Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-8 1

Desain Pencahayaan
Lapangan Bulu Tangkis Indoor ITS
Farid Khusnul Mujib, dan Andi Rahmadiansah
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: andi@ep.its.ac.id

Abstrak— Lapangan bulu tangkis indoor Institut Teknologi dalamnya. Setiap cabang olahraga di dalam lapangan olah raga
Sepuluh Nopember (ITS) merupakan bangunan tertutup yang indoor membutuhkan kuat pencahayaan yang berbeda-beda.
menyediakan tempat olah raga bulu tangkis. Di lapangan indoor Lapangan bulu tangkis indoor Institut Teknologi Sepuluh
ini, permainan bulu tangkis biasanya dilakukan pada malam
Nopember (ITS) adalah sebuah bangunan di kompleks
sehingga digunakan pencahayaan buatan dari lampu. Agar
memenuhi kenyamanan visual para pemain bulu tangkis, kuat kampus ITS yang menyediakan tempat olahraga bulu tangkis.
pencahayaannya harus memenuhi standar yang Di lapangan indoor ini, permainan bulu tangkis biasanya
direkomendasikan (200 lux), dan persebarannya harus merata dilakukan pada malam hari, sehingga pencahayaan yang
(min/ave≥0,80). digunakan seluruhnya adalah pencahayaan buatan yang
Pada penelitian ini didesain sistem pencahayaan buatan berasal dari lampu. Bulutangkis adalah olahraga udara
yang sesuai standar di lapangan bulu tangkis indoor ITS. Dari (bersifat arcial) yang membutuhkan tingkat pencahayaan
hasil pengukuran dan analisa, kuat pencahayaan rata-rata
lapangan 1, lapangan 2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh berkisar antara 200 – 400 lux (Philips, 1986). Pada penelitian
area GOR adalah: 121,65 lux; 144,48 lux; 144,24 lux; 122,36 lux; ini akan didesain sebuah sistem pencahayaan buatan yang ideal
dan 101,72 lux. Nilai min/ave lapangan 1, lapangan 2, lapangan dan sesuai standar di lapangan bulu tangkis indoor ITS.
3, lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah: 0,64; 0,77; 0,76;
0,64; dan 0,50. B. Permasalahan
Dilakukan desain dengan menggunakan 140 buah lampu Permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah
TL-D 36 W yang masing-masing mempunyai luminasi 3350 bagaimana melakukan evaluasi terhadap sistem pencahayaan
lumen. Dari hasil simulasi Calculux didapatkan kuat yang terpasang di lapangan bulu tangkis indoor ITS, untuk
pencahayaan rata-rata lapangan 1, lapangan 2, lapangan 3,
selanjutnya dilakukan perbaikan (desain ulang) agar memenuhi
lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah: 268 lux; 294 lux; 294
lux; 268 lux; dan 263 lux. Nilai min/ave lapangan 1, lapangan 2, standar yang direkomendasikan (kuat pencahayaan 200 – 400
lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah: 0,90; lux).
0,97; 0,97; 0,90; dan 0,84. Dilakukan desain pula dengan
menggunakan 14 lampu HPI-T 400W yang masing-masing
C. Tujuan
mempunyai luminasi 35000 lumen. Dari hasil simulasi Calculux Tujuan dari tugas akhir ini adalah melakukan evaluasi
didapatkan kuat pencahayaan rata-rata lapangan 1, lapangan 2, terhadap sistem pencahayaan yang terpasang di lapangan bulu
lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah: 434 lux; tangkis indoor ITS, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan
405 lux; 405 lux; 434 lux; dan 339 lux. Nilai min/ave lapangan 1,
(desain ulang) agar memenuhi standar yang direkomendasikan
lapangan 2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR
adalah: 0,59; 0,80; 0,87; 0,87; dan 0,80. kata. (kuat pencahayaan 200 – 400 lux).
D. Batasan Masalah
Kata Kunci— desain pencahayaan, kuat pencahayaan,
lapangan bulu tangkis indoor. Beberapa hal yang menjadi batasan dalam tugas akhir ini ini
adalah:
1. Dibatasi pada sistem pencahayaan buatan yang terpasang
I. PENDAHULUAN di lapangan bulu tangkis indoor ITS.
A. Latar Belakang 2. Sistem pencahayaan yang akan dibahas adalah kuat
pencahayaan di lapangan bulu tangkis indoor ITS.
Lapangan olah raga indoor adalah sebuah bangunan yang
memberikan fasilitas berupa tempat olah raga tertutup. Cabang II. DASAR TEORI
olah raga yang biasanya diselenggarakan di dalam lapangan
indoor antara lain: bulu tangkis, futsal, tenis meja, bowling, Sistem pencahayaan adalah suatu proses memberikan
bola voli, dan sebagainya. Lapangan olah raga indoor dituntut penerangan pada suatu ruangan dengan cara memasang atau
untuk memberikan pencahayaan yang ideal dan sesuai standar. memanfaatkan sumber cahaya yang ada. Sistem pencahayan
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tugas visual dikelompokkan menjadi dua, yakni alami dan buatan. Sistem
dan kenyamanan visual bagi orang-orang yang beraktivitas di cahaya pencahayaan alami menggunakan sumber cahaya dari
alam, yaitu cahaya matahari. Sedangkan pencahayaan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 2

buatanmenggunakan sumber cahaya buatan seperti lampu, Kuat pencahayaan yang merata sangat diperlukan karena
lilin, dan sebagainya. dapat mempengaruhi kinerja dan kenyamanan visual.
Dalam sebuah lapangan olah raga, pencahayaan memiliki Pencahayaan yang sepenuhnya merata memang tidak mungkin
bertujuan untuk memberikan pengelihatan (right and vision) dalam praktik, tetapi standar yang dapat diterima adalah kuat
dan memberikan kenyamanan visual. pencahayaan minimum serendah-rendahnya 80% dari kuat
pencahayaan rata-rata (Pritchard :1986).
A. Kuat Pencahayaan
Di dalam buku IES Lighting Handbook (1984) dinyatakan
Kuat pencahayaan atau iluminasi adalah kuantitas cahaya bahwa dinding dan langit-langit yang terang, baik yang netral
pada level pencahayaan /permukaan tertentu, atau dengan kata maupun berwarna, lebih efisien daripada dinding gelap dalam
lain iluminasi adalah jumlah cahaya yang jatuh pada menghemat energi dan mendistribusikan cahaya secara merata.
permukaan tertentu. Satuannya adalah lux. Dirumuskan Warna terang memantulkan lebih banyak cahaya daripada
sebagai berikut: warna gelap, sehingga warna ruangan juga berpengaruh pada
F
E= (1) kuat pencahayaan. Koefisien pantul dari cahaya ini disebut
angka reflektansi. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
A
Di mana: E=kuat pencahayaan (lux) berikut:
Φ=fluks cahaya pada area pencahayaan (lumen) Erata-rata sinar pantul
A=luas permukaan (m2) Angka Reflektansi = x 100% (2)
Erata-rata sinar langsung
Angka reflektansi ini termasuk dalam faktor yang
mempengaruhi kualitas kuat pencahayaan yaitu CU
(coefficient of utilization). Semakin tinggi angka reflektansi,
maka semakin tinggi pula cahaya yang dipantulkan. Rentang
Gbr 1. Kuat pencahayaan pada suatu permukaan nilainya dari 0% sampai 100% dari warna hitam pekat ke
(Philips Lighting, 2008) Adapun
warna putih.rumus untuk menentukan kuat pencahayaan dengan
faktor CU adalah:
Kuat pencahayaan pada suatu ruangan tergantung pada jenis . CU (3)
kegiatan yang dilakukan. Bagitupula untuk pencahayaan di E=
A
sebuah gedung olahraga tergantung pada jenis olahraga yang
E = kuat pencahayaan (lux)
dimainkan di dalamnya. Standar pencahayaan olahraga baik di
Φ = fluks cahaya pada area pencahayaan (lumen)
dalam (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) ditetapkan
CU = coefficient of utilization
oleh Phillips (1986:172) adalah :
A = luas permukaan (m2)
Adanya depresiasi atau penurunan kinerja akibat debu pada
TABEL I
STANDAR PENCAHAYAAN OLAHRAGA armature dan lampu juga berpengaruh pada kuat pencahayaan,
maka persamaan tersebut harus dikalikan dengan suatu light
Iluminasi (lux) loss factor (LLF) atau rugi-rugi cahaya akibat berbagai faktor
depresiasi, sebagai berikut:

E= . CU . LLF (4)
A
LLF menunjukkan faktor pemeliharaan yang meliputi: lamp
lumen depreciation (LLD) yaitu penurunan kinerja akibat
fluks cahaya yang menurun, luminaire dirt depreciation
(LDD) yaitu penurunan kinerja karena armatur lampu yang
kotor, dan room surface dirt depreciation (RSDD) yaitu
penurunan kinerja akibat permukaan ruangan yang kotor.
Dengan demikian koefisien LLF dapat dirumuskan:
LLF = LLD x LDD x RSDD (5)

Untuk menentukan nilai LLD lampu TL, dapat digunakan


grafik persen penurunan lumen sebagai berikut:

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kuat pencahayaan


minimum yang dibutuhkan untuk lapangang bulu tangkis
adalah 200 lux.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 3

Di mana:
Ex adalah kuat penerangan pada titik tertentu dari hasil
pengukuran,
n adalah total jumlah pengukuran pada masing-masing objek
ukur.

Kuat kuat pencahayaan rata-rata total didapatkan dengan


menjumlahkan semua E rata-rata dibagi dengan jumlah
Gbr 2. Grafik persen penurunan lumen lampu TL bidang/material pengukuran.
n
Pritchard (1986)Paschal (1998), depresiasi dari armatur E rata-rata total = å ( Erata - rata x ) / n (7)
lampu dalam 1 tahun adalah 10% untuk ruangan yang bersih x =1

(clean), 20% untuk daerah industri (medium), dan 30% untuk Di mana:
daerah yang sangat kotor (very dirty). Erata-rata x adalah kuat penerangan pada masing-masing
Menurunnya kualitas kuat pencahayaan akibat kotornya bidang.
ruangan tempat kerja, baik itu disebabkan oleh debu maupun · Menentukan angka reflektansi di tiap titik sesuai rumus 2.
benda-benda atau perabot kecil di dalam ruangan. Angka reflektansi material ialah angka reflektansi rata-rata
Penggolongan ruangan berdasarkan kuat penurunan kualitas semua titik ukur, termasuk perabotan, pintu, jendela, korden,
cahaya sebagai berikut (Paschal, 1998): yang ada di ruangan tersebut. Reflektansi total tiap bagian
· Ruangan yang sangat bersih (very clean) sebesar 0% – 12% dinding, lantai dan langit-langit didapatkan dengan mencari
jumlah rata-rata reflektansi tiap material dikali luasnya
· Ruangan yang bersih (clean)sebesar 13% - 24%
dibagi dengan luasan total bidang penjumlahan tersebut.
· Ruangan yang sedang (medium) sebesar 25% - 36%
Rumus:
· Ruangan yang kotor (dirty) sebesar 37% - 48%
n

å rk ´ Lk
· Ruangan yang sangat kotor (very dirty) sebesar 49% - 60% rtotal = k =1 n (8)
å Lk
k =1
B. Metode Penentuan dan Pengukuran Titik-titik Ukur Kuat
Pencahayaan dan Angka Reflektansi Di mana:
ρ total = angka reflektansi total bidang yang diukur
Cara penentuan titik-titik ukur berdasarkan standar SNI 16- ρk = angka reflektansi bidang/material
7062-2004 adalah sebagai berikut: Lk = luasan tiap material atau bidang yang diukur
· Untuk luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2 dibuat titik
potong garis horizontal panjang ruangan dan garis vertikal
lebar ruangan pada jarak setiap 3 m. Pengukuran akan C. Software Calculux
dilakukan pada titik-titik potong tersebut. Calculux adalah salah satu program gratis (freewere)
· Untuk luas ruangan antara lebih dari 100 m2 dibuat titik yang dibuat oleh perusahaan lampu Philips Lighting.
potong garis horizontal panjang ruangan dan garis vertikal Program ini digunakan untuk mendesain bentuk dan kuat
lebar ruangan pada jarak setiap 6 m. Pengukuran akan pencahayaan, baik itu di dalam ruangan (indoor lighting), di
dilakukan pada titik-titik potong tersebut. luar ruangan (outdoor lighting), maupun pencahayaan jalan
Sedangkan untuk mencari besarnya angka reflektansi raya (road lighting). Desain yang dihasilkan oleh program
digunakan metode sebagai berikut: ini nantinya bisa dijadikan acuan dalam membuat suatu
· Tentukan material yang hendak diambil nilai angka bentuk ruangan dengan standar pencahayaan sesuai
reflektansinya, kemudian ambil beberapa titik ukur yang bisa Calculux Indoor memprioritaskan desain pada ruang
keinginan.
mewakili. tertutup, misalnya: ruang kamar, ruang kantor, lapangan olah
· Pada setiap titik dilakukan dua kali pengukuran, pertama raga, ruang untuk kebutuhan industri, dan sebagainyaAgar
ialah mengukur kuat pencahayaan sinar datang yang relatif program Calculux bisa menghasilkan output, maka
langsung berasal dari sumber cahaya. Kedua ialah untuk diperlukan data-data dari ruangan, berupa panjang ruangan,
mengukur kuat pencahayaan yang dipantulkan kembali oleh lebar ruangan, tinggi ruangan, tinggi bidang kerja, angka
material. Pengukuran sinar datang dilakukan dengan sensor reflektansi, jenis lampu, lumen lampu, dan jumlah lampu
berupa luxmeter yang diletakkan pada titik ukur dan yang digunakan. Bila data-data tersebut sudah ada, maka kita
dihadapkan ke sumber cahaya. Sedangkan pengukuran sinar sudah bisa menentukan output akhir dari program ini.
pantul dengan sensor dihadapkan dengan jarak dua inch ke
titik ukur material (Stein & Reynolds: 1992). III. METODOLOGI PENELITIAN
· Mencari rata-rata besar kuat penerangan sinar langsung dan
sinar pantul untuk masing-masing bidang dan material A. Pengambilan Data Kuat Pencahayaan di Lapangan Bulu
dengan menggunakan rumus: Tangkis Indoor ITS
n Lapangan bulu tangkis indoor ITS yang terletak di dalam
Erata - rata = å Ex / n (6) gedung olah raga (GOR) ITS memiliki luas ruangan total
x =1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 4

759,25m2. Terdiri dari 4 unit lapangan bulu tangkis yang


masing-masing memeiliki ukuran standar 6,1m x 13,4m.
Ilustrasi dari denah dan ukuran tersebut ditunjukkan pada
gambar 3.

Gbr 5. Titik-Titik Pengukuran pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor ITS

B. Pengambilan Data Angka Reflektansi


Sebelum melakukan pegukuran, material-material
yang menyusun dinding, lantai, dan langit-langit
diinventarisir terlebih dahulu. Hasil inventarisir material
ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini:
TABEL 2
Gbr 3. Denah dan Ukuran Lapangan Bulu Tangkis Indoor ITS SPESIFIKASI MATERIAL PENYUSUN DINDING, LANTAI, DAN
LANGIT-LANGIT
Berdasarkan aturan SNI 16-7062-2004, maka titik ukur
untuk kesuluruhan area GOR ITS adalah sebagai berikut:

Cara melakukan pengukuran untuk mencari angka reflektansi


diilustrasikan pada gambar 6.

Gbr 4. Gambar Titik-Titik Pengukuran Seluruh Area Ruangan GOR ITS

Untuk seluruh area GOR ada 24 titik pengukuran, ditandai


dengan huruf A sampai dengan X.
Pengukuran juga dilakukan pada keempat unit lapangan
Gbr 6. Pengukuran untuk menentukan angka reflektansi
bulu tangkis. Letak titik ukurnya diilustrasikan pada gambar 5.
Ada 60 titik pengukuran, ditandai dengan angka 1 sampai
dengan 60.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 5

IV. HASIL PENELITIAN Kuat pencahayaan rata-rata untuk seluruh Area GOR ITS
dan keempat unit lapangan bulu tangkis belum memenuhi
A. Analisa Kuat Pencahayaan standar yang direkomendasikan. Pada tabel 3 disajikan
Hasil pengukuran kuat pencahayaan pada seluruh area GOR perbandingan nilai hasil pengukuran dengan standar yang
ITS dan keempat unit lapangan bulu tangkis disajikan dalam direkomendasikan.
bentuk grafik berikut: TABEL 3
PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN STANDAR

Gbr 7. Grafik Kuat Pencahayaan Seluruh Area GOR ITS

Kuat pencahayaan Kuat pencahayaan untuk seluruh Area


GOR ITS dan keempat unit lapangan bulu tangkis juga tidak
merata, karena nilai kuat pencahayaan minimum berbanding
kuat pencahayaan rata-rata (min/ave) kurang dari 0,8.
Gbr 8. Grafik Kuat Pencahayaan Lapangan 1 Perhatikan tabel 4.

TABEL 4
ANALISA PEMERATAAN PENCAHAYAAN
Area min/ave Keterangan
Seluruh GOR 0,50 Tidak merata
Lapangan 1 0,64 Tidak merata
Lapangan 2 0,77 Tidak merata
Lapangan 3 0,76 Tidak merata
Lapangan 4 0,64 Tidak merata
Gbr 9. Grafik Kuat Pencahayaan Lapangan 2
B. Penentuan Angka Reflektansi
Untuk menentukan angka refektansi, terlebih dahulu kita
hitung rata-rata sinar pantul maupun sinar langsung
menggunakan persamaan 6. Kemudian angka reflektansinya
untuk masing-masing material penyusun dinding lantai dan
langit-langit di hitung dengan persamaan 2. Hasilnya disajikan
pada tabel 5.
Gbr 10. Grafik Kuat Pencahayaan Lapangan 3 TABEL 5
KUAT PENCAHAYAAN RATA-RATA SINAR LANGSUNG DAN SINAR
PANTUL SERTA PERHITUNGAN ANGKA REFLEKTANSI PADA
MASING-MASING MATERIAL PENYUSUN BIDANG

Gbr 10. Grafik Kuat Pencahayaan Lapangan 4

Dari grafik pada gbr.7 s.d gbr. 10 dapat diketahui bahwa


untuk seluruh area GOR ITS, pada titik yang diukur nilai kuat
pencahayaannya belum mencapai nilai yang
direkomendasikan. Sedangkan pada lapangan 2 dan 4 masing-
masing hanya ada 1 titik ukur yang mencapai nilai
rekomendasi, yaitu titik 23 dan 38. Pada lapangan 3 dan 4, ada
2 titik yang mendekati rekomendasi, yaitu titik 8 dan 53. Titik
8, 23, 38, 53 memang berada di tengah-tengah lapangan yang
tentunya mendapatkan kuat pencahayaan lebih banyak.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 6

TABEL 5
KUAT PENCAHAYAAN RATA-RATA SINAR LANGSUNG DAN SINAR
PANTUL SERTA PERHITUNGAN ANGKA REFLEKTANSI PADA
MASING-MASING MATERIAL PENYUSUN BIDANG (Sambungan)

c. Menentukan nilai CU
Setelah nilai CU diperoleh, maka selanjutnya mencari
lumen yang diperlukan untuk mencapai kuat penerangan
sebesar 200 lux.

Kemudian dengan menggunakan rumus 8, kita akan dapatkan


agka reflektansi total pada tiap bidang.

TABEL 6
ANGKA REFLEKTANSI TOTAL PADA TIAP BIDANG

Setelah didapatkan jumlah lumen yang diperlukan,


selanjutnya menentukan jenis lampu yang akan digunakan
dalam simulasi. Dipilih 2 jenis lampu yang berbeda, yaitu:
1. Philips jenis 2xTL-D 36W/865 dengan lumen output
sebesar 3350 lumen/lampu dan rumah lampu TMS012
Angka reflektansi bidang ini digunakan sebagai data inputan MKII/236 GMS012R. Pemilihan lampu dan rumah
simulasi Calculux. lampu berdasarkan kualitas barang, kemudahan mencari
barang di pasar dan harga yang sesuai dengan kualitas
(nilai ekonomis). Jumlah lampu TL-D 36W/865 yang
C. DESAIN PENCAHAYAAN dibutuhkan untuk mendapatkan kuat penerangan sebesar
Sebelum melakukan simulasi dengan Calculux, sebelumnya 200 lux adalah:
terlebih dahulu dihitung jumlah lumen yang dibutuhkan untuk 468673
Jumlah _ lampu =
ruang GOR. Ini bertujuan untuk menentukan jumlah lampu 3350
yang dibutuhkan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: = 139,9
a. Menentukan LLF » 140 buah .
· Lampu di GOR ITS dalam sehari rata-rata digunakan Untuk selanjutnya, lampu yang pertama ini disebut
selama 10 jam. Dalam setahun rata-rata pemakaiannya sebagai lampu A.
adalah 280 hari. Jadi pemakaian dalam setahun = 10
jam x 280 = 2800 jam. Dari gbr 2, maka didapatkan 2. Philips jenis 1xHPI T-400W dengan lumen output
nilai LLD=91,5=0,915%. sebesar 35000 lumen. Rumah lampu menggunakan jenis
· GOR ITS termasuk ruangan dengan tingkat LDD kategori MNF 300 yang biasa dipakai untuk penerangan olahraga,
clean atau bersih. Jadi penurunan LDD adalah sebesar lampu sorot reklame, maupun lampu sorot bangunan.
10% atau nilai LDD = 1-0,1 = 0,9 Jumlah lampu TL-D 36W/865 yang dibutuhkan untuk
· GOR ITS termasuk ruangan kategori clean, jadi RSDD mendapatkan kuat penerangan sebesar 200 lux adalah:
yang timbul oleh karena punurunan kualitas ruangan 468673
adalah sebesar 13 – 24%. Jadi nilai RSDD = 0,87. Jumlah _ lampu =
35000
Total nilai LLFnya adalah:
LLF = LLDxLDDxRSDD
13,34 » 14
=buah
= 0,915x0,9x0,87
Untuk selanjutnya, lampu yang kedua ini disebut sebagai
= 0,72
lampu B.
b. Menentukan nilai CU
Perhitungan nilai CU di GOR ITS menggunakan rumus
(2.7). Data yang diperlukan untuk menggunakan rumus ini D. SIMULASI CALCULUX
yaitu Erata-rata seluruh area GOR sebesar 101,72 lux, Setelah melakukan perhitungan jumlah lampu yang
luas ruangan sebesar 759,25m2, lumen 96 buah lampu TL- diperlukan, kemudian disimulasikan dengan menggunakan
D 36W/54 sebesar 240000 lumen (96x2500 lumen). Jadi program Calculux. Untuk lampu A, arah pencahayaan yang
perhitungan nilai CU adalah sebagai berikut: sebelumnya horizotal diubah menjadi vertikal. Lampu yang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 7

dipasang sebanyak 140 buah. Lampu di pasang pada rumah


lampu yang masing-masing memuat 2 buah lampu. Jadi lampu
yang terpasang pada ruangan ada 70 titik. Susunan lampu
dapat dilihat pada gambar 11.

Gbr 12. Desain susunan lampu B di GOR ITS


Hasil kalkulasi simulasi Calculux untuk lampu B dicantumkan
pada tabel 7, berikut ini:

TABEL 8
Gbr 11. Desain susunan lampu A di GOR ITS HASIL KALKULASI DESAIN PENCAHAYAAN MENGGUNAKAN
LAMPU B
Hasil kalkulasi simulasi Calculux untuk lampu A Area Satuan ave min max min/ave min/max
dicantumkan pada tabel 7, berikut ini: GOR lux 339 201 468 0,59 0,43
Lapangan 1 lux 434 384 492 0,80 0,71
TABEL 7 Lapangan 2 lux 405 352 493 0,87 0,80
HASIL KALKULASI DESAIN PENCAHAYAAN MENGGUNAKAN Lapangan 3 lux 405 352 473 0,87 0,80
LAMPU A Lapangan 4 lux 434 346 491 0,80 0,70
Area Satuan ave min max min/ave min/max
GOR lux 263 221 295 0,84 0,75
Lapangan 1 lux 268 241 290 0,90 0,83
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa E rata-rata (ave)
Lapangan 2 lux 294 286 300 0,97 0,95 untuk area GOR dan keempat lapangan bulu tangkis
Lapangan 3 lux 294 285 300 0,97 0,95 juga sudah memenuhi standar kuat pencahayaan yang
Lapangan 4 lux 268 241 290 0,90 0,83 direkomendasikan. Sedangkan untuk pemerataan kuat
pencahayaannya untuk keempat lapangan sudah merata,
Dari tabel 7 yang merepresentasikan hasil kalkulasi desain karena nilai min/ave ≥ 0,80. Namun untuk seluruh area
pencahayaan lampu A dengan menggunakan software Calculux GOR belum bisa merata, karena nila min/ave 0,59.
didapatakan E rata-rata (ave) untuk area GOR dan keempat
lapangan bulu tangkis sudah mencapai standar yang
direkomendasikan, karena nilainya melebihi 200 lux. Untuk V. KESIMPULAN DAN SARAN
pemerataan kuat pencahayaan area GOR dan keempat
lapangan bulu tangkis juga sudah merata, karena nilai min/ave A. Kesimpulan
≥ 0,80. Setelah dilakukan serangkaian penelitian dan beberapa
Sedangkan untuk lampu B, jumlah lampu yang diperlukan analisa, maka kesimpulan yang dapat diambil mengenai tugas
adalah 14 buah. Disusun sedemikian rupa, ditunjukkan pada akhir ini antara lain:
gambar 12. 1. Kuat pencahayaan rata-rata di lapangan bulu tangkis indoor
ITS belum memenuhi standar yang direkomendasikan (200
lux), dan persebaran kuat pencahayaannya juga belum
merata (min/ave ˂ 0,8).
· Nilai kuat pencahayaan rata-rata lapangan 1, lapangan 2,
lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah:
121,65 lux; 144,48 lux; 144,24 lux; 122,36 lux; dan
101,72 lux.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 8

· Nilai min/ave lapangan 1, lapangan 2, lapangan 3, lapangan [7] Pritchard, ed, (1986), Interior Lighting Design, 6th edition, The Lighting
Industry Federation Ltd, London.
4, dan seluruh area GOR adalah: 0,64; 0,77; 0,76; 0,64; [8] Satwiko, Prasasto, (2005), Fisika Bangunan 2, Edisi1, Penerbit Andi,
dan 0,50. Yogyakarta.
2. Setelah dilakukan perhitungan, untuk mendapatkan kuat [9] Standar Nasional Indonesia. (2001), Tata Cara Perancangan Sistem
pencahayaan sesuai standar yang direkomendasikan, Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung, Badan Standardisasi
Nasional.
luminasi yang dibutuhkan adalah sebesar 468673 lumen.
[10] Standar Nasional Indonesia. (2004), Pengukuran Kuat Pencahayaan di
3. Dalam desain pencahayaan ini digunakan 2 jenis lampu, Tempat Kerja, Badan Standardisasi Nasional.
yaitu TL-D 36W/865 yang mempunyai luminasi 3350 [11] Stein&Reynolds, (1992), Mechanical and Electrical Equipment for
lumen sebanyak 140 buah-, dan HPI-T 400W yang Bildings, John Wiley&Sons Inc, New York.
mempunyai luminasi 35000 lumen sebanyak 14 buah. [12] Suptandar, Pamudji, (1999), Desain Interior, Djambatan, Jakarta.
4. Telah dilakukan simulasi desain pencahayaan dengan
menggunakan software Calculux. Dari simulasi tersebut
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Untuk lampu TL-D 36W/865:
· Nilai kuat pencahayaan rata-rata lapangan 1, lapangan
2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR
adalah: 268 lux; 294 lux; 294 lux; 268 lux; dan
263lux.
· Nilai min/ave lapangan 1, lapangan 2, lapangan 3,
lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah: 0,90; 0,97;
0,97; 0,90; dan 0,84.
b. Untuk lampu HPI-T400W:
· Nilai kuat pencahayaan rata-rata lapangan 1, lapangan
2, lapangan 3, lapangan 4, dan seluruh area GOR
adalah: 434 lux; 405 lux; 405 lux; 434 lux; dan 339
lux.
· Nilai min/ave lapangan 1, lapangan 2, lapangan 3,
lapangan 4, dan seluruh area GOR adalah: 0,80; 0,87;
0,87; 0,80; dan 0,59.
5. Dari hasil simulasi menggunakan kedua lampu tersebut, kuat
pencahayaan di lapangan bulu tangkis indoor ITS sudah
sesuai rekomendasi.

B. Saran
Beberapa saran untuk perbaikan kualitas kuat pencahataan
di lapangan bulu tangkis indoor ITS adalah:
1. Mengganti lampu dengan TL-D 36W/865 yang
mempunyai luminasi 3350 lumen per lampu sejumlah
140 buah, atau dengan lampu HPI-T400W disusun
dengan koordinat yang sesuai dengan simulasi software
Calculux.
2. Mengganti warna dinding dengan warna yang lebih muda
(cerah) sehingga angka reflektansinya menjadi lebih
tinggi. Angka reflektansi yang lebih tinggi akan
berpengaruh kepada peningkatan kuat pencahayaan.

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1] Darmasetiawan, Christian, Lestari Puspakesuma, (1991), Teknik
Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, Jilid: Pengetahuan Dasar,
Grasindo, Jakarta.
[2] Darmawan, Antonius, (2008), Ilmu Fisika Bangunan, Kanisius,
Yogyakarta.
[3] IESNA. (2000). The IESNA Lighting Handbook, 9th edition, New York,
USA.
[4] Lighting Design and Application Centre (2002). Manual Calculux
Indoor version5.0., JM Eindhoven, Netherland.
[5] Paschal, J.M., (1998), Step by Step Guide to Lighting, Primedia Intertec,
Kansas.
[6] Philips Lighting B.V., (1986), Light and Perception. Netherlands.

Anda mungkin juga menyukai