Nur Aulia
Semester 3
05041181823004
Dosen Pembimbing:
Dr. drh. Langgeng Priyanto, M.Si
Dr. Eli Sahara, S.Pt, M.Si
29 Oktober 2019
Windu Darma Setiawan
Krisma Dwi Saputra
Isna
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
1.2. Tujuan
Pratikum kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penampungan
sperma dengan menggunakan metode masese atau dengan metode pengurutan,
juga untuk mengetahui ayam jantan apa yang dapat di masase serta untuk
mengetahui sperma yang didapatkan baik berupa bentuk, warna, dan lain-lain.
1.3. Manfaat
Pratikum kali ini kita dapat memperoleh manfaat yaitu mengetahui
bagaimana cara penampungan sperma dengan menggunakan metode masese atau
dengan metode pengurutan, juga mengetahui ayam jantan apa yang dapat di
masase serta mengetahui sperma yang didapatkan baik berupa bentuk, warna, dan
lain-lain.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Sriwijaya
4
2.2. Masase
Masase atau metode Pengurutan merupakan metode penampungan semen
melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda,
dan pada ternak unggas seperti kalkun dan ayam. Pada ternak besar metode
pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut
memiliki potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melakukan perkawinan
secara alam, baik karena nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah
dengan kakinya seperti lumpuh atau pincang dan cedera. Sedangkan pada ternak
ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode
penampungan yang paling baik hasilnya (Hulfah. 2017).
Penampungan semen dengan metode masese atau metode pengurutan
dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam jantan, dan yang seorang
lagi melakukan pengambilan semen. Penampungan semen dilakukan sebelum
ayam diberi makan, agar semen tidak tercampur dengan kotoran pada saat
pemerahan. Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara pengurutan atau
massage pada bagian punggung ayam jantan, dimulai dari pangkal leher terus
kepunggung hingga pangkal ekor. Pengurutan ini dilakukan berulang kali pada
ayam pejantan yang menunjukkan ereksi maksimal atau rangsangan. Hal ini
ditandai dengan merenggangnya bulu ekor keatas dan penis mencuat keluar dari
permukaan kloaka dan mengeluarkan cairan bening. Cairan bening ini harus di
bersihkan jangan sampai bercampur dengan semen karena akan mengakibatkan
koagulasi (penggumpalan) sperma (Hijriyanto M, Dasrul, Thasmi CN. 2017).
2.3. Spermatozoa
Spermatozoa atau spermatozoid atau sel sperma berasal dari BahasaYunani
Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup yang merupakan sel dari sistem
reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah
seldengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
seminiferus atau yang dikeluarkan dari testis belum motil, motilitasnya baru
diperoleh setelah mengalami aktivasin atau pematanganfisiologia di dalam
epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam epididimisdan vas deferens
selama beberapa hari (Garner, D. L. & E.S.E. Hafez. 2011).
Kriteria Sperma Normal untuk jumlah sperma normalnya sekitar 10-20 juta
per mililiter ejakulat air mani dengan jumlah sekitar 2-6 mili meter. Minimal 60%
nya harus merupakan sperma yang sehat serta mampu bergerak dan 15% bergerak
lurus dan cepat. Bentuk kepala sperma normal adalah bulat lonjong atau oval bila
dilihat dari depan, dan bila dilihat dari samping berbentuk pipih. Sperma yang
bergerak ini mempunyai ekor yang panjang dan berujung lancip, ia akan terus
bergerak seperti cambuk. Tenaga yang menggerakkan ekor sperma ini diperoleh
dari bagian lehernya, karena mempunyai sumber energi yang diolah di bagian
mitokondrianya. Bahan-bahan baku diperoleh dari air mani yang susunan
kimiawinya agak kompleks terdapat berbagai zat yang penting untuk kehidupan
sperma dan daya tahan sperma (Bebas W, Laksmi DNDI. 2013).
Bentuk sel ini memiliki 3 bagian yaitu bagian kepala, tengah, dan ekor. Pada
bagian kepala terdapat inti sel, bagian tengah mengandung banyak mitokondria
yang berfungsi sebagai sumber energi untuk pergerakan dan bagian ekor bertugas
untuk mendorong sehingga sel sperma ini dapat bergerak. Struktur Sperma yaitu
sperma berbentuk seperti kecebong dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala,
leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti atau nucleus.
Bagian leher menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor
berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala (Johari
S, Ondho YS, Wuwuh S, Henry YB, Ratnaningrum. 2011).
Selanjutnya kepala pada sel sperma berbentuk lonjong dan terdapat inti sel
dengan kadungan informasi genetic berupa DNA di dalamnya. Informasi genetic
ini akan bertemu dengan informasi genetic dari sel telur dan akan menentukan
apakah janin nya seorang laki-laki ataupun perempuan. Kepala sperma berbentuk
lonjong, mengandung nukleus, inti tersebut mengandung DNA atau informasi
genetik yang akan diwariskan nantinya. Kepala sperma juga terdapat enzim-
enzim, seperti enzim hialuronidase, yang berfungsi untuk menembus lapisan
koronaradiata pada ovum dan enzim akrosin yang menembus zona pelusida. Pada
Universitas Sriwijaya
7
kepala sperma ini juga diselubungi oleh dua enzim yang membantu sel sperma
untuk menembus pertahanan reproduksi betina (Iskandar, S., R. 2016).
Bagian tengah sperma ini dibungkus oleh mitokondria yang merupakan
sumber energi bagi sperma yang berguna sebagai sumber energy bagi sel sperma
dalam menjalankan aktivitasnya. Di dalam mitokondria ini, terdapat 11 buah
mikrotubulus, serta mempunyai ATP untuk menghidrolisis atau mengolah ATP
sebagai bahan utama sumber energi. Badan atau corpus, banyak mengandung
mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Ekor sperma berupa flagella atau alat gerak berbentuk sitoskeleton yang
berukuran panjang yang berfungsi mendorong sperma kedepan, dengan
kecepaatan 30 inci/jam. Ekor berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke
dalam vas deferens dan ductus ejakulotoris (Iskandar, S., R. 2016).
Dari jutaan sperma hanya satu saja yang nantinya berhasil mebuahi telur,
sedangkan yang lainnya mati di tengah perjalanan menuju telur. Sperma yang
berhasil membuahi telur adalah sperma yang unggul mengingat perjalanan
mencapai lokasi telur sangat jauh dan melewati banyak rintangan. Mungkin
maksud dari Penciptanya adalah agarcacat bawaan tidak banyak terjadi.
Bayangkan saja bila semua spermatermasuk sperma yang lemah pun bisa
membuahi telur. Walaupun jumlahnya tidak mencapai 10 juta per milimeter,
tetapi denganmutu sperma yang baik dan jumlah gerak sperma yang cepat dan
cukup, maka kemungkinan besar akan berhasil membuahi telur (Garner, D. L. &
E.S.E. Hafez. 2011).
sel sperma harus memiliki gerakan yang cepat dan gesit untuk mencapai sel
telur. Ternak janta dianggap memiliki motilitas normal jika 40% dari keseluruhan
sperma bergerak dan setidaknya 32% harus berenang dalam gerakan maju atau di
dalam lingkaran besar. Gerakan sel sperma sendiri sebenarnya bermacam-macam
tergantung pada strukturnya. Beberapa mungkin ada yang mengalami kelainan
seperti bentuk ekor yang lebih pendek sehingga menyebabkan gerakannya tidak
lincah ketika menuju ovarium (Bebas W, Laksmi DNDI. 2013).
Universitas Sriwijaya
7
BAB 3
METODELOGI
8 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Setelah melakukan pengamatan praktikum Penampungan Dan Evaluasi
Sperma Ayam didapatkan hasil sebagai berikut.
9 Universitas Sriwijaya
10
Ayam Jantan -
4.2. Pembahasan
Adapun utuk hasil dan pembahasan, untuk hasil dapat dilihat pada tabel dan
gambar diatas, Masase atau metode Pengurutan merupakan metode penampungan
semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar seperti sapi, kerbau,
kuda, dan pada ternak unggas seperti kalkun dan ayam. Penampungan semen
dengan metode masese atau metode pengurutan dapat dilakukan oleh dua orang.
Satu orang memegang ayam jantan, dan satu orang lagi melakukan pengambilan
semen. Penampungan semen dilakukan sebelum ayam diberi makan, agar semen
tidak tercampur dengan kotoran pada saat pemerahan.
Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara pengurutan atau massage
pada bagian punggung ayam jantan, dimulai dari pangkal leher terus kepunggung
hingga pangkal ekor. Pengurutan ini dilakukan berulang kali pada ayam pejantan
yang menunjukkan ereksi maksimal atau rangsangan. Hal ini ditandai dengan
merenggangnya bulu ekor keatas dan penis mencuat keluar dari permukaan kloaka
dan mengeluarkan cairan bening. Cairan bening ini harus di bersihkan jangan
sampai bercampur dengan semen karena akan mengakibatkan koagulasi atau
penggumpalan sperma.
Ayam akan menunjukkan ereksi maksimal, maka ditekan bagian pangkal
kloaka dengan ibu jari dan telunjuk, serta dekatkan tabung penampung semen
pada kloaka, dan tampunglah semen yang keluar tadi kedalam tabung penampung
semen. Usahakan pada saat penampungan semen, semen yang tertampung benar-
benar tidak tercampur dengan material lain karena akan mengurangi kualitas
semen. Semen yang tertampung kemudian diukur volumenya dengan syringe
spuite untuk menentukan berapa banyak pengencer yang diperlukan nantinya.
Selanjutnya semen dapat langsung digunakan atau disimpan sementara waktu
Universitas Sriwijaya
11
pada termos yang telah disiapkan. Pengambilan semen dapat diulang stelah 15-20
menit kemudian.
Melalukan metode masese ini tentu mempunyai ketentuan atau syarat seperti
ayam harus sehat, dewesa kelamin, dan juga sebelum dilakukan masese ayam
harus dipuasakan maksud dari dipuasakan ayam selalu dikurung atau
dikandangkan agar energi pada ayam tidak terbuang. Tujuan dilakukannya
masese ini tentu memiliki tujuan seperti untuk mendapatkan keturunan yang
berkualitas baik, juga agar dapat menampung sperma sebanyak mungkin. Dan
untuk pakan dan air minum juga sangat penting, kesediaan pakan dan air minum
harus normal, sehingga ayam jantan tetap sehat dan memiliki energi yang kuat.
Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh
faktor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu seperti hormone, metabolisme,
keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan,
manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan termasuk teaster dan
lain-lain. Faktor lain juga bisa seperti stres, stres juga dapat dipengaruhi oleh
keadaan lingkugan yang bising akan menyebabkan sperma tidak keluar. Maka
untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan
memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya minimal
seminggu sebelum melakukan masese pada ayam.
Dan untuk kapasitas sperma pada ayam sendiri tentu berbeda- beda bisa
disebabkan dari ayam jantan itu sendiri, bisa disebabkan dari tingkat kestresan,
umur, kebiasaan, pakan, minum, tingkat genetik, lingkungan, dan lain-lain. Dan
pada metode ini alat dan bahan yang gunakan seperti tabung vaculap, vaculap
merupakan tabung untuk menampung sperma, didalam vaculap terdapat cairan
yang bersifat untuk mengencerkan sperma dan cairan itu tidak berpengaruh pada
sperma atau semen ayam, dan kapasitas dari tabung vaculap yaitu 3 ml.
Spermatozoa merupakan sel gamet pejantan yang dibentuk di dalam tubuli
seminiferi pada testis. Spermatozoa yang sudah terbentuk seluruhnya merupakan
perpanjangan sel yang terdiri dari kepala yang hampir seluruhnya terdiri dari
kromatin, dan ekor yang memberikan daya gerak sel. Spermatozoa dibentuk
melalui proses spermatogenesis, yaitu suatu proses kompleks yang meliputi
Universitas Sriwijaya
12
pembelahan dan diferensiasi sel dan dimulai pada saat hewan mencapai dewasa
kelamin. Selama proses tersebut, jumlah kromosom direduksi dari diploid (2n)
menjadi haploid (n) pada setiap sel, dan terjadi reorganisasi komponenkomponen
inti sel dan sitoplasma secara meluas.
