BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh:
dr. Enggar Yusrina
Pembimbing
MALANG
2020
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan program internsip di RSAU Dr.
M. Munir. Presentasi kasus dengan judul :
Oleh :
Dokter pembimbing,
Dokter pendamping ,
BAB I
PENDAHULUAN
seperlima kematian anak diseluruh dunia, kurang lebih 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Data World Health Organization
920.136 anak-anak dibawah 5 tahun atau sekitar 16% dari semua kasus kematian
anak-anak balita pada tahun 2015. Berdasarkan data UNICEF, pada 2015 terdapat
kurang lebih 14 persen dari 147.000 anak dibawah 5 tahun di Indonesia meninggal
karena pneumonia1.
pada anak usia kurang dari 5 tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan 1,5 juta
kasus dan 150.000 rawat inap setiap tahun untuk pasien dengan pneumonia,
terjadi pada anak berupa inflamasi pada paru yang terfokus pada area bronkiolus
pengangkutan karbon dioksida dari kapiler darah. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, maupun fungi. Bakteri yang paling sering menyerang anak-
sedangkan virus yang paling sering menyerang adalah Respiratory synctial virus
penyakit ini adalah kelahiran dengan berat badan lahir rendah (BBLR), tidak
media akut, atelektasis, emfisema, dan meningitis. Selain itu juga dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
yang umumnya terjadi pada anak-anak, karena saluran bronkus dan bronkiolus
pada anak masih relatif lebih kecil dan pendek dibanding dengan dewasa.
Sehingga, jika terjadi infeksi yang menyebabkan inflamasi akut pada parenkim
2.2 Etiologi
Etiologi dari pneumonia dapat terjadi karena berapa sebab. Yaitu dari
faktor imun seseorang terutama pada anak. Anak laki – laki lebih sering terkena
pada anak laki-laki relatif lebih sempit dibanding perempuan. Balita merupakan
usia paling rentan untuk terjangkit suatu penyakit terutama penyakit infeksi
pesat dan kelembaban yang kering, maka akan terasa kering dan tidak nyaman
bagi penghuninya. Jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak berkaitan
dengan polutan atau zat yang dapat mengakibatkan pencemaran udara di dalam
rumah khususnya di sekitar dapur. Polusi udara dalam ruangan yang tinggi dari
6
bahan bakar yang tidak memenuhi syarat seperti kayu bakar, arang, dan minyak
pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik pada saluran pernapasan balita
terhadap patogen penyakit. Suhu udara sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan
memiliki rentang suhu optimum dimana bakteri tersebut dapat tumbuh pesat yaitu
suhu 31-37oC. Hal inilah yang dapat menyebabkan pneumonia jika semakin sering
balita berada pada kondisi tersebut dan dalam jangka waktu yang panjang.
dalam tubuh melalui udara yang terhirup oleh saluran pernapasan sehingga akan
kontaminasi dari luar yang dapat meningkatkan risiko dan intensitas infeksi yang
yang tinggi atau rumah – rumah penduduk yang saling berdekatan dan saling
(PCP) 2.
Staphylococcus aureus.
1-3 Bulan (Pneumonia dengan Respiratory syncytial virus, virus respiratorik lainnya (parainfluenza
(tipe b, nontypeable)
1-3 bulan (Pneumonia afebril) Chlamydia trachomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma
urealyticum, sitomegalovirus
3-12 bulan Streptococcus Group A, Respiratory syncytial virus, virus
pneumoniae, S. Aureus
5-8 tahun virus respiratorik lainnya (parainfluenza virus, influenza virus,
pneumoniae
8
Sumber: www.pedsinreview.aappublications.org/infectiousdiseasepneumonia
Sumber: www.ebmedicine.net/pempissues/Peditric-Community-Acquired-Pneumonia
2.3 Epidemiologi
9
Provinsi yang menduduki 3 teratas penemuan kasus pneumonia balita yaitu Jawa
Barat (174.612 balita), Jawa Timur (93.279 balita), dan Jawa Tengah (59.650).
Angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,11%
sedangkan tahun 2015 sebesar 0,16%. Provinsi dengan angka kematian balita
akibat pneumonia tertinggi adalah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung.
kemiskinan, seperti kekurangan gizi, kurangnya air bersih dan sanitasi, polusi
udara dalam ruangan dan akses yang tidak memadai ke perawatan kesehatan5.
pneumonia di atas 50% terlepas dari fakta bahwa itu belum mencapai target
nasional yang telah diputuskan. Target cakupan penemuan pneumonia tahun 2016
ditetapkan sebesar 70% dengan ruang lingkup rujukan pneumonia pada tahun
Sumber:www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018
10
Sumber: www.pedsinreview.aappublications.org/infectiousdiseasepneumonia
2.5 Patofisiologi
anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme
pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila
satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme
bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura
pembentukan perlekatan6
a. Pneumonia lobaris
c. Bronkopneumonia
a. Penumonia komuniti
12
b. Pneumonia nosokomial
d. Aspirasi pneumonia
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
hemoglobin.
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
13
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pneumonia viral dan bakterial
umumnya berbeda antara bayi yang lebih tua dan anak, walaupun perbedaan
tersebut tidak selalu jelas pada pasien tertentu. Demam, menggigil, takipneu,
batuk, malaise, nyeri dada akibat pleuritis, retraksi, dan iritabilitas akibat sesak
respiratori, sering terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak.2
14
stridor, dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial.
batuk, dispneu, dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda konsolidasi paru.
Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala yang khas seperti
Gejala klinis lainnya yang dapat ditentukan adalah distres pernapasan termasuk
napas cuping hidung, retraksi interkosta, dan subkosta, dan merintih (grunting).
Semua jenis pneumoni memiliki ronkhi kering yang terlokalisir dan penurunan
suara respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada
pemeriksaan perkusi.2
retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal,
semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana
15
jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada
infant, kontraksi otot ini terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat diamati
dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus
dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang
lain pada “head bobbing”, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat
jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi
pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
diare).
2. Pemeriksaan fisik
Dapat dtemukan pekak pada perkusi thorax, suara napas vesikuler yang
melemah, dan terdengar ronki. Pada neonatus dan bayi kecil, gejala
suara pekak pada perkusi dan auskultasi paru. Pola Pernapasan irreguler
3. Pemeriksaan penunjang
Pada anak yang tidak memiliki kelainan lain dan tanpa penyakit yang
Darah Lengkap
Laju Endap Darah (LED) ≥ 30, yang apabila meningkat maka curiga
adanya infeksi.6,9
Pemeriksaan Radiografi
berupa:
18
hiperaerasi
malnutrisi
21
Paru dan asma. Bronkhiolitis adalah inflamasi bronkhiol pada bayi usia kurang
dari 2 tahun. Penyakit ini adalah penyakit seasonal yang ditandai dengan adanya
demam, pilek, batuk, dan mengi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan crackles dan
bronkhus disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang ditandai dengan batuk
berdahak maupun tidak lebih dari 3 minggu. Asma adalah keadaan inflamasi
asma adalah episode batuk atau wheezing berulang, hiperinflasi dada, tarikan
2.9 Tatalaksana
Terapi yang dibutuhkan adalah terapi suportif dan terapi spesifik yang
untuk berbagai kasus yang dapat diterapi.6 Terapi yang pertama pada pasien
pneumonina adalah oksigenasi, Oksigen tambahan harus dimulai untuk apa pun
pasien dengan saturasi oksigen <90%, atau seorang pasien dalam kesulitan
pernapasan dengan saturasi oksigen <95%. Untuk anak-anak yang sakit kritis,
berdaarkan berat badannya. Pada anak yang sedang demam dengan gangguan
responsif terhadap terapi bronkodilator, bahkan pada pasien dengan dugaan CAP.
Sebernarnya terapi antimikroba tidak diperlukan secara rutin untuk anak-anak usia
prasekolah dengan CAP, karena patogen virus bertanggung jawab untuk sebagian
besar penyakit klinis. Karena, terapi antibiotik dapat memiliki banyak efek
antibiotik empiris untuk anak-anak dengan diduga CAP pada awalnya dipandu
Tabel 2.3 Kriteria Rawat inap pada pasien dengan pneumonia pediatri11
Status imunokompromais
dari 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan
pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik dan mudah. Alternatif yang dapat
Antibiotik golongan makrolid dapat diberikan pada anak usia > 5 tahun karena
M.pneumoniae sering terjadi pada anak usia > 5 tahun. Jika S.aureus dicurigai
Menurut WHO ada beberapa rekomendasi untuk terapi pneumonia pada anak-
anak, yaitu:10
1. Pneumonia dengan klinis takipnea, dengan atau tanpa adnaya retraksi dada,
dan dyspnea yang gagal pada pengobatan lini pertama dengan amoksisilin
harus memiliki opsi rujukan ke fasilitas di mana ada pengobatan lini kedua
yang sesuai.
2. Anak-anak usia 2–59 bulan dengan pneumonia disertai retraksi dada harus
3. Anak-anak berusia 2-59 bulan dengan pneumonia berat harus diobati dengan
pertama.
untuk bayi yang terinfeksi dan terpajan HIV dan untuk anak-anak di bawah 5
tahun dengan pneumonia diserti adanya retraksi dada atau pneumonia berat.
26
sebagai pengobatan tambahan untuk yang terinfeksi dan terpajan HIV bayi
berusia 2 bulan hingga 1 tahun dengan dada terbuka atau pneumonia berat.
(PCP) tidak dianjurkan untuk anak-anak yang terinfeksi dan terpajan HIV
laktam, yaitu sekitar 10-20%. Cefditoren adalah terapi oral terbaik untuk
pada sefotaksim dan ceftriaxone. Dalam meta-analisis dari enam uji klinis acak
termasuk 1.219 pasien dirawat di rumah sakit italia dengan sedang hingga berat
efek samping terkait obat dan rumah sakit yang lebih pendek tetap, dengan
demikian juga mengurangi biaya terkait. Beralih dari terapi antibiotik parenteral
ke oral mengurangi lama dan biaya rawat inap, dan risiko infeksi yang didapat di
Influenzae.12
Sumber: https://www.tandfonline.com/loi/yjoc20
Sumber: www.ebmedicine.net/pempissues/Peditric-Community-Acquired-Pneumonia
28
Sumber: www.ebmedicine.net/pempissues/Peditric-Community-Acquired-Pneumonia
29
Katergori Patogen yang umum terjadi Pasien Rawat Pasien Rawat Inap (± 10-14 Pasien Intensive Care (± 10-14
Usia Jalan (± 7-10 hari) hari)
hai)
Neonatus ( < Streptococcus Group B, Sebaiknya tidak Ampisillin (IM/IV 50 mg/kgbb Ampisillin (IM/IV 50 mg/kgbb +
1 bulan) Escherichia coli,Klebsiela, dilakukan + cefotaxim atau aminoglikosid cefotaxim atau aminoglikosid
Listeria monocythogenes, perawatan (gentamisin 4-5 mg/kgBB/dosis (gentamisin 4-5 mg/kgBB/dosis
bakteri gram negatif lainnya, sebagai pasien atau amikasin 15 atau amikasin 15 mg/kgBB/dosis
Streptococcus pneumoniae, rawat jalan mg/kgBB/dosis secara intravena secara intravena setiap 12 jam) +
Haemophilus influenzae, setiap 12 jam) + preparat anti preparat anti staphylococcus apabila
Streptococcus pyogenes, staphylococcus apabila dicurigai adanya infeksi
Staphylococcus aureus. dicurigai adanya infeksi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
1-3 Bulan Respiratory syncytial virus, Tidak diarankan cefuroxim atau cefotaxim atau cefuroxim atau cefotaxim atau
(Pneumonia virus respiratorik lainnya untuk ceftriaxone + nafsilin atau ceftriaxone + nafsilin atau oxacillin
dengan (parainfluenza virus, melakukan oxacillin + preparat nafilin atau oxacillin
demam) influenza virus, rawat jalan pada
adenoviruses), S. Pnemoniae, perawatan awal
H. Influenzae (tipe b,
nontypeable)
1-3 bulan Chlamydia trachomatis, Eritromisin, Eritromisin, azitromisin, atau Eritromisin, azitromisin, atau
(Pneumonia Mycoplasma hominis, azitromisin, atau klarotromisin, dengan klarotromisin, dengan pemantauan
afebril) Ureaplasma urealyticum, klarotromisin, pemantauan ketat ketat + cefotaxim atau ceftriaxone +
sitomegalovirus dengan nafsilin atau oxacillin
pemantauan
ketat
3-12 bulan Streptococcus Group A, Amoxicillin, Ampicillin atau cefuroxim Cefuroxim atau ceftriaxone +
Respiratory syncytial virus, Eritromisin, eritromisin atau klaritromisin
virus respiratorik lainnya azitromisin, atau dengan pemntauan ketat
(parainfluenza virus, klarotromisin,
influenza virus, dengan
adenoviruses), S. Pnemoniae, pemantauan
H. Influenzae (tipe b, ketat
nontypeable), Chlamydia
trachomatis, Mycoplasma
pneumoniae
12-60 bulan Streptococcus Group A, virus Amoxicillin, Ampicillin atau cefuroxim Cefuroxim atau ceftriaxone +
(1-5 tahun) respiratorik lainnya Eritromisin, eritromisin atau klaritromisin
(parainfluenza virus, azitromisin, atau dengan pemntauan ketat
influenza virus, klarotromisin,
adenoviruses), S. Pnemoniae, dengan
H. Influenzae (tipe b, pemantauan
nontypeable), ketat
Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae, S.
