Anda di halaman 1dari 8

Pane dkk., Proses berpikir logis …..

Proses Berpikir Logis Siswa Sekolah Dasar Bertipe Kecerdasan Logis Matematis
dalam Memecahkan Masalah Matematika

Logical Thinking Process of Logical-Mathematicals Intelligence-Elementary Student in


Solving Mathematical Problems

Liska Yanti Pane1*), Kamid2), dan Asrial2)

1
Alumni Program Magister IPA UNJA; guru di SD Islam Al Falah Jambi
2
Staf Pengajar di Program Magister Pendidikan IPA UNJA
*Corresponding author: liskapane12@ymail.com

Abstract

This research aims to describe logical thinking process of a logical-mathematical


intelligence student. We employ qualitative method to disclose the subject’s learning
process. Data are collected by interview and modified think aloud methods. The results
show that subject has capability to find and organize problems and data correctly.
Subject describes conditions that are needed to do the steps of problem solving strategy.
The steps are done systematically until the end of problem solving process.

Key words : Logical thinking process, logical-mathematical intelligence-students,


problem solving

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir logis siswa bertipe
kecerdasan logis matematis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif eksploratif untuk mengungkap proses berpikir tersebut pada subjek penelitian.
Untuk pengumpulan data dilakukan wawancara dan metode think aloud yang
dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dapat menemukan dan
menyusun masalah serta data yang diketahui dengan tepat dan benar. Subjek
menyebutkan syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan langkah strategi pemecahan
masalah. Langkah pemecahan masalah dilakukan secara teratus hingga selesai proses
pemecahan masalah.

Kata kunci : Proses berpikir logis, siswa bertipe logis matematis, pemecahan masalah

14
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

PENDAHULUAN

Pembahasan mengenai kemampuan tahap Sensorimotor pada usia 0–2 tahun,


kognitif dan pemecahan masalah tahap Praoperasi pada usia 2–7 tahun,
berhubungan erat dengan perkembangan tahap Operasi konkret pada usia 7-11,
kognitif siswa dan kecerdasan yang tahap Operasi formal pada usia 11 tahun
mereka miliki. Saat siswa ke atas. Setiap tahapan yang dialami
mengorganisasikan pengetahuan ke dalam seorang siswa berbeda dengan siswa lain.
pikirannya secara tidak langsung siswa Hal ini sejalan dengan yang disampaikan
juga menggunakan beberapa jenis oleh Papalia dkk. (2008), bahwa ada
kecerdasan. Hal ini sejalan dengan beberapa kemampuan kognitif selama
pendapat Gardner (Suparno, 2001) yang tahap operasional konkret, diantaranya
menyatakan bahwa ada 9 tipe kecerdasan adalah pemikiran spasial, kausalitas
manusia, yaitu kecerdasan logis (sebab-akibat), klarifikasi, seriasi dan
matematis, bahasa, musikal, visual-spasial, kesimpulan transitif, penalaran induktif
kinestetis, interpersonal, intrapersonal, dan deduktif serta konservasi.
naturalis dan eksistensial.
Pemahaman guru terhadap proses berpikir
Seseorang dengan kecerdasan logis siswa sangat membantu dalam
matematis memiliki ciri diantaranya pembelajaran matematika. Hal ini
mampu berpikir menurut aturan logika, diharapkan agar pada proses pembelajaran
berdasarkan struktur, menurut urutan yang guru selalu memperhatikan kemampuan
sesuai, mengklasifikasi, mengkategorisasi berpikir matematika siswa, juga
dan mampu menganalisis angka-angka memperhatikan pemilihan penggunaan
serta memiliki ketajaman dalam strategi, media dan materi pembelajaran,
berspekulasi dengan menggunakan agar tercapai hasil yang maksimal dari
kemampuan logikanya. Siswa yang proses pembelajaran tersebut.
memiliki kecerdasan tipe ini cenderung
melakukan proses berpikir logis. Berpikir Setelah mengetahui kesesuaian antara
logis berhubungan erat dengan penalaran karakteristik materi pelajaran matematika
dalam menarik kesimpulan, berpikir secara dengan proses berpikir logis pada siswa
tepat, baik dalam kerangka maupun yang perkembangan kognitifnya berada
materi. pada tahap operasi konkret dan memiliki
kecerdasan logis matematis dapat
Siswa yang memiliki kecerdasan logis dijadikan dasar bagi guru untuk
matematis cenderung menyenangi mendapatkan informasi tentang kesalahan
kegiatan menganalisis dan mempelajari pemahaman matematika atau terjadinya
sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia miskonsepsi pada siswa terhadap pelajaran
menyenangi berpikir secara konseptual, matematika pada saat mengkonstruk
misalnya menyusun hipotesis dan pengetahuan. Kemudian, jika hal ini
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terjadi guru dapat mengarahkan siswa
terhadap apa yang dihadapinya. Siswa untuk memperbaiki kesalahan pemahaman
dengan kecerdasan logi juga cenderung agar miskonsepsi tidak terjadi kembali.
menyukai aktivitas berhitung dan memiliki Jadi proses berpikir logis pada siswa dan
kecepatan tinggi dalam menyelesaikan proses pemecahan masalah matematika
masalah matematika. sangat penting untuk diketahui dan dilatih.

Menurut Piaget (Santrock, 2008), seorang Berpikir adalah kegiatan memanipulasi


individu mengalami 4 tahapan dan mentransformasi informasi dalam
perkembangan kognitif diantaranya adalah memori untuk membentuk konsep,
15
Pane dkk., Proses berpikir logis …..

menalar, membuat keputusan, dan Kemampuan untuk mengikuti aturan logis


memecahkan masalah (Santrock, 2008). yang bersifat konservasi pada tahap
Berpikir secara logis yang terjadi pada operasional konkret ditandai dengan
siswa yang berada pada tahap operasi kemampuan dalam identitas, reversibility,
konkret merupakan kegiatan kategorisasi. dan decenter. Contoh konservasi volume
Kemampuan mengkate-gorisasi akan atau kekekalan volume: volume zat cair
membantu siswa untuk berpikir secara tetap, meskipun dimasuki benda padat
logis. Kegiatan kategorisasi itu mencakup yang mengakibatkan tinggi permukaan air
beberapa kegiatan, yaitu konservasi (sitem naik (Gambar 1). Selanjutnya, indikator
kekekalan), seriasi (kemampuan pengukur kemampuan konservasi volume
mengurutkan), transitive inference siswa SD disajikan pada tabel 1
(kemampuan menyimpulkan), inklusi (Manurung, 2003).
kelas dan penalaran induktif dalam
menyelesaikan masalah matematika
(Papalia dkk., 2008).

Gambar 1. Konsep konservasi volume

Tabel 1. Indikator Proses Berpikir Logis


No Proses Berpikir Indikator
Logis
1. Identitas SubjSubjek menyebutkan/menuliskan

 data berupa fakta atau pernyataan dari masalah yang ada di lembar
soal
 data berupa ukuran bangun ruang yang ada pada lembar soal
berserta satuannya
 penyelesaian hitungan matematika (mencari volume masing-
masing bangun ruang) dengan memenuhi syarat untuk melakukan
operasi hitung.
 mengecek kembali kebenaran data berupa fakta dan data yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah
 pengecekan kembali kebenaran langkah-langkah/prosedur/rumus
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
 kesesuaian antara data dan strategi yang digunakan dengan masalah
2. Reversibility dan Subjek menentukan/menyebutkan/menjelaskan
decenter
 strategi/cara/langkah/rumus yang tepat untuk memecahkan masalah
 perubahan bentuk tempat suatu wadah tidak mengubah ukuran zat
yang ada di dalamnya
 jika suatu benda berada di dalam wadah berisi air dan benda
tersebut dikeluarkan maka berkurangnya volume air sebesar
volume benda yang dikeluarkan
 alasan dan jawaban yang sama (ketika subjek berada pada tahap
kedua penyelesaian masalah bagian reversibility dan decenter)
 kebenaran konservasi (reversibility dan decenter)
16
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

