Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada semua organisme, reproduksi merupakan peran kunci untuk kelangsungan hidup.
Manusia, hewan, maupun setiap organisme yang hidup memiliki cara reproduksi. Pada manusia
sistem reproduksi pria memiliki banyak fungsi, termasuk melestarikan keturunan dan
memberikan hormon seks yang mendukung kesejahteraan seksual yang merupakan iplementasi
fungsi sistem reproduksi sebagai prokreasi dan rekreasi.

Sistem reproduksi laki-laki sangat penting, yang juga berkaitan dengan sistem
ekskresi. Tapi seperti semua sistem tubuh, sistem reproduksi juga memiliki kesempatan untuk
terjadi kerusakan, penyakit, atau gangguan. Meskipun masalah yang timbul dalam sistem sering
diobati, beberapa gangguan dapat memiliki konsekuensi yang serius.

Beberapa penyakit, kerusakan, atau gangguan dari sistem reproduksi laki-laki adalah
misalnya penyakit menular seksual (PMS), disfungsi seksual, dan tumor atau kanker.  Infeksi
dapat berkembang dalam setiap gangguan atau kerusakan ini, berpotensi menyebabkan
peradangan dan nyeri pada testis atau struktur lainnya. Infeksi dapat disebabkan baik oleh bakteri
atau virus.Dan masih banyak gangguan sistem reproduksi lainnya, gangguan sistem reproduksi
ini dapat segera diatasi sebelum terlambat dan mengganggu sistem reproduksi secara
keseluruhan.Oleh karena itu dibutuhkan pendeteksian secara dini serta penanganan yang baik
dan benar.

1.2  Tujuan

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui dan menjelaskan penyakit menular seksual (PMS) beserta pencegahan maupun
pengobatannya.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 1


2. Mengetahui dan menjelaskan disfungsi seksual beserta pencegahan maupun pengobatannya.

3. Mengetahui dan menjelaskan tumor pada sistem reproduksi beserta pencegahan maupun
pengobatannya.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Penyakit Menular Seksual

2.1  Definisi

Penyakit menular seksual dikenal dengan nama “venereal diseases”, berarti penyakit
Dewi Cinta menurut versi Yunani. Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin
bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga nama penyakit kelamin
(veneral disease) berubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) yang dalam bahasa
Indonesia menjadi penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi
yang menyebar dari orang ke orang melalui kontak seksual, termasuk seks oral, seks anal dan
berbagi mainan seks. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak antara alat kelamin dari satu
orang dan alat kelamin, anus, mulut atau mata orang lain.

Menurut Katrina Smith (2005), Penyakit Menular Seksual adalah sekelompok infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan
seksual antara penis, vagina, anus dan/atau mulut.

PMS adalah salah satu penyakit menular yang paling umum di Amerika Serikat. Lebih
dari 15 juta orang Amerika didiagnosis dengan STD setiap tahun.Ada banyak PMS yang
berbeda, tetapi yang paling umum di Amerika Serikat adalah virus herpes simpleks tipe II
(herpes kelamin), klamidia, gonore, sifilis, HIV dan kutil kelamin. Beberapa infeksi yang dapat
ditularkan melalui hubungan seks, seperti virus hepatitis B.

Meskipun dapat dicegah dan diobati, penyakit menular seksual merupakan suatu masalah
kesehatan masyarakat yang sangat besar. Pada tahun 1997 menurut Institute of Medicine
menyatakan bahwa  penyakit menular seksual (PMS) menjadi epidemi dari luar biasa bagi
kesehatan dan mempengaruhi konsekuensi ekonomi di Amerika Serikat. Sementara itu, pada
umumnya PMS sulit untuk dilacak untuk didata karena sebagian besar orang dengan infeksi ini

Universitas muhammadiyah surabaya Page 3


melakukan tidak memiliki gejala dan tidak terdiagnosis.Epidemi semakin besar dengan setiap
infeksi baru yang terjadi, daripada yang telah diketahui dan diobati.Jika tidak segera diobati
maka penyakit menular seksual dapat semakin berbahaya akibatnya.Akan terjadi komplikasi
klinis yang sering ireversibel dan mahal pengobatannya, seperti masalah kesehatan reproduksi,
masalah kesehatan janin dan perinatal, dan kanker.