Spermatozoa merupakan perpanjangan dari sel haploid yang dihasilkan dari
proses spermatogenik dan pematangan pada pejantan dan merupakan sel khusus
dengan fungsi terbatas, yaitu untuk membawa informasi genetik ke sel telur
betina. Walaupun berbeda spesies, spermatozoa pada hewan ternak dan vertebrata
lainnya memiliki struktur yang sama, yaitu memiliki akrosom, nukleus, dan
terpasang flagella dengan mitokondria, annulus, dense fibers, dan selubung yang
berserat
Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat khas yang tidak
bertumbuh atau membagi diri. Secara esensial, sperma terdiri dari kepala yang
membawa materi herediter paternal, dan ekor sebagai sarana penggerak. Ukuran
dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan, namun memiliki
struktur morfologi yang sama. Bentuk dan ukuran spermatozoa antara bangsa
unggas cukup sama dan konsisten, tetapi sperma unggas berbeda dengan sperma
mamalia karena lebih kecil, lebih panjang, kepala berfilamen dan tidak memiliki
butiran kinoplasmik
Sperma unggas memiliki bentuk kepala yang silindris memanjang dengan
akrosom yang meruncing. Kepala sperma pada unggas sedikit melengkung
dengan ukuran panjang 12 – 13 μm dan diselimuti akrosom (2 μm). Ekor
spermatozoa terdiri dari leher, bagian tengah, bagian utama dan ujung. Bagian
tengah ekor memiliki panjang 4 μm, dan selebihnya dari panjang sperma 100 μm
terdiri dari bagian ekor dan pada bagian terlebar sperma berukuran 0,5 μm.
Bagian tengah dan ekor spermatozoa tersusun dari mitokondria dan sitoskeleton
sel yang menyebabkan spermatozoa bergerak motil. Akrosom mengandung suatu
enzim yang dibutuhkan spermatozoa pada saat fertilisasi yaitu proakrosin,
hialuronidase, zona lisin esterase, dan asma hidrolase
Fisiologi Semen Unggas, semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara
normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Semen
terdiri dari dua bagian, yaitu spermatozoa atau sel kelamin jantan dan plasma
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
atau bergerak. Pada pratikum yang didapatkan bahwa untuk kecepatan sperma
tidak ada atau tidak ditemuan hasilnya.
Evaluasi kualitas semen pada warna, semen seharusnya berwarna putih dan
terlihatnya warna lain mengindikasikan adanya kontaminasi. Warna kekuningan
dan ada endapan putih mengindikasikan adanya kontaminasi feses, sedangkan
berwarna merah kecoklatan menandakan adanya sel eritrosit. Setiap kontaminan
akan menurunkan kapasitas pembuahan dari semen, dan laju penurunannya
tergantung pada konsentrasi kontaminan, ada tidaknya kontaminan lain, tingkat
pengenceran, waktu dari koleksi semen menuju inseminasi, dan jumlah
spermatozoa yang digunakan dalam inseminasi. Peluang untuk memperoleh
fertilitas yang baik adalah jika semen yang dikoleksi berwarna putih. Warna
semen dapat tercemar oleh feses, transundat kloaka, dan butir darah merah. Warna
semen, konsistensi semen, dan konsentrasi spermatozoa saling berhubungan.
Warna semen akan semakin intensif dan konsistensi semen akan semakin kental
dengan semakin tingginya konsentrasi spermatozoa. Konsistensi semen bervariasi,
yaitu dari suspensi keruh dan tebal sampai suatu cairan encer. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen adalah makanan, nutrisi makanan,
suhu dan musim, frekuensi ejakulasi, serta libido dan faktor psikis.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada pratikum kali dapat disimpulkan bahwa Penampungan semen bertujuan
untuk memperoleh semen yang jumlah atau volume banyak dan kualitasnya baik
untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan ataupun
kepentingan lainnya. Penampungan semen dapat dilalukan dengan berbagai
metode, pada pratikum kali ini menggunakan metode mases atau metode
pengurutan, syarat atau ketentuan dari metode masese yaitu ayam jantan yang
sehat dan berkualitas, dewesa kelamin dan dipuasakan agar mendapatkan sperma
yang semaksimal mungkin. Sperma merupakan sel gamet pejantan yang dibentuk
di dalam tubuli seminiferi pada testis. Spermatozoa yang sudah terbentuk
seluruhnya merupakan perpanjangan sel yang terdiri dari kepala yang hampir
seluruhnya terdiri dari kromatin, dan ekor yang memberikan daya gerak sel.
5.2 Saran
Semoga para mahasiswa yang mengikuti praktikum ini agar dapat
melaksanakannya sebaik mungkin dan penuh ketenangan, supaya praktikum ini
dapat berjalan degan lancar dan tepat waktu
15 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUTAKA
Blakely, J. dan D. H. Bade. 2009. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya