Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ruminansia merupakan ternak yang termasuk ke dalam kelompok hewan bertulang
belakang, mempunyai rahang, memiliki kaki berkuku genap dan tanduk yang strukturnya
berongga, menyusui anaknya dan mempunyai sistem pencernaan makanan yaitu memamahbiak.
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian yaitu rumen, reticulum, omasum dan abomasum.
Contoh hewan yang termasuk ruminansia adalah sapi dan kambing (Khasanah, 2009). Sapi
merupakan ternak ruminansia yang paling dikenal di daerah tropis. Secara tradisional pakan
ternak ruminansia berasal dari limbah pertanian yang merupakan pakan berserat kasar tinggi.
Sekitar 60% sampai 75% pakan ternak sapi dalam bentuk serat kasar terdiri atas karbohidrat
seperti selulosa, hemiselulosa, pektin dan ligin (Jusmaldi, 2002). Kambing adalah jenis ternak
yang tergolong dalam ruminansia kecil dan kambing Kacang merupakan bangsa kambing lokal
yang ada di Indonesia. Menurut Abadi et al. (2015) kambing Kacang memiliki bobot badan lebih
kecil jika dibandingkan dengan bangsa kambing lainnya. Selain itu, kambing Kacang juga
memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik
di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat
sederhana serta kambing ini dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging dan kulit (Pamungkas
et al., 2009).
Umumnya sapi dan kambing ini dipelihara secara tradisional dalam skala kepemilikan kecil
sehingga pemeliharaannya kurang diperhatikan dan dapat menyebabkan hewan mudah terserang
oleh parasit. Kambing Kacang memiliki kelebihan dan peranan yang sangat penting tetapi ternak
ini sangat rentan terserang oleh penyakit. Salah satu penyakit utama pada ternak kambing adalah
penyakit parasiter saluran pencernaan (Winarso, 2018). Parasit terdiri dari 2 jenis yaitu
ektoparasit merupakan parasit yang hidup di luar tubuh inang, sedangkan endoparasit merupakan
parasit yang hidup di dalam tubuh inang. Endoparasit merupakan parasit yang hidup di dalam
tubuh hospes (inang) sehingga penyakit yang disebabkan dapat bersifat lokal maupun sistemik.
Parasit memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap jaringan hospes sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis yang serius (Natadisastra dan Agoes, 2009).
Endoparasit dapat ditemukan pada otak, hati, paru-paru, jantung, ginjal, kulit, otot, darah, dan
saluran pencernaan. Hewan ternak yang terinfeksi endoparasit biasanya lesu, pucat, kondisi
tubuh menurun bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penyakit parasit gastrointestinal akibat
infeksi cacing merupakan penyakit dalam tubuh yang menginfeksi saluran pencernaan ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, babi, dan mamalia lainnya. Penyakit
parasit akibat infeksi cacing tidak langsung menyebabkan kematian hewan ternak, namun 4
menyebabkan kerugian dari segi ekonomi, diantaranya penurunan berat badan, penurunan
kualitas daging, jeroan dan kulit, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada
ternak potong dan kerja, dan bahaya penularan pada manusia dapat terjadi (Rahayu, 2015).
1.2. Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui jenis endoparasit pada hewan
menggunakan metode natif, pengapungan dan sedimentasi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian pada sampel feses sapi dan kambing menyatakan positif
helminthiasis, dimana terdapat telur cacing trichuris dan strongyle pada sapi dan kambing yang
dengan menggunakan metode natif (pemeriksaan parasit secara cepat), pengapungan lebih akurat
daripada pemeriksaan natif dengan hasil pandangan yang lebih jernih dengan menggunakan
larutan gula jenu serta metode sedimentasi untuk mendeteksi adanya telur trematoda yang jarang
ditemukan dengan metode natif karena telur cacing trematoda memiliki ukuran yang besar dan
berat.

DAFTAR PUSTAKA
Abadi T, Lestari CMS, Purbowati T. 2015. Pola Pertumbuhan Bobot Badan Kambing Kacang
Betina di Kabupaten Grobogan. Animal Agricoulture Journal, 4(1): 93-97
Agoes Ridad. Natadisastra Djaenudin. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.
Jusmaldi. “Keragaman Protozoa Simbion Dalam Rumen Sapi dan Kerbau Lumpur di Sumatera
Barat”. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor, 2002.
Khasanah Usmaul. “Identifikasi Ciliata di Dalam Rumen Sapi Brahaman Cross, Peranakan
Ongole, Sumba Ongole dan Frisien Holstein dari Daerah Lampung”. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009.
Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M, Sihite E. 2009. Potensi Plasma Nutfah Kambing
Lokal Indonesia. Sumatra Utara: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Rahayu Sri. “Prevalensi Nematodiasis Saluran Pencernaan Pada Sapi Bali (Bos sondaicus) di
Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang”. Skripsi: Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar, 2015.
Winarso A. 2018. Infeksi Parasit Gastrointestinal pada Kambing di Kupang, ARSHI Vet Lett,
2(2): 25-26.

Anda mungkin juga menyukai