Aureus
5-18 tahun virus respiratorik lainnya Eritromisin, Eritromisin, azitromisin, atau Cefuroxim atau ceftriaxone
(parainfluenza virus, azitromisin, atau klarotromisin, diiringi ditambah eritromisin atau
influenza virus, klarotromisin, pemantauan ketat dengan klaritromisin
adenoviruses), S. Pnemoniae, dengan ataupun tanpa ditambahkan
H. Influenzae (tipe b, pemantauan preparat cefuroxim atau
nontypeable), ketat ampisillin
Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae
30
≥ 18 tahun virus respiratorik lainnya Eritromisin, Eritromisin, azitromisin, cefotaxime, ceftriaxone, atau
(parainfluenza virus, azitromisin, klarotromisin, levofloksasin ampisillin-sulbaktam +
influenza virus, klarotromisin, dengan pemantauan ketat klarotromisin, levofloksasin dengan
adenoviruses), S. Pnemoniae, levofloksasin ditambah cefotaxime, pemantauan ketat
H. Influenzae (tipe b, dengan ceftriaxone, atau ampisillin-
nontypeable), pemantauan sulbaktam
Chlamydophila pneumoniae, ketat
Mycoplasma pneumoniae,
Legionella pneumoniae
2.10 Komplikasi
pleura sehingga mengakibatkan empiema jika cairan bersifat purulen. Efusi dalam
jumlah banyak akan membatasi pernapasan dan harus dilakukan drainase. Dapat
juga menimbulkan jaringan parut pada saluran pernapasan dan parenkim paru
2.11 Pencegahan
bakteri pneumococcal atau influenza. Vaksin tidak dapat mencegah semua infeksi.
mempunyai tingkat infeksi ringan, tidak bertahan lama, dan komplikasi yang lebih
ringan.14
berat seperti bakteremia dan meningitis. Vaksin ini penting untuk anak dibawah
usia 5 tahun, dan anak lebih dari 5 tahun dengan penyakit jantung atau paru atau
kanker.14
berusia 6 bulan – 18 tahun. Bayi 6 bulan hingga anak usia 5 tahun memiliki risiko
mencegah infeksi ini. Vaksin ini direkomendasikan untuk anak usia kurang dari 5
tahun.14
Global Action Plan for the Prevention and Control of Pneumonia and Diarrhoea
(GAPPD) menetapkan kerangka terintegrasi dari intervensi kunci yang terbukti efektif
pneumonia dan diare secara tepat. Cara yang dapat dilakukan untuk membuat anak bebas
pendamping asi yang memadai disertai dengan pemberian asi eksklusif, dan memberikan
penularan penyakit yang membuat anak menjadi sakit adalah dengan cara melakukan
pencegahan HIV. Upaya untuk mengobati menyembuhkan anak yang sakit dengan cara
meningkatkan pencarian dan rujukan perawatan, menggunakan antibiotik yang tepat, dan
terapi oksigen.13
2.12 Prognosis
beberapa kasus, pneumonia dapat berlangsung lebih lama dari 1 bulan atau dapat
berulang. Pada kasus seperti ini, patut dicurigai adanya penyakit lain yang
mendasari.6
32
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 3bulan
BB : 4,4 kg
Alamat : Jabung
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA
1.2 Anamnesis
Sesak sejak tadi malam pukul 01.00, sesak dirasakan saat istirahat
maupun saat beraktivitas, sehingga pasien sulit tidur dan rewel. Nafas
demam, batuk dan pilek sejak 1 minggu sebelum MRS, batuk berdahak
sulit dikeluarkan, hilang timbul dengan frekuensi sering baik pada saat
pagi maupun malam hari, dahak dapat keluar 1-2 kali saja berwarna putih
kental, tidak ada darah. Kemudian demam sejak 7 hari sebelum MRS,
demam dirasakan naik turun, dirasakan tinggi baik pagi maupun malam
hari. Pasien hanya diberikan obat penurun panas yang didapat dari
mimisan. Tidak ada mual dan muntah. Tidak didapatkan nyeri perut,
nafsu minum menurun beberapa hari ini. BAB dan BAK seperti biasa.
Riwayat Alergi :
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat, dan riwayat alergi makanan.
makanan maupun riwayat atopi lainya, Tidak ada riwayat batuk lama di
keluarga
34
Riwayat Sosial :
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan pengasuhnya. Ibu pasien mengaku
anaknya
Postnatal : Menangis spontan, anemis (-), ikterus (-), sianosis (-), kejang (-),
Mata: mata cowong -/-, RC +/+ PBI 3mm/3mm Konjungtiva Anemis -/-,
THT: Epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-), dispneu (+), otorea (-),
Mulut : mukosa bibir basah, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), mukosa
Leher : Pembesaran KGB (-), Deviasi trachea (-), kelenjar thyrid dBN
Thoraks
Perkusi: Sonor
Auskultasi : vesikuler
++ ,Rhonki basah kasar++ , Wheezing -- --
++++ ++++ - -
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Soefl, Hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat, nyeri
tekan
Perkusi : Timpani
Inguinal/Genitalia
Ekstremitas
+ +
+ +
Darah Lengkap
Hb : 10,5 g/dL
Plt : 428.000/uL
1.5 Terapi
O2 mask 5lpm
-PCT 3x 1/3
-inj.cefotaxim 3x100mg
BAB IV
PEMBAHASAN
Bayi At, 3bulan dengan BB 4,4 kg PB 60cm. Datang dengan sesak memberat sejak
tadi malam pukul 01.00, sesak dirasakan saat istirahat maupun saat beraktivitas,
sehingga pasien sulit tidur dan rewel. Nafas terdengar grok-grok, sesak dirasakan
bertambah berat saat batuk dan bertambah parah 2 jam yang lalu. Sebelum
sesak, pasien mengalami demam, batuk dan pilek sejak 1 minggu sebelum MRS,
batuk berdahak sulit dikeluarkan, hilang timbul dengan frekuensi sering baik
pada saat pagi maupun malam hari, dahak dapat keluar 1-2 kali saja berwarna
putih kental, tidak ada darah. Kemudian demam sejak 7 hari sebelum MRS,
demam dirasakan naik turun, dirasakan tinggi baik pagi maupun malam hari.
Pasien hanya diberikan obat penurun panas yang didapat dari puskesmas
namun, setelah minum obat demam pasien turun dan beberapa saat naik lagi.
Tidak didapatkan gusi berdarah, maupun mimisan. Tidak ada mual dan muntah.
Tidak didapatkan nyeri perut, nafsu minum menurun beberapa hari ini. BAB dan
terdapat suara vesikuler dekstra dan sinistra, retraksi intercostal minimal, rhonki
kasar pada paru dextra dan sinistra,. Pada abdomen didapatkan soefl, flat, bising
ekstremitas capillary refill time < 2 detik, akral hangat merah pada keempat
ekstremitas.
adanya proses infeksi yang terjadi dan peningkatan neutrofil yang cukup
signifikan sebesar 74% menandakan adanya shift to the left untuk terjadinya
infeksi yang dicurigai karena bakteri, dan pemeriksaan foto thorax dengan kesan
Problem List
Dyspneu
Diagnosis
Pneumonia
Planning Diagnosis
40
Planning Terapi
O2 mask 5lpm
-PCT 3x 1/3
-inj.cefotaxim 3x100mg
Monitoring
Keluhan pasien (dyspnea, retraksi, Rhonki kasar) dan Efek samping obat
Edukasi
nutrisi pasien
Menjelaskan kepada orang tua untuk rutin minum obat yang diberikan
1.6 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA