Anda di halaman 1dari 9

JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Salmonella sp DAN Shigella sp PADA FESES KUDA


BENDI DI BUKITTINGGI SUMATERA BARAT

Isolation and Identification of Salmonella sp and Shigella sp


on Feces of Bendi’s Horse in Bukittinggi
West Sumatera

Nelma Sari1, Erina2, Mahdi Abrar2, Elia Wardani3, Fakhrurrazi2, Razali Daud4
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
3
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
4
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Email: nelma.aii55@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Salmonella sp dan
Shigella sp pada feses kuda bendi di Bukittinggi Sumatera Barat. Sampel yang digunakan
adalah feses segar dari delapan ekor kuda bendi. Bakteri diisolasi dan diidentifikasi
berdasarkan metode Carter (1987) dengan metode quadrant streak. Koloni yang tumbuh dan
terpisah pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) dilakukan pewarnaan Gram serta
dilanjutkan dengan uji biokimia yaitu uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Uji katalase,
oksidase, Voges Proskauer (VP), Sulfid Indol Motility (SIM), Oksidatif/Fermentatif (O/F),
dan uji gula-gula yaitu glukosa, laktosa, mannitol, maltosa. Hasil identifikasi terhadap
delapan sampel feses kuda bendi hanya ditemukan Salmonella sp pada satu sampel. Oleh
sebab itu, dapat disimpulkan bahwa satu sampel (12,5%) positif adanya Salmonella sp dan
tidak ditemukan adanya Shigella sp pada feses kuda bendi di Bukittinggi Sumatera Barat.
Kata kunci: Kuda bendi, Feses, Salmonella sp, Shigella sp.

ABSTRACT
This study was done to isolate and identify the Salmonella sp and Shigella sp on feces
of bendi horse in Bukittinggi Sumatera Barat. The sample used was fresh feces of eight bendi
horses. The bacteria were isolated and identified by the Carter (1987) methode with
quadrant streak methode. Separated colonies which grown in Salmonella Shigella Agar (SSA)
media were continued by Gram staining methode then continued with biochemical test such
as Triple Sugar Iron Agar (TSIA) test, catalase test, oxidase, Voges Proskauer (VP), Sulphite
Indol Motility (SIM), Oxidative/Fermentative (O/F), and sugar test such as glucose, lactose,
mannitol, maltose. The Salmonella sp was identified in one sample from eight samples. In
conclusion, about one sampel (12,5%) is positive there are Salmonella sp and Shigella sp
doesn’t found on feces bendi horse in Bukittinggi West Sumatera.
Keywords:Bendi’s horse, Feces, Salmonella sp, Shigella sp

PENDAHULUAN
Kuda merupakan salah satu spesies mamalia dari genus Equus yang termasuk ke
dalam hewan herbivora monogastrik (non ruminansia) (Maswarnai, 2014). Pada awal
kehidupan manusia, kuda hanya dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Akan tetapi, saat ini
kuda sudah dijinakkan sehingga peranannya menjadi semakin banyak dalam kehidupan
manusia. Peran ini dapat dilihat dari pemanfaatan kuda yang tidak hanya sebagai sumber
pangan (daging dan susu), namun sekarang sudah menjadi alat transportasi, rekreasi, dan
olahraga (Angga, 2009).
Penggunaan kuda di Indonesia sangat beraneka ragam, selain digunakan untuk
olahraga dan tunggang, kuda juga digunakan sebagai alat transportasi yang dikenal sebagai

