Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbalalamiin… puji serta syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan diktat kimia ini. Shalawat serta
salam selalu terlimpah curah kepada junjungan Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya,
serta kita sebagai umatnya.

Diktat ini berisi tentang materi kimia yang diajarkan di kelas X SMK dan latihan soal yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.

Dengan adanya diktat ini diharapkan dapat menjadi pedoman guru dalam mengajar serta dapat
mempermudah peserta didik dalam memahami ilmu kimia, khususnya guru dan peserta didik di
SMK Negeri I Takokak.

Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis guna membangun penyusunan diktat ini menjadi
lebih baik lagi. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan – rekan guru dan staf
Tata Usaha yang telah memberikan kontribusi sehingga tersusunnya diktat ini.

Cianjur, Juli 2020


Penulis

i
TUJUAN

Diktat ini ditulis dengan tujuan membimbing dan mengarahkan para siswa memahami
materi pembelajaran. Diktat ini juga dimaksudkan untuk membantu guru memperoleh referensi
dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.

Diktat ini disusun secara sistematis sebagai berikut:


- Judul materi pembelajaran
- Tujuan pembelajaran
- Uraian materi
- Evaluasi yang bertujuan untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi pembelajaran
yang telah dipelajari

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran maka
langkah yang disarankan dalam mempelajari diktat ini adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari konsep yang dipaparkan dalam materi pembelajaran
b. Mengukur kemampuan diri dengan mengerjakan soal-soal yang tercantum dalam evaluasi
c. Memperkaya pemahaman materi pembelajaran melalui pengamatan di dalam kehidupan
sehari-hari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. i

TUJUAN..................................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii

BAB I MATERI DAN PERUBAHAN MATERI......................................................................................... 1

BAB II LAMBANG UNSUR, RUMUS KIMIA, DAN PERSAMAAN REAKSI......................................... 10

BAB III IKATAN KIMIA............................................................................................................................ 18

BAB IV HUKUM DASAR KIMIA............................................................................................................. 26

BAB V LARUTAN...................................................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 48

iii
BAB 1
PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengklasifikasi perubahan fisika dan perubahan kimia
2. Mengklasifikasikan materi ke dalam unsur, senyawa, dan campuran
3. Menjelaskan berbagai teknik pemisahan campuran
4. Melakukan berbagai teknik pemisahan campuran

B. URAIAN MATERI
Ilmu Kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi meliputi
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Ilmu Kimia sangat
berperan untuk mencari materi alternatif, misalnya penggunaan sel bahan bakar sebagai bahan
bakar alternatif untuk menggantikan minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Selain itu, ilmu Kimia juga berperan dalam peningkatan kualitas hidup dengan
cara mengubah materi yang ada menjadi materi yang lebih bermanfaat. Sebagai contoh, pengubahan
minyak bumi menjadi produk bahan bakar, cat, deterjen, pupuk, dan plastik melalui proses kimia

1. Pengertian Materi
Setiap zat di alam semesta ini terdiri atas materi. Materi adalah segala sesuatu yang
mempunyai massa dan menempati ruang. Perlu diperhatikan bahwa massa merupakan dimensi yang
berbeda dengan berat. Massa suatu benda di mana pun tempatnya sama, sedangkan berat benda
tersebut tidak selalu sama, bergantung pada gravitasi di tempat tersebut. Misalnya, massa roket di
bumi adalah 900 ton. Roket tersebut memiliki massa yang sama jika sudah di bulan, tetapi beratnya
berbeda. Berat roket di bumi adalah massa dikalikan konstanta gravitasi bumi, yaitu 9,8 m/s2
sehingga berat di bumi sekitar 8.820 N, sedangkan berat roket di bulan dengan konstanta gravitasi
1,6 m/s2 adalah 1.440 N. Hal tersebut menunjukkan bahwa massa roket sama baik di bumi maupun
di bulan, tetapi beratnya berbeda.

2. Fasa Materi
Materi terdiri atas 4 macam fasa, yaitu padat, cair, gas dan plasma. Ciri-ciri dari wujud materi
tersebut adalah seperti berikut:
a. Padat: bentuk dan volume dari materi padat tidak dapat berubah selama tidak ada pengaruh
dari luar
b. Cair: bentuk dan volumenya berubah sesuai dengan tempatnya, volume zat cair tetap

1
c. Gas: bentuk dan volumenya tidak tetap dan akan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya
d. Plasma: bentuk gas yang telah terionisasi, contoh plasma antara lain neon, petir, sinar matahari,
gelombang sinar matahari, dan aurora
Perbedaan partikel pada fasa padat, cair, gas, dan plasma ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 1.1 Perbandingan partikel penyusun dari kiri ke kanan (padat, cair, gas, plasma)

3. Sifat Materi
Kita dapat mengenal suatu materi dan membedakannya dengan materi-materi yang lain
berdasarkan sifat –sifatnya.
Sifat materi terbagi menjadi 2, yakni:
a. Sifat fisis, yaitu ciri suatu materi yang dapat diamati tanpa merubah zat-zat yang menyusun
materi. Contoh: warna, bentuk, ukuran, kepadatan, titik lebur dan titik didih
b. Sifat kimia, yaitu ciri-ciri suatu za t yang menyatakan apakah zat itu dapat mengalami
perubahan kimia tertentu. Contoh: mudah terbakar, mudah berkarat
Menurut ukurannya, sifat materi terbagi menjadi dua, yakni:
a. Sifat ekstensif:sifat yang bergantung pada ukuran, seperti : massa dan volume
b. Sifat intensif: sifat yang tidak bergantung pada ukuran, seperti: keadaan fisik, warna, titik
leleh, dan titik didih.

4. Perubahan Materi
Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering melihat perubahan materi. Kalau kita cermati
benda -benda tersebut banyak mengalami perubahan. Air jika direbus akan berubah menjadi uap, air
jika didinginkan akan berubah menjadi es. Kertas jika dibakar akan menjadi abu. Besi jika dibiarkan
di udara akan berkarat. Perubahan materi digolongkan menjadi dua, yakni:
a. Perubahan fisika: yaitu perubahan yang tidak menghasilkan materi baru, yang berubah hanya
bentuk dan wujud materi. Perubahan fisis meliputi perubahan bentuk, ukuran atau keadaan
dari suatu materi.
Contoh:
 Es menjadi air, dan dapat kembali menjadi es.
2
 Pelarutan garam, dan jika diuapkan, akan kembali menjadi garam semula.
b. Perubahan kimia: atau reaksi kimia yaitu perubahan yang menghasilkan materi baru. Suatu
perubahan kimia, sulit dikembalikan ke keadaan semula.
Contoh:
 Nasi menjadi basi
 Kayu terbakar menjadi abu.
 Besi berkarat

5. Ciri-ciri Reaksi Kimia


Untuk mengetahui, apakah telah terjadi perubahan kimia pada materi, ada ciri-ciri yang dapat
diamati diantaranya:
a. Perubahan warna
Mengapa suatu reaski kimia dapat menghasilkan warna yang berbeda? Ketika suatu reaksi
kimia berlangsung, akan terjadi perubahan komposisi dan terbentuk zat baru
yang mungkin memiliki warna yang berbeda.
Contoh reaksi kimia yang memberikan warna adalah proses pencokelatan (browning) pada
buah seperti apel, pisang, pear. Pencokelatan ini terjadi akibat dari senyawa-senyawa kimia
(enzim) yang terkandung di dalam buah bereaksi dengan oksigen atau teroksidasi pada saat
kulit buah (dinding dan membran sel) robek atau rusak
b. Perubahan suhu
Reaksi kimia disertai perubahan energi. Salah satu bentuk energi yang sering menyertai
reaksi kimia adalah energi panas. Dengan demikian, terjadinya perubahan kimia akan
ditandai dengan perubahan energi panas, atau aliran kalor dari atau ke lingkungan.
Akibatnya, suhu hasil reaksi dapat menjadi lebih tinggi atau dapat menjadi lebih rendah
daripada suhu pereaksinya. Semua reaksi melibatkan energi, baik menyerap energi
maupun melepaskan energi. Energi yang menyertai reaksi kimia dapat berupa panas,
cahaya, suara atau energi listrik.
Suatu reaksi kimia yang menghasilkan energi dinamakan reaksi eksoterm. Pada reaksi
eksoterm, terjadi proses perpindahan kalor dari suatu sistem (proses kimia) menuju
lingkungan. Sebagai contoh, reaksi pada proses pembakaran.
Suatu reaksi kimia yang memerlukan energi dinamakan reaksi endoterm. Pada reaksi
endoterm, terjadi proses perpindahan kalor dari lingkungan menuju sistem (proses
kimia). Sebagai contoh reaksi pada proses fotosintesis
c. Pembentukan endapan

3
Reaksi pengendapan adalah reaksi yang menghasilkan suatu senyawa yang berbentuk
padatan. Padatan tersebut tidak larut (tidak bercampur secara homogen) dengan cairan di
sekitarnya sehingga disebut endapan.
Pernahkah Anda mengamati sebuah panci yang digunakan untuk merebus air setiap hari?
Terdapat perubahan apakah pada panci tersebut? Di dalam panci tersebut, terdapat zat
yang menempel dan mengeras di dasarnya. Zat tersebut merupakan senyawa karbonat yang
terbentuk akibat reaksi kimia antara air yang mengandung kapur yang dipanaskan dan
material logam penyusun panci. Zat tersebut mengendap dan mengeras seperti kerak
berwarna kekuningan di dasar panci akibat pemanasan air secara terus-menerus
d. Pembentukan gas
Beberapa reaksi kimia tertentu dapat membentuk gas.
Contoh reaksi kimia yang membentuk gas ialah reaksi logam magnesium (Mg) dan asam
klorida (HCl), reaksi elektrolisis air (H2O) menjadi gas hidrogen (H2) dan oksigen (O2),
penambahan soda kue pada adonan kue, penambahan karbit untuk mempercepat proses
pematangan buah

6. Penggolongan Materi
Materi di alam ini sangat beragam jenisnya. Ahli kimia menggolongkannya menjadi beberapa
golongan materi, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1.2

a
t
M
s
c
y
n
e
m
z
a
tn
p
u
m
a
c
u
s
n e
r
a
p
a
r
u
r
i
w
u
n
a
r
g
o
m
t
e
h
r
g
n
u
t n
e
g
l
a

Gambar 1.2 Penggolongan Materi


a. Zat tunggal adalah materi yang mempunyai sifat dan komposisi sama di seluruh bagiannya.
Bersifat tunggal artinya hanya satu-satunya zat dan tidak ada zat lain selain zat tersebut. Zat
tunggal terdiri dari unsur dan senyawa.
1) Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat-zat lain yang lebih
sederhana dengan reaksi kimia biasa (bukan reaksi nuklir).
Unsur-unsur tersebut umumnya ditemukan di alam dalam bentuk persenyawaan. Misalnya,
natrium banyak ditemukan dalam garam dapur, kalsium banyak ditemukan dalam batu
kapur.
4
Unsur-unsur yang terdapat bebas di alam, tidak dalam bentuk persenyawaan, antara lain
tembaga, seng, perak, platina dan emas.
Unsur-unsur tersebut secara umum dapat digolongkan menjadi unsur logam dan unsur non
logam. Beberapa unsur logam adalah besi, tembaga, seng, perak, aluminium dan sebagainya.
Beberapa unsur bukan logam adalah oksigen, natrium k arbon, belerang dan sebagainya.
2) Senyawa adalah Zat tunggal yang tersusun dari lebih dari satu unsur melalui reaksi kimia.
Sifat senyawa berbeda dengan sifat unsur pembentuknya. Contohnya Air, gula pasir, garam,
dll.
Air merupakan zat tunggal karena hanya tersusun dari satu jenis bahan. Tetapi air bukan
merupakan unsur, karena air dapat diuraikan menjadi beberapa bahan yang lebih sederhana.
Air dapat diuraikan menjadi unsur hidrogen dan oksigen.
b. Campuran adalah materi yang terbentuk dari gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan
komposisi yang bervariasi. Sifat dan karakteristik campuran tergantung dari sifat zat tunggal
penyusunnya.
1) Campuran homogen adalah campuran yang memiliki ciri-ciri dan komposisi yang sama di
seluruh bagian. Campuran homogen disebut juga larutan. Larutan dapat berwujud cair, gas
maupun padat. Contohnya larutan gula, larutan garam, campuran udara, campuran logam.
2) Campuran heterogen adalah campuran dimana ciri-ciri dan komposisi di setiap bagian tidak
sama. Penyusun campuran heterogen dengan mudah dapat dibedakan. Contoh adonan beton
cor, tanah dan sayur sup.

7. Pemisahan Campuran
Pemisahan campuran menjadi komponen-komponen penyusunnya dapat dilakukan dengan
cara fisika, yaitu penyaringan, penyulingan, pengkristalan, penyubliman dan kromatografi.
Pemilihan cara pemisahan didasarkan pada perbedaan sifat fisika masing-masing komponen
yang akan dipisahkan.
a. Penyaringan (Filtrasi)
Pernahkah anda membuat santan? Setelah kelapa diparut kemudian ditambah air dan
diremas-remas. Untuk memisahkan air santan dari ampasnya dilakukan dengan memeras di
atas saringan. Perhatikan orang yang sedang membangun rumah. Sebelum pasir dicampur
dengan semen, pasir tersebut terlebih dahulu diayak untuk memisahkan pasir dan kerikil.
Pemisahan air santan dan ampasnya serta pemisahan pasir dan kerikil merupakan contoh
pemisahan campuran dengan cara penyaringan. Pemisahan campuran dengan penyaringan
didasarkan pada perbedaan ukuran partikel zat-zat penyusun campuran. Partikel yang
mempunyai ukuran lebih kecil akan lolos saringan dan partikel yang lebih besar akan tertinggal
pada saringan. Cara pemisahan dengan cara peny aringan ini dapat dilakukan untuk
5
memisahkan padatan yang mempunyai ukuran berbeda dan untuk memisahkan padatan
dengan cairan.
Pemilihan ukuran penyaring disesuaikan dengan ukuran zat-zat yang akan dipisahkan.
Saringan untuk memisahkan pasir dan kerikil akan berbeda dengan saringan untuk
memisahkan santan dengan ampasnya. Di laboratorium, untuk memisahkan padatan dan cairan
digunakan kertas saring.
Pemisahan zat-zat yang mempunyai perbedaan kelarutan juga dapat dilakukan dengan
penyaringan. Misalnya memisahkan garam yang bercampur pasir, di mana garam mudah larut
dalam air sedangkan pasir tidak larut. Campuran tersebut dimasukkan dalam air, garam akan
larut sedangkan pasir tidak. Setelah disaring pasir akan tertinggal di kertas saring, dan air
garam lolos menembus kertas saring. Zat yang tertahan di kertas saring dinamakan residu dan
cairan yang dapat menembus kertas saring dinamakan filtrat. Langkah penyaringan ditampilkan
pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Pemisahan campuran air dan pasir dengan cara penyaringan (filtrasi)
Prinsip pemisahan campuran dengan cara penyaringan dapat digunakan untuk menjernihkan
air kotor . Saringan yang digunakan berupa pasir, kerikil dan ijuk.
b. Destilasi
Pemisahan campuran dengan destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih. Cara ini dapat
digunakan untuk memisahkan campuran yang mempunyai titik didih berbeda. Campuran
antara air dan bensin dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Semakin jauh perbedaan titik
didih, semakin mudah campuran tersebut dipisahkan.
Pemisahan dengan cara destilasi juga dapat digunakan untuk memperoleh air murni dari air
yang sudah terkotori zat padat yang larut didalamnya. Campuran antara air dan garam dapur
dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Garam akan tertinggal dalam labu dan air akankeluar
melalui pendingin.
Untuk lebih memahami proses pemisahan dengan destilasi, perhatikan gambar 1.4. Misalkan
ingin memisahkan air dan bensin. Air mempunyai titik didih 100 o C dan bensin mempunyai titik
didih 80oC.
6
Gambar 1.4. Pemisahan Campuran dengan Teknik Destilasi

Campuran dipanaskan hingga 81oC, suhu dilihat dari termometer yang telah di pasang.
Akibatnya, bensin akan menguap dan air belum menguap. Uap bensin didinginkan dalam
pendingin, sehingga mengembun dan menetes keluar, tetesan yang dihasilkan dinamakan
destilat. Setelah proses selesai, air tertinggal di labu dan bensin keluar sebagai destilat dalam
penampung.
c. Kristalisasi
Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan
jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan membentuk
kristal. Petani garam memperoleh garam dengan jalan menguapkan air laut. Air laut dialirkan
ke tambak-tambak dan dibiarkan menguap oleh sinar matahari. Air yang terkandung dalam air
laut tersebut akan menguap, sehingga air laut akan semakin pekat dan setelah lewat jenuh akan
terbentuk kristal garam.
d. Sublimasi
Pemisahan campuran dengan sublimasi dilakukan jika zat yang dapat menyublim tercampur
dengan zat lain yang tidak dapat menyublim. Sublimasi adalah peruba han zat dari wujud padat
ke gas atau sebaliknya. Beberapa zat yang dapat menyublim adalah: kapur barus, iodin, kafein
dan lain-lain.
Di laboratorium, pemisahan dengan cara sublimasi dapat dilakukan seperti pada Gambar 1.5
Misalnya akan memisahkan iodin yang terkotori pasir.

7
Gambar 1.5 Pemisahan Campuran dengan Teknik Sublimasi
Langkah-langkah kerja untuk pemisahan iodin kotor dengan sublimasi adalah sebagai
berikut:
 Iodin kotor dimasukkan dalam gelas kimia
 Gelas kimia ditutup dengan gelas arloji yang telah diisi dengan butiran es.
 Gelas kimia dipanaskan dengan api kecil.
 Iodin akan menyublim (padat ke gas)
 Setelah uap mendekat dasar kaca arlojiakan terjadi sublimasi (gas ke padat)
 Iodin murni menempel pada dasar kaca arloji dan pasir tetap tertinggal di gelas kimia.
e. Kromatografi
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan
merambat antara partikel -partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada
dinding yang menghasilkan garis-garis dengan jarak ternentu.

