Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN RURAL DAN URBAN

Di susun oleh :

Delima Oktavia
Diana Rakhman N
Marwah
Putri Melati
Rizal Hidayat
Siti Nurpadilah

STIKes Medistra Indonesia


Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A – Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi
Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374
Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, e-mail : stikesmi@yahoo.co.id
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan
kepada kita semua selaku umatnya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “
Konsep Keperawatan Sehat-Sakit Dalam Perspektif Keperawatan Transtruktural”
Makalah ini telah dibuat berdasarkan sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
makalah ini. Saran dan kritik sangat bermanfaat bagi kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bekasi, Oktober 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klien adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, social, dan
spiritual. Tuntunan masyarakat akan kualitas pelayanan perawatan cenderung semakin
meningkat. Hal ini membawa dampak positif terhadap peran dan fungsi perawat untuk
mengantisipasi tuntunan masyarakat mutu pelayanan perawatan. Pada pengkajian
perawat hanya memuaskan perhatian pada askpek biologis atau fisiknya saja, sehingga
keperawatan komprehensif tidak tercapai. Maka dari itu perlunya perawat untuk
membekali baik ilmu maupun pengalaman-pengalaman.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi tentang konsep sehat sakit ?


2. Apa yang dimaksud faktor-faktor resiko sakit dan perilaku sakit itu ?
3. Apa dampak sakit pada klien dan keluarga ?

C. Tujuan Masalah

Mengetahui definisi sehat sakit membedakan definisi sehat sakit menurut para ahli dan
perseorangan. Mengetahui faktor-faktor resiko sakit dan perilaku sakit. Mengetahui
dampak sakit pada klien dan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
social, dan spiritual.

Sehat menurut WHO 1927 sehat adalah keadaan utuh secara fisik. Jasmani, mental,
dan social dan bukan hanya satu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan
kelemahan.

Sehat menurut UU No. 23/1992 tentang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan ( jasmani), jiwa ( rohani ) dan social yang memungkinkan hidup produktif
secara social dan ekonomis.

B. Pengertian Sakit

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, social, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien
dengan leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi
seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang
mempersiapkan diri untuk menjalani operasi mungkin akan merasakan akibat pada
dimensi lain, selain dimensi fisik.

Sakit menurut Parson ( 1972 )


Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian.

Sakit menurut Perkin’s


Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas seharu-hari baik aktivitas jasmani,
rohani, maupun social.

C. Rentang Sehat Sakit

Suatu kesehatan seseorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan
kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada
dalam area sakit ( Illness Area ), dan apabila status kesehatan kita bergerak kea rah
sehat maka kita berada dalam area sehat ( Willnes Area ) berubah setiap saat.
Sesuai dengan rentang sehat sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam keadaan
optimal sehat dan kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai meninggal dunia.
Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan primer (
primary prevention ), yaitu perlindungan kesehatan ( Health Protection ) agar
terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit maka dilakukan
upaya pencegahan sekunder dan tersier, yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat, pencegahan perburukan penyakit dan rehabilitasi. Karena sehat dan sakit
merupakan kualitas yang relaif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat
jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada skala rentang sehat-sakit.

D. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam rentang
sehat-sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh perkembangan, sosial
kultural, pengalaman masa lalu, aharapan seseorang tentang dirinya, keturunan,
lingkungan, dan pelayanan.
a. Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan.
b. Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran dan
keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
c. Pengalaman masa lalu
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman masa
lalu. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak
diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar
dalam status kesehatan selanjutnya.
d. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat
menghasilkan status kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun
secara psikologis.
e. Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang
mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor
genetik.
f. Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta
rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.
g. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan
yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
E. Faktor yang mempengaruhi sehat
Yang dimaksud faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor-faktor
yang berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang bersifat menghambat
terhadap keadaan sehat-sakit.

1. Linngkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan karena
faktor-faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan terhadap kesehatan.
2. Faktor social budaya
Faktor social budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar pengaruhnya
terhadap kesehatan. Termasuk dalam faktor ini
1. Tingkah laku, kebiasaan, adat istiadat
2. Kepercayaan, pandangan hidup, nilai-nilai
3. Social ekonomi terapi hidup dan pengahsilan
4. Demigdrafi, kepadatan penduduk
5. Pendidikan

3. Fasilitas kesehatan

Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah

1. Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh masyarakat atau
tidak

2. Usha informasi dan motivasi

3. Program : apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak.

D. Keturunan

Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :

1. Genetik

2. Struktur tubuh

Keempat faktor di atas dapat menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga dapat
memudahkan atau menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi
F. Penyebab penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas.
Sumber penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidak bersih/tidak
sehat. Makanan yang dimakan tiap hari akan meninggalkan sisa pada permukaan
dinding usus. Tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan
menyebabkan toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit)
akan masuk ke dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun)
dalam darah.
Penyakit bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1. Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya
penyakit yang spesifik tidak akan timbul.
Kelompok agent bisa berupa :
a. Elemen gizi
1) Jodium
2) Kekurangan/kelebihan viatamin-vitamin/mineral
b. Kimia eksogen
Zat kimia yyang berasal dari luar tubuh, misalnya : obat-obat insektisida, CO, dan
lain-lain
c. Kimia endogen
Zat-zat kimia yang berasal dari tubuh manusia, misalnya metabolisme, urium,
billirbin, hormone thyroksin yang berlebihan, dan lain-lain.
2. Lingkungan
Yang termasuk ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik, biologis,
dan sosial ekonomi.
a. Faktor fisik misalnya geografi, dataran tinggi, daerah rawan dan musim.
b. Faktor biologis misalnya tumbuh-tumbuhan, faktor perantara (lalat, nyamuk,
kecoa) dan binatang berbisa.
c. Sosial ekonomi meliputi perkembangan ekonomi, stktur sosial, politik dan
kepadatan penduduk.

G. Perilaku sakit
Perilaku sakit mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan
mendefinisikan, menginterprestasikan gangguan serta mencari pengobatan yang tepat.
Sedangkan perilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh orang untuk
mencegah atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.
Gangguan ini dapat diinterprestasikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Lesu ketika bangu tidur, dapat
diinterprestasikan kelelahan oleh orang yang baru bekerja keras atau gehala flu
padacuaca mendung, atau penyakit bertambah parah pada orang yang berpenyakit
kronis.
TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A. Tahap I (Mengalami Gejala
1. Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2. Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga
adanya diagnosa tertentu.
3. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap
perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi
dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon
emosional.
4. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
B. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
1. Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
2. Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat
atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan
dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
3. Menimbulkan perubahan emosional
4. Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan
tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan
kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

C. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)


1. Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang
ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
2. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita
suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa
mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
3. Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang
telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem
pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan
kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai
dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah
ditetapkan.
4. Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin
ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang
diinginkan
5. Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa
kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa
mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien
menghindari diagnosa yang sebenarnya.
D. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
1. Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung
pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
2. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan
dan stress hidupnya.
3. Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
4. Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja,
rumah maupun masyarakat.
E. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
1. Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.
2. Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan
lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
3. Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap
tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan-
perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan
yang efektif
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku sakit

A. Faktor Internal

1. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami


Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung,
jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka
ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula
mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang
serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera
mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik bisaany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas
dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak
dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala
yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi
yang ada.
B. Faktor Eksternal
1. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah
mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak
tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah
yang dialaminya.
2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut
saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang
berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan
SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing.
Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan
itu hanyalah benjolan bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami
latar belakang budaya yang dimiliki klien.
4. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar
dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan
prosedur yang rumit.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan,
seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik,
senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang,
lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas dari
penyakit tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Selain itu juga selain
ada sehat terdapat juga sakit. Sakit secara umum merupakan keadaan yang tdaik
hanya terjadinya proses penyakit tetapi dimna keadaan fisik, emosional, sosail dan
perkembangan seseorang terganggu. Untuk membedakan abtara sehat sakit
terdapat adanya rentang sehat sakit.

2. Saran
Kami memberi saran kepada seluruh khalayak untuk tetap memperhatikan kondisi
tubuh kita. Sehat merupakan sesuatu yang snagat mahal bagi kita, jika tidak
menjaga kesehatan kita, maka kita akan terserang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin, H. 2001. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya
Medika
Aziz. Alimul Hidayat, A. 1999. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Gaffar, La Ode Jumadi, S.Kp. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional; editoe,
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Radiat, Ojo, H. 1984. Sinopsis Dasar-dasar Keperawatan. Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai