Anda di halaman 1dari 23

COMPOUNDING SEDIAAN SOLIDA

Naomi Fenty Novita


260110160036
COMPOUNDING

• Compounding merupakan penyiapan, pencampuran, perakitan,


pengubahan, pengemasan dan pelabelan obat, sesuai dengan resep
dokter, pesanan obat (Minghetti et al., 2014).
PERSYARATAN COMPOUNDING

• Peracikan dilakukan harus sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku


untuk menciptakan suatu obat racik yang sesuai dengan kondisi tiap
individu pasien dalam menanggapi perintah dari Dokter praktek yang sudah
berlisensi. Peracikan bukan merupakan pencampuran produk komersial
berdasarkan instruksi farmasi yang membuatnya (Oetari, 2004).
TEKNIK COMPOUNDING(1/2)

Langkah Umum dalam Proses Compounding

• Menilai kesesuaian dosis • Peracikan resep dengan • Memeriksa seperti yang


untuk pasien catatan formularium ditujukan, berat, bau,
• Melakukan perhitungan atau resep, warna, konsistensi
untuk bahan menggunakan teknik • Memasukkan informasi
• Memilih peralatan yang sesuai dengan ilmu dalam log peracikan
tepat farmasi • Memberi label resep

Persiapan Compounding Final Check

( Allen, L.V., 2016 )


TEKNIK COMPOUNDING(2/2)

• Penandatanganan dan • Membersihkan dan


penanggalan resep, menyimpan semua
menegaskan bahwa peralatan
prosedur ditunjukkan • Membersihkan area
dilakukan untuk peracikan
memastikan keseragaman,
identitas, kekuatan dan
kuantitas, dan kemurnian.

Sign-Off Cleanup

( Allen, L.V., 2016 )


HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(1/4)

a. Personel
Peracikan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang terdiri dari apoteker, sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan
asisten apoteker. Peracikan obat adalah penyediaan obat yang dibutuhkan oleh pasien secara
individu yang dibuat di apotek atau sarana kesehatan karena terbatasnya sediaan obat yang ada
(Dewi and Wiedyaningsih, 2012).

Hal-hal yang mendukung proses


peracikan obat adalah sebagai berikut :

b. Fasilitas
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, nonsteril, maupun cair untuk obat luar maupun dalam.
Fasilitas peracikan obat sebaiknya didesain dan dirawat dengan baik agar mendapatkan
perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir, dan hewan pengganggu. Tenaga listrik, lampu,
penerangan suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak
yang merugikan terhadap obat selama proses pembuatan (Badan POM, 2012).
HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(2/4)

e. Bahan obat
Apoteker hendaknya memilih obat
c. Peralatan d. Kebersihan
dengan kualitas yang baik berdasarkan
Peralatan yang digunakan untuk Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi
informasi yang standar seperti
peracikan sebaiknya : 1. Peralatan yang hendaklah diterapkan pada setiap aspek
Farmakope Indonesia, tanggal
digunakan dapat disesuaikan dengan pembuatan obat (Badan POM, 2012).
kadaluwarsa dan sertifikat dari suatu
sediaan obat yang diracik dan Tenaga peracik sebaiknya menggunakan
bahan baku obat. Dalam melakukan
terhindar dari kontaminasi. 2. Peralatan pakaian yang sesuai dan mencuci tangan
peracikan obat perlu diperhatikan hal-hal
dapat digunakan dengan mudah dan sebelum melakukan peracikan. Fasilitas
yang berhubungan dengan bahan obat
terhindar dari kontaminasi. 3. Peralatan dan peralatan yang dibutuhkan dalam
seperti kelarutan, stabilitas,
dijaga agar tetap bersih dan kering peracikan obat harus dalam keadaan
kompatibilitas, alergi pasien terhadap
selama penggunaan dan penyimpanan bersih sehingga obat racik dapat
suatu bahan obat, interaksi obat, rute
(Slamet, 2012). terhindar dari kontaminasi (Allen, 2008).
pemberian dan jangka waktu pengobatan
(Oetari, 2004).
HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(3/4)
h. Dokumentasi
Obat atau bahan obat harus
f.Wadah
dikendalikan dengan prosedur
Wadah dan tutupnya tidak boleh
tertulis dan harus diidentifikasi
mempengaruhi bahan yang
serta didokumentasikan. Fungsi
disimpan didalamnya baik scara
dari dokumentasi ini adalah
kimia maupun fisika, yang dapat
untuk menstandarkan hasil
mengakibatkan perubahan khasiat,
sediaan obat racikan, sehingga
mutu atau kemurniannya (Oetari, g. Etiket terjamin keamanan dan
2004). Setelah proses pengisian dan pembungkusan kualitasnya (Badan POM, 2012).
hendaklah segera disertai dengan pemberian
label. Etiket dan label yang tercantum pada
wadah harus jelas, tidak memberikan
penafsiran ganda, tertempel dengan kuat dan
informasi yang tertera harus tidak mudah
dihapuskan. Dalam label obat racikan harus
tercantum daftar nama obat, nomor resep,
beyond-use-date, paraf petugas peracik, cara
penyimpanan dan keterangan lainnya (Oetari,
2004)
HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(4/4)

