Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fadilatur Rahman

NIM : 1901160032
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
Matkul : Manajemen Kurikulum & Program Pendidikan
Dosen : Ahmadi,S.Ag, M.S.I,

Jawaban UAS!
1. Komponen kurikulum adalah bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat menunjang
tercapainya tujuan dari kurikulum. Diantara komponen tersebut adalah:
a.Komponen Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan.
b. Komponen Isi/Materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
c. Komponen Media
Komponen media atau sarana prasarana merupakan perantara untuk menjabarkan isi
kurikulum.
d. Komponen Strategi
Komponen strategi merupakan cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran agar
efektif dan efisien.
e. Komponen Proses Belajar-Mengajar
Pengkondisian suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif yang mendorong peserta
didik mengembangkan kreatifitasnya.

2. a.  Model CIPP 


Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para
evaluator. Konsep evaluasi model CIPP (context, input, process, and product) pertama kali
ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965. The model is configured for use in internal
evaluations conducted by organizations, self-evaluation conducted by individual service
providers, and contracted external evaluation. (Stufflebeam, Madaus & Kellaghan, 2002:
279)
Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan,
manajemen, perusahaan dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam
menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi yaitu konteks, input, proses dan produk.
Sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP model yang merupakan singkatan keempat
dimensi tersebut. 
b. Model Stake’s 
Kaufman (1980: 125-126) mengemukakan pada model Stake yang pertama adalah fase
pendahuluan (antecedent phase), atau periode sebelum program dilaksanakan. Fase kedua
proses (transaction phase) adalah tahap dimana program diterapkan. Fase ketiga hasil
(outcomes phase) adalah pengukuran hasil program setelah semuanya selesai. Dalam model
ini antecedent (input), transaction (proses), dan outcomes (hasil). Stake points out that when
we judge an educational program we do relative comparisons (one rogram versus another)
and/or absolute comparisons (one program versus standards. (Fernandes, 1984: 9)

3. a. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947


Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu mulai
ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran
1947, dan baru dilaksanakan pada 1950. Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru
merdeka, maka pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
b. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap
mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap pelajaran dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru
mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana
Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar
rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat politis dan
menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni..
e. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan pendidikan
lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen
Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang
manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan
pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
f. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA).
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan kurikulum
kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan antara tujuan
dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban
belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa
daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
h. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga
unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
i. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan
penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
j. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di
dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi
Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika.
Menurut Pendapat Saya :
Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif, guru sebagai fasilitator maupun
motivator, semua aspek kehidupan bisa menjadi sumber pembelajaran, serta melahirkan
manusia pembelajar.
4.

KAJIAN TEORI

II.1. UU. No. 20 Tahun 2003 Pasal 3

UU No 20 tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi


mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Kemdiknas)

II.2. Bertanggung-Jawab

Bertanggung-Jawab adalah Kemampuan seseorang untuk menjalankan suatu


kewajiban karena adanya dorongan didalam dirinya, biasanya juga disebut dengan
panggilan jiwa (Abdullah : 2010)

Bertanggung-Jawab adalah suatu bentuk sikap dan perilaku seseorang dalam


melaksanakan tugas dan kewajibannya baik terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, negara dan masyarakat (Agus : 2012)

Bertanggung-Jawab adalah suatu perbuatan untuk siap menanggung segala


sesuatu hal yang muncul sebagai akibat dari dilakukannya suatu aktivitas tertentu
(Magdalena : 2011)

II.3. Aktif-Kreatif

Aktif adalah adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional,


intelektual, dan personal dalam proses belajar; adanya berbagai keaktifan siswa
mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan
belajar lainnya yang mengandung unsure kemandirian yang cukup tinggi;
keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi,
selaras dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran; keterlibatan siswa
dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas pertanyaan guru,
mengajukan pertanyaan/masalah dan berupaya menjawabnya sendiri, menilai
jawaban dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama
berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut (Hamalik, 2003).

Kreatif adalah keadaan dimana siswa memodifikasi cara belajarnya agar dapat
lebih memahami materi dan memberikan ide-ide baru terhadap materinya.
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya
seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan
demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat
menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru


baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang
telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7)

Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres berpendapat


bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa
ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan,
kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya.

METODE EVALUASI

III.1. Model Evaluasi

Penelitian ini menggunakan desain penelitian evaluatif dengan pendekatan


kuantitatif-deskriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan pertimbangan untuk
mengevaluasi implementasi program UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 terhadap sikap
sosial peserta didik pada aspek Bertanggung-Jawab dan Aktif-Kreatif di SMA N 3
Kota Palembang.

Dalam penelitian ini, model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi
Formatif. Model evaluasi Formatif dipilih karena aspek yang ditinjau dalam model
penelitian ini dianggap lebih komprehensif dibandingkan dengan model evaluasi
lainnya. Penelitian ini difokuskan pada evaluasi kesesuaian implementasi UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 3 terhadap Sikap Sosial Peserta Didik dalam aspek Bertanggung-
Jawab dan Aktif-Kreatif di SMA N 3 Kota Palembang yang ditinjau dari aspek
pengalaman belajar didalam lingkup evaluasi proses.

III.2. Rancangan Evaluasi

III.2.1. Menyusun Rencana Evaluasi

Penyusunan rencana dilakukan sebelum melakukan evaluasi di


lapangan. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam menyusun rencana
adalah menentukan tujuan evaluasi, menentukan teknik pengambilan data
(non tes maupun tes), menyusun kisi-kisi dan mengembangkan menjadi
butir-butir pertanyaan, dan menentukan kriteria atau kategori hasil evaluasi.

III.2.2. Melakukan Verifikasi Data


Verifikasi data merupakan kegiatan menghimpun data untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan tes maupun non tes. Data yang berhasil
dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut.

III.2.3. Mengolah dan Menganalisis Data

Data yang telah didapat kemudian diolah dan dianalisis untuk


memberikan makna terhadap data hasil evaluasi. Teknik yang dipergunakan
dalam mengolah data penelitian adalah teknik statistik.

III.2.4. Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan

Interpretasi atau penafsiran terhadap data hasil evaluasi adalah bentuk


verbalisasi dari makna atau nilai yang ada pada data yang telah diolah dan
dianalisis. Setelah melakukan interpretasi kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan-kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah yang telah
ditentukan.

III.3. Populasi dan Sampel

Subyek penelitian ini adalah siswa SMA N 3 Kota Palembang dengan populasi
sebanyak 30 orang siswa, maka akan diambil sampel sebanyak 28 orang siswa yang
akan dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


Observasi.

Observasi pada penelitian ini disampaikan kepada guru dan siswa untuk
mengukur kesesuaian implementasi program UU. No. 20 Tahun 2003 pada sikap
sosial dalam aspek bertanggung-jawab dan aktif-kreatif yang dilihat dari pengalaman
belajar saat pembelajaran sedang berlangsung (proses). Menurut Riduwan (2004 :
104) observasi adalah teknik pengumpulan data yang dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat kegiatan yang
dilakukan secara dekat.

III.4.1. Instrumen Evaluasi

Penyusunan instrumen diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen Evaluasi


Program UU. No. 20 Tahun 2003 yang menguraikan aspek bertanggung-jawab dan
aktif-kreatif menjadi indikator. Kemudian kisi-kisi instrumen dituangkan kedalam
sejumlah item berupa pernyataan-pernyataan. Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Program
UU. No. 20 Tahun 2003 dapat disajikan pada Tabel 3.1 berikut:
Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Program

UU. No. 20 Tahun 2003 Terhadap Sikap Sosial

Dalam Lingkup Bertanggung-Jawab dan Aktif-Kreatif

No Indikator Deskriptor Butir


Soal

1. Bertanggung 1. Melaksanakan tugas individu dengan baik


Jawab
2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3. Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa


bukti yang akurat 1,2,3,4,5

4. Mengembalikan barang yang dipinjam

5. Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan


yang dilakukan

2. Aktif-Kreatif 1. Berani untuk bertanya

2. Beraktifitas Mandiri

3. Berdiskusi dengan terbuka 6,7,8,9


dan 10
4. Membaca Materi terlebih dahulu sebelum
dipaparkan oleh pendidik

5. Menyampaikan ide-idenya saat berdiskusi

III.4.2. Uji Instrumen Evaluasi

A. Validitas

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen yang dibuat dan berdasarkan kajian teori
yang ada.

Sugiyono (2014: 121) menjelaskan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen evaluasi
penerapan UU No. 20 Tahun 2003 dilakukan melalui analisis butir soal, yaitu
mengkorelasikan skor yang ada dalam setiap butir soal dengan skor total. Analisis validitas
konstruk dilakukan secara bertahap satu per satu. Prosedur perhitungan dilakukan dengan
cara menganalisis setiap item dengan skor total (korelasi produk momen).
Menurut Sugiyono (2014: 126), syarat minimum butir soal dianggap memenuhi syarat
validitas adalah jika r ≥ 0,30. Harga korelasi butir soal dengan skor total kurang dari 0,30
maka butir soal dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid begitu pula sebaliknya jika
harga korelasi butir soal dengan skor total lebih dari sama dengan 0,30 maka butir soal dalam
instrumen tersebut dinyatakan valid. Perhitungan analisis validitas instrumen menggunakan
bantuan software statistik.

- Pernyataan 1 : rhitung < rtabel

0,55 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 2 : rhitung < rtabel

0,42 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 3 : rhitung < rtabel

0,39 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 4 : rhitung < rtabel

0,81 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 5 : rhitung < rtabel

0,54 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 6 : rhitung < rtabel

0,38 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 7 : rhitung < rtabel

0,65 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 8 : rhitung < rtabel

0,71 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 9 : rhitung < rtabel

0,50 > 0,30 = Valid

- Pernyataan 10 : rhitung < rtabel

0,44 > 0,30 = Valid

B. Realibilitas

Reliabel pada instrumen evaluasi implementasi Kurikulum


2013 dari aspek context, input, process, dan product pada
penelitian ini dihitung menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Perhitungan reliabilitas instrumen menggunakan bantuan software
statistik.

Sugiyono (2014: 121) menyatakan bahwa instrumen yang


reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
menurut Sugiyono (2014: 184) adalah sebagai berikut:

Tabel Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Tabel Hasil Reliabilitas Instrumen

Siswa
Aspek
Reliabilitas Tingkatan Hubungan

Bertanggung-Jawab 0,787 Kuat

Aktif-Kreatif 0,573 Sedang

III.5. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses mengurutkan data


kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Perhitungan hasil penerapan UU No. 20 Tahun 2003 terhadap sikap sosial dalam
aspek bertanggung-jawab dan aktif-kreatif masing-masing peserta didik menurut
Nugrahini Dwi Wijayanti (2012:67) menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai Skor Yang Diperoleh
Capaian = Nilai Skor Maksimal x 100%

Pedoman kriteria Sikap Sosial dalam aspek bertanggung-jawab dan aktif-kreatif


peserta didik menurut Suharsimi Arikunto (2007:18) yang sudah dimodifikasi adalah
sebagai berikut :

Pedoman untuk capaian Sikap Sosial dalam aspek bertanggung-jawab dan aktif-
kreatif peserta didik

75% -100% = Tinggi

50% -74,99% = Sedang

25% -49,99% = Rendah

0% -24,99% = Sangat Rendah

HASIL EVALUASI

IV.1. Deskripsi Data

Diagram Persentase Butir Pernyataan


90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Series 1
Inti keseluruhan hasil persentase butir soal adalah

747 : 1120 X 100 = 66,6964%

IV.2. Pembahasan

Berdasarkan Hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa:

1. Secara inti keseluruhan hasil penerapan UU No. 20 Tahun 2003


terhadap sikap sosial dalam aspek bertanggung-jawab dan
aktif-kreatif peserta didik termasuk dalam kriteria Sedang
dengan tingkat persentase sebesar 66,6964%

2. Peserta didik masih lemah dalam berdiskusi dengan terbuka


dan menyampaikan ide-ide pada saat berdiskusi kelompok

3. Peserta didik sangat kuat dalam menerima resiko dari tindakan


yang dilakukan dan mengakui dan memaafkan kesalahan yang
telah dilakukan

4. Indikator 1 : instrumen 1 s/d 5 termasuk dalam kriteria Tinggi


dengan Persentase sebesar 76,429%

5. Indikator 2 : instrumen 6 s/d 10 termasuk dalam kriteria


Sedang dengan Persentase sebesar 56,964%

5. JENIS-JENIS KURIKULUM

Jenis-jenis kurikulum atau sering dikenal dengan organisasi kurikulum adalah pola atau
bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi
kurikulum sangat erat hubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-
pola yang berbeda akan mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula.

Adapun organisasi kurikulum tersebut yaitu

1. Separate Subject Curriculum


2. Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan)
3. Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM ZAIS


Robert S. Zais mengemukakan adanya beberapa macam model pengembangan kurikulum.
Beberapa Zais:

1. Model Administratif
2. Model dari Bawah (Grass-Roats)
3. Model Demonstrasi

Anda mungkin juga menyukai