Anda di halaman 1dari 52

KONTROVERSI SHOLAT BERJAMAAH BERJARAK DI MASA PANDEMI

COVID-19

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama
Islam yang diampu oleh:
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
Hilman Taufiq Abdillah, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 2B 2018
Ivie Aulia Putri (1801223)
Mafatih Ayulia Permadikusumah (1804270)
Muhamad Nugrah Akbar (1805218)
Shinta Aisyah (1801032)
Sholaita Sabila Rosa (1807041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
ABSTRAK
Di tengah pandemi Virus Covid-19 kebijakan untuk mematuhi protokol
kesehatan sangat digencarkan oleh pemerintah indonesia, tidak hanya dalam aktivitas
diluar ruangan namun juga protokol ini berpengaruh pada aktivitas peribadatan di dalam
ruangan. Penyelenggaraan sholat berjamaah di masjid pun dituntut untuk meregangkan
jarak shaf minimal 1 meter (Physical distancing) dalam upaya mencegah penyebaran
virus covid-19 yang sudah didukung dengan dikeluarkannya Fatwa MUI No.14 tahun
2020. Walaupun mayoritas masyarakat melaksanakan protokol ini, namun fakta di
lapangan memperlihatkan tidak semua masjid mematuhi dengan tepat protokol
kesehatan yang berlaku, begitupun juga masih ada saja masyarakat yang kontra akan
kebijakan tersebut. Pandangan ulama dalam menyikapi aturan shalat berjamaah berjarak
ini terbagi menjadi 2 pendapat, yakni ada yang tidak membolehkan atau sangat patuh
terhadap hadits tetapi ada pula yang memakruhkan namun dikatakan jika ada uzur maka
shalat dengan adanya jarak tersebut tidak dianggap makruh dan tetap dianggap sah.

Kata kunci : Sholat berjamaah, Pandemi, Virus Covid-19, Jarak Shaf, Pengelola,
Masyarakat, Fatwa, Ulama, Protokol.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


A. PENDAHULUAN
Virus corona (COVID-19) yang menyebar ke lebih dari 152 negara dan
mematikan lebih dari lima ribu jiwa benar-benar menjadi masalah besar, sampai-
sampai pandemik ini mengubah kebiasaan umat Islam beribadah. Bayangkan saja,
ibadah sholat berjamaah termasuk sholat Jum’at yang setiap pekan wajib
dilaksanakan secara berjamaah minimal oleh 40 orang di masjid berpotensi besar
ditiadakan, untuk mencegah penyebaran virus corona.
Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa nomor 14 tahun 2020
meminta umat muslim di daerah dengan potensi penularan tinggi virus corona, untuk
meniadakan sholat Jum’at dan menggantinya dengan sholat dhuhur.
Argumentasinya, virus tersebut berpotensi menular dari satu manusia ke manusia lain
dalam kondisi berkerumun. Sedangkan Sholat Jum’at dilakukan berjamaah atau
beramai-ramai dalam suatu tempat sehingga rentan terjadi penularan.
Diberlakukannya protokol kesehatan untuk menjaga jarak minimal 1 meter
dengan orang lain berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di
Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) berdampak pada kegiatan peribadahan yang
dilaksanakan di dalam Rumah ibadah. Rumah ibadah merupakan suatu
tempat/bangunan digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran
agama atau kepercayaan mereka masing-masing. Kegiatan di rumah ibadah dapat
melibatkan sejumlah orang yang berkumpul dalam satu lokasi sehingga berpotensi
terjadinya risiko penularan COVID-19. Untuk itu, ditetapkanlah protokol kesehatan
khusus untuk meminimalisir risiko penularan, upaya pencegahan dan pengendalian
agar ibadah berjamaah tetap terlaksana di masa pandemic. Indonesia merupakan
salah satu Negara dengan pemeluk agama islam terbesar, sehingga kegiatan sholat
berjamaah merupakan hal yang umum serta rutin dilaksanakan. Namun, pada masa
pandemic ini sholat berjamaah di Masjid mengharuskan shaf berjarak sejauh 1 meter
bahkan lebih antara jemaat. Namun tidak sedikit masjid dan jemaat yang menentang
kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan ini, dengan alasan shalat berjamaah 37
dengan shaf yang rapat merupakan salah satu aspek sempurnanya shalat, sejalan
dengan dalil HR. Bukhari, No. 723 dan Muslim, No. 433.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Sehubungan dengan itu, kami ingin mengetahui pandangan dan keikutsertaan
masyarakat, pandangan ulama, serta pandangan islam itu sendiri terhadap sholat
berjamaah berjarak di masa pandemi Covid-19.

B. LANDASAN TEORI
1. Wabah Covid-19
Menurut WHO (World Health Organization) Coronavirus adalah suatu
kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19 .
Semenjak kemunculannya pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan Cina,
dunia dibuat heboh karena hampir seluruh negara di dunia terinfeksi virus
mematikan yang menyerang sistem pernapasan manusia. Akibatnya tatanan dunia
atau sistem dunia berubah drastis, kehidupan sosial berubah, pendidikan,
komunikasi, kesehatan, ekonomi, politik, hukumagama, transportasi dan aspek
kehidupan lainnya berubah sistem kerjanya seketika hingga saat ini. Dan masih
belum dapat dipastikan sampai kapan akan berakhirnya Covid-19 dalam
mengganggu stabilitas kehidupan dunia. Terlebih teknologi transportasi
memudahkan transfer virus dengan cepatnya. Ketidakdisiplinan satu negara dalam
penanganan Covid-19, dapat mengacaukan keselamatan semua negara.
Terjadinya masalah besar akibat virus ini memaksakan WHO untuk
menyatakan dunia masuk kedalam darurat global dan menyarankan masyarakat
dunia agar berwaspada. Ini merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di dunia
pada abad ke 21, yang skalanya dapat disamakan dengan Perang Dunia II, karena
event-event skala besar (pertandingan-pertandingan olahraga internasional
contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini seperti
yang pernah terjadi disaat perang dunia, yang dapat membatalkan acara-acara
tersebut (Wathoni, 2020). 37
Di zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat juga pernah mengalami
musibah pandemi/wabah penyakit. Seperti yang terjadi di Kota Madinah tahun ke-

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


6 Hijriyah, kaum muslim Madinah terkena wabah penyakit tho'un (sejenis wabah
penyakit kolera). Namun, Allah Ta'ala menjaga Madinah berkat doa Rasulullah
SAW. Peristiwa wabah tha'un di Madinah hanya terjadi sekali saja. Pada masa
kekhalifahan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu (r.a), wabah penyakit tho'un
juga pernah menjangkiti negeri Syam. Dalam peritiwa itu sekitar 20.000 orang
lebih meninggal dunia. Kisah ini diceritakan dalam Hadis Shahih Muslim. Wabah
penyakit Tha'un juga pernah terjadi pada masa Ibnu Zubair, yaitu pada bulan
Syawal tahun 69 Hijriyah. Dalam kejadian itu ribuan orang meninggal dunia
(Yumni, 2020).
Menyikapi pandemi global ini, sebagai seorang muslim dianjurkan
berikhtiar dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular
kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita sayangi. Ikhtiar ini bisa
dilakukan dalam skala individu maupun skala berjamaah. Berbagai ikhtiar yang
dicanangkan ahli kesehatan juga merupakan anjuran dalam agama Islam, salah
satunya adalah menjaga jarak yang dikenal dengan social distance, yakni suatu
pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Caranya adalah
jauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja. Kegiatan social distance tak
hanya dalam muamalah seperti pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial,
budaya, pemerintahan, dan sebagainya yang langsung berhubungan dengan
sesama manusia, tetapi juga ibadah.
Belakangan ini beberapa daerah telah kembali melakukan kegiatan ibadah
berjamaah di mesjid, dengan menerapkan serangkaian protokol kesehatan dengan
shaf berjarak.

2. Sholat Berjamaah
Sholat menurut bahasa, berarti doa, memohon kebajikan (Ash Shidieqy,
1998: 42). Sholat ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi
syarat yang ditentukan (Rosjid, 2003: 53).
Sholat menurut istilah syara’ ialah rangkaian kata dan perbuatan yang
37
telah ditentukan, mulai dengan membaca takbir dan diakhiri dengan salam
(Anwar, 2001: 15). Adapun yang dimaksud berjama’ah disini adalah hubungan

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


antara imam dan makmum walaupun makmumnya hanya seorang (Anwar, 2001:
35).
Dasar hukum sholat jama’ah yang kuat adalah dalam AlQur'an, Allah
SWT berfirman dalam QS, An-Nisa' (4) ayat 102 yang artinya: ”Dan apabila
kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan
shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang
shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka’at) , maka hendaklah
mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah
datang golongan yang kedua yang belum shalat, shalatlah mereka denganmu”
(Depag RI, 1993 : 138).
Adapun dasar hukum shalat berjama’ah dalam sunnah Rasulullah Saw
adalah berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA,
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Shalat berjamaah itu
lebih utama dari pada shalat sendirian dengan perbandingan dua puluh tujuh
derajat.” (Bahreisj, 2001: 64). Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
SAW diatas maka ulama’ fiqih sepakat (ijma’) bahwa sholat berjama’ah di masjid
itu disyariatkan dan lebih utama dilaksanakan dari sholat sendiri (Dahlan, 1996 :
1574).
Shalat jama’ah adalah wajib (fardhu ‘ain) sebagaimana hal ini adalah
pendapat ‘Atho’ bin Abi Robbah, Al Hasan Al Bashri, Abu ‘Amr Al Awza’i, Abu
Tsaur, Al Imam Ahmad (yang nampak dari pendapatnya) dan pendapat Imam Asy
Syafi’i dalam Mukhtashor Al Muzanniy. Imam Asy Syafi’i mengatakan:

‫وأما الجماعة فال ارخص في تركها إال من عذر‬


Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi “
”.seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur
Para ulama telah bersepakat bahwa bagi seorang laki-laki mengerjakan
shalat fardhu yang 5 waktu lebih utama di lakukan secara berjamaah di masjid.
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya, sunnah atau wajib.
37
Pendapat yang lebih kuat menyatakan bahwa hukumnya adalah wajib. Sehingga
bagi laki-laki tidak boleh meninggalkan shalat berjamaah kecuali ada udzur syar’i
(halangan yang dibenarkan agama) yang dapat menggugurkan kewajibannya.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Diantara dalil yang menguatkan pendapat tentang kewajiban seorang laki-
laki mengerjakan shalat berjamaah di masjid adalah : “Barangsiapa yang
mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya,
kecuali bila ada uzur.” ( HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
“Seorang lelaki buta menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia
berkata, ‘Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak memiliki seorang penuntun yang
bisa menuntunku berjalan ke mesjid.’ Kemudian ia memohon kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberikan keringanan sehingga dia boleh shalat
di rumahnya, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkannya. Ketika
orang tersebut berpaling pergi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya
dan berkata, ‘Apakah kamu mendengar azan shalat?’ Ia menjawab, ‘Iya.’ Beliau
pun mengatakan, ‘Maka datangilah!’” (HR. Muslim).
Namun, pendapat yang lebih tepat dalam perkara ini adalah bukannya
tidak boleh seorang laki-laki mengerjakan shalat fardhu di rumah, hanya saja hal
itu tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Berarti laki-laki yang mengerjakan shalat fardhunya di rumah, ia telah
meninggalkan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan konsekuensi
dari meninggalkan ajaran beliau adalah akan menyebabkan seseorang dijauhkan
dari agamanya dan juga kehilangan banyak keutamaan yang dapat mengangkat
derajatnya di akhirat.
Syarat – Syarat Shalat Jamaah
1. Ada seorang imam yang memimpin shalat tersebut
2. Ada makmum sebagai orang yang mengikuti imam tersebut
3. Gerakan makmum menyesuaikan gerakan imam. Contoh: ketika imam sujud,
makmum juga harus sujud.
4. Shalat dilakukan pada satu tempat yang disetujui bersama-sama antara imam 
ataupun makmum (yang lebar dan luas, untuk menampung jamaah yang akan
ikut shalat)
Syarat Seorang Imam dalam Shalat Jamaah
37
Ketika ada suatu kelompok/rombongan yang akan melakukan ibadah shalat.
Pastikan terlebih dahulu siapa yang akan menjadi imamnya. Karena seorang imam

