PENDAHULUAN
1
2
dimiliki guru, (c) kendala dalam metodologi pelaksanaan, (d) kendala sarana,
(e) kendala evaluasi, dan (f) kendala kerjasama. Keseluruhan kendala tersebut
muncul disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (a) faktor guru itu sendiri, (b)
lingkungan, (c) peserta didik, (d) sarana prasarana sekolah.
Para guru dalam menghadapi kendala, secara individual, belajar
menguasai pengetahuan dan keterampilan sendiri, pencarian bahan sendiri,
peningkatan efektifitas sumber, perbaikan metode pembelajaran termasuk
peningkatan pemberian variasi tugas. Secara kolektif, secara bersama-sama
melakukan penambahan sarana sekolah, peningkatan pemberian metode
contoh langsung antar guru dalam pergaulan keseharian dan menyuruh anak
berlatih sopan santun di sekolah. Sedangkan pilihan berupa membudayakan
nilai religius dalam pengembangan kurikulum belum nampak.
Dalam konteks pendidikan agama yang lebih luas dikenal dengan
adanya materi khusus atau yang sering dikenal dengan istilah program
muatan lokal yang merupakan upaya atau terobosan program pendidikan yang
secara khusus disusun untuk peserta didik agar memiliki kompetensi yang
dibutuhkan masyarakat dewasa ini. Tentunya, menuntut lembaga pendidikan
berbasis Islam agar mampu mengembangkan kurikulum pendidikan Islam
baik melalui celah muatan lokalnya maupun dengan menambah waktu
belajar yang dikhususkan untuk materi-materi keIslaman, sesuai visi dan misi
lembaga pendidikan masing-masing. Hal ini sejalan menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa
pada dasarnya pelaksanaan kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah seperti kurikulum muatan lokal berbasis agama dapat
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Dengan adannya perundang-undangan memberikan posisi yang kuat
terhadap kedudukan muatan lokal, diharapkan akan semakin meningkatkan
mutu pembelajaran peserta didik. Muatan lokal sangat berpengaruh positif
pada tinggi dan rendahnya hasil belajar peserta didik.
4
Dalam KTSP posisi dan peran guru menjadi semakin kuat dan tugasnya
semakin berat. Hal ini terjadi karena banyak instrumen kurikulum yang
tadinya sudah ditentukan oleh pemerintah dan sekolah, sekarang diserahkan
kepada guru. Dalam keadaan seperti inilah, guru semakin dituntut untuk lebih
professional dan kreatif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru harus
mampu mengambil tindakan terhadap berbagai permasalahan secara tepat
waktu dan tepat sasaran, semakin jelas bahwa posisi dan peran guru dalam
proses pendidikan menempati posisi sentral, sehingga menentukan mutu dan
keberhasilan proses pendidikan.
Di samping guru, kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting
dalam pengemgbangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi yang
sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah. Kepemimpinan
kepala sekolah merupakan suatu cara atau usaha kepala sekolah dalam
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan
dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, komite sekolah, dewan
pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan sekolah secara
optimal, efektif, dan efisien
Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti
(menjadi kenyataan) jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan
secara aktual di tingkat satuan pendidikan yaitu kepala sekolah dan guru
sebagai pengelola pembelajaran di kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja
harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu,
misalnya kesiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta
dukungan masyarakat.
Mulyasa. E (2011: 22-46), memberikan gambaran tentang kepala
sekolah yang berkualitas dan profesional untuk mencapai suatu kesuksesan di
tingkat satuan pendidikan, yaitu ada sepuluh kunci sukses kepemimpinan
kepala sekolah :
1) Memiliki dan memahami visi yang utuh tentang sekolahnya, 2)
Kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus amanah
dan bertanggung jawab, 3) Sikap dan perilaku kepala sekolah harus
memberikan keteladanan pada bawahannya, 4) Kepala sekolah mampu
13
1. Rumusan Masalah
Raw Input Permasalahan manajemen
Proses kurikulum merupakan
Out permasalahan
put yang
Manajemen
kompleks
Siswa dan dinamis, hal ini di dorong oleh suatu tuntutan
kurikulum dan kebutuhan
Mutu Pembelajaran
Kurikulum Nasional Pendidikan Agama
yang harus dilakukan oleh penyelenggara
Kurikulum lokal pendidikan
Islamuntuk menghadapi
persaingan global, hal ini terjadi karena belum memahami secara umum
Environmental Input
Keluarga
Masyarakat
steakholder
15
Environmental Input
Input
Keluarga
Masyarakat
steakholder
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang dirumuskan maka penelitian ini
membatasi masalah berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian manajemen kurikulum lokal yang belum memberikan dampak
positif terhadap peningkatan hasil belajar pendidikan agama Islam di SMK
Jabir Al Hayyan Kabupaten Bandung Barat. Batasan masalah dalam
penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut:
16
Instrumental Input
Kurikulum
PTK
Sanpras
Biaya
Environmental Input
Input
Keluarga
Masyarakat
steakholder
b. Tujuan khusus
1) Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan manajemen
kurikulum muatan lokal untuk meningkatkan hasil belajar
pendidikan agama Islam di SMK Jabir Al Hayyan Kabupaten
Bandung Barat.
2) Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan manajemen
kurikulum muatan lokal untuk meningkatkan hasil belajar
pendidikan agama Islam di SMK Jabir Al Hayyan Kabupaten
Bandung Barat.
3) Untuk memperoleh gambaran mengenai penilaian manajemen
kurikulum muatan lokal untuk meningkatkan hasil belajar
pendidikan agama Islam di SMK Jabir Al Hayyan Kabupaten
Bandung Barat.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khazanah
keilmuan berkaitan dengan manajemen kurikulum muatan lokal untuk
meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam di SMK Jabir Al
Hayyan Kabupaten Bandung Barat, serta dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan referensi bagi pihak yang ingin melakukan kajian lebih
lanjut.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru; Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan kurikulum muatan lokal dalam proses
pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar di SMK Jabir Al
Hayyan Kabupaten Bandung Barat .
2) Bagi Siswa; hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan mutu belajar siswa.
18
E. Metodologi Penelitian
Ditinjau dari pendekatannya, Penelitian pada hakekatnya merupakan
suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Tujuan penelitian ini
adalah mencari cara dan pembuktian tentang pendidikan karakter siswa.
Desain atau paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan paradigma kualitatif. Dengan studi kasus yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari siklus
kehidupan individu, kelompok atau masyarakat tertentu (Sukmadinata,
2005:64) dalam Hanafiah “Studi kasus merupakan suatu penelitian yang
dilakukan terhadap suatuan, sistem. Kesatuan ini dapat berupa program,
kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu
atau ikatan tertentu”.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan satu studi kasus. Studi kasus
umumnya mempunyai gambaran yang rinci mengenai latar belakang, sifat
karakter yang khas dari kasus itu. Menurut Nasution, (1996:5) “dengan
metode kualitatif penelitian akan mengamati keadaan di lapangan, berinteraksi
dengan para responden, berusaha memahami bahasa mereka dan tafsiran
mereka tentang lingkungannya”. Untuk itu, peneliti perlu turun ke lapangan
dan berada di lingkungan mereka. Sejalan pula dengan ahli antara lain;
Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan
atau memperoleh data yang diperlukan (Soehartono, 2009:9) mengemukakan
ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu
22