PETUGAS PUSKESMAS
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh
Mega Haerani
NIM 1708233
Materai 6000
Mengetahui:
Karya tulis ilmiah oleh Mega Haerani NIM 1708233 dengan judul Upaya
Penanggulangan Penyakit Menular Tuberculosis Oleh Petugas Puskesmas, telah diperiksa dan
disetujui oleh dosen pembimbing Prodi Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Daerah Sumedang untuk diujikan
Karya tulis ilmiah oleh Mega Haerani NIM 1708233 dengan judul Upaya Penanggulangan
Penyakit Menular Tuberculosis Oleh Petugas Puskesmas telah dipertahankan didepan dewan
penguji Prodi Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Sumedang pada
tanggal ……
Dewan Penguji
Mengetahui,
Kaprodi D3 Keperawatan
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Upaya Penanggulangan Penyakit Menular Tuberculosis
Oleh Petugas Puskesmas ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pemimpin seluruh umat manusia dan semoga
terlimpah curahkan kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga sampai kepada umatnya.
Penyusun karya tulis ilmiah ini tak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Direktur Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang, Prof. Dr. Herman
Subarjah, M.Si.
2. Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan UPI Kampus Sumedang, Dewi Dolifah,
M.Kep.Ners.
3. Pembimbing I dan pembimbing II,Ibu Nunung Siti Sukaesih S. Kep. MMedEd dan Ibu
Ns.Delli Yuiana Rahmat M.Kep yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk selalu memberikan bimbingan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
4. Segenap dosen, pegawai dan seluruh civitas akademika dilingkungan D-III Keperawatan
UPI Kampus Sumedang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama dibangku perkuliahan.
5. Ibunda (yani yuliani) dan keluarga (Ateu Eneng, Ateu Ipit, Mamah Yuyun, Papah dan
Abang, serta Keponakan), yang senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis
kerjakan serta memberi kasih sayang dan nasihat agar tetap semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Sahabat (Ira Siti Mudrikah, Elis Sopiah, Retna Maryuhayavia, Rulla Awaliah, dan
Yasmin budianti) dan teman-teman NOCC yang sudah tahun ini kita bersama, dan juga
mahasiswa angkatan 17 D-III Keperawatan UPI Kampus Sumedang, terimakasih telah
memberikan motivasi serta tempat bertukar pikiran dan seluruh dukungannya dari awal
hingga akhir penulisan Karya Tulis ini.
7. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis sehingga dapat diselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.
Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti, hanya doa semoga
amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan. Penulis menyadari
bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya.
Penulis
UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR TUBERKULOSIS OLEH
PETUGAS PUSKESMAS
ABSTRAK
Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini, tuberkulosis masih menjadi penyakit infeksi
menular yang paling berbahaya di dunia.
Tujuan. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi upaya petugas untuk menanggulangi
penyakit menular tuberkulosis, dan pemelitian ini bukanlah intervensi, penelitian ini hanya
mengidentifikasi petugas dalam menanggulangi upaya penularan penyakit menular oleh petugas
Puskesmas
Metode. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Adapun tehnik yang digunakan dalam proses pengumpulan data
menggunakan metode wawancara yang dilakukan secara langsung, pesan whatsapp dan telepon
seluler dikarenakan pandemic covid-19. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang
dengan kriteria subjek : petugas penanggulangan penyakit menular tuberculosis.
Hasil Penelitian. Hasil penelitian bahwa bahwa partisipan satu dan partisipan dua menjawab
untuk alur pemeriksaan penderita tuberkulosis kedua puskesmas sudah sangat memadai.
Kesimpulan. Hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik kesimpulan bahwa tenaga kesehatan
di Puskesmas Cimalaka perlu melakukan rekruitment untuk penambahan petugas
penanggulangan penyakit menular tuberkulosis. Untuk tenaga kesehatan di Puskesmas
Sukamantri memiliki 2 Petugas Penanggulangan Penyakit Menular Tuberkulosis keduanya
berjenis kelamin laki-laki. Tenaga kesehatan di Puskesmas Cimalaka maupun Puskesmas
Sukamantri semuanya sudah (100%) memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang baik
terhadap pengobatan Tuberkulosis.
Kata kunci: tuberculosis, petugas, penanggulangan
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Puskesmas
2.1.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas menurut Kepmenkes RI No. 75 Tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Puskesmas sebagai suatu unit pelaksana fungsional memiliki pusat pengembangan
kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat
tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
1) Lokakarya mini bulanan yang pertama untuk penggalangan tim. Lokakarya ini
c. Kendali mutu
d. Kendali biaya
2.1.4.3.4 Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang
dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai. Dibedakan
2.1.4.3.5 Penilaian
Kegiatan penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk
melakukan penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian
dimulai dari Puskesmas yang menilai kinerjanya secara mandiri melalui instrumen
mawas diri kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan verifikasi
hasilnya. Penilaian kinerja Puskesmas bermanfaat untuk mengetahui masalah dan
hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas untuk dicarikan cara pemecahannya
serta Pemerintah memiliki gambaran mengenai tingkat perkembangan prestasi
Puskesmas di wilayah kerjanya. Ruang lingkup penilaiannya meliputi pencapaian
hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu
pelayanan. Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran.