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


dalam shalat jamaah tidak boleh sembarangan. Syarat menjadi imam dalam shalat
jamaah ini, setidaknya memenuhi kriteria berikut ini:
1. Orang tersebut memahami tentang shalat. Baik itu rukun, syarat, serta apa-apa
saja yang membatalkan shalat.
2. Mempunyai kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar juga
fasih
3. Sehat secara jasmani ataupun rohani
4. Baligh atau sudah mencapai batas umur
5. Bisa mengerjakan shalat. Dalam artian orang tersebut tahu dan bisa
memenuhi akan  syarat-syarat shalat.
Jika ada kelompok orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan , maka imam
yang ditunjuk adalah seorang laki. Sedangkan jika ada kelompok yang semuanya
adalah  perempuan saja, maka imamnya boleh laki-laki ataupun perempuan.
Adapun hukum orang yang banci  maka melakukan shalatnya dipimpin oleh laki-
laki. Seorang perempuan boleh menjadi imam, ketika makmumnya adalah laki-
laki yang belum baligh (anak-anak). Jika makmum dari perempuan tersebut
adalah laki-laki yang sudah baligh atau dewasa, maka hukum jamaahnya tidak sah
(tidak terpenuhi). Ketika lima hal di atas sudah terpenuhi semua , maka pilihlah
seseorang diantara mereka yang bacaan (hafalan) al-Qurannya baik atau jika tidak
pilihlah yang paling tua, untuk menjadi imam shalat jamaah.
Syarat – Syarat Sebagai Makmum
Jika seorang imam mempunyai syarat-syarat terntu, begitu juga dengan makmum.
Syarat-syarat makmum adalah:
1. Berniat menjadi makmum dalam shalat jamaah
2. Ikut gerakan imam. Mulai dari takbiratul ihram sampai salam
3. Jika imam ada di depan, maka makmum berada di belakangnya. Sehingga
terlihat berjamaah. Seperti ketika dua orang yang sedang melakukan shalat
berjamah.
4. Masih satu tempat (majlis) dengan imam tersebut. 37
5. Tidak mendahului gerakan imam.
6. Sesuaikan shalat makmum dengan shalat imamnya.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Tata Cara dalam Melakukan Shalat Jamaah
Shalat berjamaah yang terdiri dari imam dan makmum ini mempunyai aturan
sendiri. Mulai dari imamnya , makmumnya, sampai pengaturan shaf shalat.
Tatacara atau Aturan Sebagai  Imam
Sebagai imam, maka tatacara yang harus dilakukan adalah:
1. Setelah ditunjuk menjadi seorang imam. Imam tersebut membalikkan badan
seraya melihat barisan shaf makmum.
2. Imam memerintahkan makmumnya untuk meluruskan dan merapatkan
shafnya. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah saw. yang mana ketika hendak
melakukan shalat jamaah.

َّ ‫س ِويَةَ ال‬
ْ‫ ِمن‬، ِّ‫صف‬ ْ َ‫ فَإِنَّ ت‬،‫صفُوفَ ُك ْم‬ َ « :‫سلَّ َم‬
ُ ‫س ُّووا‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،‫س ْب ِن َمالِ ٍك‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ ِ َ‫عَنْ أَن‬
‫صاَل ِة‬َّ ‫تَ َم ِام ال‬

Artinya:
Dari Anas bin Malik ra., berkata, Rasulullaah saw., bersabda: “Luruskanlah shaf-
shaf kalian semua, karena sesungguhnya meluruskan shaf tersebut merupakan
bagian dari sempurnanya shalat” (HR. Muslim)

3. Imam memerintahkan makmum untuk memenuhi barisan shaf yang masih


kosong, sehingga shaf menjadi rapat
4. Barulah ketika itu semua sudah selesai dilakukan. Imam memulai shalatnya
dengan bacaan takbiratul ihram. Serta melakukan shalatnya dengan khusyu’,
tidak tergesa-gesa, juga tidak terlalu lama.
Aturan Sebagai Makmum
Sebagai makmum yang mengikuti imam. Maka, tata cara yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Memenuhi shaf-shaf yang masih kosong
2. Merapatkan serta merapikan (meluruskan) shaf shalat.
3. Ketika imam mengucapkan perintah merapatkan dan merapikan shaf shalat
seperti yang di jelaskan di atas sebagai makmum, cukup menjawab
37
dengan : sami’naa wa atho’naa (kami mendengar dan kami mentaatinya )
4. Mengikuti gerakan imam, mulai dari takbir sampai salam

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


5. Ketika shalat dengan menggunakan suara keras (jahr), seperti shalat Shubuh,
Maghrib dan Isya’. Dan imam sudah menyelesaikan bacaaan surat al-Fatihah
nya, maka makmum disunnahkan untuk membaca Aaamiin.
6. Jika imam lupa melakukan rukun shalatnya, sebagai makmum laki-laki
mengingatkannya dengan membaca tasbih ‘subhanallaah ’, adapun dengan
makmum perempuan mengingatkannya dengan cara menepukkan tangan
mereka.
7. Ketika sedang di tengah-tengah posisi shalat, imam lupa atau keliru dalam
membaca ayat-ayat al-Qur’an, maka makmum mengingatkan ayat atau bacaan
yang keliru tersebut.
Ketika imam shalatnya batal, maka makmum yang terdekatlah yang
menggantikan imam tersebut, dengan mengeraskan suara (ketika sujud atau
duduk) atau maju dari barisan shaf makmum dan menempati posisi imam
sebelumnya.
3. Fatwa MUI
Berikut ketetapan Fatwa MUI mengenai penyelenggaran ibadah dalam situasi
terjadi wabah covid-19:
a. Setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap
hal yang dapat menyebabkan terpapar penyakit, karena hal itu merupakan
bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams).
b. Orang yang telah terpapar virus Corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri
agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya shalat Jumat dapat
diganti dengan shalat zuhur, karena shalat jumat merupakan ibadah wajib yang
melibatkan banyak orang sehingga berpeluang terjadinya penularan virus
secara massal. Baginya haram melakukan aktifitas ibadah sunnah yang
membuka peluang terjadinya penularan, seperti jamaah shalat lima
waktu/rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya,
serta menghadiri pengajian umum dan tabligh akbar.
c. Orang yang sehat dan yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar
COVID-19, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 37

1) Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau
sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di
tempat kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu/rawatib,
Tarawih, dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya.
2) Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah
berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib
menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri
agar tidak terpapar COVID-19, seperti tidak kontak fisik langsung
(bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan
sering membasuh tangan dengan sabun.
d. Dalam kondisi penyebaran COVID-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang
mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat jumat di
kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib
menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat masing-masing. Demikian
juga tidak boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah yang melibatkan orang
banyak dan diyakini dapat menjadi media penyebaran COVID-19, seperti
jamaah shalat lima waktu/rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau
tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim.
e. Dalam kondisi penyebaran COVID-19 terkendali, umat Islam wajib
menyelenggarakan shalat Jumat dan boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah
yang melibatkan orang banyak, seperti jamaah shalat lima waktu/rawatib,
shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri
pengajian umum dan majelis taklim dengan tetap menjaga diri agar tidak
terpapar COVID-19.
f. Pemerintah menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam menetapkan
kebijakan penanggulangan COVID-19 terkait dengan masalah keagamaan dan
umat Islam wajib menaatinya.
g. Pengurusan jenazah (tajhiz al-janaiz) yang terpapar COVID-19, terutama
dalam memandikan dan mengafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan
dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan
syariat. Sedangkan untuk menshalatkan dan menguburkannya dilakukan 37
sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar COVID-19.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


h. Tindakan yang menimbulkan kepanikan dan/atau menyebabkan kerugian
publik, seperti memborong dan/atau menimbun bahan kebutuhan pokok serta
masker dan menyebarkan informasi hoax terkait COVID-19 hukumnya haram.
i. Umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
memperbanyak ibadah, taubat, istighfar, dzikir, membaca Qunut Nazilah di
setiap shalat fardhu, memperbanyak shalawat, sedekah, serta senantiasa berdoa
kepada Allah SWT agar diberikan perlindungan dan keselamatan dari musibah
dan marabahaya ( daf’u al-bala’), khususnya dari wabah COVID-19.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) merilis fatwa Nomor 31 Tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Salat Jumat dan Jamaah untuk Mencegah Penularan
Wabah COVID-19 pada Kamis, 4 Juni 2020. Dalam fatwa tersebut, MUI
memberikan ketetapan hukum terkait salat Jumat dengan merenggangkan saf dan
dengan model shift selama masa pandemi COVID-19. Dalam menetapkan Fatwa
MUI Nomor 31 Tahun 2020, Komisi Fatwa MUI mempertimbangkan kondisi di
Indonesia, terkait adanya pelonggaran aktivitas sosial di satu sisi, tetapi di sisi
lain, wabah COVID-19 belum benar-benar hilang. Pada praktiknya, dalam
kegiatan salat berjemaah, baik salat Jumat maupun salat lima waktu pada masa
normal, meluruskan dan merapatkan saf (barisan) adalah keutamaan dan
kesempurnaan. Dalam masa pandemi COVID-19, MUI memandang penerapan
physical distancing dengan cara merenggangkan saf hukumnya boleh. "Untuk
mencegah penularan wabah COVID-19, penerapan physical distancing saat salat
jamaah dengan cara merenggangkan saf hukumnya boleh, salatnya sah, dan tidak
kehilangan keutamaan berjamaah karena kondisi tersebut sebagai hajat syar'iah,"
ungkap Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin AF.
Ketentuan Hukum MUI terkait Salat Jumat saat Pandemi
a. Perenggangan Saf Saat Berjemaah
1) Meluruskan dan merapatkan saf (barisan) pada salat berjemaah merupakan
keutamaan dan kesempurnaan berjemaah.
2) Salat berjemaah dengan saf yang tidak lurus dan tidak rapat hukumnya, tetap
sah tetapi kehilangan keutamaan dan kesempurnaan jemaah. 37
3) Untuk mencegah penularan wabah COVID-19, penerapan physical distancing
saat salat jemaah dengan cara merenggangkan saf hukumnya boleh, salatnya