Gambar 1.6. Pemisahan Campuran dengan Teknik Kromatografi


Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran
warna tersebut dengan cara kromatografi. Pemisahan warna tinta dapat dilakukan seperti pada
Gambar 1.6, dengan tahap -tahap sebagai berikut:
 Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)
 Tinta dibiarkan hingga mengering
 Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak
 Air akan merambat naik
 Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapa warna

8
LATIHAN SOAL

Jawab pertanyaan berikut


1. Lengkapi tabel berikut dengan mengelompokkan beberapa perubahan materi ke dalam
perubahan fisika atau kimia dengan membubuhkan tanda checklist (√).
Perubahan Materi
No Perubahan Materi
Fisika Kimia
1. singkong jadi tape

2. susu menjadi basi


3. es mencair

4. Besi berkarat
5. beras menjadi tepung

2. Kelompokkan materi berikut dengan memberi tanda checklist (√).


Campuran
Materi Unsur Senyawa
Homogen Heterogen

Garam
Sayur sop

Besi
Kuningan

Aluminium

3. Jelaskan prinsip pemisahan campuran yang digunakan untuk memisahkan campuran berikut
a. garam dan pasir
b. air dan alkohol
c. kapur barus dan pasir
d. penyulingan minyak bumi
e. penjernihan air kotor

BAB II
9
LAMBANG UNSUR, RUMUS KIMIA, DAN PERSAMAAN REAKSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menuliskan lambang unsur
2. Membedakan rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa
3. Menuliskan persamaan reaksi berdasarkan zat-zat yang terlibat dalam reaksi
4. Merumuskan persamaan setara suatu reaksi kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari

B. URAIAN MATERI

1. LAMBANG UNSUR
Pada abad pertegahan, lambang unsur dinyatakan untuk memudahkan komunikasi di antara
para ilmuwan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dalam sejarah kimia, sudah dicoba
beberapa upaya untuk menyederhanakan nama unsur-unsur dengan menggunakan lambang.
Aristoteles, yang hidup 2.400 tahun lalu, percaya bahwa materi tersusun atas empat unsur,
yakni tanah, api, air, dan udara. Sampai tahun 1800, telah ditemukan 35 buah unsur. Unsur
memiliki nama dan lambang unsur yang akan lebih mempermudah cara penulisan dan
pengenalannya.
Pada tahun 1813, seorang ahli kimia Swedia, Jons Jacob Berzelius (1779– 1848), membuat
lambang unsur yang lebih sederhana dan digunakan sebagai dasar penulisan lambang unsur
sampai sekarang. Selanjutnya, lambang unsur yang dibuat oleh Berzelius diturunkan dalam
bahasa Latin atau Yunani. Misalnya hidrogen diberi lambang H dan oksigen diberi lambang O.
Dalam menuliskan lambang unsur, perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
a. Lambang unsur yang terdiri atas satu huruf, penulisannya harus menggunakan huruf
kapital.
b. Lambang unsur yang terdiri atas dua huruf, penulisannya: huruf pertama harus
menggunakan huruf kapital, huruf kedua menggunakan huruf kecil
c. Apabila ada beberapa unsur yang memiliki huruf depan (pertama) yang sama, lambang
unsurnya dibedakan oleh huruf kedua atau huruf berikutnya. Contoh: Calsium (Ca), Cuprum
(Cu), dan Cobalt (Co).
d. Penulisan sistem lambang unsur yang terdiri atas 3 huruf, diberi nama sesuai nomor atom
unsurnya ditambah akhiran -ium. Awalan untuk setiap angka ditetapkan sebagai berikut

10
Contoh:
Unsur dengan nomor atom = 104
1 = un, 0 = nil, 4 = quad,
Lambang unsur = Unq,
Nama unsur = Unilquadium
2. RUMUS KIMIA
Rumus kimia suatu zat memuat informasi tentang jenis unsur dan jumlah atau
perbandingan atom-atom unsur penyusun zat. Secara umum, rumus kimia dinyatakan dengan
lambang unsur dan angka indeks. Lambang unsur menunjukkan jenis unsur sedangkan angka
indeks menunjukkan jumlah atau perbandingan atom-atom unsur. Angka indeks ditulis sebagai
subskrip setelah lambang unsur.

Gambar 2.1 Rumus Kimia


a. Rumus Kimia Unsur
Unsur adalah zat kimia yang tersusun oleh atom tunggal (monoatomik). Oleh karena itu,
rumus kimia unsur sama dengan lambang atom unsur tersebut. Contoh unsur monoatomik
disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Rumus Kimia Beberapa Unsur Monoatomik

Pada kondisi kamar, sebagian unsur ada yang membentuk molekul. Rumus kimia unsur-
unsur semacam ini tidak digambarkan hanya dengan lambang unsurnya, melainkan unsur
beserta jumlah atom yang membentuk molekul unsur tersebut. Beberapa unsur dalam
kehidupan sehari-hari terdapat sebagai molekul unsur. Rumus kimia beberapa molekul unsur
dapat kita lihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Rumus Kimia Beberapa Molekul Unsur

11
b. Rumus Kimia Suatu Senyawa
Diketahui bahwa suatu senyawa dapat terbentuk atas penggabungan beberapa unsur
dengan komposisi tertentu. Oleh karena itu, rumus kimia suatu senyawa biasanya menyatakan
jenis dan jumlah relatif unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai contoh, air memiliki
rumus kimia H2O. Artinya, air tersusun atas 2 unsur Hidrogen dan satu unsur Oksigen.
Rumus kimia suatu senyawa mulai dari yang sederhana dan kompleks dijelaskan sebagai
berikut.
 H2O berarti 1 molekul air terdapat 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen, bukan OH2.
 C12H22O11 berarti dalam 1 molekul gula terdapat 12 atom karbon, 22 atom hidrogen, dan 11
atom oksigen.
Berikut rumus kimia beberapa senyawa dengan nama yang khas dan rumus kimia yang
berbeda-beda.
Tabel 2.3 Rumus Kimia Beberapa Senyawa

c. Rumus Empiris
Rumus kimia suatu senyawa dapat berupa rumus empiris. Rumus empiris disebut juga
rumus perbandingan karena menyatakan perbandingan paling sederhana dari atom-atom
unsur yang menyusun suatu senyawa. Rumus molekul menyatakan jenis dan jumlah atom
yang sebenarnya yang terdapat dalam satu molekul suatu senyawa. Rumus empiris bisa sama
dengan rumus molekul, bisa juga berbeda. Perhatikan Tabel 2.4

12
Tabel 2.4 Perbandingan Rumus Empiris dan Rumus Molekul Beberapa Senyawa

3. PERSAMAAN REAKSI
Persamaan reaksi kimia adalah suatu pernyataan yang menggambarkan reaksi kimia
menggunakan rumus kimia dan lambang-lambang lain.
Persamaan reaksi kimia yang setara mempunyai jumlah atom masing-masing unsur yang
sama pada kedua ruas persamaan tersebut. Pada persamaan reaksi ruas kiri adalah reaktan (zat
yang direaksikan) dan ruas kanan adalah produk (zat yang dihasilkan).
Tanda panah artinya
bereaksi menjadi Fasa zat
Koefisien reaksi,
jika nilainya 1
tidak perlu ditulis
2H2 (g) + O2 (g)  2H2O (g)
Produk reaksi, yakni zat
Pereaksi, yakni zat kimia kimia sesudah reaksi
sebelum reaksi

Koefisien adalah angka di depan zat dalam persamaan reaksi yang menunjukkan jumlah
unit masing-masing zat. Penyetaraan koefisien pereaksi dan hasil reaksi berdasarkan hukum
kekekalan massa, yaitu jumlah massa sebelum reaksi sama dengan jumlah massa sesudah reaksi.
Beberapa lambang lain digunakan pada persamaan reaksi kimia:
 : menghasilkan + : ditambah
(s) : padatan (s = solid) (l) : cairan atau leburan (l = liquid)
(g) : gas (g = gas) (aq) : terlarut dalam air (aq = aqueous)
Langkah-langkah penulisan suatu persamaan reaksi dapat ditulis sebagai berikut.
Contoh: klorin + kalium bromida → kalium klorida + bromin

Tabel 2.5 Langkah – langkah menentukan koefisien

13
Contoh Soal 1:
Setarakan persamaan reaksi berikut: NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Jawab:

Contoh Soal 2
Setarakan persamaan reaksi berikut: C3H8(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(l)
Ada beberapa pertimbangan dan trik yang dipakai untuk memudahkan dalam penyetaraan
persamaan reaksi. Atom C dan atom H harus disetarakan terlebih dahulu, kemudian
setarakan atom O

14
Sisi kanan Jumlah atom C dikalikan 3 sehingga menjadi 3 CO2
Jumlah atom H di kanan dikalikan 4 sehingga menjadi 4 H2O
Jumlah atom O di kanan menjadi 10
Sisi kiri Jumlah atom O di kiri harus dikalikan 5 menjadi 5 O2 sehingga jumlah atom
O menjadi 10.
Jadi, persamaan reaksinya yaitu: C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g)