2.2  Etiologi

-  Jenis - Jenis PMS

1. Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Organisme dan Bakteri

 Gonorea 

Gonorea merupakan penyakit menular yang paling sering di jumpai di berbagai Negara yang
lebih maju.Rerata di Negara-negara ini adalah 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
Negara yang kurang maju. (Linda, 2008)

Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing
nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan menyerang selaput
lendir mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa
penyakit ini dinamakan gonococcus.Kokus gram negative yang menyebabkan penyakit ini yaitu
Neisseria Gonorrhoeae.

Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pria adalah uretritis.Gejala-gejalanya meliputi
disuria dan/atau keluarnya cairan purulen dari uretra.Komplikasi local akibat gonorea jarang
terjadi pada pria, walaupun dapat terjadi striktur uretra, epididimitis, dan prostratitis. (Linda,
2008)

Pada wanita, konsekwensi kesehatan yang paling penting akibat infeksi gonorrhea adalah
kerusakan tuba fallopi yang berkaitan dengan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik (tuba)
dan infertilitas. (Linda, 2008)

Universitas muhammadiyah surabaya Page 4


 Sifilis

Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”.Penyakit ini sangat berbahaya.Penyakit ini
ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang
tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik).Penyebab timbulnya penyakit ini adalah kuman
treponema pallidum.Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya seperti selaput
lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. (Ajen Dianawati, 2003). Sifilis congenital terjadi melalui
penularan vertical dari ibu kepada janinnya.Bayi yang terkena mungkin menunjukkan gambaran
khas, yang mencakup ruam generalisata, limfadenopati, dan hepatitis. (Ensiklopedia
Keperawatan, 2008)

Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah biasanya satu,
bulat atau, lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada
penekanan.Kelenjar getah bening di lipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga tidak nyeri
pada penekanan. (Depkes RI, 2008)

Sifilis memiliki dua stadium, dini dan lanjut. Tahap dini ditandai oleh syanker (lesi primer) di
tempat kuman masuk ke dalam tubuh, yang sembuh dalam waktu sekitar 1 bulan, dan mungkin
diikuti oleh penyakit generalisata (sifilis sekunder) yang ditandai oleh ruam kulit, demam,
pembesaran kelenjar limfe generalisata, dan ulkus mukosa (snail track). Tahap lanjut (terjadi
bertahun-tahun kemudian setelah tahap dini) menunjukkan lesi kulit dan organ dalam (guma),
neurosifilis (tabes dorsalis dan paralisis generalisata pada gangguan jiwa), atau sifilis
kardiovaskuler (mis.Aneurisma aorta). (Ensilopedia Keperawatan, 2008)

 Klamidia

Klamidia berasal dari kata Chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat


menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan dan saluran kencing.Gejala
yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang
berwarna kuning, disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.Karena organisme ini dapat
menetap selama bertahun-tahun dalam tubuh seseorang.Ia juga akan merusak organ reproduksi
penderita dengan atau tanpa merasakan gejala apa pun.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 5


 Chancroid

Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul disekitar genetalia atau
anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu akhirnya akan terbuka dan
mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Borok chancroid pada pria biasanya sangat
menyakitkan, sedangkan pada wanita tidak menimbulkan rasa sakit (Rosari, 2006)

Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil
bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar kearah pubik dan kelamin.

 Granula inguinale

Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang
biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk
jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap selanjutnya akan terjadi pembesaran
yang bersifat permanen atau terlihat sesekali pada penis, klitoris, dan kandung pelir. Penderita
bisa kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia.  Penyakit ini tidak memperlihatkan
gejala-gejala awal, Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi yang sangat
berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain.

2.   Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Virus

 Herpes

Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks.Virus herpes
terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2.Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus
tersebut menyerang.Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar
herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau
vagina).

Gejala klinis herpes ini yaitu :

Herpes Genital Pertama.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 6


Diawali dengan bintil – lentingan – luka / erosi berkelompok, di atas dasar kemerahan, sangat
nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal, dan disertai gejala sistemik.

Herpes Genital Kambuhan

Timbul bila ada factor pencetus (daya tahan menurun, faktor stress pikiran, senggama
berlebihan, kelelahan dan lain-lain).Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat pada lesi primer.
(Depkes, 2008)

Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati.Obat yang biasa diberikan untuk
genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus
tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya

 Viral Hepatitis

Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis.Penyebabnya adalah virus dan sering
ditularkan secara seksual.Jenis yang terutama adalah hepatitis A, B, C dan D. (Hutapea, 2003).

 Lymphogranuloma venereum

Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh
organ tubuh.Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotic tidak dapat
menanggulanginya.Gejala awalnya berupa luka kecil yang tidak biasa terjadi di sekitar organ
seksual selama 3 minggu.Dua minggu kemudian, luka tersebut membengkak sebesar telur yang
menyebar di bagian pangkal paha. Perubahan lain yang timbul akan semakin bertambah parah
seperti penderita akan mengalami kelumpuhan jika infeksi mulai menyebar melalui kelenjar
getah bening (pangkal paha) menuju anus.

3.   Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Parasit

 Trichomoniasis

Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit


atau suatu protozoa (hewan bersel tunggal) yang disebut trichomonas vaginalis.Gejalanya

Universitas muhammadiyah surabaya Page 7


meliputi perasaan gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan
berwarna putih seperti busa atau juga kuning kehijauan yang berbau busuk.Sewaktu bersetubuh
atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina.Namun sekitar 50% dari wanita yang
mengidapnya tidak menunjukkan gejala apa-apa.

 Pediculosis

Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis ini
diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah mikroskop. Parasit
ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup
dengan cara mengisap darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya
sekitar satu bulan.Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati
(Hutapea, 2003).

2.3  Patofisiologi

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang didapat melalui kontak
seksual.Organisme penyebabnya yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh, meliputi virus,
mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil (misalnya Phthirus pubis,
scabies). Sebagian organisme yang terlibat hanya ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja
tetapi yang lainnya juga ditemukan di dalam organ tubuh lain. Di samping itu, seringkali
berbagai PMS timbul secara bersama-sama dan jika salah satu ditemukan, adanya PMS lainnnya
harus dicurigai.Terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS termasuk
berciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kuninglingus, anilingus, felasio,
dan kontak mulut atau genital dengan payudara. Menurut Somelus (2008), Cara lain seseorang
dapat tertular PMS juga melalui :

 Darah

Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda
tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.

 Ibu hamil kepada bayinya

Universitas muhammadiyah surabaya Page 8


Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa menular
melalui menyusui.

 Sentuhan

Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat luka-
luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh
orang penderita herpes.

 Tato dan tindik

Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi sumbangan besar dalam
penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum suntik yang tidak aman menduduki angka
lebih dari 51 % cara penularan HIV/AIDS.

2.4        Pemeriksaan Diagnostik

  -  Tes Laboratium

        Jika terdapat tanda-tanda dan gejala saat ini yang menunjukkan bahwa seorang laki-laki
memiliki PMS, tes laboratorium dapat mengidentifikasi penyebabnya dan mendeteksi infeksi
mungkin terjadi setelah ada kontak dengan seorang yang memiliki penyakit ini.

 Tes darah

Tes darah dapat mengkonfirmasi diagnosis terjangkitnya HIV atau stadium sifilis.

 Sampel urin

Beberapa PMS dapat dikonfirmasikan dengan sampel urin.

 Sampel cairan

Universitas muhammadiyah surabaya Page 9


Jika seorang laki-laki memiliki luka genital aktif, pengujian cairan dan sampel dari luka
dapat dilakukan untuk mendiagnosa jenis dari infeksi. Tes laboratorium material dari luka genital
atau debit yang paling umum digunakan untuk mendiagnosa bakteri dan beberapa virus PMS
pada tahap awal.

 - Skrining

        Pengujian untuk suatu penyakit pada seseorang laki-laki yang tidak memiliki gejala disebut
skrining. Terdapat beberapa pengecualian untuk dilakukan tes ini, skrining kebanyakan bukan
merupakan bagian rutin dari perawatan kesehatan.

 Setiap orang

Tes skrining yang disarankan untuk semua orang berusia 13 sampai 64 tahun adalah tes darah
atau air liur untuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS. Di
Amerika Serikat sebagian besar menawarkan tes HIV yang cepat dengan hasil yang dapat
langsung diketahui pada hari itu juga.

 Pria yang berhubungan seks dengan laki-laki

Dibandingkan dengan kelompok lain, lelaki yang berhubungan seks dengan laki-laki memiliki
risiko lebih tinggi tertular PMS. Banyak praktisi kesehatan masyarakat di Amerika
merekomendasikan skrining PMS tahunan atau lebih sering bagi laki-laki. Tes rutin untuk HIV,
sifilis, klamidia dan gonore sangat penting. Evaluasi untuk herpes dan hepatitis B juga mungkin
dianjurkan agar mengetahui sejauh mana PMS menjangkit dan menyebar.

 Orang dengan HIV

Jika seorang laki-laki memiliki HIV, secara signifikan dapat meningkatkan risiko terkena
PMS. Para ahli merekomendasikan untuk orang dengan HIV melakukan tes sifilis, gonore,
klamidia dan herpes. Perempuan yang ditularkan laki-laki dengan HIV dapat memicu kanker
serviks yang ganas, sehingga mereka harus melakukan tes dua kali setahun untuk melihat adanya
HPV. Beberapa ahli juga merekomendasikan skrining HPV rutin kepada laki-laki yang terinfeksi
HIV karena dapat berisiko kanker dubur jika terjadi kontak secara anal.
Universitas muhammadiyah surabaya Page 10
2.5        Penatalaksaan

Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, umumnya lebih mudah untuk
diobati.Infeksi virus dapat dirawat, namun tidak selalu dapat disembuhkan.Pada wanita hamil
dan memiliki penyakit menular seksual akibat ditularkan oleh suaminya, pengobatan yang tepat
dapat mencegah atau mengurangi risiko penularan infeksi pada bayi.Pengobatan biasanya
diberikan tergantung pada infeksinya, yang diantaranya meliputi antibiotik dan antivirus.

Menurut WHO (2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara,
bisa dengan penaganan berdasarkan kasus (case management) ataupun penanganan berdasarkan
sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya
berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas
mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif.Sedangkan
penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala
yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yangmenimbulkan
sindrom.Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan
mikrooganisme penyebnya.Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu
diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2008).

Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:

1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin,


kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007).
2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin, eritromisin,
dan kloramfenikol (Hutapea, 2001).
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells et al, 2003).
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al., 2003).
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003).

Resisten adalah suatu fenomena kompleks yang terjadi dengan pengaruh dari mikroba, obat
antimikroba, lingkungan dan penderita. Menurut Warsa (2004), resisten antibiotika
menyebabkan penyakit makin berat, makin lama menderita, lebih lama di rumah sakit, dan biaya
akan lebih mahal.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 11


2.6        Komplikasi

Pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi beberapa PMS. Karena menurut
pengalaman bahwa banyak orang di tahap awal PMS tanpa gejala, skrining untuk PMS sangat
penting dalam mencegah komplikasi. Komplikasi yang mungkin antara lain :

