Anda di halaman 1dari 44

Halaman 1

Munculnya Gerakan Arah Baru


Indonesia (Garbi) dan Faksionalisme di
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
HARDIANTO WIDYO PRIOHUTOMO *
KAMARUDIN **
SYAHRUL HIDAYAT **
Kantor Staf Kepresidenan
Jl. Veteran No. 16 Jakarta Pusat, 10110
Indonesia
Email: hardianto.widyo@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini membahas faksi-faksi dalam partai-partai politik Islam dalam
politik Indonesia kontemporer, khususnya di Partai Keadilan Sejahtera. Faksionalisasi
di partai ini telah terjadi sejak pemilu tahun 2004 karena diciptakan cara
partai antara mereka yang lebih cenderung dengan pendekatan idealis dan pragmatis.
Namun, perbedaan antara pendukung masing-masing pendekatan tidak menghasilkan
gesekan yang mengarah pada kelompok kelompok sempalan hingga kepemimpinan
saat ini. Hanya setelah dimulainya kepemimpinan PKS 2015–2020, faksionalisasi akhir-
nya melahirkan organisasi baru bernama Garbi (Gerakan Arah Baru Indonesia). Studi
Ini akan membahas kemunculan kelompok sempalan di PKS tersebut dengan meng-
gunakan teori faksionalisasi yang ditawarkan oleh Boucek. Kasus Garbi menunjukkan
bahwa tahap-tahap faksionalisasi di PKS cenderung kooperatif menuju kompetitif.
Namun, sampai akurat Garbi sendiri, yang dinyatakan sebagai gerakan, bukan
partai politik, faksionalisasi di dalam PKS belum memasuki tahap kompetitif. Studi
ini membuktikan bahwa faksionalisasi di dalam tubuh PKS pada saat menilai oleh nilai-nilai
doktrinal yang mengakar antara kader-kadernya yang dapat meredam dampak parah
dari kecenderungan berfaksi yang kompetitif, atau bahkan degeneratif. Oleh karena
itu, walaupun kecenderungan berfaksi ini bergerak menuju degeneratif,
PKS terlihat dapat mewujudkan dampak dari proses tersebut dengan relatif lancar dan
mempertahankan soliditasnya pada tingkat tertentu.
Kata kunci: kecenderungan berfaksi, dakwah, jamaah, Garbi, PKS
ABSTRAK
Artikel ini membahas faksionalisme dalam partai politik Islam di Indonesia kontemporer.
politik sian, terutama dalam Partai Keadilan Sejahtera (Partai Keadilan Sejahtera). Itu
faksionalisme di dalam partai telah terjadi sejak Pemilu 2004 karena perbedaan
dalam manajemen partai antara mereka yang lebih menyukai pendekatan idealis dan prag-
matisme. Namun, perbedaan antara pendukung masing-masing pendekatan tidak
menghasilkan gesekan yang menyebabkan munculnya kelompok sempalan hingga arus
* Penulis adalah anggota Kantor Staf Kepresidenan untuk Penyelesaian Konflik Agraria-
Tim ing (TPPKA-KSP).
** Penulis adalah pengajar pada Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Halaman 2
30
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
kepemimpinan. Barulah setelah dimulainya kepemimpinan PKS 2015-2020 memiliki
kepemimpinan
faksionalisme akhirnya melahirkan organisasi baru, Garbi (Gerakan Arah Baru Indo-
nesia atau Gerakan Arah Baru Indonesia). Studi ini akan membahas kemunculannya
kelompok sempalan di PKS dengan menggunakan teori faksionalisme Boucek. Kasus Garbi
menunjukkan
Bahwa tahapan faksionalisme dalam PKS cenderung kooperatif dan mengarah pada persaingan.
Namun sebelum bangkitnya Garbi sendiri, yang dinyatakan sebagai gerakan bukan a
parpol, faksionalisme di dalam PKS belum memasuki tahap persaingan. Ini
studi berpendapat bahwa faksionalisme telah sangat dipengaruhi oleh doktri-
nilai-nilai akhir di antara kadernya yang dapat menghambat dampak buruk persaingan atau
bahkan
faksionalisme degeneratif. Oleh karena itu, meskipun faksionalisme tampak bergerak
Menuju kemerosotan dalam waktu dekat, PKS tampaknya telah berhasil mengatasi dampaknya
prosesnya dengan relatif lancar dan mampu mempertahankan kekokohannya pada tingkat
tertentu.
Kata kunci: faksionalisme, dakwah, jamaah, Garbi, PKS
DOI: https://doi.org/10.7454/jp.v5i1.222
LATAR BELAKANG
Dinamika faksionalisme dalam Partai Keadilan Sejahtera atau
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai Islam di Indonesia pada tahun
Era modern adalah topik yang menarik untuk dibahas (Machmudi 2006; Permata
2008; Munandar 2011; Muhtadi 2012; Hidayat 2012). Ini karena
status PKS sebagai partai yang menjunjung ideologinya. Menurut Bettcher
(2005), partai politik berupaya memperoleh suara untuk memperoleh posisi tertentu
dan mengembangkan kebijakan. Untuk mengembangkan pendirian dan kebijakan mereka, politik
Partai cal membutuhkan landasan filosofis, baik dari ideologi maupun agama,
yang kemudian diterjemahkan ke dalam program oleh anggotanya. Ini menunjukkan itu
Keberadaan partai politik merupakan buah dari cita-cita para aktor di dalamnya
para pihak. Dapat disimpulkan bahwa kepentingan (mencari posisi politik)
dan sudut pandang (ideologi, filsafat, atau agama) adalah fondasinya
partai politik. Kondisi seperti itu mengakibatkan munculnya partai politik
rentan terhadap faksionalisme karena anggota partai dapat bertindak sebagai agen bebas
membuat struktur internal yang didominasi serta interpretasi terhadap
aturan dan ideologi partai. Partai itu sendiri bukanlah sebuah struktur monolitik.
ture dan terdiri dari berbagai entitas yang kompetitif, terbagi dan
menantang (Boucek 2009, 455). Konflik terjadi, bahkan dalam ideologis
partai, karena tafsir yang berbeda dari ideologi itu sendiri dan masing-masing
cenderung memaksakan interpretasi tertentu terhadap orang lain (Budge, Edrow,
McDonald 2010, 792). Dalam partai yang satu-satunya interpretasi ideologis

Halaman 3
31
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
relatif kuat, seperti PKS, konflik sampai batas tertentu dapat
mized karena dominasi suatu interpretasi mengikat unsur-unsurnya
di dalam pesta.
Namun, sebagai partai ideologis, PKS masih mengalami perpecahan
dan ketegangan pada 2009 dan 2019. Pada 2009, beberapa anggota partai
mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap beberapa manuver partai dan
kebijakan yang dianggap melanggar prinsip dasar Islam. Kelompok ini
kemudian dikenal sebagai FKP ( Forum Kader Peduli - Forum Peduli Cad-
res). Meski kelompok ini tidak melangkah lebih jauh dan akhirnya bertransformasi
menjadi kelompok sempalan, partai mengalami stagnasi selama 2009
pemilihan umum dan gagal untuk meniru keberhasilan pada pemilihan sebelumnya (Hi-
Dayat 2010). Sedangkan di awal tahun 2019, ada grup yang menamakan dirinya Garbi
( Gerakan Arah Baru Indonesia - Gerakan Arah Baru Indonesia )
muncul dan mulai mengkritik kepemimpinan partai saat ini. 1 Ada-
kedepan, menganalisis faksionalisme dalam PKS yang memiliki ideologi dominan adalah
menarik dan menarik banyak perhatian.
PKS sendiri telah mengalami perpecahan dan perbedaan antar
anggotanya dan ini telah diperhatikan oleh beberapa ulama. Machmudi
(2006), misalnya, mengelompokkan perbedaan internal PKS menjadi tiga
kelompok, yaitu kaum revivalis, tradisionalis dan modernis. Pertama
kelompok mengacu pada orang-orang yang menyerukan kembali ke ajaran
Alquran dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Grup ini mematuhi
mekanisme ijtihad , mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-
asi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman pribadi itu
sejalan dengan nilai-nilai Islam. Kelompok kedua percaya bahwa harus ada
selalu menjadi ruang diskusi, yang mengutamakan Islam dan Barat
ideologi berdampingan dengan harapan akan ada tujuan bersama dari dalam
dialog terfaith. Yang terakhir menganggap agama sudah tidak relevan lagi
menjadi acuan pergerakan.
Sebaliknya Permata (2008) melihat ada dua faksi di dalamnya
PKS yang merupakan kelompok idealis dan realis. Yang pertama, juga disebut
1 Akhirnya, kelompok ini melangkah lebih jauh dengan mendirikan sebuah partai baru bernama
Gelora ( Gelom-
bang Rakyat Indonesia - Pesta Ombak Rakyat Indonesia) pada 28 Oktober 2019. Namun, untuk
Tujuan dari penelitian ini, analisis hanya berfokus pada kemunculan Garbi.

Halaman 4
32
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
sebagai pihak di lapangan, memiliki definisi yang mirip dengan Machmudi
revivalis, sementara yang terakhir, juga dikenal sebagai partai di kantor publik,
menyerupai modernis. Munandar (2011) menjelaskan bahwa idealis
kelompok berfokus pada gerakan keagamaan, sedangkan kelompok realis menempatkan
perhatian mereka terhadap gerakan partai. Di sisi lain, Muhtadi (2012)
mendefinisikannya sebagai kelompok yang berpusat pada harakah (anggota partai)
dan hizb (pesta itu sendiri).
Kedua fraksi itu umumnya disebut Faksi Keadilan (fraksi
keadilan) dan Faksi Kesejahteraan (faksi kesejahteraan) dan telah
menjadi bahan diskusi selama bertahun-tahun. Fraksi keadilan terdiri dari re-
vivalist, idealis dan harakah . Faksi ini umumnya adalah rumah bagi
lansia konservatif, seperti Salim Segaf al-Jufri dan M. Sohibul Iman,
pemimpin PKS saat ini. Sedangkan golongan kesejahteraan diperuntukkan bagi rakyat
modernis, realis dan hizb . Individu yang lebih muda dan lebih inovatif
seperti Anis Matta, Fahri Hamzah dan Mahfudz Siddiq berkumpul dan
bergabunglah dengan grup ini. Namun, harus diperhatikan bahwa faksi-faksi di dalamnya
PKS sepertinya fokus pada sumber kesadaran, bukan masyarakat.
Oleh karena itu, sulit untuk mengidentifikasi faksi dengan melihat anggotanya
terlibat dalam setiap kelompok karena bersifat cair. Memahami arti wajah
Penemuan seperti yang dibahas nanti akan menghapus kemungkinan salah persepsi ini.
Dalam beberapa kesempatan, kedua faksi ini kerap terlibat panas
argumen, seperti selama Majelis Nasional ( Mukernas ) 2008
di Bali. Faksi keadilan menganggap konvensi itu terlalu eks-
travagant dan pilihan tempat, yaitu Bali, tidak mewakili
citra PKS sebagai partai Islam karena tempatnya terkenal
pariwisata dan karena itu praktek prostitusi tersebar luas. Gesekan
antara kedua fraksi inilah yang kemudian memicu munculnya FKP yang
diprakarsai oleh Tizar Zain. Mereka yang berkumpul di rapat FKP
dan khotbah, terutama di Masjid al-Hikmah di Jakarta Selatan, diungkapkan
kekecewaan mereka karena PKS dipandang semakin prag-
matic dan menjauh dari nilai intinya. Kekecewaan itu
juga karena gaya hidup yang dihadirkan oleh Hilmi Aminuddin (pemimpin
Majelis Syura saat itu) yang selalu bepergian dengan mobil mewah
seperti Toyota Alphard atau Anis Mata yang mempraktikkan hedonisme dengan memakai-

Halaman 5
33
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
memakai jam tangan Rolex dan juga poligami (Munandar 2011, 82). Meskipun
friksi, faksionalisme dalam PKS telah cukup diurus
dari dan dicegah untuk menjangkau publik karena konflik man-
agement, di mana semua masalah diselesaikan melalui halaqah (secara harfiah
berarti lingkaran) mekanisme (Noor 2012) dan maksud dari FKP
pendukung untuk tetap aktif dalam kesendirian.
Di bawah kepemimpinan Muhammad Sohibul Iman (2015–
2020), bagaimanapun, faksionalisme telah meningkat sedemikian rupa, sebagai
Partai Islam dengan ideologi yang kuat, faksionalisme dalam PKS telah
muncul. Kondisi ini ditandai dengan ditetapkannya suatu organisasi.
yang diberi nama Garbi pada Oktober 2018 oleh beberapa anggota PKS, diantaranya
mantan presidennya, Anis Matta. Salah satu perbedaan utama dengan
Divisi internal sebelumnya adalah penggagas Garbi yang menolak dis-
dipinjamkan dan tetap aktif dengan melakukan wawancara dengan media atau mengumumkan
deklarasi cabangnya di seluruh Indonesia. Dalam hal ini, ini menarik
untuk melihat bagaimana dan mengapa faksionalisme di dalam PKS berubah di bawah
kepemimpinan Sohibul Iman setelah gesekan sebelumnya yang dikelola dengan baik.
Makalah ini akan menggunakan teori faksionalisme dalam partai politik
diprakarsai oleh Boucek untuk menjelaskan kemungkinan faktor-faktor kemunculan
faksionalisme serta melihat jenisnya. Ada empat bagian itu
akan menjadi pembahasan utama makalah ini. Diskusi pertama akan
menjelaskan perubahan tingkat elit di bawah kepemimpinan Sohibul
Iman. Bagian selanjutnya akan fokus pada struktur organisasi itu
menjadi lebih terpusat. Yang ketiga tentang un-
pemahaman ideologi yang terus terjadi, memicu faksionalisme
yang menghasilkan perpecahan. Diskusi terakhir akan menjelaskan kemunculannya
dari Garbi sebagai wujud dari perubahan faksionalisme di lingkungan PKS. Ini
makalah akan ditutup dengan kesimpulan untuk meringkas semua diskusi
menjawab pertanyaan penelitian.
TEORI FAKTIONALISME DI PIHAK POLITIK
Kajian tentang fraksi di dalam partai politik semakin banyak dibicarakan
sejalan dengan perkembangan ilmu politik (Zariski 1960; Rose
1964; Sartori 1976; Belloni dan Beller 1978; Bettcher 2005; Boucek

Halaman 6
34
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
2009); meskipun masih jauh dari menjadi pokok bahasan yang penting
studi tentang partai politik (Kollner dan Basedau 2005). Di Indonesia,
studi tentang faksionalisme di partai politik mulai tumbuh seperti kebanyakan
Para pihak di negara tersebut mengalami konflik internal yang mengarah ke
pembentukan partai politik baru (lihat misalnya Kamarudin 2008;
Noor 2015; Sinulingga 2015; Budiarti 2018). Umumnya ada dua
elemen penting dari faksi yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah itu
faksi adalah subkelompok yang lebih besar. Yang kedua adalah faksi
subkelompok yang diikat oleh identitas dan tujuan bersama (Budiarti
2018). Ciri lain yang juga bisa digarisbawahi adalah faksi itu
ada untuk periode tertentu sebagai hasil dari kesadaran bersama dari a
apa yang disebut kelompok (Belloni dan Beller 1978)
Dalam konteks Indonesia, mungkin saja latar belakang faksionalisme
karena beberapa faktor, seperti pola kepemimpinan elit, partai
struktur organisasi (Nuryanti 2018), ideologi partai dan sebagainya
basis ciological (Hanafi 2018), pengaruh koalisi (Romli 2018),
serta sistem pemilihan umum dan partai (Budiarti 2018). Di
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis faksionalisasi dalam PKS
dengan menggarisbawahi masalah internalnya berdasarkan pola pemimpin elit-
kapal, struktur organisasi partai dan ideologi yang sesuai
kondisi PKS.
Pola kepemimpinan elit merupakan faktor yang berkontribusi terhadap
munculnya faksionalisme dalam partai politik di Indonesia pasca-
era reformasi. Ini merupakan implikasi dari ciri-ciri pasca reformasi
partai yang pragmatis dan berorientasi jangka pendek, bukan berbasis ideologi
seperti pada pemilihan umum tahun 1955. Pragmatisme ini telah mengarah pada suatu kondisi
bahwa partai beroperasi sebagai alat untuk kepentingan elit mereka, bukan
untuk kebaikan orang pada umumnya. Kondisi ini menjebak para pihak di dalam
masalah personalisasi dan oligarki. Contoh hasil personalisasi
Partai di Indonesia bisa ditemukan di PDI Perjuangan dengan Megawati
Soekarnoputri, Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhyono dan
Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto (Nuryanti 2018, 92–94).
Ketika oligarki menguasai sebuah partai politik, mereka seringkali bertindak demi kepentingan
untuk kepentingan mereka sendiri. Kondisi ini memicu protes dari beberapa fraksi

Halaman 7
35
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
karena perasaan saling kurang menghargai. Protes ini kemudian bisa
menimbulkan konflik yang akan mengakibatkan faksionalisasi politik
pesta. Faksi semacam ini pernah terjadi dengan PPP, melibatkan
Fraksi Suryadharma Ali dan Romahurmuziy, serta di Partai
Hanura bersama kubu Oesman Sapta Odang dan Sarifuddin Suding
(Nuryanti 2018, 99–100).
Struktur organisasi partai terkait dengan komposisi partai.
mekanisme munikasi antara pimpinan di atas dan yang lainnya
dari anggota. Oleh karena itu, mekanisme komunikasi menjadi vital
melestarikan keberadaan partai politik (LaPalombara dan Weiner
1972). Dalam hal ini struktur organisasi partai di Indonesia
dipengaruhi oleh Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik dan Partai Politik
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pemilihan Umum (Nuryanti 2018, 102). ini
karena kedua Undang-undang itu partai politik menjadi lebih sentral-
ized, di mana anggota partai memiliki otoritas penuh atas pengaturan
kebijakan partai.
Kedudukan pimpinan umum atau pimpinan di tingkat provinsi adalah
sangat strategis karena pemimpin individu akan memiliki otoritas penuh
memutuskan siapa yang akan mencalonkan diri sebagai bupati atau calon legislatif dari
pesta. Dalam kebanyakan kasus, anggota di tingkat staf harus mematuhi dan mengikuti
rendah semua keputusan yang dibuat oleh para pemimpin, meskipun keputusan itu mungkin
bertentangan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi mereka. Jika mereka menolak untuk
melakukan apa adanya
diberitahu, denda akan dikenakan, atau dalam kasus ekstrim, pemutusan hubungan kerja
akan berlaku (Nuryanti 2018, 103–104).
Perbedaan pemahaman ideologi dan munculnya
Konflik antar elit juga bisa menjadi sumber perpecahan yang akan terjadi
berakhir dengan faksionalisme. Masalah berbasis ideologi ini bukan hanya akibat
friksi antara dua ideologi yang berbeda di dalam sebuah partai, tetapi juga
hasil dari pemahaman dan tafsir yang berbeda tentang hal yang sama
ideologi (Noor 2015). Pemahaman yang berbeda tentang ideologi partai
tentu menciptakan ketegangan antar anggota partai yang bisa berujung pada perpecahan
dan disintegrasi (van Haute dan Carty 2012). Perbedaan ideol-
Ogy bisa dilihat dalam kasus Partai Sarekat Islam (PSI), dimana SI
Fraksi Merah berpegang pada ideologi Marxisme-Leninisme, sedangkan SI

Halaman 8
36
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
Kepercayaan pihak Putih lebih Islami (Korver 1985). Contoh berbeda
tafsir ideologi juga tercermin dalam kasus PKS yang akan
menjadi studi kasus dari penelitian ini. Penafsiran yang berbeda datang
dari Faksi Keadilan dan Faksi Kesejahteraan yang terjadi di banyak tempat
kasus, yang nantinya akan dibahas lebih lanjut di bagian analisis.
Boucek (2009) percaya bahwa faksi dalam partai politik tidak demikian
entitas statis. Dia lebih lanjut berpendapat bahwa mereka termasuk dalam proses yang dinamis
dari subkelompok, dan proses ini dapat berubah seiring waktu bergantung
tentang tanggapan dari anggota subkelompok itu sendiri. Bahkan,
faksionalisme akan muncul dalam keadaan yang berbeda bergantung pada
pengalaman pesta litika. Boucek menyebutkan tiga bentuk faksional-
isme, yaitu kooperatif, kompetitif dan degeneratif. Teori ini
Boucek's akan menjadi landasan untuk menjelaskan bentuk dan perubahan
faksionalisme terjadi di PKS, terutama pada masa kepemimpinan
Sohibul Iman (2015-2020).
Faksionalisme kooperatif mengacu pada kondisi di mana faksi memiliki
potensi untuk menyatukan partai politik dari dalam. Dalam bentuk ini, fac-
Tions dapat memiliki pendapat dan pilihan yang berbeda tentang politik, tetapi mereka akan
melakukannya
bekerja sama untuk membangun dan menyatukan partai tempat mereka berada. Kondisi ini
biasanya terjadi dalam sebuah partai yang terbentuk dari kelompok yang berbeda yang
bertabrakan menjadi a
Partai Politik. Jadi, dalam banyak kasus, jenis faksionalisme ini terjadi
dalam proses politik yang demokratis.
Jenis kedua, faksionalisme kompetitif, terjadi jika ada
kesalahpahaman antar kelompok karena skema insentif yang berbeda.
Insentif untuk anggota partai politik terkait dengan distribusi
posisi dalam partai itu sendiri serta pos politik strategis di
badan eksekutif atau legislatif baik lokal maupun nasional. Semacam ini
faksionalisme kemungkinan akan menimbulkan efek negatif pada partai politik seperti itu
akan memicu persaingan antar faksi, menyebabkan konflik internal, lemah-
memperkuat ikatan antar faksi dan mengakibatkan perpecahan politik-
tions. Terlepas dari semua kerugiannya, pendapat yang berbeda dari faksi bisa
juga membantu para pemimpin partai untuk membuat keputusan terbaik dari
pilihan yang tersedia.

Halaman 9
37
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
Ketika persaingan berjalan terlalu jauh, faksionalisme degeneratif dapat terjadi
bajingan. Itu terjadi ketika ada terlalu banyak faksi di dalam sebuah partai politik
bersaing untuk mendapatkan perlindungan politik sebanyak mungkin. Ini con-
Dition, mengingat masing-masing fraksi berusaha maksimal untuk menuntut
jumlah insentif kelompok, akan menyebabkan jatuhnya partai politik atau
perpecahan. Boucek (2009, 473–480) menunjukkan bahwa faksionalisme dapat berubah
dalam bentuk, biasanya dari koperasi menjadi faksionalisme kompetitif,
dan kemudian menjadi faksionalisme degeneratif. Faksi degeneratif
sebagai bentuk akhir yang akan menghancurkan partai politik dipamerkan
dalam kasus Golkar yang terbagi menjadi Hanura, Gerindra, PKPI dan
NasDem. Fraksi-fraksi Golkar ini pernah bersaing memperebutkan incen-
tives sebelum akhirnya membobol partai politik independen yang berbeda.
Faksionalisme seharusnya ditangani secara efektif untuk mengatasi masalah
masalah antar faksi melalui mekanisme pengelolaan konflik.
Darmawan (2018) meyakini bahwa pendekatan internal informal oleh partai
lebih efektif dan berdampak daripada pendekatan formal yang melibatkan hukum
prosiding. Namun kasus konflik Golkar dan PPP selama ini
Masa jabatan pertama Joko Widodo (2014 - 2019) menunjukkan bahwa pendekatan informal
berlaku hanya setelah pemerintah ikut campur dalam proses tersebut,
dengan intervensi yang dianggap berisiko karena didasarkan pada politik tertentu
minat. Saat itu, pemerintah sedang membantu faksi-faksi itu
mendukung mereka yaitu golongan Romahurmuziy dan Setya Novanto.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data
metode dari dokumen terkait dan wawancara. Menurut Creswell
(2013, 17), penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang
bertujuan untuk memahami dan mendalami masalah atau fenomena yang akan datang
dari interaksi manusia atau sosial. Makalah ini akan menjawab pertanyaan tersebut
mengapa terjadi perubahan faksionalisme yang mengakibatkan perpecahan di dalam diri
PKS. Untuk memperoleh informasi tentang dinamika perubahan faksionalisme
Menjelang terbentuknya Garbi, penelitian telah melakukan wawancara
dengan beberapa tokoh sentral dari kedua faksi. Di antara yang diwawancarai adalah
Mahfudz Siddiq dan Pipin Sopian. Daftar orang yang diwawancarai dipilih

Halaman 10
38
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
mempertimbangkan proporsi yang seimbang dari kedua fraksi, Faksi Keadilan dan
Faksi Kesejahteraan . Selanjutnya penulis juga mewawancarai para sarjana
yang telah melakukan penelitian tentang PKS dan mengikuti perkembangan terkini
pihak, yaitu Arief Munandar dan Firman Noor. Kolom informasi
yang dipelajari dari narasumber adalah informasi primer, yaitu
digunakan untuk menganalisis masalah dalam makalah ini. Selain itu, penelitian ini
juga menggunakan sumber sekunder dan studi pustaka dari penelitian terdahulu
membahas faksionalisme di PKS, serta pemberitaan dari berbagai media.
POLA KEPEMIMPINAN ELITE DI PKS
Pola kepemimpinan elit dianalisis berdasarkan karakteristik
karakteristik partai, apakah pragmatis dan berorientasi jangka pendek atau
idealis dan berdasarkan ideologi yang diyakini. Kepemimpinan elit di PKS
umumnya berbeda dengan partai-partai lain di Indonesia dimana
ketua biasanya memainkan peran penting. Di PKS, ketuanya tidak
memiliki otoritas yang signifikan seperti ketua lain dari politi-
pesta cal. Sebaliknya, partai ini memiliki divisi yang disebut Majelis Syuro yang
memiliki kewenangan penuh untuk menunjuk calon presiden
pemilihan misalnya, atau untuk memilih kader untuk diusulkan sebagai menteri di
kabinet (Hidayat 2012, 165-166). Ini menunjukkan betapa PKS tidak
tokoh matic dan menjelaskan bahwa elit pimpinan PKS berada pada posisi
ketua sekaligus di Majelis Syuro. Di kepemimpinan partai sebelumnya
Salim Segaf al-Jufri dan M. Sohibul Iman, pola umum partai
kepemimpinan cenderung akomodatif. Anis Matta sebagai bagian umum
retary memiliki kecenderungan untuk mencoba mengakomodasi setiap bagian dari pesta
dalam setiap situasi, bahkan dalam situasi kritis yang terjadi kemudian. Ini
terlihat dari beberapa kasus yang menjadi viral, seperti kasus
Skandal suap daging impor yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq dan
kasus mengakses dan menonton video porno secara umum
pertemuan, melibatkan Arifinto. Selanjutnya jenis kepemimpinan selama
era ini tidak terlalu ketat, sehingga setiap tindakan dilakukan oleh anggota
PKS, selama masih bisa ditolerir, akan diampuni oleh elite sebagai
selama anggota partai tidak terlibat dalam kegiatan melawan pimpinan partai
ership (Hidayat 2012). Dengan kata lain toleransi yang diberikan banyak

Halaman 11
39
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
fleksibel dibandingkan di era Salim Segaf dan Sohibul Iman. Dengan seperti itu
kepemimpinan, faksionalisme tidak terlalu diperhatikan.
Namun, menurut Fahri Hamzah, pimpinan Salim Segaf
dan Sohibul Iman cocok dengan karakteristik feodalisme dan dulu
tidak terbuka untuk kritik (CNN Indonesia 2017). Dia sendiri mengalaminya
otoritas ketat ketika dia dan beberapa anggota lain dipotong dari
struktur organisasi. Sedangkan DPP PKS (Majelis Pusat
Pimpinan tral / Dewan Partai Nasional) percaya bahwa Salim Segaf dan
Sohibul Iman sama-sama berusaha membangun kembali dan menyempurnakan gagasan khittah
sebagai partai Islam. Salim Segaf dan Sohibul Iman sedang memulihkan
prinsip partai bahwa PKS harus menyebarkan nilai-nilai Islam
ceramah agama dan tidak hanya berfokus pada upaya politik. Pipin
Sopian, di sisi lain, menyatakan Fahri Hamzah dipecat menjadi-
karena dia memberontak dan berbohong kepada pemimpin, yang membuat Fahri Hamzah itu
Tuduhan terhadap kepemimpinan PKS tidak lebih dari sekadar dendam
(Wawancara dengan Pipin Sopian, 5 April 2019). Lebih lanjut Sopian menjelaskan
bahwa, 'Ketika politik menjadi pusat dari apa yang kami lakukan, itu sangat
kemungkinan kami akan melakukan apa pun dengan biaya berapa pun, tidak peduli seberapa
baik atau buruknya,
untuk mencapai tujuan kami. Sedangkan jika kita mendasarkan tindakan kita pada ajaran
Islam, kami mendorong orang untuk melakukan perbuatan baik '.
Pipin Sopian juga membantah bahwa para pemimpin tidak terbuka
kritik dan kritik dari kadernya. Sebaliknya, selama Salim Segaf dan
Kepemimpinan Sohibul Iman, anak muda menjadi terlibat aktif
pengambilan keputusan strategis. Setiap Rabu, mereka yang menjadi bagian dari
tim pembuat konten, akan berbagi pemikiran dan berdiskusi dengan
menetapkan program yang akan ditawarkan kepada para pemimpin untuk disetujui
sebelum mensosialisasikannya kepada publik. Program-program ini telah disesuaikan
melalui proses akademik, dan ketika hasilnya didukung oleh
data yang valid dan dapat diandalkan, para pemimpin akan menyetujui.
Fahri Hamzah yang termasuk salah satu pendiri PKS disingkirkan
dari struktur organisasi, dan posisinya sebagai wakil pemimpin
Dewan Perwakilan Rakyat dinyatakan tidak berlaku pada 11 Maret 2016
(DPP PKS 2016). Pemutusan hubungan kerja ini adalah akibat dari kesalahan yang dia miliki
yang dilakukan terkait dengan pasal 11 No. 2 Anggaran Dasar pihak-

Halaman 12
40
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
peraturan / Anggaran Rumah Tangga tentang tindakan yang melanggar
keputusan Syuro , Tsawabit ,
Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga pihak, termasuk namun tidak terbatas pada: (a)
melanggar sumpah abadi sebagai anggota partai; (b) melanggar aturan
dan keputusan yang dibuat oleh partai; (e) tanpa alasan yang sah tidak memberikan-
membunyikan hasil diskusi partai, bukan mematuhi keputusan
dibuat oleh pemimpin, tidak tunduk pada kebijakan dan / atau inti partai
nilai-nilai; (g) menempatkan kepentingan diri, kelompok atau pihak lain di atas kepentingan
partai (DPP PKS 2016).
Anggaran Dasar PKS Bab XVIII pasal 26 Nomor (3) tentang
Reward and Punishment menyatakan bahwa, "Partai akan memberikan administrasi-
sanksi tratif, dakwaan, penangguhan, penurunan pangkat dan penghentian atas
melanggar aturan syariat dan / atau aturan organisasi, merugikan partai
reputasi baik atau tindakan lain yang bertentangan dengan nilai-nilai partai
Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga atau kebijakan lainnya (DPP PKS 2016). Berbasis
Dalam pasal ini pimpinan partai telah memutuskan bahwa Hamzah melakukan pelanggaran
arahan untuk meminimalkan konflik dan telah secara terbuka menunjukkan sikap buruk
haviors dalam banyak kesempatan ekspos media.
Atas tindakannya terhadap kasus Hamzah, PKS menguatkan
arah baru partai yang memperkuat aspek kader partai dan
pesta dakwah . Konsistensi arah baru PKS ini terlihat-
berdasarkan proses berkelanjutan untuk menerapkan sepenuhnya Artikel partai
Asosiasi / Anggaran Rumah Tangga. Berbeda dengan kasus-kasus yang terjadi
Luthfi Hasan Ishaaq dan Arifinto yang dilakukan seolah-olah mengundurkan diri
posisi mereka di partai bukannya pemutusan hubungan kerja. Saat itu, PKS
telah membuktikan kepada publik bahwa mereka berusaha mendapatkan kembali kepercayaan
dari
orang-orang di pesta Islam. Studi ini menyimpulkan bahwa PKS telah terealisasi
bahwa tindakan yang dilakukan oleh kader partai terkadang kontradiktif.
tory dan menciptakan area abu-abu. Area abu-abu ini membuat orang-orang menjadi seperti itu
PKS enggan memilih karena menganggap situasi yang ada di dalamnya
pesta tidak kondusif. Oleh karena itu, Ketua Majelis Syuro dan
Ketua PKS menghimbau agar semua kader bertindak sesuai ajaran
Islam (Wawancara dengan Arief Munandar, 14 Februari 2019).
Selain kasus Fahri Hamzah, PKS juga merawat Gamari Sutrisno.
anggota atau Komisi 1 DPR yang

Halaman 13
41
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
kasus melibatkan pelanggaran nilai syariat sebagai sederajat. Gamari Sutrisno pernah
diberhentikan secara resmi dari PKS pada tanggal 8 April 2016, setelah PKS mengajukan
Soal recall (PAW) ke Ketua DPR, sama saja
saat itu sebagai permintaan recall Fahri Hamzah. Mengenai pekerjaan ini
pemutusan hubungan kerja, Pipin Sopian menegaskan bahwa Fahri Hamzah dan lainnya
kader harus menerima keputusan pemimpin karena ada partai politik
mekanismenya sendiri untuk menangani kasus-kasus seperti itu. Pipin Sopian mengilustrasikan
kepemimpinan PKS sebagai pembina tim sepak bola yang memiliki kewenangan penuh
memutuskan siapa yang akan bermain dalam permainan sebagai penjaga gawang, striker atau
pemain pengganti,
dan siapa yang tidak akan bermain sama sekali (CNN Indonesia 2017).
Analogi tim sepak bola hadir dalam bentuk edaran yang didistribusikan
oleh DPP PKS yang menginstruksikan seluruh kader yang mencalonkan diri di pemilu legislatif.
untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada partai. Itu bisa dilakukan dengan mengisi dua
formulir dan membubuhkan tanda tangan Anda pada stempel. Bentuk pertama menyatakan
bahwa kader bersedia diganti sewaktu-waktu jika diperintahkan,
sedangkan yang kedua adalah surat pengunduran diri sebagai anggota DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dengan tanggal dikosongkan
bagian. Ada beberapa kader di tingkat kabupaten yang mengundurkan diri
posisi karena mereka tidak mau mengisi formulir, dan ada
juga beberapa kader yang dipecat karena menolak menandatangani formulir. Antara
kader tersebut adalah pimpinan DPP PKS wilayah Situbondo Imam Anshori,
Ketua DPP PKS Blitar, Ali Muhsin, dan calon legislatif
DPRD Sulawesi Selatan Taslim Tamang. Mereka menolak untuk mengisi
bentuk karena dianggap keputusan DPP yang dibuat tidak
rasional dan percaya bahwa ada intrik politik
diyakini berfungsi sebagai sarana untuk menyingkirkan pendukung Anis Matta
pesta (Wijaya 2018).
Intrik tersebut juga terlihat dari boikot terhadap suatu peristiwa
di Bandung pada tanggal 21 April 2018 dimana Anis Matta akan
jelas calon presiden dari PKS. Pikir Mahfudz Siddiq
Alasan dibalik boikot ini karena DPW PKS Jawa Barat
mengedarkan surat yang memberitahukan kepada seluruh kader agar tidak mengikuti acara
tersebut, mak-
ing Anis Matta dan calon presiden lainnya dari PKS tak berdaya
melakukan apa saja (Kresna 2018). Sebaliknya, Pipin Sopian mengatakan itu