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


sah, dan tidak kehilangan keutamaan berjemaah karena kondisi tersebut
sebagai hajat syar'iyyah.
b. Pelaksanaan Salat Jumat
1) Pada dasarnya salat Jumat hanya boleh diselenggarakan satu kali di satu
masjid pada satu kawasan
2) Untuk mencegah penularan wabah COVID-19 maka penyelenggaraan salat
Jumat boleh menerapkan physical distancing dengan cara perenggangan saf.
3) Jika jamaah salat Jumat tidak dapat tertampung karena adanya penerapan
physical distancing, maka boleh menyelenggarakan salat Jumat berbilang
(ta'addud al-jumu'ah) dengan menyelenggarakan salat Jumat di tempat
lainnya seperti musala, aula, gedung pertemuan, gedung olahraga, dan
stadion.
4) Dalam hal masjid dan tempat lain masih tidak menampung jamaah salat
Jumat dan/atau tidak ada tempat lain untuk pelaksanaan salat Jumat, maka
Sidang Komisi Fatwa MUI berbeda pendapat tentang jamaah yang belum
dapat melaksanakan salat Jumat sebagai berikut.
a) Pendapat pertama, jamaah boleh menyelenggarakan salat Jumat di masjid
atau tempat lain yang telah melaksanakan salat Jumat dengan model shift,
dan pelaksanaan salat Jumat dengan model shift hukumnya sah.
b) Pendapat kedua, jamaah melaksanaan salat zuhur, baik secara sendiri
maupun berjamaah dan pelaksanaan salat Jumat dengan model shift
hukumnya tidak sah.
Terkait perbedaan pendapat tersebut, dalam pelaksanaannya,
jamaah dapat memilih salah satu di antara dua pendapat dengan
mempertimbangkan keadaan dan kemaslahatan di wilayah masing-masing.
Penggunaan Masker Saat Salat Menggunakan masker yang menutup
hidung saat salat hukumnya boleh dan salatnya sah karena hidung tidak
termasuk anggota badan yang harus menempel pada tempat sujud saat
salat. Menutup mulut saat salat hukumnya makruh, kecuali ada hajat
shariyyah. Karena itu salat dengan memakai masker karena ada hajat 37
untuk mencegah penularan wabah COVID-19 hukumnya sah dan tidak
makruh.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


4. Keputusan Menteri Keagamaan SE. 15 Tahun 2020
Surat Edaran tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di
Rumah lbadah Dalam Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman Covid di
Masa Pandemi diterbitkan sebagai respon atas kerinduan umat beragama untuk
kembali melaksanakan ibadah di rumah ibadah masingmasing dengan tetap
menaati protokol kesehatan, terutama dalam rangka pencegahan persebaran
Covid-l9 dan perlindungan masyarakat dari risiko ancaman dampaknya. Rumah
ibadah harus menjadi contoh terbaik pencegahan persebaran Covid- 19.
Panduan ini mengatur kegiatan keagamaan inti dan kegiatan keaganaan
sosial di rumah ibadah, berdasarkan situasi riil terhadap pandemi Covid-19 di
lingkungan rumah ibadah tersebut, bukan hanya berdasarkan status Zona yang
berlaku di daerah. Meskipun daerah berstatus Zona Kuning, namun bila di
lingkungan rumah ibadah tersebut terdapat kasus penularan Covid19, maka rumah
ibadah dimaksud tidat dibenarkan menyelenggarakan ibadah berjamaah/ kolektif.
Ketentuan selengkapnya sebagai berikut:
a. Rumah ibadah yang dibenarkan untuk menyelenggarakan kegiatan
berjamaah/kolektif adalah yang berdasarkan fakta lapangan serta angka R-
Naught/RO dan angka Effectiue Reproduction NumberlRt, berada di
Kawasan/llngkungan yang aman dari Covid- 19. Hal itu ditunjukkan dengan
Surat Keterangan Rumah Ibadah Aman Covid dari Ketua Gugus Tugas
Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Kecamatan sesuai tingkatan rumah ibadah
dimaksud, setelah berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
setempat bersama Majelis-majelis Agama dan instansi terkait di daerah
masing-masing. Surat Keterangan akan dicabut bila dalam perkembangannya
timbul kasus penularan di lingkungan rumah ibadah tersebut atau ditemukan
ketidaktaatan terhadap protokol yang telah ditetapkan.
b. Pengurus rumah ibadah mengajukan permohonan surat keterangan bahwa
kawasan/ lingkungan rumah ibadahnya aman dari Covid-19 secara berjenjang
kepada Ketua Gugus Kecamatan/ Kabupaten/Kota/Provinsi sesuai tingkatan
rumah ibadahnya. 37
c. Rumah ibadah yang berkapasitas daya tampung besar dan mayoritas jemaah
atau penggunanya dari luar kawasan / lingkungannya, dapat mengajukan surat

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


keteranglrn aman Covid-19 langsung kepada pimpinan daerah sesuai tingkatan
rumah ibadah tersebut.
d. Kewajiban pengurus atau penanggungiawab rumah ibadah:
1) Menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol
kesehatan di area rumah ibadah;
2) Melakukan pembersihan dan desinfeksi secara berkala di area rumah
ibadah;
3) Membatasi jumlah pintu/jalur keluar masuk rumah ibadah guna
memudahkan pen€rapan dan pengawasan protokol kesehatan;
4) Menyediakan fasilitas cuci tangan/ sabunlhrznd sanitiz,er di pintu masuk
dan pintu keluar rumah ibadah;
5) Menyediakan alat pengecekan suhu di pintu masuk bagi seluruh pengguna
rumah ibadah. Jika ditemukan pengguna rumah ibadah dengan suhu >
37,5'C (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan
memasuki area rumah ibadah;
6) Menerapkan pembatasan jarak dengan memberikan tanda khusus di
lantai/kursi, minimal jarak l meter;
7) Melakukan pengaturan jumlah jemaah/pengguna rumah ibadah yang
berkumpul dalam waktu bersamaan, untuk memudahkan pembatasan jaga
jarak;
8) Mempersingkat waktu pelaksanaan ibadah tanpa mengurangi ketentuan
kesempurnaan beribadah;
9) Memasang imbauan penerapan protokol kesehatan di area rumah ibadah
pada tempat-tempat yang mudah terlihat;
10) Membuat surat pernyataan kesiapan menerapkan protokol kesehatan
yang telah ditentukan; dan
11) Memberlakukan penerapan protokol kesehatan secara khusus bagi
jemaah tamu yang datang dari luar lingkungan rumah ibadah.
e. Kewajiban masyarakat yang akan melaksanakan ibadah di rumah ibadah:
1) Jemaah dalam kondisi sehat; 37
2) Meyakini bahwa rumah ibadah yang digunakan telah memiliki Surat
Keterangan aman Covid-19 dari pihak yang berwenang;

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


3) Menggunakan masker/ masker wajah sejak keluar rumah dan selama berada
di area rumah ibadah;
4) Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan
sabun atau ttand sanitizerl;
5) Menghindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan;
6) Menjaga jarak antar jemaah minimal 1 (satu) meter;
7) Menghindari berdiam lama di rumah ibadah atau berkumpul di area rumah
ibadah, selain untuk kepentingan ibadah yang wajib;
8) Melarang beribadah di rumah ibadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia
yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan sakit bawaan yang berisiko
tinggi terhadap Covid-19;
9) Ikut peduli terhadap penerapan pelalsanaan protokol kesehatan di rumah
ibadah sesuai dengan ketentuan.
f. Penerapan fungsi sosial rumah ibadah meliputi kegiatan pertemuan masyarakat
di rumah ibadah (misalnya: akad pernikahan/ perkawinan), tetap mengacu pada
ketentuan di atas dengan tambahan ketentuan sebagai berikut:
1) Memastikan semua peserta yang hadir dalam kondisi sehat dan negatif
Covid-19:
2) Membatasi jumlah peserta yang hadir maksimal 2O% {dua puluh persen)
dari kapasitas ruang dan tidak boleh lebih dari 30 orang; dan
3) Pertemuan dilaksanakan dengan waktu seefisien mungkin.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/382/2020
Munculnya kegiatan berjamaah di mesjid dengan shaf berjarak yang sering
kita jumpai saat ini merupakan program pemerintah yang menjadi peraturan dan
harus kita patuhi dalam rangka melakukan ikhtiar untuk memutus mata rantai
Covid-19, hal tersebut termaktub dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan
Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Bab III poin 11, yang 37
menerangkan bahwa:
Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Rumah ibadah merupakan suatu tempat/bangunan digunakan oleh umat
beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka
masing-masing. Dalam kegiatan di rumah ibadah dapat melibatkan sejumlah
orang yang berkumpul dalam satu lokasi sehingga berpotensi terjadinya risiko
penularan COVID-19. Untuk itu, agar tetap dapat beribadah di masa pandemi
COVID-19 ini perlu dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian dengan
penerapan protokol kesehatan untuk meminimalisir risiko penularan.
a. Bagi Pengelola
1) Memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19 di wilayahnya. Informasi
secara berkala dapat diakses pada laman
https://infeksiemerging.kemkes.go.id, www.covid19.go.id, dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.
2) Melakukan pembersihan dan disinfeksi ruang ibadah secara berkala
(sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan keagamaan) atau sarana
yang banyak disentuh jamaah seperti pegangan pintu, pegangan tangga,
tombol lift, microphone dan fasilitas umum lainnya.
3) Menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun atau handsanitizer di lokasi
yang mudah diakses oleh jamaah, seperti di pintu masuk, dekat kotak amal,
dan lain lain.
4) Mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk rumah ibadah.
Jika terdapat AC lakukan pembersihan filter secara berkala.
5) Lantai rumah ibadah agar tidak menggunakan karpet.
6) Melakukan pengaturan jarak minimal 1 meter posisi antar jamaah dengan
memberikan tanda khusus yang ditempatkan di lantai/kursi rumah ibadah.
7) Melakukan pengaturan jumlah jemaah dalam waktu bersamaan untuk
memudahkan penerapan jaga jarak.
8) Menghimbau kepada semua jamaah untuk membawa peralatan ibadah
sendiri.
9) Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada jamaah tentang pencegahan 37
penularan COVID-19 yang dapat dilakukan dengan surat pemberitahuan,
pemasangan spanduk, poster, banner,whatsapp/sms blast, dan lain

