Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara-negara berkembang, termasuk indonesia tengah berusaha untuk

menyediakan pendidikan bagi generasi muda. Penyelenggara pendidikan,

terutama pendidikan dasar memegang peranan penting untuk menstimulasi

pertumbuhan ekonomi dan meningkatan taraf hidup masyarakat (Suryadana, dkk,

2006:1). Sebagai penyandang peranan terbesar dalam mempersiapkan generasi

muda, penyelenggara pendidikan terus melakukan berbagai pengembangan.

Pendidikan dituntut memenuhi kebutuhan untuk menyiapkan generasi muda yang

siap terjun dalam masyarakat. Sekolah konvensional belum mampu memenuhi

kebutuhan tersebut. Sekolah konvensional dipandang lebih mengedepankan aspek

kognitif dan membatasi aktivitas belajar siswa dalam batas ruang-ruang kelas.

Siswa tidak belajar langsung dari lingkungannya. Kenyataan ini dipandang tidak

akan mampu memberikan dampak yang mendalam bagi siswa tentang yang

dipelajarinya. Sementara sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan siswa

belajar langsung dari lingkungannya akan memberikan efek pada perilakunya

terhadap lingkungan bahkan perilaku tersebut akan terus muncul setelah beranjak

dewasa (Jeronen, dkk, 2009:10).

Pandangan masyarakat mulai mengarah pada konsep sekolah yang

membebaskan. Sekolah alam kemudian didirikan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan sebuah sekolah yang membebaskan. Dengan konsep sekolah

1
2

alam, lembaga pendidikan ini berusaha untuk membekali siswa agar menjadi

manusia yang berhati jernih, bercita-cita tinggi, dan sanggup memimpin dirinya

sendiri (Perdana dan Wahyudi, 2005:31). Sekolah alam menerapkan tiga hal

utama sebagai fokus pembelajaran yakni kepemimpinan, ilmu pengetahuan, dan

akhlak (Perdana dan Wahyudi, 2005:121). Sekolah alam telah

mengimplementasikan pembelajaran yang menyenangkan, dan menyeimbangkan

pembentukan karakter dan akademik. Alam dan kekayaan kearifan lokal yang

dimiliki bangsa dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa (Kompas, 2015:11).

Di Indonesia pembentukan sekolah alam masih tergolong baru. Lendo

Novo menyebutkan pembentukan sekolah alam dimulai sejak 1998 dengan

didirikannya sekolah alam Ciganjur. Kini sekolah alam telah berkembang di

seluruh Indonesia dengan keunikannya masing-masing (Kompas, 2015:11).

Sekolah alam yang ada di Indonesia sebagian telah tergabung dalam Jaringan

Sekolah Alam Nusantara. Menurut pendiri Sekolah Alam Lampung Citra Persada,

jumlah sekolah alam kini berkisar antara 200 sekolah, namun belum semua

tergabung dalam jaringan (Kompas, 2015:11).

Dengan konsep sekolah alam yang diterapkan, sekolah alam secara

langsung maupun tidak langsung telah melakukan pengembangan kurikulum.

Kurikulum disekolah alam berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup,

curriculum for life¸ agar anak belajar untuk hidup (Perdana dan Wahyudi,

2005:121). Kurikulum nasional dipandang belum menggambarkan kebutuhan

yang beragam di tiap-tiap sekolah yang berbeda-beda. Sementara White

(2005:132) mengemukakan bahwa pengembanggan kurikulum haruslah


3

menggambarkan kebutuhan siswa. Maka, sekolah alam melakukan berbagai

pengembangan kurikulum.

