan karena kolom-kolom dan atau dinding-dinding akan
diletakkan. Sistem pencahayaan dan penghawaan juga dipengaruhi karena jendela dan pintu juga
diletakkan dalam denah, demikian juga dengan sistem sirkulasi bangunan dan sistem-sistem lain
dalam bangunan, termasuk yang paling banyak menentukan perancangan estetika sebuah bangunan;
tampak. Komposisi denah dan bagaimana denah dibuat akan dilan.jutkan pada bagian lain dalam buku
ini setelah semua sistem-sistem yang mempengaruhinya dalam bangunan dibahas terlebih dahulu.
Dengan demikian, hasilnyaakan menjadi denah yang ideal bagi sebuah perancangan bangunan.
-oo0oo-
M EM FAS I LITAS I ASPEK-ASPEK
UTAMA BANGUNAN
Aspek-aspek utama bangunan harus difahami dan drtentukan terlebih dahulu agar
keterpaduannya dapat direncanakan secara utuh. Ketentuan-ketentuan baku dan
kaitannya terhadap aspek yang lain harus diketahui. Permasalahan utama pada
perancangan adalah bagaimana menyesuaikan dengan aspek-aspek yang lain.
Terkadang juga tidak semua aspek mendapatkan bobot yang sama. Prioritas
atau penekanan sebagian aspek pada fungsi-fungsi bangunan tertentu dapat
dilakukan sesuai dengan tujuan desain yang telah ditetapkan.
42 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Tangga dibedakan menjadi dua fungsi utama, yaitu sebagai tangga utama dan tangga darurat.
Tangga utama disediakan untuk jalur utama sirkulasi pergerakan di dalam bangunan sedangkan
tangga darurat disediakan untuk jalur darurat atau melarikan diri dari kejadian yang berbahaya di
dalam bangunan seperti kebakaran, gempa bumi dan sebagainya.
Bentuk tangga utama terdiri dari berbagai macam, mulai yang sederhana hingga yang rumit.
Pemilihan bentuk ini dapat dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain bangunan, tetapi yang paling
penting bagi tangga utama adalah kemudahan, keamanan dan kenyamanan.
Railing Tangga
Pagar Tangga
l
l
i
Anak Tangga
l
l
l
I
I
-_l
o.
$l
o
(D]
Jr
(I,
'1
t,
-tl
-r4 ll Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Rancangan tangga darurat yang ideal harus dapat dipakai dalam keadaan panik dan tidak gelap
(karena asap dan listrik padam). Oleh karena itu, tanda-tanda pijakan dan pegangan
sangat diperlukan
mudah dicapai dan tidak tergantung dari cahaya lampu listrik ruangan untuk dapat melihatnya.
Cahaya matahari lebih diutamakan dari pada penggunaan lampu. Lampu dengan sumber daya
sendiri atau penSSunaan cat khusus yang dapat berpendar di waktu gelap sangat diutamakan untuk
menghindari hilangnya pandangan akibat mati lampu dan habisnya daya pada lampu khusus yang
disebabkan kurangnya perawatan dan sebagainya.
Ukuran lebar tangga dirancang idealnya hanya untuk satu orang saja. pemakaian satu orang
ini dimaksudkan untuk menghindari pemakaian bersama yang relatif lebih mudah menyebabkan
kecelakaan saat digunakan secara berebutan. Bentuk tangga disarankan dengan bentuk lurus atau
balik yang pada sisi bawahnya harus berhubungan langsung dengan ruang luar untuk menghindari
terperangkapnya pemakai di dalam bangunan.
b. Fungsi Bangunan
Perancangan tan88a juga harus mempertimbangkan fungsi bangunan atau ruangnya. Bangunan
dengan pemakai tertentu akan membedakan rancangan tangga. anak-anak, orang dewasa, manula,
penyandang cacat, pemakaidengan beban bawaan dan sebagainya, harus didefinisikan dari sebagian
besar pengguna gedung. Wujud rancangan tangga yang berhubungan langsung adalah pada ukuran
tinggi lebar anak tangga, lebar tangBa, jumlah anak tangga dan tinggi rendah pegangan tangga.
Rumus yang dipakai untuk menentukan rancangan tangga adarah sbb:
Tinggi anak tangga diambil 2 kali lipat dibandingkan lebarnya adalah karena usaha untuk
mencapai ketinggian atau vertikal ini dibutuhkan 2 kali lipat dibanding untuk mencapai lebar atau
horizontalnya.
Lebar anak tangga disesuaikan dengan kondisi rata-rata panjang pijakan kaki pengguna. Angka
yang sering dipakai adalah +30 cm, sehingga hasil hitungan yang dicari adalah hanya tinggi anak
tangga saja. Pada konstruksi tangga, lebar pijakan ini dapat direkayasa kurang dari 30, sehingga
sudut kemiringan tangga menjadi kurang landai. Untuk kenyamanan pengguna, pada finishing lebar
anak tangga masih dapat digunakan lebar standar +30 cm dengan menambah kantilever pasangan
spesinya atau mengurangi dasar anak tangga di atasnya.
Rumus ( 2 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga, maka tinggi antar lantai dapat ditentukan
berdasarkan kelipatannya. Jika telah ditentukan kira-kira tinggi antar lantai sebelumnya, maka tinggi
ini harus disesuaikan dengan perkalian tinggi anak tangga, sehingga mungkin hasil akhir untuk
menentukan tinggi antar lantai dapat berupa angka yang tidak bilangan bulat. Cara ini lebih tepat
dari pada menentukan tinggi pasti antar lantai baru menentukan tinggi anak tangga. Yang terakhir
ini dapat menyebabkan angka yang sulit atau tidak seragam pada anak tangganya atau tidak sesuai
dengan logika orang melangkah pada rumus (1). Jika dikehendaki perbedaan tinggi anak tangga di
awal atau akhir urutan (biasanya sedikit lebih rendah untuk membedakan dengan anak tangga yang
Iain), hal ini dapat dilakukan, tetapi tentu saja masih dalam batas-batas yang masih diterima (tidak
terlalu terlalu rendah dari anak tangga yang lain).
Rumus ( 3 ), Setelah diketahui tinggi anak tangga beserta tinggi lantai, maka jumlah anak tangga
dapat ditentukan dengan cara membagi tinggi antar lantai dengan tinggi anak tangga dikurangi 1.
Bilangan satu ini adalah permukaan tinggi lantai, sehingga tidak perlu dihitung sebagai anak tangga.
Jumlah anak tangga ini termasuk bordes. Pada langkah keberapa bordes ditempatkan tergantung
layout tangga dangan ruangnya, namun dalam satu deret, untuk mengindari kejenuhan yang dapat
berakibat bahaya, menurut penelitian, tangga tidak boleh lebih dari 16 langkah, sehingga bordes harus
dipakaijika anak tangga lehih dari 16 buah. Pemakaian bordes ini dimaksudkan untuk memberikan
ten:pat beristirahat bagi fisik dan konsentrasi agar tidak menimbulkan kecelakaan.
struktur tangga berupa pelat beton, pelat baja atau kayu dengan konstruksi
pondasi atau balok tumpuan pada lantai atas yang dilengkapi dengan:
Sebagai contoh; ketinggian antar lantai 4 meter dapat dibuat tangga sebagai berikut:
: (6s - 30 )/2
: 17.5 cm
(jika 65 diganti 60, hasilrrya menjadi 15 cm)
Keselamatan dan kenyamanan pada tangga harus dipenuhi agar pengguna tidak mengalami
kelelahan dan kecelakaan ketika menggunakan tangga. Selain menggunakan rumus untuk menentul<an
tinggi dan lebar anak tangga, keselamatan pemakaian tangga juga meliputi penggunaan elemen
Iain seperti pegangan atau railing dan pagar tangga. Pegangan dan pagar tangga ini menuntun dan
membatasi pengguna. Tinggi pegangan harus memperhatikan proporsi tubuh pengguna (dewasa
atau anak-anak). Pagar pada tangga harus dibuat agar supaya anak-anak tidak dapat menerobosnya,
karena anak-anak sering menyukai bermain di area tangga.
Pola pada anak tangga juga dapat menentukan keselamatan pemakai. Penggunaan pola baik
pada keramik atau pada l.arpet yang dilapiskan di atas anak tangga tidak boleh terlalu rumit hingga
membingungkan pemakai. Pola yang ideal justeru memperjelas baik garis-garis pijakan atau garis
arah pada lebar jalur tangga.
Pemakaian penutup karpet yang bermaksud memberikan kenyamanan pada injakan kaki
pengguna juga harus diperhatikan agar tidak mudah terlepas yang justeru dapat menyebabkan
kecelakaan.
Penggunan garis-garis anti selip (nose) pada tangga yang terbuat dari bahan anti selip seperti
karet, aluminium, atau kayu sangat dianjurkan untuk mencegah pemakai terpeleset disamping
memperjelas pola anak tangga.
M e mf as i I itasi Aspek-Aspek {."/tanra B an gu na n lo,
d. Kaitannya dengan Sistem Lain
Gambar 4'3 Ruang tangga yang berkaitan dengan sistem bangunan lain
Rencana tangga juga terkait dengan sistem lain dalam bangunan. Karena tangga membutuhkan
ruang bebas lantai tembus ke atas (void) yang juga dapat digunakan sebagai penunjang sistem
pencahayaan dan ventilasi udara. Letak posisi tangga dalam hal ini sangat penting untuk
mengakomodasi sistem pencahayaan dan perrgudaraan alami bangunan. Jendela-jendela juga
seoptimal mungkin diletakkan sepanjang void tangga ini yang berfungsi untuk menyinari ruang
tangga dan ruang di sekitarnya.
Sistem konstruksi pelat dan balok lantai juga harus mempertimbangkan bentuk dan posisi tangga,
sebab tangga akan membutuhkan perkuatan berupa korom atau balok.
e. Konstruksi Tangga
Rancangan konstruksi tangga dapat menggunakan bahan kayu, baja, batu bata atau beton
bertulang. Beton bertulang lebih banyak dipakai karena alasan kesesuaian dengan struktur utama,
relatif mudah dikerjakan, tidak menimbulkan suara hentakan kaki dan tahan lama.
Konstruksi tangga harus dipasang pada pondasi pada lantai pertama dan balok pada lantai-laintai
berikutnya, Kolom-kolom dapat dipasang langsung berclekatan dengan tangga atau tidak. Bordes
yang tidak menggunakan tumpuan balok dan kolom disebut dengan nama tangga melayang.
Konstruksi tangga pada beton bertulang dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan
langsung mencetak konstruksi tangga beserta anak tangganya, atau hanya dengan mencetak pelat
tangga sesuai dengan kemiringannya, lalu anak tangga dibuat dengan menggunakan batu bata.
Finishing pada anak tangga harus menggunakan bahan anti selip yang dapat berupa keramik
kasar, batu kali, parket kayu atau karpet karet atau kain.
48 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
* Penghawaan
* Pencahayaan
* View
* dsb
MemfasiI itasi Aspek-Aspek Utama Bangunan lon
I
j
-{+
++
1 t-u
1V
:I
I
lnl
Lr* aJ
(an
,sar
rgsi
lng
Gambar 4-S Macam konfigurasise/asar luar dan selasar dalam
Selasar secara struktural pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu selasar yang berkaitan
dengan sistem struktur utama (selasar dalam atau tepi bangunan) dan selasar yang m(rmpunyai sistem
struktur sendiri (selasar luar).
Selasar yang berada pada sistem struktur bangunan dapat berupa selasartertutup (lorong) atau
terbuka. Selasar tertutup biasanya diletakkan di tengah ruang diapit oleh dua ruang fungsi pada
kedua sisinya, dan selasar terbuka diletakkan di tepi bangunan yang hanya melayani satu sisi ruang
fungsi. Selasar tertutup lebih cocok pada bangunan yang menghendaki batasan langsung dengan
udara terbuka untuk kepentingan sistem pengudaraan buatan seperti AC sistem buatan lainnya.
50 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Secara struktural, selasar ini dapat didukung oleh kolom-kolom langsung atau dengan balok
cantilever yang bebas pada satu sisinya. Penempatan konstruksi sistem utama ini pada selasar juga
akan berpengaruh dengan sistem lain dalam bangunan, misalnya pada fagade atau view bangunan
yang sangat dipengaruhi oleh pengaturan letak kolom. Penempatan jalur-jalur sistem secara mendatar
yang paling efektif diletakkan pada selasar sebagai penghubung ruang-ruang. Selasar adalah ruang
antara yang relatif berukuran sempit, sehingga dimensi ketinggian ruang juga tidak perlu terlalu
tinggi atau sama dengan ruang-ruang fungsi lain, dengan demikian, ruang sisa di atas selasar dapat
digunakan untuk keperluan ini.
Pada selasaryang berdiri sendiri, selasar ini dapat terdiri dari satu lantai atau banyak lantai. Struktur
selasar satu lantai dapat terdiri dari rangka utama kolom-kolom dan rangka atapnya, sedangkan pada
struktur selasar bertingkat, menggunakan struktur kolom balok yang dilengkapi dengan pelat lantai
yang sama dengan prinsip struktur pada bangunan bertingkat.
Perencanaan sistem pencahayaan alami sangat berkaitan erat dengan perencanaan sistem
struktur dan konstruksi bangunan. Hal-hal yang berkaitan langsung adalah p:lda ketebalan atau
bentang bangunan yang berarti juga bentang struktur, tingi rendah antar lantai, pemakaian elemen
atap semacam tritis dan over-hang, serta pemakaian bukaan pada dinding.
V e mf as i I itas i Aspek-Aspek U tam a B an gu n an I u'
t ./ i.-rr-)
r'dt\-)
,'/
Sistem pencahayaan buatan adalah sistem lampu yang pada pembahasan buku ini lebih ditekankan
pada lampu listrik arus bolak-balik atau a/ternating current (AC). Lampu yang menggunakan aliran
listrik AC akan berpengaruh pada struktur dan konstruksi yaitu mulai dari sumber, pendistribusian
dan alat-alat yang menggunakan listrik (fixture) termasuk lampu penerangan.
SunTber arus dapat berasal dari perusahaan jaringan listrik atau sumber yang diadakan sendiri
dengan generatoi' (gen"set). Censet memerlukan tempat tersendiri yang sebaiknya terpisah dari
bangunan utama untuk menghindari getaran yang akan mempengaruhi sistem-sistem lain dalam
bangunan terutalna sistem struktur. Sumber listrik yang hanya mengambil dari jaringan cukup
menyediakari tempat untuk sambungan dan panel utama listrik saja. Panel ini dapat berukuran besar
untuk bangunan-bangunan yang memerlukan sumber energi listrik yang besar. Panel listrik ini harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau untuk akses pengawasan, pemeliharaan dan perbaikan.
Distribusi listrik dilakukan melalui kabel baik secara tegak atau merrdatar di dalam bangunan.
Kabel-kabel ini sebaiknya diletakkan pada tempat tertentu (shaft) untuk memudahkan pemeliharaan
dan pebaikan. Shaft listrik harus dipisahkan dengan shaft pipa untuk menghindari bocornya pipa yang
dapat menyebahkan hubungan arus pendek (kons/eetind yang dapat membahayakan bangunan.
Pada akhirnya arus listrik ini akan disalurkan pada titik lampu dan titik daya pada bangunan.
Lampu-lampu dan surnber daya (stop-contact) dapat diletakkan di pelat lantai, plafond, dinding
ataupun lantai. Dengan demikian konstruksi bangunan harus direncanakan untuk kepentingan ini.
Sistem penghawaan alami juga mempunyai kemiripan dengan sistem pencahayaan dalam hal
bentangan maksimal dan bukaan. Namun yang lebih diperhatikan selain ukuran bentang dan bukaan
adalah penggunaan ruang di dalamnya dan posisi bukaanya. Untuk menjaga aliran udara, ruang tidak
boleh disekat penuh, sehingga ventilasi silang di dalam ruang tetap terpelihara. Bukaan pada jendela
atau pintu harus dapat dibuka daunnya pada kedua sisi ruang, sehingga udara akan dapat mengalir.
Ruang di bawah atap juga berperan besar dalam menentukan aliran udara. Ruang di bawah atap
dapat digunakan sebagai ruang spasi (p/enum) dengan cara disekat dengan menggunakan plafond
untuk menghambat panas matahari dari atas atap, atau dibuka untuk mengalirkan udara panas
dari dalam ruangan, sementara plenum diletakkan di antara penutup atap dan rangkanya (plafond
menempel pada kasau).
Gambar 4-8. Contoh desain sistem penghawaan buatan (air conditioner / AC)
besar karena digunakan untuk kegiatan sepanjang hari mulai cuci, memasak hingga mandi. Keperluan d
air bersih perorang perhari adalah relatif tergantung kebiasaan sosial budaya di suatu tempat. Standar g
normal kebutuhan air bersih adalah sekitar 100 liter. Sehingga keluarga dengan jumlah anggota 5
orang harus menyediakan air sebanyak 500 liter perharinya atau Yz m3.
s
d,
Dua prinsip sistem AC:
u
* AC sentral yang diperlukan mesin utama dan jaringan terpadu pada bangunan &
* AC unit yang hanya diperlukan jaringan kecil dalam unit berupa window,
split, atau cassette
M e mf as i I itasi Aspek-Asp ek lJ tam a B angu n an
l,'
Bak atau tangki air ini diletakkan
di atas dengan menggunakan distribusi gravitasi (sistem down
feed) atau diletakkan di bawah dengan menggunakan distribusi mesin pompa (sistem
up feed).