1. Luka atau benjolan di manapun pada tubuh


2. Luka pada alat kelamin
3. Bintil merah pada kulit
4. Nyeri selama hubungan seksual
5. Nyeri skrotum, kemerahan dan bengkak
6. Nyeri panggul
7. Abses pada selakangan
8. Radang mata
9. Radang sendi
10. Penyakit radang panggul
11. Infertilitas
12. Kanker lain, termasuk limfoma terkait HIV dan HPV terkait kanker dubur
13. Infeksi oportunistik yang terjadi dalam lanjutan HIV

Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan infeksi menular seksual lebih
rentan terhadan HIV. Infeksi menular seksual juga diimplikasikan sebagai faktor yang
memfasilitasi penyebaran HIV (WHO,2004).

Universitas muhammadiyah surabaya Page 12


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.Respon imun sangat tertekan pada orang
yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.Pada lansia, atropi kelenjar
timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes
dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )

Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti


limfosit,disfungsi timik congenital.

 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)

Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing enteropati


(peradangan usus)

b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)

- Aktifitas / Istirahat

Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).

- Sirkulasi

Universitas muhammadiyah surabaya Page 13


Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.

Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan


pengisian kapiler.

- Integritas dan Ego

Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari


doagnosa, putus asa,dan sebagainya.

Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

- Eliminasi

Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.

- Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia

Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema

- Hygiene

Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

- Neurosensori

Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan


otot,tremor,perubahan penglihatan.

Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak


normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.

- Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.

Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 14


- Pernafasan

Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.

Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.

- Keamanan

Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam


berulang,berkeringat malam.

Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.

-Seksualitas

Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah


kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia

- Interaksi Sosial

Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS

Tanda : Perubahan interaksi

- Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan


IV,merokok,alkoholik.

c. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).

1. Serologis

- Tes antibody serum

Universitas muhammadiyah surabaya Page 15


Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa

- Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Sel T limfosit

Penurunan jumlah total

- Sel T4 helper

Indikator system imun (jumlah <200>

- T8 ( sel supresor sitopatik )

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.

- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

- Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal

- Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

- Tes PHS

Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

2. Budaya

Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.

3. Neurologis

EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

4. Tes Antibodi

Universitas muhammadiyah surabaya Page 16


Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 –
12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan.Hal ini menjelaskan mengapa orang
yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif.Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.

Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,
yaitu :

1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)

Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human


Immunodeficiency Virus (HIV).ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV).Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.

2. Western Blot Assay

Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas


Human Immunodeficiency Virus (HIV)

1. Indirect Immunoflouresence

Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )

Mendeteksi protein dari pada antibody.

c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya.Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1.tapi kadar p24 pada penderita infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.

Universitas muhammadiyah surabaya Page 17


Pengkajian

Data dasar :

Nama                                   :              Tn. W

Umur                                   :              40 tahun

Jenis kelamin                   :               Laki-laki

Alamat                                :               Jakarta

3.2 Analisa Data

DS : -      diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.

-               Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari

DO : -     hasil foto thorax, pleural effusion kanan

Hasil LAB :

-          Hb 11 gr/dl

-          Leukosit 20.000/uL

-          Trombosit 160.000/uL

-          LED 30 mm

-          Na 98 mmoL/L

-          K 2,8 mmol/L

-          Cl 110 mmol/L

Universitas muhammadiyah surabaya Page 18


3.2. Diagnosa keperawatan

1.            Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

2.            Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi

Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Output yang berlebih Kekurangan volume
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh cairan
meskipun sudah berobat kedokter.

Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair


kurang lebih 15x/hari

DO :

-          Na 98 mmoL/L

-          K 2,8 mmol/L

-          Cl 110 mmol/L


2 DS : Imunodefisiensi Resiko infeksi
Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg
dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak
kunjung sembuh.

