COVID-19
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama
Islam yang diampu oleh:
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
Hilman Taufiq Abdillah, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 2B 2018
Ivie Aulia Putri (1801223)
Mafatih Ayulia Permadikusumah (1804270)
Muhamad Nugrah Akbar (1805218)
Shinta Aisyah (1801032)
Sholaita Sabila Rosa (1807041)
Kata kunci : Sholat berjamaah, Pandemi, Virus Covid-19, Jarak Shaf, Pengelola,
Masyarakat, Fatwa, Ulama, Protokol.
37
B. LANDASAN TEORI
1. Wabah Covid-19
Menurut WHO (World Health Organization) Coronavirus adalah suatu
kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19 .
Semenjak kemunculannya pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan Cina,
dunia dibuat heboh karena hampir seluruh negara di dunia terinfeksi virus
mematikan yang menyerang sistem pernapasan manusia. Akibatnya tatanan dunia
atau sistem dunia berubah drastis, kehidupan sosial berubah, pendidikan,
komunikasi, kesehatan, ekonomi, politik, hukumagama, transportasi dan aspek
kehidupan lainnya berubah sistem kerjanya seketika hingga saat ini. Dan masih
belum dapat dipastikan sampai kapan akan berakhirnya Covid-19 dalam
mengganggu stabilitas kehidupan dunia. Terlebih teknologi transportasi
memudahkan transfer virus dengan cepatnya. Ketidakdisiplinan satu negara dalam
penanganan Covid-19, dapat mengacaukan keselamatan semua negara.
Terjadinya masalah besar akibat virus ini memaksakan WHO untuk
menyatakan dunia masuk kedalam darurat global dan menyarankan masyarakat
dunia agar berwaspada. Ini merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di dunia
pada abad ke 21, yang skalanya dapat disamakan dengan Perang Dunia II, karena
event-event skala besar (pertandingan-pertandingan olahraga internasional
contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini seperti
yang pernah terjadi disaat perang dunia, yang dapat membatalkan acara-acara
tersebut (Wathoni, 2020). 37
Di zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat juga pernah mengalami
musibah pandemi/wabah penyakit. Seperti yang terjadi di Kota Madinah tahun ke-
2. Sholat Berjamaah
Sholat menurut bahasa, berarti doa, memohon kebajikan (Ash Shidieqy,
1998: 42). Sholat ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi
syarat yang ditentukan (Rosjid, 2003: 53).
Sholat menurut istilah syara’ ialah rangkaian kata dan perbuatan yang
37
telah ditentukan, mulai dengan membaca takbir dan diakhiri dengan salam
(Anwar, 2001: 15). Adapun yang dimaksud berjama’ah disini adalah hubungan
َّ س ِويَةَ ال
ْ ِمن، ِّصف ْ َ فَإِنَّ ت،صفُوفَ ُك ْم َ « :سلَّ َم
ُ س ُّووا َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ قَا َل َر: قَا َل،س ْب ِن َمالِ ٍك
َ ِسو ُل هللا ِ َعَنْ أَن
صاَل ِةَّ تَ َم ِام ال
Artinya:
Dari Anas bin Malik ra., berkata, Rasulullaah saw., bersabda: “Luruskanlah shaf-
shaf kalian semua, karena sesungguhnya meluruskan shaf tersebut merupakan
bagian dari sempurnanya shalat” (HR. Muslim)
1) Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau
sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh
37
2. Latar Penelitian
Latar penelitian ini berupa waktu dan tempat penelitian. Peneliti melakukan
wawancara pada tanggal 2 Oktober 2020 di Kaupaten Garut dan 4 Oktober 2020
di Kabupaten Ciamis. Kemudian penyebaran angket dilakukan selama tiga hari
pada tanggal 14-16 Oktober 2020 dengan tempat yang tidak ditentukan untuk
responden angket sendiri karena penyebaran dilakukan secara daring.
4. Tahap-tahap Penelitian
Mengingat bahwa metode penelitian yang dilakukan harus menaati metode
ilmiah, tahapan-tahapan penelitian harus sistematis dan prosedur atau terencana
dengan matang. Maka peneliti menetapkan alur metodologi penelitian sebagai
berikut.
a. Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian
Masalah yang kami teliti merupakan masalah terkini yang dihadapi masyarakat
terutama yang terbiasa sholat berjamaah di masjid. Mengingat kondisi di
keadaan pandemic ini berbagai kalangan mencob mencari solusi demi kebaikan
bersama begitu juga pemerintah. Kebijakan pemerintah tidak selalu diterima
dengan baik oleh masyarakat, maka dari itu kami bertujuan untuk mencari tahu
pandangan islam, para ulama, dan masyarakat mengenai pemberlakuannya
sholat berjamaah berjarak di masa pandemic ini.
b. Melakukan studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dalam rangka penguatan pada pengetahuan awal
peneliti, juga mengungkap pandangan islam mengenai sholat berjamaah.
c. Penentuan fokus penelitian
Fokus penelitian kami yaitu mengenai salah satu protocol kesehatan yang
dianjurkan pemerintah yang termaktub dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi
Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Bab III poin 11,
37
tepatnya pada kegiatan keagamaan di Rumah Ibadah bagi pengelola yaitu
pengaturan jarak minimal 1 meter posisi antar jamaah dengan memberikan
Penelitian yang kami lakukan terdiri dari 2 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang
nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah
disusun didiskusikan dengan kelompok untuk mendapat masukan mengenai isi
pedoman wawancara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari seluruh
anggota kelompok, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara
dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan
selanjutnya adalah peneliti mencari subjek yang sesuai degan karakteristik
subjek penelitian, yaitu DKM di masjid sekitar tempat tinggal peneliti yang
memungkinkan dan bersedia untuk diwawancarai. Selanjutnya peneliti
membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat wawancara bersama
informan. Selain itu tahap persiapan juga dilakukan dalam hal penyebaran
angket, pertanyaan angket dipersiapkan kemudian dimasukan kedapam
platform Google Form untuk nantinya disebar oleh setiap anggota kelompok.
secara daring karena kondisi pandemi Covid-19 ini tidak memungkinkan untuk
melakukan observasi atau penyebaran angket secara langsung.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
37
Setelah peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat peneliti
melakukan wawancara kemudian merekam hasil wawancaranya. Setelah itu
a. Reduksi data, yaitu membuat abstraksi seluruh data yang diperoleh dari
seluruh catatan lapangan hasil observasi wawancara dan pengkajian dokumen.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang menajamkan,
mengaharapkan hal-hal penting, menggolongkan mengarahkan, membuang
yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data agar sistematis serta dapat
membuat satu simpulan yang bermakna. Jadi, data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara dan pengkajian dokumen dikumpulkan, diseleksi, dan
dikelompokkan kemudian disimpulkan dengan tidak menghilangkan nilai data
itu senidri.
b. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakakan.
Proses penyajian data ini mengungapkan secara kesluruhan dari sekelompok
data yang diperoleh agar mudah dibaca dan dipahami, yang paling sering
digunakan unuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.[ CITATION Sug08 \l 1033 ] . Data dapat menggambarkan
bagaimana pandangan islam, pandangan para ulama juga masyarakat mengenai
pemberlakuannya sholat berjamaah berjarak di masjid pada masa pandemic ini. 37
c. Kesimpulan dan verifikasi. Data yang sudah diatur sedemikian rupa
(dipolakan, difokuskan, disusun secara sistematis) kemudian disimpulkan
Artinya: “Tetapi jika mereka tertinggal (terpisah) dari shaf karena uzur
seperti saat cuaca panas di masjidil haram, maka tidak (dianggap) makruh dan lalai
sebagaimana yang nampak,” (Ibnu Hajar Al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil
Minhaj. Hal. 296).
Dalam upaya memutus rantai penyebaran virus corona, pemerintah dan
ulama menghimbau agar pelaksanaan shalat berjamaah dilaksanakan dengan
membuat shaf berjarak 1 meter antara jamaah yang lain (social distancing).
Hal tersebut juga sejalan dengan perkataan Imam An-Nawawi :
37
2. Pandangan ulama dalam menyikapi aturan shalat berjamaah berjarak ini terbagi
menjadi 2 pendapat, yakni ada yang tidak membolehkan atau sangat patuh
37
Abduh, Tuasikal M. (2009). Shalat Jama’ah 5 Waktu, Wajib Ataukah Sunnah? [online]
https://rumaysho.com/554-shalat-jamaah-5-waktu-wajib-ataukah-sunnah.html,
diakses 29 Oktober 2020.
Anonim. (Tanpa Tahun). Belajar Shalat Jamaah (Arti, Hukum, Syarat, Tatacara Dan
Keutamaannya. [online] https://portal-ilmu.com/belajar-shalat-jamaah/, diakses
04 November 2020
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. (1998). Pedoman Haji. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra
Firdaus, Fitra. (2020). Isi Lengkap Fatwa MUI tentang Sholat Jumat Saat Pandemi
COVID-19. [online] https://tirto.id/isi-lengkap-fatwa-mui-tentang-sholat-jumat-
saat-pandemi-covid-19-fFlw. Diakses 3 November 2020.
Nasir, A. (2020). Social Distancing dalam Saf Salat Berjamaah (Perbandingan Ulama
dalam Mazhab). [Online] : Mazahibuna Jurnal Perbandingan Mazhab.
Mubarokatut, Siti. (2009). Pelajaran Hukum Fiqih. Semarang: SMA Islam Sultan
Agung 1 Semarang.
Wathoni, LMN. (2020). Tafsir Virus Fauqa Ba’udhah: Korelasi Covid-19 dengan Ayat-
Ayat Allah. [Online] : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
Yumni, A. (2020). Fiqih yang Fleksibel di Masa Pandemi. [Online] : Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.
37
A. Hasil wawancara
B. Rekapitulasi angket
1. Responden angket secara daring pada platform Google Form
37
Selain jenis kelamin, sasaran angket ini juga berhubungan dengan pelaksanaan
sholat berjamaah di masjid lingkungan sekitar responden dimanapun dia berada,
37
Penandaan shaf sholat merupakan salah satu protocol kesehatan yang dapat
diterapkan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19, hal ini sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI yang sebelumnya telah disebutkan
khususnya bagi pengelola rumah ibadah dalam hal ini pengelola masjid.
Sebanyak 68,3% responden menyatakan adanya penerapan protocol kesehatan
berupa penandaan shaf sholat di masjid lingkungan sekitarnya. Kemudian
31,7% responden menyatakan bahwa di masjid lingkungannya tidak
diberlakukan protocol penandaan shaf sholat. Hal ini menunjukkan sebagian
besar masjid sudah menerapkan penandaan shaf sholat, yang berarti adanya
jarak ketika melakukan kegiatan sholat berjmaah di masjid.
8. Tanggapan responden mengenai penerapan protocol kesehatan di masjid
lingkungan sekitarnya
Berhubungan dengan penerapan protocol kesehatan di masjid terutama adanya
jarak saat sholat berjamaah, 77,8% responden laki-laki menyetujui hal ini.
Berbagai alasanpun dinyatakan oleh responden laki-laki yang setuju, diantaranya
yaitu karena sesuai dengan yang diajurkan pemerintah dan protocol kesehatan
tidak menghalangi dalam pelaksanaan sholat berjamaah, untuk menekan angka
kasus Covid-19 dan demi kebaikan bersama serta untuk mencegah dan
mengantisipasi penyebaran Covid-19, meminimalisir kontak fisik dengan orang
lain. Selain itu ada juga yang setuju tetapi alangkah lebih baiknya diiringi juga
dengan pembatasan jamaah yang berasal dari luar daerahnya, kemudian dengan 37
diberlakukannya protocol ini jamaah yang tidak percaya dengan adanya Covid-
19 juga diharuskan mematuhi protocol sehingga penyebaran dapat diminimalisir.
37
37
37