Kurikulum merupakan inti dari terselenggaranya sebuah proses

pendidikan. Hamalik (2006:10) menyatakan bahwa kurikulum tidak hanya sebatas

pada sejumlah mata pelajaran. Kurikulum juga meliputi segala sesuatu yang

dapat mempengaruhi perkembangan siswa seperti metode pembelajaran, sarana

dan prasarana, media, kegiatan sekolah, visi sekolah, misi sekolah dan

program sekolah lainnya. Dengan kurikulum sebagai inti dari terselenggaranya

sebuah proses pendidikan maka untuk mewujudkan konsep dan tujuan sekolah,

dilaksanakan usaha pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum yang terjadi di sekolah alam merupakan

sebuah fenomena unik yang masih belum banyak diteliti. Sekolah alam yang

melakukan pengembangan kurikulum salah satunya yaitu sekolah alam Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Bilingual Al-Ikhlas. Dengan konsep sekolah yang berbeda yakni

sekolah alam, tentunya pengembangan kurikulum yang dilakukan di MI

Bilingual Al-Ikhlas memiliki ciri khas yang tidak dimiliki disekolah lain. Untuk

itu, perlu dilakukan penelitian sehingga dapat dipaparkan pengembangan

kurikulum yang dilakukan di Sekolah Alam MI Bilinggual Al-Ikhlas.

Pengembangan kurikulum berpusat pada perencanaan kurikulum,

pengorganisasian kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan evaluasi kurikulum .

Perencanaan dalam pengembangan kurikulum merupakan salah satu tugas utama

dalam kegiatan pengembangan kurikulum (Hamalik, 2006:135). Pada tahap ini

dirancang pendekatan, ketenagaan, dan rumusan komponen kurikulum.

Konsep sekolah menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menjalankan tahap
4

perencanaan. Tentunya, dalam proses pengembangan kurikulum di sekolah alam,

pada tahap perencanaan akan diwarnai oleh konsep sekolah alam yang unik untuk

dikaji. Selanjutnya pada tahap pengorganisasian dan pelaksanaan, konsep sekolah

alam yang telah dimunculkan dalam desain perencanaan akan dapat dikaji proses

implementasinya pada tahap ini. Sedangkan pada tahap evaluasi kurikulum,

kurikulum akan ditelaah nilai dan efektivitas tingkat pencapaian tujuan, pada

tingkat nasional, regional, tingkat sekolah, tingkat kelas, dan mata pelajaran

(Kelly, 2014:13).

Pengembangan kurikulum yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu

secara mikro atau pada tingkat lembaga. Penelitian ini akan berfokus untuk

memaparkan tiga tahapan dalam pengembangan kurikulum yakni perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dituliskan rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan kurikulum dalam pengembangan kurikulum di

Sekolah Alam MI Bilinggual Al-Ikhlas ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan kurikulum dalam pengembangan kurikulum di

Sekolah Alam MI Bilingual Al-Ikhlas?

3. Bagaimanakah pengorganisasian kurikulum dalam pengembangan kurikulum

di Sekolah Alam MI Bilingual Al-Ikhlas?

4. Bagaimanakah evaluasi kurikulum dalam pengembangan kurikulum di

Sekolah Alam MI Bilingual Al-Ikhlas?


5

C. Landasan Teori

Pada bagian ini akan dipaparkan teori yang digunakan sebagai pemandu

untuk memahami fenomena yang terjadi di lapangan. Pada bagian ini akan

dipaparkan tentang pengertian kurikulum, komponen kurikulum, manajemen

pengembangan kurikulum, pengertian sekolah alam, komponen sekolah alam, dan

jenis-jenis kegiatan sekolah alam.

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum bisa diartikan sebagai komponen utama dalam pendidikan.

Menurut Arifin (2014:25) kurikulum adalah semua kegiatan, pengalaman, dan

segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Hal

tersebut dapat terjadi disekolah, halaman sekolah atau diluar sekolah atas

tanggung jawab sekolah agar peserta didik dapat mengetahui kompetensi yang

ditentukan.

Kurikulum dapat pula diartikan sebagai serangkaian program yang

dirumuskan oleh sekolah. Menurut Hamalik (2006:10) kurikulum adalah program

pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa.

Berdasarkan program tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan.

Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kurikulum merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk

membantu siswa mencapai kompetensi yang diinginkan. Kurikulum dapat

dijabarkan dalam komponen-komponen kurikulum yang saling berkaitan.


6

2. Komponen Kurikulum

Kurikulum memiliki komponen yang saling berkaitan. Seperti yang

dikemukakan oleh Sukmadinata (2014:102) komponen kurikulum yang utama

adalah komponen tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian, dan

evaluasi. Komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.

Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen kurikulum. Hamalik

(2006:134) menyebutkan bahwa tujuan dalam kurikulum terdiri atas tujuan umum

atau khusus yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan. Menurut Sukmadinata

(2014:103) tujuan kurikulum akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan

mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum

dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama, perkembangan tuntutan, kebutuhan dan

kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemkiran-pemikiran terarah pada

pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara.

Selain tujuan, isi atau materi pelajaran juga merupakan komponen

kurikulum. Menurut Hamalik (2006:134) dalam proses memutuskan isi atau

materi pelajaran yang sesuai dan diyakini dapat mencapai tujuan banyak

mendapatkan kontribusi dari karya di bidang concept formation and attainment,

bahasa dan berpikir, serta semua teori belajar.

Komponen proses dalam kurikulum berkaitan dengan pendekatan, strategi,

metode, dan sumber belajar. Strategi dan metode dalam komponen proses

dirumuskan untuk menentukan pengalaman-pengalaman yang akan diberikan

kepada peserta didik untuk mencapai tujuan. Menurut Hamalik (2006:134)

metode-metode mengajar dipilih untuk mengorganisasi dan menyampaikan isi

atau materi pelajaran, metode-metode tersebut akan menentukan pengalaman-


7

pengalaman pendidikan bagi siswa, pengalaman-pengalaman tersebut adalah

produk dari interaksi antara apa yang diajarkan, bagaimana cara menyajikannya,

dan cara siswa belajar.

Komponen evaluasi dalam kurikulum mencakup tentang dua hal yakni,

evaluasi hasil belajar mengajar dan evaluasi pelaksanaan pengajaran. Menurut

Sukmadinata (2014:111) evaluasi hasil belajar mengajar ditujukan untuk menilai

penguasaan siswa atau menilai ketercapaian tujuan khusus yang telah ditentukan.

Menurut Hamalik (2006:134) evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai

teknis assesmen pendidikan, dengan maksud untuk mengetahui apakah tujuan-

tujuan telah tercapai, yang pada gilirannya akan menjadi bahan untuk membuat

keputusan selanjutnya tentang tujuan, isi atau materi, dan metode pengajaran.

Menurut Sukmadinata (2014:112) dalam evaluasi pelaksanaan mengajar

komponen yang dievaluasi yakni seluruh pelakasanaan pengajaran, meliputi

evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran, serta komponen evaluasi

mengajar sendiri.

Tiap-tiap komponen kurikulum haruslah memiliki relevansi atau

kesesuaian. Seperti yang dikemukakan oleh Sukadimata (2014:102) bahwa harus

ada kesesuaian antarkomponen kurikulum. Isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai

dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan

kurikulum.

Dalam implementasi kurikulum di sekolah, komponen-komponen

kurikulum mengalami berbagai pengembangan. Hal ini didukung dengan

diterapkannya sistem manajemen berbasis sekolah yang memberikan otoritas

kepada masing-masing sekolah untuk melakukan majemen sekolah secara


8

mandiri. Usaha manejemen yang dilakukan dalam sistem manajemen berbasis

sekolah salah satunya adalah manajemen pengembangan kurikulum.

3. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu konstruksi.

Menurut Hamalik (2006:133) proses pengembangan kurikulum dalam arti

konstruksi, yakni proses pengembangan secara mikro, yang pada garis besarnya

melalui empat kegiatan, yakni merancang tujuan, merumuskan materi,

menetapkan metode, dan merancang evaluasi. Pengembangan kurikulum

dilakukan untuk mengarahkan kurikulum sekarang pada tujuan pendidikan yang

diharapkan karena adanya pengaruh positif dengan harapan agar siswa dapat

menghadapi masa depan dengan baik (Dakir, 2004:84).

Pada tahap perencanaan ditentukan pendekatan yang digunakan dalam

mengembangkan kurikulum, ketenagaan dalam pengembangan kurikulum dan

rancangan komponen kurikulum. Menurut Hamalik (2006:152) perencanaan

kurikulum berfungsi sebagai pedoman, yang berisi petunjuk tentang jenis dan

sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu

dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol dan

evaluasi, peran unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan. Dalam pemilihan

pendekatan, ditentukan cara, pertimbangan, dan keterlibatan personal dalam

melakukan pengembangan kurikulum (Hamalik, 2006:149).