Sistem down feed harus menggunakan menara air yang dapat diletakkan menjadi
satu dengan sistem
struktur utama, atau bordiri sendiri dengan menggunakan konstruksi menera terpisah. Titik
akhir dari
sistem ini adalah kran-kran pada kamar mandi atau dapur. Ada kalanya sistem inijuga dipakai
untuk
persediaan air pemadam kebakaran hydrant atau sprink/ers, namun untuk bangunan
berlantai dua,
hal inijarang dilakukan karena daya gravitasi dengan ketinggian bak setinggi dua lantai masih terlalu
kecil untuk kepentingan tersebut.
Gambar 4-9. Contoh sjstem air bersih dalam bangunan (down feed dan up feed)
Air kotor dapat langsung diteruskan ke peresapan, sedangkan kotoran harus melalui bak
pengurai (septic tank) untuk diproses atau dibusukkan sehingga berubah menjadi cairan yang dapat
dimasukkan ke peresapan. Kapasitas septic-tank harus memperhitungkan jumlah pemakai dan fungsi
bangunan. Sistem dan detail masing-masing sistem sanitasi ini akan lebih detail di uraikan pada bab
lain di buku ini,
56 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
konstruksi bangunan. Jaringan kabel pada bangunan dapat diletakkan secara terbuka atau tertutup ,i
(mati). Jaringan kabel yang hanya ditempelkan atau diletakkan biasanya lebih diutamakan daripada
jaringan mati untuk pemeliharaan dan perbaikan. Pada distribusi utama tegak, kabel-kabel ini juga
sebaiknys diletakkan di dalam shaft khusus Iistrik untuk menghindari hubungan arus pendek akibat
kebocoran pipa air. Pada distribusi mendatar, jaringan diletakkan di atas plafond selasar atau ruang-
il
ruang penghubung lainya. Selanjutnya jaringan dapat ditanam pada dinding atau pada lantai atau G
pada pelat lantai. g
dt
Ar
Hal pokok pada sistem sanitasi bangunan;
&
* Pembuangan air kotor dari kamar mandi, peturasan dan dapur -> bak (nr
kontrol, bak penagkap lemak, peresapan
* Pembuangan kotoran dari WC -> septick tank, peresapan
Memfasi I itasi Aspek-Asp ek Utama Bangu nan
l',
dr
'y?
r--I-T-l
-oo0oo-
MERENCANAKAN BANGUNAN
BERDASARKAN ASPEK UTAMA
Ketiga pertimbangan pokok utama di atas akan menentukan pemakaian sistem struktur utama
sebuah bangunan. Tentu saja banyak aspek penunjang lain yang juga turut menentukan selanjutnya,
namun pada dasarnya ketiga aspek di atas dapat dijadikan titik pangkal untuk masuk pada apek-
aspek berikutnya pada bangunan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
lu,
'?J[t',xi3x;l'
Gambar 5'1. Contoh pemenuhan tuntutan ruang fungsi spesifik
.: - +{,
Sistem struktur dari jenis apakah yang Bagai manakah persyaratan tekn is bahan struktu r
paling cocok untuk ruangan dan bangunan akan dapat digunakan pada bangunan meliputi
tertentu (pada tabel 1 di atas) yang sesuai kemampuan bentang dan ketinggian bangunan
dengan aspek-apek bangunan serta kaitannya dengan fungsi ruang
Kedua pokok bahasan di atas dapat digunakan untuk menentukan baik bahan utama dalam
sistem struktur ataupun bahan lain yang akan digunakan dalam bangunan sehingga bangunan akan
&&f*l ft& Cambar 5-3 Contoh pertimbangan penggunaan bahan terhadap struktur
penentuan sistem struktur utama, bentuk dapat dibahas menurut check /ist sbb;
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek LJtarna 63
E'-d'
;.
t:
{,.,-
:: Fg
r
ffiffi K:V
ffiffi
1
F_'"r.J
l, f]
i,: L:]
't
i
i
l
I
,]
Apakah bentuk atap berperan dalam bentuk Alternatif sistem struktur atap utama yang
bangunan secara keseluruhan donrinan
Adapun dimensi elemen seperti kolom, balok atau kuda-kuda dan sejenisnya digunakan
prakiraan yang justeru dipertimbangkan terhadap aspek-aspek lain dalam bangunan terlebih dahulu,
sedangkan angka akhir dari dimensi ini harus dihasilkan dari konstruktor struktur untuk dapat
memproduksi gambar kerja yang sebenarnya pada proyek pembangunan.
3t
4>
:4.
Gambar 5'6 Pertimbangan aspek pencahayaan dan penghawaan pada bentang struktur
Bentang akan sangat dipengaruhi oleh sifat furngsi yang juga berpengaruh pada dimensi ruangnya.
Ruang-ruang publik tertentu semacam ruang rapat, ruang serbaguna dan sebagainya menuntut
volume ruang yang besar dan sifat bebas dari adanya kolom-kolom struktur di dalamnya. Sifat ruang
yang demikian harus difasilitasi oleh struktur bangunan. Oleh karena itu ruang-ruang bentang lebar
lebih ideal diletakkan di lantai-lantai atas pada bangunan bertingkat atau pada lantai khusus.
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 5'7 Alternatif bentang lebar pada lantai atas dan lantajbawah
Alternatif pencapaian bentang ini dapat dengan struktur balok pada lantai dasar atau dengan
struktur rangka yang lebih ringan pada lantai atas. Tentu saja lebih disarankan ruang bentang lebar
di lantai atas, karena rangka lebih mampu mengatasi bentang yang menggunakan rangka ringan
daripada balok beton yang berat. Macam rangka dan macam bahan yang berupa kuda kuda pun
beragam yang bentang satu dengan lain juga berbeda. Struktur yang lebih ringan akan mampu
membentuk bentangan yang lebih lebar, sebaliknya struktur yang lebih berat pada bentang lebar
Iebih riskan pada pembebanan bangunan baik beban vertikal (grafitasi) ataupun horisontal/lateral
(gempa dsb).
c. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan dapat ditempuh dengan pencahayaan alami dan buatan. pencahayaan
alami
lebih dianjurkan (pada siang hari) karena terbukti lebih bermanfaat dan memberikan rasa nyaman
pada fungsi-fungsi ruang atau untuk beraktifitas, dan juga dapat menghemat energi
bangunan. Sistem
pencahayaan akan mempengaruhi bentanB secara langsung karena masuknya cahaya
akan ditentukan
oleh ukuran bukaan dan kemampuan optimal pencapaian cahaya itu sendiri yang tidak lebih dari
beberapa kali lebar bukaannya.
d. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan alami .iuga akan secara langsung mempengaruhi bentang bangunan
karena
kemampuan untuk mengalirnya udara akan sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan
sifat serta
lokasi bukaan.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama
lu,
5.4.2 Menentukan Jarak Antar Bentangan
Jarak antar bentangan adalah jarak antar dua rangka utama yang tegak lurus dengan bentangannya
seperti jarak antar balok utama atau kuda kuda. Jarak antar bentangan ini sangat penting karena
akan
membentuk ruangan fungsi dan juga membentuk bentukan bangunan. Untuk mendapatkan jarak
antar bentangan yang optimal perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; (a) struktur
antar
bentang, (b) modul, (c) bentuk/proporsi, (d) struktur penopang (pondasi)
I
!,a"
-l
l
I
lrii
l'*'
.l
I
I
tcl
I
I
lr;d'
.t -'
Pada atap, rangka atap seperti kuda kuda dan sejenisnya dapat dihubungkan
dengan batang
atau rangka lain. Jika menggunakan batang baik kayu atau baja, hanya akan memperoleh jarak
antar
bentang ini beberapa meter saja. Namun jika digunakan rangka lain untuk menghubungkan
rangka
atap ini jarak antar bentangan dapat ditingkatkan.
68 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Cambar 5-9 Contoh desain pengaruh permainan jarak proporsi antar kolom pada tampak bangunan
Jarak antar kolom atau jarak antar bentangan (yang juga jarak antar kuda kuda) akan membentuk
garis-garis tumpuan pada kolom-kolomnya. Kolom-kolom ini akan secara langsung mempengaruhi
fasade bangunan. Memang kolom-kolom ini dapat disembunyikan ataupun diekspos, namun proporsi
dan letak-letak bukaan dan dinding akan juga masih dipengaruhi sehingga tampak bangunan juga
dipikirkan ketika menentukan jarak antar kolom bangunan.
d. Struktur Penopang/Pondasi
Bentuk dan struktur pondasi dapat diperkirakan berdasarkan area pikul elemen kolom dalam
menyalurkan beban dari bangunan ke dalam tanah. Jarak kolom yang semakin besar menyebabkan
pondasi harus dibuat mampu menyalurkan beban yang lebih besar pula.
Merencanakan Bangunan Berdasarkan Aspek Utama lu,
5.4.3 Menentukan Jarak Antar Lantai
Untuk dapat menentukan jarak antar lantai satu dengan lantai di atasnya banyak juga yang harus
(d)
diperhatikan, antara lain; (a) fungsi ruang dan bangunan, (b) sistem ruang, (c) ukuran tangga, dan
bentang ruang.
C'}
(E
c
.g
o,
o,
'j=
o
l(
Fungsi-fungsi tertentu mengendaki ketinggiarr ruang tertentu sehingga jarak antar lantai sangat
dipengaruhi oleh ketinggian ruang yang harus disediakan.
b. Sistem Ruangan
Sistem-sistem ruang termasuk pencayaan, penghawaan, elektrik dan mekanik akan memerlukan
(plafond) atau di bawah
tertentu baik pada ruang fungsi ataupun ruang yang harus disediakan di atas
(lantai). Dengan demikian ketinggian antar lantai jelas akan dipengaruhi sistem-sistem ini'
dipakai untuk menentukan bilangan terkecilnya (satuan). Adapun angka besarnya dapat merupakan
kelipatan anak tangga hingga diperoleh kesesuaian atau terpenuhinya persyaratan ruang dengan
sistem bangunan lain.
70l Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
d. Bentang Ruang
Ruang dengan bentang lebar pada lantai bawah akan membutuhkan balok atau rangka yang
berdimensi atau ketebalan yang besar juga. Dengan demikian jika fungsi juga masih dipertahankan
dengan persyaratan ketinggiannya, maka tinggi antar lantai akan langsung dipengaruhinya.
Namun demikian, jika bangunan berada di wilayah rawan gempa, peletakan ruang bentang
lebar dan penghilangan dinding-dinding luar bangunan pada lantai dasar akan meninggikan resiko
kerentanan terhadap gempa (efek soft story). Demikian juga dengan perbedaan ketinggian antar
lantai baik lebih tinggi (efek kolom langsing) ataupun lebih pendek (efek short column). Kesemua
efek ini akan memperlemah kinerja bangunan jika terjadi gempa, sehingga bangunan lebih mudah
rusak bahkan ambruk.
\'r
\\*.,
6r'.\
,a,
,-\
E-\
"r\.:
N
. - iEl:.
-'lt\.
S\
t*\
>'
=>+-
Fungsi-fungsi tertentu menghendaki ukuran yang berbeda. Ruang pada lantai-lantai yang bersifat
publik atau dengan kapasitas yang besar lebih mempunyai ketinggian yang besar karena proporsi
ruang fungsi. Pada lantai atas ketinggian ruang lantainya juga dipertimbangkan terhadap baik fungsi
ataupun sistem. Jika fungsinya ujuga untuk publik atau dengan sistem alamiah maka ruang lebih
cenderung tinggi atau sebaliknya. Pada lantai-lantai tengah jika bangunan mempunyai ketinggian
lebih dari dua lantai, maka lantai-lantai ini lebih cenderung pendek karena kebanyakan digunakan
untuk fungsi-fungsi privat yang tidak begitu memerlukan ketinggian ruang yang lebih tinggi. Demikian
juga dengan sistem yang akan dipakai, Iebih menghendaki volume ruang yang relatif lebih kecil.
72 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
b. Proporsi Bangunan
Bangunan-bangunan bentang lebar akan lebih membentuk ketinggian atap yang maksimal,
proporsi
lebih-lebih dengan sudut atap yang runcing. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana
juga citra bangunan
bangunan yang dihasilkan. Proporsi ini sangat rnempengaruhi bentuk, tampak dan
sehingga pengaturan proporsi akan menentukan juga tinggi rendah bangunan'
c. Lokasi Bangunan
yang
Bangunan harus aman dari gangguan situasi Iingkungan di sekitarnya. Hal-hal alamiah
secara langsung berkaitan dngan ketinggian bangunan adalah angin dan petir. Pada
prinsipnya
bangunan tidak boleh berdiri sendiri di tengah padang untuk tidak mengundang bahaya angin atau
petir. pada kondisi lingkungan buatan .iuga harus diperhatikan posisi-posisi jaringan listrik apalagi
jaringan tegangan tinggi. Juga pada bangunan yang relatif dekat dengan kepentingan trasportasi
semacam bandar udara dan sebagainya, ketinggian bangunan harus menjadi tinjauan utama.
wtrffi
8ew
ffi $Xffi
ffi IXil
IIT
arsitek idealnya tidak akan dirubah secara drastis, baik bentuk atau dimensinya. Proses penyesuaian
atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan dimensi yang optimal.
Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran atau dimensi
kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek bahan struktur terhadap
kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu sebagai berikut;
Kolom bangunan bertugas menopang beban bangunan yang diberikan kepadanya. Daerah atau
luasan tertentu menjadi tanggung jawab sebuah kolom tertentu. Kolom-kolom pada satu bangunan
belum tentu mempunyai beban yang sama, sehingga perlu dianalisis satu per satu daerah pikulnya.
Untuk dapat lebih efisien, beban yang berupa bentuk ataupun area pikul kolom itu sebanyak mungkin
dibuat seragam, sehingga baik proses perencanaan dan perhitungan strukturnya menjadi sederhana
karena tidak menrerlukan hitungan satu persatu. Namun demikian, karena pertimbangan terhadap
aspek lain, kadang kala pacla lokasi-lokasi tertentu pada bangunan, ruang-ruang menjadi berbeda
sehingga mengakibatkan kolom-kolom sebagai pemikul yang berbeda pula, perbedaan ini meliputi
perbedaan bentang, bertambah atau berkurang.
-:l
li
:. :::':i
.'-- "'
I ;
il; il
,_._
2
_l
lantai
L-_l
3 lantai
Cambar 5-14 Co natif peletakan kolont dan orientasinya dalam denah
Pada idealnya sebuah kolom akan mewakili bentuk area pikulnya. Jika grid yang terbentuk pada
ruang atau denah bangunan membentuk bujur sangkar, maka secara struktural, kolom sebaiknya
bujur sangkar demikian pula bentuk-bentuk yang lain. Kolom lingkaran dapat dipakai untuk memikul
area beban yang simetris pada sisi-sisinya. Sedangkan ukuran kolom beton bertulang pada bangunan
bertingkat dua sangat tergantung pada bentangannya. Secara umum harus dihitung tiap satuan persegi
dari Iuasan penampang kolom yang akan memikul beban tertentu yang masing-masing kualitas beton
*
@,
..l-.
+: -1-"
+l,
l[!
il*
,it r:L
,L.o**
"!
+i!*r.,m
tt
l
il {isb delsm
Balok pada struktur beton bertulang biasanya sekaligus digabung dengan pelat lantai beton
bertulang menjadi satu kesatuan. Namun demikian penampang balok beton ini masih
dihitung dari
prakiraan bentuk dan
sisi bawah sampai sisi atas pelat lantai. Demikian juga seperti pada kolom,
balok
dimensi balok iuga harus diperhitungkan terhadap aspek lain pada bangunan. Penampang
Merencanakan Bangunan Berdasarkan
Aspek tJtarna
75
f*
HI
-oo0oo-
MERANCANG DENAH
Pada proses awal pencarian denah, arsitek biasanya terlebih dahulu hanya mempertimbangkan
aspek fungsi dan hubungan antar ruang saja, dan belum secara lebih teknis mempertimbangkan aspek
lain dalam bangunan. Setelah ruang-ruanB itu didapatkan, maka perencana baru melangkalr pada
proses pemikiran berikutnya pada denah yang lebih kompleks, yaitu pada kesesuaiannya dengan
berbagai aspek yang akan dicapai dalam bangunan termasuk antara lain bentuk ruang dan bangunan,
pencapaian struktur dan sebagainya. Walaupun proses ini tidak selamanya demikian, namun untuk
mengindari kompleksitas, langkah ini banyak dilakukan.
*.**
f--i:1--I
t---.-".-..
I
I
I -l' tl
i-.t
l--.
L
i;I
I
-,,-
Selanjutnya hal-hal utama yang perlu diperhatikan pada pengembangan denah dalam
perancangan struktur arsitektur adalah:
o Fungsi ruang serta bangunan (menggunakan modul ruang fungsi)
. Struktur, konstruksi dan bentukan ruang serta bangunan (menggunal<an grid struktur)
Merancang Denah 79
I
(il ffi$nffiL$ffi , -lr ri _ -- -:::.- -l i
'll:l! 'li 1tt! 1.,t, 11}} l0!
1
Jr
't
l
!x'
ffil
r:_:,":l t---, 1
t J,
ril,r ".-f rr
r;#i-l , ---=-Fi
F.
ll sllt:-- f't
l::t.+l
,1
--?+_:j
L -:--.]l
;tal
" I l- ---:'-,"'l
L
a
J
- ---.',-:
bL--,Jl{
:li
tl
I
| -*,1
llnt r f-l*ll.
Modul utama dapat berupa satu modul kegiatan utama atau beberapa modul kegiatan utama
dalam bangunan. Modul utama ini didapatkan dengan mengetahui fungsi utama ruang dan bangunan.
Terkadang terdapat lebih dari satu pilihan yang harus ditentukan pada aktifitas fungsi utama. Sebuah
bangunan perkantoran tentu akan manggunakan satu modul utama kegiatan kantor berupa aktifitas
bekerja di atas menja tulis atau komputer yang relatif sama kebutuhan ruangnya. Namun sebuah
studio gambar arsitek dapat berupa kegiatan menggunakan meja peralatan gambar manual atau set
komputer, yang kebutuhan ruangnya dan juga persyaratannya menjadi berbeda.
Jika modul utama pada bangunan sudah dapat ditentukan, langkah selanjutnya
adalah membentuk
kebutuhan ukuran dan bentukan ruang sebenarnya. Sebuah ruang akan mewadahi satu atau sejumlah
aktifitas fungsi utama tergantung berapa kapasitas ruangnya. Ukuran ruang akhir didapatkan dari
kelipatan modul ruang sesuai dengan kapasitas ruang yang telah ditentukan, sedangkan bentuk ruang
dihasilkan dari layout atau tatanan modulnya.
Merancang Denah
I u,
tr_. _ i-t
{-J
;rr-){
: ,I il +
,-,' \.-
LIr\
L,.l L i Lr-'
/'J
!-i
r.'i
r--1
fllj
l hdrs
'l .t
I I,rr: i.j'il,:r ti.irr-r4 1| , --., I
I
t1
L-J
[Ji 1:],
U
U
i*'
tI
t_,.
n *_i --rr--l
Untuk mendapatkan denah yang utuh, persyaratan fungsi ruang antara lain orientasi, bukaan
dan kebutuhan ruang sirkulasi juga harus diperhatikan. Dengan demikian diperlukan penyesuaian-
penyesuaian ttkuran dan bentukan yang nantinya berkaitan langsung dengan aspek-aspek lain
dalam
bangunan. Bentukan ruang fungsi dapat sekaligus sama dengan bentukan bangunan atau berbeda,
karena bentukan bangunan lebih banyak dipengaruhi wadah strukturnya yang secara garis besar
akan dibahas dalam pembahasan grid struktur.
persegi panjang dengan arah yang sama. Sementara kolom bulat dapat digunakan untuk memikul
grid bujursangkar, segi enam, segi delapan atau juga lingkaran.
Gambar G-7 Beberapa contoh alternatif penyesuaian yang mungkin dapat dilakukan
tangga sebaiknya dekat dengan ruang-ruang hall, atau ruang keiuarga pada runiah iirrggai uni-^
menghubungkan ruang-ruang ini dengan ruang-ruang lain di lantai atas, namun letak tangga juga
tidak boleh mengganggu aktifitas di dalam ruang sekitarnya.
Secara struktural, posisi tangga diletakkan pada void atau lui-rang vang menghir!:urigkan iantar
bawah dengan atas dengan demikian posisi tangga lantai satu clengan yang lainni,2 akan berada
di lokasi yang sama. Void ini dapat diletakkan diantara kolom balok atau clinding pemikul pacla
ruangan. Void ini tentu saja harus dapat mewadahi ukuran iangganya, otehr karena itu sangat perlu
ditekankan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai tangga ideainya harus sudah ciidapatkan sebelum
proses pengerjaan denah.
Untuk kepentingan lain, posisi tangga juga dapat digunakan untr:k mernbuka akses perrcahayaan
dan penghawaan alami karena tangga menggunakan void dan clapat menggunakan bukaan lebar
pada dindingnya dan sekaligus untuk kepentingan vjenz baik dari atau ke arah tangga. Oleh
karena itu tempat void tangga juga harus diperhatikan terhadap ruang lain disekitarnya yang akan
memanfaatkan sistem-sistem itu.
Tangga darurat harus disediakan untuk bangunan-bangunan publik tertentu. Tangga darurat
juga harus disediakan pada setiap jarak +30 m pada bangunan. Pada bangunan hunian, tangga
darurat identik dengan tangga servis yang digunakan untuk kepentingan lain selain akses utama.
Yaitu digunakan sebagai tangga menuju ruang cuci, dapur atau jemur. Posisi tangga ini harus terletak
di sekitar ruang-ruang servis itu sendiri.
Letak kamar mandi dan dapur juga harus memperhatikan aspel< pencahayaan dan penghawaan
alami. Mengingat fungsi utama ruangan yang relatif ideal dengan pencahayaan dan penghawaan
alami, kamar mandi dan dapur harus diletakkan sedemikian hingga mempLinyai ai<ses larrgsung
dengan udara luar. Ironisnya, seringkali dalam perencanaan bangunan terutama hunian, hal ini
sering dilupal<an sehingga dapur dan kamar mandi tidak marnpu memberikan pelayanan fungsi y,ang
optimal. Peletakan ini biasanya diletakkan pada tepitepi bangunan atau pada lantai-lantai yang di
atasnya tidak terdapat lantai lagi, sehingga berhubungan langsung dengan udara luar. Strategi Iain
juga dapat dilakukan dengan cara menentukan sistem pencahayaan cJan perrghawaan aiami khusus
misalnya dengan menggunakan dinding dan jendela pantul, atap berlubang transparan clsb.
BBI Merancang Bangunan Cedung Bertirtgkat Rendah
Wadah sistem pemipaan atau shaft ditempatkan relatif dekat dengan area ruang servis ini untuk
juga harus direncanakan sejak
mendapatkan sistem distribusi dan sanitasi yang baik. Shafrshaft ini
(water tower)
awal pada denah baik di lantai satu atau dua. Posisi sistem penyediaan air bersih
konstruksi
dan posisi buangan (septic tank) harus diperhitungkan pada sekitar area servis, sehingga
struktural pada bagian atas dan bawah bangunan akan memeperhitungkan aspek
ini'
.t il 1li til{l
A l-l
e0 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
ir
-n ll
.- arnar 212 il
Kamaf ^^^lt
ZUnr l
ii
LobbY
R Perie$uan
{1r.3)
Lotlby
R Perlemuan
{1t.3)
I ros I I
',roT-._oro I
3J {g) ''I)tp,)
t!,1
Denah dan atap adalah dua hal yang paling dahulu disesuaikan karena atapr akan
secara langsung berada di atas bangunan walaupun bentuk keduarrya tidak
harus identik sama. Bentuk denah persegi panjang tidak harus ditutr"rpi oleh
bidang bawah atap segi panjang pula namun dapat dengan nrenggunakan
bentuk atap lain atau gabungan dari bidang-bidang yang lain. Untuk satu jenis
bentuk yang sama dapat mempunyai alternatif penyelesaian yang berbeda.
Pencarian solusi teknis yang paling tepat untuk sebuah gambar kerja rancangarr
atap memang kompleks dan beragam sehingga diperlukan beberapa langkah
dan strategi yang akan dibahas di bawah ini'
94 /ler..irir:ar;g Bangi;nan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 7-1 Contoh bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk denah
t
,,, '.
/l
rra I
____*l__--_ ,ri---*----\rr
ffi [&' i tr
Gambar 7'2 Contoh bidang atap yang sama dengan denahnya
i*-----------*
| |
--------t
-----_-a...-_ --'r.
:.-'-
r, f - I
_l
il'i
rl
lil
- r--': " r-
ii
|
:.ri, -r.-. ..- >
r,l
-l,
l i-- .-.. .
ii;,
r:r ! i:r il
lil
ri,
t::
lx
I r--
,t:-l '+-.J, -.. ** ,i I
I i.."-*,,*
t-_--_
:i
ra
_-__-__t |l/
I
,'
|
It
,'
tt
I .'
Gambar 7'3 Contoh bidang atap yang tidak sama dengan denahnya
s6 I h4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Atap gabungan ini juga dimungkinkan juga pada pemakaian atap datar dag prada beberapa
bagian denah bangunan. Penggunaan atap datar ini tentu harus disesuaikart Cengan llaik bentuk
justeru
ataupun teknis struktur konstruksi bangunan, karena pemakaian yang tidak direncanakan
akan menyebabkan bentuk yang tidak diperkirakan atau pengaruhnya terhadap fungsi i"uang di
bawahnya karena dapat mempengaruhi teknis bangunan seperti kebocoran, suhu yang relatif tinggi
dan sebagainya.
':,i.i.rr,,.i'.irtriiitil:illiitlillliilti'lr:ul:l
,,:':., .'::,:.:,.,,,;::i11it".Y,a
\/
Gambar 7-4 Contoh atap gabungan pada bangunan
'",{
I
r
Cambar 7-S Contoh bangunan dengan atap bertingkat
kemiringan tinggi dan atap datar (pelat, dag) c.ii;:-rLingkinkari secara bersai-tia cialai:-t bagiarr yang
berbeda dalam satu bangunan.
Untuk rnendapatkan kenririnBan atap yang iiarta. pada atali deng;rn l;r-:nti;l< liri-:as dan lajug
nrenggunakan garis limas atau garis tajug (jurai luar atatt ju;'ei claiai":ri'ialang pada iiarltinya)
harus dengan sudut 45o pada tampak atasnl,3 uiiiuk stnrbarang kenii;'ingarl',''anH sanra. Untuk
mempertemukan dua sisi atap yang berbeda keniiringan, iurai ini dapat lei:ih atau Icutartg dari 45'.
Pada atap lengkung, garis kelengkurrgan ini tidak terlihat pacla garis atap pada denai:, naniun akan
lebih dijelaskan pada rencana atap bangunan.
Untuk dapat mempermudah kombinasi bentuk atap dan menemukan struktur utamanya,
kombinasi atap harus dimulai dari bentuk atap utama beserta struktur utama rangka atapnya, baru
kemudian menentukan kombinasi atau tambahan{ambahan atapnya menurut denah yang ada.
Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengkombinasikan denah dengan bentuk atap dan rangka
atap utamanya. Penyesuaian-penyesuaian pada denah, bentuk atap atau rangka atap sering dilakukan
untuk mendapatkan keterpaduan yang ideal. Terutama pada konfigurasi grid atau modul bangunan
dengan fungsi kompleks. Perubahan konstruksi struktural juga sering dilakukan terutama untuk atap-
atap bangunan dengan bentuk dan karakter khusus. Penyesuaian itu .iuga terkadang merubah kolom,
dinding atau kuda-kuda, sehingga proses penentuan sistem struktur akan menjadi lebih kompleks.
Merancang Atap
t,,
+
:L
8l
til I
I
i
I
RUANG XELUARGA
i
-t
3
I
-J*
I
5t
'l
I
I
I
+ ****?***.".,** . -t.';
LANTAI 02
100 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
r-'
i
i
i
i
i
i
i
I
i
i
i
i
i
i
i
i (EPII ARfA
i 'TESERVT
i
i
i
i {
I
i
i
J
L-
l'ii
'' ; -;'';'- "'1' - I ;:' -' '
Satu bentuk atap dapat dicapai oleh beberapa rangka utamanya. Namun masing-masing rangka
utama tersebut akan mempunyai konsekuensi yang berbeda pada beberapa hal termasuk ruang
102 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Ni
I
ol
oi
Nj
I
1
l
I
a1
oi
N{
I
i
i
€ri o
o
o
I
{
l I
)
l
.cL\,
I
TAMPAK ATAS AN o
O.
@i
ol
I
I
I
-"1'
--+ - o
ol
ql N.
rt -1
l
RENCANA ATAP
I Keterangan
. xX : Kuda kuda 8114
i fIZXX : % Kuda kuda 8114
I cc : Gunung gunung
I lrzGc : % Gunung gunung
ef : Balok Tombok 6/'tz
I' GD : Gording 8l'tz
i JRL : Jurai Luar 8l'12
; JRO : Jurai Dalam 8/'12
] BB : Bubungan 8112
I LP : List Plank 3/25
' Bs : Balok sokong 8114
Usuk d ipasang setiap jarak tertentu tergantu ng pada uku ran usuk dan berat jen is pen utup atapnya.
Makin besar berat jenis penutup atap makin besar usuk atau rnakin banyak atau makin rapat usuk
yang dipakai. Demikian pula sebaliknya. Jarak pasang antar usuk ini juga dapat disesuaikan dengan
pemasangan plafond tempel pada usuk. Eternit, asbes, gypsum atau papan kayu dan multipleks
adalah ragam penutup plafond yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Dengan menyesuaikan
ukuran ini, plafond dapat dipasang tanpa harus menggunakan rangka utama lagi,
Panjang usuk secara keseluruhan tergantung pada jumlah deretan genteng yang akan dipasang.
Pada ujung usuk yang berada di sisi luar bangunan usuk pada bangunan tropis disisakan sepanjang
tertentu untuk melindungi dinding dan bukaannya di sepanjang dinding Iuar bangunan yang dapat
berupa tritis (overhang), atau sirip-sirip pelat kantilever. pada sudut atap limas bagian bawah perlu
diperhatikan agar pemasangan usuk masih tetap mempunyai dua tumpuan, sehingga biasanya usuk
dipasang semakin miring pada arah luarnya. Listplank dipasang pada ujung usuk untuk melindungi
penampang usuk dari udara Iuar.
Pada sisi-sisi atap harus diperhatikan pemasangan-pemasangan genteng bubungan dan talang.
a
.
I ii:,ill
i,-' I, Jd
I] ,n-
Gfi,
"\
j
L-#-"1-J
f
=-r
: ;;i
,;
I 'i ,,
; ,) ',-.
t-t4i-J
,"
I
1:.' :
:i.l il
Jenis-jenis penutup atap tertentu dapat membentuk atap yang lebih bervariasi. penggunaan
pelat-pelat aluminium atau pelat fiber dapat Iebih fleksibel ditekuk atau dilengkungkan,
sehingga
atap akan mempunyai bentuk bermacam-macam. Karena penggunaan jenis penutup atap
ini akan
mempengaruhi bentuk bangunan secara keseluruhan, maka struktur dan konstruksi juga
harus
menyesuaikan tuntutan teknis penutup atap ini.
Bentuk atap lain juga dipengaruhi oleh jenis rangka atap yang dipakai. pemakaian jenis rangka
atap modern seperti rangka ruang (space frame)juga akan membentuk atap yang khas. Demikian juga
dengan jenis-jenis atap yang lain menurut jenis struktur termauk kubah, pelat lipat, cangkang,
tenda,
kabel dan sebagainya yang pada buku ini memang tidak dibahas untuk menghindari kompleksitas
pembahasan.
(:El
KeteranQan:
HEiriiit'Xiip mengsunakan Rangka Baja Ringan
11.)ill
,"i {. I
'i,1,,1.:
{
F ,G
Cambar 7-17 Contoh rencana atap lantai 2 asrama 3 lantai
i r--l--
.r_lt
. ': ..s;.,,3r.-,-,...
-,
i:.
. i. ,-'.i I
I
110 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
-oo0oo-
MERANCANG BALOK DAN PELAT
LANTAI
Sloof beton bertulang berfungsi selain menghubungkan kolom utama, juga dapat difungsikan
sebagai dasar dinding berat (batu bata dsb). Tetapi fungsi sebagai dasar dinding ini dapat digantikan
oleh rolaag atau pasangan batu bata miring yang digunakan untuk menyalurkan beban dinding pada
pondasinya. Penggunaan sloof atau rolaag untuk kepentingan ini tergantung beberapa pertimbangan
apakah beton bertulang atau tidak dan juga pasangan batu bata lebih efisien untuk digunakan. Kadang
karena alasan harga dan juga alasan lain semacam daya dukung tanah dsb, mendasari pemilihan
kedua alternatif ini. Dalam penggunaannya balok sloof selalu digabungkan dengan pondasi batu kali
atau pondasi menerus lainnya untuk menyangga sloof struktural dan sloof penahan dinding.
Balok keliling atau ring-balk berfungsi membentuk ring atau cincin pada struktur kolom balok
sehingga membentuk rangkaian tertutup. Fungsi utama ini biasanya hanya dipasang pada kolom-
kolom di atas dinding luar bangunan. Sedangkan pada dinding dalam, penggunaan ring-balk dapat
diabail<an, selama dinding yang digunakan tidak menggunakan dinding berat yang memerlukan
perkuatan. Jika dinding batu bata digunakan, bisanya ring-balk ini tetap dipasang bukan sebagai
struktur utama tetapi menguatkan konstruksi dinding tersebut saja.
Balok lantai adalah balok yang berada di bawah lantai untuk mendukung beban lantai. Balok
Iantai ini akan lebih dibahas khusus karena dapat nrempunyai beberapa kepentingan lain selain
sebagai bagian sistem struktur. Balok latai adalah balok yang dipasang di atas bukaan-bukaan
sehingga dinding di atasnya tidak membebani kosen bukaan. Balok latai ini juga dapat memperkuat
struktur utama karena menghubungkan kolom-kolom. Balok latai ini dapat digantikan oleh pasangan
balok rolaag di atas kosen untuk menghindarkan kosen dari beban dinding berat di atasnya, namun
tidak berfungsi menghubungkan kolom-kolom, sehingga balok latai jenis ini tidak berfungsi secara
struktural.
;l
^l I
B6
ro
d)
-EI B6
;r
*l
_T
(
d.
85 Luar
Ub
BP &
F=--t :lol
l€{o-- ---
tn
_l ot:, (o col
c!t
ol !td c6 ---=--l I
I
B KM Dalam
Brl LUar
I
B6
-t- E
6
(o
o
E
6
6
L
n
o
s IE
-l
84 Dalam
co
bll
-l [T3Da-lam
E Ic
La
s
E
U ls
ld
= It1 flrlam (1} lo
I
I
I
l'
I
83 luar
I
S
ol B1 luar
=l
i
-+
Definisi Balok:
Kapan menggunakan pelat lantai tanpa balok, dengan balok utama saja, atau disertai anak
atau waffle tergantung beberapa aspek yang harus diperhatikan termasuk volume beton, waktu
pelaksanaan, beaya pelaksanaan, bentukan arsitektural, kesesuaiannya dengan aspek bangunan lain
dan sebagainya. Balok pendukung pelat lantai yang hanya terdiri dari balok utama saja cenderung
mempunyai ukuran yang besar dan berjarak lebih jarang sehingga jarak antar lantai pada bangunan
bertingkat juga harus memperhatikan ketentuan ini. Pelat lantai harus lebih tebal karena mempunyai
bentang yang besar. Pengerjaan untuk jenis balok ini relatif mudah sehingga waktu dan beaya tenaga
kerja dapat diperkecil. Di lain fihak, balok lantai yang menggunakan balok anak yang banyak akan
mempunyai besaran yang lebih kecil namun berjumlah banyak dan rapat, sehingga waktu yang
diperlukan juga akan lama dan tenaga kerja yang diserap relatif besar dan harus dengan kecakapan
skill yang cukup pula, sehingga beaya upah kerja juga besar.
Merancang Balok dan Pelat Lantai
| ,,,
Secara arsitektural baik bentukan atau kaitannya dengan sistem lain, kedua jenis pemakaian
balok di atas dapat saling disesuaikan. Pelat yang rnenggunakan sedikit balok akan mempunyai
bentuk datar dan rata sehingga memberikan kesan ruang yang luas. Pada pemasangan titik-titik lampu
dan sistem lain dapat dengan bebas. Pada pelat yang menggunakan banyak balok akan mempunyai
bentuk rumit dan memberikan kesan ruang yang lebih dinamis. Untuk pemasangan titik-titik lampu
dan sistem lain harus memperhatikan jarak antar balok yang terbentuk. Demikian juga dengan sifat
memantulkan cahaya dan suara, pada pelat rata, suara dan cahaya akan mudah dipantulkan sedangkan
pada pelat tidak rata atau banyak balok, suara dan cahaya akan dipendarkan. Kedua ketentuan ini
dapat merugikan atau rnenguntungkan tergantung dengan fungsi ruang yang bersangkutan. Dengan
demikian pemikiran keterpaduan pada desain balok-balok ini sangat diperlukan untuk mendapatkan
rancangan yang optimal.
Balok Sekunder
(wajib jika ada dinding di atas)
Jika pelat lantai ini pada nantinya juga digunakan sebagai plafond ruangan maka konfigurasi
balok utama ini mau atau tidak mau harus dipakai sebagai elemen pembentuk ruang, yang
dimensinya ter8antung pada bentangan antar dua kolom yang dihubungkannya. Kepentingan sistem
struktur dan kenampakan bentuk dan konfigurasi balok harus dipadukan sehingga keduanya dapat
dipadukan secara optimal. Kepentingan yang lain yang juga harus diperhatikan adalah desain titik-
titik lampu atau sistem lain pada balok dan pelat lantai ini yang harus betul-betul diperhatikan karena
akan tertanam dan bersifat permanen. Bongkar pasang pada pelat lantai beton bertulang sangat
tidak memungkinkan, sehingga jika ter.iadi kesalahan jaringan, kabel atau pipa hanya dapat dipasang
secara out-bow atau menempel dan akhirnya akan mengganggu estetika ruang dan
sebagainya.
r16 I lv'lerancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Jika di bawah balok adalah ruang yang rnenggunakan plafond, maka konfigurasi balok ini tidak
akan menjadi masalah secara arsitektural. Tetapi iusteru yang harus diperhatikan adalah konstruksi
rangka plafond terhadap balok-balok lantai serta jarak yang harus disediakan pada plafond mengingat
plafond juga dibuat untuk maksud pelatal<an titiktitik lampu atau sistem lain besertajaringannya.
Langkah terbaik adalah pada tahap konsep sudalr memperkirakan keterpaduan antara balok lantai
dengan fungsi-fungsi lain termasuk ruang. sistem listrik, sistem pemipaan dsb, sehingga pada tahap
perancangan teknis, hal itu sudah dapat ditentukan.
'ii!T
:r
ift
:!
I6
}i
a,l
I]
*:::::
Untuk dapat menghasilkan bentukan kralok yang ideal harus diperhatikan ketentuan di bawah ini;
a Apakah balok akan diekspos atau menggunakan plafond penutup
jarak plafond dengan balok
a Jika menggunakan plafond, maka yang harus diperhatikan adalah
utama yang paling tebal, sehingga masih terdapat celah untuk memasang jalur-jalur sistem
bangunan termasuk kabel dan pipa. Jika tidak maka akses ini harus disediakan dengan lubang-
lubang pada balok
Jika balok dan pelat lantai akan cliekspos, maka balok-balok harus dibuat sedemikian rupa
sehingga terpadu dengan sistem lain antara lain Ietak posisi lampu, posisi springklers (titik alat
pemadam kebakaran), posisi pengeras suara, dan jalur jalur sistem tersebut. Jalur-jalur dapat
ditanam dalam balok atau pelat untuk mendapatkan kesan ruang yang bersih, atau justeru
sebaliknya diekspos untuk kepentingan tertentu (kesan ruang, pemeliharaan dsb). Balok-balok
ini pada posisi tertentu juga dapat digunakan sebagai pemecah gaung atau gema pada ruang
sehingga akustik ruang dapat lebih baik.
Merancang Balok dan pelat Lantai
| ,,,
[il8
O lrrnp,
t_"t Speaker
ll Sprinkler
Cambar B-5 Contoh layout garis balok yang dipadukan dengan kepentingan sistern
Definisi Balok:
.:. Balok struktur menghubungkan kolom
* Balok anak menghubungkan balok utama
* Balok dinding berat di atas dan di bawah
sistem yang dapat dipasang pada pelat atau di antara garis balok:
A Titik lampu
* Titik sound system
* Titik sprinklers
* dsb
118 Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
diperhatikan aspek-aspek;
Untuk dapat merancang pelat lantai dan void yang ideal maka harus
pelubangan dan perbedaan
Tiga perbedaan dalam rancanSan pelat lantai yaitu pelat biasa,
ketinggian.
pelat+elat normal biasa dipasang pada setiap ruang lantai dua dengan bingkai balok-balok di
bawahnya. Harus diperhatikan apakah di dalam
pelat dipasang jalur-kalur sistem atau tidak.
Tebal pelat untuk lantai dengan tumpuan normal dengan luasan
9 m2 dapat berkisar mulai 10
hingga 1 5 cm tergantung juga beban ruang dan fungsinya'
lubang ruang untuk akses
feluLangan-pelubangan pelat atau void dibuat pada lubang tangga,
dapat sendiri dibuat atau
ventirasi, cahaya dan pandangan dan rubang shaft. Void untuk tangga
menjadi satu dengan void untuk ruang'
pelat-pelat yang dibedakan ketinggiannya adalah pelat lantai untuk kamar mandi dan area basah
lainnya. perbedaan ketinggian ini dimaksudkan untuk mengalokasi
air pada tempat tertentu,
pelat, dapat dialokasikan dengan mudah'
sehingga akalaupun terjadi resiko kebocoran pada
8.4 Menggunakan Balok dan Pelat Lantai Kayu dan Bahan Lain
Alternatif balok dan pelat lantai pada bangunan dengan struktur
beton bertulang dapat
baja. sebuah bangunan dapat mempunyai ragam balok dan
pelatdi luar
menggunakan kayu atau besi
konstruksi beton adalah dengan
beton bertulang. Maksud penggunaan balok dan pelat lantai selain
penciptaan lantai tanpa konstruksi khusus
tujuan untuk mencapai berat konstruksi yang lebih ringan,
tambahan' atau
(siruktur bangunan bertingkat), pengerjaan yang lebih cepat, merupakan konstruksi
hanya merupakan variasi pada elemen bangunan'
pada balok dan pelat dengan bahan kayu, yang perlu diperhatikan adalah ketentuan-ketentuan
rangka pelat yang menggunakan balok-balok kayu dengan ukuran
tertentu. Balok dengan ukuran 8/14
pada jarak hingga 4 meter pada
cm dapat digunakan ,LL"g"i balok induk dan dapat dibentangkan
Merancang Balok dan Pelat Lantai | ,,n
Iantai dengan penutup papan kayu. Sementara balok yang memepunyai ukuran lebih kecil seperti
6/12 cm dapat dipasang sebagai balok anak dan masih dapat dibentangkan 3 hingga 4 meter. Setelah
itu balok-balok tambahan (usuk) dengan ukuran 5/7 cm dapat dibentangkan untuk mendukung balok
anak dengan bentangan 2 hingga 3 meter. Balok usuk ini dijajarkan dengan prinsip sama dengan
usuk atau kasau pada setiap jarak 30 hingga 60 cm tergantung besar dan berat pelat ataupun fungsi
pada lantai kayu tersebut. Papan kayu sebagai pelat lantai dapat menggunakan papan dengan ukuran
ketebalan 2 hingga 4 cm dengan lebar yang bervariasi.
Pada balok dan pelat dari bahan besi atau baja, ketentuan besar dan jarak balok dapat
disesuaikan dengan persyaratan bahan besi atau baja yang dipakai, mengingat persyaratan bahan ini
Iebih bervariatif.
Dimensi balok dapat diprakirakan kurang lebih dengan ketinggian rata-rata 1/10 hingga 1/12
dari bentangan jarak antar dua kolomnya, walaupun angka itu dapat berkurang atau bertambah
tergantung aspek-aspek beban dan bahan. Beton prestress dapat hanya 1/20 dari bentangannya.
Adapun lebar balok adalah berkisar 1/3 hingga 213 dari ketinggiannya.
Pelat lantai beton bertulang dapat difinishing dengan bahan berat seperti tegel dan keramik
namun pelat kayu atau baja biasanya menggunakan finishing yang lebih ringan seperti parket atau
tegel kayu dan juga karpet. Yang lrarus diperhatikan pada pemasangan tegel atau keramik pada dag
beton adalah masih digunakannya pasir setelah dag beton dengan tujuan utama untuk memisahkan
't2o I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
finishing dengan struktur utama lantainya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh
perubahan bentuk pada pelat lantai dengan finishingnya. Pada ruang-ruang luas, finishing lantaijuga
harus dipisah-pisah untuk menghindari perubahan pelat struktur yang dapat mengakibatkan lantai
pecah atau bahkan meledak'
penggunaan pelat untuk atap juga hampir sama dengan pelat lantai ruang. Namun pelat atap
selain beban, juga harus dipikirkan terhadap cuaca luar sehingga harus diantisipasi terhadap retak-
retak rambut yang akan semakin besar dan dapat mengakibatkan bocor pada waktu hujan. Dengan
demikian selain menggunakan finishing tulangan pada pelat lantai dan atap berbeda. Pelat atap
menggunakan tulangan ganda yang disebut tulangan susut untuk menghindari hal-hal tsb di atas.
T
NI
w-r
EXNru
I
4
-i I
WNW
-l , * --J-,n, J-, *-l-,',-f-r.*
AAAA I AJA
ir
"l
"l
nffi[EffiltWnilffiilW
N[]N[1EffiililMilil
4
-l
"l
-l
A
ru\n Hlil
ruEnE=WHHmilil
t---, *---l- '*-l-,--l-,.**!-,*-l-5,r
r lt I
AAAA AI
o--]*, *-l-' o{* ','--l- ,*--{
AI AAA6,
I It I A
w
--l-,
-oo0oo-
MERANCANG PONDASI
Pondasi adalah bagian bangunan yang tidak terlihat namun keberadaannya sangat
penting sebagai penopang utama bangunan. Setelah mengetahui berbagai
pondasi pada bab terdahulu, untuk dapat tepat menggunakannya diperlukan
tinjauan berbagai disiplin ilmu terkait seperti struktur dan kekuatan tanah
Geoteknik). Pada perencanaan bangunan bertingkat rendah, perencana dapat
memperkirakan atau mengajukan jenis pondasi dan kaitannya terhadap aspek
lain. Pembahasan pondasi ini lebih ditekankan pada pemilihan jenis pondasi
secara umum pada struktur tertentu berdasarkan latar belakang bangunan dan
bagaimana menyajikannya ke dalam gambar rencana bangunan
121 I fuferenc.aiig ilangut: art Cedung Bertingkat Rendah
Pada sebagian besar bangunan bertingkat rendah hingga berlantai e,q1pat, pada kondisi tanah
yang lragus masih dapat menggunakan beberapa jenis pondasi dangkai tanpa harus dengan pondasi
dalam. Namun sebaliknya sekalipun bangunan tidak bertingkat, pada kondisi tarrah lembek, harus
menggunakan pondasi dalam. Pondasi dangkal ini dapat berupa pondasi titik, pondasi menerus
atau pondasi bidang. Wujucl pondasi yang sering dipakai adalah pondai umpak, pondasi foot-
plate, pondasi menerus batu kali, atau pondasi bidang pelat beton bertuiang. Pondasi bidang beton
bertulang ini hanya dipakai pada kondisi tanah yang jelek dengan beban bangunan yang besar.
Pondasi dangkal yang paling dangkal dan paling sederhana adalah r,rrnpak yang sering dipakai
pada pondasi tiangtiang atau kolonr-kolom bangunan yang tidak permanen atau bangunan yang
menggr-rnakan bahan struktur ringan seperti kayu atau metal. Umpak ini mempunyai bentuk umumnya
pondasi ideal yang melebar ke bawah dengan maksud menrperlebar tumpuan dengan bidang tanah.
Demikian juga pada foot-plate, pondasi menerus
batu kali dan sebagainya, sehingga pada rencana
pondasi, bentukan ini juga harus dapat dilihat
baik pada rencana ataupun detailnya.
Aplikasi rencana pondasi dangkal ini pada
gambar kerja arsitektur adalah pengaturan Iayout
jenis pondasi pada titik-titik kolom atau garis-
garis dinding. Ukuran dan detail pondasi harus
didapatkan secara eksak melalui perhitungan
struktur yang biasanya dilakukan oleh ahli
struktur atau konstruktor sebagai hragian dari
atar-r diminta oleh perencana.
Gambar 9-1 Cont.ah penggunaan pondasi dangkal
Merancang Pondasi
| ,rt
Pondasi dangkal menerus disamping berfungsi menopang dinding berat atau dinding pemikul
juga berfungsi menahan tanah atau urugtanah untuk membedakan ketinggian lantai. Dengan demikian
walaupun pada lantai satu tidak terdapat dinding berat namun masih menggunakan pondasi menerus
yang berfungsi sebagai pembatas tanah atau turap untuk membedakan ketinggian lantai.
menggunakan pondasi titik dan menerus harus dilihat dari jenis struktur yang dipikulnya. Cambar
yang dihasilkan adalah rencana pondasi.
Wujud pondasi menerus ini pada bangunan adalah pondasi batu kali atau batu bata dan juga
pondasi beton bertulang dari bentuk foot-plate yang dipanjangkan.
Pondasi khusus juga terkadang digunakan sebagai bagian dalam satu bangunan justeru untuk
mengurangi konstruksi yang tidak perlu. Konstruksi pondasi di tanah keras yang hanya menopang
dinding bata atau dinding partisi ringan tidak harus menggunakan pondasi batu kali yang besar.
Penggunaan rolaag atau sloof saja dengan uku ran tertentu dapat d ipakai u ntu k mengh indari pemakaian
bahan pondasi yang terlalu besar.
Pada kondisi teftentu penggunaan sloof yang dimaksudkan untuk membantu pondasi atau
bahkan menggantikan peran pondasi juga dapat dilakukan. Keputusan-keputusan ini memang harus
dikonsultasikan dengan ahli pondasi atau ahli tanah agar didapatkan keputusan desain yang tepat.
