[JAKARTA] Pakar perilaku konsumen lulusan Western Sydney University Australia, Godo Tjahjono PhD
mengatakan bahwa pengaruh penggunaan media sosial melalui gadget di dunia digital telah
menurunkan kualitas hubungan antar manusia.
"Ini adalah fenomena yang terjadi di era gadget yang harus kita cermati yakni jangan sampai aplikasi,
media sosial atau gadget justru menurunkan kualitas hubungan antar manusia," katanya dalam
keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (1/2).
Saat ini, penggunaan gadget mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi. Indonesia juga tercatat
sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat penggunaan gadget atau smartphone yang tinggi, rata-
rata tiga jam per hari. Porsi penggunaan terbesar adalah untuk media sosial.
Menurutnya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal yang senang berkumpul, saling
mengunjungi dan berkomunikasi satu sama lain.
Di era digital , hal tersebut terwujud juga dalam dunia maya, masyarakat menggunakan media sosial
sebagai semacam etalase untuk menyampaikan status sosial dan pencitraan diri.
Menggunakan gadget untuk menyampaikan pesan atau kepedulian menjadi semacam hal yang juga
menyangkut citra diri, pada saat orang tersebut tergabung dalam grup di media sosial atau chatting room.
Namun, katanya, pesan lewat media sosial atau gadget tidak akan pernah mampu membangun sisi
emosional yang sama dengan pertemuan langsung.
Secara psiko logis, orang memiliki kebutuhan emosional yang bisa dipenuhi lewat exposure dan
pengalaman. Semakin tinggi dan dekat derajat exposure dan pengalaman, maka semakin besar
kebutuhan emosional yang dipenuhi.
"Ini akan membentuk karakteristik hubungan yang berbeda bila hanya dilakukan secara virtual," jelas
konsultan bisnis dan humanistic management tersebut.
Ditegaskannya bahwa kedekatan atau engagement melalui media sosial atau chatting yang dilakukan
dengan gadget bagaimanapun juga tidak bisa menggantikan pertemuan langsung dalam membangun
atau membina keeratan hubungan dengan keluarga, teman atau relasi dekat.
"Pertemuan langsung tetap memiliki dampak yang tidak dapat digantikan oleh ucapan lewat sosial media
dan gadget. Karenanya, bila kita memiliki waktu dan kesempatan untuk bertemu langsung, lakukanlah,"
tegasnya.
Peduli
Beliau mengapresiasi adanya salah satu bentuk kepedulian terhadap kondisi ini, yaitu ketika OBH Combi
meluncurkan kampanye LOVERMULA, yang mengajak masyarakat Indonesia untuk membudayakan
kembali komunikasi dan interaksi sosial yang saat ini mulai luntur seiring dengan kemajuan teknologi.
Ungkap Godo, apa yang dilakukan oleh OBH Combi (PT Combiphar) mengingatkan kita bahwa sebagai
manusia memiliki kebutuhan emosi yang perlu dipenuhi lewat pertemuan ataupun ucapan langsung.
"Akan jauh lebih baik bertemu langsung dengan orang yang sakit dibandingkan hanya mengirimkan
salam atau ucapan melalui gadget. Pertemuan langsung itulah yang membuat kita merasa memiliki
kedekatan sesungguhnya dengan orang-orang yang kita cintai atau kita hargai" katanya.
Lebih lanjut, dengan menyatakan love atau respect adalah ciri manusia yang merasa dirinya utuh
sebagai manusia dan menghargai manusia lainnya. "Saya kira kampanye ini harus dilakukan oleh Brand
yang peduli terhadap pembangunan karakter target konsumennya," katanya. [PR/L-8]
Lindungi Mata Anda Dari Sinar Gadget
[JAKARTA] Mata manusia akan mengalami ketegangan dan lelah bila terus dipaksa menghabiskan waktu
berjam-jam di depan komputer, laptop atau gadget guna berselancar internet dan perangkat digital.
Untuk itu salah satu indera penglihatan perlu dilindungi, tak terkecuali anak-anak.