Pada tahap pengorganisasian ditentukan struktur susunan kurikulum dan

kategori desain kurikulum. Struktur kurikulum yang dimaksud yakni berkenaan

dengan jenis program pendidikan, sistem semester, jumlah bidang studi dan

alokasi waktu yang diperlukan (Effendi, 2009:33). Sementara itu, yang dimaksud
9

dengan desain kurikulum yakni rancangan dan susunan beberapa komponen

kurikulum yang membentuk suatu kesatuan sistem (Ansyar, 2015:262).

Komponen kurikulum diorganisasikan dalam berbagai kategori desain kurikulum.

Secara umum, hampir semua desain kurikulum diklasifikasi sebagai modifikasi

dan/atau kombinasi tiga kategori utama desain: 1) desain terpusat mata pelajaran,

2) desain terpusat siswa, dan 3) desain terpusat masalah (Ansyar, 2015:266).

Pada tahap pelaksanaan, dilakukanlah usaha untuk merealisasikan rencana

dan desain kurikulum. Menurut Hamalik (2006:173) pelaksanaan kurikulum

dibagi dalam dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan

pelaksanaan kurikulum tingkat kelas. Pada pelaksanaan kurikulum tingkat

sekolah, peranan kepala sekolah sangat penting. Seperti yang diungkapkan oleh

Hamalik (2006:174) yang menyatakan bahwa pada pelaksanaan kurikulum tingkat

sekolah, kepala sekolah bertanggungjawab untuk melaksanakan kurikulum di

lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah berkewajiban melakukan

kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal

pelaksanaan, memimpin rapat dan membuat notula rapat, membuat statistik dan

menyusun laporan. Pelaksanaan kurikulum pada tingkat kelas berkaitan dengan

dua hal yakni pembagian tugas guru dan kegiatan dalam bidang proses belajar

mengajar. Pembagian tugas guru dalam pelaksaan kurikulum tingkat kelas

dilakukan sebagai tahap awal pelaksanaan. Pembagian tugas guru dilakukan untuk

menjamin keterlaksanaan kurikulum tingkat kelas. Menurut Hamalik (2006:180)

pembagian tugas guru untuk menjamin keterlaksanaan kurikulum tingkat kelas

meliputi tiga jenis kegiatan yakni pembagian tugas mengajar, pembagian tugas

pembinaan ekstrakurikuler, pembagian tugas bimbingan belajar. Pelaksanaan


10

kurikulum tingkat kelas juga berkaitan dengan kegiatan dalam bidang proses

belajar mengajar. Menurut Hamalik (2006:181) kegiatan-kegiatan dalam bidang

proses belajar mengajar antara lain yakni melaksanaan pembelajaran di kelas,

menyusun rencana pelaksanaan program/unit, menyusun jadwal pelaksanaan

kegiatan dan jadwal pelajaran, pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan

perkembangan siswa, pengisian buku laporan siswa.

Pada tahap evaluasi dikumpulkan fakta mengenai ketercapaian tujuan

kurikulum dan pelaksanaan program. Sebagai bagian integral pendidikan,

kurikulum dan pembelajaran, evaluasi adalah untuk pendidikan itu sendiri, yaitu

untuk menemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan dan disempurnakan (Ansyar,

2015:465). Kurikulum dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran yang telah

ditetapkan tercapai atau tidak, setelah pelaksanaan kurikulum.

Pengembangan kurikulum pada tiap sekolah memiliki ciri khas masing

masing, menyesuaikan dengan berbagai hal. Ciri khas yang muncul pada

pengembangan kurikulum salah satunya karena menyesuaikan dengan konsep

sekolah yang diusung. Tiap konsep akan memberikan ciri yang berbeda pada

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Salah satu

konsep sekolah yang dapat diusung yakni konsep sekolah alam.

4. Pengertian Sekolah Alam

Sekolah alam merupakan suatu alternatif sekolah dimana sekolah tersebut

tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, akan tetapi lebih mendekatkan

peserta didik pada alam, lingkungan dan realita sosial. Seperti yang dikemukakan

oleh Mogensen dan Mayer (2005:11) yang mengemukakan bahwa Sekolah alam
11

adalah sekolah yang menekankan pada pendidikan di lingkungan dalam

menjalankan aktifitas siswa disekolah.

Berdasarkan pada pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sekolah alam

merupakan sekolah yang menekankan aktivitas siswa disekolah untuk

berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan berorientasi pada pendidikan

lingkungan. Seperti sekolah pada umumnya, sekolah alam memiliki komponen

komponen sekolah. Namun, komponen-komponen sekolah alam berbeda dengan

sekolah pada umumnya.

5. Komponen Sekolah Alam

Sekolah alam memiliki komponen yang khas dan berbeda dengan sekolah

pada umumnya. Menurut Mogensen dan Mayer (2005:69) ada empat komponen

yang terdapat di sekolah alam, yaitu komponen pendidikan pedagogi, hubungan

internal, hubungan eksternal, dan lingkungan fisik yang berbeda dengan sekolah

pada umumnya. Pada komponen pendidikan pedagogi, sekolah alam memiliki

cara yang berbeda untuk mengorganisaikan dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Dalam belajar, siswa sekolah alam belajar melalui pengalaman

ilmiah, melakukan proyek-proyek kerja, dan berbagai aktivitas lain yang berbeda

dengan sekolah pada umumnya. Pada komponen hubungan internal, di sekolah

alam ada keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain dalam komunitas

sekolah termasuk orang tua. Pada komponen hubungan eksternal, sekolah alam

selalu berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar. Masyarakat dapat

mendukung kegiatan sekolah alam secara finansial. Siswa sekolah alam dapat

menggunakan lingkungan luar sekolah sebagai arena belajar dan berinteraksi


12

langsung dengan masyarakat guna memperoleh informasi mengenai tema

pembelajaran yang sedang dipelajari. Komponen lingkungan fisik sekolah alam

dirancang agar siswa bersama guru dapat mempraktikkan kegiatan-kegiatan untuk

mengatasi masalah lingkungan.

6. Jenis-Jenis Kegiatan Sekolah Alam

Seperti komponennya yang khas, jenis-jenis kegiatan yang dilakukan di

sekolah alam pun berbeda dengan sekolah pada umumnya. Ada beberapa jenis

kegiatan di sekolah alam di Indonesia, diantaranya yaitu kegiatan outbond,

berkebun dan beternak, outing, market day, audiensi, out tracking fun adventure,

serta open house (Perdana dan Wahyudi, 2005:35). Kegiatan outbond di sekolah

alam memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan kegiatan

yang biasanya dilakukan oleh para pencinta alam, seperti flying fox. Kegiatan ini

bertujuan untuk melatih keberanian, kesabaran, keuletan, kerjasama tim dan

kepemimpinan siswa. Kegiatan berkebun dan beternak disekolah alam dilakukan

dengan menanam tanaman dan memelihara hewan di greenlab. Greenlab biasanya

berupa laboratorium tanaman dalam rumah kaca, lengkap dengan saung kebun

dengan petak-petak kebun yang ditanami aneka tanaman. Kegiatan market day di

sekolah alam diwujudkan dalam suatu hari dimana anak diajarkan untuk

melakukan usaha jual beli dari dan untuk mereka. Kegiatan outing di sekolah

alam biasanya berupa dharmawisata atau rekreasi. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengenalkan siswa pada proses bukan terpaku pada hasil. Kegiatan out tracking

fun adventure (OFTA) di sekolah alam merupakan suatu kegiatan tahunan sekolah

berupa camping (berkemah) bersama dengan berbagai aktivitas yang dilakukan di

alam terbuka. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih ketangguhan, kekuatan,


13

kemandirian, tanggung jawab dan kecekatan siswa. Kegiatan Open House di

sekolah alam merupakan kegiatan tahunan setiap siswa mendapat peran untuk

menjadi tuan rumah bagi tamu undangan yang hadir untuk melihat kemajuan

sekolah alam.

7. Pengembangan Kurikulum Sekolah Alam

Pengembangan kurikulum sekolah alam merupakan sebuah penelitian

yang didalamnya dipaparkan gambaran mengenai pengembangan kurikulum yang

diterapkan disekolah alam. Hasil paparan dalam penelitian ini berupa kata-kata

naratif.