150 250
Ro
,. E
-t
Kts
.B 8
t$cr\t
-Tl$r] ( --i
I
I Il
;
I hro cNl
Compacted soil
Slocff L5 >:2D
l{ountain stone
Aanstamping
(e1ips etonef
Sand -T I
6D- 80
_l20
---+
trt p4 P1 P2 P1 P1 P2 Pl p4
I
P3A P3A
?2 P3A P3A
P P1 P2
trt
I 1
't
"f
pl I
-l
A AAAA A A AAAA A
Gambar 9-10 Contoh rencana pondasi asrama
-oo0oo-
MERANCANG ELEMEN NON
STRUKTURAL
penyanSgaan
walaupun elemen non struktural tidak berkaitan langsung terhadap
dengan sistem struktur
beban bangunan, namun secara konstruksi berkaitan erat
atau tidak
yang |angsung seperti letak dan posisi hubungan konstruksinya
elemen struktur'
langsung seperti pengaruhnya terhadap besaran dan bentukan
non-struktural ini
Bahkan sistem struktur dapat juga ditentukan oleh elemen
yang secara langsung berkaitan
karena elemen pembentuk ruang adalah elemen
demikian pembahasan
dengan pemenuhan persyaratan fungsi ruan8. Dengan
mutlak dilakukan'
elemen non-struktural pembentuk ruang ini memang
134 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Langit-langit ruang secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang menggunakan
konstruksi struktur utama (rangkaian usuk atau pelat lantai) atau dengan kata lain tanpa plafond
dan langit-langit yang menggunakan lapisan plafond dengan konstruksi rangka utama sendiri yang
bentuknya tidak terpengaruh dengan konstruksi struktur utama di atasnya. Kedua jenis langit-langit
ini sangat berbeda dalam konstruksinya ataupun kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan.
Untuk dapat menentukan jenis langirlangit mana yang akan dipilih adalah tergantung pada
beberapa hal yaitu;
a. Fungsi Ruang
Ruang-ruang dengan fungsi tertentu menghendaki jenis langit-langit tertentu pula. Fungsi-fungsi
ruang privat termasuk kamar tidur, kamar mandi dan sejenisnya lebih menghendaki plafond yang
Merancang Elemen Non Struktural
| ,,,
sederhana secara arsitektural yaitu rata, tidak banyak menggunakan pola yang rurnit dan
seterusnya.
Sifat langit-langit seperti ini dapat dicapai dengan baik menggunakan piafond atau tidak.
Dag beton
pada ruang di lantai bawah atau rangka atap dengan lapisan penutup atapnya untuk
lantai atas dapat
digunakan langsung sebagai langit-langit. Sementara penggunaan plafond dapat menggunakan
jenis plafond rata dengan rangka kayu atau nretai dengan finishing lembaran
seperti multipleks jika
diinginkan suasana natural, Sypsum board atau eternit jika diinginkan suasana bersih dengan
cat
terang.
Pada ruang-ruang publik dengan fungsi umum pada umurnnya menggunakan kombinasi
antara
langit-langit rata dengan penekanan desain pada tempat-tempat tertentu yang dianggap
lebih penting,
misalnya pada recept ion desk untuk lobby hotel dan sebagainya. Sementara pada ruang-ruang
publik
khusus sepefti gedung auditorium dan ruang-ruang akustik lainnya lebih ditekankan pada
fungsi
plafond selain sebagai pembentuk estetika ruang juga sebagai rnedia peredam atau pemendar
suara
sehingga nreminimalkan terjadinya gaung atau gema.
Gambar 10'2 Contoh desain langit-langit yang sangat berkaitan dengan fungsi
Langit-langit juga dapat berfungsi menentukan bentuk dan ukuran ruang. pemakaian plafond
dapat dipasang pada posisi rendah atau tinggi, membentuk ruang dengan rata atau
bersudut dan
sebagainya' Ukuran ketinggian lebih ditujukan untuk kepentingan arsitektural dan
sistem ruang
fungsinya. Langit-langit yang tinggi dapat memberikan kesan monumental, keagungan ruang dan
sebagainya. Sementara ruang dengan plafond rendah dapat memberikan kesan ruang yang hangat,
intim dan sebagainya. Permainan kesan ruang ini dapat dihadirkan oleh ketinggian plafond yang
membentuk langit-langit sebuah ruang. Begitu juga dengan bentuk ruang, plafond dapat dibentuk
untuk memberikan kesan ruang yang tenang atau lebih ramai dengan hadirnya pola-pola dan
bentuk tertentu.
Untuk kepentingan sistem ruang, pengudaraan alami lebih memerlukan volume ruang yang
lebih besar, sehingga plafond dapat dimaksimalkan ketinggiannya. Sebaliknya ruangan dengan
sistem penghawaan buatan atau AC lebih optimal mempunyai volume ruang yang minimal pada
luasan yang sama, karena diperlukan energi yang lebih besar untuk volume ruang yang lebih besar.
Cambar 10-3 Pengaruh plafond dan ukuran ruang terhadap aspek bangunan
c. Konstruksi Ruang
Pada konstruksi lantai pelat beton dapat menggunakan secara langsurrg pelat dan balok sebagai
langit-langit tanpa harus menggunakan plafond. Oleh karena itu perlu diperhatikan aspek arsitektural
yaitu konfigurasi balok dan pelat lantainya, serta aspek teknis lain termasuk sistem jaringan yang
harus ditanam pada pelat. Pada lantai-lantai di bawah atap, penggunaan rangka atap sebagai plafond
dapat diterapkan dengan menggunakan sudut kemiringan atap sebagai langit-langit. Ekspos rangka
atap termasuk kuda-kuda dan usuk dapat digunakan sebagai element arsitektural yang menarik.
Merancang Elemen Non Struktural
6 ,r,
t-'-,
\.,
a,&
t'I
Plafond Piafond
Konstruk N'r4enenrpel Konsl pada
Ranpka atap I pelat lantal Dinding Rangka Atap/pelat lantai
Gambar 1o'4 Contoh alternatif konstruksi plaiond dan kaitannya dengan slstem struktur atap
Pada ruang-ruang di lantai bawah bangunan bertingkat, lapisan plafond dapat dipasang baik
pada dinding atau rangka pelat lantai ruang. \"ar.rg perlu diperhatikan sekali lagi adalah hal-hal yang
berkaitan dengan sistem jaringan atau sistem ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Konstruksi plafond menggunakan rangka yang dipasang sedemikian sehingga dapat ditutup
dengan lembaran tertentu sesuai dengan ukuran atau modul bahan tersebut. Pola plafond dapat dibuat
berdasarkan modul bahan ini. Rangka plafond dapat menggunakan konstruksi pembantu seperti
pemasangan kabel yang dikaitkan pada pelat atau balok lantai dan juga kuda-kuda pada
lantai atas,
atau tiang-tiang penyangga yang penggunaanya dintegrasikan dengan letak dinding atau partisi.
d. Sistem Ruang
Pembahasan sistem ruang pada plafond menyangkut dua bagian yaitu bagian ruang fungsi itu
sendiri dan ruang antara (plenum) yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur yang terdapat
di atasnya. Ruang fungsi seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat mempunyai volume yang
berbeda untuk jenis sistem pengudaraan yang berbeda. Demikian pula untuk sistem ruang yang
lain seperti view dari dan ke ruang, pencahayaan alami dan sebagainya. Bentuk ruang juga akan
berpengaruh dalam fungsi dan desain ruang. Hal-hal tersebut juga akan berpengaruh dalam desain
plafond ruang.
Ruang plenum yang tercipta diantara lapisan plafond dan struktur di atasnya yang berupa
pelat lantai atau rangka atap dapat berperan juga dalam sistem ruang, yaitu pada penyediaan ruang
perantara yang dapat berfungsi menyekat aliran udara dari dan ke dalam ruang fungsi. Sehingga
panas dari dan ke ruang dapat dihambat untuk beberapa kepentingan.
Ruang plenum itu juga berfungsi sebagai tempat jaringan sistem yang berupa kabel atau pipa
dari dan ke dalarn ruang fungsi. Oleh karena itu perlu diperhatikan ukuran ruang yang tersedia untuk
kepentingan pemasangan dan perawatan jaringan.
a. Konstruksi Dinding
o
o)
!
o)
c
(o
o:
.C
dan pondasi
Dinding non-permanen yang terbuat dari bahan ringan sperti kayu, gypsum, r1an atau bahan
aluminium tidak memerlukan konstruksi lchusus pada pemasangannya. Bahkan dinding ini dapat
dibongkar pasang dengan mudah atau rnoveable. Karena tidak memerlukan konstruksi khusus
dan
mempunyai berat konstruksi yang ringan sehingga dinding ini sangat fleksibel. Dinding ringan
dapat dipasang di mana saja di setiap lantai atau setiap ruang bangunan dengan bebas. Dinding
ini
sangat sesuai untuk bangunan bertingkat banyak karena tidak menimbulkan berat mati
bangunan
yang besar, sehingga sistem struktur akan lebih efisient. Kekurangan jenis dinding
ringan ini adalah
sifat meneruskan suara yang cukup tinggi. Apalagi jika dinding hanya terdiri dari satu lapis
tanpa
menggunakan elemen peredam suara yang lain, maka kenyamanan ruang akan terganggu.
.:. Struktural )
membentuk ruang
.:. Non struktural ) dibentuk ruang
140 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Dinding interior berfungsi sebagai penyekat ruang fungsi. Fungsi ini akan sangat berpengaruh
pada konstrr-rksi yang akan diterapkan pada dinding yang bersangkutan. Dinding yang berfungsi
menyekat ruang fungsi privat harus dibuat dari dinding permanent yang dapat terbuat dari dinding
batu bata yangberat. Oleh karena itu alternatif lain memang dapat dipakai selama mmberikan sifat
dinding yang permanent dan meredam suara. Disamping itu juga harus dipikirkan sifat kontruksi
permanent yang tidak mudah dibongkar sehingga akan memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam ruang yang ideal.
Sebaliknya pada dinding non-permanent lebih ideal digunakan untuk ruang yang tidak
memerlukan tingkat privasi dan keamanan yang tinggi karena mudah dibongkar. Dinding ini
digunakan untuk ruang yang sering berubah kegunaan seperti perkantoran dan sebagainya.
Dinding juga berfungsi lain sebagai tempat jaringan sistem yang ada pada ruang fungsi. Jaringan
yang bersifat permanent seperti pipa air brsih dan kotor dapat dipasang pada kontruksi dinding
permanent. Sementara Dinding non-permanent hanya dapat menampung jaringan kabel baik dari
listrik daya atau listrik lemah seperti sound system dan telekomunikasi.
Kabel dan pipa air yang dipasang secara bersamaan pada dinding permanent harus memenuhi
persyaratan jarak tertentu karena jika tidak, dikhawatirkan akan mudah terjadinya hubungan pendek
(konsleeting) pada kabel listrik dan air.
Pipa air yang dipasang pada dinding juga harus menggunakan pipa kedap air yang anti bocor
sehingga tidak terjadi rembesan air yang dapat berpengaruh baik pada dinding atau jaringan itu
sendiri. Dinding-dinding yang cenderung lembab sepanjang waktu seperti kamar mandi sebaiknya
tidak dipakai untuk menanam jaringan kabel. Dinding yang tidak dijaga dari kelembaban akibat
kebocoran air akan mudah mengalami kerusakan. Untuk mengantisipasi kerusakan jaringan, dinding
tempat ditanamnya pipa air dan kabel harus mudah dijangkau untuk mengadakan bongkar pasang
jaringan..
As ruang
N
r k
(o cLo N
k
cL o (!
o = o) l-
t-
CA o
SA E*
{+
Di bawah lantai juga dapat dipasang jalur-jalur sistem kabel atau pipa, sehingga berapa
pada kemiringan dan jarak tempuh kabel
ketinggian urugan pasir yang harus disediakan tergantung
jalur-jalur kabel atau pipa ini dapat dibuat
atau pipa. Untuk kemudahair bongkar pasang, biasanya
fleksibel mewadahi ialur-jalur ini dapat
khusus. pada ruang-ruang yang menghendaki lantainya lebih
pada ruang-ruan8 audio visualatau ruang
menggunakan lantai panggung atau raised floor, misalnya
komputer.
kepentingan sltem
Gambar 10-9 Raised floor dan Hanged Plafand, lantai yang digunakan untuk
i
Merancang Elemen Non Struktural t 143
Atap disamping berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas matahari dan curah hujan, juga
berfungsi sebagai pengatur udara dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Beberapa bagian atap
dapat digolongkan sebagai elemen non struktural karena tidak berfungsi sebagai sistem penyangga
beban, yaitu: tritis, talang, kanopi, skylight dsb. Bagian-bagian ini adalah merupakan ragam dari atap
bangunan yang akan berkaitan langsung dengan rangka utama atap atau rangka utama bangunan.
a. Tritis
Pada bangunan bertingkat tritis terdiri dari dua macam, tritis pada bagian lantai atas adalah bagian
dari struktur atap yaitu perpanjangan usuk, sedangkan tritis pada lantai bawah dapat merupakan
tritis mandiri yang didukung oleh konsol pada dinding eksterior. Lebar tritis menyesuaikan fungsi
perlindungan yang ada di bawahnya. Dinding, pintu dan jendela adalah bagian-bagian bangunan
yang biasanya dilindungi oleh tritis dari sengatan sinar matahari langsung dan curah hujan, namun
juga sekaligus memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang.
144 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Untuk menentukan ukuran dan letak tritis yang optimal, maka perbandingan antara ukuran
bukaan dan lebar tritis diperlukan. Besar sudut yang diinginkan untuk mulainya dan berakhirnya
perlindungan ini dapat ditentukan dengan melihat posisi matahari pada jam tertentu. Radiasi sinar
matahari langsung ini biasanya diawali untuk diihindari pada pukul 9 pagi sampai jam 3 sore, sehingga
rata-rata sudut yang diperlukan untuk melindungi bukaan berkisar 40 - 45 derajad. Perlindungan ini
dilakukan pada posisi muka bangunan di bagian Timur dan Barat bangunan. Sedangkan pada bagian
Utara dan Selatan bangunan lebih ditujukan untuk perlindungan terhadap percikan air hujan yang
cukup tinggi pada kawasan tropis basah.
Selain juga berfurrgsi sebagai elemen eksterior pembentuk fagade bangunan, sirip ini juga dapat
difungsikan untuk kepentingan sistem atau hanya sekedar dipakai untuk meletakkan bagian sistem
bangunan antara lain seperti kabel-kabel dan pipa-pipa atau juga dapat berupa unit exterior AC split
yang dipadukan dengan faEade bangunan. Sistem-sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami
sangat berkaitan langsung dengan desain tritis atau sirip bangunan ini. Demikian juga dengan sistem
yang lain seperti view atau pengaturan kebisingan nolse dapat diintegrasikan.
Shading adalah teknik perlindungan terhadap sinar matahari langsung pada ruangan interior
dengan tetap memasukkan cahaya dan view dari dan ke dalam ruangan bangunan. Shading ini dapat
berupa deretan konstruksi sirip vertikal atau horisontal yang dibentuk dengan dinding atau beton
bertulang atau bahan lain seperti glass reinforced concrete (CRC) yang mempunyai berat lebih ringan
dari beton sehingga dapat dipasang di nranapun secara lebih fleksibel karena tidak tergantung
',t:J-
'1+'
ii
1:
Macam tritis:
'l ...i
., " ,:,
tt
rdi
' "t'* ,!
l-i
dil-nr' -
r d.{.4 'lt
i,\
l'*7 . ""
i,:..t
' ,t'. s
.t : -t
] .J J
tl!
l- * '
, , i ""
i,l
"j
i
1
.,
.r ' -r-
b. Talang
Talang adalah tempat bertemunya sisi atap pada bagian dalamnya. Talang berfungsi sebagai
tempat bertemunya aliran air hujan sebelum jatuh ke tanah atau dialirkan melalui pipa drainase ke
tanah. Talang ini dapat berupa talang miring yaitu bertemunya bidang atap secara tegak lurus dan
talang datar yaitu tempat bertemunya dua atap yang saling berhadapan. Talang yang ke dua ini tidak
dianjurkan dan sebaiknya dihindari karena relatif mudah dapat menimbulkan kebocoran.
Konstruksi talang dibentuk clari bertemunya usuk dengan usuk pada bidang atap yang berbeda,
atau antara usuk dengan dinding.iika atap bertemu dengan tepi bangunan atau bangunan yang lain.
pada bagian atas talang dilapisi clengan seng atau lapisan karpet plastik yang mengalirkan air. Bahan
yang tidak tembus air yang tidak mudah bocor diperlukan agar ruangan tidak mudah dialiri air hujan.
Merancang Elemen Non Struktural
& ,0,
Begitu juga dengan kemiringan talang harus diperhatikan sehingga air tidak sampai tergenang pada
atap. Air yang tergenang disamping akan cepat meruskkan konstruki talang juga akan menyebabkan
kesehatan bangunan terganggu.
c Kanopi
Kanopi adalah atap yang digunakan untuk bentukan tertentu semacam teras atau main entrance
bangunan. Kanopi ini dapat berupa atap miring yang menggunakan genteng atau atap datar yang
menggunakan dag beton. Kanopi ini sebenarnya adalah bentuk struktur yang lebih kecil, tetapi bukan
merupakan bagian dari sistem struktur utama. Perlengkapan atap kanopi ini juga sama dengan atap
utama yang dapat berupa tritis dan juga talang. Kanopi diletakkan di sekitar dinding luar bangunan.
d. Skylight
Skylight adalah bagian atap utama yang difungsikan untuk memasukkan sinar matahari ke dalam
ruang atau bangunan. Skylight ini dapat merupakan struktur sendiri pada rangka atap atau bagian dari
atap yang dinaik turunkan sehingga membentuk celah yang dapat digunakan untuk memasukkan sinar
matahari dan udara ke dalam bangunan. Skylight inijuga dapat menggunakan finishing transparant
sehingga dapat ditembus oleh sinar matahari.
Konstruksi skylight yang menggunakan bagian atap didapatkan dari tambahan konstruksi
pada bidang atap atau pada konstruksi gording atau usuknya. Sedangkan pada konstruksi mandiri,
menggunakan sistem struktur sendiri seperti kuda kuda atau rangka lain yang menggunakan finishing
atau penutup atap transparant.
Dincling yang berhubungan langsung dengan area lernbab seperti dinding ekspos pada dinding
eksterior dan dinding yang berhubungan dengan tanah permukaan cenderung menerima udara
lenibab atau air secrara langsung. Kondisi ini akan cepat mernbuat dinding terutama pada plaster
atau finishingnya mengalami kerusakan atau juga ditumbuhi berbagai jamur dan lumut yang akan
merusak estetika bangunan, mengganggu kesehatan dan terganggunya fungsi bangunan. Dinding
ini harus dilindungi dengan konstruksi spesi dan plaster yang kedap air (PC 1:3) dan lapisan lain
baik berupa lapisan finishing yang dipasang (keramik, ubin dsb) atau yang dikuaskan (cat kedap air,
water-proolring dsb).
Dinding modern yang sering digunakan pada bangunan bertingkat banyak dapat menggunakan
dinding panil yang terbuat dari kaca atau fiber yang disebut dengan cladding system. Dinding jenis ini
mempunyai keuntungan berat konstruksi yang ringan sehingga tidak dibutuhkan konstruksi khusus
dan tidak menambah berat struktur secara berarti. Konstruksi dinding dapat menggunakan rangka
baik kayu atau metal dengan teknik paku atau baut pada struktur utama. Bukaan juga dapat dibuat
baik dengan daun atau tidak. Perlu diperhatikan sifat kaca yang menyebabkan "efek rumah kaca",
yaitu akan menciptakan suhu yang lebih tinggi pada ruang.
Pintu atau jendela adalah elemen bukaan dinding yang digunakan untuk kepentingan sirkulasi
udara dan cahaya ataupun untuk kepentingan view dan juga sebagai pembentuk fagade bangunan.
Karena fungsinya yang beragam ini desain pintu dan jendela juga harus memadukan semua
kepentingan bangunan tersebut dengan baik.
Merancang Elemen Non Struktural
E ,0,
IE
!
II
i:iitir
lo'rl
LB;
(;
Keterangan:
@ rintu upal {4 set) [.lt ) Lenoeta Kamar (6 sett fflti eintu.ten,ieta {2 seti
E
:f,
all =
TJL
a=
th
,8fi
lCn
t-t
L
(!
Gambar 10-20 Contoh penggunan dinding kaca bingkai alumunium cladding system
-oo0oo-
MERANCANG SANITAS!
BANGUNAN
Sistem sanitasi yang terdiri dari sistem air bersih, air kotor dan kotoran akan sangat
berkaitan secara langsung dengan sistem struktur dan konstruksi bangunan.
Keterkaitan struktur tidak akan terlepas dari mulai penyediaan, distribusi,
pemakaian, distribusi balik dan pengolahan serta pembuangan. Semua
itu memerlukan fasilitas khusus pada bangunan, maka perencanaan sistem
merupakan standard pokok bangunan. Desain yang berhasil pada bangunan
akan memberikan keterpaduan sistem-sistem ini dengan bangunan baik pada
sistem struktur itu sendiri ataupun pengaruhnya pada bentukan, kenyamanan
dan kesehatan bangunan dan sebagainya
i
154 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Pada proses penyediaan diperlukan ruang khusus penyimpan atau bak air baik di atas atau
di bawah bangunan tergantung sistem yang dipakai, sedangkan pada distribusi diperlukan ruang
khusus bagi pipa distribusi baik secara vertikal atau secara horisontal.
Secara struktural, bak pada bagian bawah bangunan ini dapat berkaitan langsung dengan struktur
bangunan atau berdiri sendiri di luar struktur utama bangunan. Bak penyedia di bawah ini dapat
dibuat dengan bak beton bertulang atau tangki baja yang ditanam di dalam tanah. Ruang pompa juga
harus disediakan dengan baik dan mudah dijangkau, karena sistem ini idealnya menggunakan mesin
pompa ganda yang akan bekerja secara otomatis jika satu pompa mengalami gangguan.
Gambar 11-1 Water tank yang terletak di slte bangunan dan pompanya
Keuntungan sistem ini secara struktural adalah karena tidak diperlukan bak air di atas bangunan,
sehingga struktur bangunan tidak harus didesain lebih kuat atau lebih besar yang akhirnya akan lebih
mahal. Keuntungan yang lain adalah hanya dengan dipakainya satu pipa distribusi saja sekali jalan
!
Merancang Sanitasi Bangunan
I 1ss
dari bawah ke atas. Sedangkan dari atas ke bawah adalah sudah merupakan sistem ditribusi air kotor.
Kerugian sistem ini adalah dengan bekerjanya pompa secara terus menerus. Sehingga akan relatif
mengkonsumsi tenaga Iistrik yang besar. Disamping itu sistem ini juga rentan terhadap kemacetan
aliran air akibat kerusakan pompa, sehingga harus menggunakan pompa ganda.
Secara struktural, bak penyedia ini dapat juga berkaitan langsung dengan sistem struktur bangunan
atau tidak. Bak air yang dipasang pada bagian atas bangunan harus mempertimbangkan kemampuan
sistem struktur untuk menopang beban air pada bak. Kapasitas air perlu diperhatikan karena berat
air satu liter identik dengan berat satu kilogram. Sehingga baik air dengan setiap kapasitas volume 1
meter kubik identik dengan 1000 liter air dan akan mempunyai berat setara 1 ton.
cambar 11-2 water tower yang berupa tangki atau bak pelat beton di atap
Sistem ini akan sepenuhnya didistribusikan dengan gaya gravitasi sehingga tidak
memerlukan
air dari sumber
energi yang besar untuk mengalirkan air. Pompa hanya diperlukan untuk menaikkan
pada kurun
menuju bak penampung yang ada di atas saja, sehingga pompa hanya akan bekerja
pipa yang lebih banyak
waktu tertentu saja. Kerugian sistem ini adalah harus clengan menggunakan
karena pipa suplay (ke atas) akan berbeda dengan pipa distribusi (ke bawah). Begitu juga dengan
posisi bak air yang harus di atas, sehingga akan memerlukan beaya khusus untuk mengkuatkan
menara khusus untuk
sistem struktur (jika menjadi satu dengan bangunan) atau harus mendirikan
keperluan ini (water tower)'
Ukuran bak air ini harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan bangunan dan fungsinya.
Pada bangunan hunian, kapaitas air bersih ini lebih besar dengan mengambil pedoman kebutuhan
air bersih sebesar 100 liter setiap orang per satu hari. Bangunan lain seperti kantor dan sekolah dapat
lebih rendah dari ketentuan tersebut. Namun hal lain yang diperhatikan adalah juga berapa jumlah
pemakai pada satu bangunan dalam satu harinya. Jumlah pemakai ini selanjutnya menentukan volume
bak yang harus disediakan. Pada bak air bersih juga dapat digabungkan kebutuhan air yang akan
dipakai untuk keperluan hydrantdan sprinklers. Kebutuhan air ini biasanya maksimal disediakan 1/3
volume setiap bak pada bagian bawah. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengindari ikutnya endapan
lumpur dan sejenisnya pada distribusi air bersih. Jika diperlukan volume yang lebih, dibutuhkan bak
khusus untuk keperluan itu. Detail bak air ini harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan
seperti permukaan dasar yang miring ke arah bukaan, pemakaian tutup yang mudah dibuka dan
sebagainya. Posisi bak ini juga harus terlindung dari sinar matahari langsung untuk menghindari
tumbuhnya lumut pada bak yang dapat membuat air menjadi kotor.
Gambar 11-4 Desain bak air yang berkaitan dengan bentuk arsitektur
Pada distribusi, pipa-pipa jaringan harus diletakkan pada jalur shaftvertikal atau horisontal. Pipa
vertikal biasanya lebih besar karena merupakan jalur distribusi primer sedangkan jalur horisontal
dapat lebih kecil karena merupakan jalur sekunder. Ruang shaft yang disediakan untuk jalur jaringan
ini juga disesuaikan dengan kebutuhan ruang untuk pipa dan teknis pemasangan dan perawatannya.
Shaft vertikal dapat biasanya berada pada area service semacam area kamar mandi dan peturasan
ataupun area tangga utama atau darurat. Sedangkan shaft horisontal dapat berada di bawah lantai
atau di atas plafond. Shaft-shaft ini harus mudah diakses untuk kepentingan perawatan dan perbaikan
jaringan.
158 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar 11-5 Konstruksi shaft horisontal di lantai dan di bawah pelat lantai
Sistem sanitasi harus ditentukan terlebih dahulu untuk dapat mendesain elemen sanitasi di atas.
Sistem ini secara garis besar dimulai dari jaringan air kotor dan jaringan kotoran kemudian menuju
bak pengurai lalu menuju peresapan atau buangan.
Voiunte bak septic-tank yang harus elisediakan harus dihitung dari rata-rata kotoran atau juga air
kotor jika bak juga dipakai untuk mengr:ndapkan air kotor. Jika hanya mnampung kotoran dari WC,
volume tampungnya dapat menggurrakan standarcl minimal 15 liter per orang per hari. Sehingga
perhitungan harus dilakukan terhadap jurnlah penghuni dikalikan 15 liter dikalikan 3 hari waktu
yang dibutuhkan untuk nienguraikan koioran, sehingga volume minimal dapat ditentukan. Jika bak
septictank juga dipakai untuk air kotor maka volume penampungan harus dihitung identik dengan
kebutuhan air bersih yaitu i00 liter per orang per hari selama 3 hari. Perlu diwaspadai pemakaian
deterjent yang keras agar dihindarkan rnasuk ke dalam bak pengurai untul< menjaga agar kinerja
bakteri pengurai tidak terganggu, kareira bagaimanapun juga diantara jenis deterjent dan zat kimia
lain ada yang mengandung zat yang sulit untLlk diuraikan terutama dalam jumlah komulatif yang
banyak. Untuk mengantisipasi ini, khusus pada huangan air cucian pakaian tidak diikutkan masuk ke
dalam bak pengurai, narnun perlti diseciiakan bak pengendap khusus sebelum masuk ke peresapan
atau riol kota.
'100
tttt 4oo
120, 12fr
,'120,
I 7s0 tl
rltt ilt DENAH STPIIC TANK
PenrJtup Polet Beton
untuk lubang 40xt0 cm
Kolak Porns€ah
Kot*an r
t'-r-:'
l,___tli1-, Lsoo
__yy l*' 7so ll_ Qa
l:
POTNTJGAN .IFPIICK TANG(
Pemauk€an tanah
i
'T0i
rocn]
Macam peresapan:
-,-
,120
i --"--
600 120 120i 490 12Q,
l
1i
up Beton Bertulang
400 124
l
POTONGAN
BAK KONTROLAIR KOTOR
POTONGAN
BAK PENANGKAP LEMAK
!
I
>{
[.:,r, :,..".:l I
i
ii
l'l tartrJ
l,
rt
I
ll
Keterangan:
SAB SumurAir Bersih ----> Pipa P/imer
Pipa Sekunder
SPAH Sumur ResapanAir Hujan
BK Bak Koniroi
,1
. .\
i,f i.;ti;lr*"""
.c l +812
+3 06
Gambar 11-10 Contoh detail area kamar mandi dan sYstem pentipaannya
-oo0oo-
MERANCANG TAMPAK DAN
POTONGAN
Cambar kerja tampak dan potongan pada proses merancang bangunan adalah hasil
dari pemikiran semua aspek bangunan. Potongan dan tampak bangurran belum
dapat dipastikan jika masih terdapat persoalan pada bangunan. Oleh karena
itu pada pembahasan ini diletakkan pada bagian paling akhir sebagai hasil.
Terkadang gambar denah, tampak dan potongan dalam proses desain disebut
juga sebagai gambar "pre-design" yang masih dimungkinkan untuk mengalami
perubahan. Setelah perubahan dan penyempurnaan dilakukan, maka hasilnya
adalah gambar kerja sebagai dokumen perancangan akhir
hl e r an ca n g Ban gu n an Cu'dung B e rti n gkat Rendah
168 I
, Gunurtq-Qurturto
, WCrler fol,ter f>lqt Ll20
+9.31
Y
+6.56r
+5.5q
,Ringbolk tSl20 cn'r
,Sloaf 15120 cm
I
,Faot plol
+0.00
Vl
l
:0 01q
l
-1.10 vr
-20g
l
I Potongan a-a
I
400
Potongan dalam gambar kerja arsitektur biasanya sengaja diletakkan pada bagian-bagian yang
memerlukan penjelasan lebih rinci yang dapat menunjukkan prinsip bangunan secara keseluruhan.
Baik sistem struktur ataupun sistem yang lain dalam bangunan harus dapat ditunjukkan dengan baik
dan jelas. Oleh karena itu bagian-bagian dalam bangunan yang sering tepat dipotong adalah ruang-
ruang seperti kamar mandi, tangga, shaft serta ruang-ruang khusus seperti ruang yang mempunyai
ukuran lebih besar, lebih tinggi dan sebagainya. Bagian-bagian itu ditunjukkan disamping untuk
memperlihatkan keterpaduannya dengan elemen bangunan lain juga ditujukan untuk memperjelas
masing-masing ruang tersebut yang biasanya diperlukan potongan detail dengan skala yang lebih
besar. Demikian juga dengan letak, arah serta posisi potongan diperlukan keberagamannya sehingga
informasi mengenai bangunan ini akan dapat ditunjukkan dengan jelas.
t__.-_-
6d s
i
6 66 6 6 d d d A
(] rh ,A
frtF I
6roait /r\
;i-6-----Et
---TT-i-r--T--=] .r.ru
6 db66dd6 6
Potongan ruang yang hanya menunjukan bentuk dan suasana ruang biasanya dapat digambar
dengan menggunakan metoda potongan tertentu seperti potongan tiga dimensi atau potongan
perspektif atau axonometri. Potongan ini lebih bersifat arsitektural karena belum dapat dipakai sebagai
gambar pelaksanaan di lapangan. Cambar potongan sejenis ini lebih ditujukan untuk kepentingan
pencarian gagasan atau presentasi.
Merancang Tampak dan Potongan
| ,r,
1 2.1 .3 Potongan Struktural
Fungsi utama gambar potongan lengkap pada bangunan adalah untuk menunjukkan prinsip
struktur secara jelas. Oleh karena itu teknis penggambaran potongan tidaklah seperti teknik
memotong kue dan memandanganya pada arah samping apa adanya seperti pada teknik arsitektural
di atas. Teknik seperti itu justeru akan membingungkan karena tidak dapat memuat informasi yang
lengkap dan jelas. Karena gambar potongan harus menunjukkan posisi sistem dengan lengkap, maka
sekalipun bagian bangunan tersebut terdapat pada bagian belakang pandangan, elemen tersebut tetap
akan digambar. Begitu juga dengan elemen yang berada secara tidak langsung pada garis potongnya
pada denah, jika merupakan bagian utama dari sistem struktur, seperti pondasi, kolom, balok, kuda-
kuda dan sebagainya tetap diperlihatkan dalam potongan. Caris potong pada denah lebih ditujukan
untuk menunjukkan posisi ruang dan bukan pada posisi elemen atau sistem.
12.1.4Potongan Detail
Potongan juga d iperlukan untuk memperjelas detail konstruksi bangunan tertentu. Potongan detail
ini sifatnya lebih teknis dan akan dipergunakan secara langsung baik sebagai pedoman pelaksanaan
ataupun sebagai pedoman untuk memprakirakan harga bangunan (RAB) karena perhitungan baik
jenis bahan ataupun ukurannya beserta posisinya baru dapat dihitung jika dengan gambar jelas.
Dengan demikian gambar detail ini sangat diperlukan pada setiap bagian dalam bangunan dengan
sangat jelas beserta notasi ketentuan bahan dan ukuran untuk dapat dilaksanakannya bangunan
dengan benar.
Potongan detail dalam satu rangkaian konstruksi juga dapat digambarkan secara sekaligus.
Potongan ini biasanya disebut dengan potongan prinsip yang akan menunjukkan dengan jelas
prinsip-prinsip dalam satu bagian atau elemen bangunan seperti potongan pada area kamar mandi
dengan shaftnya, potongan pada bagian atap bangunan beserta konstruksi pelengkapnya seperti
talang dan bubungan, potongan pada dinding luar bangunan yang berkaitan dengan tritis serta
kanopi dan sebagainya.
172 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Atap Genteng
Kuda-kuda kayu 8/16
Rangka plafond 4/6
BV 100 x 50 cm
Listplank 2/20
Jendela swing
BV 100 x 50 cm
Sirip pelat beton 10 cm
Keramik 30x30
Pasir urug 10 cm
Sloof 15/30 cm
Pondasibatukali
Pondasi Footplate 90 x 90 cn
--rlrsol zso l
Id uoot'r
l--_1-- 'l r
,
"1-
I
ol
OI
'l
;r TAMAN BELAKANG , i o!
C'l
!tr
ol
--l
I
I
I
.,l
l
l
'--"i--
OI
_.:t.
--T '-'1 -
l
Bi .i ot
(f,
R ldur
r 0.00
I
Utama
I
ol
ol
3i
l
I
I i
_l_
I
-t- l
tr)ilo c)
,&l ; ,i\A
I
t\i Cf
dti 6l
RUANG KELIIARGA
:-.-l
I i
I
. 6 _]__
ol * ror
o; ;N.
O-i
'l o .*+-
O]
1
I
ol
c!l l
I
I
I
..---t--
--1- I
oi
()l
6ll
I
oi
oi
i
(.rl
I n
rl
*T
I
I :::j1
Potongan pada area tangga memperlihatkan konstruksi tangga dengan pondasi atau balok serta
lantai di atas dan di bawahnya, memperlihatkan desain anak tangga dan pegangan atau raillingtangga
menunjukkan ruang yang berhubungan langsung dengan tangga, menunjukkan sistem pencahal,aa-
dan pengudaraan di sekitar tangBa dan sebagainya. Pada area dekat tangga juga dapat diperlihatk;-
kaitan dengan sistem.iaringan yang mungkin seperti shaft untuk kabel listrik atau telepon.
Potongan khusus pada shaft-shaft selain akan menunjukkan konstruksi dan ukuran, juga ar.-
menunjukkan hubungan shaft dengan ruang yang dilayaninya. Serta kaitan dengan sistem ia-;
diwadahi dengan shaft tersebut seperti posisi bak-bak penyedia atau penampung pada siste- . -
176 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
bersih dan air kotor, ruang-ruang pompa, atau ruang mesin serta panel-panel pada shaft listrik atau
lift dan sebagainya.
Potongan pada ruang-ruang khusus dalam bangunan akan menunjukkan bagaimana sistem
struktur ruang tersebut terhadap bangunan. Ruang yang lebar akan menunjukkan struktur untuk
mengantisipasi bentangan yang lebar serta kaitan ruang tersebut dengan ruang lain pada lantai
yang sama atau pada lantai yang berbeda. Ruang yang lebih tinggi akan menunjukkan bagaimana
ketinggian ruang akan diperoleh, apakah dengan menaikkan elemen ruang seperti plafond
Bagian pondasi yang perlu dijelaskan adalah penggunaan sitem pondasi dalam dan dangkal yang
mungkin digunakan, penggunaan jenis pondasi dangkal menerus untuk dinding atau titik untuk kolom,
serta penggunaan pondasiyang lebih kecil seperti rolaag dan juga sloof yang berfungsi sebagai pondasi.
|',0,
irn ru
T-
I
Pqn,
I 450l,*lI
I11001 {'osl
I
i .r
rl----_ (-qjo 150 4s0
6)
Gambar 12-G Contoh potongan bangunan asrama 3 lantai melintang
Merancang Tampak dan potongan
| ,,,
-_
Tangki Air Dingrn/panas.
,40 ff:-TfEl
-/ lt I
l*1-
t--
(3)
{' Kamar mandi ) prinsip pelat lantai, finishing lantai atau dinding, plafond
dan jaringanny,a
* Void tangga )konstruksi tangga dan anak tangga
.t Shaft ) konstruksi shaft dan sistem di dalamnya
* Ruang khusus ) ruang lebar atau tinggi
178 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
I
I
I
I
I
._.J
Dalam gambar tampak juga akan memuat informasi bagaimana atap bangunan terbentuk.
Atap juga merupakan elemen tampak utama bangunan terutama bangunan rendah atau
bertingkat
rendah. Kadang karena akibat hasil tampak yang kurang proporsional atau kurang
sesuai dengan
tujuan perencana semua gambar baik denah ataupun potongan bahkan fungsi ruang yang
ada di
dalam bangunan dapat dirubah atau disesuaikan. Dengan demikian ketiga gambar
utama baik denah.
potongan dan tampak saling kuat keterikatannya sekaligus saling dapat
mempengaruhi untuk dapa:
dihasilkan desain yang ideal. Seorang arsitek yang bijaksana harus dapat mengintegrasikan
sem-a
aspek bangunannya yang dicerminkan ke dalam ketiga gambar utama tersebut.
180 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
TAIiPAK DEPAN
Gambar 12-10 Contoh gambar tampak rumah 2 lantai
Merancang Tampak dan Potongan I ,,,
TAMPAK DEPAN
Bangunan bertingkat dengan fungsi ini harus didesain dengan aspek kekuatan bangunan
yang lebih, sistem mekanikal yang mampu bekerja mandiri, sistem sirkulasi baik horisontal dan
vertikal yang mudah dan aman, serta penggunaan bahan bangunan yang dapat bertahan pada kondisi
ekstrim serta tidak menimbulkan ancaman pada pengguna bangunan dan orang-orang di sekelilingnya.
ASPEK BANGUNAN
TERHADAP KONDISIGAWAT DARURAT
{} {->
SistemStruktur Sistem-sistem Sistem Sirkulasi
, dan Bahan Bangunan Bangaunan
Struktur bangunan rumah sakit, puskesmas, ataupun klinik harus didesain mampu menghadapi
bencana yang umum terjadi di lndonesia seperti gempa dan banjir. Pada bangunan perawatan yang
bertingkat, struktur yang kaku lebih diutamakan untuk meminimalisasi perubahan bentuk yang cepat
pada bangunan. Rangka kaku beton bertulang mempunyai kekakuan yang lebih tinggi dibanding
sistem struktur lainnya sehingga pasien akan lebih aman baik fisik ataupun kejiwaannya. Di samping
itu, beton bertulang lebih mampu bertahan terhadap api, sehingga tidak mudah terbakar, walaupun
secara teknis bangunan dengan struktur ringan kayu ataupun baja sebenarnya lebih mampu bertahan
terhadap gempa.
Rangka kaku yang kaku akan dapat diperoleh dengan menggunakan rangka kolom balok beton
bertulang yang dipadukan dengan pelat lantai beton bertulang. Kolom-kolom harus diletakkan sesuai
dengan besaran kamar perawatan yang relatif cenderung lebih rapat. Hal ini dilakukan selain untuk
mengkakukan sistem struktur juga mencegah ukuran balok dan kolom yang besar karena bentangan
antar kolom yang besar. Ukuran elemen struktur yang besar akan menambah berat bangunan
sehingga akan menambah resiko guling potensial terhadap goncangan gempa. Demikian juga untuk
menghadapi bahaya banjir, struktur kaku berat berton bertulang lebih mampu bertahan dibanding
dengan struktur ringan.
Konfigurasi sistem struktur dengan banyak menggunakan kolom dan balok dengan jarak antar
elemen yang rapat ini dapat juga digabungkan dengan penggunaan elemen dinding pemikul (bearing
wall) yang mampu menahan gaya lateral gempa bumi sehingga menjadi dinding geser (shear wall).
Shear wall ini digunakan untuk mengkakukan bangunan karena berfungsi sebagai pelat vertikal kaku.
Dengan cara seperti ini maka kekakuan bangunan diharapkan mampu mengatasi kondisi darurat
bencana alam atau bahkan perang sekalipun.
\ :f -jr
ld-
Bangunan yang ditujukan mampu digunakan pada keadaan darurat harus dapat berfungsi mandiri
tanpa harus disuplay dari sistem eksternal. Listrik, air, dan juga telepon harus dapat digunakan ketika
jaringan umum sudah tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu sistem bangunan harus direncanakan
mempunyai generator pembangkit listrik (genset) yang cukup untuk mensuplay semua peralatan dan
pencahayaan yang ada. Demikian juga dengan suplay air harus mempunyai sumber air bersih sendiri
ataupun sumur air dalam yang mampu menyediakan air dalam jumlah yang mencukupi. Jika tidak
memungkinkan, tangki persediaan air harus dibuat dengan kapasitas yang diperhitungkan terhadap
lamanya bencana yang akan terjadi hingga kondisi kembal normal. Telekomunikasi juga tidak harus
bergantung dengan jaringan telepon ataupun operator komersial. Saluran komunikasi radio diperlu-
kan untuk mendukung cadangan komunikasi jika bencana terjadi.
Selain mempunyai sistem mandiri, bangunan seperti rumah sakit juga harus mempunyai sistem
mekanikal yang mampu bertahan pada kondisi bencana. Penggunaan bahan yang tahan terhadap
goncangan gempa dan naiknya air banjir juga harus disediakan. Pipa-pipa air sebaiknya tidak
menggunakan bahan plastik yang dapat mudah pecah, demikian juga dengan kabel-kabel listrik yang
harus dibuat tahan terhadap rembesan air banjir sehingga justeru tidak akan menambah kekacauan
akibat konsleeting listrik dan sebagainya.
Untuk menjaga sistem mandiri yang bebas gangguan bencana ini, ruang-ruang sistem harus
disediakan pada ruang khusus. Basement adalah ruang yang sering digunakan untuk itu, namun
ancaman potensi banjir harus diperhitungkan agar basement terbebas dari genangan air, jika tidak,
188 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
maka ruang-ruang isban ini justeru harus diletakkan pada ruang yang lebih tinggi dibanding dengan
permukaan air tanah.
Gambar 13-5 Peletakan ruang sistem yang aman dari jangkauan baniir pada bangunan gawat daru-
rat
Bangunan yang digunakan untuk kondisi darurat harus menggunakan sistem sirkulasi yang
mudah digunakan seperti pada selasar untuk sirkulasi horisontal dan tangga untuk sirkulasi vertikal.
pintu utama dan selasar harus dibuat dengan mempertimbangkan aksesibilitas dengan menggunakan
roda seperti kursi roda, bed tandu, dan juga alat pengangkut barang. Perbedaan ketinggian selasar
harus dibuat dengan menggunakan ramp sudut maksimal 15 derajad (1:20) sehingga alat beroda
dapat digunakan untuk mengakses semua ruangan dalam bangunan.
Untuk sirkulasi vertikal, lift adalah alat wajib yang harus disediakan, sehingga pasien berkursi
roda ataupun dalam bed dapat dinaik turunkan dengan mudah. Pada sirkulasi vertikal, tangga juga
masih diperlukan agar pengguna bangunan tidak semuanya menggunakan lift untuk mengurangi
beban operasional bangunan. Pengguna yang mampu menggunakan tangga bahkan disarankan untuk
menggunakan tangga untuk satu atau dua lantai naik dan turun. Kemiringan tangga yang berkaitan
dengan perbandingan lebar dan tinggi anak tangga harus dirancang aman namun juga nyaman,
dalam arti tidak terlalu curam dan juga tidak terlalu landai.
Tangga darurat juga harus disediakan untuk bangunan gawat darurat agar penggu-
na dapat memungkinkan untuk dievakuasi dengan mudah jika diperlukan. Walapun lift ha-
rus dapat difungsikan dalam kondisi darurat dengan menggunakan genset, namun jumlah peng-
guna yang besar pada bangunan harus dapat diantisipasi dengan tangga darurat yang khusus.
Evakuasi pasien yang mampu berjalan harus memungkinkan dilakukan lewat tangga daru-
rat dengan desain tangga yang tidak terlalu curam. Kemiringan tangga berkisar antara 25-
30 derajat dapat digunakan untuk tujuan ini. Lebar anak tangga minimal 30 cm dengan karet
penahan (anti slip) di ujungnya harus dibuat agar keamanan pengguna dapat dijamin.
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,u,
POTONGAN
Aksesibiltas bangunan gawat darurat juga harus dibuat agar pintu masuk utama mudah dikenali
oleh orang yang sama sekali belum pernah masuk atau mengenali kompleks bangunan. Pintu
masuk utama harus dirancang paling mudah terlihat dan juga paling dekat dengan gerbang masuk
ini. Ukuran pintu rnasuk juga harus besar selain untuk fungsi juga dimaksudkan untuk
site fasilitas
penunjuk visual orang yang isban. Signage atau label penunjuk juga sangat penting pada seluruh
bagian bangunan baik panduan menuju atau meinggalkan ruang tertentu. Tanda-tanda harus dibuat
mudah terlihat, terletak di tempat strategis dan bahkan harus terlihat pada kondisi tanpa penerangan
sekalipun.
ffi rt m
:MT rcI uryr w ffi rcil
r$H
tH
rcil rffi ISET
ffi
reil m ffi Effi
(ADA compliant)
Cambar 13.-7 Berbagai signage pada bangunan gawat darurat
dinding yang kedap air tidak cukup hanya dipasang pada dinding bagian bawah, tetapi juga pada
seluruh dinding pada lantai dasar. Untuk menghindari arus air, dinding beton bertulang harus dipa-
sang sebagai penahan air pada sisi tertentu bangunan yang diperkirakan sebagai arah datangnya air.
g
ro
c6
(}
.=
o
E
o
3
.E
E
o
Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikan selain aspek-aspek yang sama pada bangunan
gawat darurat diatas, juga memperhatikan aspek lain yang meliputi: pola alur sirkulasi keluar dan
masuk serta konfigurasi ruang dan bangunan.
Untuk dapat melakukan fungsi penyelamatan dan pengamanan, terutama pada kasus khusus
seperti bencana dan kerusuhan, pemadam kebakaran dan juga polisi harus mampu bergerak secara
bersama dalam jumlah besar dan dengan waktu yang singkat.
Pola sirkulasi ini harus dirancang baik pada ruang luar ataupun di dalam bangunan. Pada ruang
luar, kaitan antara ruang parkir kendaraan dan jalan keluar site harus diatur langsung tanpa hambatan.
Penggunaan jalur akses keluar ini harus dibuat khusus dan dipisahkan dari akses keluar masuk yang
bukan gawat darurat seperti main entrance, ruang parkir mobil staff dan sebagainya.
1s2 i Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Masuk Keluar
ff' {}
Pada sirkulasi dalam ruangan pada bangunan bertingkat, tangga harus dibuat untuk orang dalam
keadaan lari sehingga dibutuhkan lebar anak tangga yang lebih sehingga sebagai akibatnya jalur
tangga akan bertambah panjang. Sebagai alternatifnya, penggunaan short cut access seperti pada
lubang pelat lantai dengan pipa khusus untuk melompat ke lantai bawah juga sering diterapkan pada
kantor pemadam kebakaran dan juga kantor polisi.
Akses Pintas
operasional
Gambar 13-11 Short cut access pada kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi
Bangunan dengan fungsi pertahanan dan pemerintahan ini meliputi kantor kantor pemerintahan
dan angkatan bersenjata. Jenis bangunan ini juga harus diperhatikan hampir sama sepefti kantor polisi
dan pemadam kebakaran di atas" Namun demikian, fungsi ini juga harus diperhatikan terutama pada
kondisi darurat perang yang mungkin terjadi. Dengan demikian fungsi bangunan dapat menjamin
berlangsungnya pemerintahan suatu wilayah atau negara. Pada fungsi ini hal-hal yang harus diperhatikan
adalah meliputi pada semua aspek-aspek di atas. Selain ruang-ruang kornando/pimpinan, ruang-ruang
khusus penyimpan dokumen penting adalah ruang yang paling diutamakan aman.
Gambar 13-12.Tiga ienis rekayas site; cut, fill, cut and fill
1s4 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
Gambar13.13Met'odaCUtdanperkuatanyangdiperlukan
Kerugian yang ada adalah dengan dibutuhkannya pondasi penahan tanah urug pada sisr :,.,,,,.,
site dan juga diperlukan tanah untuk mengurug lereng ini. Selain itu, tanah urug ini akan men-=' -,,.
waktu yang lama untuk memadatkan lapisan tanah baru, atau dilakukan dengan teknik p€-:,i. ,
yang akan memakan beaya yang tinggi. Jika tidak, maka dikhawatirkan lapisan tanah baru - :..,
amblas dan mungkin juga longsor jika dinding penahan tanahnya tidak cukup mampu ^-:,c:-.
tanah dan juga air jika hujan turun. Oleh karena itu pondasi yang digunakan juga lebih da ;-
Ianah dipindah
' /' ,,--- !
(-*,/
-
Site lereng juga dapat digunakan tanpa harus menggunakan ketiga metode di atas. Cara ini
dikenal dengan cara yang lebih alami karena tidak dilakukan penggalian atau pengurukan sama
sekali. Sebagai gantinya, pelat datar bangunan dibuat diatas tiangtiang pondasi di atas site lereng
yang miring.
Keuntungan tanpa proses cut atau fillini adalah dengan terjaganya lereng secara alami. Dengan
cara ini semua aspek alami lereng yang berkaitan dengan lapisan tanah subur, aliran air, vegetasi
tanah, bahkan ekosistem lahan dapat dipertahankan. Satu-satunya kekurangan yang timbul adalah
dengan diperlukannya pelat lantai seperti pada lantai bangunan bertingkat pada lantai dasar. Dengan
demikian, struktur dan konstruksi bangunan memerlukan struktur yang lebih besar dibanding ketiga
cara di atas. Sebagai akibatnya, tentu harga konstruksi akan menjadi lebih mahal.
Pondasi adalah aspek penting pada berbagai jenis tanah dan kemiringannya karena berfungsi untuk:
pansuung
Tanpa perubahan
lereng
Pondasi yang diperlukan pada bangunan yang terletak di lereng pada umumnya pondasi titik
yang dipasang pada kedalaman tertentu sehingga mampu menahan bangunan agar tidak berjalan
atau longsor searah lereng bukit atau gunung. Pada lereng yang mempunyai lapisan tanah keras
berbatu sekalipun, pondasi titik sebagai tiang pancang tetap diperlukan walaupun dipasang pada
kedalaman yang dangkal.
Lapisan
tanah
keras
selebar bangunan atau pondasi rakit sering dipakai untuk bangunan di tanah berawa
ini.
Semakin tinggi bangunan atau semakin banyak lantai akan menyebabkan semakin besar beban
yang harus disalurkan ke dalam tanah dan semakin luas pula pondasi bangunan yang harus dibuat'
untuk
Untuk menghindari amblasnya bangunan tersebut, digunakanlah tiang pancang yang berfungsi
meneruskan beban hingga lapisan tanah keras yang ada di bawah lapisan tanah berawa. Panjang
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
atau dalam pondasi tiang pancang ini tergantung pada kedalaman lapisan tanah kerasnri -.",
-
bangunan yang lebih sederhana, tiang pancang ini dibuat dengan menggunakan
batans-:.. ,."-
kayu yang dipancangkan ke dalam tanah. Semakin banyak tiang pancang yang ditancapi"-
:,,.,
memperbesar daya dukung tanah karena friksi atau gesekan tiangtiang pancang tersebut
r:- *
tanah.
) 49% water
Clay < 600 ftlsec
< 500 psf
Very Sott soil
Pada tanah keras dengan daya dukung )1kg/cm2, pondasi untuk bangunan
bertingkat renda-
dapat menggunakan jenis pondasi telapak (footplate) yang dikombinasikan dengan pondasi
mener_:
untuk menyangga dinding. Akan tetapi pada tanah lunak, pondasi rakit dan atau tiang pancans
diperlukan untuk memperbesar daya dukung tanah.
2oo *
N4erancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
juga
untungnya lagi, garis utama cincin api ini berada di lautan. Sehingga sering pula gempa bumi
diikuti oleh tsunami iika sumber gempa berada di lautan dan dengan kekuatan besar dan lokasi
dangkal.
't
,'
t
Gambar 13-19 Pertemuan pelat bumi dan cincin api (courtesy: NASA)
potensi bencana yang lain sebagai akibat letak geografis diantara dua samudera yang merupakan
bentuk masiv dari air adalah banjir dan badai. Hujan lebat sebagai hasil dari kumpulan uap air di
juga sangat berpengaruh
daerah katulistiwa sering mengakibatkan banjir. Banjir dan angin kencang
terhadap bangunan, apalagi bangunan bertingkat'
'*-"----"-" "-1
PETA TOI{A'I GTMPA IiIDONESIA i
J'.
Walupun demikian, struktur beton bertulang tetap dapat digunakan dengan catatan telah
diperhitungkan terhadap potensi gempa ini. Sayangnya, banyak dari desain ataupun pelaksanaan
lapangan dari bangunan beton bertulang kurang memperhatikan potensi ancaman gempa bumi ini.
Selanjutnya, prinsip untuk desain tahan gempa khususnya pada sistem struktur utama pada
intinya adalah kesederhanaan struktur. Struktur yang sederhana adalah struktur yang ditandai dengan
menggunakan jalur penyaluran beban yang tidak terganggu, menerus dan langsung pada sistem
struktur bangunan untuk transmisi beban gempa ke dalam tanah. Kolom-kolom pada bangunan tidak
boleh terputus secera vertikal baik oleh penghilangan kolom atau perpindahan lokasi kolom pada
salah satu lantai bangunan bertingkat.
Kesederhanaan dalam denah, tampak, dan tata letak elemen struktur yang simetris adalah kunci
agar perilaku bangunan ketika mengalami beban gempa dapat bekerja secara seragam, dalam arti
tidak ada bagian-bagian bangunan yang akan mengalami beban yang berlebihan dibanding dengan
bagian lain. Kesederhanaan ini meliputi penggunaan bentuk grid struktur pada denah, penggunaan
denah atau bentuk bangunan yang simetri serta pengaturan titik berat pada bangunan yang tidak
terlalu melebar dari titik tengah bangunan.
202 ! Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
II
I:
K€cedefhsnadnl Kerumitan:
. Denah - Oensh
- Bentuk - Benluk
- Grld skukl,rr - Grid slruktur
- Tbmpah *Bmpqk
" Fotongan - Potofigsn
Struktur bangunan harus memiliki kemampuan untuk menahan kekuatan lateral horisontal untuk
setiap arah. Hal ini pada dasarnya dapat diantisipasi dengan penggunaan kolom yang kuat serta
1#
&
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,0,
pengaturan agar kolom dan balok dapat bekerja sekaku mungkin (monolit_rigrd)
untuk menghindari
kemungkinan berubahnya konstruksi struktur bangunan. Penggunaan dinding
kaku atau sistem
bracing dengan batang diagonal adalah solusi yang dianjr.;rkan dalam kekakuan
horisontal bangunan.
IT :t
rt ll
c. Kekakuan puntir
Komponen yang paling penting untuk menahan beban gempa adalah selubung
bangunan. Efek
puntir akibat gempa terjadi maksimal pada selubung bangunan ini. oleh karena
itu, selubung ba-
ngunan harus dibuat kaku agar tidak mudah mengalami gaya puntir yang besar sehingga
merusak
bangunan. Fasad bangunan yang menjadi satu dengan sistem struktur baik melalui penggunaan
din-
ding geser ataupun bracing juga dimaksudkan untuk mengantisipasi efek torsional ini. Demrkian
juga dengan bentuk denah sederhana serta simetri serta tidak
berjarak jauh dengan titik berat denah
bangunan.
II
€)
0
(,t
J.
ot
€c
6
II
l,)
,5
d
-L:.=
o
G
Kekakuan lantai dan atap juga sangat membantu bangunan gedung dari gaya-gaya gempa. Sistem
lantai dan atap harus didesain cukup kaku dengan sambungan yang tepat dengan sistem struktur
vertikal dalam rangka untuk menahan setiap gaya-gaya lateral. Pelat lantai dan atap yang monolit
dengan rangka bangunan akan sangat membantu kinerja bangunan terhadap gempa.
Di Indonesia, tsunami sering terjadi bahkan sebagai negara yang paling banyak mengalami tsunami
dengan jumlah korban besar. Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 adalah contoh tsunami terbesar
di dunia yang menelan kurang lebih 200.000 jiwa di lndonesia saja (Aceh dan sekitarnya). Bahkan
karena besarnya energi, tsunami ini jauh bergerak ke negara-negara Thailand, Srilanka, India hingga
mencapai daratan Afrika (Somalia) dan menelan ratusan ribu korban lainnya hingga 400.000 jiwa.
Tsunami terjadi di daerah tepi pantai, sehingga hanya bangunan yang berada di lokasi dekat
dengan laut sajalah yang paling besar berpotensi terkena tsunami. Sifat tsunami adalah berupa
terjangan air laut pada bangunan oleh karena itu beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan
adalah dengan:
a. Lokasi bangunan
b. Struktur berat
Jika gempa bumi lebih baik diantisipasi dengan struktur ringan, maka tsunami lebih ideal
dihadapi dengan struktur berat. Struktur berat beton akan mampu bertahan terhadap gempuran
ombak dibanding struktur ringan kayu ataupun baja yang akan mudah hanyut disapu ombak tsunami.
Disamping itu, tingkat korosi yang besar di tepi pantai tidak cocok untuk bangunan ringan baja dan
juga kayr,r.
Untuk menghindari terjangan ombak tsunami, jika tidak dimungkinkan terdapat lokasi yang
lebih tinggi, maka struktur bangunan itu sendiri harus ditinggikan. Bentuk rumah panggung dalam
hal ini sesuai dibangun di area pantai, Sehingga terjangan ombak tsunami dapat diteruskan melalui
kolong bangunan. Ketinggian kolong bangunan ini sangat penting untuk diperhatikan berkaitan
dengan tinggi ombak tsunami yang mungkin datang'
Bangunan yang aman dari bencana air (tsunami dan banjir) harus memenuhi:
Tanah longsor adalah bencana akibat luruhnya lapisan tanah di lereng pegunungan yang pada
umumnya sebagai akibat guyuran air hujan yang deras dan waktu yang lama. Tanah longsor ini
dapat menggerakkan lereng gunung beserta segela sesuatu di atasnya termasuk bangunan. Untuk
mengatasinya', lokasi di sekitar alur sungai harus dihindari. Disamping itu, pondasi dalam yang
dimaksudkan untuk mengaitkan bangunan pada tanah harus dilakukan.
Pada bencana angin ribut, topan, dan badai, desain pada bagian atas bangunan lebih diutamakan
walaupun pondasi juga berperan untuk menguatkan posisi bangunan. Atap dan bangunan yang
tidak terlalu tinggi serta bentuk-bentuk bangunan yang sederhana lebih dianjurkan agar angin tidak
terhambat oleh bangunan yang dapat menyebabkan robohnya bangunan. Elemen-elemen arsitektural
yang tahan jatuh atau pecah serta meminimalkan penggunaan bukaan kaca adalah cara terbaik untuk
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus
| ,0,
menghindari bencana lanjutan yang ditimbulkan oleh angin ribut.
Jika angin ribut sangat kuat, maka
basement atau bungker juga harus dibuat untuk menghindari terbangnya
bangunan. oleh karena itu
bangunan berat dengan menggunakan beton bertulang juga lebih disarankan
agar bangunan tidak
terbawa oleh angin.
a. Aplikasi Umum
Secara umum aksesibilitas digunakan untuk:
o Semua bangunan baru harus mengikuti persyaratan minimal aksesibilitas untuk semua orang
termasuk penyandang cacat.
r Penggunaan standar ini didasarkan pada jenis dan fungsi bangunan terlebih seperti pada
restoran, kantin, fasilitas kesehatan dan perawatan, perdagangan, perpustakaan, ruang peny-
impanan, dan ruang transportasi umum.
o RuanS-ruang yang hanya dapat dimasuki oleh pekerja juga harus dapat dimasuki
oleh pe-
kerja dengan keterbatasan ini (disabilities) sehingga mereka dapat masuk, menggu_
nakan, dan keluar dengan mudah
Peryaratan aksesibilitas ini juga berlaku untuk bangunan permanen khususnya
bangunan non
permanen yang digunakan dan diakses oleh orang banyak.
210 I
Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
26-50 2
51 -75 3
76 - 100 4
101 - 150 5
151 -200 6
201 - 300 7
301 - 400 B
401 - 500 9
501 - 1000 2 % hingga 20 buah
Lebih dari 1000 Lebih dari 20 buah
Satu setiap 100 Parkir
o Fasilitas toilet yang juga dapat diakses dissability persons harus disediakan
minimal satu
pada site bangunan
Tandatanda bangunan (buitding signage) harus dibuat sejelas mungkin dan diletakkan
di site dan semua lantai pada tempat yang paling strategis
'lg.4.g Persyaratan Bangunan Baru dengan Aksesibilitas
pada bangunan baru persyaratan yang harus dipenuhi dalam desain adalah sebagai berikut:
o Minimal satu rute harus disediakan untuk menghubungkan semua fasilitas kompleks bangunan
. Semua benda yang melintang pada rute sirkulasi harus diperhitungkan berdasarkan
ukuran agar
tidak menghambat kendaraan hingga kursi roda'
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,r''
Permukaan tanah dan lantai harus mempunyai kelandaian yangtidak membahayakan penyandang
cacat dan kendaraannya sefta menggunakan ramp untuk setiap perubahan ketinggian permukaan
yang signifikan
Tangga interior dan eksterior yang menghubungkan lantai bangunan bertingkat yang tidak
menggunakan elevator (lift) atau ramp harus dapat diakses oleh penyandang cacat dengan
kemiringan yang tidak terlalu tajam dan menggunakan pegangan handrail untuk keselamatan
Minimal satu Iift penumpang harus disediakan pada bangunan bertingkat banyak. Jika lebih dari
satu elevator yang digunakan, paling tidak satu dikhususkan untuk penyandang cacat.
Pintu utama bangunan harus mudah dibuka oleh penyandang cacat baik dengan roda, penyangga
tubuh, atapun tanpa penglihatan tanpa bantuan orang lain. Pada pintu-pintu lain, ukuran dan
pegangan juga harus disediakan untuk penyandang cacat.
Pada bangunan baru, pada bangunan umum paling tidak 500/o pintu harus menggunakan prinsip
aksesibilitas ini
Pada bangunan publik, pintu aksesibilitas keluar juga harus disediakan sejumlah sama dengan
pintu masuk untuk alasan keselamatan jika terjadi kondisi darurat.
a Kran tempat minum umum juga harus dapat dengan mudah diakses oleh pengguna kursi roda
a Tempat-tempat penyimpanan harus dapat dikases oleh penyandang cacat
a Sistem peringatan bahaya harus dibuat dengan dua cara visual dan suara untuk semua ruang
termasuk di ruang tidur.
Sistem peringatan khusus hanya digunakan atau dipasang pada ruang-ruang tertentu yang
berkaitan
Building Signage atau tanda-tanda di luar dan dalam bangunan harus dibuat dengan jelas yang
mempertimbangkan penyandang cacat termasuk tuna netra dengan sistem suara dan tanda tiga
dimensi yang dapat dirasakan.
. Alat telekomunikasi antar ruangan dalam bangunan harus disediakan dalam bangunan yang
memungkinkan untuk digunakan penyandang cacat
o 5% dari tempat duduk umum harus disediakan untuk penyandang cacat
o Standar penyediaan kursi pada ruang pertemuan adalah sebagai berikut:
4-25
26-50 2
51 - 300 4
301 - 500 6
Lebih dari 500 Bertambah satu setiap pertambahan 100 kursi
o Jika terdapat mesin anjungan ATM, ruang ATM harus dapat digunakan penyandang cacat dan
pengguna kursi roda. Pintu ATM juga harus dapat dibuka dalam kondisi tersebut.
212 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
+
-1-
l_
&la
EIE
rls
il!E
Els
*lt
I
I 36 n'rn I I
(fj
changlYrn
Changes reL*t
{n Ieusl ca.,,*4r, r.,*r
Gambar 13-29 Standar minimal ruang sirkulasi satu dan dua pengguna kursi roda dan perbedaan
ketinggian rute maksimal (ADA, 1994)
Merancang Bangunan Pada Kondisi Khusus | ,,,
(b)
Eodmof Oafirtbn&d!
(c)
Ed.lBlst tt Bottom €, Rm Eilrnrton $foe or n*
-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA
ru
216 I Merancang Bangunan Cedung Bertingkat Rendah
FEMA, FEMA 310: Handbook for the Seismic Evaluation of Buildings, California: Applied Technol-
ogy Council, '1998
MacDonald, Angus J, ,,Struktur & Arsitektur," Ed.2, alih bahasa: Paulus Hanoto Adjie, Erlangga,
Yogyakarta 2002
Salvadori, Mario & Levy, Matthys, "Desain Struktur dalam Arsitektur", terjemahan, Erlangga,
Jakarta, 1992
Schaeffer, Ronald E, "Elementary Structures for Architects and Builders," 2"dEd, Regents/Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1993
Schodeck, Daniel L, "Struktur", Edisi Kedua, Alih bahasa: lr. Bambang Suryoatmono; Editor:
Djadja Sibagd.ia, Erlangga, Jakarta, 1999
Sutrisno, R., "Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern", PTCramedia,Jakarta, 1984
T.y. Lin, "struktural Concepts and Systems for Architects and Engineer", John Wiley & Sons, 1981
Underwood, James R. & Chluini, Michele, "structural Design: A Practical Cuide for Architects", John
Willey & Sons lnc., New York, 1998
-oo0oo-
DAFTAR INDEKS
D K
dapur, 87 Kamar mandi, BZ
daya dukung tanah, 1 98 Ketinggian bangunan, 21
denah kasar, 78 kinerja struktur, 12
Denah kasar, 38 Kolom bangunan, 73
dimensi kolom dan balok, 72 Konstruksi, 6
dinding geser, 203 Kuda-kuda, 19
disabilities, 209 Kuda kuda kayu, 20
E L
ekonomi bangunan, 9 landasan, 5, 24
Layout ruang, 3B
lempeng benua, 199
F
Fungsi bangunan, 8
M
Merencarrakan Atap, 64
G
Merencanakan Dimensi, 64
Cambar tampak, 177 Modul ruang, 79
gaya lateral, 200
gempa bumi, 199
Crid struktur, 14,8"1
N
Cunung-gunung, 20 naungan, 5
H o
hubungan ruang, 37 organisasi ruang, 36
I P
isban mandiri, 187 penyelamatan, 191
perancangan arsitektur, 4
Perancangan struktur dalam arsitektur, 5
I Perancangan struktur dan konstruksi, 4
Jarak antar bentangan, 67 Persyaratan Bentuk dan Ukuran, 35
jarak antar lantai, 69 Persyaratan ruang, 35
Persyaratan Sistem, 36
pola grid, '15
Daftar lndeks | ,',
-oo0oo-
;'"'-TT:..----i
i;,!.{.l.,Flf
I.'. --
il.,rri:tfr,rqt..1.,...
'" q a
n
"". :. -.:.i{&IiE I
i
F.t'*tt''1'u"
F,,- .': , I
; ^
-ri,:,:f i; Cf