Anda di halaman 1dari 20

Pengembangan

Kawasan Properti di
Surabaya Bergeser ke
Barat
Kompas.com - 14/04/2011, 19:23 WIB
 
 

SURABAYA, KOMPAS.com - Pengembangan kawasan properti, terutama


kelas menengah atas, di kota Surabaya bergeser ke wilayah barat. Hal ini
terlihat dari makin banyaknya pengembang besar yang membangun di
Surabaya Barat, termasuk pengembang Grup Ciputra.

“Surabaya barat paling berkembang di kota Surabaya saat ini. Kawasan


timur dan utara tak bisa dikembangkan lagi karena arahnya ke laut. Yang
masih terus dikembangkan adalah wilayah barat,” kata Managing Director
Grup Ciputra, Harun Hajadi di Surabaya, hari Kamis (14/4/11)

Menurut Harun, Jalan Mayjen Sungkono adalah jalan terpenting yang


menghubungkan pusat bisnis dan kawasan hunian di Surabaya Barat.
Pengembang Ciputra misalnya, membangun perumahan skala besar,
CitraLand.

Catatan Kompas menunjukkan, pengembang besar lainnya yang


membangun perumahan di Surabaya Barat adalah Intiland (Graha Famili),
Bukit Darmo, Pakuwon, Sinarmas.

Menurut Harun, tahun 1993 lalu, ia mengembangkan Mal Ciputra di sana.


“Jalan Mayjen Sungkono sepi sekali. Tapi waktu itu saya percaya wilayah
properti akan berkembang ke arah barat. Dan untuk mewujudkan Ciputra
World Surabaya, kami menggandeng mitra, yang salah satunya adalah
Wenas Panwell, pemilik tanah ini,” ungkapnya.
Advertisment

Harun menambahkan, saat ini kompleks gaya hidup sudah beralih ke


Surabaya Barat. “Ibaratnya kalau Jakarta, kawasan Thamrin pindah ke
Jakarta Selatan. Nah, di Surabaya, pusat gaya hidup pindah ke Surabaya
Barat, terutama Jalan Mayjen Sungkono,” katanya memberikan analogi.

Direktur Grup Ciputra Sutoto Yakobus mengatakan, selain membangun


mal, Grup Ciputra juga membangun dua menara apartemen di sana.
“Sampai April 2011, dari 413 unit, sudah terjual 80 persen. Harga
apartemen di kawasan Jalan Mayjen Sungkono ini setiap tahun naik 15-20
persen,” jelas Sutoto.

Pada akhir tahun 2007, harga apartemen di CWS mulai dari Rp 8 juta/m2,
sekarang April 2011 harganya sudah Rp 12 juta per m2.

Harun Hajadi menambahkan, di Surabaya, tinggal di apartemen memang


masih sesuatu yang baru.

“Orang Surabaya belum terbiasa tinggal di apartemen seperti di Jakarta.


Tetapi melihat tren orang membutuhkan kenyamanan, akan banyak orang
memilih tinggal di apartemen karena lebih simpel, terbebas dari kemacetan
lalu lintas. Tinggal di apartemen di Surabaya akan menjadi tren baru. Dan
yang kami bangun di Ciputra World Surabaya, bukan sekadar apartemen,
tapi apartemen yang dilengkapi mal, hotel,” katanya. (Robert Adhi
Kusumaputra)
Pekan lalu, saya diajak melihat-lihat CitraLand Surabaya, proyek hunian
kebanggaan Ciputra di Indonesia. Ketika melintas di jalan utama kota baru
itu, Harun Hajadi, Managing Director Grup Ciputra mengatakan pada saya,
“Lihatlah jalan di sini, lebar-lebar, seperti highway di Australia.”

Memang, infrastruktur jalan di Citraland Surabaya dibangun dengan


terencana. Harun, salah satu menantu Pak Ciputra, terlibat sejak awal
pembebasan lahan dan pembangunan proyek hunian, yang memiliki izin
lokasi seluas 2.000 hektar ini.

Wajar kalau Harun bangga. Hunian yang dibangun sejak tahun 1993 ini
memiliki tagline “The Singapore of Surabaya - Living a Clean, Green, and
Modern City”. Citraland Surabaya ingin menjadi kawasan hunian yang
bersih, hijau, dan modern, seperti Singapura. Klaster-klasternya pun dibuat
dengan nama-nama berbau Singapura, seperti Sommerset, Raffles,
Fullerton.

Strategi mengubah tagline ini berhasil memikat pembeli. General Manager


Citraland Surabaya, Andy Soegiardjo mengungkapkan, pada tahun 2003-
2004, mereka mencetak rekor penjualan di Grup Ciputra dengan meraih
pendapatan Rp 850 miliar.

Melhat sukses luar biasa, Citraland Surabaya pun mengembangkan klaster


dan penunjuk jalan dengan model Singapura. Bukan hanya pernak-pernik
yang dibuat mirip negeri Singa, pencanangan kampanye tanam pohon,
gerakan kebersihan dan penghijauan pun dilancarkan. Inilah kunci sukses
Citraland Surabaya mengambil hati calon pembeli rumah.
Implementasi tagline “The Singapore of Surabaya” yang sungguh-sungguh
diwujudkan secara nyata ini berdampak positif pada penjualan.

Penghuni diedukasi untuk selalu cinta kebersihan, meski pengelola tak


punya otoritas memberlakukan denda. Dan setelah “clean” tercapai, masuk
ke tahap “green”. Penghuni diajak peduli penghijauan dan ikut lomba
taman. Dan kini Citraland Surabaya masuk ke tahap modern. Penghuni
menikmati akses internet broadband dan TV kabel. Juga ada zona wifi
gratis di sejumlah tempat publik.

Sampai tahun 2010, dari 2.000 hektar, yang sudah dikembangkan 850
hektar dengan jumlah penghuni 5.000 KK atau sekitar 24.000 jiwa.
Mayoritas penghuninya adalah usia produktif, kombinasi pebisnis dan
profesional. Umumnya mereka tak hanya membeli rumah, tapi juga fasilitas
dan infrastruktur. Sampai April 2011, sudah dibangun 30 klaster, dan
klaster termahal adalah Bukit Golf.
Salah satu penghuni Citraland, Vonny mengaku hampir sepanjang hari ia
berada di kawasan itu. Dari mulai berolahraga, bekerja, makan dan tinggal.
Gaya hidup baru kelas menengah atas pun terbentuk. Bahkan gaya hidup
bersepeda terbentuk secara alami. Banyak penghuni memanfaatkan jalan
yang lebar-lebar itu untuk bersepeda dan ber-jogging.

Salah satu keunggulan Citraland Surabaya adalah City Management, yang


mengelola infrastruktur dan fasilitas di Citraland. Memang ada
pengembang lain yang memiliki manajemen kota, namun yang bersertifikat
ber-ISO 9001-2000 hanya Citraland Surabaya, demikian kata Andy
Soegiardjo.

Seperti halnya kota mandiri lainnya, fasilitas Citraland Surabaya relatif


lengkap, mulai dari supermarket, pasar tradisional, kafe dan
restoran,waterpark, kolam renang, sinema, ruang pamer Honda, sampai
kantor pajak dan kantor pertanahan. Lapangan golf di Citraland Surabaya
terlengkap di Jawa Timur dengan 27 hole. Dan ke depan, dibangun hotel
butik dan rumah sakit. Tempat makan bernuansa alfresco dining, GWalk
berkembang seiring tren gaya hidup. Banyak pengunjung dari luar
Citraland, menikmati hidangan resto, foodcourt dan pedagang kali lima di
sepanjang kawasan sepanjang 1,5 km itu.
Advertisment

Sekolah pun banyak, mulai dari Sekolah Internasional Ciputra, Surabaya


International School, Cita Hati, Masa Depan Cerah, Taipei School, Mimi
School, dan Universitas Ciputra yang dibuka sejak tahun 2007 bertujuan
menciptakan wirausaha kelas dunia (world class entrepreneur).

Ke arah Surabaya Barat 


Pengembangan hunian menengah atas di Surabaya mengarah ke wilayah
barat. Tren ini sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1993. Ini terlihat pada
Graha Famili yang dikembangkan Intiland, Citraland Surabaya yang
dibangun Grup Ciputra, Pakuwon, Bukit Mas yang dibangun Sinarmas,
Bukit Darmo Golf, Dian Istana, Royal Residence, sampai The Prambanan.
Lingkungan hunian ditata dan terkonsep dengan baik.

Awalnya pembangunan lebih banyak di wilayah timur Surabaya. Masuknya


pengembang-pengembang besar yang masing-masing membawa konsep
perencanaan yang matang, akhirnya membuat wilayah barat berkembang
pesat. Infrastruktur jalan yang dibangun lebar-lebar. Jalan utama CitraLand
Surabaya selebar 30 meter dalam dua tahun mendatang, akan menjadi
West Ring Road Surabaya Barat, yang menyambung ke Gresik.
Kendaraan dari tol Waru, tol Satelit, masuk CitraLand menuju Gresik. West
Ring Road ini bertujuan memecah jalur tengah kota.

Pesatnya wilayah Surabaya Barat membuat harga tanah juga terus


melesat. Jika pada tahun 1993 saat CitraLand Surabaya dibangun harga
tanah berkisar Rp 400.000 per meter persegi, sekarang di harga tanah di
klaster Bukit Golf sudah Rp 5 juta per meter persegi. Rata-rata harga tanah
di CitraLand Rp 3 juta - Rp 3,5 juta per meter persegi.

Di Surabaya Barat, harga tanah termahal di Graha Famili Rp 4 juta - Rp 5


juta per meter persegi. Ini karena lokasi Graha Famili berada di depan dan
pangsa pasar menengah atas. Sedangkan Citraland menjangkau semua
kalangan, mulai dari kelas menengah, menengah atas, sampai kelas atas.
Harga rumah mulai Rp 700 juta (tanah 135 m2 dan bangunan 93 m2), Rp
1,5 miliar (tanah 210 m2, bangunan 247 m2), sampai Rp 5 miliar (tanah
800 m2, bangunan terserah konsumen, didesainkan).

"Brand" Ciputra 
Mengapa Grup Ciputra relatif sukses saat membangun proyek-proyek
properti di berbagai kota di Indonesia? Salah satu jawabannya tentu
karena brand Ciputra yang sangat kuat. Begitu orang mendengar nama
Ciputra, yang ada di benak adalah perumahan yang hijau, bersih dan
berkualitas. Itulah sebabnya rumah-rumah dengan brand CitraLand,
CitraGarden, CitraIndah, CitraHarmoni, CitraGrand City ataupun proyek
superblok Ciputra World selalu sukses.

Brand ini dibangun Ciputra sejak tahun 1961 ketika memulai Grup Jaya
bersama Pemda DKI Jakarta, dilanjutkan bersama Grup Metropolitan tahun
1971. Dan Ciputra membuat namanya menjadi brand saat mendirikan
perusahaan yang dikelola keluarga tahun 1981.

Pada usianya yang ke-30 tahun 2011 ini, Grup Ciputra mencanangkan
membangun perumahan di 30 kota di Indonesia. Sampai April 2011,
Ciputra sudah hadir di 23 kota. Brand Ciputra makin kokoh karena setelah
itu, ada Mal Ciputra, Hotel Ciputra, Universitas Ciputra, rumah sakit Ciputra
Hospital, superblok Ciputra World.

Dari sekian banyak proyek perumahan, CitraLand  Surabaya adalah proyek


kebanggaan Grup Ciputra, hunian yang terlengkap dan termodern. Dan di
antara provinsi di Indonesia, Jawa Timur adalah daerah di mana Grup
Ciputra menanamkan investasi paling besar. Selain CitraLand Surabaya,
Grup Ciputra juga memiliki tiga proyek properti di Sidoarjo dan proyek
terbaru superblok Ciputra World Surabaya.

Iklim investasi yang kondusif dan dukungan pemerintah yang kuat,


membuat Grup Ciputra "jatuh cinta" pada Jawa Timur. Dan kata Harun
Hajadi, Grup Ciputra akan tetap membangun proyek properti yang bersih,
hijau, dan modern di Jawa Timur, dan pada gilirannya menciptakan
lapangan kerja dari proyek-proyek properti, dan memberi kontribusi pajak
ke pemerintah daerah. ***

*) Robert Adhi Kusumaputra adalah editor Kanal Properti


Kompas.com
URABAYA, KOMPAS.com - Kota-kota di dunia berlomba menembus
kelas internasional melalui beragam rencana pengembangan wilayah yang
menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan rancangan induk komprehensif.
Bagaimana dengan Surabaya?

Surabaya, menurut guru besar tata kota Institut Teknologi Sepuluh


November, Johan Silas, punya posisi sangat strategis di Indonesia.

"Surabaya berada di kawasan yang 10-20 tahun ke depan akan menjadi


pusat ekonomi dunia. Posisi GDP Indonesia 2014 di dunia peringkat 9,
diprediksi pada 2030 kita di posisi lima," ujar Johan di Surabaya, Minggu
(28/6/2015).

Kemudian, lanjut Johan, pada tahun 2050, GDP Indonesia diprediksi


berada posisi 4 setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

Pada survei perusahaan dunia yang ingin menanamkan investasi di negara


tertentu, lokasi terbaik ada di indonesia. Menurut Johan, perusahan yang
berencana menanamkan investasi di Indonesia adalah sebesar 81 persen.

Tidak hanya itu, Indonesia sekarang menempati peringkat 16 dengan


ekonomi terbesar. Sebanyak 45 juta penduduknya adalah kelas konsumen
aktif dan 55 juta pekerja berpendidikan. Indonesia juga memiliki 53 persen
dari populasi yang produktif dan menyumbang 74 persen GDP nasional.

Untuk menyongsong kemajuan, kata Johan, memang didominasi oleh


pengaruh bisnis di dalam negeri. Namun, tantangannya tidak hanya itu.

"Bukan hanya bisnis, melainkan teknologi dan lingkungan, serta


meningkatnya penduduk kelas menengah, sumber daya alam, dan
kebutuhan infrastruktur," tutur Johan.
Advertisment

Sementara Surabaya, menurut dia, selalu melebihi pertumbuhan ekonomi


nasional. Pada 2020, pertumbuhan ekonominya bisa menyentuh 7 persen.
Surabaya, kata Johan, merupakan kota dengan ekonomi dan sumber daya
manusia yang mumpuni.

Dalam menyiapkan kota yang lebih baik, pada 1973, Surabaya


menyelesaikan masterplan atau rencana induk untuk tata ruang dan
wilayah (RTRW).

"Sejak 1993 kebijakan kota Surabaya akan diarahkan ke barat. Surabaya


Selatan memang punya banyak bangunan tinggi. Tapi, untuk modalnya,
Surabaya Barat didorong akan jadi pusat ekonomi," jelas Johan.

Peristiwa lainnya yang terjadi pada tahun tersebut selain pengesahan


rencana induk, imbuh Johan, adalah pertama kalinya Pemerintah Kota
Surabaya mengizinkan pembangunan real estate besar yang terpecah tiga,
yaitu Darmo Grande, Darmo Satelit, dan Darmo Permai.

Perubahan dan pembangunan tahun ini, tutur Johan, sebenarnya adalah


hasil kerja keras perencanaan yang dilakukan hampir 50 tahun yang lalu.

Menurut dia, hingga saat ini, tidak ada perubahan struktur RTRW yang
mendasar karena rencana induknya kuat. Hal ini penting, karena jika
RTRW mudah berubah, investor bisa merugi. Pasalnya, mereka juga
memiliki rencana investasi pada daerah-daerah tertentu.

Meski begitu, Surabaya tetap tanggap terhadap kemajuan. Pada model


pembangunannya di dalam RTRW, bisa berubah. Namun, strukturnya
tetap, misalnya jalan dan saluran pembuangan. Fungsi utama ini setiap
lima tahun akan dievaluasi.

Dengan berpegang pada RTRW ini, kata Johan, Surabaya bisa menjadi
kota cerdas bertaraf internasional.
"Masa Depan"
Surabaya Ada di
Tangan Puncak Group
HILDA B ALEXANDER
Kompas.com - 18/01/2016, 14:00 WIB
 
 

Ilustrasi apartemen(thinkstock)

SURABAYA, KOMPAS.com - Kendati PT Pakuwon Jati Tbk menguasai


pengembangan dan pasokan apartemen di Surabaya pada tahun lalu,
namun pada masa yang akan datang Puncak Group justru yang
memegang "tampuk pimpinan". (Baca: Pakuwon Merajai Surabaya)

Pengembang ini tercatat menguasai pembangunan apartemen sebanyak


8.592 unit dengan porsi 30 persen dari total pasokan 28.640 unit yang
masuk pasar ibu kota Jawa Timur hingga empat tahun ke depan. 
Menyusul di tempat berikutnya PT Pakuwon Jati Tbk dengan 15 persen
atau 4.296 unit. Selanjutnya berturut-turut Gunawangsa Group dengan 8
persen atau 2.291 unit, dan PT PP Properti Tbk dengan 7 persen atau
2.004 unit.

Kemudian PT Tlatah Gemah Anugerah 5 persen dengan 1.432 unit, dan


Ciputra Group sebanyak 2 persen dengan 572 unit, serta 33 persen lainnya
dari kumpulan pengembang-pengembang kecil.
Advertisment

Secara umum, menurut riset Colliers International Indonesia, Surabaya


Timur merupakan kontributor terbanyak dengan memasok 47 persen,
diikuti Surabaya Barat masing-masing 36 persen.

Sementara dari segmen permintaan, apartemen esksisting terserap 97,0


persen atau turun tipis 1,2 persen dari tingkat serapan sebelumnya
sepanjang 2015 lalu sebesar 98,2 persen. 

Sedangkan tingkat serapan apartemen yang masih dalam pembangunan


sebesar 70,4 persen atau turun 1,2 persen dari sebelumnya 71,6 persen. 
Siapa Raja Apartemen di Surabaya?
Anto Erawan • Januari 14, 2015

RumahCom – Kawasan Surabaya Barat dan Timur masih menjadi magnet bagi pembangunan
apartemen di Kota Pahlawan.

Colliers International Indonesia mencatat, Surabaya Barat dan Timur masing-masing


menyumbang 44% pasokan apartemen di Surabaya. Sementara, Surabaya Pusat dan Selatan
masing-masing hanya memiliki pasokan sebesar 4% dan 8%.

Hingga akhir semester II-2014 lalu, pasokan apartemen di Surabaya mencapai 18.153 unit, atau
meningkat 10,8% dibanding semester sebelumnya. Proyek apartemen teranyar di Surabaya
adalah Educity (Pakuwon Group) dan Sumatera 36 (Intiland Group).

“Saat ini pasokan apartemen di Surabaya hanya 12% dibanding pasokan apartemen di Jakarta,”
jelas Ferry Salanto, Associate Director Research Colliers International Indonesia dalam
pemaparan Surabaya Property Market Report, Selasa (13/1).

Ferry menuturkan, hingga akhir 2014, pasokan apartemen di Surabaya masih dikuasai dua grup
besar, yakni Puncak Group (32,2%) dan Pakuwon Group (28,3%). Selain itu masih ada
Gunawangsa (7%), PT Aktifitas Putra Mandiri (6%), dan Ciputra Group (5%).

Di rentang 2015 – 2018, imbuhnya, Puncak Group masih akan menyuplai 32% pasokan
apartemen di Surabaya, sementara Pakuwon sebanyak 27%, Gunawangsa 10%, PT Tlatah
Gemah Anugerah 5%, PT PP 3%, dan Ciputra Group 3%.

Anto Erawan
Dua Pengembang Ini Rajai Pasar
Apartemen Surabaya
• Januari 8, 2014

RumahCom – Tidak seperti pasar properti residensial Jakarta yang diwarnai oleh banyak
pengembang dari berbagai skala, pasar apartemen Surabaya masih didominasi oleh lima
pengembang. Dari lima pengembang tersebut, ada dua pengembang yang terlihat cukup
menonjol, dilihat dari jumlah unit yang terbangun.

Ferry Salanto, Associate Director of Research Colliers International Indonesia memaparkan,


kelima pengembang tersebut antara lain Puncak Group, Pakuwon Group, PT Gunawangsa
Investindo, PT Aktifitas Putra Mandiri, dan Ciputra Group. “Tapi Puncak Group masih terbesar
dan diikuti Pakuwon. Mereka masih merajai pasar properti apartemen khususnya di Surabaya,”
kata Ferry di Jakarta, Selasa (7/1).

