Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

274
28 Jumada al-Ula 1444 H
23 Desember 2022 M

JADILAH MUSLIM TAAT!


BUKAN RADIKAL ATAU
MODERAT

I
ndonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Konferensi Islam
tingkat ASEAN. Konferensi kali kedua ini digelar di Denpa-
sar, Bali, 21 - 23 Desember 2022. Konferensi ini diikuti sekitar
140 peserta dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam,
Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Myanmar, Vietnam, Timor
Leste, serta Arab Saudi. Konferensi menghadirkan sejumlah
narasumber dari kalangan ulama, akademisi serta pimpinan
organisasi masyarakat Islam dari berbagai negara.
"Konferensi ini akan membahas implementasi moderasi
beragama dalam masyarakat Muslim serta upaya pencegahan
ekstremisme dan intoleransi. Kita akan sharing best practices
di setiap negara," ujar Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin.

01
Perang Istilah
Selain menggelar Konferensi Islam, Puslitbang Bima Agama
dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemente-
rian Agama RI juga menggelar Peluncuran dan Diseminasi
Buku Moderasi Beragama Bahasa Asing di Pelataran Candi
Sewu, Prambanan, Jawa Tengah, Minggu, 18 Desember 2022.
Tujuannya sama: mencegah paham radikalisme dan mencip-
takan kerukunan.
Istilah moderasi beragama memang menjadi isu utama yang
digulirkan Pemerintah, khususnya melalui Kementerian Aga-
ma. Ini sebagai perlawanan terhadap apa yang disebut seba-
gai paham ekstremisme, radikalisme dan intoleran.
Apalagi jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru, topik
moderasi beragama semakin kencang. Seperti tahun-tahun
sebelumnya, agenda ini akan dilanjutkan dengan Perayaan
Natal bersama oleh warga, ormas Islam dan tokoh-tokoh
Islam.
Umat sepatutnya mengkritisi berbagai istilah yang sering
dikampanyekan; moderasi beragama, radikalisme, ekstremis-
me dan intoleransi. Pasalnya, sebenarnya semua istilah terse-
but tidak pernah ada dalam khazanah pemikiran Islam. Kalau-
pun ada, istilah-istilah itu hanya merupakan hasil dari pemelin-
tiran dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah oleh para penggu-
nanya.

02
Inilah yang dinamakan perang istilah (harb al-musthalahât).
Perang ini dilancarkan oleh Barat dan para kompradornya
terhadap kaum Muslim. Mereka membuat beragam istilah lalu
mengkampanyekan istilah-istilah itu dengan masif melalui
media massa, buku-buku pelajaran, kurikulum pendidikan,
bahkan konstitusi.
Sekurang-kurangnya ada tiga cara yang dilakukan oleh
Barat dalam melancarkan perang istilah ini. Pertama: Meng-
kriminalisasi sejumlah ajaran Islam dan istilahnya seperti jihad,
khilafah, qishâsh, poligami, jilbab, cadar, dsb. Dengan begitu
umat menjadi takut terhadap istilah dan ajaran yang berasal
dari agamanya sendiri.
Kedua: Mengacaukan istilah-istilah dalam ajaran Islam, lalu
mereka campur dengan pemikiran Barat agar umat kebingu-
ngan. Misalnya, Barat merancukan istilah demokrasi dengan
musyawarah; istilah khilafah dengan sebutan kerajaan atau
kediktatoran; dll. Bahkan ada yang menyamakan Islam dengan
paham sosialisme dan marhaenisme.
Ketiga: Membuat istilah-istilah baru agar umat berpaling
dari ajaran Islam. Istilah kafir, misalnya, diganti dengan istilah
muwathin (warga negara). Memunculkan istilah ukhuwah
wathaniyyah dan ukhuwah insaniyyah. Termasuk dalam hal ini
adalah menciptakan istilah yang mereka puji. Sebaliknya, men-
ciptakan istilah yang mereka jadikan sasaran kebencian. Barat