i Sarana dan Prasarana


Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi (MenKes RI, 2016):
Ruang penerimaan resep, Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang penyerahan obat, Ruang konseling, Ruang penyimpanan obat
dan Bahan Medis Habis Pakai, Ruang arsip.
SEDIAAN SOLID

• Contoh : Kapsul, Serbuk, Pil, dan Tablet


• Hal yang harus diperhatikan saat compounding
sediaan solid:
1. Kurangi ukuran partikel bahan-bahan menjadi ukuran
pastikel terkecil dan layak
2. Lakukan pemeriksaan untuk menjamin bahan homogen
3. Monitor kelembaban jika uap air dapat menyebabkan
hidrolisis, sediaan teradhesi pada bahan
wadah/melunakkan/disolusi sebahagian dari cangkang
kapsul
4. Lakukan penimbangan secara teliti untuk menjamin tiap
unit tidak kurang dan tidak lebih dari 110% dari berat
secara teori
5. Kemas unit sediaan berdasarkan spesifikasi wadah untuk
kapsul dan tablet dari bahan aktif
SERBUK ( PULVERES)
FORMULASI PULVERES
R/ : Parasetamol 6 tab
CTM 3 tab
Dexametason 3 tab
GG 6 tab
dibuat puyer sebanyak 20 puyer.

• Prosedur yang dilakukan adalah dengan menggerus obat tersebut dengan


menggunakan mortar dan stamper hingga homogen lalu dibuat dalam 20 bagian dengan
bobot yang sama. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan.
• Alat yang digunakan adalah neraca analitik (OHAUS® PIONEER), kertas perkamen,
pengayak Mesh 40, 80, 100, 120, 170 (EJA), mesin pengayak.
EVALUASI PULVERES(1/2)
• Perhitungan Keseragaman Bobot • Perhitungan Ukuran Partikel dan Derajat Halus
Perhitungan keseragaman bobot dihitung dengan cara timbang Perhitungan ini dilakukan dengan menyiapkan ayakan
satu persatu pulveres beserta bungkusnya kemudian serbuk yang telah disusun berdasarkan urutan mesh 40, 80, 100,
disisihkan setelah itu timbang bungkus kosong pulveres 120, 170. Seluruh serbuk dimasukan kedalam pengayak.
selanjutnya hitung bobot bungkus pulveres dikurang dengan Mesin pengayak dinyalakan dengan kecepatan 30 rpm
bobot bungkus kosong pulveres dan diperoleh berat serbuk. dengan durasi selama 5 menit. Timbang serbuk yang
Serbuk yang disisihkan kemudian digabungkan lalu ditimbang
tertinggal pada masing-masing nomor pengayak hitung
total bobot bersih tersebut dan dicari rata-rata setiap
bungkusnya. Selanjutnya tentukan persyaratan keseragaman
persentase (%) jumlah pulveres yang tertinggal dari
bobot seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi III masing- masing ayakan perhitungan dengan rumus :
tahun 1979. Disebutkan bahwa penyimpangan yang
diperbolehkan antara penimbangan satu persatu terhadap
bobot isi rata-rata, tidak lebih dari 15% untuk 2 bungkus dan
tidak lebih dari 10% untuk 18 bungkus (Depkes,1997).
EVALUASI PULVERES(2/2)

• Uji Homogenitas
Uji homogen secara visual dengan melihat secara visual
keseragaman warna, serta keseragaman kehalusan pulveres yang
dihasilkan dari masing-masing Puskesmas
➢Definisi Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi
(Kemenkes RI, 2014)

➢Syarat- Syarat Tablet Menurut Farmakope


Indonesia Edisi III dan dan Farmakope Indonesia
TABLET
Edisi IV
1. Keseragaman Ukuran
2. Keseragaman Bobot dan Kandungan
3. Waktu Hancur
4. Kekekrasan Tablet
5. Keregasan Tablet
Tablet

Metode Metode Metoda


Granula Kering Granula Basah Cetak Langung
Dilakukan dengan cara Dilakukan dengan mencampurkan zat Metode cetak/kempa langsung
menekan massa serbuk aktif, zat pegisi dan penghancur sampai biasanya digunakan untuk bahan–
homogen. Lalu dibasahi dengan dengan bahan yang mempunyai laju alir dan
dengan tekanan tinggi
larutan pengikat, jika diperlu bahan kompresibilitasnya baik. Prinsip
sehingga menjadi tablet pewarna. Setelah itu diayak dan menjadi pembuatan tablet dengan metode
besar yang tidak berbentuk granul dan dikeringkan pada suhu 400 – kempa langsung yaitu menambahkan
baik, kemudian digiling dan 500 C.Setelah kering, kemudian diayak bahan aktif dengan eksipien yang
diayak hingga diperoleh untuk memperoleh granul sesuai ukuran mempunyai sifat alir dan
granul dengan ukuran yang dibutuhkan dan ditambahkan zat kompresibilitas tinggi, kemudiaan
pelican kemudian dicetak. Metode ini langsung dicetak. Metode ini
partikel yang diinginkan
menghasilkan tablet yang lebih baik dan ditujukan untuk zat aktif dengan
dapat disimpan lebih lama dari metode dosis yang relatif kecil
(Kemenkes RI, 2014) granul kering
FORMULASI

T Zat Aktif Sesuai dengan Farmakope


A
B Bahan Pengisi (diluent), Bahan Pengikat (Binder),

L
Eksipien Bahan penghancur/pengembang (disintegrant), Bahan
pelican (Lubricant), Gildan (Bahan Peningkat Daya
Alir), Bahan Penyalut

E
T Ajuvan Bahan Pewarna dan Bahan
Pengaroma
KAPSUL

Kapsul adalah pengembangan lebih lanjut dari serbuk dan setiap dosis bubuk terlampir
wadah yang bisa ditelan dengan air. Jenis obat ini lebih nyaman untuk obat yang memiliki
rasa tidak enak. Komponen sediaan kapsul ( bahan Aktif, Pengikat, Penghancur, Pelicin,
dan Pelincir )

• Dua jenis dasar kapsul:


1. Gelatin kapsul : kapsul fleksibel, bisa berbentuk bulat, bulat telur, atau silinder.
Contoh:Atromid S, Efamast, Epogam dan Kapsul Nifedipine
2. Kapsul Keras : dibentuk dalam dua bagian. Obatnya dimasukkan ke bagian
yang lebih panjang dan yang kedua setengah pas. Kapsul keras tersedia
berbagai ukuran yang berbeda

( Marriott, et al. 2010)


FORMULASI KAPSUL EVALUASI KAPSUL

• Nama, kekuatan, dan dosis


Tahap Produksi Dosis Unit Kapsul
• Master Rekam referensi formulasi
1.Pilih kapsul ukuran sesuai untuk • Nama dan Jumlah semua komponen
serbuk bubuk (kapsul ukuran 3 untuk
serbuk 200 mg) • Sumber, nomor ketersediaan, dan tanggal kardaluarsa
• Jumlah total senyawa
2. Hitung jumlah yang dibutuhkan dan
buat kelebiha, seperti pembuatan dosis • Nama orang yang melakukan preparasi, nama QC, dan
nama yang telah mengizinkan proses preparasi
satuan serbuk
• Tanggal dilakukan preparasi
3. Campur dengan teknik • Nomor kontrol atau resep yang ditetapkan
“menggandakan”
• Label duplikat
4. Isi kapsul sesedikit mungkin • Deskripsi persiapan akhir
5. Pastikan permukaan luar kapsul bebas • Hasil dari prosedur QC ( berat, ukuran kapsul,kisaran
serbuk. Periksa berat kapsul yang terisi kapsul yang diisi)
• Dokumentasi dari masalah kualitas, atau reaksi
merugikan

( Marriott, et al. 2010)


▪ Definisi
Pillulae berasal dar kata : pila: yang berarti
bola kecil. Pillulae merupakan suatu sediaan
berupa massa bulat mengandung satu atau lebih
bahan obat yang digunakan untuk obat dalam
dan bobotnya 50- 300 mg per pil (Depkes RI,

PIL
1979)

▪ Persyaratan Pillulae Menurut Farmakope


(Pillulae) Indonesia Edisi III
1. Waktu Hancur
Waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit,
pil bersalut tidak lebih dari 60 menit
2. Keseragaman Bobot Pil
(Depkes RI, 1979)
3. Pada penyimpanan, bentuk harus tetap.
FORMULASI
PILLULAE

➢Mencampur bahan utama dan zat tambahan sampai homogen


➢Kemudian ditetesi zat pembasah sampai massa menjadi lembek
yang elastis dan kohesif
➢Dicetak menjadi bentuk batang dengan alat penggulung
➢Dipotong dengan alat pemotong pil
➢Menaburkan bahan penabur pada sediaan, alat penggulung dan
pemotong
➢Penyautan jika perlu ( dalam kondisi kering)
THANK YOU
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V. (2008). Guidelines for Compounding Practices.The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 1–

18.

Anief, M. (2007). Farmasetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 110,111.

Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 1-28.

Burch, J. (2017). Compounding Pharmacists Provide Customized Care. North Carolina Medical Journal, 78(3), 191–194.

https://doi.org/10.18043/ncm.78.3.191

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Dewi C.Wiedyaningtyas. (2012). Evaluasi Struktur Pelayanan Praktek Peracikan Obat di Puskesmas Wilayah Kabupaten Badung

Bali. Majalah Farmausetik,Vol. 8 No. 2

Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74.Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Marriott, J.F, K.A. Wilson, C.A. Langley, and D. Belcher., 2010. Pharmaceutical Compounding and Dispensing, 2nd Edition. Pharmaceutical Press: London

Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 1-28.

Oetari, C.W. (2004) „Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat : kajian resepresep di apotek kotamadya Yogyakarta. Majalah

Farmasi Indonesia. Edisi 14, Hal. 201–207.

Slamet, L.S., (2012). Pedoman Teknis Cara Distribusi yang Baik, Badan POM RI, 51 Jakarta

Husnul Warnida,Yullia Sukawaty, Monica Anzella Aulya. 2018. EVALUASI MUTU FISIK SEDIAAN PULVERES PADA

PUSKESMAS DI KOTA BALIKPAPAN. JURNAL ILMU KESEHATAN. VOL. 6 NO. 1 JUNI 2018

Anda mungkin juga menyukai