Pada penelitian ini, fokus utamanya yakni pada perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Perencanaan kurikulum

dalam penelitian akan dipaparkan mengenai pendekatan yang digunakan dalam

pengembangan kurikulum, rencangan ketenagaan, dan rancangan komponen

kurikulum. Pengorganisasian kurikulum dalam penelitian ini akan dipaparkan

susunan struktur kurikulum dan kategori desain kurikulum yang dikembangkan di

Sekolah Alam MI Bilingual Al-Ikhlas. Pelaksanaan kurikulum dalam penelitian

ini akan dipaparkan mengenai pelaksanaan kurikulum di tingkat sekolah dan di

tingkat kelas. Sedangkan pemaparan tentang evaluasi dalam penelitian ini yakni

berkenaan dengan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan program sekolah.

D. Definisi Operasional

Sebagai usaha untuk mencegah timbulnya perbedaan pengertian, akan

dipaparkan definisi operasional dari istilah yang terkait erat dengan fokus

penelitian ini. Istilah yang terkait dengan fokus penelitian ini diantaranya adalah
14

istilah kurikulum, pengembangan kurikulum, perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan evaluasi.

1. Kurikulum

Kurikulum yang dimaksud dalam penelitian ini yakni semua kegiatan,

pengalaman belajar, dan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan

perubahan perilaku siswa, baik yang terjadi di sekolah, halaman sekolah, atau di

luar sekolah atas tanggungjawab sekolah yang bertujuan agar siswa dapat

menguasai kompetensi yang diharapkan.

2. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini yakni usaha

menyusun atau memperbaiki kurikulum nasional yang telah ada agar sesuai

dengan konsep sekolah alam yang diusung oleh lembaga.

3. Perencanaan

Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini yakni berkenaan dengan

usaha pemilihan pendekatan dalam melakukan pengembangan, perancangan

ketenagaan dalam melakukan pengembangan, dan rancangan komponen

kurikulum.

4. Pengorganisasian

Pengorganisasian yang dimaksud dalam penelitian ini yakni usaha untuk

menyusun komponen kurikulum dalam suatu struktur dan kategori desain

kurikulum yang sistematis. Pada tahap ini akan dipaparkan mengenai struktur

kurikulum dan kategori desain kurikulum yang dikembangkan.


15

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dimaksud dalam penelitian ini yakni usaha untuk

merealisasikan atau mewujudkan rancangan pengembangan kurikulum yang telah

direncanakan. Dalam penelitian ini akan dipaparkan dua tingkatan pelaksanaan

pengembangan kurikulum yakni pada tingkat sekolah dan tingkat kelas.

6. Evaluasi

Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni usaha pengumpulan

informasi dan umpan balik dari berbagai pihak tentang efektifitas kurikulum

dalam mengantar siswa untuk mencapai tujuan. Evaluasi kurikulum dalam

penelitian ini berkenaan dengan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi

program sekolah.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai profil

manajemen pengembangan kurikulum yang dilakukan dalam rangka mewujudkan

konsep sekolah alam di MI Bilinggual Al-Ikhlas. Berdasarkan tujuan tersebut

maka kegunaan dari hasil penelitian ini bagi pengembang pendidikan dan sekolah

lain adalah sebagai sumber informasi mengenai gambaran pengembangan

kurikulum yang dilakukan di sekolah alam. Informasi tersebut dapat dijadikan

pertimbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengadopsi konsep sekolah

alam.

Bagi pihak sekolah tempat penelitian ini dilakukan dalam hal ini MI

Bilingual Al-Ikhlas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan perbaikan dalam perencanaan, pengorganisasian,


16

pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Hal ini dimungkinkan karena jika melihat

pada paparan hasil, maka nantinya akan dimuat gambaran pelaksanaan

pengembangan kurikulum di MI Bilingual Al-Ikhlas.

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini memiliki kegunaan sebagai

bahan kajian untuk menambah wawasan mengenai pengembangan kurikulum di

sekolah alam. Dengan demikian, peneliti selanjutnya akan mendapatkan informasi

yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian terkait sebagi usaha penyempurnaan

penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai