Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 TGL 14 SEPTEMBER 2020

AUDIT INTERNAL

SOAL TEORI

1. Persyaratan apa yang harus dimiliki oleh Audit Internal dalam melaksanakan
tugasnya?
Persyaratan yang harus dimiliki oleh audit internal dalam melaksanakan tugasnya
adalah:
1) Memiliki integritas dan perilaku yang profesional, independen, jujur, dan
objektif dalam pelaksanaan tugasnya
2) Memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai teknis audit dan disiplin ilmu
lain yang relevan dengan bidang tugasnya
3) Memiliki pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya
4) Memiliki kecakapan untuk berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun
tertulis secara efektif
5) Mematuhi standar profesi yang dikeluarkan oleh asosiasi Audit Internal
6) Mematuhi kode etik Audit Internal
7) Menjaga kerahasiaan informasi dan/atau data perusahaan terkait dengan
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Audit Internal kecuali diwajibkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan atau penetapan atau putusan
pengadilan
8) Memahami prinsip tatakelola perusahaan yang baik dan manajemen risiko
9) Bersedia meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
profesionalismenya secara terus-menerus.

2. Apa yang Anda ketahui dengan Sistem Pengendalian Intenal?


Yang saya ketahui tentang system pengendalian internal adalah suatu sistem usaha atau
sosial yang diterapkan oleh perusahaan yang meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran untuk menjaga dan mengarahkan perusahaan agar melakukan kegiatan
sesuai dengan tujuan dan program perusahaan sehingga efisiensi dan kebijakan
manajemen terpenuhi.

3. Jelaskan bagaimana auditor internal melakukan penilaian tingkat kecukupan


proses pengelelolaan resiko!
Yang dilakukan auditor internal dalam menilai tingkat kecukupan proses pengelolaan
resiko adalah sebagai berikut:
1) Mengenali kemungkinan kecurangan terkait dengan kegiatan/ substansi
masalah/hal yang akan diaudit. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan
pedoman sebagai berikut:
a. Kelompokkan kegiatan/substansi masalah/hal yang akan diaudit
dalam kategori sesuai keperluan penaksiran.

1
b. Rumuskan kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi dari setiap
bahasan dalam kategori yang ditetapkan. Kemungkinan kecurangan
tersebut disusun sebanyak yang dapat didaftar.

2) Menetapkan pengendalian yang seharusnya ada, dalam rangka memastikan


bahwa risiko kecurangan di atas tidak akan terjadi. Langkah tersebut dilakukan
dengan pedoman sebagai berikut:

a. Pengendalian yang seharusnya ada disusun berdasarkan risiko yang


diidentifikasi pada langkah nomor 1.

b. Atas satu risiko kecurangan yang diidentifikasi dapat diidentifikasi


lebih dari satu prosedur pengendalian yang seharusnya tersedia.

c. Demikian pula sebaliknya, satu prosedur pengendalian yang


seharusnya ada mungkin akan efektif mencegah lebih dari satu risiko
kecurangan.

d. Dasar yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan adalah daftar


prosedur pengendalian yang seharusnya tersedia, bukan berdasarkan
risiko kecurangan yang mungkin terjadi. Penilaian didasarkan pada
tersedia atau tidaknya prosedur pengendalian, serta efektif atau
tidaknya prosedur pengendalian tersebut.

3) Mengidentifikasi apakah pengendalian yang seharusnya ada tersebut benar-


benar diterapkan atau tidak diterapkan oleh perusahaan. Langkah ini dilakukan
dengan pedoman sebagai berikut:

a. Menilai apakah pengendalian yang seharusnya ada benar-benar


diterapkan atau tidak. Penilaian ini berdasarkan hasil pengamatan atau
cara lain atas pelaksanaan kegiatan.

b. Penilaian ini harus memberikan jawaban “ya” atau “tidak” atas setiap
prosedur pengendalian yang diidentifikasi, bukan atas risiko
kecurangan yang mungkin terjadi.

c. Penekanan dalam penilaian ini adalah pada efektivitas prosedur


pengendalian, bukan pada tersedianya rancangan pengendalian.

4) Menetapkan tingkat kemungkinan terjadinya (likehood) serta dampak


(consequences) kecurangan tersebut, untuk menetapkan ranking risikonya.
Langkah ini dilakukan dengan pedoman sebagai berikut:

a. Penaksiran tingkat risiko dilakukan dengan memberikan skor 1 – 5


dengan ketentuan skor 1 untuk risiko minimum dan skor 5 untuk risiko
maksimum.

2
b. Penaksiran tingkat risiko hendaknya telah menggabungkan antara
tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak dari risiko tersebut.

c. Penetapan ranking risiko dilakukan dengan cara menjumlahkan


seluruh nilai risiko dari satu kategori/sub kategori dan kemudian
membaginya dengan jumlah butir prosedur pengendalian yang
seharusnya ada sehingga diperoleh nilai rata-rata risiko kategori/sub
kategori yang bersangkutan. Kategori/sub kategori yang mendapat
nilai rata-rata risiko tinggi menunjukkan bahwa kategori/sub kategori
tersebut rawan risiko kecurangan.

5) Memilih risiko kecurangan yang akan di dalami dalam kegiatan audit. Langkah
ini dilakukan dengan memerhatikan hasil perhitungan penetapan ranking risiko
yang dihasilkan dari langkah nomor 4 tersebut di atas.

4. Apa tanggungjawab auditor Internal dalam melakukan pencegahan kecurangan


(Fraud Deterence)?
Tanggungjawab auditor internal dalam melakukan pencegahan kecurangan (Fraud
Deterence) sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) – standar
120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai kecurangan, dinyatakan bahwa
auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali,
meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan. Selain itu, Statement on Internal
Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang Deterrence, Detection, Investigation, and
Reporting of Fraud (1985), memberikan pedoman bagi auditor internal tentang
bagaimana auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan
tanggungjawab auditor internal untuk membuat laporan audit tentang fraud.

5. Jelaskan bagaimana penanggungjawab fungsi Audit Internal menghubungkan


dengan resiko dan potensi resiko!
Fungsi manajemen resiko bertugas untuk mengarahkan praktik enterprise risk
management pada organisasi, terutama untuk menghadapi risiko-risiko utama yang
dapat mengganggu pencapaian sasaran organisasi. Disisi lain, fungsi internal audit
bertugas untuk memonitor, memantau dan menilai efektivitas pengendalian internal dan
manajemen resiko. Jadi, untuk mendapatkan manajemen resiko yang efektif bagi
organisasi fungsi manajemen resiko berkolaborasi dengan fungsi internal audit.

3
SOAL KASUS

Kasus WorldCom

WorldCom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh. Selama
tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi
lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi $392
milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan WorldCom pada posisi ke 42 dari 500
perusahaan lainnya menurut versi majalah fortune.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu terlalu besarnya
kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami
resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini
berimbas pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga pendapatan ini jauh dari
yang diharapkan.
Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000)
menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak manajemen
berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut.
Cara Manajemen WorldCom menggelembungkan angka:

• Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak WorldCom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang seharusnya
dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan ke rekening modal.
• Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan. Dengan
praktik ini, WorldCom berhasil memanipulasi keuntungannya sebesar $ 2 M.

Lalu Cynthia Cooper salah satu auditor internal WorldCom merasa ada sesuatu yang tidak
beres dengan pelaporan keuangan yang terjadi pada perusahaan. Pada masa-masa itu
WorldCom menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai auditor eksternal
independen. Sedangkan Arthur Andersen sendiri terlilit skandal Enron tidak lama yang lalu.
Jadi bisa dibilang kredibilitas perusahaan Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan. Dan
pada bulan Mei 2002 Cynthia Cooper berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan
keuangan perusahaan mereka.
Pelanggaran yang dilakukan oleh Manajemen Puncak WorldCom sebegai berikut:

• Penggelembungan tersebut terjadi karena adanya praktik akuntansi yang keliru dan
manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen puncak perusahaan;
• Akuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu oleh eksternal Arthur
Andersen dan staf akuntansi perusahaan tersebut;
• Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom (Bernie Ebbers) juga
menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.

4
Dampak:

• Nilai saham turun dari $64,5 menjadi $2 dan akhirnya turun lagi menjadi kurang 1 sen.
• Pegawai mengalami kerugian dana pensiun.
• Memberhentikan karyawan sebanyak 17.000 orang.
• WorldCom mengalami kebangkrutan dan akhirnya pailit.

Buat 3 Analisa Kasus dari studi kasus diatas


1. Terjadinya manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen puncak
perusahaan. Sebagai perusahaan besar pengendalian internal perusahaan WorldCom
sangatlah lemah karena pelanggaran kode etik dilakukan oleh orang-orang internal
perusahaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa manajemen perusahaan WorldCom
tidak berintegritas dan tidak melakukan fungsinya dengan semestinya.
2. Manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen puncak WorldCom
disetujui oleh Arthur Andersen dan staf akuntansi perusahaan. Sebagai auditor
eksternal seharusnya Arthur Andersen tidak menyetujui kecurangan tersebut karena
didalam persyaratan untuk menjadi auditor, auditor harus memiliki integritas dan
memiliki sifat independen yang artinya auditor bebas dari pengaruh subyektifitas para
pihak yang terkait.
3. CEO WorldCom menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi. Sebagai
seorang CEO seharusnya tidak menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan
pribadi karena itu termasuk penggelapan dana. Kembali lagi ke auditor eksternal
(Arthur Andersen) seharusnya beliau mencatat kecurangan ini dalam laporan auditnya
bukan menyetujui kecurangan ini.

Jadi, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat maka audit internal harus menciptakan
budaya yang sehat, terbuka dan taat terhadap corporate govermance dan corporate
responsibility agar perusahaan tidak melakukan kegiatan yang melanggar etika. Melakukan
transparansi dari pihak manajemen baik kepada auditor eksternal maupun internal. Juga
harus mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum, perbaikan
system pengawasan dan pengendalian, dan paling utama yaitu memperbaiki moral dari
setiap elemen perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai