Kematian berasal dari penyakit kronis maka terdapat masalah psikologi yang mereka hadapi
yaitu pertanyaan tentang kemungkinan besar penyebab kematian seseorang pada usia tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut ada beberapa penyebab kematian terjadi pada bayi yaitu
ketika bayi-bayi dilahirkan secara premature dan meninggal, masalahnya disebabkan oleh
perawatan prenatal ibu yang buruk.
Selain itu, ada juga kelainan sindrom yaitu Sudden infant death syndrome (SIDS) yaitu
kematian pendadak pada individu yang berusia bayi sampai dibawah umur 1 tahun, penyebab
dari syndomre ini belum diketahui pasti, tetapi studi epidemiologi mengungkapkan bahwa hal itu
lebih mungkin terjadi di lingkungan ekonomi ke bawah, pada saat ibu merekok pada masa
kehamilan, serta pada bayi yang ditidurkan tengkurap atau miring.
Akibat dari kematian SIDS yang dialami oleh bayi-bayi, orang tua cenderung kebingungan,
menyalahkan diri sendiri, serta kecurigaan orang lain yang tidak memahami syndrome ini akan
menimbulkan masalah psikologis pada orang tua bayi.
Kebanyakan anak-anak menganggap kematian sebagai tidur yang hebat. Sebagian dari
anak-anak ini mempersonifikasikan kematian sebagai sosok bayangan seperti hantu atau iblis.
Saat ditanya tentang kematian, kebanyakan para remaja membayangkan tentang trauma
ataupun kecelakan yang tragis. Penyebab kedua yaitu pembunuhan.
Kematian diusia remaja dianggap paling tragis, karena pada saat remaja mereka harus
mendengar diagnosis dokter dengan penyakit terminal, seperti kanker. Reaksi psikologis yang
akan timbul seperti shock, marah, dan rasa ketidakadilan.
Death in Middle Age
Kematian pada usia dewasa mulai dianggap realistis dan dalam beberapa kasus dianggap
menakutkan, karena kedua hal ini lebih umum dan orang-orang yang mengidap penyakit kronis
pada akhirnya penyakitnyalah yang akan membunuh mereka.
Premature Death
Premature death adalah kematian yang terjadi sebelum usia 79 tahun, kematian ini
biasanya mendadak karena serangan jantung atau stroke. Saat ditanya, kebanyakan individu
menjawab bahwa mereka lebih suka kematian yang secara tiba-tiba, karena tanpa rasa sakit.
Penyebab lansia meninggal karena penyakit degenerative, seperti kanker, stroke, atau
gagal jantung, serta penurunan fisik secara umum yang menjadi predisposisi. Perubahan faktor
psikososial juga penting, kesehatan mental yang buruk dan kepuasan berkurang dengan
kehidupan memprediksi penurunan pada individu lansia.
Penyakit stadium lanjut sering kali menyebabkan kenbutuhan untuk perawatan lanjutan
dengan melemahkan efek samping yang tidak nyaman. Misalnya, terapi radiasai dan kemoterapi
untuk kanker yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Pasien dengan penyakit kronis sering meminta permintaan euthanasia atau membunuh
diri mereka saat mengalami kesakitan. Euthanasia, artinya mengakhiri kehidupan seseorang yang
menderita penyakit kronis.
Issues of Interaction
Maskipun penyakit pasien parah, tetapi parah pasien sangat membutuhkan kontak sosial,
mereka mungkin takut bahwa kerusakan mental dan fisik mereka yang jelas akan membuat para
pengunjung kesal dan marah. Dengan demikian pasien akan menarik diri dari lingkungan serta
membatasi lingkungan.
1. Denial
Denial merupakan penyangkalan sebagai reaksi awal seseorang saat mempelajari penyakit
terminal. Denial merupakan mekanisme pertahanan dimana orang tersebut menghindari
implikasi dari suatu penyakit. Mereka mungkin bertindak seolah-olah penyakitnya tidak
parah.
2. Anger
Reaksi kedua dalam tahapan menghadapi kematian adalah marah. Pasien yang marah
mungkin menunjukkan kebencian pada orang yang sehat, dokter, perawat, anggota, atau
teman.
3. Bargaining
Reaksi ketiga dalam tahapan menghadapi kematian adalah bargaining atau tawar
menawar. Bargaining dapat berbentuk perjanjian dengan tuhan dimana pasien setuju
melakukan hal baik dengan imbalan Kesehatan yang lebih baik.
4. Depresi
Reaksi selanjutnya dalam tahapan ini adalah depresi. Pada tahap ini pasien sudah mulai
berdamai dan menyadari bahwa dia tidak dapat mengendalikan penyakitnya atau kematian.
Pada tahap ini, pasien mungkin merasa mual, sesak napas, dan lelah. Mereka mungkin
merasa sulit untuk makan, mengontrol eliminasi, memusatkan perhatian, dan menghindari
rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Kubler-Ross mengemukakan bahwa tahapan ini merupakan “kesedihan antisipatif” yaitu
ketika pasien berduka atas kemungkinan kematian mereka sendiri. Proses berduka cita ini
dibagi menjadi dua tahap dimana pasien pertama-tama akan menyadari hilangnya aktivitas
dan teman-teman berharganya dimasa lalu dan kemudian mengantisipasi hilangnya aktivitas
dan hubungannya dimasa depan.
5. Acceptance
Reaksi terakhir dalam tahapan ini adalah acceptance atau penerimaan. Pada tahap ini
pasien sudah terlalu lemah untuk marah dan sudah biasa dengan gagasan tentang kematian.
Teori Kubler-Ross's stage tidak sepenuhnya mengakui pentingnya kecemasan, yang mana
selain depresi, itu salah satu respon yang paling umum. Apa yang paling ditakuti pasien adalah
tidak mampu mengendalikan rasa sakit; mereka mungkin menyambut atau bahkan mencari
kematian untuk menghindarinya.
Perawatan di rumah sakit untuk orang yang sakit parah bersifat paliatif, menyakitkan
secara emosi, dan menuntut perhatian.
Perawatan dirumah
Perawatan di rumah tampaknya menjadi perawatan pilihan untuk sebagian besar pasien
yang sakit parah , dan bagi banyak pasien, ini mungkin satu-satunya perawatan yang layak
secara ekonomi.
Problems of survivors
Death education
Pada kursus kematian ini dimungkinkan untuk kerja secara sukarela dengan pasien
sekarat, dan program ini sudah dikembangkan di beberapa kampus. Pada pendidikan kematian
memungkinkan mengembangkan harapan yang realistis, aik tentang apa yang dapat dicapai
pengobatan modern dan tentang jenis perawatan yang diinginkan oleh orang yang sekarat.