Aturan Penyetaraan Persamaan Reaksi


Banyak reaksi dapat disetarakan dengan jalan mencoba/menebak. Akan tetapi, sebagai
permulaan, dapat mengikuti langkah berikut.
a. Pilihlah satu rumus kimia yang paling rumit, tetapkan koefisiennya sama dengan 1.
b. Zat-zat yang lain tetapkan koefisien sementara dengan huruf.
c. Setarakan dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang tadi diberi koefisien 1.
d. Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan paling
akhir.
Perhatikan beberapa contoh berikut.
Contoh:
Soal
Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi antara gas metana (CH 4) dan gas oksigen
membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Jawaban:
Langkah 1 : Menuliskan rumus kimia dan persamaan reaksi:
CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(l)
Langkah 2 : Penyetaraan:
a. Tetapkan koefisien CH4 = 1, sedangkan koefisien zat-zat lainnya dimisalkan dengan
huruf.
1CH4(g) + a O2(g) → b CO2(g) + c H2O(l)
Setarakan jumlah atom C dan H

15
b. Masukkan koefisien b dan c sehingga persamaan reaksi menjadi:
1 CH4(g) + a O2(g) → 1 CO2(g) + 2 H2O(l)
c. Setarakan jumlah atom O.

Persamaan reaksi setara selengkapnya adalah:


1 CH4(g) + 2 O2(g) → 1 CO2(g) + 2 H2O(l)
Untuk selanjutnya koefisien 1 tidak perlu ditulis sehingga persamaan reaksi menjadi:
CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(l) (setara)

16
LATIHAN SOAL

1. Tuliskan nama unsur dengan lambang unsur sebagai berikut:


 Al  Cr
 P  Sn
 Au  Fe
 Pb  Na

a. Tentukan banyaknya unsur O dalam senyawa berikut ini:


a. Al2O3.7H2O
b. 3Fe2(SO4)3

2. Tentukan rumus molekul dan rumus empiris senyawa berikut


a. Soda kue yang terdiri dari 1 atom Na, 1 atom H, 1 atom C dan 3 atom O
b. Kafein yang terdiri dari 8 atom C, 10 atom H, 4 atom N, dan 2 atom O.
c. Cuka yang terdiri dari 2 atom C, 4 atom H, dan 2 atom O

3. Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk reaksi berikut:


a. Difosforus pentaoksida padat dengan larutan kalium hidroksida menghasilkan larutan
kalium fosfat dan air
b. Logam aluminium dengan larutan asam sulfat menghasilkan larutan aluminum sulfat dan
gas hidrogen.
c. Besi dengan larutan asam klorida membentuk larutan besi (II) klorida dan gas hidrogen.

4. Magnesium klorida diperoleh dari bahan dasar karnalit dengan cara kristalisasi bertingkat.
MgCl2 dapat juga diperoleh dari logam Mg yang telah dibuat direaksikan dengan HCl yang
merupakan asam non-oksidator dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Mg(aq) + HCl(aq)   →   MgCl2(aq) + H2(g)
Apakah reaksi tersebut sudah setara? Jika belum setarakan persamaan reaksi tersebut.

5. Peleburan besi dilakukan dalam suatu alat yang disebut blast furnace (tungku sembur). Bahan
yang dimasukkan dalam tungku ini ada tiga jenis, yaitu bijih besi yang bercampur pasir
(biasanya hematit), batu kapur (CaCO3) untuk mengikat kotor(fluks) pada besi, dan karbon
(kokas) sebagai zat. Setarakan persamaan reaksi peleburan besi berikut.
Fe2O3 + C → Fe + CO2

17
BAB III
IKATAN KIMIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan dengan cara berikatan
dengan unsur lain
2. Mendeskripsikan ikatan ion dan mekanisme pembentukannya
3. Mendeskripsikan ikatan kovalen dan mekanisme pembentukannya
4. Menunjukkan proses pembentukan ikatan ion pada beberapa senyawa dalam kehidupan
sehari hari
5. Menunjukkan proses pembentukan ikatan kovalen pada beberapa senyawa dalam kehidupan
sehari hari

B. URAIAN MATERI
1. KONDISI STABIL ATOM UNSUR
Segala sesuatu di alam ini selalu membentuk suatu kestabilan. Begitu pula halnya dengan
senyawa kimia. Senyawa kimia tersusun atas molekul atau atom. Atom-atom akan saling
bergabung membentuk suatu ikatan kimia untuk mencapai kestabilan. Beberapa molekul terdiri
atas atom-atom yang berbeda seperti garam (NaCl). Ada juga molekul yang terdiri atas atom-
atom yang sama seperti gas hidrogen (H2).
Senyawa yang memiliki rumus kimia NaCl ini terdiri atas unsur natrium (Na) dan klorin (Cl).
Unsur Na bersifat reaktif, reaksinya dengan air dapat menimbulkan ledakan. Adapun, unsur
klorin bersifat toksik. Akan tetapi, ketika kedua unsur ini bergabung (berikatan) maka diperoleh
senyawa baru yang dapat digunakan sebagai bumbu makanan.
Berdasarkan sifatnya, unsur-unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
unsur logam, unsur nonlogam, dan unsur gas mulia. Unsur-unsur yang bersifat logam adalah
unsur-unsur yang termasuk golongan IA, IIA, dan IIIA (kecuali boron), IVA (kecuali karbon dan
silikon), sebagian VA (antimon dan bismut), IB, IIB, IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, dan VIIIB. Unsur-
unsur yang bersifat nonlogam adalah unsur-unsur yang termasuk golongan IVA (karbon dan
silikon), sebagian VA (kecuali antimon dan bismut), VIA, dan VIIA. Adapun unsur-unsur
golongan VIIIA dinamakan gas mulia.
Sifat logam, nonlogam, dan gas mulia berhubungan dengan elektron valensi unsur.
Perhatikanlah elektron valensi beberapa unsur dalam tabel berikut

18
Tabel 3.1

Berdasarkan tabel tersebut, atom unsur yang memiliki elektron valensi 1, 2, dan 3 tergolong
ke dalam unsur logam. Atom dengan elektron valensi 4, 5, 6 dan 7 termasuk unsur nonlogam.
Adapun unsur gas mulia memiliki elektron valensi 2 dan 8
Apakah perbedaan antara unsur logam, nonlogam, dan gas mulia? Jawabannya akan lebih
mudah diketahui dengan menggambarkan susunan elektron valensi unsur.

Gambar 3.1 Susunan elektron unsur Na, Cl, Ar, dan He


Perhatikan gambar susunan elektron unsur He dan Ar. Pada kedua unsur tersebut, setiap
kulit elektron terisi penuh. Lain halnya dengan unsur Na dan Cl, kulit terakhirnya tidak terisi
penuh. Kulit ketiga atom Na hanya berisi 1 elektron, sedangkan kulit ketiga atom Cl berisi 7
elektron. Jumlah elektron maksimum kulit ketiga adalah 8. Jumlah elektron di kulit terluar
disebut elektron valensi. Elektron valensi unsur dapat juga digambarkan menggunakan struktur
Lewis. Struktur Lewis adalah suatu kaidah penggambaran elektron valensi unsur yang
dikemukakan oleh ahli kimia Amerika, G.N.Lewis. Dalam struktur Lewis, yang digambarkan
hanya elektron valensinya saja. Berikut struktur Lewis untuk unsur Na, Cl, Ne, dan He

Gambar 3.2 Struktur Lewis Na, Cl, Ne, He

19
Contoh soal:
Gambarkanlah struktur Lewis unsur-unsur berikut.
a. K
b. S
Jawab
a. Unsur K memiliki nomor atom 19 sehingga konfigurasi elektronnya adalah 2 8 8 1. Dengan
demikian, elektron valensi unsur K adalah 1 sehingga struktur Lewisnya dapat
digambarkan sebagai berikut.

b. Unsur S memiliki nomor atom 16 sehingga konfigurasi elektronnya adalah 2 8 6. Dengan


demikian, elektron valensi unsur S adalah 6 sehingga struktur Lewisnya dapat digambarkan
sebagai berikut.

Suatu atom dikatakan stabil jika semua kulitnya terisi penuh atau setengah penuh. Dengan
demikian, unsur-unsur golongan gas mulia bersifat stabil. Konfigurasi elektron unsur golongan
gas mulia disebut konfigurasi duplet (untuk helium) dan oktet (untuk neon, argon, xenon,
kripton, dan radon). Unsur-unsur gas mulia jarang ditemukan bereaksi dengan unsur lain
kecuali untuk Kr, Xe, dan Rn yang dapat bereaksi walaupun diperlukan kondisi khusus. Berikut
ini konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia
Tabel 3.2 Konfigurasi Elektron Unsur Gas Mulia

Unsur logam dan nonlogam belum stabil. Untuk mencapai kestabilannya, unsur logam
cenderung melepaskan elektron, sedangkan unsur nonlogam cenderung menerima elektron.
Dengan melepaskan atau menerima elektron, konfigurasi elektron unsur logam dan nonlogam
sama dengan konfigurasi elektron gas mulia yang stabil. Setelah melepaskan elektron, unsur
logam bermuatan positif. Adapun unsur nonlogam akan bermuatan negatif setelah menerima
elektron. Atom bermuatan positif dapat berikatan dengan atom bermuatan negatif membentuk
senyawa.