03
menciptakan istilah yang mereka puji yakni moderasi
beragama atau Islam moderat (Islam wasathiyyah). Sebaliknya,
Barat menciptakan istilah Islam radikal dan Islam ekstremis
sebagai antitesisnya.
Padahal istilah wasathiyyah yang dicomot dari kata
wasath[an] sama sekali tidak ada kaitannya dengan sikap
moderat atau moderasi agama yang dikampanyekan sekarang
ini. Para ulama, seperti Imam ath-Thabari, saat menafsirkan
frasa ummat[an] wasath[an] dalam QS al-Baqarah ayat 143,
dengan menukil 13 riwayat, menunjukkan bahwa kata al-
wasath bermakna adil (al-‘adlu).
Adil adalah sifat yang melekat pada kaum Muslim yang taat
kepada Allah SWT. Lawannya adalah fasiq atau zalim, yakni
mereka yang menyimpang dari ketaatan kepada Allah SWT.
Selain bermakna adil, menurut Mahmud Syaltut, ummat
[an] wasath[an] juga berarti umat pilihan (Mahmud Syaltut,
Tafsîr al-Qur’ân al-Karîm, hlm. 7).
Jelas, istilah moderasi agama tidak berakar dari Islam atau
dari al-Quran dan as-Sunnah. Istilah moderasi beragama da-
tang dari Barat. Salah satunya berasal dari sebuah buku yang
dikeluarkan oleh Rand Corporation tahun 2007 yang berju-
dul Building Moderate Muslim Network, pada bab 5 ten-
tang Road Map for Moderate Network Building in the Muslim

04
World (Peta Jalan untuk Membangun Jaringan Moderat di
Dunia Muslim).
Dalam salah satu anak judulnya dijelaskan tentang
karakteristik Muslim moderat (Characteristics of Moderate
Muslims), yakni Muslim yang menyebarluaskan dimensi-
dimensi kunci peradaban demokrasi, termasuk di dalamnya
gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme; mene-
rima sumber-sumber hukum non-sektarian (sekuler); serta
melawan terorisme dan bentuk-bentuk legitimasi terhadap
kekerasan (Angel Rabasa, Cheryl Benard et all, Building
Moderate Muslim Network, hlm. 66, RAND Corporation, 2007).
Jelas sudah, istilah moderasi beragama atau Islam moderat
adalah upaya Barat dan para kompradornya untuk membe-
lokkan umat dari ajaran Islam yang haq menuju arah politik
dan peradaban Barat. Agar mendapat dukungan dan pembe-
naran, mereka melabeli Muslim yang taat pada ajaran Islam
secara kâffah sebagai kelompok radikal, ekstremis dan
intoleran.

Masalah Sesungguhnya: Kezaliman Barat


Penjelasan makna moderasi beragama sebagai lawan
radikalisme dan ekstremisme bisa menjadi tafsir yang malah
menjauhkan umat dari ajaran agama. Sebabnya, pemaknaan
radikalisme dan ekstremisme tidak pernah jelas. Bagaimana

05
mungkin orang yang mengharamkan riba, LGBT dan perzinaan
disebut ekstrem? Bagaimana bisa orang yang menyatakan
non-Muslim sebagai kafir disebut sebagai kelompok radikal
dan intoleran, padahal al-Quran dan as-Sunnah menyebutkan
demikian? Bagaimana pula sikap menolak mengucapkan
selamat hari raya agama lain dan tidak ikut merayakannya
digolongkan sebagai kelompok ekstrem dan menolak
kebhinnekaan?
Jadi bisa dipastikan bahwa seruan moderasi beragama
ditujukan untuk melucuti ajaran Islam dari tubuh umat,
menciptakan permusuhan kepada kaum Muslim yang ingin
taat beragama, lalu menyetir umat agar tunduk pada
peradaban Barat seperti demokrasi, mendukung LGBT,
liberalisme, kesetaraan gender, dsb.
Umat Islam harus paham bahwa persoalan yang dihadapi
bangsa ini, juga dunia secara global, bukanlah ekstremisme
dan radikalisme agama. Persoalan utamanya justru penin-
dasan secara politik, ekonomi dan militer oleh negara-negara
Barat terhadap negara-negara lain, terutama terhadap Dunia
Islam. Dengan munafik para pemimpin Barat menuding kaum
Islam radikal sebagai penyebar kekerasan. Padahal para
pemimpin Barat seperti George Bush senior dan anaknya,
George Bush Jr., Bill Clinton, Barack Obama lalu PM Inggris

06
Tony Blair telah menyebabkan kematian jutaan orang di Irak
dan Afganistan.
Menurut laporan Physicians for Social Responsibility (PRS)
pada tahun 2015, sepanjang 10 tahun agenda War on Terror
yang dikomandoi AS tidak kurang 1,3 juta bahkan nyaris 2 juta
orang meninggal jadi korban operasi militer Barat. Namun,
para pemimpin Barat tersebut tidak pernah dicap sebagai
kaum radikal, ekstremis apalagi teroris. Padahal tangan
mereka berlumur darah, khususnya darah kaum Muslim.
Lalu dengan kurang ajarnya mereka mempropagandakan
moderasi beragama sambil memfitnah Islam dan kaum
Muslim yang taat pada agamanya sebagai musuh
kemanusiaan. Herannya, para penguasa Muslim dan sejumlah
tokoh agamanya bak kerbau dicocok hidung. Manut saja pada
agenda Barat ini. Mereka seolah mengamini bahwa agama
mereka dan sikap taat beragama adalah ancaman terhadap
umat manusia. Padahal Allah SWT telah berfirman:
ِ ِ ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
َ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗَـﺘﱠﺨ ُﺬوا َﻋ ُﺪ ﱢوي َو َﻋ ُﺪ ﱠوُﻛ ْﻢ أ َْوﻟﻴَﺎء‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan
musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia… (TQS
al-Mumtahanah [60]: 1).

07
Wajib Taat Syariah
Kaum Muslim wajib meneladani apa yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. dan para Sahabat. Mereka selalu memper-
tahankan keimanan dan ketaatan secara penuh. Tidak me-
ngambil jalan moderat atau pertengahan dalam beragama.
Tidak mengimani sebagian dan mengingkari sebagian yang
lain. Sebabnya, Allah SWT telah mencela dengan keras sikap
demikian, sebagaimana firman-Nya:
‫ﲔ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوُر ُﺳﻠِ ِﻪ‬ َ ْ ‫ﻳﺪو َن أَ ْن ﻳـُ َﻔﱢﺮﻗُﻮا ﺑَـ‬ ُ ‫ﻳﻦ ﻳَ ْﻜ ُﻔ ُﺮو َن ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوُر ُﺳﻠِ ِﻪ َوﻳُِﺮ‬ ِ‫ِ ﱠ‬
َ ‫إ ﱠن اﻟﺬ‬
ِ ‫ﱠﺨ ُﺬوا ﺑـ‬ ِ ‫ﻳﺪو َن أَ ْن ﻳـﺘ‬ ٍ ‫َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ﻧـُ ْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِﺒَـ ْﻌ‬
‫ﻚ‬ َ ‫ﲔ َٰذﻟ‬ َ َْ َ ُ ‫ﺾ َوﻳُِﺮ‬ ٍ ‫ﺾ َوﻧَ ْﻜ ُﻔ ُﺮ ﺑِﺒَـ ْﻌ‬
ِ ِ ِ
‫ﻳﻦ َﻋ َﺬاﺑًﺎ ُﻣ ِﻬﻴﻨًﺎ‬ ۚ
َ ‫ﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟْ َﻜﺎﻓ ُﺮو َن َﺣﻘًّﺎ ◌ َوأ َْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟ ْﻠ َﻜﺎﻓ ِﺮ‬ َ ِ‫أُوٰﻟَﺌ‬. ‫َﺳﺒِ ًﻴﻼ‬
Sungguh orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-
Nya bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah
dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami mengimani
sebagian dan mengingkari sebagian (yang lain)." Mereka
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di
antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah kaum kafir
yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk kaum
kafir itu siksaan yang menghinakan (TQS an-Nisa [4]: 150-151).

Saatnya umat sadar. Tidak lagi menyerukan moderasi


beragama. Mereka justru harus berislam secara kâffah,
dengan melaksanakan syariah Islam secara total, sebagai

08
bukti kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Mereka harus
yakin bahwa agama ini akan menciptakan keadilan bagi
segenap umat manusia tanpa kecuali.
WalLâhu a’lam. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:


ِ ‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا ادﺧﻠُﻮا ِﰲ اﻟ ﱢﺴﻠْ ِﻢ َﻛﺎﻓﱠﺔً وَﻻ ﺗَـﺘﱠﺒِﻌﻮا ﺧﻄُﻮ‬
‫ات‬َ ُ ُ َ ُْ َ َ َ َ
ِ َ‫اﻟﺸﱠﻴﻄ‬
ٌ ِ‫ﺎن إِﻧﱠﻪُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻋ ُﺪ ﱞو ُﻣﺒ‬
‫ﲔ‬ ْ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam
secara total, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
setan. Sungguh setan itu musuh kalian yang nyata.
(TQS al-Baqarah [2]: 208). []

09

Anda mungkin juga menyukai