DO :

-                         Leukosit 20.000/uL

-          Trombosit 160.000/uL

-          LED 30 mm

3.3 Rencana asuhan keperawatan

Universitas muhammadiyah surabaya Page 19


Dx :        Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit

Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat

- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari

Intervensi Rasional
Mandiri  Indikator tidak langsung dari status
cairan.
 Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan
 Mempertahankan keseimbangan cairan,
rasa haus
mengurangi rasa haus, melembabkan
 Pantau masukan oral dan memasukkan
mukosa.
cairan sedikitnya 2500 ml/hari
 Mungkin dapat mengurangi diare.
 Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/  Meningkatkan asupan nutrisi secara
makanan berkadar lemak tinggi, adekuat.
kacang, kubis, susu.
 Berikan makanan yang membuat pasien  Mengurangi insiden muntah,

berselera. menurunkan jumlah keenceran feses


mengurangi kejang usus dan peristaltik.
Kolaborasi  Mewaspadai adanya gangguan
elektrolit dan menentukan kebutuhan
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
elektrolit.
antiemetikum, antidiare atau
 Diperlukan untuk mendukung volume
antispasmodik.
sirkulasi, terutama jika pemasukan oral

 Pantau hasil pemeriksaan laboratorium. tidak adekuat.

 Berikan cairan/elektrolit melalui selang


makanan atau IV.

Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi

Tujuan :                – Mengurangi resiko terjadinya infeksi

- Mempertahankan daya tahan tubuh

Universitas muhammadiyah surabaya Page 20


Kriteria hasil:      – Infeksi berkurang

- Daya tahan tubuh meningkat

Intervensi Rasional
Mandiri  Deteksi dini terhadap infeksi penting
untuk melakukan tindakan segera.
 Pantau adanya infeksi : demam,
Infeksi lama dan berulang memperberat
mengigil, diaforesis, batuk, nafas
kelemahan pasien.
pendek, nyeri oral atau nyeri menelan.
 Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
 Ajarkan pasien atau pemberi perawatan
tentang perlunya melaporkan  Peningkatan SDP dikaitkan dengan
kemungkinan infeksi. infeksi
 Pantau jumlah sel darah putih dan  Memberikan informasi data dasar,
diferensial peningkatan suhu secara berulang-
 Pantau  tanda-tanda vital termasuk ulang dari demam yang terjadi untuk
suhu. menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi ang baru dimana
 Awasi pembuangan jarum suntik dan
obat tidak lagi dapat secara efektif
mata pisau secara ketat dengan
mengontrol infeksi yang tidak dapat
menggunakan wadah tersendiri.
disembuhkan.
 Mencegah inokulasi  yang tak disengaja
Kolaborasi
dari pemberi perawatan.
 Beriakan antibiotik atau agen
 Menghambat proses infeksi. Beberapa
antimikroba, misal : trimetroprim
obat-obatan ditargetkan untuk
(bactrim atau septra), nistasin,
organisme tertentu, obat-obatan lainya
pentamidin atau retrovir.
ditargetkan untuk  meningkatkan fungsi
imun

BAB IV

Universitas muhammadiyah surabaya Page 21


PENUTUP

4.1 KESIMPILAN

Penyakit menular seksual dikenal dengan nama “venereal diseases”, berarti penyakit
Dewi Cinta menurut versi Yunani. Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin
bertambah penyakit yang timbul akibat hubungan seksual sehingga nama penyakit kelamin
(veneral disease) berubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) yang dalam bahasa
Indonesia menjadi penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi
yang menyebar dari orang ke orang melalui kontak seksual, termasuk seks oral, seks anal dan
berbagi mainan seks. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak antara alat kelamin dari satu
orang dan alat kelamin, anus, mulut atau mata orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas muhammadiyah surabaya Page 22


Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebinan Komunitas. Nuha Medika. Yogjakarta

Djuanda Adhi, Dkk, (2007). Ilmu penyakit dan kelamin.FKUI. Jakarta

Marilyn, Doenges, Dkk, (1999). Rencan Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Universitas muhammadiyah surabaya Page 23

Anda mungkin juga menyukai