Kawasan Properti di
Surabaya Bergeser ke
Barat
Kompas.com - 14/04/2011, 19:23 WIB
Pada akhir tahun 2007, harga apartemen di CWS mulai dari Rp 8 juta/m2,
sekarang April 2011 harganya sudah Rp 12 juta per m2.
Wajar kalau Harun bangga. Hunian yang dibangun sejak tahun 1993 ini
memiliki tagline “The Singapore of Surabaya - Living a Clean, Green, and
Modern City”. Citraland Surabaya ingin menjadi kawasan hunian yang
bersih, hijau, dan modern, seperti Singapura. Klaster-klasternya pun dibuat
dengan nama-nama berbau Singapura, seperti Sommerset, Raffles,
Fullerton.
Sampai tahun 2010, dari 2.000 hektar, yang sudah dikembangkan 850
hektar dengan jumlah penghuni 5.000 KK atau sekitar 24.000 jiwa.
Mayoritas penghuninya adalah usia produktif, kombinasi pebisnis dan
profesional. Umumnya mereka tak hanya membeli rumah, tapi juga fasilitas
dan infrastruktur. Sampai April 2011, sudah dibangun 30 klaster, dan
klaster termahal adalah Bukit Golf.
Salah satu penghuni Citraland, Vonny mengaku hampir sepanjang hari ia
berada di kawasan itu. Dari mulai berolahraga, bekerja, makan dan tinggal.
Gaya hidup baru kelas menengah atas pun terbentuk. Bahkan gaya hidup
bersepeda terbentuk secara alami. Banyak penghuni memanfaatkan jalan
yang lebar-lebar itu untuk bersepeda dan ber-jogging.
"Brand" Ciputra
Mengapa Grup Ciputra relatif sukses saat membangun proyek-proyek
properti di berbagai kota di Indonesia? Salah satu jawabannya tentu
karena brand Ciputra yang sangat kuat. Begitu orang mendengar nama
Ciputra, yang ada di benak adalah perumahan yang hijau, bersih dan
berkualitas. Itulah sebabnya rumah-rumah dengan brand CitraLand,
CitraGarden, CitraIndah, CitraHarmoni, CitraGrand City ataupun proyek
superblok Ciputra World selalu sukses.
Brand ini dibangun Ciputra sejak tahun 1961 ketika memulai Grup Jaya
bersama Pemda DKI Jakarta, dilanjutkan bersama Grup Metropolitan tahun
1971. Dan Ciputra membuat namanya menjadi brand saat mendirikan
perusahaan yang dikelola keluarga tahun 1981.
Pada usianya yang ke-30 tahun 2011 ini, Grup Ciputra mencanangkan
membangun perumahan di 30 kota di Indonesia. Sampai April 2011,
Ciputra sudah hadir di 23 kota. Brand Ciputra makin kokoh karena setelah
itu, ada Mal Ciputra, Hotel Ciputra, Universitas Ciputra, rumah sakit Ciputra
Hospital, superblok Ciputra World.
Menurut dia, hingga saat ini, tidak ada perubahan struktur RTRW yang
mendasar karena rencana induknya kuat. Hal ini penting, karena jika
RTRW mudah berubah, investor bisa merugi. Pasalnya, mereka juga
memiliki rencana investasi pada daerah-daerah tertentu.
Dengan berpegang pada RTRW ini, kata Johan, Surabaya bisa menjadi
kota cerdas bertaraf internasional.
"Masa Depan"
Surabaya Ada di
Tangan Puncak Group
HILDA B ALEXANDER
Kompas.com - 18/01/2016, 14:00 WIB
Ilustrasi apartemen(thinkstock)
RumahCom – Kawasan Surabaya Barat dan Timur masih menjadi magnet bagi pembangunan
apartemen di Kota Pahlawan.
Hingga akhir semester II-2014 lalu, pasokan apartemen di Surabaya mencapai 18.153 unit, atau
meningkat 10,8% dibanding semester sebelumnya. Proyek apartemen teranyar di Surabaya
adalah Educity (Pakuwon Group) dan Sumatera 36 (Intiland Group).
“Saat ini pasokan apartemen di Surabaya hanya 12% dibanding pasokan apartemen di Jakarta,”
jelas Ferry Salanto, Associate Director Research Colliers International Indonesia dalam
pemaparan Surabaya Property Market Report, Selasa (13/1).
Ferry menuturkan, hingga akhir 2014, pasokan apartemen di Surabaya masih dikuasai dua grup
besar, yakni Puncak Group (32,2%) dan Pakuwon Group (28,3%). Selain itu masih ada
Gunawangsa (7%), PT Aktifitas Putra Mandiri (6%), dan Ciputra Group (5%).
Di rentang 2015 – 2018, imbuhnya, Puncak Group masih akan menyuplai 32% pasokan
apartemen di Surabaya, sementara Pakuwon sebanyak 27%, Gunawangsa 10%, PT Tlatah
Gemah Anugerah 5%, PT PP 3%, dan Ciputra Group 3%.
Anto Erawan
Dua Pengembang Ini Rajai Pasar
Apartemen Surabaya
• Januari 8, 2014
RumahCom – Tidak seperti pasar properti residensial Jakarta yang diwarnai oleh banyak
pengembang dari berbagai skala, pasar apartemen Surabaya masih didominasi oleh lima
pengembang. Dari lima pengembang tersebut, ada dua pengembang yang terlihat cukup
menonjol, dilihat dari jumlah unit yang terbangun.
Ferry menjelaskan, persentase sumbangan proyek apartemen Puncak Group mencapai 32,9%
dari total unit apartemen di Surabaya. Posisi pengembang teraktif kedua ditempati oleh Pakuwon
Group dengan persentase 23,2%. Gunawangsa, Aktifitas, dan Ciputra masing-masing
menyumbang 8,8%, 6,8%, dan 6,7% dari total pasokan unit apartemen.
“Puncak lebih berkonsentrasi pada apartemen skala low, sedangkan produk Pakuwon ditujukan
untuk kalangan menengah ke atas,” imbuh Ferry.
Pada 2014 hingga 2016, diperkirakan ada sekitar 20.000 unit apartemen baru yang akan masuk
ke pasar. Sementara, posisi pengembang teraktif di Surabaya diprediksi tidak akan mengalami
perubahan signifikan, selain semakin kuatnya dominasi kedua pengembang teraktif tersebut.
“Persentasenya akan lebih besar lagi. Puncak Group menjadi 38%, sedangkan Pakuwon
menjadi 33%,” pungkasnya.
88Avenue: Mega Proyek Pertama di
CBD Surabaya
Anto Erawan • Juni 29, 2015
“Dengan semua kelengkapannya, 88Avenue merupakan mega proyek pertama di Surabaya dan
diharapkan menjadi katalis yang membantu pertumbuhan kawasan tersebut sebagai CBD
international,” jelas Didiet Oemar Prihadi, Presiden Direktur Waskita Karya Realty di Surabaya,
Ahad malam (28/6).
Didiet menjelaskan, proyek yang mulai dibangun pada Agustus 2015 ini menyediakan 28
fasilitas, seperti Ice Skating Rink, Sky Beach, dan Hanging Pool yang pertama di Indonesia.
Pada tahap pertama, di proyek senilai Rp5 triliun ini dipasarkan menara SOHO (The SOHO) dan
menara apartemen pertama (The Residence). The SOHO menawarkan unit dua lantai yang
dapat digunakan sebagai kantor, hunian, dan tempat usaha.
Ada dua tipe unit SOHO yang dipasarkan, yaitu Soho tipe R (135 m²) dan SOHO tipe S (148 m²)
yang dipatok dengan harga Rp19.888.888 per meter persegi.
“Dengan dukungan infrastrukur IT yang canggih, seperti data center, fiber optic, dan smart
sccess key, konsep SOHO ini merupakan jawaban bagi mereka yang ingin tinggal dan bekerja di
tempat yang sama. Konsep ini direspon sangat baik oleh konsumen maupun investor asing,”
ungkap Kevin Yaphon Sanjoto, Managing Director 88Avenue, pada kesempatan yang sama.
Sementara itu, imbuh Kevin, The Residence menawarkan beberapa tipe hunian dengan luas 33
m² – 88 m² yang dipasarkan dengan harga Rp18.888.888 per meter persegi. Selain itu, di dini
juga ditawarkan dua lantai khusus Super Penthouse dengan luas 888 m².
“Sebagai proyek baru, 88Avenue mencatat penjualan yang cukup fantastis. Sejak mulai
diperkenalkan Maret lalu, unit yang telah terjual mencapai 70%, padahal kami belum melakukan
promosi besar-besaran,” imbuh Kevin.
Dia memaparkan, keunggulan lain 88Avenue karena didesain oleh arsitek terkenal asal Jepang,
Tange Asssociates yang mendesain stadion olimpiade tahun 1964 dan 2020 di Jepang.
Anto Erawan
Penulis adalah editor Rumah.com. Untuk berkomunikasi dengan penulis, Anda dapat mengirim
email ke:antoerawan@rumah.com atau melalui Twitter: @AntoSeorang