Sistem
Telekomunikasi
Bergerak
Model Propagasi
02
Teknik Teknik ELektro P141700006 Regina Lionnie, S.T., M.T.
Abstract Kompetensi
Propagasi sinyal adalah proses Mahasiswa/wi dapat mengetahui
perambatan gelombang radio dari berbagai model propagasi
antena pemancar sampai ke antena
penerima. Redaman propagasi
merupakan salah satu parameter
penting untuk menentukan power
transmit dan coverage dari suatu site
Model Propagasi
Propagasi sinyal adalah proses perambatan gelombang radio dari antena pemancar sampai
ke antena penerima. Redaman propagasi merupakan salah satu parameter penting untuk
menentukan power transmit dan coverage dari suatu site. Jika sebelumnya jalur transmisi antara
transmitter dan receiver hanyalah berupa jalur langsung atau Line Of Sight (LOS) sederhana, semakin
lama transmisi akan menjadi semakin kompleks dengan berbagai daerah yang dipenuhi gedung-
gedung tinggi dan penghalang lainnya.
Gatot Santoso (Sistem Seluler WCDMA, 2006) menyatakan bahwa Propagation loss
mencakup semua pelemahan yang diperkirakan akan dialami sinyal ketika berjalan dari base station
ke mobile station. Adanya pemantulan dari beberapa obyek dan pergerakan mobile station
menyebabkan kuat sinyal yang diterima oleh mobile station bervariasi dan sinyal yang diterima
tersebut mengalami path loss. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan
kondisi dari komunikasi seluler yaitu pathloss, shadowing (slow fading) dan multipath fading (fast
fading).
Disainer menggunakan model-model propagasi untuk menentukan berapa banyak Cell Site
(BTS) yang diperlukan untuk memenuhi cakupan suatu jaringan. Model-model propagasi membantu
menentukan di mana BTS-BTS harus diletakkan untuk memperoleh posisi yang optimal dalam
jaringan. Performansi jaringan dipengaruhi oleh MODEL PROPAGASI yang dipilih, karena model
tersebut digunakan untuk prediksi interferensi.
Berdasarkan kondisi beban trafik, mendisain sistem dengan level Eb/It tinggi dapat berpengaruh
negatif terhadap kelayakan finansial. Di sisi lain, mendisain sistem untuk level Eb/It rendah dapat
menurunkan QoS.
L50 menyatakan 50th percentile (dengan kata lain; median) dari nilai path loss.
Pada persamaan di atas, LF dapat kita tentukan dengan menggunakan rumus perambatan
gelombang secara free space. G(hte) dapat kita tentukan dengan rumus ;
Dan
Model Okumura telah menyediakan kurva yang dapat digunakan untuk menghitung median
attenuation relatif terhadap free space (Amu). Kurva tersebut didapatkan dari hasil pengukuran
dengan tinggi efektif antenna base station (hte) sebesar 200 m dan tinggi efektif antenna perangkat
mobile (hre) sebesar 3 m. Jenis antena yang digunakan pada penguuran tersebut adalah antena
omni-directional vertikal, baik di sisi base station maupun di perangkat mobile.
Keterangan :
• L50 : median path loss (dalam dB)
• fc : frekuensi gelombang, dalam rentang 150 MHz hingga 1500 MHz.
• hte : ketinggian efektif antenna base station (meter)
• a(hre) : factor koreksi terhadap ketinggian efektif antenna mobile
• d : jarak antara base station dan perangkat mobile (dalam kilometer)
Untuk kota kecil dan sedang, besarnya faktor koreksi a(hre) ditentukan oleh rumus ;
Untuk kota besar dengan frekuensi kurang dari 300 MHz, faktor koreksi a(hre) ditentukan oleh
rumus ;
Untuk kota besar dengan frekuensi lebih dari 300 MHz, faktor koreksi a(hre) ditentukan oleh
rumus ;
Sedangkan untuk open rural area, perumusan median path loss-nya adalah ;
Model Hata dapat menggantikan model Okumura dengan baik untuk d (jarak antara base station
dengan perangkat mobile) lebih dari 1 km. Untuk itu, model Hata cocok digunakan untuk sistem
selular yang besar, namun tidak cocok digunakan pada personal communication system (PCS) yang
memiliki radius kurang dari 1 km.
Nilai a(hre) sama seperti pada permodelan Hata sebelumnya. CM merupakan konstanta koreksi
yang nilainya 0 dB untuk daerah suburban hingga kota menengah, dan 3 dB untuk kota
metropolitan.
Rentang berlakunya model ini adalah ;
fc : 1500 MHz – 2000 MHz