Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONAL

OLEH KELOMPOK 6

1. NI PUTU ATRISKA DEWI (07)


2. NI KADEK KRISNAYANI (21)
3. DELLIA PRILYNINGRUM (28)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI
2019
12.1 Penentuan Harga Pokok dan Harga Transfer
12.1.1 Penentuan Harga Pokok
Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang
membebankan seluruh biaya produksi kepada produk. Dalam metode full costing,
semua unsur biaya produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel dihitung sebagai
harga pokok produksi. Sedangkan metode variabel costing adalah  metode penetuan
harga pokok produk yang hanya membebankan  biaya variabel ke produk.
Perbandingan metode variabel costing dan metode full costing :
12.1.2 Penentuan Harga Transfer
Harga transfer (transfer pricing) adalah harga jual khusus yang dipakai dalam
pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division)
dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer
dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu
transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.
Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai tujuan, antara lain:
1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita perusahaan yaitu
meningkatkan laba unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan.
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha secara individual.
4. Mudah dimengerti dan dikelola sebagai suatu sistem penentuan harga.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga
sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan
harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi
akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan
merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat
penting.
Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-
metode berikut:
1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga
transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual
dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada
kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan
adalah harga yang sewajarnya
2) Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya
yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa,
penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki
beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat
mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat
memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi
daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari
luar.
3) Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi
dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk
menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki
beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan
konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi cenderung
memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer
dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
12.2 Penganggaran dan Penilaian Kinerja
12.2.1 Ukuran Kinerja Keuangan
Ada dua ukuran kinerja keuangan yang digunakan secara luas oleh
perusahaan-perusahaan multinasional, yaitu return investasi yang membandingkan
laba perusahaan terhadap suatu basis tertentu dan kinerja yang dianggarkan yang
membandingkan antara hasil operasi aktual terhadap hasil operasi yang dianggarkan.
Esensi pengendalian melalui anggaran adalah bahwa setiap perbedaan antara
pencapaian aktual dari pencapaian yang dianggarkan dapat ditelusuri ke manajer unit
yang bertanggungjawab yang akan menjadikan informasi tersebut sebagai umpan
balik dalam menentukan langkah selanjutnya.

12.2.2 Ukuran Kinerja Berdasar Anggaran


Penganggaran dan evaluasi kinerja secara kritis dihubungkan dalam hal bahwa
anggaran menentukan kriteria kinerja dimana unit-unit operasi dalam sebuah
perusahaan akan dievaluasi pada akhir periode anggaran. Jika anggaran digunakan
untuk memotivasi karyawan dan untuk membantu menciptakan keselarasan tujuan
antara karyawan dan organisasi maka anggaran harus menetapkan kriteria yang tepat
dan target yang layak untuk dicapai karyawan.
12.2.3 Ukuran Kinerja Berdasarkan ROI
Variasi ROI berhubungan dengan elemen-elemen laba dan basis investasi
yang sesuai. Apakah laba harus merupakan selisish antara pendapatan dan biaya
seperti yang terlihat pada laporan laba rugi pada perusahaan yang ditujukan kepada
pihak eksternal?. Walaupun ukuran laba konvensional tersebut lebih mencerminkan
penandingan antar upaya dan pencapaian sebuah perusahaan daripada ukuran arus
kas, tetapi laba konvensional tersebut menyesatkan dalam lingkungan internasional.
Ini disebabkan karena laba bersih yang dilaporkan mungkin mengandung atau
memperhitungkan biaya-biaya yang merupakan alokasi korporasi atau harga transfer
yang berada diluar kendali manajer unit yang bersangkutan.
12.2.4 Ukuran Kinerja Non Keuangan
Beberapa ukuran non keuangan yang penting adalah pangsa pasar, kepuasan
nasabah, semangat karyawan, pengembangan karyawan, produktivitas, kinerja
pengiriman, pengakuan nama, dan hubungan dengan pemerintah tuan rumah. Ukuran-
ukuran non keuangan yang lain yang tidak kalah penting adalah berkaitan dengan
lingkungan. Sebuah manfaat yang penting dari ukuran-ukran non keungan adalah
bahwa ukuran-ukuran tersebut dapat dilaporkan secara tepat waktu dan problem-
problem yang diidentifikasi dapat segera dibahas segera sebelum problem-problem
yang diidentifikasi dapat segera dibahas segera sebelum problem tersebut
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
12.2.5 Ukuran Kinerja yang Tepat
Penting bagi manajemen korporat untuk memilih basis pengukuran kinerja
yang tepat pada awal proses anggaran. Terdapat beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja. Jarang ditemukan bahwa sebuah basis tunggal
dapat digunakan untuk semua unit bisnis dalam sebuah MNC. Jadi, sementara unit
material dan biaya tenaga kerja, kualitas produk, dan tingkat produksi atau tingkat
penggunaan kapasitas pabrik adalah tepat untuk sebuah divisi manufaktur di
Indonesia.
12.2.6 Mata Uang yang Tepat
Isu penganggaran dan evaluasi kinerja yang lain yang spesifik untuk
perusahaan yang terlibat dalam bisnis global brhubungan dengan pemilihan valuta
yang tepat untuk mengkur kinera naka perusahaan di luar negeri. Ada dua faktor yang
harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam memilih valuta [yang akan digunakan.
Pertama peran anak perusahaan tersebut dalam strategi perusahaan keseluruhan dan
faktor kedua berkaitan dengan pertanggungjawaban utama terhadap manajemen
risiko valas yang ada.

12.3 Pengendalian Manajemen


Pengendalian manajemen adalah proses untuk mempengaruhi orang lain
dalam perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan.
Penentuan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapainya dilakukan dalam
suatu proses yang dinamakan Perencanaan Strategis. Perencanaan strategis
adalah suatu proses untuk menentukan tujuan perusahaan, dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut. Oleh karena perencanaan strategis tidak dapat lepas
dari lingkungannya, maka perencanaan strategis dapat juga dikatakan sebagai
reaksi perusahaan terhadap lingkungan.
 12.3.1 Tujuan pengendalian manajemen
 Tujuan pengendalian manajemen adalah untuk memotivasi dan memberi
semangat kepada para anggota organisasi, dan selanjutnya mencapai tujuan
organisasi. Ini merupakan proses mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang tidak disengaja dan ketidakberesan yang disengaja, seperti
pencurian atau penyalahgunaan sumber daya.
12.3.2 Jenis Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen dapat dibagi dalam 5 (lima) jenis:
1. Pengendalian pencegahan (preventive controls)
Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak
diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian pencegahan berjalan
efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan perannya
2. Pengendalian deteksi (detective controls)
Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk
mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi. Pengendalian deteksi biasanya
lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap dibutuhkan
3. Pengendalian koreksi (corrective controls)
Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang
teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya
kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali.
4. Pengendalian pengarahan (directive controls)
Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada
saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku.
5. Pengendalian kompensatif (compensating controls)
Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat
pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan
langsung pemilik usaha terhadap kegiatan pegawainya pada usaha kecil
karena ketidak-adanya pemisahan fungsi merupakan contoh pengendalian
kompensatif.

Anda mungkin juga menyukai