Belajar
Belajar
oleh
Ida Bagus Putu Arnyana
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
ABSTRACT
1. Pendahuluan
Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sudah dilaksanakan di SMA di Singaraja sejak tahun pelajaran 2003/2004
sebagai pengganti Kurikulum 1994. Kurikulum 2004 menuntut agar,
setelah proses belajar, siswa memiliki suatu kompetensi sesuai dengan yang
ditetapkan dalam suatu mata pelajaran. Kurikulum 2004 menuntut siswa
agar memiliki kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus dikuasai
siswa adalah kecakapan berpikir.
Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya
manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu
bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai
budaya, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life
long leaning) (Trilling and Hood, 1999). Galbreath (1999) mengemukakan
bahwa, pada abad pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), merupakan kebutuhan
sebagai tenaga kerja yang handal. Degeng (2003) mengemukakan para
lulusan sekolah sampai perguruan tinggi, di samping memiliki kemampuan
vokasional (vocasional skills), juga harus memiliki kecakapan berpikir
(thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa “buruh”.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 498
Semua pendapat para ahli ini mendukung pendapat John Dewey (1916,
dalam Johnson, 2002) yang sejak awal mengharapkan agar siswa diajarkan
kecakapan berpikir. Namun, sampai saat ini, kecakapan berpikir ini belum
ditangani secara sungguh-sunguh oleh para guru di sekolah. Hal ini
mendukung penemuan Rofi’udin (2000) menyatakan bahwa terjadi keluhan
tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh
lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan
berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan
kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran.
Johnson (2002), Krulik dan Rudnick (1996) menyatakan berpikir
tingkat tinggi dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental
seperti dalam peecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan
(decision making), analisis asumsi (analyzing asumption), dan inkuiri sains
(scientific inquiry). Krulik dan Rudnick (1996) mengemukakan bahwa
berpikir kritis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh seseorang. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik
dituntut kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi,
membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan,
dan mengambil keputusan.
Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk
mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis,
konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang
penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya
dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau
menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Parkin (1995)
mengemukakan berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 499
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Rancangan
penelitian yang diterapkan adalah Rancangan Eksperimen Semu (Quasi),
yaitu Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design (Tucman,
1999), dengan pola seperti pada Gambar 1.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 503
O1 X1 O2
-------------------------
O3 X2 O4
-------------------------
O5 X3 O6
------------------------
O7 X 4 O8
Model Pengajaran
Tradisional
Strategi Inkuiri
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 504
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri yang ada
di Kota Singaraja, yaitu siswa SMA Negeri 1, siswa SMA Negeri 2, siswa
SMA Negeri 3, dan siswa SMA Negeri 4. Siswa SMA Negeri yang
digunakan sebagai sampel penelitian ini ditentukan secara acak. Dari hasil
pengacakan, diperoleh siswa SMA Negeri 3 sebagai sampel penelitian ini.
Sebagai sampel penelitian, ditetapkan dengan memilih kelas-kelas yang
kemampuan akademisnya relatif homogen, yaitu siswa kelas X2, X3, X4,
X5, dan siswa kelas X6. Dari hasil pengacakan ditetapkan siswa kelas X 3
belajar dengan strategi Inkuiri, siswa kelas X4 belajar dengan model DI
(tradisional), siswa kelas X5 belajar dengan strategi PBL, dan siswa kelas
X6 belajar dengan strategi kooperatif GI.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi biologi SMA
semester 1 kelas X Kurikulum 2004, dengan standar kompetensi siswa
mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan hasil
penelitian ilmiah dengan menerapakan sikap ilmiah dalam bidang biologi.
Instrumen penelitian yang disusun dalam penelitian ini meliputi (1)
rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat skenario pembelajaran,
(2) lembar kegiatan siswa (LKS), dan (3) alat evaluasi Rencana
pembelajaran, dan LKS disusun masing-masing sesuai dengan model dan
startegi pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini. LKS untuk
pembelajaran inovatif menyajikan masalah-masalah yang harus dipecahkan
oleh siswa melalui kegiatan investigasi.
Penelitian eksperimental semu ini dilaksanakan dengan prosedur
seperti pada Tabel 1.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 505
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 507
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 508
80
70
60
50
Rata-Rata
40 73.57 75.03 74.48
Skor
30 55.05
20
10
0
A B C D
Strategi Pembelajaran
yang baru, berpikir tidak konvensional, dan masalah yang diangkat dari
masalah yang ill-defined.
Hal yang berbeda terjadi dalam pembelajaran tradisional. Disini,
siswa selalu difasilitasi, diarahkan, dan yang lebih membunuh kreativitas
adalah bahwa LKS yang diberikan berupa “resep”, sehingga siswa secara
sambil bernyayi melakukan kegiatan dengan hanya mengikuti tuntunan
yang ada dalam resep tersebut. Dalam LKS tersebut telah secara rinci
dimuat tahapan-tahapan pelaksanaan penyedikan. Dengan mengikuti
tuntunan itu, siswa akan mencapai hasil sesuai harapan LKS. Guru
menyajikan konsep-konsep sebelum penyelidikan, sehingga penyelidikan
yang dilakukan oleh siswa lebih merupakan kegiatan untuk menguji
konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya. Proses belajar yang terjadi
adalah proses penuangan informasi dari guru kepada siswa, bukan siswa
menemukan apa yang dipelajari dan bukan pula siswa membangun
pengetahuannya. Dalam pembelajaran tradisional, kreativitas siswa sama
sekali tidak dikembangkan. Yang lebih dipentingkan adalah bagaimana
informasi itu sebanyak-banyaknya disampaikan kepada siswa.
4. Penutup
Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa hal. Kelompok siswa
yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi
Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif
berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan
model DI berada pada katagori sedang. Kelompok siswa yang belajar
dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi Kooperarif GI,
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 512
DAFTAR PUSTAKA
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006
ISSN 0215 - 8250 513
Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Activities that Are Effective
for Teaching and Learning Science Concepts. Journal College
Science Teacher. Januari: 159-165
Konberg, J.K. and Griffin, M. S. 2000. Analysis Problem--- A Means to
Developing Student’ Critical-Thinking Skills: Pushing the
Boundaries of Higher-Oder Thinking. Journal College Science
Teacher (JCST). 24(5): 348-352.
Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching
Reasioning and Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School.
Massachusets: Allyn & Bacon.
Lawson, A. E. 2000. The Generality of Hypotetico-Deductive Reasoning:
Making Scientific Thinking Explicit. The American Biology
Teacher. 62(7) September 2000. p. 482-495.
Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of Thinking A Frame Work for
Curriculum and Instruction. Virginia: Assosiation for Supervision
and Curriculum Development.
Oates, K.K. (2002). Inquiry Science: Case Study in Antibiotic Prospecting.
The American Biology Teacher 64(3): 184-187.
Parkins, D.N. 1995. What Creative Thinking Is. Costa, A.L. (Ed).
Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. (hlm.
58-61) Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and
Curriculum Development (ASCD).
Rindell, A. J. A. 1999. Applying Inquiry-Based and Cooperative Group
Learning Strategies to Promote Critical Thinking. Journal of
College Science Teaching (JCST) 28(3): 203-207.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli
2006