Kegiatan yang dilakukan mencakup hal-hal berikut :
1) Melakukan penilaian penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai lalu
primer diambil dari SIMPUS dan sumber data lain yang terkait. Sumber data
pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun
berikutnya.
2.1.4.4 Pengawasan dan Pertanggungjawaban
2.1.4.4.1 Definisi
Pengawasan dan pertanggung jawaban adalah proses memperoleh
kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas
terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta kewajiban yang
berlaku.
2.1.4.4.2 Pengawasan
Pengawasan dibedakan menjadi pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan secara langsung.
Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta berbagai institusi Pemerintah terkait. Pengawasan meliputi
aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan
ditemukan adanya penyimpangan terhadap rencana, standar, peraturan
perundangundangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan
pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Man
Sumberdaya Manusia :
- Kepala Puskesmas
- Kabag TU Puskesmas
- Pemegang Program
TB
Money
Komponen
Sumberdaya Keuangan : Proses Komponen
- APBN Output
- APBD Perencanaan
- Kemitraan
Case
Notification
Pelaksanaan
Rate
Machine and Material
Evaluasi
Sarana dan Prasarana
Penunjang
Method
Prosedur dan Panduan
Manajemen TB
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus.
Studi kasus yaitu cara atau tehnik yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui studi kasus yang terjadi dari unit unggal (Notoadmojo, 2010). Pendekatan dalam
penelitian ini adalah kualitatif, penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna dari sejumblah individu atau sekelompok orang yang
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Pendekatan kualitatif yaitu mengembangkan
makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka (partisipan) yang diarahkan pada
objek tertentu (Creswell, 2016). Pendekatan ini sesuai dengan keinginan peneliti yang bertujuan
untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang upaya penangualangan penyakit menular tuberkulosis
oleh petugas puskesmas.
Penelitian ini berfokus pada upaya penanggulangan penyakit menular tuberculosis oleh petugas
puskesmas, dari data hasil wawancara yang telah diperoleh secara langsung dari kedua partisipan
didapatkan tema : (1) Mengenai komitmen politis, (2) Mengenai tenaga kesehatan dalam program
penanggulangan Tuberkulosis paru, (3) Mengenai pendanaan dalam program penanggulangan
Tuberkulosis, (4) Mengenai sarana prasarana dalam program penanggulangan TB paru (5)
Mengenai pelaksanaan kegiatan dalam program TB paru.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada dua partisipan dengan pertanyaan yang sama
dapat disimpulkan bahwa partisipan satu dan partisipan dua menjawab berbeda kata akan tetapi
satu tujuan yang sama sumber pendanaannya. Pada pertanyaan selanjutnya salah satu partisipan
enggan mengungkapkan insentif yang diberikan kepada petugas perharinya. Untuk pertanyaan
selanjutnya salah satu partisipa mengatakan bahwa ia baru menjalankan tugas di awal tahun ini
sehingga munkin masih perlu pelatihan. Kedua partisipan kompak menjawab siapa saja yan
terlibat penyuluhan. Untuk pertanyan terakhir partisipan sama-sama menjawab bahwa obat selalu
tersedia di puskesmas karena selalu ada pengecekan perbulan maka tidak pernah ada
keterlambatan obat.
Tema dua : mengenai tenaga kesehatan dalam program penanggulangan Tuberkulosis paru
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan TB paru di Puskesmas (PRM) terdiri dari
1 dokter, 1 perawat/petugasTB dan 1 tenaga laboratorium. Hal ini sudah memenuhi standar
kebutuhan minimal Kemenkes RI (2014), tenaga pelaksana program TB paru di uskesmas satelit
yaitu tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1 perawat/petugas TB.
Dokter mempunyai tugas untuk menetap kan diagnosis penderita TB paru. Sedangkan petugas
TB paru mempunyai tugas untuk melakukan pelacakan kasus ke desa, penemuan kasus,
pengumpulan dahak, melakukan fiksasi slide, dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Petugas laboratorium mempunyai tugas mengumpul kan dahak / membuat sediaan apus dahak,
pewarnaan, membaca sediaan dahak, mengirim hasil bacaan kepada petugas TB dan menyimpan
sediaan untuk di crosscheck. Sebagian besar tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
tenaga kesehatan yang terlibat dalam program penanggulangan TB paru telah dilaksanakan, akan
tetapi masih ada tugas yang belum dilaksanakan dengan maksimal yaitu memberikan penyuluhan
kepada masyarakat umum. Penyuluhan yang dilakukan hanya kepada suspek dan penderita TB
paru dan keluarga.
Kemenkes (2014) menyebutkan bahwa pelatihan merupakan suatu hal yang wajib dalam
meningkatkan kompetensi dan kinerja petugas. petugas TB Paru di Puskesmas sudah mengikuti
pelatihan dan pernah mengikuti program Strategi DOTS. Pelatihan sangat penting untuk
meningkatkan petugas dalam penemuan kasus. Hal ini sejalan dengan penelitian Awusi dkk
(2009) yang menyatakan bahwa pelatihan berjenjang dan berkelanjutan merupakan bagian dari
pengembangan sumber daya manusia. Apabila semua petugas TB di puskesmas telah mengikuti
pelatihan dan menerapkannya dalam pelayanan kesehatan maka diharapkan angka penemuan
penderita TB paru akan meningkat pula sehingga mencapai target global 70%. Penelitian ini di
perkuat dari penelitian Nasution (2000), yang menyebutkan bahwa peran tenaga tenaga terlatih
dapat membantudalam penemuan penderita baru Tuberculosis BTA (+). Kurngnya pelatihan
petugas paramedis berpengaruh pada hasil kegiatan penemuan penderita Tuberculosis.
Dalam penelitian ini untuk tema kedua terdapat dua pertanyaan yang telah diajukan untuk tema
ini yaitu :
Q1 : siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam program penanggulangan TB paru dan apa
tugas masing-masing tenaga kesehatan tersebut ?
P1 : jelas ya kalau untuk penanganan TB paru petugas lab untuk pemeriksaan sputum dulu,
kemudian dokter dan petugas TB nya sendiri dibantu dengan perawat lain misalkan ada yang
suka nitip pasien ke bidan desa suka ada tapi sesekali, disini kami ada pembina desa perawatnya
jadi dititipkan kesitu.
P2 : berarti petugas TB itu sendiri, petugas promkes emmm terus apalagi ya yang terlibat denga
bidan desa mungkin terus kita juga kadang melibatkan kader-kader kalau ada penyuluhan kita
bisa melibatkan kader sama bidan desa
Q2 : berapa jumlah tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam program TB paru ?
P1 : satu orang, saya sendiri
P2 : ada 2 orang, saya sama pak ade yang senior
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada dua partisipan dengan pertanyaan yang sama
dapat disimpulkan bahwa partisipan satu dan partisipan dua menjawab kompak bahwa petugas
kesehatan yang terlibat meliputi petugas P2M itu sendiri dan stap lain yang membantu. Partisipan
satu mwnjadi petugas tunggal swdangkan partisipan dua bersama rekannya membentuk tim
mungkin kerjanya akan sedikit ringan karena dilakukan berdua.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada dua partisipan dengan pertanyaan yang sama
dapat disimpulkan bahwa partisipan satu dan partisipan dua menjawab bahwa sumber pendanaan
sudah sangat mencukupi. Terkait kendala dalam melaksanakan penanggulangan tb saah satu
partisipan sedikit menceritakan pengalamam memiliki pasien dan keluarga pasien yang tidak
patuh dalam pengobatan atau mengingatkan akan komitmen yang sudah disepakati kedua beah
pihak, selebihnya tidak ada kendala.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada dua partisipan dengan pertanyaan yang sama
dapat disimpulkan bahwa partisipan satu dan partisipan dua menjawab mengenai sarana
prasarana yang diperlukan di kedua puskesmas sudah sangat memenuhi. Untuk sarana prasarana
di salah satu partisipan masih ada yang menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan
penanggulangan penyakit tuberculosis. Terkait obat anti tuberculosis di kedua puskesmas selalu
menyediakan persediaan obat.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada dua partisipan dengan pertanyaan yang sama
dapat disimpulkan bahwa partisipan satu dan partisipan dua menjawab untuk alur pemeriksaan
penderita tuberkulosis kedua puskesmas sudah sangat memadai. Dalam penemuan kasus
keduanya sama meakukan sistim seperti obat nyamuk seling 5-7 rumah untuk mengetahui apakah
ada penularan ke lingkungan setempat atau tidak. Untuk pemeriksaan BTA+ kedua puskesmas
sama melakukan crosscheck sewaktu dilakukan sebanyak 3×. Kedua partisipan sama melakukan
follow-up untuk seluruh pasiennya untuk mengetahui apakah akan dinyatakan sembuh atau
kembali menjalakankan pengobatan. Terkait penyuluhan kedua partisipan sama-sama memiliki
tim yang akan membantu penyuluhannya diantaranya petugas P2Mnya itu sendiri, promkes,
kader, bidan desa, atau PMO nya itu sendiri. Terkait evaluasi kedua puskesmas sama-sama
melakukan pengumpulan data triwulan atau 6 bulan sekali.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik kesimpulan bahwa tenaga
kesehatan di Puskesmas Cimalaka perlu melakukan rekruitment untuk penambahan
petugas penanggulangan penyakit menular tuberkulosis. Untuk tenaga kesehatan di
Puskesmas Sukamantri memiliki 2 Petugas Penanggulangan Penyakit Menular
Tuberkulosis keduanya berjenis kelamin laki-laki. Tenaga kesehatan di Puskesmas
Cimalaka maupun Puskesmas Sukamantri semuanya sudah (100%) memiliki
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang baik terhadap pengobatan Tuberkulosis.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas
Dalam rangka pengobatan tuberculosis dapat diberikan saran pada seluruh tenaga kesehatan
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan khusus tuberkulosis agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang lebih baik lagidan juga menambah jadwal penyuluhan tuberkulosis pada
masyarakat setelah pandemi covid-19 berlalu.
5.2.2 Bagi Keluarga dan Masyarakat
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah melakukan
pencegahan sedini mungkin jika mendapat tanda dan gejala tuberculosis dan bagi PMO agar lebih
patuh dalam mengingatkan saudara yang sakit/ yang sedang menjalani pengobatan agar lekas
sembuh.
5.2.3 Bagi Pengembang dan Peneliti Selanjutnya
Saran untuk penelitian selanjutnya yang tertarik meneliti penanggulangan penyakit menular
tuberculosis, cariah referensi sebanyak mungkin sebagai acuan dalam melakukan penelitian,
galilah informasi yang actual sehingga kita dapat mengetahui dan memahami upaya-upaya
apasaja dalam melakukan penanggulangan penyakit menular tuberculosis. Kembali diingatkan
dalam penelitian ini sebetulnya menggunakan 2 pedoman yakni pedoman wawancara dan lembar
observasi, dikarenakan pandemi covid-19 jadi masih belum kumplit, diharapkan peneliti
selanjutnya tertarik untuk mengambil/ mengangkat judul yang saya angkat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2010. Jakarta:
Kemenkes RI; 2010.
Creswell, J. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih Diantara Lima Pendekatan.
DESWINDA, Deswinda; RASYID, Rosfita; FIRDAWATI, Firdawati. Evaluasi
Penanggulangan Tuberkulosis Paru di Puskesmas dalam Penemuan Penderita
Tuberkulosis Paru di Kabupaten Sijunjung. Jurnal Kesehatan Andalas, 2019,
8.2: 211-219.
Fortun, J. 2005. Linezolid for the treatment of multidrug-resistant tuberculosis. J. Antimicrob.
Chemother., 56(1): 180-185
Kemenkes RI. Rencana aksi nasional Manajemen penagggulangan TB resisten obat di
Indonesia 2016-2021. 2017. Kemeterian Kesehatan RI: Jakarta.
Kemenkes RI. Survei prevalensi TB 2013-14. 2014. Balitbangkes Kemeterian Kesehatan RI:
Jakarta.
Kemenkes RI. Terobosan Menuju Akses Universal Strategi nasional Pengendalian TB di
Indonesia 2010-2014. 2011a. Kemeterian Kesehatan RI: Jakarta.
Kemenkes, R. I. "Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014." Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan RI (2011).
Kemenkes, R. I. (2011). Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes. R. I., 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2014. Jakarta:
Kemenkes R. I.
Kementerian Kesehatan RI. (2010) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan. Tuberkulosis, temukan obati sampai tuntas. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan. Jakarta: Pusdatin. 2015: 1-7.
Maryun, Y, 2007, Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru
Terhadap Cakupan Penemuan Kasus BTA Positif di Kota Tasikmalaya. Skripsi, Universitas
Diponegoro Semarang.
Mitnick, C.D. 2008. Comprehensive Treatment of Extensively Drug-Resistant Tuberculosis.
N Engl J Med, 359: 563-574
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar), Cetakan
Kedua. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Randy, A.N. 2011. Study Kualitatif Faktor yang Melatarbelakangi Drop Out Pengobatan
Tuberkolosis Paru. Jurnal Kemas, 7(1): 83-90
Reskiaddin, L.2012. karakteristik host agent dan environment. (On-Line)
Sari ID, Herman MJ, Susyanty AL, Su’udi A. Analisis Biaya Tuberkulosis Paru Kategori Satu
Pasien Dewasa di Rumah Sakit di DKI Jakarta. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
2018. 8(1):44-54.
UnitAid. 2015. TB Diagnostics Market in Select High-Burden Countries: Current Market and
Future Opportunities for Novel Diagnostics. Unitaid: Vernier.
World Health Organization. Global tuberculosis report 2015. 2015. WHO: Genewa.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.