Ferry menjelaskan, persentase sumbangan proyek apartemen Puncak Group mencapai 32,9%
dari total unit apartemen di Surabaya. Posisi pengembang teraktif kedua ditempati oleh Pakuwon
Group dengan persentase 23,2%. Gunawangsa, Aktifitas, dan Ciputra masing-masing
menyumbang 8,8%, 6,8%, dan 6,7% dari total pasokan unit apartemen.

“Puncak lebih berkonsentrasi pada apartemen skala low, sedangkan produk Pakuwon ditujukan
untuk kalangan menengah ke atas,” imbuh Ferry.

Pada 2014 hingga 2016, diperkirakan ada sekitar 20.000 unit apartemen baru yang akan masuk
ke pasar. Sementara, posisi pengembang teraktif di Surabaya diprediksi tidak akan mengalami
perubahan signifikan, selain semakin kuatnya dominasi kedua pengembang teraktif tersebut.

“Persentasenya akan lebih besar lagi. Puncak Group menjadi 38%, sedangkan Pakuwon
menjadi 33%,” pungkasnya.
88Avenue: Mega Proyek Pertama di
CBD Surabaya
Anto Erawan • Juni 29, 2015

RumahCom – Berlokasi di kawasan Segi Delapan Surabaya yang diproyeksikan sebagai central


business district (CBD) Kota Pahlawan, PT Waskita Karya dan PT Darmo Permai
mengembangkan mega proyek 88Avenue.

Menempati lahan 34.088 m², 88Avenue dikembangkan sebagai kawasan mixed-use yang


memiliki delapan menara, yang terdiri dari satu menara SOHO (small office home office), satu
menara perkantoran, satu menara serviced apartment, dan lima menara apartemen, serta life
style mall: The Plaza.

“Dengan semua kelengkapannya, 88Avenue merupakan mega proyek pertama di Surabaya dan
diharapkan menjadi katalis yang membantu pertumbuhan kawasan tersebut sebagai CBD
international,” jelas Didiet Oemar Prihadi, Presiden Direktur Waskita Karya Realty di Surabaya,
Ahad malam (28/6).

Didiet menjelaskan, proyek yang mulai dibangun pada Agustus 2015 ini menyediakan 28
fasilitas, seperti Ice Skating Rink, Sky Beach, dan Hanging Pool yang pertama di Indonesia.
Pada tahap pertama, di proyek senilai Rp5 triliun ini dipasarkan menara SOHO (The SOHO) dan
menara apartemen pertama (The Residence). The SOHO menawarkan unit dua lantai yang
dapat digunakan sebagai kantor, hunian, dan tempat usaha.

Ada dua tipe unit SOHO yang dipasarkan, yaitu Soho tipe R (135 m²) dan SOHO tipe S (148 m²)
yang dipatok dengan harga Rp19.888.888 per meter persegi.

“Dengan dukungan infrastrukur IT yang canggih, seperti data center, fiber optic, dan smart
sccess key, konsep SOHO ini merupakan jawaban bagi mereka yang ingin tinggal dan bekerja di
tempat yang sama. Konsep ini direspon sangat baik oleh konsumen maupun investor asing,”
ungkap Kevin Yaphon Sanjoto, Managing Director 88Avenue, pada kesempatan yang sama.

Sementara itu, imbuh Kevin, The Residence menawarkan beberapa tipe hunian dengan luas 33
m² – 88 m² yang dipasarkan dengan harga Rp18.888.888 per meter persegi. Selain itu, di dini
juga ditawarkan dua lantai khusus Super Penthouse dengan luas 888 m².

“Sebagai proyek baru, 88Avenue mencatat penjualan yang cukup fantastis. Sejak mulai
diperkenalkan Maret lalu, unit yang telah terjual mencapai 70%, padahal kami belum melakukan
promosi besar-besaran,” imbuh Kevin.

Dia memaparkan, keunggulan lain 88Avenue karena didesain oleh arsitek terkenal asal Jepang,
Tange Asssociates yang mendesain stadion olimpiade tahun 1964 dan 2020 di Jepang.

Anto Erawan
Penulis adalah editor Rumah.com. Untuk berkomunikasi dengan penulis, Anda dapat mengirim
email ke:antoerawan@rumah.com atau melalui Twitter: @AntoSeorang

Anda mungkin juga menyukai