20
2. IKATAN ION
Anda tentu tidak asing lagi dengan garam dapur. Hampir setiap masakan yang Anda
makan pasti mengandung garam dapur. Senyawa kimia yang memiliki rumus kimia NaCl ini
berwujud padat, namun mudah rapuh. Garam dapur juga memiliki titik didih yang sangat
tinggi. Tahukah Anda, mengapa garam dapur memiliki sifat seperti itu? Sifat dari suatu
senyawa kimia termasuk garam dapur dipengaruhi oleh jenis ikatan kimia dan struktur
senyawa tersebut.
Bagaimanakah cara unsur penyusun garam dapur berikatan? Bagaimana struktur
senyawa garam dapur?
Atom Na memiliki konfigurasi elektron 2 8 1 sehingga elektron valensinya 1. Adapun
konfigurasi elektron atom Cl adalah 2 8 7 sehingga elektron valensinya adalah 7. Dalam
keadaan netral, atom Na dan Cl memiliki jumlah elektron dan proton yang sama banyak.
Atom Na memiliki 11 proton dan 11 elektron, sedangkan atom Cl memiliki 17 proton dan 17
elektron.
Pada keadaan ini, atom Na dan Cl tidak stabil. Berdasarkan kaidah oktet, untuk
mencapai kestabilannya, atom Na harus melepaskan 1 elektron, sedangkan atom Cl
membutuhkan 1 elektron. Apakah yang terjadi jika atom Na melepaskan elektron dan atom
Cl menerima 1 elektron?
Atom Na akan bermuatan positif karena jumlah proton lebih banyak daripada jumlah
elektron. Adapun atom Cl akan bermuatan negatif karena jumlah proton lebih sedikit
daripada jumlah elektron. Dengan demikian, atom Na dan Cl dapat mencapai kestabilannya
dengan cara serah terima elektron. Atom Na menyerahkan 1 elektron kepada atom Cl
sehingga atom Cl menerima 1 elektron dari atom Na

Karena berbeda muatan, ion Na+ dan ion Cl– akan saling tarik-menarik. Interaksi yang
dinamakan interaksi elektrostatik ini berlangsung secara terus-menerus. Ikatan kimia yang
terbentuk dengan cara serah terima elektron, seperti pembentukan NaCl, dinamakan ikatan
ion. Senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion disebut senyawa ion.
Contoh lain pembentukan ikatan ion:
Proses pembentukan ikatan ion pada senyawa CaCl2
Konfigurasi elektron atom Ca: 2 8 8 2
Konfigurasi elektron atom Cl: 2 8 7

21
Untuk mencapai kestabilannya, atom Ca harus melepaskan 2 elektron, sedangkan atom Cl
membutuhkan 1 elektron. Jadi, atom Ca memberikan masing-masing 1 elektron kepada 2
atom Cl sehingga 1 atom Ca mengikat 2 atom Cl. Setelah melepaskan 2 elektron, atom Ca
menjadi ion Ca2+ . Adapun atom Cl menjadi ion Cl– setelah menerima 1 elektron. Senyawa
yang terbentuk adalah CaCl2

Senyawa ion dapat diketahui dari beberapa sifatnya, antara lain:


a. Merupakan zat padat dengan titik leleh dan titik didih yang relatif tinggi.
b. Rapuh, sehingga hancur jika dipukul.
c. Lelehannya menghantarkan listrik.
d. Larutannya dalam air dapat menghantarkan listrik.

3. IKATAN KOVALEN
Pernahkah Anda mengamati kompor gas? Bahan bakar apa yang digunakannya? Salah
satu gas yang digunakan sebagai bahan bakar yaitu gas metana (CH 4). Berdasarkan rumus
kimianya, gas metana tersusun atas 1 atom C dan 4 atom H. Menurut Anda, bagaimanakah
cara atom C mengikat 4 atom H? Apakah sama dengan proses pembentukan ikatan ion?
Atom C memiliki konfigurasi elektron 2 4 sehingga elektron valensinya 4. Adapun
konfigurasi elektron atom H adalah 1 sehingga elektron valensinya adalah 1.

Gambar 3.3 Struktur Lewis atom


Untuk mencapai kestabilannya, atom C cenderung menerima 4 elektron, sedangkan
atom H cenderung menerima 1 elektron. Atom C dapat berikatan dengan atom H dengan
cara pemakaian elektron bersama sehingga 1 atom C mengikat 4 atom H

22
Gambar 3.4 Struktur Lewis Molekul CH4
Ikatan yang terbentuk melalui pemakaian elektron bersama dinamakan ikatan kovalen.
Senyawa yang terbentuk dinamakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen terbentuk antara atom
nonlogam dan atom nonlogam lainnya. Ada berapa jenis ikatan kovalen? Perhatikanlah
kembali struktur Lewis CH4. Ternyata, elektron yang digunakan bersama setiap pasang atom
C dan H ada 2 elektron. Struktur Lewis dapat juga digunakan untuk menunjukkan jenis
ikatan antaratom. Jenis ikatan yang terbentuk bergantung pada jumlah elektron yang
digunakan bersama. Jika digunakan 2 elektron, jenis ikatannya adalah ikatan tunggal. Jika
digunakan 4 elektron, jenis ikatannya adalah ikatan rangkap dua. Jika digunakan 6 elektron,
jenis ikatannya adalah ikatan rangkap tiga. Berdasarkan hal tersebut, senyawa CH 4 dapat juga
digambarkan sebagai berikut

Gambar 3.5 Struktur Lewis Molekul CH4


a. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Atom O memiliki konfigurasi elektron 2 6 sehingga elektron valensinya 6. Untuk
mencapai kestabilannya, atom O cenderung menerima 2 elektron. Jika 2 atom O saling
berikatan, setiap atom O harus menyumbangkan 2 elektron untuk digunakan bersama
sehingga elektron yang digunakan bersama jumlahnya 4.

Gambar 3.6 Struktur Lewis atom O dan molekul O2

23
Pasangan elektron yang dipakai bersama-sama disebut pasangan elektron ikatan (PEI),
sedangkan yang tidak dipakai bersama-sama dalam ikatan disebut pasangan elektron bebas
(PEB). Molekul O2 memiliki 2 PEI dan 4 PEB
b. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Anda telah mempelajari proses pembentukan ikatan kovalen tunggal dan rangkap dua.
Berdasarkan pemahaman yang telah Anda peroleh, dapatkah Anda memprediksi ikatan
kovalen yang terjadi jika 2 atom N saling berikatan? Atom N memiliki konfigurasi elektron 2
5 sehingga elektron valensinya 5. Untuk mencapai kestabilannya, atom N cenderung
menerima 3 elektron. Jika 2 atom N saling berikatan, setiap atom N harus menyumbangkan 3
elektron untuk digunakan bersama sehingga elektron yang digunakan bersama berjumlah 6.
Molekul N2 memiliki 3 PEI dan 2 PEB

Gambar 3.7 Struktur Lewis atom N dan molekul N2

24
LATIHAN SOAL
Jawab Pertanyaan berikut.
1. Gambarkan pembentukan ikatan ion antara atom Al dan atom F dalam senyawa AlF3
Jawab:

2. Gambarkan pembentukan ikatan (lengkap dengan PEI dan PEB nya) dalam senyawa:
a. NH3
7 N
1 H

b. CO2
6 C
8 O

c. N2
7 N

BAB IV
25
HUKUM DASAR KIMIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menerapkan hukum-hukum dasar kimia dalam perhitungan kimia


2. Menghitung massa atom relatif dan massa molekul relative
3. Menerapkan hubungan antara mol dengan jumlah partikel, massa molar zat dan volum
molar gas
4. Menghitung Persen massa komponen penyusun zat dalam perhitungan kimia
5. Menggunakan hukum-hukum dasar kimia dalam perhitungan kimia

B. URAIAN MATERI

Perhatikanlah air di sekitar Anda, suatu zat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa
air memiliki rumus molekul H2O? Air terdiri atas unsure hidrogen dan oksigen dengan
perbandingan tertentu. Berapakah jumlah molekul uap air yang terbentuk dari pembakaran gas
metana oleh oksigen?
Perhitungan jumlah pereaksi yang diperlukan dan jumlah produk yang dihasilkan memerlukan
suatu perhitungan kimia yang tepat. Melalui serangkaian eksperimen dan pengamatan, para ahli
kimia mengemukakan teori-teori tentang perhitungan zat. Setelah melalui pengujian dan
pembuktian, teori-teori ini akhirnya dijadikan hukum dasar kimia Dalam bab ini, Anda akan
mempelajari hukum-hukum dasar perhitungan kimia untuk lebih memahaminya.

1. HUKUM DASAR KIMIA


a. HUKUM KEKEKALAN MASSA (HUKUM LAVOISIER)
Perhatikan reaksi pembakaran kertas. Sepintas lalu dapat kita lihat bahwa massa abu hasil
pembakaran lebih kecil daripada massa kertas yang dibakar. Apakah pembakaran kertas disertai
pengurangan massa? Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi. Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi, kemudian menimbang hasil
reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Lavoisier menyimpulkan
hasil penemuannya dalam suatu hukum yang disebut hukum kekekalan massa:
“Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama“.
Perubahan materi yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari umumnya berlangsung
dalam wadah terbuka. Jika hasil reaksi ada yang berupa gas (seperti pada pembakaran kertas),
maka massa zat yang tertinggal menjadi lebih kecil daripada massa semula
Contoh soal: lengkapi tabel berikut.
Tabel 5.1 Massa Pereaksi dan Hasil Reaksi
26
b. HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)
Tahun 1799 Joseph Proust melakukan percobaan dengan mereaksikan hidrogen dan oksigen.
Ternyata hydrogen dan oksigen selalu bereaksi membentuk air dengan perbandingan massa
yang tetap yaitu 1 : 8.
Tabel 5.2 Perbandingan massa hidrogen dan oksigen membentuk air

Berdasarkan hasil percobaan yang diperolehnya, dia menyimpulkan bahwa:


“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap”
Contoh menentukan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa berdasarkan hasil
percobaan ditunjukkan pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Perbandingan Massa Besi dan Belerang pada Senyawa FeS

27
Berdasarkan data tersebut ternyata perbandingan massa besi dan belerang pada senyawa besi
sulfida (FeS) selalu tetap, yaitu 7 : 4
Contoh soal:
1) Tembaga oksida dibuat dengan tiga macam cara dan diperoleh hasil sebagai berikut.
a) 6,360 g tembaga menghasilkan 7,959 g tembaga oksida
b) 9,540 g tembaga menghasilkan 11,940 g tembaga oksida
c) 8,480 g tembaga menghasilkan 10,614 g tembaga oksida
Tunjukkan bahwa tiga macam cara tersebut sesuai dengan Hukum Perbandingan Tetap.
Jawab
Menurut hukum ini, perbandingan massa ketiga cuplikan itu harus tetap. Oleh karena itu,
perlu kita hitung persentase tembaga dalam cuplikan tersebut

Hasil perhitungan menunjukkan komposisi massa tembaga dalam ketiga cuplikan itu sama
(79,9%). Jadi, tiga cara pembuatan tembaga oksida ini sesuai dengan Hukum Perbandingan
Tetap
2) Diketahui perbandingan massa kalsium dan oksigen dalam membentuk senyawa kalsium
oksida adalah 5: 2. Bila direaksikan 10 gram kalsium dan 12 gram oksigen, tentukan massa
kalsium oksida (CaO) yang terbentuk dan sisa pereaksi
Jawab:

28
c. HUKUM KELIPATAN PERBANDINGAN (HUKUM DALTON)
Dua unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa. Misalnya unsur karbon dengan
oksigen dapat membentuk karbon monoksida dan karbon dioksida. John Dalton (1766–1844)
mengamati adanya suatu keteraturan perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa. Dari hasil percobaan, Dalton merumuskan hukum kelipatan perbandingan (hukum
Dalton) yang berbunyi:
“Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu macam senyawa maka
perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan
bulat sederhana.”
Perhatikan tabel perbandingan massa dari unsur-unsur dalam senyawa NO, N 2O, dan NO2
berikut
Tabel 5.4 Perbandingan Unsur Nitrogen dan Oksigen dalam Beberapa Senyawa

Dalam senyawa NO, perbandingan massa nitrogen dan massa oksigen yaitu 7 : 8. Dalam
senyawa N2O, perbandingan massa nitrogen dan massa oksigen yaitu 14 : 8, sedangkan dalam
NO2 yaitu 7 : 16. Perbandingan massa oksigen dalam NO dan massa oksigen dalam N 2O
memiliki nilai yang sama yaitu 8, sedangkan perbandingan massa nitrogen dalam NO dan
nitrogen dalam N2O berbeda

Dapat disimpulkan bahwa perbandingan massa NIdan NII yaitu 7 : 14 = 1 : 2


d. HUKUM PERBANDINGAN VOLUME (GAY-LUSSAC)
Joseph Louis-Gay Lussac, seorang ahli kimia Prancis pada 1808 mengamati volume gas-gas
yang terlibat dalam suatu reaksi. Pengamatan menunjukkan bahwa pada reaksi pengukuran
temperatur dan tekanan yang sama diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Satu bagian volume gas hidrogen bereaksi dengan satu bagian volume gas klorin
menghasilkan dua volume gas hidrogen klorida:
H2 (g) + Cl2 (g) → 2 HCl (g)

29
2) Dua bagian volume gas hidrogen bereaksi dengan satu bagian volume gas oksigen
menghasilkan 2 bagian volume air:
2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O (g)

Dari data tersebut, Gay Lussac menyimpulkan Hukum Perbandingan Volume


“Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas
pereaksi dengan gas-gas hasil reaksi merupakan bilangan yang bulat dan mudah.”
Dapat juga dikatakan
“Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas sama
dengan perbandingan koefisien dalam reaksi yang sama”

1) Penerapan Hukum Gay-Lussac


Suatu persamaan reaksi kimia yang menyatakan terlibatnya suatu pereaksi atau hasil reaksi
yang berwujud gas memiliki koefisien reaksi sehingga jumlah atom-atom pereaksi dan hasil
reaksi dalam persamaan reaksi tersebut setara.
Koefisien reaksi dalam persamaan reaksi tersebut menyatakan perbandingan volume gas
pada temperatur dan tekanan yang sama. Perhitungan volume gas-gas pereaksi atau hasil
reaksi berdasarkan Hukum Gay Lussac juga dapat dinyatakan:
“Perbandingan koefisien dalam reaksi kimia = perbandingan volume pada keadaan suhu dan
tekanan yang sama”
Untuk dua buah gas (misalnya gas Adan gas B) yang tercantum dalam satu persamaan reaksi,
berlaku hubungan:

Contoh:
Amonia dibuat dari reaksi gas hidrogen dengan gas nitrogen menurut persamaan:
3 H2 (g) + N2 (g) → 2 NH3 (g)

30
Jika 6 liter hidrogen bereaksi dengan nitrogen untuk membentuk amonia, hitunglah volume
N2 yang bereaksi serta volume NH3 yang terbentuk jika diukur pada kondisi temperatur dan
tekanan yang sama.
Jawab
Perbandingan koefisien H2: N2: NH3 = 3 : 1 : 2. Jadi, jika H2 = 6 L maka

Jadi, volume N2 yang bereaksi = 2 L dan volume NH3 yang terbentuk = 4 L

2) Penerapan Hipotesis Avogadro


Seorang ahli fisika Italia, Amedeo Avogadropada 1811 menemukan bahwa gabungan dari
atom-atom yang sama membentuk suatu molekul (bukan merupakan atom-atom bebas).
Dengan demikian, Avogadro mengembangkan Hukum Dalton dan Gay Lussac yang dikenal
dengan Hipotesis Avogadro.
“Pada temperatur dan tekanan yang sama, volume yang sama dari semua gas mengandung
jumlah molekul yang sama”
Contoh:
Hidrogen + Klor → Hidrogen klorida
1 volume 1 volume 2 volume
n molekul n molekul 2n molekul
dibagi dengan n
1 molekul + 1 molekul → 2 molekul
Dengan kata lain, Hipotesis Avogadro ini berlaku

Contoh:
1) Reaksi N2 (g) + 3 H2 (g)→2 NH3 (g). Jika pada 1 liter gas N 2 terdapat n molekul, hitunglah jumlah
molekul H2 yang bereaksi dan jumlah molekul NH3 yang terbentuk jika reaksi berlangsung pada
temperatur dan suhu yang sama.
Jawab: Perbandingan volume N2: H2: NH3 = 1 : 3 : 2 menunjukkan perbandingan molekul, jika N 2
ada n molekul maka

31
2) Sebanyak 9 L gas oksigen mengandung 9,4 × 10 22 molekul. Pada suhu dan tekanan yang sama,
hitunglah jumlah molekul 36 L gas karbon dioksida dan volume 9,8 × 1023 molekul uap air
Jawab:

2. KONSEP MOL
Jika perhitungan zat dalam suatu reaksi kimia dilakukan menggunakan jumlah partikel,
akan memperlihatkan bilangan yang sangat besar. Misalnya, dalam 1 gram air terkandung 3,344
× 1022 molekul, bilangan tersebut merupakan suatu jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu,
para ahli kimia mencari satuan jumlah zat yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah
partikel. Dalam reaksi kimia dikenal dengan konsep mol. Satu mol adalah banyaknya zat yang
mengandung partikel-partikel zat itu sebanyak atom yang terkandung dalam 12 gram 12 C
sebanyak 6,023 × 1023 (tetapan Avogadro). Dengan demikian, berarti:

32
Hubungan antara jumlah mol (n) dengan jumlah partikel (X) dalam zat dapat dinyatakan
sebagai berikut.

Contoh soal
1. Hitunglah jumlah partikel 2 mol unsur natrium
2. Hitunglah jumlah mol 3,01 × 1022 molekul H2
Jawab
1. X = n × 6,02 × 1023 = 2 × 6,02 × 1023 = 1,204 × 1024 atom Na

X 3,01 x 1022
2. n= = =0,05 mol
6,02 x 10 23 6,02 x 1023

3. HUBUNGAN MOL, JUMLAH PARTIKEL, MASSA ZAT, DAN VOLUME ZAT


a) Massa molar
Massa molar atau massa molekul relatif adalah massa 1 mol zat yang dinyatakan dalam
gram mol-1.