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


sebagainya. Adapun materi yang diberikan meliputi pengetahuan tentang
COVID-19 dan cara penularannya, wajib penggunaan masker, cuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak minimal 1 meter dan etika batuk
(Bahan dapat diunduh pada laman www.covid19.go.id dan
www.promkes.kemkes.go.id).
10) Memasang media informasi di lokasi-lokasi strategis untuk
mengingatkan jamaah agar selalu mengikuti ketentuan jaga jarak minimal 1
meter, menjaga kebersihan tangan dan kedisplinan penggunaan masker
termasuk berpartisipasi aktif untuk saling mengingatkan.
11) Larangan masuk ke rumah ibadah bagi jamaah yang memiliki gejala
demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas.
12) Melakukan pemeriksaan suhu di pintu masuk. Apabila ditemukan suhu >
37,3℃ (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), maka tidak
diperkenankan masuk ke rumah ibadah.
13) Mempersingkat waktu pelaksanaan ibadah tanpa mengurangi ketentuan
kesempurnaan beribadah.
b. Bagi Jamaah
1) Pastikan dalam kondisi sehat saat akan melaksanakan ibadah. Jika
mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau
sesak nafas, tetap di rumah dan lakukan ibadah di rumah.
2) Membawa semua peralatan ibadah sendiri termasuk sajadah, kitab suci dan
lain sebagainya.
3) Selalu menggunakan masker saat perjalanan dan selama berada di tempat
ibadah.
4) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir atau menggunakan handsanitizer.
5) Hindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan.
6) Hindari menyentuh area wajah seperti mata, hidung, dan mulut.
7) Tetap memperhatikan jaga jarak minimal 1 meter.
8) Bagi jamaah anak-anak, usia lanjut, dan jamaah dengan memiliki penyakit 37
komorbid dianjurkan untuk beribadah di rumah.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


9) Saling mengingatkan jamaah lain terhadap penerapan kedisiplinan
penggunaan masker dan menjaga jarak minimal 1 meter antar sesama
jamaah”.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


C. METODOLOGI
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana
penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan
oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial dan dilaksanakan untuk
membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan
penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandagan responden dan melakukan studi pada
situasi yang alami. [ CITATION Isk09 \l 1033 ].
Penelitian kualitatif dimana peran peneliti adalah sebagai instrument kunci
dalam mengumpulkan data, dan menafsirkan data. Alat pengumpulan data
biasanya menggunakan pengamatan langsung, wawancara, studi dokumen.
Sedangkan kesahihan dan keterandalan data menggunakan triangulasi dengan
menggunakan metode induktif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
padamakna daripada generalisasi.
Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui
makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk
mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan meneliti sejarah
perkembangan.
Mengingat bahwa penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memaknai
berbagai fenomemna yang ada atau yang terajdi dalam kenyataan sebagai ciri khas
penelitian kualitatif, dalam hal ini bagaimana pandangan islam, pandangan ulama
dan pandangan masyarakat terhadap pemberkaluan sholat berjamaah berjarak di
masa pandemi Covid-19 ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif.
Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa metodologi penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. [ CITATION 37
JMo00 \l 1033 ]

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Penelitian tentang pelaksanaan sholat berjamaah di masa pandemi Covid-19
ini relevan dengan menggunakan penelitian kualitatif karna memenuhi
karakteristik penelitian kualitatif, terutama dalam hal pengungkapan data secara
mendalam melalui wawancara dan observasi dan kajian dokumen terhadap apa
yang dilakukan para informan, bagaimana mereka melakukan kegiatan sholat
berjamaah di masjid lingkungan sekitarnya di masa pandemi Covid-19 ini dalam
realitas yang sesungguhnya.
Kemudian untuk metode penelitian, dilakukan dengan melaksanakan
wawancara kepada DKM di 2 tempat tinggal peneliti yaitu di Kabupaten Garut
dan Di Kabupaten Ciamis. Kemudian untuk memperoleh data fenomena di
lapangan terkait pelaksanaan sholat berjamaah di berbagai daerah di Indonesia
pada masa pandemi ini penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket secara
daring.

2. Latar Penelitian
Latar penelitian ini berupa waktu dan tempat penelitian. Peneliti melakukan
wawancara pada tanggal 2 Oktober 2020 di Kaupaten Garut dan 4 Oktober 2020
di Kabupaten Ciamis. Kemudian penyebaran angket dilakukan selama tiga hari
pada tanggal 14-16 Oktober 2020 dengan tempat yang tidak ditentukan untuk
responden angket sendiri karena penyebaran dilakukan secara daring.

3. Subjek dan Sumber Data Penelitian


Pada pendekatan kualitatif, ada istilah informant yang digunakan untuk
menunjuk subjek penelitian. Informant memberikan informasi tentang suatu
kelompok atau entitas tertentu, dan informan bukan diharapkan menjadi
representasi dari kelompok atau entitas tersebut.[ CITATION Afi09 \l 1033 ].
Mengingat penelitian ini memusatkan perhatian pada fenomena pelaksanaan
sholat berjamaah di masjid pada masa pandemi Covid 19 dan bagaimana
pandangan islam terkait hal itu, serta pandangan dari berbagai kalangan
masyarakat khususnya para ulama, pengelola dan jemaah masjid pada umumnya,
maka secara rinci yang dijadikan subjek dalam penelitian ini sebagai informan 37
yaitu sebagai berikut.
a. Para ulama

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


b. Ketua DKM atau yang mewakilinya sebagai pengelola mesjid
c. Masyarakat yeng melaksanakan sholat di masjid sebagai jemaah masjid,
diutamakan laki-laki, tetapi tidak menutup untuk perempuan juga.
Kemudian untuk sumber data yang berkaitan dengan subjek penelitian
diperoleh dari video wawancara ulama di platform Youtube, hasil wawancara
kepada ketua DKM atau yang mewakilinya, dan rekapitulasi jawaban responden
terhadap angket yang telah disebar.

4. Tahap-tahap Penelitian
Mengingat bahwa metode penelitian yang dilakukan harus menaati metode
ilmiah, tahapan-tahapan penelitian harus sistematis dan prosedur atau terencana
dengan matang. Maka peneliti menetapkan alur metodologi penelitian sebagai
berikut.
a. Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian
Masalah yang kami teliti merupakan masalah terkini yang dihadapi masyarakat
terutama yang terbiasa sholat berjamaah di masjid. Mengingat kondisi di
keadaan pandemic ini berbagai kalangan mencob mencari solusi demi kebaikan
bersama begitu juga pemerintah. Kebijakan pemerintah tidak selalu diterima
dengan baik oleh masyarakat, maka dari itu kami bertujuan untuk mencari tahu
pandangan islam, para ulama, dan masyarakat mengenai pemberlakuannya
sholat berjamaah berjarak di masa pandemic ini.
b. Melakukan studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dalam rangka penguatan pada pengetahuan awal
peneliti, juga mengungkap pandangan islam mengenai sholat berjamaah.
c. Penentuan fokus penelitian
Fokus penelitian kami yaitu mengenai salah satu protocol kesehatan yang
dianjurkan pemerintah yang termaktub dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi
Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam rangka Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Bab III poin 11,
37
tepatnya pada kegiatan keagamaan di Rumah Ibadah bagi pengelola yaitu
pengaturan jarak minimal 1 meter posisi antar jamaah dengan memberikan

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


tanda khusus yang ditempatkan di lantai/kursi rumah ibadah, dalam hal ini
terpokus pada sholat berjamaah berjarak.
d. Penentuan metode penelitian
e. Penentuan sumber informasi
f. Penentuan teknik pengumpulan data
g. Penentuan teknik analisis dan pengolahan data
h. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data
i. Pengolahan data
j. Pembahasan dan penentuan kesimpulan serta saran penelitian

Penelitian yang kami lakukan terdiri dari 2 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang
nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah
disusun didiskusikan dengan kelompok untuk mendapat masukan mengenai isi
pedoman wawancara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari seluruh
anggota kelompok, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara
dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan
selanjutnya adalah peneliti mencari subjek yang sesuai degan karakteristik
subjek penelitian, yaitu DKM di masjid sekitar tempat tinggal peneliti yang
memungkinkan dan bersedia untuk diwawancarai. Selanjutnya peneliti
membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat wawancara bersama
informan. Selain itu tahap persiapan juga dilakukan dalam hal penyebaran
angket, pertanyaan angket dipersiapkan kemudian dimasukan kedapam
platform Google Form untuk nantinya disebar oleh setiap anggota kelompok.
secara daring karena kondisi pandemi Covid-19 ini tidak memungkinkan untuk
melakukan observasi atau penyebaran angket secara langsung.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
37
Setelah peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat peneliti
melakukan wawancara kemudian merekam hasil wawancaranya. Setelah itu

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk
verbatim tertulis. Kemudian angket yang sudah tertaut dengan pertanyaan di
platform Google Form disebar oleh setiap anggota kelompok penelitian dan
waktu dibatasi selama 3 hari. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan
interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian
metode analisis data diakhir bab ini. Setelah itu peneliti membuat pembahasan
dan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, lalu memberikan saran-saran
untuk penelitian selanjutnya.

5. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian kualitatif yang kami lakukan ada beberapa teknik yang
dipilih untuk mengumpulkan data, yaitu sebagai berikut.
a. Studi pustaka dan analisis video wawancara
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan referensi atau sumber-sumber
tertulis mengenai pelaksanaan sholat berjamaah di masjid sesuai dengan syariat
islam untuk mengetahui pandangan islam mengenai sholat berjamaah pada
masa pandemi ini, adapun sumber tersebut berupa buku, jurnal, dan media
tertulis lainnya yang relevan. Kemudian untuk mengetahui pandangan ulama
mengenai pemberlakuannya sholat berjamaah berjarak sesuai dengan keputusan
menteri peneliti menggunakan sumber sekunder berupa video wawancara para
ulama yang kemudian nantinya akan dianalisis untuk mendapatkan data.
b. Wawancara secara langsung
Wawancara dilakukan untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai
sholat berjamaah di masa pandemi ini khususnya dari pengelola masjid yaitu
DKM atau yang mewakilinya. Wawancara ini dilakukan di sekitar tempat
tinggal peneliti yang memungkinkan, yaitu di Mesjid At-Tawakal Komplek
Amerta Kabupaten Garut dan Mesjid Al-Ikhlas Cimendong Panjalu Kabupaten
Ciamis.
c. Observasi melalui penyebaran angket
Mengingat di masa pandemic ini tidak memungkinkan melakukan observasi
37
secara langsung, maka observasi dilakukan dengan penyebaran angket secara
daring melalui platform Google Form untuk mengetahui kondisi di masjid
lingkungan sekitar responden dan pandangan responden sebagai jemaah

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


mengenai pemberlakuannya sholat berjamaah berjarak. Responden sebagai
informan dipilih secara acak, atau menggunakan teknik Random Sampling.
d. Dokumentasi
Data juga diperoleh dari hasil dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti saat
wawancara langsung untuk mengetahui keadaan di lapangan.

6. Teknik Analisis dan Pengolahan Data


Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data. Pada penelitian ini
analisis data dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian,
baik dilapangan maupun diluar lapangan dengan memperguankan teknik seperti
yang dikemukan oleh Miles dan Huberman berikut ini.

a. Reduksi data, yaitu membuat abstraksi seluruh data yang diperoleh dari
seluruh catatan lapangan hasil observasi wawancara dan pengkajian dokumen.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang menajamkan,
mengaharapkan hal-hal penting, menggolongkan mengarahkan, membuang
yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data agar sistematis serta dapat
membuat satu simpulan yang bermakna. Jadi, data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara dan pengkajian dokumen dikumpulkan, diseleksi, dan
dikelompokkan kemudian disimpulkan dengan tidak menghilangkan nilai data
itu senidri.
b. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakakan.
Proses penyajian data ini mengungapkan secara kesluruhan dari sekelompok
data yang diperoleh agar mudah dibaca dan dipahami, yang paling sering
digunakan unuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.[ CITATION Sug08 \l 1033 ] . Data dapat menggambarkan
bagaimana pandangan islam, pandangan para ulama juga masyarakat mengenai
pemberlakuannya sholat berjamaah berjarak di masjid pada masa pandemic ini. 37
c. Kesimpulan dan verifikasi. Data yang sudah diatur sedemikian rupa
(dipolakan, difokuskan, disusun secara sistematis) kemudian disimpulkan

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


sehingga makna data dapat ditemukan. Namun, kesimpulan tersebut hanya
bersifat sementara dan umum. Untuk memperoleh kesimpulan yang “grounded”
maka perlu dicari data lain yang baru untuk melakukan pengujian kesimpulan
tentative tadi terhadap pelaksanaan sholat berjamaah di berjarak pada masa
panemi di lapangan.
Dengan kegiatan mereduksi, menyajikan dan penyimpulan terhadap hasil
penelitian yang dilakukan memberikan kemudahan pembaca dalam memahami
pandangan islam dan berbagai kalangan masyarakat terhadap pemberlakuannya
keputusan menteri yaitu penjarakan pada sholat berjamaah di masjid.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pandangan Masyarakat terhadap Sholat Berjamaah Berjarak
a. Pengelola Masjid
Berdasarkan wawancara langsung yang telah dilakukan kepada 2
narasumber yaitu pengelola masjid atau pengurus DKM di Daerah Panjalu
Ciamis dan Cipanas Garut, pelaksanaan shalat berjamaah masih bisa
dilaksanakan juga dengan menerapkan protokol kesehatan salah satunya yakni
shalat berjamaah berjarak. Kedua narasumber mengatakan bahwa memang
seharusnya shalat berjamaah itu shafnya harus rapat dan lurus mengikuti
paham hadits, tetapi pada masa pandemi seperti sekarang ini shaf shalat yang
berjarak perlu diterapkan agar meminimalisir penularan virus Covid-19 dan itu
dirasa tidak perlu jadi persoalan karena dianggap tidak akan mengurangi nilai
atau pahala shalat berjamaah karena kondisi darurat semacam inilah yang
menuntut menghendaki demikian. Menurut kedua narasumber, hal ini bisa
dikatakan juga sebagai ikhtiar agar diri kita semua terjaga dari wabah virus
yang sedang melanda. Sebagai contoh pada zaman rasulullah pun pernah
terjadi juga wabah seperti sekarang dan Rasulullah pun melakukan hal
demikian karena islam meringankan.
b. Jemaah
Berdasarkan survey kepada masyarakat umum yang telah dilakukan,
37
didapat 71,7% atau 43 orang perempuan dan 28,3% atau 17 orang laki-laki.
Dari hasil suervey terbebut mereka mengatakan bahwa, untuk suara jamaah
laki-laki 70,6% menyatakan bahwa mereka sholat di masjid dengan beberapa

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


alasan diantaranya yaitu untuk laki-laki lebih afdol sholat di masjid dan
merupakan kewajiban, pahala sholat lebih besar 27 derajat, maslahahnya juga
lebih besar kemudian keadaan masjid di lingkungannya relatif aman dan masih
ada yang sholat di masjid juga sudah menerapkan protocol kesehatan, ada juga
yang menyatakan bahwa responden memilih sholat di masjid walau sedang
pandemi responden yang sehat merasa tidak akan terpapar saat sholat
berjamaah di masjid. Sedangkan, suara dari para jamaah perempuan
menyatakan bahwa mereka sholat di rumah, dan 3% lainnya sholat di masjid.
Alasannya sebagian besar berkaitan dengan fitrah sebagai perempuan yang
lebih baik dan lebih afdol untuk sholat di rumah dan tidak diwajibkan di
masjid. Namun disamping itu ada juga yang khawatir karena tidak tahu apakah
warga di lingkungannya sehat atau tidak, lebih baik melakukan apapun di
rumah saja dan lebih memilih melakukan pencegahan disaat pandemi ini untuk
memutus rantai penyebaran virus corona, dan ada juga yang mengatakan
kecuali jika ada pengajian yang mengharuskan shalat di masjid maka akan
pergi ke masjid. Hal ini ditinjau berdarkan segi keaktifan atau keikutsertaan
masyarakat terhadap sholat berjamaah di masjid saat masa pandemi sekarang
ini.
Terkait dengan penerapan social distancing pada sholat berjamaah atau
sholat berjamaah berjarak ini, dari hasil survey menunjukkan bahwa 77,8%
responden laki-laki dan 86% responden perempuan setuju dengan
diterapkannya sholat berjamaah berjarak. Berbagai pendapat dari responden
yang mengatakan setuju itu menyatakan bahwa karena sekarang ini sedang
dalam keadaan darurat bahkan daruratnya hingga hampir ke seluruh dunia.
Penerapan protokol kesehatan itu wajib diikuti untuk mengurangi terjadinya
Covid-19, sudah menjadi kesepakatan bersama dan harus berhati-hati terhadap
kontak fisik dengan orang lain, agar kemungkinan terjadinya penyebaran
Covid-19 mengecil bahkan terhenti, serta menjaga kesehatan sesama jemaah
itu dirasa penting sehingga perlu adanya jarak setiap orang karena orang yang
masuk ke mesjid berasal dari mana saja. Selain itu juga, setuju itu sebagai 37
bentuk dukungan dengan bekerjasama dari kalangan beragama yang
mendukung pemerintah dalam upaya menghadapi Covid-19, agar lebih hati-

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


hati dan sholat berjamaah tetap berjalan. Sudah dari berbagai sumber informasi
yang responden dapatkan mengenai protokol kesehatan yang diterapkan di
masjid ini seperti dari poster atau spanduk yang ditempelkan di lingkungan
masjid, dari sosialisasi pihak DKM atau RT RW setempat, dan dari berita atau
internet. Sebagian besar responden pun sudah mengetahui adanya fatwa MUI
dan atau peraturan pemerintah secara tertulis yang mendasari diberlakukannya
protokol kesehatan termasuk di masjid.
Di samping banyaknya masyarakat yang setuju dengan penerapan sholat
berjamaah berjarak, ada juga masyarakat yang tidak setuju, 22,2% dari jumlah
responden laki-laki dan 14,3% dari jumlah responden perempuan. Hanya
sebagian kecil yang tidak setuju itu dengan alasan bukan hanya semata-mata
bersikeras mengikuti ajaran hadits Rasulullah SAW untuk meluruskan dan
merapatkasn shaf shalat, melainkan lebih dari itu. Ada responden yang tidak
percaya akan adanya covid dan mengatakan Covid-19 itu dusta hanya akal-
akalan manusia yang meminta agar dibayar. Namun ada pula yang mengikuti
hadits dan lebih setuju dengan menggunakan masker dan handsanitizer atau
mencuci tangan saja serta dengan membawa sajadah pribadi saja itu sudah
dirasa cukup. Sebagian orang lagi yang mengatakan tidak setuju itu tidak setuju
karena masjid di daerah mereka belum menerapkan protokol kesehatan dan
merasa masih aman, jadi jarak pada sholat berjamaah itu dirasa tidak perlu.
2. Pandangan Ulama terhadap Sholat Berjamaah di Masa Pandemi
Pemerintah bekerja sama dengan Komisi Fatwa MUI, sebagai Lembaga
tertinggi di bidang Agama dalam menentukan permasalahan yang menjadi
polemik di tengah masyarakat pun telah mengeluarkan Fatwa terkait himbauan
melakukan shalat berjamaah di rumah atau melakukan social distancing dalam
shaf shalat berjamaah dan meniadakan pelaksanaan shalat jumat sebagai bahagian
dari upaya memutus rantai penyebaran virus corona. Namun, fatwa tersebut tidak
serta merta mendapat sambutan positif dari masyarakat muslim Indonesia. Banyak
yang menyayangkan bahkan mencela fatwa MUI tersebut.
Dalam menjawab pertanyaan berkaitan dengan salat berjamaah saat social 37
distancing di tengah pandemi, ada beberapa persoalan di dalamnya antara lain:
Pertama, Hukum meluruskan dan merapatkan saf dalam salat berjamaah.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, ada yang menghukumi sunnah
diantaranya adalah Ulama Abu Hanifah, Syafi‟i, dan Malik, Al-Qadhi, Iyadh,
imam Nawawi dan jumhur ulama 4 mazhab lainnya (Umdatul Qari, 8/455).
Ada yang mengatakan wajib, dan yang mewajibkan adalah Ibnu Hajar al-
Asqalani, Imam Al Karmani, Ibnu Taimiyyah, Imam Bukhari, Imam As-Syaukani
dan jumhur ulama mazhab Hanbali.
Bahkan ada yang mangatakahan lurus dan rapatnya shaf merupakan bagian dari
rukun shalat. Pendapat ini dipegang oleh Al-Imam Ibnu Hazm Al-Andalusy, beliau
menyatakan “batal” orang shalat yang tidak merapatkan shaf.

Dalil-dalil tentang anjuran meluruskan dan merapatkan shaf :

Artinya: Anas radhiyallahuanhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda, “Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk
kesempurnaan shalat.” (Muttafaqun alaih) [HR. Bukhari, no. 723 dan Muslim, no.
433].

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Karena lurusnya shaf termasuk


mendirikan shalat”. Dalam riwayat lain juga disebutkan:

Artinya: “Dari Ibnu Umar, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam


bersabda : “Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf
seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf)
37
yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan
janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang
menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


barangsiapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-
Nya)”. (HR. Abu Dawud, Dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan AlHakim
sebagaimana dalam Fathul Bari; 2/211).
Dan masih banyak lagi dalil-dalil tentang anjuran meluruskan dan merapatkan
shaf.
Kedua, Hukum merenggangkan shaf atau membuat jarak dalam shaf ketika
shalat berjamaah.
Berikut beberapa kutipan pendapat Ulama terkait social distancing shaf
dalam shalat berjamaah. Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu:

Maksudnya: “Syarat sahnya berjamaah itu makmum mengetahui perubahan


gerakan imam, baik itu shalat di Masjid atau di tempat lain. Atau salah satu pihak
ada di Masjid dan yang lain di luar Masjid.”
Dari pendapat tersebut syarat sah nya sholat berjamaah itu ketika makmum
mengetahui perubahan gerakan imam, baik melihat langsung, mendengar suaranya,
atau mengetahui dari makmum lain maka shalat jamaahnya sah. Tidak dikatakan
tentang posisi shaf.
Ada dalil lain yang mengatakan:

Artinya: “(Dari sahabat Anas RA, Rasulullah bersabda, “Susunlah shaf


kalian”) sehingga tidak ada celah dan longgar (dekatkanlah antara keduanya) antara
dua shaf kurang lebih berjarak tiga hasta. Jika sebuah shaf berjarak lebih jauh dari
itu dari shaf sebelumnya, maka hal itu dimakruh dan luput keutamaan berjamaah
sekira tidak ada uzur cuaca panas atau sangat dingin misalnya,” (Ibnu Alan 37
AsShiddiqi, Dalilul Falihin, juz VI, halaman 424).

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Pada dasarnya posisi makmum yang berdiri terpisah dalam shalat berjamaah
(termasuk Jumat yang wajib dilakukan berjamaah) termasuk makruh jika tidak ada
uzur. Makmum harus membentuk barisan shaf atau ikut ke dalam shaf yang sudah
ada.
Kemudian, berkata Ibnu Hajar terkait shaf yang terpisah (Social distancing) :

Artinya: “Tetapi jika mereka tertinggal (terpisah) dari shaf karena uzur
seperti saat cuaca panas di masjidil haram, maka tidak (dianggap) makruh dan lalai
sebagaimana yang nampak,” (Ibnu Hajar Al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil
Minhaj. Hal. 296).
Dalam upaya memutus rantai penyebaran virus corona, pemerintah dan
ulama menghimbau agar pelaksanaan shalat berjamaah dilaksanakan dengan
membuat shaf berjarak 1 meter antara jamaah yang lain (social distancing).
Hal tersebut juga sejalan dengan perkataan Imam An-Nawawi :

Artinya: “Jika seorang masuk sementara jamaah sedang shalat, maka ia


makruh untuk berdiri sendiri. Tetapi jika ia menemukan celah atau tempat yang luas
pada shaf tersebut, hendaknya ia mengisi celah tersebut… tetapi jika ia berdiri
sendiri, maka shalatnya tetap sah,” (Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin, juz I,
halaman 356).
Menurut Imam An-Nawawi bahwa berdiri sendiri dalam saf adalah makruh,
namun jika ada uzur yang mengharuskan shaf itu berjarak maka shalat tetap sah.

Kemudian, berkaitan himbauan social distancing dalam shalat berjamaah


dengan pertimbangan kondisi darurat, maka hal tersebut sejalan dengan beberapa
kaidah fikih, antara lain : 37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Artinya: "Keadaan darurat membolehkan suatu yang terlarang."

Artinya: “Menolak mudharat (bahaya) lebih didahulukan dari mengambil


manfaat”.

3. Pandangan Islam terhadap Sholat Berjamaah Berjarak


Menjaga kesehatan diri kita adalah hal yang sangat penting. Terlebih
dalam masa pandemi seperti saat ini, diperlukan berbagai upaya agar kita
terhindar dari penularannya. Memang jelas Rasulullah menjelaskan kepada kita
untuk meluruskan dan merapatkan shaf ketika sholat berjamaah sebagaimana
beberapa hadits yang diterangkan oleh para ulama di poin sebelumnya, tetapi di
dalam Al-Qur’an, Islam melarang berbagai tindakan yang membahayakan
fisik/badan atas nama pendekatan keagamaan sekalipun. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kerusakan."
(QS. Al-Baqarah: 195) dan "Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh
Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisaa': 29).
Demi penjagaan terhadap kesehatan, syariat Islam juga memberikan
berbagai keringanan di dalam beribadah dengan tujuan meringankan,
memudahkan dan tidak membuat payah badan. Contoh kecilnya seperti dalam
pemberian keringanan berbuka bagi orang yang sakit dan bepergian ketika
berpuasa, Allah SWT berfirman, "Allah menghendaki kelonggaran dan tidak
menghendaki kesempitan bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185).
Menyikapi pandemi global ini, sebagai seorang muslim dianjurkan
berikhtiar dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular
kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita sayangi. Ikhtiar ini bisa
dilakukan dalam skala individu maupun skala berjamaah. Berbagai ikhtiar yang
dicanangkan ahli kesehatan juga merupakan anjuran dalam agama Islam, salah
satunya adalah menjaga jarak yang dikenal dengan social distance.
37
Terkait hal tersebut, social distancing pun diterapkan dalam shaf dalam
shalat berjamaah. Pemerintah bekerja sama dengan Komisi Fatwa MUI, sebagai
Lembaga tertinggi di bidang Agama dalam menentukan permasalahan yang

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


menjadi polemik di tengah masyarakat yang kemudian mengeluarkan Fatwa
terkait himbauan melakukan shalat berjamaah di rumah atau melakukan social
distancing dalam shaf shalat berjamaah dan meniadakan pelaksanaan shalat jumat
yang contohnya pada daerah yang termasuk zona merah sebagai bagian dari upaya
memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Kemudian hukum dari shalat
berjamaah dengan berjarak tersebut tetap sah dan dibolehkan untuk dilakukan
sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Sebagaimana kaidah
fiqih yang disebutkan sebelumnya yaitu,

Artinya: "Keadaan darurat membolehkan suatu yang terlarang."

Artinya: “Menolak mudharat (bahaya) lebih didahulukan dari mengambil


manfaat”.
Jika masih terdapat beberapa keraguan atau pertanyaan-pertanyaan yang
terlontar, maka dapat dilihat pada idealnya dalam situasi seperti ini alangkah
lebih baik kita mengikuti pertimbangan pemerintah sebagaimana kaidah fikih
berikut ini,

Artinya: “Putusan pemerintah menyudahi perbedaan” .


Setelah kita ketahui dari berbagai penjelasan diatas, terlihat jelas bahwa
Islam merupakan agama yang mudah dan tidak menyulitkan hamba-Nya,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 185

Artinya: “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki


37
kesulitan”.
Dan pelengkap dari ikhtiar kita kepada Allah swt. tentunya ibadah tetap
ditingkatkan, doa jangan pernah terputus, memperkuat taqwa kita kepada Allah

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


dengan sebenar-benarnya taqwa yaitu dengan taat kepada Allah dan tidak
bermaksiat kepada-Nya, serta senantiasa mengingat Allah dan bersyukur
kepada-Nya. Intinya adalah bagaimana kita bisa melaksanakan sebenar-
benarnya taqwa di masa yang sulit ini. Dan tetap patut ditanamkan keyakinan
pada diri kita bahwa Allah segera mengangkat wabah ini.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


E. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan berbagai studi literatur yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Pandangan Islam terkait shalat berjamaah berjarak ini ialah tetap sah dan
dibolehkan untuk dilakukan sebagai langkah ikhtiar untuk memutus rantai
penyebaran virus Covid-19 meskipun hadits Rasulullah SAW memerintahkan
agar kita meluruskan dan merapatkan shaf. Namun, sebagaimana kaidah fiqih
yang disebutkan yaitu,

Artinya: "Keadaan darurat membolehkan suatu yang terlarang."

Artinya: “Menolak mudharat (bahaya) lebih didahulukan dari mengambil


manfaat”.
Maka kita dibolehkan mengambil langkah kewaspadaan dengan mengikuti
aturan sholat berjamaah berjarak. Jika masih terdapat beberapa keraguan atau
pertanyaan-pertanyaan yang terlontar, maka dapat dilihat pada idealnya dalam
situasi seperti ini alangkah lebih baik kita mengikuti pertimbangan pemerintah
sebagaimana kaidah fikih berikut ini,

Artinya: “Putusan pemerintah menyudahi perbedaan” .


Maka dari itu, terlihat jelas bahwa Islam merupakan agama yang
mudah dan tidak menyulitkan hamba-Nya, sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah: 185

Artinya: “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki


kesulitan”. 37

2. Pandangan ulama dalam menyikapi aturan shalat berjamaah berjarak ini terbagi
menjadi 2 pendapat, yakni ada yang tidak membolehkan atau sangat patuh

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


terhadap hadits tetapi ada pula yang memakruhkan namun dikatakan jika ada uzur
(termasuk pandemi global Covid-19) maka shalat dengan adanya jarak tersebut
tidak dianggap makruh dan tetap dianggap sah. Dalam upaya memutus rantai
penyebaran virus corona, pemerintah dan ulama menghimbau agar pelaksanaan
shalat berjamaah dilaksanakan dengan membuat shaf berjarak 1 meter antara
jamaah yang lain (social distancing).
3. Pandangan dan keikutsertaan masyarakat dengan program shalat berjamaah ini
terbagi menjadi 2 pendapat, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Alasan
disetujuinya program tersebut dikatakan karena sekarang sedang dalam keadaan
darurat global. Penerapan protokol kesehatan itu wajib diikuti untuk mengurangi
resiko terjadinya Covid-19, harus berhati-hati terhadap kontak fisik dengan orang
lain, agar kemungkinan terjadinya penyebaran Covid-19 mengecil bahkan
terhenti, dan itu pun sebagai bentuk dukungan dengan bekerjasama bersama
kalangan beragama yang mendukung pemerintah dalam upaya menghadapi
Covid-19, agar lebih hati-hati dan sholat berjamaah tetap berjalan. Sedangkan
alasan mengenai tidak setujunya itu karena ada responden yang tidak percaya
akan adanya covid dan mengatakan Covid-19 itu dusta hanya akal-akalan manusia
yang meminta agar dibayar. Namun ada pula yangmengatakan dengan
menggunakan masker, handsanitizer atau mencuci tangan, dan membawa sajadah
pribadi saja itu sudah dirasa cukup. Kemudian, tidak disetujui karena masih ada
masjid yang tidak menerapkan perotokol kesehatan dan masih dirasa aman, jadi
jarak pada sholat berjamaah itu dianggap tidak perlu.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Tuasikal M. (2009). Shalat Jama’ah 5 Waktu, Wajib Ataukah Sunnah? [online]
https://rumaysho.com/554-shalat-jamaah-5-waktu-wajib-ataukah-sunnah.html,
diakses 29 Oktober 2020.

Afifuddin, & Saebani, B. A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Pustaka Setia.

Anonim. (Tanpa Tahun). Belajar Shalat Jamaah (Arti, Hukum, Syarat, Tatacara Dan
Keutamaannya. [online] https://portal-ilmu.com/belajar-shalat-jamaah/, diakses
04 November 2020

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. (1998). Pedoman Haji. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra

Dahlan A A. (1996). Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : PT Ichtiar van Hoeve

Firdaus, Fitra. (2020). Isi Lengkap Fatwa MUI tentang Sholat Jumat Saat Pandemi
COVID-19. [online] https://tirto.id/isi-lengkap-fatwa-mui-tentang-sholat-jumat-
saat-pandemi-covid-19-fFlw. Diakses 3 November 2020.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di
Tempat dan Fasilitas Umum dalam rangka Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Keputusan Menteri Keagamaan SE. 15 Tahun 2020 Tentang Panduan Penyelenggaraan


Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah Dalam Mewujudkan Masyarakat
Produktif dan Aman Covid di Masa Pandemi
37
Lexy, J. M. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif (terj. Tjejep Rohendi
Rohidi). Jakarta: UI-Press.

Nasir, A. (2020). Social Distancing dalam Saf Salat Berjamaah (Perbandingan Ulama
dalam Mazhab). [Online] : Mazahibuna Jurnal Perbandingan Mazhab.

Mubarokatut, Siti. (2009). Pelajaran Hukum Fiqih. Semarang: SMA Islam Sultan
Agung 1 Semarang.

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan


R&D. Alfabeta: Bandung.

Sulaiman, Rosjid. (2003). Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Wathoni, LMN. (2020). Tafsir Virus Fauqa Ba’udhah: Korelasi Covid-19 dengan Ayat-
Ayat Allah. [Online] : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

Yumni, A. (2020). Fiqih yang Fleksibel di Masa Pandemi. [Online] : Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.

Yuni ,dkk. (2007). Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Grahadi.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


LAMPIRAN

A. Hasil wawancara

DKM MASJID AT-TAWAKAL KOMPLEK AMERTA dan

DKM AL-IKHLAS CIMENDONG

Narasumber: Drs. H. Engkim Sukiman, M. Pd. (Wakil Ketua DKM At-Tawakal)

Yoyo Syarifudin, S. Ag. (Ketua DKM Al-Ikhlas)

1. Apakah di masjid ini sholat berjamaah masih berjalan? ....................................(2)


A: Masih, Alhamdulillah.
C: Masih berjalan
2. Apakah bapak tau tentang adanya keputusan kemenkes mengenai protokol
kesehatan yang dilakukan dimasjid?...................................................................(3)
A: Tahu, dan disini sudah dilaksanakan. Kami tahu dari Dinas Kesehatan,
memang kami juga tahu penyakit covid ini penularannya salah satunya bisa
tertular dari droplets ketika berdekatan, maka ketika keluarnya peraturan
tersebut langsung kami terapkan.
C: Tahu, sudah dilaksanakan. Jarak sudah diatur, kemudian tikar sudah
dibersihkan, karpet sudah dilipat, pakai tanda jarak shaf, menyediakan alat untuk
cuci tangan, hand sanitizer, juga menempelkan poster himbauan-himbauan
tentang protokol kesehatan khususnya dilingkungan masjid.
3. Apakah sholat berjamaah disini berjarak?
A: Iya, masih berjarak.
C: Masih berjarak
4. Apa pendapat bapa mengenai sholat berjamaah menggunakan jarak?.........
( Pro:5, Kon:6 )
A: Sebetulnya menurut agama sholat berjamaah itu harus berdekatan atau rapat
shaf nya, tetapi sekarang sedang dalam situasi pandemi maka dari itu sholat
berjamaah dengan jarak ini perlu diterapkan.
C: Sesuai dengan pendapat ulama yang diakui keilmuannya, dimana kami juga
mengikuti paham ahlusunnah waljamaah dalam kondisi seperti sekarang ini ada
penyebaran wabah corona itu tidak ada larangan bahkan dibolehkan untuk
mengatur atau mengikuti apa-apa yang seharusnya dilaksanakan khususnya
dalam sholat berjamaah jaga jarak itu tidak jadi persoalan artinya tidak akan
mengurangi kepada nilai atau pahala berjamaah dalam kondisi darurat semacam
37
ini yang menuntut menghendaki demikian. Islam itu tidak menghendaki
kesulitan justru memberikan kemudahan jadi fleksibel.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


5. Bagaimana pendapat bapak tentang hadist menyempurnakan shalat berjamaah
dengan shaf yang rapat?......................................................................................(9)
A: Memang menurut agama sholat berjamaah itu harus berdekatan atau rapat
shaf nya, tetapi Rasul juga pernah dalam keadaan terkena musibah tetap
berusaha untuk melaksanakan kewajiban namun dengan keringanan agak tidak
tertular. Kalau dikatakan darurat memang saat ini bisa dibilang darurat, maka
bisa mengambil alternatif toleransi untuk menerapkan sholat berjamaah berjarak.
Karena agama kita pun pada dasarnya tidak memberatkan.
C: Itu dalam posisi normal, tapi dalam kondisi yang tidak memungkinkan karena
untuk menghindari penyebaran covid sehingga harus memakai jarak. Jadi
memang harus rapat harus lurus dalam kondisi normal, tapi sekarang kalau lurus
bisa tapi harus berjarak. Karena mencegah penyebaran, jadi boleh-boleh saja,
bukan berarti menentang hadits. Dalam kondisi darurat diperbolehkan untuk
tidak melakukan yang biasanya dilakukan. Hal tersebut merupakan upaya
menghindari terpaparnya virus, itu juga kalau yang mau. Tidak ada bedanya
seperti sholat biasa, sama halnya ketika kita tidak mampu melakukan sholat
berdiri maka boleh duduk, jika tidak bisa boleh sambil berbaring, jika tidak bisa
boleh menggunakan isyarat, jadi bagaimana situasi. Rapatnya shaf sholat ketika
sholat memang merupakan hal yang pokok, tapi dalam kondisi sekarang kita
mengambil ikhtiar. Hal tersebut juga bukan merupakan fardhu sholat jadi tidak
mengakibatkan batalnya sholat. Hanya memang dalam kondisi normal,jika hal
tersebut dilakukan memang kurang sempurna.
6. Menurut bapak, seberapa berbahaya virus Covid-19 ini?.............( Pro:7 , Kon:8 )
A: Menurut bapak, mengenai wabah covid ini mengacu kepada Al-Qur’an saja,
bahwa Alloh tidak akan menurunkan ujian diluar batas kemampuan hamba-Nya.
Wabah covid ini merupakan sebuah ujian bagi kita, dalam menghadapi ujian
inilah kita sebagai manusia diuji untuk selalu berusaha menjaga kesehatan yang
salah satunya dengan menaati peraturan-peraturan pemerintah dan bersabar.
C: Kalau melihat penyebaran meng-global demikian memang boleh dikatakan
ini bahaya yang cukup besar, sebab ternyata orang yang sudah terpapar virus
corona itu apalagi sudah punya penyakit awalnya terutama yang rentan (orang
tua) kebanyakan meninggal jadi memang menurut pendapat kami bahwa virus
corona itu betul-betul membahayakan sehingga kalau tidak melaksanakan apa-
apa yang diharuskan oleh pemerintah dalam hal ini protokol kesehatan itu
keterancamannya lebih kuat. Jadi ini merupakan satu ujian bagi umat kita
khususnya sebab apapun dalam kehidupan bagi orang yang beriman selalu akan
diuji tentang keimananya, dan ini juga sama sejauh mana mensikapinya ujian ini
ya akan mendatangkan hikmah kalau betul dan tepat mensikapinya tapi kalau 37
salah mensikapinya ini bukan lagi jadi hikmah malah jadi musibah.
7. Apakah tidak ada rasa was-was jika sholat tetap dengan shaf yang rapat?........(8)

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


8. Apakah bapak merasa menentang pemerintah karena tidak melakukan sholat
berjamaah berjarak? ...........................................................................................(9)
9. Menurut yang bapak ketahui, Bagaimana tanggapan warga tentang peraturan
pemerintah yang mengharuskan sholat berjamaah dengan jarak? Apakah warga
disini keberatan atau tidak?...............................................................................(10)
A: Alhamdulillah, sebelum aturan mengenai covid ini disampaikan oleh pihak
DKM kepada warga, warga itu lebih cepat dan lebih tanggap menghadapi wabah
ini. Warga lebih dahulu sadar dan mengetahui bahwa sholat berjamaah itu mesti
berjarak. Dan alhamdulillah semua warga mentaatinya apa yang sudah diatur
oleh pemerintah tersebut, ditambah dengan penguatan dari pemerintah setempat
seperti RT, RW, dan lainnya untuk saling mengingatkan agar menjaga kesehatan
dan menaati aturan pemerintah.
C: Pada dasarnya karena keputusan pemerintah ini adalah sesuatu yang harus
diikuti ditaati karena ada konsep dalam islam harus mengikuti harus mematuhi
Allah, Rasul, dan juga pemerintah yang dalam hal ini juga pemerintahannya ini
apapun yang dikeluarkan oleh pemerintah memang tidak bertentangan dengan
agama, sebab merupakan keputusan yang hasil diolah dengan para ulama-ulama,
di mana di Indonesia ada majelis ulama sehingga mengeluarkan fatwa untuk itu
kami memang seharusnya mengikuti fatwa itu, jadi tidak ada masalah, sebab ini
sudah satu keputusan pemerintah sebagai formulasi dari MUI.
Pada umumnya kalau menentang secara vulgar memang tidak ada tapi masih ada
masyarakat yang memang tanggapannya minor artinya ada unsur
ketidakpercayaan, bahwa ada yang namanya segalanya di tangan Tuhan,
memang itu betul tapi penyebabnya sehingga mereka seolah-olah yang namanya
protokol kesehatan yang merupakan ikhtiar itu seolah-olah agak diabaikan, ada.
Tidak menutup mata, jadi tanggapan masyarakat ada yang positif ada juga yang
negatif. Tapi masih diatasi, sebab mereka tanggapannya kurang atau reaksinya
negatif itu karena semata-mata kekurangan pemahaman kekurangan
pengetahuan saja, nah untuk itulah maka DKM disini punya tanggungjawab
untuk memberikan edukasi kepada masyarakat supaya muncul pemahaman yang
seharusnya bagaimana diikuti.
10. Jadi, apakah bapak setuju dengan sholat berjarak?..................( Pro : 12, kon:11)
A & C: Setuju
11. Apa alternatif yang bapak lakukan demi mencegah kluster penyebaran covid-19
di rumah ibadah (masjid)? ...............................................................................(12)
Jawaban
37
A: Alternatif lain untuk pencegahan covid ini di Masjid At-Tawakal ada tempat
mencuci tangan, ada handsanitizer, masjid dan lingkungannya disemprot
disinfektan, serta melakukan pembersihan lingkungan secara rutin.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


12. Terimakasih banyak pak, boleh minta dokumentasi nya pak sebagai bukti telah
saya wawancara?

B. Rekapitulasi angket
1. Responden angket secara daring pada platform Google Form

Responden angket mengenai sholat berjamaah di masa pandemi terdiri dari 60


orang yaitu 71,7% atau 43 orang responden perempuan dan 28,3% atau 17 orang
responden laki-laki. Mengenai jenis kelamin sasaran dari angket ini adalah
responden yang melaksanakan sholat berjamaah di Masjid, biasanya diutamakan
laki-laki daripada perempuan, karena dalam islam shalat lima waktu berjamaah di
masjid wajib bagi laki-laki sedangkan perempuan lebih baik di rumah walaupun
tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan juga sholat di masjid. Maka dari
itu bisa dikatakan angket ini kurang tepat sasaran dari segi jenis kelamin
responden karena responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-
laki sehingga mungkin data yang didapat kurang representatif.
2. Pelaksanaan sholat berjmaah di lingkungan responden

37
Selain jenis kelamin, sasaran angket ini juga berhubungan dengan pelaksanaan
sholat berjamaah di masjid lingkungan sekitar responden dimanapun dia berada,

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


karena angket disebar secara daring sehingga tidak dibatasi untuk daerah asal
responden. Kemudian dapat dilihat pada diagram di atas, seluruh responden
menyatakan bahwa di masjid lingkungan sekitarnya masih dilaksanakan sholat
berjamaah, ini menunjukkan bahwa angket tepat sasaran dari segi pelaksanaan
sholat berjamaah di masjid, maka data yang didapat bias digunakan walaupun
kurang representative dari segi jenis kelamin.
3. Pemilihan tempat pelaksanaan sholat responden
Berkaitan dengan tempat pelaksanaan sholat terutama sholat lima waktu dari
responden disediakan dua pilihan, yaitu di masjid atau di rumah. Sebagian
responden menyatakan sholat di masjid dan sebagian lagi di rumah. Kemudian
untuk responden laki-laki sendiri 70,6% menyatakan bahwa mereka sholat di
masjid dengan beberapa alasan diantaranya yaitu untuk laki-laki lebih afdol sholat
di masjid dan merupakan kewajiban, pahala sholat lebih besar 27 derajat,
maslahahnya juga lebih besar kemudian keadaan masjid dilingkungannya relatif
aman dan masih ada yang sholat di masjid dan sudah menerapkan protocol
kesehatan, ada juga yang menyatakan bahwa responden memilih sholat di masjid
walau sedang pandemi responden yang sehat merasa tidak akan terpapar saat
sholat berjamaah di masjid. Sedangkan sisanya sholat di rumah dengan alasan
sebagai upaya perlindungan diri dari orang lain yang kita belum tau bagaimana
dia beraktivitas di luar, sesuai anjuran pemerintah di masa pandemi, jarak masjid
yang agak jauh, ada juga yang menyatakan sholat fardhu dilaksanakan di rumah
karena masih khawatir dengan pandemi ini, namun apabila shalat jumat pergi ke
masjid, ada juga yang menyatakan sedang terjadi lonjakan kasus Covid-19 di
lingkungannya. Disamping itu untuk responden perempuan, 93% menyatakan
bahwa mereka sholat di rumah, dan 3% lainnya sholat di masjid. Alasannya
sebagian besar berkaitan dengan fitrah sebagai perempuan yang lebih baik dan
lebih afdol untuk sholat di rumah dan tidak diwajibkan di masjid, hanya hari
tertentu untuk wanita berjamaah di masjid. Namun disamping itu ada juga yang
khawatir karena tidak tahu apakah warga di lingkungannya sehat atau tidak, lebih
baik melakukan apapun di rumah saja dan lebih memilih melakukan pencegahan 37
disaat pandemi ini untuk memutus rantai penyebaran virus corona, ada juga yang
merasa lebih aman di rumah dan tidak berinteraksi dengan banyak orang,

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


menghindari kontak fisik dengan orag lain, ada juga yang menyatakan biasanya ke
masjid tetapi kondisi pandemi sekarang membuatnya berpikir berkali-kali untuk
keluar jadi lebih memilih di rumah kecuali pandemi telah usai, selain itu shalat di
rumah karena sudah menjadi kebiasaan, kecuali jika ada pengajian dan
mengharuskan shalat di masjid. Ada juga yang menyatakan bahwa masih ada saja
orang dari luar desa yang kadang-kadang sholat dimasjid dengan tidak memakai
masker sehingga lebih memilih sholat di rumah saja, kemudian tidak ada teman
untuk sholat di masjid. Sementara itu ada juga yang sholat di masjid dengan
alasan pahalanya lebih besar 27 derajat dan sekalian silaturahmi dengan tetangga.
4. Pengetahuan responden mengenai protocol kesehatan yang diterapkan di
masjid lingkungan sekitarnya

Sebagian besar responden sudah mengetahui mengenai protocol kesehatan yang


diterapkan di masjid lingkingan sekitarnya, hal ini menunjukkan sudah ada
sosialisasi dan edukasi dari pihak pengelola masjid sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol
Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam rangka
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Bab
III poin 11, tepatnya pada kegiatan keagamaan di Rumah Ibadah bagi pengelola.
Namun disamping itu masih ada 5% dari responden yang menyatakan tidak
mengetahui mengenai protocol kesehatan yang diterapkan di masjid sekitar tempat
tinggalnya.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


5. Cara/sumber responden mengetahui protocol kesehatan yang diterapkan di
masjid lingkungan sekitarnya

Responden menyatakan bahwa informasi mengenai protocol kesehatan yang


diterapkan di masjid lingkungan sekitarnya didapat dari beberapa sumber yang
disediakan untuk dipilih, yaitu sebagian besar yaitu 40% responden
mengetahuinya melalui sosialisasi dari DKM/RW setempat, 25% melalui
spanduk/poster, 21,7% melalui berita/internet, dan sisanya melalui cara dan
sumber yang berbeda, diantaranya yaitu dari keluarga yang sering ke masjid.
Disamping itu masih ada 3,4% yang tidak tahu mengenai informasi dan tidak ada
sumber dari informasi tersebut.
6. Pengetahuan responden mengenai fatwa MUI terkait pelaksanaan sholat
berjamaah di masa pandemi Covid-19

Berdasarkan diagram di atas, sebagian besar responden sudah mengetahui


mengenai fatwa MUI terkait pelaksanaan sholat berjamaah di masa pandemic
Covid-19, namun masih ada yang belum mengetahuinya, yaitu sekitar 18,3%. Hal
ini bias jadi berkaitan dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti 37

perkembangan kasus Covid-19 beserta kebijakan-kebijakan pemerintah dalam


mengatasinya.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


7. Penerapan protocol kesehatan di masjid lingkungan sekitar responden
a. Penandaan shaf sholat

Penandaan shaf sholat merupakan salah satu protocol kesehatan yang dapat
diterapkan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19, hal ini sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI yang sebelumnya telah disebutkan
khususnya bagi pengelola rumah ibadah dalam hal ini pengelola masjid.
Sebanyak 68,3% responden menyatakan adanya penerapan protocol kesehatan
berupa penandaan shaf sholat di masjid lingkungan sekitarnya. Kemudian
31,7% responden menyatakan bahwa di masjid lingkungannya tidak
diberlakukan protocol penandaan shaf sholat. Hal ini menunjukkan sebagian
besar masjid sudah menerapkan penandaan shaf sholat, yang berarti adanya
jarak ketika melakukan kegiatan sholat berjmaah di masjid.
8. Tanggapan responden mengenai penerapan protocol kesehatan di masjid
lingkungan sekitarnya
Berhubungan dengan penerapan protocol kesehatan di masjid terutama adanya
jarak saat sholat berjamaah, 77,8% responden laki-laki menyetujui hal ini.
Berbagai alasanpun dinyatakan oleh responden laki-laki yang setuju, diantaranya
yaitu karena sesuai dengan yang diajurkan pemerintah dan protocol kesehatan
tidak menghalangi dalam pelaksanaan sholat berjamaah, untuk menekan angka
kasus Covid-19 dan demi kebaikan bersama serta untuk mencegah dan
mengantisipasi penyebaran Covid-19, meminimalisir kontak fisik dengan orang
lain. Selain itu ada juga yang setuju tetapi alangkah lebih baiknya diiringi juga
dengan pembatasan jamaah yang berasal dari luar daerahnya, kemudian dengan 37
diberlakukannya protocol ini jamaah yang tidak percaya dengan adanya Covid-
19 juga diharuskan mematuhi protocol sehingga penyebaran dapat diminimalisir.

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Namun disamping itu ada juga responden yang kurang atau bahkan tidak setuju
dengan diberlakukannya sholat berjarak di masjid ini. 22,2% responden laki-laki
menyatakan tidak setuju dengan beberapa alasan, salahsatunya bahwa sholat
dimasjid tidak dijarak karena Rasulullah sang uswatun hasanah sang contoh
terbaik mengajarkan kita untuk sholat tegak lurus dan rapatkan shaf maka
sebaiknya cukup dengan masker dan hand sanitizer saja tidak perlu berjarak,
selain itu ada juga yang tidak setuju karena karena masih zona kuning sehingga
tidak perlu adanya jarak dalam sholat berjamaah, ada juga yang kurang setuju
karena pada saat sholat jum’at berjamaah hanya bagian dalam saja yang diberi
jarak, untuk yang kebagian di luar tetap saja jaraknya cukup rapat, maka lebih
baik semua saja tidak usah diberi jarak, ada juga yang tidak setuju karena
memang di masjid daerahnya belum diterapkan protocol kesehatan.
Sementara itu di pihak responden perempuan juga sebagian besar setuju
walaupun masih ada juga yang kurang atau bahkan tidak setuju dengan
pemberlakuannya sholat berjamaah berjarak sebagai protocol kesehatan ini.
Sekitar 86% responden perempuan menyatakan setuju denga beberapa alasan,
diantaranya yaitu karena penerapan protokol kesehatan itu wajib di ikuti untuk
mengurangi terjadinya Covid-19, sudah menjadi kesepakatan bersama, harus
berhati-hati terhadap kontak fisik dengan orng lain, agar kemungkinan terjadinya
penyebaran Covid-19 mengecil bahkan terhenti, menjaga kesehatan sesama
jemaah karena orang yang masuk ke mesjid berasal dari mana saja sehingga
perlu adanya jarang tiap orang, sekarang dalam keadaan darurat, juga sebagai
bentuk dukungan dari kalangan beragama yang mendukung pemerintah dalam
upaya menghadapi Covid-19, agar lebih hati-hati dan sholat berjamaah tetap
berjalan. Namun 14,3% dari responden perempuan kurang setuju nahkan tidak
setuju dengan penerapan sholat berjamaah berjarak ini, beberapa alasan
diantaranya yaitu karena dengan memmbawa sejadah masing-masing dan
menggunakan masker saja sudah cukup, tidak perlu diberi jarak, karna dalam
shalat harus merapatkan dan meluruskan shaf ada, juga yang tidak setuju karena
memang tidak diberlakukannya sholat berjamaah berjarak, ada juga yang 37
menyatakan tidak setujua karena Covid itu sebenarnya dusta tidak ada dan sudah

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


ada banyak kasus yang dipaksa menandatangani pernyataan positif Covid
dengan iming-iming dibayar puluhan juta.

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


C. Dokumentasi

Gambar 1. dan Gambar 2. sedang wawancara bersama Bapak Engkim


(Dok. Ivie, 2020)

Gambar 3. sedang wawancara bersama Bapak yoyo


(Dok. Shinta, 2020)

Gambar 4. Sholat fardhu berjamaah di Masjid Al-Ikhlas Cimendong


(Dok. Shinta, 2020)
37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


Gambar 5. Sholat fardhu berjamaah di Masjid At-Tawakal Komplek Amerta
(Dok. Ivie, 2020)

Gambar 6. Keadaan di dalam Masjid Al-Muawanah


(Dok. Mafatih, 2020)

Gambar 7. Pembuatan jarak kurang dari 1 meter di Mushola As-salaam


(Dok. Mafatih, 2020)

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak


D. Screen shoot

37

Makalah Kelompok 2B Pendidikan Biologi 2018 | Kontroversi Sholat Berjamaah Berjarak

Anda mungkin juga menyukai