8PEMBUBARAN DAN PEMBERESAN Ikapi viii-FENNIEKA
8PEMBUBARAN DAN PEMBERESAN Ikapi viii-FENNIEKA
PEMBERESAN
OLEH: DRFENNIEKA KRISTIANTO
PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INTENSIF KURATOR DAN PENGURUS
IKAPI ANGKATAN VIII
RED TOP HOTEL, 15 DESEMBER 2018
• Likuidator dan kurator merupakan dua profesi yang berbeda. Dilihat
dari tugasnya, likuidator adalah orang yang ditunjuk atau diangkat
menjadi penyelenggara likuidasi. Kepadanya dipikulkan kewajiban
mengatur dan menyelesaikan harta atau budel perseroan, sedangkan
kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang
diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta
Debitor Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas.
• Likuidator dan kurator bertugas dalam keadaan pembubaran
perseroan yang berbeda.
• Jika pembubaran perseroan terjadi berdasarkan keputusan RUPS,
karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan berdasar
keputusan Pengadilan Niaga, pembubaran yang wajib diikuti likuidasi
itu dilakukan oleh likuidator.
• Sedangkan, jika pembubaran perseroan terjadi berdasarkan karena
harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi, yang bertindak melakukan likuidasi adalah
kurator.
• Dari segi tanggung jawab, likuidator bertanggung jawab kepada RUPS
atau pengadilan yang mengangkatnya atas likuidasi Perseroan yang
dilakukan. Sedangkan kurator bertanggung jawab kepada hakim
pengawas atas likuidasi Perseroan (Debitor Pailit) yang dilakukan.
Pembubaran Perseroan
→ Mengenai pembubaran perseroan diatur dalam Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”) yang berbunyi: Pembubaran Perseroan terjadi:
a. berdasarkan keputusan RUPS;
b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
c. berdasarkan penetapan pengadilan;
d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan;
e. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang; atau
f. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan
likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan:
a. wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator
atau kurator; dan
b. Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali
diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam
rangka likuidasi.
• Pasal 142 ayat (2) UUPT
• Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (“RUPS”), jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir atau dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan
pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi bertindak selaku
likuidator. (Ps. 142 ayat (3) UUPT)
• Tetapi ada saatnya seorang kurator berperan sebagai likuidator dalam hal likuidasi
perseroan apabila pembubaran perseroan karena alasan pailit. Dalam hal ini yang
bertindak melakukan likuidasi adalah kurator.
• Pembubaran suatu Perseroan itu sendiri dapat terjadi karena (Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas – “UU 40/2007”):
• (i) berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”);
• (ii) karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
• (iii) berdasarkan penetapan pengadilan;
• (iv) dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya
kepailitan;
• (v) karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang; atau
• (vi) dikarenakan dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan
likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Baik pembubaran perusahaan berdasarkan keputusan RUPS maupun
karena kepailitan, berdasarkan Pasal 142 ayat (2) UU
40/2007, pembubaran wajib diikuti dengan likuidasi.
1. Tahap Pertama:
• Melakukan pengumuman surat kabar dan Berita Negara Indonesia (“BNRI”) dilanjutkan dengan
pemberitahuan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan bahwa perseroan dalam
likuidasi (pemberitahuan kepada Menteri ini dilakukan Notaris melalui sisminbakum). Dalam
pengumuman tersebut diterangkan mengenai dasar hukum pembubaran, tata cara pengajuan
tagihan, jangka waktu pengajuan tagihan dan juga nama dan alamat likuidator. Sejalan dengan itu,
likuidator juga melakukan pencatatan terhadap harta-harta dari perusahan (aktiva dan pasiva)
termasuk di dalamnya pencatatan nama-nama dari kreditor berserta tingkatannya dan hal lainnya
terkait tindakan pengurusan dalam proses likuidasi (Pasal 147 UU 40/2007).
• Perlu diingat dalam korespondensi keluar atas nama Perseroan ini harus menambahkan frasa
“dalam likuidasi” di belakang nama Perseroan yang dilikuidasi (ex: PT XYZ dalam likuidasi) (Pasal
143 ayat (2) UU 40/2007)
• 2. Tahap Kedua:
• Melakukan pengumuman surat kabar dan BNRI, dalam pengumuman
kedua ini likuidator juga wajib memberitahukan kepada Menteri tentang
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi (laporan ini dilakukan oleh
likuidator dengan cara memberitahukan dengan surat tercatat kepada
Menteri terkait) (Pasal 149 ayat (1) UU 40/2007).
• Setelah lewat waktu 90 hari pengumuman kedua ini maka likuidator dapat
melakukan pemberesan dengan menjual aset yang sebelumnya sudah
dinilai dengan jasa penilai independen dilanjutkan dengan melakukan
pembagian atas aset tersebut kepada para kreditornya dengan dengan asas
pari passu pro rata parte (vide 1131 jo. 1132 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata). Dalam hal masih adanya sisa kekayaan dari hasil likuidasi
maka sisa tersebut harus dikembalikan kepada para pemegang saham.
• 3. Tahap Ketiga dan Terakhir:
• Melakukan RUPS tentang pertanggungjawaban proses likuidasi yang
sudah dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UU 40/2007).
• Dalam hal RUPS menerima pertanggungjawaban proses likuidasi yang
sudah dilakukan maka dilanjutkan dengan pengumuman di surat
kabar yang kemudian disusul dengan pemberitahuan kepada Menteri
bahwa proses likudasi sudah berakhir (pemberitahuan kepada
Menteri ini dilakukan Notaris melalui sisminbakum) (Pasal 152 ayat
(3) UU 40/2007).
• Dalam hal sudah dilakukan pengumuman tersebut maka Menteri
akan mencatat berakhirnya status badan hukum perseroan dan
menghapus nama perseroan dari daftar perseroan yang diikuti
dengan pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia (Pasal
152 ayat (5) jo. Pasal 152 ayat (8) UU 40/2007).