Hubungan jumlah mol (n) dengan massa zat (m) adalah:

33
Untuk unsur yang partikelnya berupa molekul dan senyawa, maka massa molar sama
dengan Mr (massa molekul relatif) dalam satuan gram/mol

dengan: Mr = massa molekul relatif (gram/mol)


Ar = massa atom relatif (gram/mol) (James E. Brady, 1990)

Contoh:

a. Menghitung massa molar


1) Massa molar O2 = 2 × Ar O
= 2 × 16 gram/mol = 32 gram/mol
2) Massa molar H2O = (2 × Ar H) + Ar O
= (2 × 1) + 16
= 2 + 16 = 18 gram/mol
3) Massa molar H2SO4 = (2 × Ar H) + Ar S + (4 × Ar O)
= (2 × 1) + 32 + (4 × 16)
= 2 + 32 + 64 = 98 gram/mol
4) Massa Molar CO(NH2)2 = massa molar CON2H4
= (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar N) + (4 x Ar H)
= (1 x 12) + (1 x 16) + (2 x 14) + (4 x 1)
= 12 + 16 + 28 + 4 = 60

5) Massa Molar CuSO4.3 H2O = massa molar CuSO4.H6O3


34
= (1 x Ar Cu) + (1 x Ar S) + (4 x Ar O) + (6 x Ar H) + (3 x Ar O)
= (1 x 63,5) + (1 x 32) + (4 x 16) + (6 x 1) + (3 x 16)
= 63,5 + 32 + 64 + 6 + 48 = 213,5

b. Menghitung Massa Jika Diketahui Jumlah Mol Zat


Hitunglah massa dari:
1) 5 mol besi (Ar Fe = 56)
2) 0,5 mol air H2O (Ar H = 1, O = 16)
Jawab:
1) massa besi = n × Ar Fe = 5 mol × 56 mol/gram = 280 gram
2) massa air = n × Mr H2O = 0,5 mol × 18 mol/gram = 9 gram
c. Menghitung Mol Jika Diketahui Massa Zat
d. Hitunglah banyaknya mol dari:
1) 2,3 gram natrium (Ar Na = 23)
2) 45 gram C6H12O6 (Ar C = 12, H = 1, dan O = 16)
Jawab:

1)

2)

b) Volume Molar
Hipotesis Avogadro menyebutkan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas
dengan volume yang sama akan mengandung jumlah partikel yang sama pula. Oleh karena
1 mol setiap gas mempunyai jumlah molekul yang sama, maka pada suhu dan tekanan yang
sama pula, 1 mol setiap gas mempunyai volume yang sama. Volume per mol gas disebut
volume molar dan di-lambangkan Vm

dengan: V = volume gas (liter)


n = jumlah mol (mol)
Vm = volume molar (liter/mol) (Martin S. Silberberg, 2000)

35
Keadaan standar dinyatakan sebagai tekanan 1 atm (76 CmHg) dan suhu 0 °C (273 K).
Keadaan tersebut jika dimasukkan ke dalam rumus gas ideal:

keterangan:
P = tekanan = 1 atm
V = volume = 1 L
n = 1 mol gas
R = tetapan gas = 0,082 L atm/mol K
T = suhu 0 °C = 273 K
Harga volume yang akan diperoleh = 22,389 L ≈22,4 liter
Jadi, pada keadaan standar (STP), volume molar (volume 1 mol gas) adalah 22,4 liter/mol
Dapat pula dirumuskan:

Contoh soal 1:
a. Hitunglah volume 2 mol gas oksigen apabila diukur pada keadaan standar.
b. Hitunglah jumlah mol dari 5,6 liter gas hidrogen dalam suatu balon gas pada keadaan
standar
Jawab
i. Volume O2 = mol O2 × 22,4 L
= 2 × 22,4 L
= 44,8 L
Volume H 2 5,6
ii. Mol H 2= =0,25 mol
22,4 22,4

Hubungan mol dengan jumlah partikel, massa zat, dan volume zat pada keadaan standar
adalah

Sehingga dapat ditulis juga:

36
4. KOMPOSISI ZAT
a. Komposisi Zat
Salah satu kegiatan penting dalam ilmu kimia adalah melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi zat. Ada dua kegiatan dalam identifikasi zat, yakni analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menentukan jenis komponen
penyusun zat. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan massa dari setiap
komponen penyusun zat. Dengan mengetahui jenis dan massa dari setiap komponen
penyusun zat, kita dapat mengetahui komposisi zat tersebut.
Komposisi zat dinyatakan dalam persen massa (% massa). Perhitungan persen massa
untuk setiap komponen dapat menggunakan persamaan berikut

Contoh soal:
1) Seorang ahli kimia melakukan analisis terhadap sejumlah sampel zat. Ia menemukan bahwa
sampel seberat 65 gram tersebut mengandung 48 gram karbon, 9 gram hidrogen, dan 8 gram
oksigen. Nyatakan komposisi zat tersebut dalam persen massa
jawab:

37
2) Analisis sampel menunjukkan terdapat 40% kalsium, 12% karbon, dan 48% oksigen.
Jika diketahui massa sampel tersebut adalah 25 gram, tentukan massa dari masing-masing
unsur dalam sampel
Jawab:

Komposisi zat secara teoritis merupakan komposisi zat yang ditentukan dari rumus
kimianya. Untuk zat berupa senyawa, komposisinya secara teoritis dapat dinyatakan dalam
persen massa unsur dalam senyawa

38
Contoh soal:
Tentukan persen massa unsur C, H, dan O dalam senyawa glukosa (C6H12O6) (Ar C = 12, H=
1, dan O = 16)
Jawab: Massa molekul relatif C6H12O6 = 180

LATIHAN SOAL
Jawab Pertanyaan berikut
1. Berapa jumlah partikel yang terdapat dalam 0,5 mol besi?
2. Jumlah mol dari 12,04 x 1023 atom Natrium adalah....
3. Hitung Mr dari
a. NaH2PO4
b. (NH4)2SO4
c. CuSO4. 5 H2O
4. Hitunglah massa dari 0,5 mol barium (Ar Ba = 137)
5. Hitunglah banyaknya mol dari 800 gram CaCO3 (Ar Ca = 40, C = 12, dan O = 16)
6. Hitunglah volume gas berikut pada keadaan standar 0,1 mol gas oksigen
7. Hitunglah jumlah mol dari 5,6 liter gas hidrogen dalam suatu balon gas pada keadaan standar
8. Satu sampel suatu zat mengandung 2,4 gram karbon, 3,6 gram oksigen, 5,4 gram nitrogen, dan
0,6 gram hidrogen. Nyatakan komposisi zat tersebut dalam persen massa

39
40
BAB V
LARUTAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan pengertian larutan


2. Menjelaskan jenis-jenis larutan
3. Menghitung konsentrasi larutan
4. Menjelaskan konsep pembuatan larutan
5. Membuat larutan dengan konsentransi dan volume tertentu
6. Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi dan volume tertentu

B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Larutan
Pernahkah Anda membuat sirup? Sirup dapat dibuat dengan mencampurkan gula pasir
dan air. Apabila gula pasir dimasukkan dalam air dan diaduk maka padatan gula pasir akan
menghilang. Kemanakah perginya gula pasir?
Ambillah segelas air sirup. Dengan bantuan sedotan, rasakan sirup dibagian dasar gelas,
tengah gelas dan permukaan gelas, bagaimana rasanya? Apakah ada perbedaan rasa? Amati
warna sirup di seluruh bagian, apakah ada perbedaan? Sirup merupakan salah satu contoh
larutan.
Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi
merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Apa saja komponen dari larutan? Suatu
larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut zat terlarut (solut) dan pelarut
(solven). Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Pada contoh di atas, air merupakan pelarut
sedangkan gula merupakan zat terlarut
2. Jenis-jenis Larutan
Bermacam-macam larutan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kelarutan,
konsentrasi zat terlarut dan daya hantar listrik
a. Konsentrasi Zat Terlarut
Apakah Anda pernah membuat teh pada pagi atau sore hari? Teh bagaimana yang
Anda inginkan, yang pekat atau yang encer? Bila Anda senang teh yang pekat, pasti
banyak ekstrak teh yang Anda larutkan dalam pelarut air, sebaliknya bila Anda senang
teh encer, hanya sedikit ekstrak teh yang Anda larutkan dalam air

41
Gambar 5.1 Larutan Teh Pekat (a) dan larutan Teh Encer (b)
Dalam pembuatan larutan di laboratorium, kita kenal istilah “konsentrasi”. Bila larutan
pekat berarti konsentrasinya tinggi, dan bila larutan encer berarti larutan tersebut
mempunyai konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi tinggi b erarti memerlukan
lebih banyak zat terlarut daripada larutan dengan konsentrasi rendah. Lebih jelasnya
perhatikan Gambar 5.2 untuk memvisualisasikan perbedaan larutan pekat dan larutan
encer

Gambar 5.2 Visualisasi Larutan Pekat (a) dan Larutan Encer (b)
b. Kelarutan
Banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut pada
temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada suhu,
volume pelarut, dan ukuran zat terlarut
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, disebut larutan tidak jenuh. Sedangkan
suatu keadaan dengan zat terlarut lebih banyak dari pada pelarut, disebut larutan
lewat jenuh.
Perhatikan uraian berikut. Pada 100 0 C, kelarutan KIO3 dalam air adalah 32,3 g per 100
g air. Jika larutan yang mengandung 32,3 g KIO3 dalam 100 g air pada 100 0 C tersebut,
kita dinginkan pada 00c, ternyata hanya 4,74 g KIO 3yang masih dalam keadaan larut,

42
dan 27,6 g KIO3 akan membentuk kristal dalam larutan. Proses ini disebut
rekristalisasi. Terbentuknya kristal zat terlarut dalam larutan, dapat terjadi bila kita
menambahkan sedikit zat terlarut padat pada larutan lewat jenuh seperti ditunjukkan
dalam Gambar 5.3

Gambar 5.3 Proses pembentukan kristal zat terlarut dari larutan lewat jenuh
c. Daya Hantar Listrik
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elekt
rolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada
keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan
terdapat ion, larutan tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak
terdapat ion larutan tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan elektrolit
maupun non elektrolit . Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur, larutan cuka
makan, l arutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh larutan non
elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan glukosa
Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya.
Beberapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dengan baik meskipun
konsentrasinya kecil, larutan ini dinamakan elektrolit kuat. Sedangkan larutan
elektrolit yang mempunyai daya hantar lemah meskipun konsentrasinya tinggi
dinamakan elektrolit lemah .

43
Gambar 5.4 Perbedaan larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi  = 1)
menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion.
Larutan elektrolit lemahadalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (  << 1) menjadi ion-
ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion.
3. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, misalnya satuan berat
atau satuan volumedan satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekivalen.
a. Persen Konsentrasi
Dalam bidang kimia sering digunakan persen untuk menyatakan konsentrasi larutan.
Persen konsentrasi dapat dinyatakan dengan persen berat (% W/W) dan persen
volume(% V/V)
b. Parts Per Million (ppm) dan Parts Per Billion (ppb)
Bila larutan sangat encer digunakan satuan konsentrasi parts per million, ppm (bagian
persejuta), dan parts per billion, ppb (bagian per milliar). Satu ppm ekivalen dengan 1
mg zat terlarut dalam 1 L larutan.
c. Fraksi Mol
Fraksi mol (x) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol
semua komponen
d. Molaritas (M)
Molaritas atau konsentrasi molar (M) suatu larutan menyatakan jumlah mol spesi zat
terlarut dalam 1 liter larutan at au jumlah milimol dan 1 mL larutan
mol zat terlarut
Molaritas ( M )=
liter larutan

44
Contoh Soal
1) 0,02 mol HCl dimasukkan ke dalam air hingga volumnya menjadi 250 mL. Tentukan
konsentrasi HCl dalam larutan tersebut!
Penyelesaian:

2) 4 gram NaOH dilarutkan ke dalam air hingga volumnya menjadi 500 mL. Tentukan
konsentrasi NaOH dalam larutan tersebut! (Mr NaOH = 40).
Penyelesaian:

4. Cara Membuat Larutan


Misalnya larutan yang akan dibuat adalah CuSO4 dengan molaritas 1 M sebanyak 250 mL .
Terlebih dahulu kita harus menghitung massa CuSO4 yang terlarut dalam larutan tersebut,
dengan cara sebagai berikut:
Mol CuSO 4 = 0,1 M x 0,25 L = 0,025 mol
Massa CuSO4= 0,025 x Mr CuSO 4= 0,025 x 160 = 4 gram.
Kemudian lakukan beberapa tahap berikut:

Gambar 5.5 Proses Pembuatan Larutan CuSO4 1,0 M

45
5. Pengenceran larutan
Di laboratorium larutan yang berasal dari pabriknya, biasanya dalam konsentrasi tinggi,
misalnya asam klorida 12 M, dan asam asetat 17 M. Reaksi-reaksi kimia biasanya dilakukan
pada konsentrasi larutan yang rendah misalnya 1 M atau 0,1 M. Untuk keperluan tersebut,
larutan yang pekat harus diencerkan dahulu dengan menambahkan air. Di dalam
pengenceran larutan, jumlah mol zat pada larutan pekat sama dengan larutan encer, hanya
volum larutannya yang berubah. Jumlah mol zat terlarut dapat dihitung dengan mengalikan
volum (V) dengan molaritas larutan

Dengan demikian hasil perkalian volum dan molaritas larutan semula (V1M1) sama dengan
hasil perkalian volum dan molaritas larutan setelah pengenceran (V2M2).
V1 x M1 = V2 x M2
V1= volum sebelum pengenceran
M1= konsentrasi molar sebelum pengenceran
V2= volum sesudah pengenceran
M2= konsentrasi molar sesudah pengenceran
Contoh Soal:
a. Tentukan konsentrasi larutan yang terjadi jika kedalam 10 mL Na2S2O30,5 M ditambah 10
mL air!
Penyelesaian:
V1M1 = V2M2
10 mL x 05 M = 20 mL x M2
M2= 0,25
Konsentrasi larutan setelah diencerkan = 0,25 M.
b. Berapa volum air yang harus kita tambahkan pada 50 mL larutan 0,5 M KOH, agar kita
memperoleh larutan KOH dengan konsentrasi 0,1M?
Penyelesaian:
V1M1= V2M2
50 mL x 0,5 M = V2 x 0,1 M
V2 = 250 mL
Agar volum akhir 250 mL, maka air yang harus ditambahkan adalah (250 – 50) mL = 200 mL

46
c. Berapa gram garam dapur (Mr= 58,5) yang harus dilarutkan untuk membuat 500 mL
larutan dengan konsentrasi 0,15 M?
Penyelesaian:

Jadi, garam dapur yang harus dilarutkan adalah 4,3875 gram.

47
LATIHAN SOAL
Jawab Pertanyaan berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan zat terlarut, pelarut dan larutan?
2. Klasifikasikan larutan berdasarkan sifat kelarutan, konsentrasi, dan daya hantar larutan
3. Jumlah massa natrium asetat yang dapat larut dalam 100 g air adalah 119 g pada 0 0C dan 170 g
pada 1000 C.
a. Bila 170 g natrium asetat ditempatkan dalam 100 g air pada 0 0C, berapa banyak yang
larut?
b. Sistem tersebut homogen atau heterogen?
c. Bila dalam larutan terdapat kelebihan zat terlarut, larutan tersebut jenuh, tidak jenuh
atau lewat jenuh?
d. Jika sistem ditingkatkan pada 1000 C, apakah berupa homogen atau heterogen?
e. Apakah larutan bersifat jenuh, tidak jenuh atau lewat jenuh.
f. Bila sistem dengan hati -hati mendinginkan pada 0 0 C, dan tidak ada kristal yang
kelihatan apakah sistem homogen atau heterogen?
g. Apakah larutan jenuh, tidak jenuh atau lewat jenuh?
4. Data percobaan daya hantar listrik air dari berbagai sumber sebagai berikut.

5. Berapa molaritas larutan yang dibuat dengan cara melarutkan 49 gram H2SO4 (Mr =98)
dalam air sampai volume 200 mL?
6. Hitunglah besarnya molaritas larutan NaOH yang dibuat dengan melarutkan 16 gram
7. NaOH (ArNa = 23 dan O = 16) dalam 250 mL air
8. Untuk mendapatkan larutan Na2S2O3 2 M sebanyak 250 mL, berapa gram Na2S2O3 yang
dibutuhkan (ArNa = 23, S = 32, O = 16)
9. Tentukan molaritas larutan, jika 2 gram NaOH dilarutkan dalam air sampai volum 500 mL
10. Tentukan konsentrasi larutan jika ke dalam 10 mL larutan HCl 2 M ditambahkan air 30 mL

48
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, A. Kimia 1. Jakarta: PT Seti-Aji

Rahayu, I. Praktis Belajar Kimia. Jakarta: PT. Visindo Media Persada

Sukarmin, M. Pd. (2004). Larutan Asam dan Basa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Sukarmin, M. Pd. (2004). Materi dan Perubahannya. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Setyawati, A. A. (2009). Kimia Mengkaji Fenomena Alam. Jakata: PT Cempaka Putih

Utami, B. (2009). Kimia 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

49

Anda mungkin juga menyukai