Anda di halaman 1dari 28

MENJEMPUT JODOH TERBAIK

1
Jodohmu,
Cerminanmu.
Menjemput Jodoh Terbaik
• Jodohmu, cermin dirimu. Maka cara terbaik untuk
menjemput jodoh terbaik adalah dengan
memperbaiki diri hari demi hari.
• Fokusnya bukan tentang ‘yang mana’, tapi ‘yang
bagaimana’. Atau lebih dikenal dengan istilah
kriteria.
• Bukan tentang kapan mendapatkannya, tapi
dengan cara apa mendapatkannya.
2
Bukan tentang
‘yang mana?’
Yang Mana?
• Jika tentang yang mana, pasti kita menginginkan
orang yang memang sudah kita inginkan, dan ketika
ada orang lain yang baik kualifikasinya namun
bukan orang yang kita inginkan, maka kita akan
menolaknya, dan biasanya dengan alasan yang
keren-keren.
• Jika tentang yang mana, kemungkinan kecewa akan
semakin besar.
• Mirip-mirip lagu Dia.
Tabrakan Doa
• Anda berdoa pada Allah agar diberikan seseorang,
ternyata seseorang itu juga berdoa kepada Allah
agar diberikan orang lain yang bukan Anda.
• Anda berdoa kepada Allah agar diberikan
seseorang, ternyata ada orang lain yang lebih
maqbul doanya, dan mengharapkan seseorang
yang Anda harapkan juga.
• Anda berdoa kepada Allah agar diberikan
seseorang, ternyata ada orang lain yang berdoa
kepada Allah agar ia diberikan kepada Anda.
Tabrakan Kehendak
• Anda menghendaki seseorang, ternyata Allah
berkehendak ia menjadi jodoh orang lain.
• Anda menghendaki seseorang, ternyata Allah
berkehendak Anda menjadi jodoh orang lain.
• Bisa apa?
Dia belum tentu baik untukmu
• Jika fokus Anda tentang yang mana, maka potensi
kecewanya tetap besar, baik saat ditolak, maupun
saat diterima.
• Jika ditolak, maka Anda akan kecewa karena tidak
mendapatkan yang Anda inginkan.
• Jika diterima, Anda pun masih berpotensi kecewa
karena dia ternyata tidak baik untuk menjadi teman
hidup. Mengapa? Karena Anda fokus kepada dia,
sementara dia belum tentu baik untuk Anda.
Bolehkah memilih ‘yang mana’-nya?
• Boleh, tidak ada larangan. Hanya saja, potensi
kecewanya akan semakin besar.
• Tidak menutup kemungkinan, doa Anda sama
dengan doanya, kehendak Anda sama dengan
kehendak Allah. Maka, beruntunglah jika Anda
mendapatkan yang seperti ini. Tapi yang namanya
keberuntungan, biasanya sangat sedikit yang
mendapatkannya, dan sangat jarang terjadinya.
3
Melainkan tentang
‘yang bagaimana?’
Yang Bagaimana?
• Jika tentang ‘yang bagaimana’, maka lingkupnya
akan semakin luas, dan kemungkinan ‘tabrakan
doa’ akan semakin kecil.
Yang Bagaimana?
• Enak dipandang
• Membuat nyaman
• Perhatian
• Masa depan terjamin
Yang Bagaimana?
Syarat Mutlak:
• Baik agamanya
• Bertanggung jawab
• Dewasa