Managing Director Polycore Indonesia, Budhi Santoso mengatakan, tidak banyak orang tahu, peralatan
digital tersebut ternyata memancarkan sinar biru gelombang pendek (400-450 nm) yang berdampak
buruk bagi mata, karena menimbulkan silau dan kontras. Biasanya, gejala yang timbul seperti mata lelah
atau biasa disebut stres mata digital.
“Akibatnya mata tegang dan lelah. Mengingat bahaya ini, Polycore, salah satu pemasok lensa mata
menciptakan Energeyes sebagai proteksi dari sengatan sinar biru gelombang pendek. Polycore juga
meluncurkan Energeyes Kids khusus anak-anak,” katanya di Jakarta, Rabu (4/11).
Menurutnya, lensa kacamata ini berfungsi menahan sebagian sinar biru agar mengurangi stres mata
pada anak. Energeyes Kids Digital Lenses memang dirancang khusus untuk usia remaja dan anak-anak
yang kerap menggunakan gadget, komputer atau perangkat lainnya yang menghasilkan cahaya biru.
"Menggunakan kacamata Energeyes selain akan terhindar dari stres juga memperbaiki kontras dan tajam
penglihatan, sambil tetap mempertahankan kualitas persepsi warna," ungkapnya. [PR/H-15/L-8]
Sebelum Sesudah
Orang-orang berdoa terlebih dulu Orang-orang foto sebelum makan,
tempat umum.
http://ceb12008.blogspot.com/2015/12/pengaruh-negatif-gadget-
terhadap.html
Untuk membuktikan hal ini, Hall dan dua orang mahasiswanya, Michael W
Kearney dan Chong Xing melakukan dua penelitian unik.
Sementara penelitian kedua dilakukan pada 2015 lalu. Hall merekrut 116 orang
setengah dewasa dan setengah mahasiswa, lalu mereka ditanyai lima kali sehari
melalui SMS untuk mengetahui penggunaan media sosial, dan kontak sosial
dalam sepuluh menit sebelumnya.
"Apa yang kami temukan ialah penggunaan media sosial tidak berhubungan
dengan siapa mereka akan berbicara di kemudian hari, dan media apa yang
akan mereka gunakan di kemudian hari," ujar Hall dilansir dari Eurekalert.
"Pengguna media sosial tidak mengalami perpindahan sosial meski mereka
menggunakan media sosial," sambungnya.
Tak heran bila tingkat sosialisasi mereka juga mulai berkurang. Para pengguna lebih terbuka
ketika sedang berinteraksi secara online melalui media sosial. Hingga pada akhirnya seakan
semua ada diujung jari. Mereka sibuk mencari siapa saja yang sudah berkecimpung di media
sosial, tanpa mereka sadari apa yang telah dicari itu tidak nyata. Lalu membuat enggan
berinteraksi di dunia nyata, berkurangnya ngobrol dari hati ke hati, face to face pun juga makin
jarang.
Seharusnya kita mampu menggunakan gadget secara bijak. Memanfaatkannya untuk membantu
pekerjaan kita tanpa harus mengurangi nilai-nilai berharga lainnya, termasuk interaksi sosial kita.
Kuncinya ada pada kecerdasan membagi waktu. kita harus tau kapan waktu untuk
menggunakan gadget dan kapan waktunya untuk berinteraksi dengan orang-orang sekitar. ketika
sedang berkumpul dengan teman atau keluarga sebisa mungkin hindari
penggunaan gadget sehingga waktu berkumpul bisa lebih hidup.
Gadget itu seperti pisau bermata dua. bisa bermanfaat jika kita tau betul cara menggunakannya.
Bisa juga sebaliknya membahayakan diri jika kita kurang berhati-hati.
PADA INTERAKSI SOSIAL DALAM
KELUARGA
Dunia sudah memasuki era baru yaitu era teknologi dan komunikasi. Perkembangan teknologi dan
komunikasi ini terjadi sangat pesat, teknologi terus menciptakan berbagai macam jenis gadget yang
memiliki klasifikasi sebagai gadget high technology. Pada umumnya teknologi (gadget) telah menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan agar tetap menggunakan internet lewat gadgetnya dengan
cerdas. Namun dewasa ini gadget dalam penggunaannya sering kali terjadi secara berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pengaruh tersebut dapat dirasakan baik pada diri tersebut dan
pada orang yang berada disekitar penggunanya. Salah satu lingkungan terdekat yang dikenai pengaruh oleh
pengggunaan gadget pada adalah keluarga. Keluarga yang secara harfiah memiliki fungsi dan tanggung
jawab masing-masing pada anggota keluarganya menjadi terganggu akibat adanya penggunaan gadget
yang berlebihan pada penggunanya. Salah satu aspek yang terganggu dalam keluarga adalah aspek
interaksi sosial antar anggota keluarga, yang mencakup di dalamnya pola komunikasi dan kontak sosial.
Lewat komunikasi dan kontak sosial inilah perubahan interaksi sosial dalam keluarga tersebut dapat diukur.
Adanya perbedaan dan perubahan komunikasi dan kontak sosial yang terjadi di dalam keluarga sebelum
dan sesudah penggunaan gadget pada anggota keluarga dapat mempengaruhi pola interaksi sosial dalam
keluarga secara menyeluruh. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh atas penggunaan gadget tersebut
terhadap interaksi sosial dalam keluarga.
Gadget memungkinkan kita berhubungan dengan jutaan orang di berbagai belahan dunia,
bahkan yang tidak kita kenal sekalipun. Dengan gadget, interaksi sosial yang pada awalnya
harus bertatap muka sekarang tidak harus bertatap muka. Interaksi antar manusia pun kini
secara perlahan tergantikan dengan interaksi manusia dengan gadget. Kapanpun dan di
manapun orang selalu tergantung dengan gadgetnya. Banyak orang yang lebih asyik
dengan gadgetnya ketimbang berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Orang
lebih suka mencari teman di media sosial ketimbang berkenalan dengan teman satu
bangku di kendaraan umum. Terkadang kita berada dalam satu ruangan yang sama namun
tidak terlibat dalam sebuah pembicaraan, semua sibuk dengan gadget masing-masing.
Asyik dengan dunianya sendiri. Teman-teman di jejaring sosial pun nampak lebih dekat dan
nyata dibanding keberadaan tetangga kita sendiri. Orang kemudian menjadi begitu
terobsesi dengan dunia maya dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Hal inilah yang
kemudian menimbulkan berbagai gangguan kepribadian seperti sikap menyendiri,
antisosial, cenderung tidak peka dengan kebutuhan orang sekitar, individualistis dan lain-
lain.[1]
Perkembangan gadget saat ini telah mengalahkan realitas yang sesungguhnya dan
menjadi trend baru bagi masyarakat. Dunia maya yang bersifat semu lebih dipercaya
ketimbang kenyataan sehari-hari. Inilah yang disebut Hiperrealitas yaitu realitas yang
berlebih, padahal sesungguhnya semu dan penuh rekayasa. Perbedaan antara yang nyata
dan maya, yang asli dan palsu sangat tipis dan sulit dibedakan.[2]
Banyak orang yang suka meng update statusnya di jejaring sosial dan mendapat simpati
ataupun komentar dari teman-temannya di dunia maya. Kita merasa memiliki begitu banyak
teman padahal bisa jadi orang yang ketika di dunia maya memberi komentar dan simpati
(like), ketika bertemu bahkan saling tidak peduli. Perbedaan tentunya pasti kita rasakan
ketika interaksi sosial terjadi secara langsung daripada hanya sebatas virtual. Mimik muka,
bahasa tubuh, sentuhan, mungkin tidak bisa kita rasakan secara nyata.
Pada akhirnya gadget hanyalah alat yang memiliki sisi positif dan negatif, ditentukan oleh
penggunanya. Lewat SMS, Telepon, Video, Skype, dan lain-lain kita bisa berkomunikasi
dengan lebih mudah dan murah namun penggunaan gadget yang berlebihan dapat
membuat interaksi sosial memudar, menghilangnya pembatas antara dunia nyata dan
maya serta menimbulkan berbagai gangguan kepribadian. Marilah lebih bijak dalam
penggunaannya. (BPPTIK/ER/rie/hdn)
[1] http://putriayukurniasih.blogspot.com/2013/11/gangguan-kepribadian-mengintai-
pecandu.html
[2] http://fordiletante.wordpress.com/2008/04/15/kebudayaan-postmodern-menurut-jean-
baudrillard/