Dalam mengeksplorasi pikiran manusia Penelitian ini berkembang sesuai


terdapat beberapa cara yang dapat dengan situasi dan kondisi yang
dilakukan yaitu melalui metode think dihadapi oleh peneliti di lapangan.
aload dan task analysis. Metode think Peyesuaian ini dilakukan terhadap
aload memiliki dua langkah penting faktor-faktor yang berpengaruh
yaitu: (1) siswa menuliskan atau terhadap hasil penelitian. Hasil yang
menyatakan kesadaran berpikir ketika didapat tidak untuk digeneralisasi, tetapi
menyelesaikan soal, (2) siswa harus untuk menyimpulkan fenomena aktual
melaporkan apa yang benar-benar yang terjadi di lapangan sesuai dengan
dipikirkan saat ini. Langkah-langkah tujuan. Penelitian dengan pendekatan
penyelesaian masalah menurut yang demikian dalam Moleong (2007)
Bransford & Stein (Santrock, 2008) dapat dikategorikan sebagai penelitian
yaitu menemukan dan menyusun kualitatif-eksploratif.
masalahnya, mengembangkan strategi
pemecahan masalah yang baik, SLM adalah subjek penelitian dengan
mengevaluasi solusi-solusi, memikirkan kecerdasan logis matematis yang
dan mendefinisikan kembali kesesuaian menjadi sampel dalam penelitian ini.
antara masalah dengan solusi. SLM dipilih melalui tes Talenta dan
WISC (Wechsler Intelligence Scale for
Children). SLM merupakan sumber
METODE PENELITIAN informasi utama dalam penelitian ini.
Selanjutnya peneliti melakukan
Penelitian ini dilakukan di SD Islam Al wawancara pada SLM menggunakan
Falah Jambi, menggunakan metode wawancara terstruktur menggunakan
kualitatif eksploratif. Hal ini sesuai panduan wawancara yang telah
dengan fokus penelitian ini, yaitu untuk divalidasi oleh ahli pendidikan.
mengungkap proses berpikir logis siswa Prosedur penggunaan instrument-
bertipe kecerdasan logis matematis instrumen penelitian secara garis besar
dalam menyelesaikan soal matematika. dapat digambarkan dalam diagram pada
Proses berpikir akan terlihat dari respon Gambar 2.
yang diberikan oleh siswa saat
menyelesaikan soal matematika, baik
berupa pernyataan atau jawaban secara HASIL DAN PEMBAHASAN
lisan dan atau tulisan.

Sajian data hasil penelitian dilakukan langkah penyelesaian masalah. Proses


secara berurutan terhadap subjek saat Identitas terungkap pada setiap langkah
memecahkan masalah pertama dilanjutkan yang dilakukan subjek dalam
dengan pemecahan masalah kedua. Data menyelesaikan masalah. Sedangkan proses
yang diperoleh sesuai dengan pertanyaan- Reversibility dan decenter terungkap pada
petanyaan penelitian dalam panduan tahap kedua sampai keempat sesuai tahap
wawancara. Paparan data tersebut diperoleh penyelesaian masalah menurut Brandford
dari pengamatan (apa yang terjadi) dan atau dan Stein (Santrock, 2008). Kemampuan
hasil wawancara (apa yang dikatakan) serta SLM saat menyatakan data yang diketahui
deteksi informasi lainnya (misalnya berasal dan menyusun masalah yang terdapat dalam
dari dokumen dan rekaman video). Proses soal menunjukkan bahwa konsep identitas
berpikir logis SLM ditinjau dari setiap sudah dikuasi oleh SLM. Kemampuan ini

17
Pane dkk., Proses berpikir logis …..

normalnya dimiliki oleh siswa yang berada Dengan tepat dan benar SLM menentukan
di tahap operasional konkret, sesuai tahap data dan masalah yang terdapat dalam soal.
perkembangan kognitif menurut Piaget.

Pengumpulan data Pengumpulan data ke-2

Subjek diberi soal matematika Subjek diberi soal matematika

Penyelesaian masalah berdasarkan Penyelesaian masalah berdasarkan


langkah Bransford dan Staein langkah Bransford dan Staein

Data jawaban Data jawaban


tertulis tertulis

Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur

Data hasil Data hasil


wawancara wawancara

Data
Data

Tidak
Cocok

Ya?
Data yang valid dan reliabel

Data yang dianalisi

Gambar 2.Alur Proses Pengumpulan Data Penelitian

SLM menyatakan strategi yang akan yang ada. Hal ini menandakan bahwa
dilakukan untuk memecahkan masalah kemampuan identitas SLM pada tahap

18
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

kedua pemecahan masalah menurut antara volume wadah (berisi air dan kayu
Bransford dan Stein terlaksana secara urut kubus) dengan volume kubus (reversibility
dan teratur. Selanjutnya SLM menyatakan dan decenter). SLM juga menjelaskan
syarat yang harus dilakukan sebelum mengapa jika sejumlah air dipindahkan dari
melakukan operasi hitung. Misalnya, suatu wadah ke wadah yang lain volume air
sebelum mencari hasil perkalian antara itu tidak berubah meskipun posisi air
ukuran-ukuran suatu bangun yang tidak berubah. Misalnya, air di dalam balok
sama satuannya. Maka satuan dari ukuran dipindahkan ke dalam sebuah wadah yang
itu wajib disamakan terlebih dahulu. berbentuk bola, maka volume air itu tidak
berubah (reversibility dan decenter).
Dari beberapa langkah pemecahan masalah
yang dinyatakan SLM terlihat bahwa dia Pada tahap terakhir pemecahan masalah,
menguasai konsep reversibility dan yaitu memikirkan dan mendefiniskan
decenter. Hal ini terlihat dari strategi kembali kesesuaian antara masalah dengan
pemecahan masalah yang dinyatakan oleh solusi, juga terungkap kemampuan
SLM, yaitu: untuk mendapatkan volume air identitas, reversibility dan decenter. Hal ini
dalam sebuah wadah yang berisi air (terisi terlihat dari aktivitas SLM yang terdiam
sampai penuh) dan kayu didapat dengan sambil memperhatikan lembar jawaban dan
mengurangkan antara volume wadah cariannya, lalu mengatakan bahwa sudah
dengan volume kayu. sesuai antara strategi pemecahan masalah
yang dilakukan dengan masalah yang ada.
Setelah SLM menyatakan secara lisan
langkah strategi pemecahan masalah, lalu Dari penjelasan tentang aktivitas SLM saat
melanjutkan langkah berikutnya yaitu memecahkan masalah matematika dapat
melaksanakan setiap langkah yang telah dikategorikan bahwa dia telah melakukan
disusun. Saat melakukan langkah demi proses berpikir logis untuk memecahkan
langkah pemecahan masalah SLM masalah ini. Hal ini diperkuat oleh Suparno
menemukan beberapa kendala yang (2001) bahwa anak pada masa operasional
memaksanya untuk mengingat kembali cara konkrit salah satu perkembangan
melakukan operasi hitung bilangan desimal. kognitifnya adalah kemampuan konservasi
Meskipun mengalami kesulitan, namun volume. Kemampuan konservasi volume
SLM tetap mampu melaksanakan langkah didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang
pemecahan masalah sesuai dengan rencana. bersifat logis. Diantaranya adalah
Pada tahap ke dua pemecahan masalah, kemampuan identitas, reversibility dan
yaitu kembangkan strategi pemecahan decenter.
masalah kemampuan identitas reversibility
dan decenter yang dimiliki SLM dapat
terungkap. Sama halnya untuk tahap ke tiga
pemecahan masalah, yaitu mengevaluasi
solusi. Ke tiga kemampuan yang
merupakan syarat seseorang dapat berpikir
logis pada tahap operasional konkret juga
terungkap. Terbukti dengan aktivitas SLM
melakukan yang melakukan pencarian
ulang hasil operasi hitung yang telah
dilakukan. Memperhatikan data-data
(identitas) yang digunakan saat melakukan
hitungan matematika SLM memberikan
alasan mengapa untuk mendapatkan
volume air dalam suatu wadah yang berisi
air dan kayu kubus dilakukan pengurangan
19
Pane dkk., Proses berpikir logis …..

Proses Berpikir Logis SLM saat Memecahkan Masalah Matematika

30. Menyatakan bahwa masalah yang terdapat pada soal diselesaikan dengan
langkah strategi pemecahan masalah yang telah dilakukan
31. Menyatakan bahwa mengali 55 cm x 55 cm x 55 cm merupakan cara
mencari volume kubus. Sedangkan mengali 10 cm dengan 0,5 cm dengan 2. Menyebutkan ukuran akuarium berbentuk balok adalah 55cm
3 cm merupakan cara mencari volume balok 3. Menyebutkan Dalam akuarium terdapat balok padat
32. Terdiam sambil memperhatikan lembar jawaban dan carian lalu 4. Menyebutkan ukuran balok padat 10 cm x 5 mm x 3 cm
menjawab selesai 5. Menuliskan data yang diketahui
6. Menyebutkan volume akuarium berbentuk balok sama dengan
1. Menemukan yang berbentuk kubus
n data
29. Memikirkan kesesuaian
8. Menuliskan masalah (yang ditanya)
antara solusi dengan masalah 7. Menyusun dari soal
SLM masalah
9. Menyatakan Syarat 10. Mengubah satuan ukuran lebar
23. Mengevaluasi solusi balok padat (mm ke cm)
11. Memberikan alasan mengapa
12. Mengembangkan strategi satuan lebar balok padat
dirubah ke cm
pemecahan masalah

24. Mengevaluasi cara mencari volume balok padat dengan 13. Mencari volume kubus (akuarium yang berbentuk kubus)
14. Mencari Volume balok padat
mengubah bilangan 0,5 menjadi , sehingga perkaliannya 15. Mengurang volume kubus dengan balok padat untuk mendapat
volume air dalam akuarium kubus
3 16. Menuliskan dan mencari pemecahan masalah sesuai strategi
menjadi 17. Mencari volume kubus (55 cm x 55 cm x 55cm = 166.375 cm3)
25. Perkalian mencari volume balok padat berkali-kali dievaluasi 18. Mengubah satuan lebar balok padat menggunakan tangga
dan hasil sama yaitu 15 cm3 satuan
28. Memberikan alasan mengapa volume kubus dikurang dengan
volume balok padat 19. Kebingungan mencari hasil
20. Diperoleh hasil
21. Kebingungan mencari hasil perkalian

20 22. Mulanya menggunakan perkalian bersusun ke bawah diperoleh


hasil 105,0
3
26. Mengurang dengan 15 cm3 = 166.360 cm3
27. Volume akuarium kedua sama dengan air yang dipindahkan
dari akuarium pertama
Edu-Sains Volume 2 No. 2 Juli 2013

KESIMPULAN Moleong, L. J. (2006). Metodologi


Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Bandung: Remaja Rosdyakarya
disimpulkan bahwa SLM dapat berpikir Bandung
logis ketika memecahkan masalah
matematika. Melalui empat tahap Santrock, J. W. (2008). Psikologi
pemecahan masalah menurut Bransford dan Pendidikan. Jakarta: Prenada
Stein. Kemampuan melakukan identitas, Media Group
reversibility dan decenter muncul dalam Suparno, D.P (2001). Teori Perkembangan
empat tahap proses pemecahan masalah. Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Ketiga kemampuan ini dimiliki seseorang Kanisius
ketika berada pada masa operasinal
konkret. Papilia, D.E., Old, S.D., and Feldman, R.D.
(2008). Human Development
DAFTAR PUSTAKA (Psikologi Perkembangan) Edisi
ke-9. Jakarta: Kencana.
Manurung, S.R (2003). Identifikasi
Kemampuan berpikir Logik tentang
Konservasi Besaran bagi Siswa SD.
Mimbar Pendidikan, 19-25:
Universitas Negeri Medan

21

Anda mungkin juga menyukai