Syarat Afdhaliyat:
• Sehat
• Subur
• Wajahnya menentramkan
• Tuturnya menyejukkan
• Lainnya
Baik Agamanya
• Bukan dilihat dari gelarnya.
• Bukan dilihat dari statusnya.
• Bukan dilihat dari jabatannya di organisasi
keislaman kampus.
• Bukan dilihat dari sekadar penampakannya.
• Melainkan dari informasi valid dari orang-orang
terdekat dengannya.
Bertanggung Jawab
• Bertanggung jawab, bukan berarti mapan secara
ekonomi, punya pekerjaan tetap yang layak, atau
sejenisnya.
• Bertanggung jawab, dilihat dari kesiapannya untuk
bersusah payah mencari rizqi yang halal bagi anak
isterinya. Dan sebelum menikah, bisa dilihat dari
komitmen dan kesungguhannya dalam mencari
nafkah untuk dirinya pribadi.
• Pria yang pekerjaannya mapan, belum tentu
bertangung jawab.
Dewasa
• Dewasa, tidak diukur dari usianya.
• Dewasa, diukur dari kesiapannya untuk menjadikan
Allah sebagai hakim atas setiap permasalahannya.
• Dewasa, diukur dari kesiapannya untuk menjadikan
halal dan haram sebagai standar perbuatannya.
• Dewasa, diukur dari kesiapannya untuk menjadikan
Al-Quran dan sunnah sebagai tempat rujukan atas
setiap persengketaan yang dihadapinya.
4
Bukan tentang
‘kapan waktunya?’
Jika tentang ‘kapan?’.
• Bisa jadi Allah menundanya, karena memandang kau
belum siap menerimanya.
• Bisa jadi Allah menundanya, karena Allah sedang
menunggu doa orang lain yang juga menginginkanmu.
• Bisa jadi Allah menundanya, karena dia yang dipilihkan
untukmu sedang dalam masa ‘persiapan oleh Allah’.
• Bisa jadi Allah tidak sedang menundanya, memang
belum waktunya saja.
• Jangan memaksa Allah, sebab kau akan kecewa.
• Kepompong yang dibuka paksa, tidak akan menjadi
kupu-kupu yang cantik.
Jika tentang ‘kapan?’.
• Urusan ‘kapan’-nya, sedikitpun bukan urusan kita.
Itu semata hak Allah untuk menentukannya, dan
kita tidak sedikitpun ditanya Allah di akhirat kelak
tentang waktunya.
• Yang menikah di usia muda, tidak lebih baik
daripada yang menikah di usia yang lebih tua, jika
kita telah menggenapkan usaha.
• Bersegera menikah, itu adalah upaya yang baik.
Terburu-buru menikah, adalah godaan syaithan
dalam kepanikan atau kebanggaan.
• Terburu-buru, bisa di usia muda ataupun tua. Sama
saja.
5
Melainkan tentang
‘bagaimana
menjemputnya?’
Ditunggu atau dijemput?
• Qadha Allah memang pasti akan datang, baik kita aktif
maupun tidak.
• Namun, Allah menghendaki kita menggenapkan usaha
dalam menjemput apa yang ditentukan-Nya untuk kita.
Sebagaimana rizqi, yang sudah pasti akan datang,
namun kita tetap diwajibkan untuk bekerja.
• Bukan bekerja yang mendatangkan rizqi. Namun kita
mendapatkan pahala setiap kali bekerja dengan
maksud menjemput rizqi halal dari Allah.
• Begitupun usaha menjemput jodoh, ia tidak menjamin
kita akan mendapatkan jodoh yang kita harapkan.
Namun kita mendapatkan pahala atas setiap upaya kita
untuk menjemput jodoh dengan cara yang halal.
Bagaimana menjemputnya?
• Menikah, adalah sebuah ibadah. Maka proses
menuju pernikahan, haruslah terjaga dari
kemaksiatan.
• Sebagaimana shalat adalah ibadah, maka
berwudhu untuk menujunya tidak diperkenankan
menggunakan air kencing.
• Proses menuju pernikahan yang diridhai Allah,
adalah khitbah dan ta’aruf.
Khitbah
• Khitbah adalah meminang, yaitu pernyataan pihak
lelaki kepada pihak wanita untuk memintanya
menjadi isteri.
• Khitbah bukanlah setengah menikah.
• Dakam ikatan khitbah, tetap ada batasan syara’
terhadap interaksi pria-wanita.
Ta’aruf
• Ta’aruf bukan bahasa Islami dari pacaran.
• Ta’aruf diperbolehkan untuk mengenali calon
pasangan, yang memang diniatkan secara kuat
untuk dinikahi, bukan sekadar cari referensi.
• Ta’aruf tetap memperhatikan batas-batas interaksi
pria dan wanita.
• Ta’aruf juga harus memperhatikan adab-adab dan
etika.
• Ta’aruf juga harus meminimalisir kemungkinan
penyimpangan.
Ta’aruf
• Tidak harus dilakukan kepada calon. Lebih etis jika
ta’aruf dilakukan melewati perantara yang aman
dan terpercaya. Sebab, semakin sedikit interaksi
langsung dengan calon, semakin kecil kemungkinan
penyimpangan interaksi.
6
Jika dia
tak kunjung tiba
Jika jodoh tak kunjung datang
• Jaga kesucian diri.
• Bentengi diri dengan taqwa kepada Allah.
• Jaga pandangan.
• Kurangi interaksi dengan lawan jenis (bahkan yang
diperlukan sekalipun).
• Hindari interaksi yang tidak diperlukan dengan lawan
jenis.
• Isi waktu dengan kesibukan yang bermanfaat.
• Bergabung dengan komunitas yang senantiasa menjaga
ketaqwaan kita kepada Allah.
• Hindari komunitas yang justru menggoda kita untuk
merontokkan ketaqwaan pada Allah.
7
Terpenting:
Kamu Siapa?

Anda mungkin juga menyukai