402
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

delman, yang mana di Bukittinggi dikenal dengan istilah bendi (Soehardjono 1990 dalam
Sukareksi dkk., 2015). Saat ini bendi merupakan alat angkutan umum semenjak dulu hingga
sekarang masih ada. Tidak hanya itu bendi merupakan suatu sistem pendukung mata
pencarian bagi masyarakat, di mana ada yang merupakan milik dari kusir bendi tersebut yang
langsung menjalankan bendinya sendiri dan atau hanya memiliki bendi tapi dijalankan oleh
orang lain (Vivindra dkk., 2015; Jannah, 2013).
Menurut Ishakawi yang disitasi oleh Vivindra dkk (2015), pada era globalisasi
sekarang ini angkutan bermesin menyebabkan berkurangnya populasi bendi sebagai alat
angkutan tradisional dan nilai fungsi bendi pun dimata masyarakat mulai menurun. Tidak
hanya itu populasi bendi pun menurun disebabkan oleh penyakit , termasuk bendi yang ada di
Kota Bukittinggi. Penyakit yang sering dialami oleh kuda bendi antara lain, sakit perut/kolik,
tetanus, dan kram kaki (Angga, 2009).
Kolik merupakan penyakit yang sering diderita oleh kuda. Kolik adalah istilah rasa
sakit pada abdomen kuda. Kolik berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup kuda jika tidak
segera diobati. Agen penyebab kolik adalah akibat kesalahan manajemen kuda seperti
perlakuan yang berlebihan terhadap kuda, kesehatan yang menurun serta pengaruh lingkungan
yang buruk sehingga mikroorganisme mudah menyerang kuda. Salah satu agen penyebab
penyakit adalah bakteri. Bakteri yang biasa hidup disaluran pencernaan kuda adalah
Eschericia coli, Proteus sp, Pasteurella sp, Salmonella sp, Shigella sp, dll (Anderson disitasi
oleh Meilany, 2001) yang umumnya dapat menyebabkan sakit perut dan diare. Salmonella sp
dan Shigella sp termasuk ke dalam kelompok Enterobacteriaceae. Bakteri ini umumnya
merupakan bakteri patogen yang biasa menghuni saluran pencernaan baik pada manusia
maupun hewan, termasuk dalam saluran pencernaan kuda (Marlina dkk., 2010).
Shigella sp merupakan bakteri patogen pada hewan dan manusia (Suyana dkk., 2015).
Morfologi dari Shigella sp adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang, tidak
berspora, tidak berkapsul, dan tidak motil, berukuran 0,5x1-3µm, tumbuh optimum pada
suhu 37˚C dan pH 7,4 (Parija, 2012; Sari, 2012). Sedangkan morfologi dari Salmonella sp
adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang, berukuran 1-3µm, tidak membentuk
spora, bersifat motil, dan tumbuh optimum pada suhu 37˚C dan pH 6,8 (Parija, 2012).
(Hosseini dkk., 2007) melaporkan bahwa shigellosis adalah penyakit endemik di dunia
dan umumnya disebabkan bakteri Shigella dan menyebabkan diare. Penyakit Shigellosis ini
bersifat akut dan menjadi salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mprtalitas pada
anak-anak di negara berkembang (Iswadi, 2012). Infeksi oleh Salmonella sp dikenal sebagai
Salmonellosis dan bersifat zoonosis. Kebanyakan Salmonella patogen pada binatang yang
reservoir dan dapat juga menginfeksi manusia (Brooks dkk., 2005) Bakteri penyebab
Salmonellosis dan Shigellosis juga dapat ditemukan pada hewan yang asimtomatis atau yang
carrier (Rahmi dkk., 2014).
Menurut Canton dkk (2016), Salmonellosis pada kuda akan memperlihatkan gejala
diare yang kronis dan kondisi tubuh yang lemah. Sedangkan Salmonellosis pada manusia
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan dan dapat menyebabkan demam tifoid. Begitu
juga Shigellosis dapat menyebabkan gangguan pada organ pencernaan dengan gejala diare
berdarah, demam dan nyeri pada abdomen (Sulaeman, 2015). Karena kedua penyakit tersebut
bersifat zoonosis maka perlu dilakukan penelitian tentang bakteri Salmonella sp dan Shigella
sp pada feses kuda bendi agar tidak tertular kepada manusia. Hal ini disebabkan karena
dekatnya hubungan antara masyarakat di Bukittinggi dengan kuda bendi. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi Salmonella sp dan Shigella sp pada feses
kuda bendi di Bukittinggi Sumatera Barat.

MATERI DAN METODE

403
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ose, spritus, objek glass,
mikroskop, inkubator, pipet tetes, rak tabung reaksi, tabung reaksi, kertas label, pulpen,
autoclave, cawan petri, lampu bunsen, tissu, swab steril dan kapas. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan adalah feses segar dari delapan ekoor kuda bendi, media spesifik yang
digunakan adalah Nutrien Broth (NB), Salmonella Shigella Agar (SSA), indol, Methyl Red-
Voges Proskauer (MR-VP), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Nutrient Agar (NA), Simmons
Citrate, Sulfid Indol Motility (SIM), media gula-gula ( laktosa, maltosa, sukrosa, glukosa dan
manitol), katalase/oksidase, urea, Kalium Cianida (KCN), Oksidasi/ Fermentasi (O/F), lysin,
ornithin, phenylalanin, gelatin, alkohol 96%, larutan Methil Red, reagen Kovac’s, kristal
violet, lugol, safranin, aquades dan minyak emersi. Kuda bendi yang berjumlah 8 ekor dengan
umur berkisar 3 sampai 5 tahun diambil fesesnya, feses dimasukkan ke dalam media Nutrien
broth (NB). Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Bakteriologi Balai Veteriner
Bukittinggi untuk diinkubasikan selama 24 jam dengan suhu 37˚C, selanjutnya dilakukan
pewarnaan sederhana untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang tumbuh. Isolasi dilakukan
berdasarkan metode Carter, Masukkan ose steril ke dalam media Salmonella enrichment broth
yang telah dieramkan selama 24 jam, goreskan ose tersebut pada media Salmonella Shigella
Agar (SSA) dengan goresan kuadrant streak. Masukkan plate tersebut ke dalam inkubator
pada suhu 37˚C selama 24 jam. Selanjutnya amati morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada
media SSA dan lanjutkan dengan pewarnaaan Gram. Pisahkan koloni yang telah diamati
berdasarkan morfologi koloni dan pengamatan Gram. Goreskan pada media Natrium Agar
(NA) miring sebagai stok koloni yang akan diidentifikasi. Biakan bakteri di NA miring yang
dieramkan selama 24 jam pada suhu 37˚C ditanam pada media IMVIC yaitu Indol, Methyl
Red-Voges Proskauer (MR-VP), Simmons Citrate Agar, Sulfid Indol Motility (SIM), dan
Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Lakukan juga uji biokimia pada gula-gula yaitu manitol,
glukosa, sukrosa, maltosa, laktosa. Inkubasikan selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C dan catat
perubahan yang terjadi pada media tersebut. Untuk Uji indol ditambahkan reagen Kovac’s,
media MR-VP dibagi menjadi 2, yang VP ditambahkan KOH 40% dan α naptol sedangkan
untuk MR ditambahkan 5-10 tetes larutan methil red setelah 48˚C diinkubasikan.

Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan morfologi koloni
terhadap bakteri Salmonella sp dan Shigella sp, pewarnaan Gram serta pengujian biokimia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Isolasi Salmonella sp dan Shigella sp
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah feses dari delapan ekor kuda bendi
yang diinokulasi kedalam Salmonella enrichment broth untuk membiakkan bakteri.

404
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

Gambar 1. Biakan bakteri dalam media biakan Salmonella enrichment broth


Selanjutnya dilakukan pewarnaan sederhana untuk melihat ada atau tidaknya bakteri
yang tumbuh. Hasil pengamatan terbukti adanya bakteri yang tumbuh dapat dilihat pada
Gambar 2. Setelah itu dilakukan penanaman pada media Mc Konkey dengan metode quadrant
streak. Isolasi Salmonella sp dan Shigella sp pada media Mc Konkey diperoleh pertumbuhan
bakteri dengan morfologi berbentuk bulat, bening, permukaan cembung, dan rata. Dapat
dilihat pada Gambar 3. Tampilan koloni Shigella sp. yang dihasilkan pada Mc Konkey agar
adalah tidak berwarna dan tidak meragi laktosa (Non Lactose Fermenter) kecuali Shigella
sonnei.

Gambar 2. Hasil pewarnaan sederhana dengan pembesaran 1000x

Gambar 3. Koloni bakteri pada media Mc Konkey

Mc Konkey merupakan media selektif untuk isolasi bakteri enterik Gram negatif.
Media ini mengandung garam empedu yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif (Amri dkk., 2017).

Identifikasi Salmonella sp dan Shigella sp


Identifikasi bakteri meliputi pemeriksaan morfologi, pewarnaan Gram, dan uji biokimia.
Kismiyati dkk (2009), pengamatan yang dilakukan meliputi warna, bentuk, tepian koloni,
elevasi atau permukaan koloni dan struktur dalam koloni.
Tabel 1. Hasil yang diinokulasi pada media Salmonella Shigella Agar (SSA)
405
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

No. Sampel Bentuk Ukuran Pigmentasi Permukaan Tepi Elevasi Aspek Koloni

1 A Bulat Kecil Bening Halus Rata Cembung Mengkilat

2 B Bulat Sedang Bening Halus Rata Cembung Mengkilat

3 C Bulat Sedang Bening- Halus Rata Cembung Mengkilat


hitam

4 D Bulat Sedang Bening Halus Rata Cembung Mengkilat

5 E Bulat Sedang Bening Halus Rata Cembung Mengkilat

6 F Bulat Sedang Bening Halus Rata Cembung Mengkilat

7 G Bulat Sedang Bening Halus Rata Cembung Mengkilat

8 H Bulat Sedang Pink-hitam Halus Rata Cembung Mengkilat

Gambar 4. Koloni Salmonella sp pada media SSA


Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1. satu sampel terdapat koloni yang hitam
dan black center, hasil ini diduga sebagai bakteri Salmonella sp yang menghasilkan H2S. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Zaraswati (2006), bahwa hasil uji SSA memberikan zona kuning
diantara koloni hitam dan pertumbuhan mikrobanya berwarna merah atau hitam. Mikroba
melakukan reduksi tiosulfat menjadi sulfat sehingga terlihat sebagai koloni hitam. Beberapa
salmonella sp menghasilkan bulatan hitam ditengah koloni (black centre) sebagai hasil
produksi gas H2S. Hasil pengamatan pada media SSA ditemukan koloni berbentuk bulat,
cembung dan berwarna hitam ini diduga sebagai Salmonella sp. Pada bakteri Shigella sp pada
SSA, koloni tampak kecil dan halus serta tidak berwarna.

Pewarnaan Gram dilakukan pada koloni yang terpisah dengan menggunakan reagen
aquades, kristal violet, lugol, alkohol 96%, dan safranin. Menurut Aminollah dkk (2016),
Pewarnaan differensial menggunakan lebih dari sat pewarna dan memiliki reaksi yang
berbeda untuk setiap bakteri. Pewarnaan differensial yang sering digunakan adalah pewarnaan
gram, mampu membedakan antara bakteri Gram negatif dan bakteri Gram positif. Pewarnaan
Gram ini dilakukan pada semua sampel penelitian. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada
Tabel 2.

406
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

Tabel 2. Hasil pengamatan pada pewarnaan Gram


No. Sampel Bentuk Warna Sifat Gram
1 A Basil Pink Negatif
2 B Basil Pink Negatif
3 C Basil Pink Negatif
4 D Oval-Basil Pink Negatif
5 E Basil Pink Negatif
6 F Basil Pink Negatif
7 G Basil Pink Negatif
8 H Basil Pink Negatif

Gambar 5. Hasil pewarnaan Gram, berbentuk basil dengan pembesaran 1000x

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel.2 diketahui bahwa bakteri pada delapan sampel
termasuk ke dalam golongan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif relatif lebih
kompleks dibandingkan bakteri gram positif. Bakteri Gram negatif mempunyai tiga lapisan
yaitu lapisan luar berupa lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida dan lapisan dalam
berupa peptidoglikan. Bakteri Gram negatif ditandai dengan berbentuk basil dan berwarna
pink. Warna pink dikarenakan baktei Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis
dan permeabilitas yang tinggi sehingga mudah melepas zat warna kristal violet sehingga
bakteri hanya meyerap warna safranin (Amri dkk., 2017).
Bakteri Gram negatif akan berwarna merah karena lipid di dalam dinding sel akan larut
karna pencucian dengan alkohol menyebabkan lipid luruh dan menyebabkan terlepasnya zat
warna kristal violet dan bakteri akan berwarna merah muda setelah diberikan zat warna
safranin (Lay, 1994). Setelah dilakukan pewarnaan Gram selanjutnya dilakukan uji biokimia
untuk mengidentifikasi bakteri Salmonella sp dan Shigella sp pada feses kuda bendi. Hasil uji
biokimia dapat dilihat pada tabel dan gambar.
Identifikasi koloni dengan uji biokimia bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri
dalam memproduksi gas H2S dan karbohidrat (uji katalase dan TSIA), memfermentasi gula
(glukosa, sukrosa, laktosa, mannitol), daya gerak bakteri (uji SIM), serta produksi asam
campuran (uji MR-VP). Pada setiap uji ini koloni diinokulasikan pada media spesifik dan
diamati perubahan setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 37oC.

407
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

Gambar 6. Hasil uji biokimia positif Salmonella sp

Tabel 3. Hasil Identifikasi bakteri Salmonella sp dan Shigella sp


Sampel
Pelakuan A B C D E F G H
Koloni Bening Benin Bening- Bening Bening Bening Bening Pink-hitam
(Warna, bentuk) g hitam
Gram (-) bac (-) (-) bac (-) bac (-) bac (-) bac (-) bac (-) bac
bac
Aerob/Anaerob A A A A A A A A
TSIA M/M K/K M/H K/K K/K K/K M/K K/K
Gas - - - + + + - -
H2S - - + - - - - -
Katalase - + + + + + + +
Oxidase - - - - - - - -
Motilitas - + + + + + + +
Indol - - - - - + + -
Urea - + + + + + - +
Sitrat - + - ± + ± ± -
Laktosa + - - - - + + -
Glukosa + + + + + + + +
MR + - + + - + + -
VP - + - + + + - +
OF - + - + + + - +
KCN - + + + + + + +
Lysin + - + + + + - -
Ornithn + - + + + + + -
Phenylalanin - - + - - - + -
Gelatin - - + - - - - -
Keterangan : + (positif), - (negatif), (-)bac (Gram negatif-bacil), A (Aerob), M/M (merah),
K/K (kuning), M/H (merah-hitam), M/K (merah-kuning)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hanya satu sampel positif Salmonella
sp dan tujuh sampel negatif Salmonella sp. Tidak ditemukan adanya pertumbuhan Shigella sp
pada semua sampel.
Hasil dari uji indol diperoleh negatif yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna
merah pada permukaan setelah diberikan reagen Kovac’s sebanyak 5-10 tetes. Menurut
Antriana (2014), reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada permukaan
medium. Uji indol digunakan untuk mengetahui adanya enzim triptofanase pada bakteri yang
dapat menghidrolisis asam amino triptofan menjadi indol dan asam piruvat. Asam amino
triptofan merupakan asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini
dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi. Adanya indol
408
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

dapat dideteksi dengan menggunakan reagen Kovac’s yang akan membentuk lapisan atau
cincin merah pada permukaan medium. Uji indol juga dapat dgunakan untuk melihat adanya
motilitas dari bakteri. Dengan menggunakan media SIM dapat diketahui pergerakan bakteri.
Apabila pertumbuhan bakteri menyebar dari tusukan maka dapat dikatakan positif untuk
motilitas. Pada bakteri Salmonella sp positif dengan terbentuknya presipitat berwarna hitam
karena memproduksi H2S dan bersifat motil, sedangkan Shigella sp tidak bersifat motil.
Pada uji TSIA berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri menghasilkan gas, H2S atau
tidak. Media yang digunakan mempunyai dua bagian yaitu slant (miring) dan butt (tusuk).
Reaksi spesifik untuk salmonella pada TSIA adalah pada bagian slant berwarna
merah/alkaline (reaksi basa), memproduksi H2S (kehitaman pada agar hingga menutupi warna
agar dasar, dengan atau tanpa memproduksi gas) ( Sari, 2012).
Uji Simmon’s citrate bertujuan untuk menentukan apakah bakteri menggunakan natrium
sitrat sebagai sumber karbon. Bakteri yang dapat menggunakan sitrat akan menggunakan
garam amonium dan menghasilkan amonia, sehingga asam akan dihilangkan dari medium dan
menyebabkan peningkatan pH. Peningkatan pH ini yang akan mengubah warna medium dari
hijau menjadi biru (Putri, 2016). Salmonella sp dan Shigella sp positif menggunakan sitrat.
Hanes (2003) menyatakan, bahwa pada uji gula-gula Salmonella sp. tidak mampu
memfermentasikan laktosa melainkan hanya glukosa saja. Ditandai dengan perubahan warna
media dari biru menjadi kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa.
Salmonella sp uji katalase positif, sedangkan oksidase negatif. Sedangkan bakteri Shigella sp
meragi glukosa kecuali spesies Shigella sonnei, yang tidak memfermentasikan laktosa
(Nygren dkk., 2012).
Dari hasil pengamatan uji biokimia terdapat satu sampel yang positif Salmonella sp yaitu
sampel A dan C, sedangkan untuk bakteri Shigella sp hasilnya negatif (tidak terdapat bakteri
Shigella sp). Diduga kuda bendi tersebut merupakan hewan carrier karena tidak ada gejala
klinis dari infeksi Salmonella sp. Pada hewan carrier, bakteri tetap ada dalam tubuh penderita
selama periode yang panjang yaitu beberapa bulan atau bertahun-tahun (Portillo yang disitasi
oleh Ariyanti dan Supar, 2005).

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Salmonella sp dapat diisolasi
dan diidentifikasi pada satu dari delapan sampel yang diperiksa (12,5%) positif Salmonella,
akan tetapi pada ke delapan sampel feses kuda bendi di Bukittinggi Sumatera Barat tidak
ditemukan adanya Shigella sp.

DAFTAR PUSTAKA
Aminollah., B. Irawan, dan A. Supriyanto. 2016. Isolasi dan identifikasi bakteri patogen Eschericia
coli dan Salmonella sp pada kotoran kelelawar di gua pongangan, gresik dan gudang talun
Bojonegoro Jawa Timur. Jurnal Sains dan Teknologi.
Amri, F., S. Arman, dan Darniati. 2017. Isolasi dan identifikasi bakteri enterik pada feses gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di pusat konservasi gajah (PKG) Saree Aceh Besar.
JIMVET. 01(3):305-315.
Angga. 2019. Performa Kuda Delman Sebagai Alat Transportasi di Kota Bogor. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Antriana, N. 2014. Isolasi bakteri asal saluran pencernaan rayap pekerja (Macrotermes spp). Jurnal
Saintifika. 16(1):18-28.
Ariyanti, T, dan Supar. 2005. Problematik Salmonellosis pada Manusia. Lokalkarya Nasional Penyakit
Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.
Brooks, G.F., J.S. Butel, dan S.A. Morse. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Jakarta.

409
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 Juli 2018, 2(3):402-410

Canton, J., M. Mascioli, dan M. Catena. 2016. Routine environmental surveillance and rep-pcr
fingerprinting for the management of a complex Salmonella outbreak in a veterinary equine
teaching hospital. Journal of equine Veterinary Science. 39:S2-S6.
Hanes, D. 2003. Nontyphoid Salmonella. Di dalam : Miliotis, M. D., Bier, J. W, penyunting.
International Handbook of Foodborne Pathogens. Marcel Dekker, Inc. New York.
Hosseini, M.J., R. Ranjbar, H. Ghasemi, dan H.R. Jalalian. 2007. The prevalence and antibiotic
resistance of Shigella sp recovered from patients admitted to bouali hospital, tehran, iran
during 1999-2001. Pakistan Journal of Biological Sciences. 10(160):2778-2780.
Iswadi. 2012. Isolasi fage litik spesifik Shigella sp. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 4(2):112-117.
Jannah, M. 2013. Penerapan tarif Angkutan Bendi di Kota Wisata Bukittinggi. Skipsi. Fakultas
Syari’ah dan Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Kismiyati., S. Subekti, dan R.W.N. Yusuf. 2009. Isolasi dan identifikasi bakteri Gram negatif pada
luka ikan maskoki akibat infestasi ektoparasit Argulus sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 1(2).
Lay, W.B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Marlina, E.T., Y.A. Hidayati, dan W. Juanda. 2010. Jumlah bakteri total dan Enterobacteriaceae pada
kompos campuran feses kuda dan feses sapi potong pada imbangan berbeda. Jurnal ISSN.
12(3):16-19.
Maswarni. 2014. Manajemen Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kuda. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nygren, B.L., K.A. Schilling, E.M. Blanton, B.J. Silk, D.J. Cole, dan E.D. Mintz. 2012. Foodborne
outbreaks of shigellosis in the USA. Journal of US National Library of Medicine National
Institutes of Helath. 141(2):233–241.
Parija, S.C. 2012. Microbiology Immunology 2nd Edition. Elsevier, India.
Putri, R.W.A. 2016. Identifikasi Bakteri Eschericia coli dan Salmonella sp pada Jajanan Batagor di
Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Rahmi, E., D. Agustina, dan F. Jamin. 2014. Isolasi dan Identifikasi genus Salmonella dan Shigella
dari feses Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di pusat reintroduksi Orangutan, Jantho. Jurnal
Medika Veterinaria. 8(1).
Sari, D.A. Purnama. 2012. Isolasi dan Identifikasi Salmonella enteridis pada telur Saluran Pencernaan
dan Feses Ayam Ras dari Peternakan di Gunung Sindur Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Intitut Pertanian Bogor.
Sukareksi, H, dan Nurhidayat. 2015. Deformasi sendi tarsus pada preparat kaki belakang kuda delman.
Jurnal Kedokteran Hewan. 9(2):135-140.
Sulaeman, L.P. 2015. Deteksi Bakteri Eschericia coli dan Shigella sp dalam Telur Balado Serta
Resistensinya terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Suyana, E.K, dan Y. Oktalina. 2015. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun salam
(Syzygium polyanthum) terhadap daya anti bakteri Shigella dysentriae secara in vitro. Jurnal
Teknologi Laboratorium. 4(1).
Vivindra, R.D., Syamsir, dan Nurman. 2015. Eksistensi Bendi dalam Perspektif Budaya di Kota
Padang, Provinsi Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang.
Zaraswati, D. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

410

Anda mungkin juga menyukai