PENDAHULUAN
Pada semua organisme, reproduksi merupakan peran kunci untuk kelangsungan hidup.
Manusia, hewan, maupun setiap organisme yang hidup memiliki cara reproduksi. Pada manusia
sistem reproduksi pria memiliki banyak fungsi, termasuk melestarikan keturunan dan
memberikan hormon seks yang mendukung kesejahteraan seksual yang merupakan iplementasi
fungsi sistem reproduksi sebagai prokreasi dan rekreasi.
Sistem reproduksi laki-laki sangat penting, yang juga berkaitan dengan sistem
ekskresi. Tapi seperti semua sistem tubuh, sistem reproduksi juga memiliki kesempatan untuk
terjadi kerusakan, penyakit, atau gangguan. Meskipun masalah yang timbul dalam sistem sering
diobati, beberapa gangguan dapat memiliki konsekuensi yang serius.
Beberapa penyakit, kerusakan, atau gangguan dari sistem reproduksi laki-laki adalah
misalnya penyakit menular seksual (PMS), disfungsi seksual, dan tumor atau kanker. Infeksi
dapat berkembang dalam setiap gangguan atau kerusakan ini, berpotensi menyebabkan
peradangan dan nyeri pada testis atau struktur lainnya. Infeksi dapat disebabkan baik oleh bakteri
atau virus.Dan masih banyak gangguan sistem reproduksi lainnya, gangguan sistem reproduksi
ini dapat segera diatasi sebelum terlambat dan mengganggu sistem reproduksi secara
keseluruhan.Oleh karena itu dibutuhkan pendeteksian secara dini serta penanganan yang baik
dan benar.
1.2 Tujuan
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui dan menjelaskan penyakit menular seksual (PMS) beserta pencegahan maupun
pengobatannya.
3. Mengetahui dan menjelaskan tumor pada sistem reproduksi beserta pencegahan maupun
pengobatannya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit menular seksual dikenal dengan nama “venereal diseases”, berarti penyakit
Dewi Cinta menurut versi Yunani. Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin
bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga nama penyakit kelamin
(veneral disease) berubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) yang dalam bahasa
Indonesia menjadi penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi
yang menyebar dari orang ke orang melalui kontak seksual, termasuk seks oral, seks anal dan
berbagi mainan seks. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak antara alat kelamin dari satu
orang dan alat kelamin, anus, mulut atau mata orang lain.
Menurut Katrina Smith (2005), Penyakit Menular Seksual adalah sekelompok infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan
seksual antara penis, vagina, anus dan/atau mulut.
PMS adalah salah satu penyakit menular yang paling umum di Amerika Serikat. Lebih
dari 15 juta orang Amerika didiagnosis dengan STD setiap tahun.Ada banyak PMS yang
berbeda, tetapi yang paling umum di Amerika Serikat adalah virus herpes simpleks tipe II
(herpes kelamin), klamidia, gonore, sifilis, HIV dan kutil kelamin. Beberapa infeksi yang dapat
ditularkan melalui hubungan seks, seperti virus hepatitis B.
Meskipun dapat dicegah dan diobati, penyakit menular seksual merupakan suatu masalah
kesehatan masyarakat yang sangat besar. Pada tahun 1997 menurut Institute of Medicine
menyatakan bahwa penyakit menular seksual (PMS) menjadi epidemi dari luar biasa bagi
kesehatan dan mempengaruhi konsekuensi ekonomi di Amerika Serikat. Sementara itu, pada
umumnya PMS sulit untuk dilacak untuk didata karena sebagian besar orang dengan infeksi ini
2.2 Etiologi
Gonorea
Gonorea merupakan penyakit menular yang paling sering di jumpai di berbagai Negara yang
lebih maju.Rerata di Negara-negara ini adalah 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
Negara yang kurang maju. (Linda, 2008)
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing
nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan menyerang selaput
lendir mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa
penyakit ini dinamakan gonococcus.Kokus gram negative yang menyebabkan penyakit ini yaitu
Neisseria Gonorrhoeae.
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pria adalah uretritis.Gejala-gejalanya meliputi
disuria dan/atau keluarnya cairan purulen dari uretra.Komplikasi local akibat gonorea jarang
terjadi pada pria, walaupun dapat terjadi striktur uretra, epididimitis, dan prostratitis. (Linda,
2008)
Pada wanita, konsekwensi kesehatan yang paling penting akibat infeksi gonorrhea adalah
kerusakan tuba fallopi yang berkaitan dengan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik (tuba)
dan infertilitas. (Linda, 2008)
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”.Penyakit ini sangat berbahaya.Penyakit ini
ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang
tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik).Penyebab timbulnya penyakit ini adalah kuman
treponema pallidum.Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya seperti selaput
lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. (Ajen Dianawati, 2003). Sifilis congenital terjadi melalui
penularan vertical dari ibu kepada janinnya.Bayi yang terkena mungkin menunjukkan gambaran
khas, yang mencakup ruam generalisata, limfadenopati, dan hepatitis. (Ensiklopedia
Keperawatan, 2008)
Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah biasanya satu,
bulat atau, lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada
penekanan.Kelenjar getah bening di lipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga tidak nyeri
pada penekanan. (Depkes RI, 2008)
Sifilis memiliki dua stadium, dini dan lanjut. Tahap dini ditandai oleh syanker (lesi primer) di
tempat kuman masuk ke dalam tubuh, yang sembuh dalam waktu sekitar 1 bulan, dan mungkin
diikuti oleh penyakit generalisata (sifilis sekunder) yang ditandai oleh ruam kulit, demam,
pembesaran kelenjar limfe generalisata, dan ulkus mukosa (snail track). Tahap lanjut (terjadi
bertahun-tahun kemudian setelah tahap dini) menunjukkan lesi kulit dan organ dalam (guma),
neurosifilis (tabes dorsalis dan paralisis generalisata pada gangguan jiwa), atau sifilis
kardiovaskuler (mis.Aneurisma aorta). (Ensilopedia Keperawatan, 2008)
Klamidia
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul disekitar genetalia atau
anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu akhirnya akan terbuka dan
mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Borok chancroid pada pria biasanya sangat
menyakitkan, sedangkan pada wanita tidak menimbulkan rasa sakit (Rosari, 2006)
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil
bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar kearah pubik dan kelamin.
Granula inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang
biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk
jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap selanjutnya akan terjadi pembesaran
yang bersifat permanen atau terlihat sesekali pada penis, klitoris, dan kandung pelir. Penderita
bisa kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia. Penyakit ini tidak memperlihatkan
gejala-gejala awal, Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi yang sangat
berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain.
Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks.Virus herpes
terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2.Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus
tersebut menyerang.Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar
herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau
vagina).
Timbul bila ada factor pencetus (daya tahan menurun, faktor stress pikiran, senggama
berlebihan, kelelahan dan lain-lain).Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat pada lesi primer.
(Depkes, 2008)
Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati.Obat yang biasa diberikan untuk
genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus
tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya
Viral Hepatitis
Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis.Penyebabnya adalah virus dan sering
ditularkan secara seksual.Jenis yang terutama adalah hepatitis A, B, C dan D. (Hutapea, 2003).
Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh
organ tubuh.Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotic tidak dapat
menanggulanginya.Gejala awalnya berupa luka kecil yang tidak biasa terjadi di sekitar organ
seksual selama 3 minggu.Dua minggu kemudian, luka tersebut membengkak sebesar telur yang
menyebar di bagian pangkal paha. Perubahan lain yang timbul akan semakin bertambah parah
seperti penderita akan mengalami kelumpuhan jika infeksi mulai menyebar melalui kelenjar
getah bening (pangkal paha) menuju anus.
Trichomoniasis
Pediculosis
Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis ini
diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah mikroskop. Parasit
ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup
dengan cara mengisap darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya
sekitar satu bulan.Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati
(Hutapea, 2003).