Halaman 14
42
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
Anis Matta melanggar aturan internal yang menyatakan bahwa sosialisasi harus dilakukan
belum dilakukan kader internal karena DPP PKS percaya itu
semua kader internal sangat menyadari keputusan partai tentang siapa
mencalonkan diri untuk pemilihan presiden; oleh karena itu, apa yang harus dimiliki
Yang dilakukan adalah menyadarkan informasi ini kepada masyarakat sehingga PKS
dapat menjangkau khalayak yang lebih luas di seluruh Indonesia (Wawancara dengan
Pipin Sopian, 5 April 2019).
Persoalan penghentian pendukung Anis Matta terjadi
ditulis selama rezim Salim Segaf, dan Sohibul Iman tidak setuju
Upaya Anis untuk menjadikan PKS sebagai partai terbuka yang mampu beradaptasi dalam a
negara demokratis. Ini membuktikan bahwa elit PKS pada era tersebut
Salim Segaf dan Sohibul Iman tegas tentang loyalitas kader
ke arah partai dan tidak akan berpikir dua kali untuk mengambil tindakan terhadap pemberontak-
kader ling seperti Fahri Hamzah. Kondisi menggesek Anis
Loyalis Matta semakin memanas ketika sebuah dokumen berjudul “Waspadalah
Gerakan Boikot Melawan PKS ”demikian penjelasan Anis Matta
mengambil alih PKS pada tahun 2020. Strategi yang disebutkan dalam artikel tersebut adalah:
1. Mengambil Alih Majelis Syura PKS ,
2. Mengambil alih fraksi legislatif di DPR RI, DPRD di provinsi
tingkat pemerintahan dan DPRD di tingkat kabupaten,
3. Mengambil alih struktur organisasi partai,
4. Merekrut kader inti,
5. Pendanaan calon bupati,
6. Memanfaatkan media sosial secara masif,
7. Menyebarkan propaganda Anis Matta melalui Jenderal Anis Matta
Pemimpin Muda (AMPM) dan Arah Baru Ikhwan (ABI),
8. Bertabrakan dengan berbagai wajihah (lembaga atau orang yang memiliki
toritas dan pengaruh yang kuat),
9. Memperlakukan anggota baru sesuai dengan level mereka,
10. Menerapkan gagasan "rekrut atau mati", di mana perekrutan
Penghentian dilakukan melalui penyelamatan agenda partai.
Ini kudeta dijelaskan dalam dokumen itu dianggap sebagai kejahatan
karena mencoba melakukan pengkhianatan, pemberontakan, pemogokan dan kepatuhan.

Halaman 15
43
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
Mahfudz Siddiq membantah tindakan tersebut terjadi dan dipertimbangkan
mereka sebagai upaya intelijen untuk menggulingkan Anis Matta dan pendukungnya
(Wawancara dengan Mahfudz Siddiq, 14 Februari 2019). Mahfudz Siddiq
menganalisis dokumen dan menyatakan bahwa tindakan itu sistematis
diambil untuk membentuk opini di dalam PKS sehingga kader akan menerimanya
dan menyadari bahwa kudeta telah terjadi. Ia juga menyatakan bahwa dokumen
Itu dibuat oleh sosok yang memiliki masalah pribadi dengan Anis
Matta, tidak terkait masalah organisasi, fikrah (sudut pandang) atau
manhaj (strategi). Dia juga percaya bahwa kecemasan berlebihan diderita
PKS, terutama yang membuat dokumen itu karena ketakutan
dari intervensi 9 (sembilan) Naga (s embilan naga ) sebagai donatur.
Lebih lanjut, Mahfudz Siddiq melihat bidang kaderisasi itu punya
mengubah fungsinya menjadi membingkai opini, menyebarkan kebohongan dan fitnah
masalah. BPDO (badan disipliner internal) dan Majelish Tahkim
digunakan sebagai instrumen untuk menghukum dan memecat kader yang
disebut osan (sebutan untuk pendukung Anis Matta). Selain itu, upaya
Pengusiran pendukung Anis Matta dilakukan dengan membuat kantor
dari Wilda ( daerah dakwah ) algojo untuk pemberhentian, penggantian, dan
pengambilalihan manajemen struktural di wilayah tertentu.
Contoh ini terjadi di DPD PKS Kalimantan Timur. Arbi-
Perilaku trary telah dilakukan oleh DPP PKS, menurutnya
DPD PKS Kota dan Kabupaten se-Kalimantan Timur. Itu tadi
menanggapi posisi DPP PKS yang menggantikan Ketua
DPD Kaltim dari Masykur Sarmian sampai Ali Hamdi. Dalam sebuah keadaan-
keputusan yang ditulis oleh DPD Kaltim, putusan itu dipertimbangkan
tidak biasa dalam tradisi PKS karena mengabaikan mekanisme yang
nisme. Praktik tersebut dianggap sebagai kebijakan konsensus anti musyawarah
dan merupakan bentuk kemunduran demokrasi dari PKS sebagai partai politik.
Padahal, menurut kader, kinerja Masykur Sarmian di Timur
Kalimantan memuaskan. Hal itu dibuktikan dengan pencapaiannya
dari 75% suara pada pemilihan umum lokal tahun 2015 di kabupaten dan
kota-kota di Kalimantan Timur.
Sebaliknya, keputusan DPP PKS diwakili oleh
Kepala Daerah Dakwah Kalimantan, Abu Bakar Al Habsyi mengatakan

Halaman 16
44
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
bahwa itu adalah rotasi, bukan pemecatan. Masykur Sarmian sebenarnya
diangkat menjadi pangkat pemerintah daerah di Kalimantan. Nya
pernyataan yang menyatakan bahwa posisi politik berarti amanat dan tanggung jawab-
ity yang harus dipenuhi, bukan kemuliaan. Rotasi seperti itu biasa terjadi di organisasi
zasi seperti PKS, di mana setiap kader harus siap ditempatkan
di mana saja, siap untuk bekerja di dalam atau di luar struktur, baik maupun tidak
diberi posisi. Setiap kader dikatakan memenangkan dan membesarkan PKS sebagai seorang
Islami
pesta.
Pemberhentian dan rotasi yang dialami Fahri Hamzah dan Ma-
sykur Sarmian membuat para kader yang terkena dampak merasa elit telah
kesewenang-wenangan yang dilakukan saat menjalankan kekuasaan mereka. Karena itu, dari
mereka
perspektif, pemimpin dianggap pragmatis dan membuat keputusan untuk
kepentingan jangka pendek, tidak berdasarkan aspek ideologis. Di sisi lain
tangan, untuk DPP seperti yang diungkapkan oleh Pipin Sopian dan klarifikasi dari
Abu Bakar Al Habsy tentang rotasi posisi di Kalimantan Timur
PKS DPD, sikap pimpinan tidak mencerminkan kesewenang-wenangan. Namun,
Ini adalah langkah elit untuk mengembalikan PKS ke dakwahnya sebagai Islam
pihak yang melaksanakan untuk kepentingan partai. Ini menunjukkan bahwa di sana
Ada perbedaan antara kader PKS dalam memaknai pemimpin PKS.
pola kapal di bawah Salim Segaf dan Sohibul Iman.
Akademisi Firman Noor percaya bahwa pola kepemimpinan elit
di bawah Presiden Anis Matta (2013-2015) memang lebih fleksibel daripada
kepemimpinan Presiden Sohibul Iman seperti sekarang ini. Namun,
Masalah utama tidak terletak pada apakah pola kepemimpinannya fleksibel.
ible atau kaku, tetapi tergantung pada komitmen mereka untuk menjunjung tinggi nilai-nilai
dipercaya oleh partai. Komitmen ini dihadapkan pada pragmatis Indo-
kondisi politik nesian (Wawancara dengan Firman Noor, 8 April 2019).
Dengan demikian dapat disimpulkan pola kepemimpinan yang terjadi
selama rezim Salim Segaf di Majelis Syuro dan PKS Presiden So-
hibul Iman adalah pola yang berusaha untuk mempertahankan ideologis partai
nilai-nilai, sedangkan kader seperti Fahri Hamzah berpendapat bahwa PKS harus
beradaptasi dengan kondisi yang lebih modern tanpa meninggalkan nilai ideologisnya.
Dari dinamika di atas terlihat cukup jelas bahwa PKS mengalami sepuluh
Perselisihan antara mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan

Halaman 17
45
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
edgement dari pertimbangan politik pragmatis dan mereka yang berpikir demikian
diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel terhadap politik. Oleh karena itu,
hubungan tidak nyaman antara pendukung penerapan ketat dan santai
Nilai-nilai Islam terus berlanjut. Kelanjutan dari ketegangan sebelumnya saat
kritik FKP muncul terakhir dan keputusan untuk menerapkan pendekatan yang lebih ketat
telah menyebabkan ketidakpuasan yang tumbuh di kemudian hari. Meski harus begitu
menggarisbawahi bahwa banyak tokoh terakhir yang berposisi sebagai partai
kepemimpinan ketika orang-orang di FKP mulai mengkritik
penerapan pendekatan yang lebih fleksibel dan pragmatis dalam politik.
STRUKTUR ORGANISASI PIHAK
Struktur partai dilihat berdasarkan mekanisme komunikasi partai.
nisme dari pimpinan di tingkat atas dan kader di tingkat bawah.
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, para elite di PKS dengan relatif
kekuatan lebih didominasi oleh Syuro Council ( Majelis Syuro ). Itu
keputusan strategis partai biasanya dibuat melalui Dewan Syuro
musyawarah.
Pada periode sebelum kepemimpinan Salim Segaf dan Sohibul
Iman, pihaknya biasanya mendapat kritik dari dua pendekatan, yakni
pendekatan lembut dan keras. Pendekatan lembut dilakukan dengan menempatkan
kader dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
situasi pesta. Pendekatan terakhir lebih merupakan cara untuk memberhentikan cad-
res dari status keanggotaannya (Hidayat 2012, 209). Berbeda dari
Presiden sebelumnya, Anis Matta menilai pendekatan lunak itu sebagai
lebih tepat selama periode kepemimpinannya yang bergejolak. Kecenderungan ini
menunjukkan adanya upaya moderasi yang dilakukan oleh pimpinan PKS pada
waktu itu. 2 Pendekatan lunak ini, seperti yang akan dijelaskan di bagian ini, adalah
kecil kemungkinannya untuk dipekerjakan oleh Salim Segaf dan Sohibul Iman.
Pada rezim Salim Segaf dan Sohibul Iman, ada dua
Aspek yang menjadi pendorong perubahan partai, yaitu penerapannya
partai tata kelola yang baik sebagai budaya organisasi yang harus
2 Pendekatan keras yang relatif serupa telah dilakukan selama Luthfi Hasan Ishaaq memimpin-
ership. Semasa kepemimpinannya sebelum ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
pada 2013, Anis Matta menjabat sebagai sekretaris jenderal partai. Lihat Hidayat (2012) untuk
lebih jelasnya.

Halaman 18
46
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
diterapkan untuk semua elemen partai dan penegasan struktural dan
dakwah budaya yang menunjukkan upaya PKS untuk menunjukkan konsistensi
nilai-nilai ideologis yang dijunjung tinggi.
Partai good governance terdiri dari dua tolok ukur yaitu
penegakan disiplin partai terkait dengan sikap para kader
dan aturan tentang keuangan. Kedisiplinan partai terkait dengan
aspek kebersihan, kepedulian dan profesional yang dijadikan acuan dalam
perilaku pesta. Istilah “bersih” artinya memelihara PKS
moralitas baik sebagai individu maupun anggota partai terhadap keluarga, kerabat,
tetangga, sesama Muslim, dan siapa pun. Kata “peduli” artinya
bahwa kader harus berbuat baik kepada masyarakat, peka terhadap situasi
Persepsi yang terjadi di sekitar mereka, membantu orang lain, dan berbuat baik untuk negara.
Ini adalah tindakan kolektif dan terstruktur. Sikap ini sesuai
dengan visi PKS yaitu melayani masyarakat. Yang terakhir, "profes-
sional ”, artinya PKS akan melahirkan nilai-nilai yang luar biasa disaat semua
kader memiliki kemampuan dan kapabilitas kinerja yang memadai. Dengan
Ketiga nilai tersebut, PKS bertujuan untuk menjadi partai yang kuat dan konsisten
(Wawancara dengan Fahmi Alaydroes, 28 April 2016). Berdasarkan ini, itu bisa
Dapat disimpulkan bahwa secara struktural PKS ingin merubah karakter
kader agar bersih, peduli dan profesional.
Perhatian terhadap aspek keuangan muncul sebagai respon terhadap sikap kader
titudes di periode sebelumnya. Saat itu, kader PKS dipertimbangkan
kecil kemungkinannya untuk mempertahankan " sifat halal " sumber pendapatan. Salah satu
kader (identitas dirahasiakan) di DPP PKS mengungkapkan hal itu terjadi
karena pragmatisme dimana negara tidak menyediakan keuangan yang baik
bantuan kepada partai politik. Dia lebih lanjut berkata:
... Berikut adalah analogi; ada pengusaha. Ini adalah publik dari-
ficial. Di tengah keduanya adalah kader PKS yang mengenal keduanya
mereka. Pengusaha ini membutuhkan kebijakan yang mampu mendukung
keberlanjutan perusahaannya. Nah, kader itu jadi jembatan itu
Pengusaha dan pejabat publik bisa bertemu, bisa ngobrol, sehingga keduanya
transaksi terjadi. Kemudian kader ini mendapat bayaran dari keduanya
yang kemudian dibayarkan ke partai. Sekarang anggota dewan

Halaman 19
47
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
yang saya temui berkata, "Nah, itu halal !" Nah, pernyataan ini diucapkan oleh a
tokoh agama membuat saya bingung. Saya mengatakan ini karena ini religius
tokoh menerima taujih [nasihat] langsung dari seseorang di atas-
tingkat est. Jadi, dipastikan bahwa sangat mungkin hadiah itu
terkait dengan logika sangat mungkin benar. Beberapa membenarkan bahwa ac-
itu halal ! Masha Allah ! Kalau dikatakan halal bagaimana ya
itu dilarang ?! ... (Wawancara dengan kader partai, 28 April 2016).
Terkait hal tersebut, Ketua DPP PKS Bidang Politik,
Pipin Sopian, mengungkapkan penggalangan dana dengan cara yang tidak tepat adalah
bertentangan dengan prinsip partai. Oleh karena itu, menurutnya, PKS harus
kembali ke akarnya sebagai partai Islam yang menjunjung tinggi eksistensi
rakyat dengan tidak membenarkan cara apapun untuk mengejar kepentingan (Wawancara
dengan Pipin Sopian tanggal 5 April 2019). Dengan kata lain, partai saat ini
pimpinan bermaksud menerapkan pedoman yang lebih jelas bagi setiap anggota
pihak dalam menangani masalah keuangan.
Salah satu bentuk penggalangan dana dilakukan di era Presiden Anis
Matta dengan merekrut pengusaha yang mau berkontribusi
kepada PKS meski komitmennya tidak terlalu kuat untuk PKS. Oleh
penampilan dan perilaku, para pengusaha ini tidak mewakili mereka-
dirinya seperti kader PKS lainnya. Praktik ini adalah contoh progresif
kegiatan yang dilakukan di rezim Hilmi Aminuddin dan Anis Matta,
sedangkan di era Salim Segaf dan Sohibul Iman tidak dilakukan karena
Partai lebih berhati-hati dalam memilih siapa yang akan diterima sebagai a
penyumbang keuangan partai (Wawancara dengan Fiman Noor, April
8, 2019).
Dakwah mengacu pada upaya PKS dalam memperkuat militansi dan spiri-
kualitas kader (Soekamto dalam Matta 2014, vi). Kepemimpinan sebelumnya
Masa itu dianggap hanya mengembangkan dakwah secara struktural. Itu
dakwah struktural yang dibahas adalah dakwah yang dilakukan dengan mengundang
masyarakat menjadi bagian dari PKS, meningkatkan jumlah kadernya.
Salah satu kader di tingkat DPC mengatakan bahwa orientasi pada periode
2010–2015 memang untuk memperluas partai (Wawancara dengan Iwan Se-
tiawan, 23 April 2016).

Halaman 20
48
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
Berbeda dengan dakwah tersebut di atas , maka dakwah yang ditekankan
selama kepemimpinan Salim Segaf dan Sohibul Iman juga diarahkan
pada kualitas regenerasi. Kualitas ini dilakukan melalui
propaganda budaya. Propaganda budaya mengacu pada dakwah con-
dilakukan secara informal seperti bertukar ide, diskusi, atau
menunjukkan sikap yang baik dan menjadi panutan, serta menunjukkan
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat (Wawancara dengan Amang Syafruddin,
2 Mei 2016). Dari sini, tampaknya pihak tersebut berusaha menghindari ap-
plikasi politik pemborosan yang membutuhkan donor keuangan sebagai
dilakukan oleh pimpinan sebelumnya. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan
penerapan kepemimpinan yang lebih disiplin.
Tujuan propaganda budaya ini adalah untuk menarik simpati
orang yang sebelumnya tidak terbiasa dengan PKS menjadi antar
ested dan memilih PKS sebagai partainya. Ini dapat meningkatkan jangkauan mereka
pemilih. Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mardani Ali Sera menegaskan
bahwa dakwah budaya ini merupakan respon dari kader PKS di kota-kota besar
berpendidikan, artinya jika PKS ingin menjadi partai besar,
itu harus memiliki pendukung yang besar. Salah satunya adalah melaksanakan dak-
wah dengan mengunjungi desa-desa sekitarnya yang di dalamnya terdapat kelompok yang tidak
berpendidikan tersebut
sebagai komunitas pedesaan hidup. Begitulah PKS ingin membuatnya
penonton dan pendukung lebih besar. Penerapan propaganda budaya
Sejalan dengan pernyataan Deliar Noor (1984) bahwa partai politik
adalah organisasi komunitas yang dapat mengumpulkan orang-orang yang memiliki kesamaan
pemahaman atau kepentingan yang sama yang ingin dicapai. Selain itu, politi-
Pihak cal juga bisa menyalurkan pemahaman dan kepentingan ini ke lebih luas
masyarakat. Dengan kata lain, orang tidak perlu terikat dengan ini
Partai-partai politik. Dampak positif dari penyaluran pemahaman
dan kepentingan PKS kepada masyarakat dapat mendorong masyarakat
memilih PKS (Wawancara dengan Mardani Ali Sera, 13 April 2016).
Struktur organisasi partai di bawah kepemimpinan Salim
Segaf dan Sohibul Iman mengalami perubahan dibandingkan sebelumnya.
periode kita. Perubahan ini terlihat dari tuntutan pimpinan
untuk melakukan perbaikan dengan meningkatkan tata kelola partai (dengan meningkatkan
disiplin partai dan aturan keuangan) dan dakwah yang tidak hanya

Halaman 21
49
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
secara struktural tetapi juga secara budaya. Tuntutan tersebut menunjukkan bagaimana PKS
mekanisme amunikasi di bawah rezim Salim Segaf dan Sohibul Iman
dilakukan. Mekanisme tersebut merupakan mekanisme terpusat yang kembali
meminta kader untuk melaksanakannya guna memajukan partai dari
periode sebelumnya.
INTERPRETASI IDEOLOGI YANG BERBEDA
DI ANTARA FAKSI
Perbedaan penafsiran ideologi dilihat dari perspektif
para aktor partai dalam mengimplementasikan ideologi yang dianut. Muhtadi
(2012, 259) menulis bahwa ideologi PKS berakar kuat pada keyakinan itu
Islam itu ad-diin , kaffah atau total, komprehensif, dan mencakup semua aspek
hidup tanpa adanya pemisahan antara aqidah wa syariah (iman dan
hukum), diin wa dawlah (agama dan negara), dan diin wa dunya (agama dan
Dunia). Aktivis PKS menuduh sekularisme sebagai sumber masalah
penyakit yang terus mengganggu umat Islam di dunia. Untuk PKS, sekuler
nilai-nilai yang diadopsi dalam platform politik Indonesia, ditandai dengan kegagalan
para pendiri bangsa yang menerapkan Jakarta Charter 3 , telah berkontribusi
dengan marjinalisasi politik Islam di Indonesia. Demikian PKS menawarkan
gagasan bahwa "Islam adalah solusinya" ( al-Islam huwa al-hall ).
PKS sebagai partai Islam berupaya menyebarkan prinsip-prinsip Islam dalam politik
tics. PKS juga memperjuangkan prinsip syariah di parlemen, baik secara nasional
dan secara regional. Di tingkat peraturan daerah, misalnya, kader PKS berusaha
membuat regulasi tentang penggunaan cadar bagi penghuni dan mahasiswi
(Ramadhan 2014). Namun, ada interpretasi yang berbeda dari
kader ideologi Islam yang diadopsi oleh partai ini dalam hal persetujuannya
plikasi dalam politik. Perbedaan interpretasi adalah manifestasi
tentang keberadaan Faksi Keadilan dan Faksi Kesejahteraan yang
dari awal dianggap sudah ada di PKS. Mantan
Fraksi terdiri dari anggota konservatif dan cenderung mempertahankan
status quo untuk mempertahankan pandangan dunia aslinya sejak mereka aktif sebagai
gerakan bawah tanah; sedangkan faksi terakhir sebagian besar terdiri dari
3 Piagam terdiri dari 7 (tujuh) kata yang mengharuskan Muslim di Indonesia untuk mematuhinya
Hukum Islam.

Halaman 22
50
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
dari orang-orang muda yang progresif dan revolusioner, dan mendukung
perubahan.
Anis Matta, saat menjadi Presiden PKS, semakin mengangkat PKS
Buka. Pada Mukernas 2008 di Bali, sempat terjadi gesekan akibat PKS
dinyatakan sebagai partai terbuka yang menerima anggota non-Muslim oleh
Anis Matta sebagai sekretaris jenderal. Faksi progresif melihat niatnya
PKS mendapatkan segmen pemilih yang lebih luas dari sekedar pemilih muslim. Inilah apa
faksi konservatif melihat sebagai tindakan yang menyimpang dari asalnya.
tujuan akhir dari kepercayaan partai. PKS juga menyaksikan kecelakaan yang mengejutkan.
Pemeriksaan, meski sudah dibuktikan di pengadilan, terhadap salah satu kadernya sebagai
gubernur
Provinsi Sumatera Utara yang telah menyuap anggota lokal
legislatif. Karenanya, Salim Segaf dan Sohibul Iman yang mewakili
kepentingan faksi konservatif, berusaha mengembalikan PKS ke khit-
tah seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Pipin
Sopian,
khotbah adalah komandan, bukan politik. Dalam hal ini, dia menggambar dengan jelas
garis antara faksi keadilan / konservatif dan kesejahteraan / progresif.
Kepemimpinan Anis Matta pada periode sebelumnya pun dipertimbangkan
jadikan politik sebagai fokus utama.
Pada periode kepemimpinan 2004 - 2015, elit PKS mengadopsi
doktrin Al Hizb Huwal Jamaah wal Jama'ah Hiyal Hizb , artinya
Partai adalah Jamaah , dan Jamaah adalah Partai ( Sumandoyo 2018). Para elit
siapa yang berada dalam struktur organisasi partai pada saat itu dimaksudkan
untuk membuat partai politik lebih besar dengan mengintegrasikan anggotanya menjadi satu
struktur dan manajemen yang solid. Targetnya adalah PKS menjadi
salah satu dari tiga partai teratas dalam politik Indonesia. Strategi yang digunakan
adalah menjadikan PKS sebagai partai yang terbuka dan inklusif.
Selain itu, kebijakan partai pada periode ini cukup fleksibel.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal seperti masalah preferensi gaya hidup.
perbedaan, penampilan, sikap dan bahasa tubuh. Elit yang masuk
struktur PKS dan struktur non-PKS akan menampilkan modern,
penampilan muda, dan mewah. Mereka terlihat mengenakan jeans dan
jas, sepatu dan jam tangan mewah, bepergian dengan mobil mewah, dan memilih
tempat berkumpul yang biasanya mewah seperti kedai kopi mewah.
Anis Matta dipandang sebagai pemrakarsa pendekatan ini dan telah mencoba melakukannya

Halaman 23
51
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
menerapkan ini ke partai sebagai sekretaris jenderal dan kemudian sebagai presiden
pesta. Sikap ini dianggap salah dan tidak sensitif bagi mayoritas
dari kader PKS yang banyak di antaranya sebenarnya adalah golongan menengah ke bawah
kelompok dalam hal pendapatan. Di sisi lain, PKS sendiri tetap dijalankan
mekanisme “pendanaan bersama” untuk kegiatan PKS termasuk yang utama
yang seperti pertemuan bulanan, tahunan, nasional, dan kerja.
Pada saat bersamaan, PKS sebagai partai politik Islam yang memperkenalkan
dirinya sebagai partai kader dan partai propaganda telah dimaknai oleh
komunitas sebagai partai Islam. Jadi, harapan masyarakat adalah itu
Semua elemen di PKS mencerminkan partai politik yang mengimplementasikan nilai-nilai
dan norma Islam yang berlaku di masyarakat Indonesia. Beberapa contoh
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat muslim Indonesia adalah kehidupan
kesederhanaan, penampilan sederhana, hubungan dekat antara pemimpin dan
staf, dan berbagai hal seperti yang digambarkan di era kepemimpinan
Nabi dan kawan-kawan, pemandangan tersebut disimbolkan oleh Ustadz Fahmi Alaydrus
sebagai Kepala Divisi Kesejahteraan Rakyat:
... Kami adalah puluhan ribu orang. Ia memiliki kehidupan yang sangat beragam. Bahwa
bisa menjadi semacam ekspektasi berlebihan terhadap nilai-nilai tarbiyah ...
betapa luar biasa hidup di zaman sahabat Nabi… apa adanya
yang sering dicontohkan adalah kehidupan di zaman Nabi dan teman-temannya
untuk menjadi standar moral Muslim dalam kehidupan ... sedangkan di era
Dinasti, Islam masih memiliki nama yang sangat besar dan mengambil ... kemudian, di sana
juga berbagai pola hidup ... Maksud saya wajar bahwa beberapa
partai tidak mencerminkan nilai-nilai tarbiyah yang diajarkan ... ekspektasi berlebihan
menuju gaya hidup yang sangat sederhana dan puritan… kenyataan
sedikit berbeda ... jadi ada kesenjangan antara nilai dan kenyataan di sini.
(Wawancara dengan Fahmi Alaydroes, 28 April 2016).
Adanya perbedaan ideologi dan identitas dengan antar-
pretasi memicu kebingungan dan kritik dari kedua struktur internal
ture dan masyarakat luas. Perbedaan ekspektasi masyarakat
standar dan harapan masyarakat yang tinggi terhadap PKS pun
tidak diimbangi dengan perilaku yang ditunjukkan oleh kader. Selain itu, tidak bermoral
kasus yang dilakukan oleh Arifinto (Anggota DPR-RI) tahun 2011 yang tertangkap

Halaman 24
52
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
menonton video porno melalui CCTV dalam rapat umum DPR,
kasus korupsi yang menjerat Luthfi Hasan Ishaaq, yang menjadi a
tersangka kasus gratifikasi daging sapi di Kementerian Pertanian, dan
Gatot Pujo Nugroho, menyusul skandal suapnya dengan legislatif
anggotanya sebagai Gubernur Sumatera Utara. Berbagai kasus dan situasi
yang terjadi di masa lalu menunjukkan dinamika PKS baik
sekutu dan secara hukum. Kasus seperti itu seringkali menggambarkan PKS dengan tidak
bersahabat dan
wajah tidak konsisten kepada publik. Hal tersebut dibenarkan oleh Arief Munandar
sebagai pengamat politik sekaligus kader:
... citra yang dibuat di komunitas. Salah satu yang kami lihat adalah PKS menjadi-
datang musuh bersama. Ya benar? Di mana-mana, kata orang PKS
agak sinis. Mengaitkan segalanya dengan agama tapi kok bisa
perilakunya sedikit berbeda dari pihak lain. Bagaimana ini bisa terjadi-
ing? ... Bagaimana anggota partai Islam tidak mewakili Islam
nilai? PKS menjadi partai yang seolah-olah eksklusif
ingin berjalan sendiri, melakukan segalanya dengan aturannya sendiri. Koalisi
partai dulu bertindak seperti oposisi. Siti Zuhro atau Chusnul Mar'iyah,
kalau tidak salah, saya lupa ... ya Siti Zuhro! Ya, dulu dia
Dikatakan, dalam beberapa pemilu, PKS gagal berkoalisi dengan lainnya
pihak karena banyak pihak kecewa dan trauma
dengan tindakan PKS, misalnya koalisi antara PKS dan SBY
yang tidak berhasil karena PKS bertabrakan dengan SBY tetapi bertindak
seolah-olah itu lawan SBY. Belum lagi wajah-wajah yang kami lihat
tidak tersenyum dan tidak sopan, yang sebenarnya tidak menyerupai PKS,
Baik? Mungkin ada yang bilang itu wajah pragmatis ... wajah yang tidak
mematuhi kesusilaan publik. Tapi inilah yang menjadi konsumsi masyarakat.
Atau terkadang wajah tidak konsisten. Satu hal lagi, menjadi PKS publik
resmi setelah dia menyimpan posisi di partai, tetapi dia mengundurkan diri karena
dari sebuah kasus. (Wawancara dengan Arief Munandar, 14 Februari 2019).
Di bawah Salim Segaf dan Sohibul Iman, penafsiran ideol-
ogy sebenarnya mengedepankan berbagai hal yang bertujuan untuk mengembalikan PKS
identitas menjadi partai kader dan partai Islam. Beberapa dari mereka mengandalkan
tentang propaganda sebagai instrumen, meminimalkan potensi konflik, dan

Halaman 25
53
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
cenderung akomodatif. Akomodatif di sini mengacu pada kepemimpinan
yang tidak mendiskriminasi faksi mana pun. Jika orang memiliki visi yang sama
sebagai PKS, mereka dipersilakan untuk bergabung dan berkolaborasi (Wawancara dengan Arief
Munandar, 14 Februari 2019). Praktisnya, PKS di era sebelumnya saja
terus mencari suara tanpa mempertimbangkan ruhiyah (jiwa)
kader dan pemilih. Dia berkata:
... kalau bisa lebih dalam lagi, pada masa kepemimpinan Ustadz So-
hibul Iman, banyak program strategis yang memang ada
bertujuan melindungi kader ruhiyah sekaligus menjaga PKS
konstituen. Hal ini terlihat dari program khusyuk untuk
umat, pembangunan pusat khidmat PKS, dan kebijakan untuk
mengakomodir tarbiyah dalam aspek struktural dan non struktural.
Intinya, ada orang tarbiyah di luar partai, seperti sipil
pelayan. Sekarang inilah yang sekarang dirangkul dan dibayar oleh partai
attention to… (Wawancara dengan Arief Munandar, 14 Februari 2019).
Seperti disampaikan Kepala Bidang Regenerasi Kader, Amang
Syafrudin, PKS tahun 2015, dibawah kepemimpinan Salim Segaf dan So-
hibul Iman, fokus pada regenerasi party. Dia mengatakan itu, “jika
dikatakan diabaikan atau tidak diperhatikan, sebenarnya tidak, karena
Anggaran regenerasi bahkan menjadi kecemburuan dari bidang lain. ini
lebih tepat dikatakan ada aspek penguatan kualitas, jadi
tidak selalu harus meningkat melalui kuantitas ”.
Aspek penguatan pembentukan kader ini dipengaruhi oleh
situasi pada periode sebelumnya yang pada praktiknya lebih fokus
pada mengarahkan kader ke struktur partai, terutama saat Luthfi
Hasan Ishaaq (kadang-kadang dikenal sebagai LHI) harus menangani sebuah kasus dan
digantikan oleh Anis Matta sebagai Presiden PKS. Saat itu, ada
ketidakpastian tentang motivasi dan penurunan elektabilitas, yang membuat
Anis Matta, selaku qiyadah (pemimpin) PKS , menetapkan kebijakan untuk menahan
penurunan tingkat suara PKS, sebagaimana dikatakan Fahmi Alaydrus:
... tapi kemudian ada persepsi yang banyak dikemukakan oleh Anis Matta
penekanan pada masalah politik menurut saya, pada saat dia kembali

Halaman 26
54
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
menempatkan LHI, itu wajar saja! Saat itu, ia menggantikan LHI saat
PKS mengalami penurunan tajam dalam elektabilitas dan masalah dengan
citra pesta. Benar-benar beban untuk mengangkat citra partai.
Wajar jika 70% -80% karyanya adalah untuk memperhalus citra
pesta. Satu-satunya masalah adalah bahwa kami adalah bagian Islam; faksi
atau politik hanyalah kendaraan politik bagi PKS. Apa yang dibutuhkan
dianggap memperluas, mempercantik etalase lain seperti
sosial dan lainnya. (Wawancara dengan Fahmi Alaydroes, 28 April 2016).
Jika diperhatikan lebih jauh, sikap partai saat ini dalam berusaha
menunjukkan kepada publik bahwa PKS baru adalah PKS yang sejalan dengan dirinya
identitas sebagai partai kader sekaligus partai Islam. Itu sejalan dengan
Berikut pernyataan Arief Munandar:
Wajah baru adalah wajah yang selaras dengan wajah inti PKS
nilai-nilai, wajah yang lebih lembut, dan sebagainya. Jika saya ingin wajah baru PKS, saya
menginginkannya
tampil lebih intelektual tapi kalau bisa, itu hanya karena PKS-nya
pihak yang memiliki gelar PhD terbanyak; Tapi, kenapa orang-orang melakukannya
PKS tidak melihat PKS memiliki opini yang matang, inteligen argumentatif.
ligence, keberanian untuk berdebat. Tidak terlihat seperti itu. Satu lagi,
Wajah baru PKS merupakan wajah yang tidak diskriminatif terhadap perempuan.
Harus kita akui bahwa partai Islam sering dicap anarkis be-
Karena dianggap itulah tafsir kepemimpinan Islam
tidak pernah lembut. Memang tidak pernah disepakati sampai sejauh mana perempuan
bisa memimpin. Ini tidak pernah lembut, sehingga seringkali partai Islam lebih memilih
tradisional
metode. Belum lagi kejadiannya, tapi PKS tidak seperti ini
Inginnya, saat ini PKS hanya memiliki satu legislator perempuan.
Ya, Nyonya Ledia. Hanya Ny. Ledia. Dulu ada banyak. Tapi
sebenarnya, ini bukan karena PKS tidak mencalonkan perempuan. ini
hanya karena PKS menominasikan mereka di peringkat kedua dan ketiga,
dan juga karena perolehan suara untuk PKS menurun,
Hanya pilihan nomor satu yang bisa masuk ke legislatif. Ini pergi
Untuk mengganti. Kami di PKS juga memahami pentingnya kesetaraan
terhadap wanita. Untuk itulah PKS menyediakan Ibu Ledia sebagai milik Pak Fahri
pengganti di DPR, yang mengejutkan banyak orang. Di sana, saya sebagai ob-

Halaman 27
55
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
server dan sebagai kader. Saya bilang pemimpin PKS saat ini pintar dan
pintar. (Wawancara dengan Arief Munandar, 14 Februari 2019).
Sikap ini terus konsisten dengan jumlah perempuan
calon di PKS menjelang Pemilu 2019. Secara nasional, ada
212 caleg perempuan dari PKS (Rachman 2018). Selain itu-
Di sisi lain, partai cenderung tegas dalam propaganda agama
sebagai senjata dengan segera memberikan peringatan dan arahan kepada kader
yang terindikasi menyimpang atau tidak sejalan dengan orientasi partai
Hal itu, seperti pernyataan Pipin Sopian selaku Ketua DPP PKS Bidang Politik itu
“ Kalau yang dimaksud teguran itu petunjuk dan nasehat ya kita berikan.
Karena kami tegas sesuai dengan amanat Habib Salim itu
PKS harus memperkuat identitas sebagai partai kader dan partai Islam
dan harus melayani rakyat. Jadi, kami juga ingin kadernya serius
tentang itu. Ada bimbingan dan nasihat, bahkan di setiap partai politik. "
MUNCULNYA GARBI
Artikel ini berpendapat bahwa tiga faktor yang menandai perubahan di dalamnya
PKS tersebut di atas telah mengakibatkan peningkatan faksionalisme di
PKS. Jika pada era sebelumnya faksionalisme cenderung diredam secara internal
agar tidak keluar dari partai, pada masa kepemimpinan Salim
Segaf dan Sohibul Iman, faksionalisme berkembang, ditandai dengan kasus-kasus serupa
bahwa dari Fahri Hamzah, pengunduran diri calon legislatif dan pemimpin-
rotasi kapal di tingkat regional, yang dipanaskan dengan penolakan.
Jika mengacu pada teori faksionalisme yang dijelaskan oleh Boucek, bisa
dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan bentuk faksionalisme
di PKS.
Pada awalnya faksionalisme dalam PKS dikategorikan sebagai koperasi. Di dalam
kasus, budaya harakah (gerakan) dan dakwah PKS
menjadi pemersatu kader meski ada perbedaan di tingkat elit.
Faksi-faksi ini mungkin memiliki opini dan pilihan politik yang berbeda, tapi
mereka berhasil bekerja sama membangun pesta dengan menyatukan fakultas
tions dalam. PKS mengalami ketegangan hingga 2015, tapi setidaknya ada
menunjukkan bahwa mereka dapat bersatu, meskipun muncul masalah seperti Tizar Zein

Halaman 28
56
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
yang memutuskan untuk membentuk FKP karena kekecewaan kolektif dengan
Manuver pragmatis dan luwes yang digagas Anis Matta saat itu.
Kekecewaan sebagian kader yang bergabung dengan FKP sudah jatuh tempo
hingga kepemimpinan Anis Matta yang telah mengubah partai menjadi
semakin moderat. Moderasi pesta bisa dilihat dari
kecenderungan pragmatis kepemimpinan sebagai tujuan partai adalah untuk mendapatkan
suara sebanyak mungkin dalam pemilihan umum. Namun, anggota FKP
bers biasanya menyuarakan kritik mereka melalui artikel di forum online dan
pelatihan alternatif. Ini menunjukkan betapa berbedanya tanggapan faksi-faksi
PKS pada masa Hilmi Aminuddin-Anis Matta dan Salim Segaf-Sohibul
Era Iman (Hidayat 2012, 209). Upaya FKP gagal memobilisasi
massa sehingga faksionalisasi masih bisa diredam secara internal.
Kemudian terjadi perubahan bentuk faksionalisme dari PKS
kooperatif untuk kompetitif. Menurut Boucek, faksionalisme ini
Bentuknya bisa berdampak positif, tapi kepemimpinan PKS selama ini
Era Salim Segaf dan Sohibul Iman sering kali menghasilkan keputusan yang mana
ditentang oleh kader yang merupakan bagian dari kaum sejahtera atau loyalis
Fraksi Anis Matta, yang kemudian menjadi anggota Garbi. Beberapa
Keputusan tersebut merupakan pemberhentian atau rotasi kader baik di pusat
dan di tingkat daerah, syarat calon legislatif dari PKS
menandatangani pakta integritas dan surat kosong yang menyatakan siap
diberhentikan setiap saat, atau sikap Anis Matta yang membuatnya ada
dilarang berkampanye meskipun dia adalah presiden dari partai
calon yang akan didukung oleh PKS.
Meski faksionalisme sudah ada sejak lama, tampaknya demikian
faksionalisme kompetitif muncul di era Salim Segaf dan
Sohibul Iman dalam konteks identitas PKS sebagai Islami, Kader dan
partai ideologis. Dengan demikian, perbedaan yang terjadi terkait dengan
interpretasi ideologi Islam partai. Hal-hal lain cenderung demikian
menjadi sama karena titik awal digunakan untuk melihat setiap fenomena
sama, yaitu ideologi Islam itu sendiri. Oleh karena itu, perbedaan
perbedaan muncul ketika setiap faksi memimpin dengan karakteristik yang berbeda.
Namun, keputusan untuk mendeklarasikan dasar Garbi mengalami kemajuan.

Halaman 29
57
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
Fraksi sive dapat dipahami sebagai bentuk faksionalisme kompetitif di
PKS.
Ide Arah Baru Indonesia ( Arah Baru Indonesia )
muncul setelah pemilu 2009. Saat itu, Anis Matta bersama
Fahri Hamzah dan Mahfudz Siddiq, telah melakukan berbagai diskusi tentang
idenya, yang nantinya akan dibuat menjadi buku. Arah Baru Indonesia
itu rencananya akan ditulis sebagai sebuah trilogi. Namun, hanya satu buku yang berhasil
berhasil diselesaikan dan diterbitkan. Penundaan dalam menyelesaikan
Buku kedua dan ketiga disebabkan oleh kasus Luthfi Hasan Ishaaq
tahun 2013 (Wawancara dengan Mahfudz Siddiq, 14 Februari 2019).
Buku ini berbicara tentang gagasan arah politik masa depan Indonesia.
dengan menganalisis situasi yang terjadi di masa lalu dan masa kini.
ent. Itu muncul dalam buku tentang Indonesia gelombang ketiga yang ditulis oleh
Anis Matta. Belakangan, diskusi tentang Arah Baru Indonesia mendapat perhatian
di antara kader pengelola daerah saat Anis Matta menjadi
menjadi presiden PKS pada tahun 2013. Namun, hal itu terhenti ketika
Kasus LHI cukup besar untuk menyita perhatian kader PKS
untuk memastikan PKS tidak kehilangan suara menjelang Pemilu 2014.
Diskusi kembali mengemuka ketika Anis Matta muncul sebagai salah satu
calon presiden dipromosikan oleh PKS. Pada saat yang sama, PKS melakukannya
tidak ingin ide Arah Baru Indonesia berkembang secara internal
di PKS. Mengetahui adanya kontradiksi internal tentang
Gagasan, Anis Matta, bersama Mahfudz Siddiq dan Fahri Hamzah,
membentuk Garbi sebagai wadah untuk berdiskusi dan mengembangkan gagasan Arah Baru
Indonesia . Sadar akan keberadaan Garbi, PKS kemudian memberikan peringatan kepada
kader yang bergabung dengan Garbi. Jadi, kader yang dirasa lebih cocok dengan itu
tafsir ideologi Garbi memilih mundur dari PKS dan bergabung
Garbi (Wawancara dengan Firman Noor, 8 April 2019).
Pembentukan Garbi dengan unsur PKS dipertimbangkan oleh
Firman Noor sebagai kasus pecah. Firman Noor memandang itu apa
yang terjadi pada PKS dan Garbi kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan ideo-
interpretasi logis dan arah partai. Firman Noor merujuk
ke dua kubu ini sebagai kelompok konservatif dan progresif. Kontra-

Halaman 30
58
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
kelompok servatif diwakili oleh Sohibul Iman sedangkan kelompok progresif
rombongan diwakili oleh Anis Matta.
Wajar jika setiap pemimpin organisasi atau lembaga cenderung demikian
coba perbesar institusinya, termasuk partai politik. Dalam kasus ini
PKS, kelompok konservatif dan progresif memiliki gaya yang berbeda
kepemimpinan. Di zamannya, Anis Matta cenderung fleksibel dalam melamar
parameter partai politik. Kepemimpinannya dari tahun 1999 hingga 2014
tak dapat disangkal mengangkat PKS dari partai bawah menjadi partai tengah. Dur-
Saat itu, PKS menjadi sangat berkembang. Perkembangan PKS
Tak lepas dari ciri-ciri Anis Matta yang sangat berpikir
jauh melampaui waktunya. Anis Matta dulu fleksibel dalam mengaplikasikan pa-
faktor-faktor pergerakan partai politik, terutama dalam aspek finansial.
Menurut Firman Noor, hal ini tidak lepas dari yang ekstrim
situasi politik brutal dan pragmatis di Indonesia, khususnya di
konteks partai politik. Bisa dipahami sikap Anis Matta
bagian dari instingnya untuk membesarkan PKS selama periode tersebut.
Berbeda dengan era Hilmi Aminuddin-Anis Matta, Salim Segaf-So-
Kepemimpinan hibul Iman lebih tegas dalam mengimplementasikan nilai dan
norma yang menjadi parameter partai politik dalam bergerak-
ments. Masa kepemimpinan Salim Segaf-Sohibul Iman sekali lagi
memperkuat identitasnya sebagai partai kader dan partai Islam. Jadi,
Strategi kepindahan yang diterapkan Anis Matta sudah tidak relevan lagi
untuk diterapkan saat ini. Alhasil, sikap Anis Matta yang
memilih untuk membentuk organisasi baru dan mempengaruhi beberapa kader menjadi
tak tertahankan dalam gerakan PKS saat ini.
Di sisi lain, Anis Matta memiliki sumber daya yang luar biasa besar.
Mereka diperoleh saat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKS
untuk tiga istilah. Kepemimpinan Anis Matta sebagai Sekjen yang dibawa
pengaruh besar. Berbeda dengan Sohibul Iman, ia akan berpikir menurut pendapatnya
latar belakang sebagai akademisi. Oleh karena itu dalam memimpin pesta, Sohibul
Iman cenderung kaku dan sangat memperhatikan berbagai aspek sebelumnya
membuat keputusan. Mayoritas pihak luar PKS menganggap ini bukan
sikap fleksibel dan feodal (Wawancara dengan Pipin Sopian, 5 April 2019).

Halaman 31
59
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
Salim Segaf, sebagai Ketua 2015 - 2020 Majelis Syuro, cenderung
sangat lembut dan halus. Sikap seperti itu akhirnya mendorong orang-orang progresif suka
Fahri Hamzah memanfaatkan situasi itu untuk bermanuver demi kepentingannya. Firman
Noor menilai, kelembutan Salim Segaf masih harus direspon
baik oleh para kader karena posisi Salim Segaf sebagai ketua umum
Majelis Syuro . Kesepakatan ini sudah menjadi nilai dan norma yang harus dimiliki
ditaati dan diterapkan oleh kader PKS.
KESIMPULAN
Faksionalisme tidak bisa dihindari oleh sebuah partai politik. Manajemen konflik-
Mekanisme dalam partai akan menentukan bentuk faksionalisme,
apakah kooperatif, kompetitif atau degeneratif. Penelitian ini menunjukkan
bahwa faksionalisme partai politik, terutama partai ideologis, bisa
berubah dari kooperatif menjadi kompetitif jika ada faktor yang mendasari.
Faktor-faktor ini termasuk pola kepemimpinan elit eksklusif, pusat-
struktur kepartaian, dan berkelanjutan dan berubah atau bahkan kompetitif
interpretasi ideologi partai. Manifestasi dari aspek kompetitif
tionalization adalah pembentukan organisasi yang dipisahkan dari
partai dan dapat dianggap sebagai kelompok sempalan.
Kasus pembentukan Garbi adalah manifestasi dari aspek kompetitif.
nasionalisme yang terjadi di PKS pada era Sohibul Iman. Itu terjadi
ditulis karena ada perubahan dalam kepemimpinan elit, struktur partai,
dan interpretasi ideologis. Di era sebelumnya, tepatnya Anis
Kepemimpinan Matta lebih akomodatif, sedangkan selama
Kelompok sejahtera Sohibul Iman mengencangkan cengkeramannya di pimpinan partai.
ership dan menjadi kurang pragmatis. Apalagi di era sebelumnya,
struktur partai cenderung lebih lunak terhadap kader-kader yang ada
melawan kepemimpinan tapi kemudian terpusat pada masa Sohibul Iman
zaman. Sedangkan ideologi partai berbeda tafsirnya itu
terjadi perbedaan sikap yang diletakkan antara faksi-faksi sebelum dan
selama era Sohibul Iman. Faksi-faksi di zaman sebelum Sohibul
Iman lebih suka menulis artikel dan bertindak diam-diam untuk menunjukkan kritik mereka,
Sedangkan fraksi pada era Sohibul Iman cenderung tidak sabar

Halaman 32
60
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
dan didorong untuk mencari saluran baru untuk mengekspresikan pandangan mereka.
Inilah yang menyebabkan munculnya Garbi.
Dalam kasus PKS, kemunculan kelompok sempalan relatif
baru, meskipun telah mengalami faksionalisme sejak didirikan-
ment. Pada titik tertentu, ideologi berperan besar dalam membentuk loyalitas
dan disiplin anggota partai dan kecenderungan pemimpin saat ini-
kapal untuk menggarisbawahi pendekatannya untuk menegakkan identitas Islam telah dicapai
keberhasilannya secara internal dan eksternal. Secara internal, anggota memiliki hubungan
interpretasi yang lebih jelas terhadap ideologi dan, secara eksternal, partai
lebih berhasil dalam pemilihan daripada kepemimpinan sebelumnya oleh
mendapatkan lebih banyak pemilih. Kelanjutan dari kepemimpinan saat ini dan
kepemimpinannya
Pendekatan tidak bisa dihindari menyusul keberhasilan pemilu pada 2019 di bawah
bayangan kritik Garbi. Manifestasi barunya seperti keinginan partai politik
menjadi lebih menantang bagi PKS di pemilu berikutnya. Namun, sebagai Garbi
dibentuk dengan basis ideologis yang kurang, PKS-lah yang memiliki lebih banyak landasan
mengotentikasi sebagai partai ideologis daripada penerus Garbi dalam pemilu
politik
REFERENSI
Belloni, Frank P. dan Dennis C. Beller, penyunting. 1978. Fraksi Politik:
Partai Politik dan Faksionalisme dalam Perspektif Komparatif . Santa
Barbara, California: American Bibliographical Center – Clio Press.
Bettcher, Kim Eric. 2005. “Faksi-faksi di Jepang dan Italia: The
Dimensi Organisasi dan Motivasi dari Faksionalisme. " Pesta
Politik 11 (3): 339–358. doi: 10.1177 / 1354068805051781.
Boucek, Waralaba. 2009. ”Memikirkan Ulang Faksionalisasi: Tipologi,
Intra-Party, dan Three Faces of Factionalism. ” Jurnal Politik
Pesta 15 (4): 455–485.
Budge, Ian, Lawrence Ezrow, dan Michael D. McDonald. 2010. “Ideol-
ogy, Faksionalisme Partai dan Perubahan Kebijakan: Dinamika Terintegrasi
Teori. British Journal of Ilmu Politik  40 (4), 781 - 804.
Budiarti, Aisah Putri, ed. 2018. Faksi dan Konflik Partai Politik Internal
di Era Reformasi Indonesia.  Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indone-
sia.

Halaman 33
61
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
CNN Indonesia. 2017. “Fahri: Ada Pihak Yang Ingin Hancurkan PKS
- Fahri Hamzah Bicara Soal Rencana Pencopotannya. ” Desember
12. Video berita, 29:11. https://youtu.be/hcDMAb6pRl4
Creswell, John W. 2013. Penyelidikan dan Penelitian Kualitatif
tanda: Memilih Diantara Lima Pendekatan . California: Sage.
Darmawan, Devi. 2018. “Masalah Manajemen Konflik Internal
Partai Politik Era Reformasi. ” di Faksi dan Konflik Partai Internal
Politik di Indonesia Era Reformasi , diedit oleh Aisah Putri Budiarti,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 43–86.
DPP PKS. 2010. Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera 2010 -
2015.
______. 2016. “Penjelasan PKS Tentang Pelanggaran Disiplin Partai
Yang Dilakukan Saudara Fahri Hamzah. ” [Penjelasan PKS kepada-
menangkal Pemberhentian Fahri Hamzah]. 27 April. http://pks.id/content/
penjelasan-pks-tentang-disiplin-disiplin-partai-yang-dilakukan-
saudara-fahri-hamzah
Hanafi, Ridho Imawan. 2018. “Kemunculan Dan Tantangan Partai
Politik Baru Pada Pemilu 2019. ” Jurnal Penelitian Politik 15 (2):
197–213.
Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik . Jakarta: Kencana.
Hidayat, Syahrul. 2010. “Demokratisasi & Mobilisasi Pemilih Baru
di Asia Tenggara: Moderasi dan Stagnasi PKS di
Pemilu Legislatif 2009. ” Laporan IDEAS - Laporan Khusus.
SR005. LSE IDEAS, London School of Economics and Political
Science, London, Inggris.
______. 2012. “Mengelola Moderasi: AKP di Turki dan The
PKS di Indonesia ”. Disertasi, Universitas Exeter, Devon, Inggris.
Wawancara dengan Amang Syafruddin (Kepala Bidang Regenerasi Kader
sion, DPP PKS). 2 Mei 2016.
Wawancara dengan Arief Munandar (Peneliti). 14 Februari 2019.
Wawancara dengan Fahmi Alaydroes (Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat,
DPP PKS, dan Caleg PKS). 28 April 2016.
Saya wawancara dengan Firman Noor (Peneliti di Institut Ilmu Pengetahuan Indonesia
ences). 8 April 2019.

Halaman 34
62
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
Wawancara dengan Iwan Setiawan (Anggota PKS Jakarta Barat). April
23, 2016.
Wawancara dengan Mahfudz Siddiq (pendiri Garbi). 14 Februari 2019.
Wawancara dengan Mardani Ali Sera (Ketua DPP PKS). 13 April 2016.
Wawancara dengan Pipin Sopian (Kepala Bidang Politik DPP PKS).
5 April 2019.
Kamarudin. 2008. Konflik PKB Internal  . Depok: Akses Publishing
Korver, APE 1985.  Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil? Jakarta: Grafiti
Pers.
Köllner, Patrick dan Matthias Basedau. 2005. Faksionalisme dalam Politik
Pihak: Kerangka Analisis untuk Studi Banding . Kerja
Makalah, No. 12, Hamburg: Institut Global dan Area Jerman
Studi (GIGA).
Kresna, Mawa. 2018. ”PKS Pilih Kader untuk Capres dan Cawapres
Tapi Cuma Gimmick 2018. ” Tirto.id . 18 Juli https://tirto.id/pks-pilih-
kader-untuk-capres-amp-cawapres-2019-tapi-cuma-gimmick-cPlK
LaPalombara, Joseph dan Myron Weiner. 1972. Partai Politik dan
Perkembangan Politik. Princeton , NJ: Princeton University Press.
Machmudi, Yon. 2008. Mengislamkan Indonesia: Bangkitnya Jemaah Tarbi-
yah dan Partai Keadilan Sejahtera . Canberra: ANU Press.
Muhtadi, Burhanuddin. 2012. Dilema PKS: Suara dan Syariah . Jakarta:
KPG.
Munandar, Arief. 2011. “Antara Jemaah dan Partai Politik: Dinamika
Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Arena Politik
Pasca Pemilu Indonesia 2004 ”. Disertasi, Jurusan Sosiol-
ogy, Universitas Indonesia.
Noer, Deliar. 1984. Islam, Pancasila dan Asas Tunggal . Jakarta: Yayasan
Perkhidmatan.
Noor, Firman. 2012. ”Melembagakan Partai Politik Islam di Indonesia
donesia: Studi Fragmentasi dan Kohesi Internal di
Era Pasca Soeharto (1998-2008) ”. Disertasi, University of Exeter,
Devon, Inggris.
———. 2015. Perpecahan dan Soliditas Partai Islam di Indonesia: Kasus
PKB dan PKS di Dekade Awal Reformasi . Jakarta: LIPI Press.
Halaman 35
63
MUNCULNYA GERAKAN ARAH BARU INDONESIA (GARBI)
Nuryanti, Sri. Pola Kepemimpinan, Struktur Organisasi Partai,
dan Konflik Partai Politik. dalam Faksi dan Konflik Partai Politik Internal
di Indonesia Era Reformasi , diedit oleh Aisah Putri Budiarti, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 87–114.
Permata, Ahmad-Norma. 2008. ” Partai Islamis dan Partisi Demokratik-
pation: Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia 1998–2006 ” .
Disertasi, Westfälischen Wilhelms-Universität zu Münster, Ger-
banyak.
Rachman, Dylan Aprialdo. 2018. “PKS Ungkap Jumlah Caleg Perem-
puan 212 Orang. ” Kompas.com . 18 Juli. Https: //nasional.kompas.
com / read / 2018/07/18/05300221 / pks-ungkap-jumlah-caleg-perem-
puan-212-orang .
Ramadhan, Frial. 2014. “Persekutuan Ideologi: Kemenangan PKS
dan AKP di Turki. ” Indoprogress . 6. Mei. Https: // kemajuan.
com / 2014/05 / persekutuan-ideologi-kemenangan-pks-dan-akp-di-
turki /
Romli, Lili. 2018. “Koalisi dan Konflik Internal Partai Politik pada Era
Reformasi. " Jurnal Politica: Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri
dan Hubungan Internasional  8 (2): 95 –118 .
Rose, Richard. 1964. "Partai, Faksi dan Tendensi di Inggris." Po-
Pelajaran literal 12 (1): 33–46. doi: 10.1111 / j.1467-9248.1964.tb00609.x.
Sartori, Giovanni. 1976.  Partai dan Sistem Partai: Sebuah Kerangka untuk
Analisis . Cambridge: Cambridge University Press.
Sumandoyo, Arbi. 2018. ”Ada Operasi Intelijen di PKS.” Tirto.id . Juli
18. https://tirto.id/ada-operasi-intelijen-di-pks-cPlJ
Sinulingga, Andi Harianto. 2015.  Pecah Belah Partai Golkar: Dinamika
Konflik Golkar Pasca-Orde Baru . Bekasi: PT Penjuru Ilmu Sejati.
van Haute, Emilie dan R. Kenneth Carty. 2012. “Ketidaksesuaian Ideologis: A
Kelompok Anggota Partai yang Berbeda ”. Politik Partai  18 (6): 885 - 895.
Wijaya, Muhammad Akbar. 2018. ”Akibat Tolak Surat DPP PKS: Dipe-
cat dan Dicoret dari Daftar Caleg. ” Tirto.id . 18 Juli https://tirto.id/
akibat-tolak-surat-dpp-pks-dipecat-dan-dicoret-dari-daftar-caleg-cPlk

Halaman 36
64
JURNAL POLITIK, VOL. 5, TIDAK. 1 AGUSTUS 2019
Zariski, Raphael. 1960. “Fraksi Partai dan Perbandingan Politik: Beberapa
Pengamatan Awal. " Jurnal Ilmu Politik Midwest  4 (1):
27–51. doi: 10.2307 / 2108754.

Anda mungkin juga menyukai