Anda di halaman 1dari 13

AIDS

Hesti Agung Sugiarto : 20151660031


Islah Mardatilah :20151660040
Aminatul Maulidia Maliek : 20151660070
Rizki Amaliyanti : 20151660090
Andika Setyo Bimantoro : 20151660096
Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS
menurut beberapa ahli antara lain:
 AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah
200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999)
 AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

Jadi AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan


system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV
(Gallant. J 2010).
Etiologi

Penyebab penularan HIV melalui enam cara penularan, yaitu:


 Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS.
 Ibu pada bayinya.
 Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS.
 Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
 Alat-alat untuk menoreh kulit.
 Menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Klasifikasi

Pembagian Stadium:
1. Stadium pertama HIV
2. Stadium dua : Asimptomatik (tanpa gejala)
3. Stadium ketiga : Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata
(Persistent generalized lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu
tempat saja, dan berlangsung lebih 1 bulan.
4. Stadium keempat : AIDS
Gejala Klinis pada Stadium AIDS dibagi antara lain:

Gejala utama/mayor:
 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
 Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
 Penurunan BB lebih dari 10% dalam 3 bulan.
 TBC

Gejala minor:
 Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan.
 Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan jamur candida
albicans.
 Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh.
 Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
tubuh (Depkes RI, 1997)
Patofisiologi

Perjalanan Infeksi HIV


Perjalanan infeksi HIV, jumlah limfosit T-CD4, jumlah virus, dan gejala
klinis melalui 3 fase:
1. Fase Infeksi Akut: Setelah HIV menginfeksi sel target, terjadi proses
replikasi yang menghasilkan virus-virus baru (virion) jumlahnya
berjuta-juta virion.
2. Fase Infeksi Laten: Pembentukan respons imun spesifik HIV dan
terperangkapnya virus dalam sel dendritik folikuler (SDF) di pusat
germinativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat
dikendalikan, gejala hilang, dan mulai memasuki fase laten.
3. Fase Infeksi Kronis: Selama berlangsungnya fase ini, di dalam
kelenjar limfe terus terjadi replikasi virus yang diikuti kerusakan dan
kematian SDF karena banyaknya virus, fungsi kelenjar linfe sebagai
perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan
ke dalam darah.
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada


tubuh host akibat intervensi HIV. Manifestasi ini dapat merupakan gejala
dan tanda infeksi virus akut, keadaan asimtomatis berkepanjangan,
hingga manifestasi AIDS berat. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV
dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

Pertama merupakan tahap infeksi akut


Kedua merupakan tahap asimtomatis
Ketiga merupakan tahap simtomatis
Keempat merupakan tahap yang lebih lanjut atau tahap AIDS
Pemeriksaan Diagnostik

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :

a. Mencari virus dalam darah penderita


- Kultur/biakan virus
- Deteksi antigen ; p24
- PCR (polymerase chain reaction)

b. Mencari adanya antibodi terhadap berbagai komponen virion HIV dalam serum
penderita (tes serologik)
- Tes Enzyme Linked Immunosorbent Assay (EIA/ELISA)
- Tes sederhana / cepat (tes imunokromatografi)
- Tes konfirmasi sepert Western Blot (WB), Indirect immunofluorescence assay (IFA)

c. Tes Tambahan
Tes tambahan ini meliputi :
- Urinalisis, tes feces lengkap, fungsi hati (SGOT/SGPT)
- LDH, alkali fosfatase, bilirubin
- Fungsi ginjal (ureum/creatinin)
Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan HIV - AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis,


Psikologis dan Aspek Sosial.
1. Aspek Medis
2. Aspek Psikologis
3. Aspek Sosial.
Pengkajian Teori

Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah


 Aktivitas / istirahat
 Sirkulasi
 Integritas ego
 Elimiinasi
 Makanan / cairan
 Neurosensori
 Nyeri / kenyamanan
 Pernafasan
Diagnosa yang mungkin muncul

1. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan pola hidup yang


berisiko.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus
padagenital.
4. Nyeri akut berhubungan dengan adanya inflamasi/ kerusakan jaringan.
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak
seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan status mental
ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari,
kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi berhubungan dengan
imunosupresi dan pola hidup yang berisiko.
 Hasil yang diharapkan : Pasien akan bebas infeksi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3×24 jam dengan kriteria hasil:
-    Tidak ada luka atau eksudat.
-    Tanda vital dalam batas normal (TD=110/70, RR=16-24, N=60-100,
S=36-37)
-    Pemeriksaan leukosit normal.

2. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi/


kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut
nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.
 Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah
rileks, dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai