Anda di halaman 1dari 13

Assalamualaikum wr.

wb
Assalamualaikum wr.wb

Oleh :
Kelompok : 7

• DHAFITA SARI NINGSIH (20151660038)


• WINDA RAMDA YANT (20151660067)
TETANUS
Jenis-jenis gangguan sistem persepsi
sensori DEFINISI :
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin
kuman Clostridium Tetani. Dimanifestasikan dengan kejang otot
secara proksismal dan diikuti dengan kekakuan otot seluruh
badan (Batticaca,2008).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh toksin kuman klostridium tetani dimanifestasikan dengan
kejang otot secara proksismal dan diikuti dengan kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan otot ini selalu tampak pada otot
masseter dan otot rangka ( Musttaqim,2008).
ETIOLOGI :
Clostridium tetani adalah obligat anaerob pembentuk
spora, gram positif, bergerak, yang habitatnya bisa
ditanah, debu, saluran pencernaan berbagai binatang.
Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih
tapi tidak dalam autoclave, tetapi sel Vegetatif terbunuh
oleh antibiotic, panas dan desifektan. Tidak seperti
banyak klostridia, C. tetani bukan orgenisme yang
menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit
melalui pengaruh toksin tunggal, yaitu tetanospamin.
EPIDEMOLOGI :
Tetanus terdapat diseluruh dunia dan di Negara-negara
berkembang merupakan penyebab kematian neonates yang utama.
Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran
ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat
tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat
bertebaran dimana-mana.
Port Of Entry tak selalu diketahui dengan pasti, namun dapat
diduga melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, dan luka bakar
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3. OMP , Caries gigi
4. Pemotongan tali pusar yang tidak steril
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril

BACK
PATOFISIOLOGI :
• Clostridium tetani dalam bentuk spora dapat memasuki
tubuh manusia melalui luka yang terkontaminasi oleh
tanah, debu kotoran haewan dan manusia. Spora dapat
masuk ke tubuh manusia juga lewat luka tusuk yang
dalam atau goresan pisau.
TANDA DAN GEJALA
 Tanda dan Gejala
a. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
b. Keteganggan otot rahang dan leher (mendadak)
c. Kesukaran membuka mulut (Trismus)
d. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
e. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

 Gambaran umum yang khas pada tetanus


a) Badan kaku dengan epistotonus
b) Tungkai dalam ekstensi
c) Lengan kaku dan tangan mengepal
d) Biasanya kesadaran tetap baik
MANIFESTASI KLINIS :
1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.
2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak
dahi mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar
kebawah.
3. Optimus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti otot
punggung. Otot leher, otot badan dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan.
5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya
hanya terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar,
atau tekanan sinar yang kuat.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kejang
yang terus menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat
menimbulkan anoksia dan kematian.
PENCEGAHAN :
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik dari
pada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksinasi tetanus diberikan
sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertussis, tetanus).
Dewasa sebaiknya menerima booster, pada seseorang yang
memiliki luka, jika:
• Telah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak
perlu menjalani vaksinasi lebih lanjut.
• Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir,
segera diberikan vaksinasi.
• Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak
lengkap, dibeerikan suntikan imunologlobolin tetanus dan
suntikan pertama dri vaksinasi 3 bulanan.
Diagnosa keperawatan :
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sputum pada trakea spasme otot pernafasan.
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksin.
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekuatan
otot pengunyah.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang.
5. Risiko terjadi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan inteke yang kurang dan oliguria.
6. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi
lemah sering kejang.
8. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan
penanggulanganya berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang.
Intervensi :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
penumpukan seputum pada trakea dan spame
otot pernafasan
Tujuan :
- jalan nafas efektif.
Kriteria hasil :
-klien tidak sesak , lendir atau sleam tidak ada.
-pernafasan 16-18 x/menit.
-tidak ada pernafasan cuping hidung.
-tidak ada tambahan otot pernafasan.
•WOC

Anda mungkin juga menyukai