2.3 Patofisiologi
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang didapat melalui kontak
seksual.Organisme penyebabnya yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh, meliputi virus,
mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil (misalnya Phthirus pubis,
scabies). Sebagian organisme yang terlibat hanya ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja
tetapi yang lainnya juga ditemukan di dalam organ tubuh lain. Di samping itu, seringkali
berbagai PMS timbul secara bersama-sama dan jika salah satu ditemukan, adanya PMS lainnnya
harus dicurigai.Terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS termasuk
berciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kuninglingus, anilingus, felasio,
dan kontak mulut atau genital dengan payudara. Menurut Somelus (2008), Cara lain seseorang
dapat tertular PMS juga melalui :
Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda
tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.
Sentuhan
Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat luka-
luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh
orang penderita herpes.
Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi sumbangan besar dalam
penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum suntik yang tidak aman menduduki angka
lebih dari 51 % cara penularan HIV/AIDS.
Jika terdapat tanda-tanda dan gejala saat ini yang menunjukkan bahwa seorang laki-laki
memiliki PMS, tes laboratorium dapat mengidentifikasi penyebabnya dan mendeteksi infeksi
mungkin terjadi setelah ada kontak dengan seorang yang memiliki penyakit ini.
Tes darah
Tes darah dapat mengkonfirmasi diagnosis terjangkitnya HIV atau stadium sifilis.
Sampel urin
Sampel cairan
- Skrining
Pengujian untuk suatu penyakit pada seseorang laki-laki yang tidak memiliki gejala disebut
skrining. Terdapat beberapa pengecualian untuk dilakukan tes ini, skrining kebanyakan bukan
merupakan bagian rutin dari perawatan kesehatan.
Setiap orang
Tes skrining yang disarankan untuk semua orang berusia 13 sampai 64 tahun adalah tes darah
atau air liur untuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS. Di
Amerika Serikat sebagian besar menawarkan tes HIV yang cepat dengan hasil yang dapat
langsung diketahui pada hari itu juga.
Dibandingkan dengan kelompok lain, lelaki yang berhubungan seks dengan laki-laki memiliki
risiko lebih tinggi tertular PMS. Banyak praktisi kesehatan masyarakat di Amerika
merekomendasikan skrining PMS tahunan atau lebih sering bagi laki-laki. Tes rutin untuk HIV,
sifilis, klamidia dan gonore sangat penting. Evaluasi untuk herpes dan hepatitis B juga mungkin
dianjurkan agar mengetahui sejauh mana PMS menjangkit dan menyebar.
Jika seorang laki-laki memiliki HIV, secara signifikan dapat meningkatkan risiko terkena
PMS. Para ahli merekomendasikan untuk orang dengan HIV melakukan tes sifilis, gonore,
klamidia dan herpes. Perempuan yang ditularkan laki-laki dengan HIV dapat memicu kanker
serviks yang ganas, sehingga mereka harus melakukan tes dua kali setahun untuk melihat adanya
HPV. Beberapa ahli juga merekomendasikan skrining HPV rutin kepada laki-laki yang terinfeksi
HIV karena dapat berisiko kanker dubur jika terjadi kontak secara anal.
Universitas muhammadiyah surabaya Page 10
2.5 Penatalaksaan
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, umumnya lebih mudah untuk
diobati.Infeksi virus dapat dirawat, namun tidak selalu dapat disembuhkan.Pada wanita hamil
dan memiliki penyakit menular seksual akibat ditularkan oleh suaminya, pengobatan yang tepat
dapat mencegah atau mengurangi risiko penularan infeksi pada bayi.Pengobatan biasanya
diberikan tergantung pada infeksinya, yang diantaranya meliputi antibiotik dan antivirus.
Menurut WHO (2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara,
bisa dengan penaganan berdasarkan kasus (case management) ataupun penanganan berdasarkan
sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya
berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas
mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif.Sedangkan
penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala
yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yangmenimbulkan
sindrom.Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan
mikrooganisme penyebnya.Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu
diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2008).
Resisten adalah suatu fenomena kompleks yang terjadi dengan pengaruh dari mikroba, obat
antimikroba, lingkungan dan penderita. Menurut Warsa (2004), resisten antibiotika
menyebabkan penyakit makin berat, makin lama menderita, lebih lama di rumah sakit, dan biaya
akan lebih mahal.
Pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi beberapa PMS. Karena menurut
pengalaman bahwa banyak orang di tahap awal PMS tanpa gejala, skrining untuk PMS sangat
penting dalam mencegah komplikasi. Komplikasi yang mungkin antara lain :
Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan infeksi menular seksual lebih
rentan terhadan HIV. Infeksi menular seksual juga diimplikasikan sebagai faktor yang
memfasilitasi penyebaran HIV (WHO,2004).
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.Respon imun sangat tertekan pada orang
yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.Pada lansia, atropi kelenjar
timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
- Aktifitas / Istirahat
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
- Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
- Neurosensori
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
- Keamanan
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
- Interaksi Sosial
- Penyuluhan / Pembelajaran
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
- Sel T limfosit
- Sel T4 helper
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- Kadar Ig
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
4. Tes Antibodi
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,
yaitu :
1. Indirect Immunoflouresence
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya.Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1.tapi kadar p24 pada penderita infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Data dasar :
DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.
Hasil LAB :
- Hb 11 gr/dl
- LED 30 mm
- Na 98 mmoL/L
Analisa data
DO :
- Na 98 mmoL/L
DO :
- LED 30 mm
Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit
Intervensi Rasional
Mandiri Indikator tidak langsung dari status
cairan.
Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan
Mempertahankan keseimbangan cairan,
rasa haus
mengurangi rasa haus, melembabkan
Pantau masukan oral dan memasukkan
mukosa.
cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Mungkin dapat mengurangi diare.
Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/ Meningkatkan asupan nutrisi secara
makanan berkadar lemak tinggi, adekuat.
kacang, kubis, susu.
Berikan makanan yang membuat pasien Mengurangi insiden muntah,
Intervensi Rasional
Mandiri Deteksi dini terhadap infeksi penting
untuk melakukan tindakan segera.
Pantau adanya infeksi : demam,
Infeksi lama dan berulang memperberat
mengigil, diaforesis, batuk, nafas
kelemahan pasien.
pendek, nyeri oral atau nyeri menelan.
Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
Ajarkan pasien atau pemberi perawatan
tentang perlunya melaporkan Peningkatan SDP dikaitkan dengan
kemungkinan infeksi. infeksi
Pantau jumlah sel darah putih dan Memberikan informasi data dasar,
diferensial peningkatan suhu secara berulang-
Pantau tanda-tanda vital termasuk ulang dari demam yang terjadi untuk
suhu. menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi ang baru dimana
Awasi pembuangan jarum suntik dan
obat tidak lagi dapat secara efektif
mata pisau secara ketat dengan
mengontrol infeksi yang tidak dapat
menggunakan wadah tersendiri.
disembuhkan.
Mencegah inokulasi yang tak disengaja
Kolaborasi
dari pemberi perawatan.
Beriakan antibiotik atau agen
Menghambat proses infeksi. Beberapa
antimikroba, misal : trimetroprim
obat-obatan ditargetkan untuk
(bactrim atau septra), nistasin,
organisme tertentu, obat-obatan lainya
pentamidin atau retrovir.
ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun
BAB IV
4.1 KESIMPILAN
Penyakit menular seksual dikenal dengan nama “venereal diseases”, berarti penyakit
Dewi Cinta menurut versi Yunani. Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin
bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga nama penyakit kelamin
(veneral disease) berubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) yang dalam bahasa
Indonesia menjadi penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi
yang menyebar dari orang ke orang melalui kontak seksual, termasuk seks oral, seks anal dan
berbagi mainan seks. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak antara alat kelamin dari satu
orang dan alat kelamin, anus, mulut atau mata orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Marilyn, Doenges, Dkk, (1999). Rencan Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan