Kelas B - 260110160036 - Naomi Fenty - Compounding Sediaan Solida
Kelas B - 260110160036 - Naomi Fenty - Compounding Sediaan Solida
Sign-Off Cleanup
a. Personel
Peracikan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang terdiri dari apoteker, sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan
asisten apoteker. Peracikan obat adalah penyediaan obat yang dibutuhkan oleh pasien secara
individu yang dibuat di apotek atau sarana kesehatan karena terbatasnya sediaan obat yang ada
(Dewi and Wiedyaningsih, 2012).
b. Fasilitas
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, nonsteril, maupun cair untuk obat luar maupun dalam.
Fasilitas peracikan obat sebaiknya didesain dan dirawat dengan baik agar mendapatkan
perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir, dan hewan pengganggu. Tenaga listrik, lampu,
penerangan suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak
yang merugikan terhadap obat selama proses pembuatan (Badan POM, 2012).
HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(2/4)
e. Bahan obat
Apoteker hendaknya memilih obat
c. Peralatan d. Kebersihan
dengan kualitas yang baik berdasarkan
Peralatan yang digunakan untuk Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi
informasi yang standar seperti
peracikan sebaiknya : 1. Peralatan yang hendaklah diterapkan pada setiap aspek
Farmakope Indonesia, tanggal
digunakan dapat disesuaikan dengan pembuatan obat (Badan POM, 2012).
kadaluwarsa dan sertifikat dari suatu
sediaan obat yang diracik dan Tenaga peracik sebaiknya menggunakan
bahan baku obat. Dalam melakukan
terhindar dari kontaminasi. 2. Peralatan pakaian yang sesuai dan mencuci tangan
peracikan obat perlu diperhatikan hal-hal
dapat digunakan dengan mudah dan sebelum melakukan peracikan. Fasilitas
yang berhubungan dengan bahan obat
terhindar dari kontaminasi. 3. Peralatan dan peralatan yang dibutuhkan dalam
seperti kelarutan, stabilitas,
dijaga agar tetap bersih dan kering peracikan obat harus dalam keadaan
kompatibilitas, alergi pasien terhadap
selama penggunaan dan penyimpanan bersih sehingga obat racik dapat
suatu bahan obat, interaksi obat, rute
(Slamet, 2012). terhindar dari kontaminasi (Allen, 2008).
pemberian dan jangka waktu pengobatan
(Oetari, 2004).
HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(3/4)
h. Dokumentasi
Obat atau bahan obat harus
f.Wadah
dikendalikan dengan prosedur
Wadah dan tutupnya tidak boleh
tertulis dan harus diidentifikasi
mempengaruhi bahan yang
serta didokumentasikan. Fungsi
disimpan didalamnya baik scara
dari dokumentasi ini adalah
kimia maupun fisika, yang dapat
untuk menstandarkan hasil
mengakibatkan perubahan khasiat,
sediaan obat racikan, sehingga
mutu atau kemurniannya (Oetari, g. Etiket terjamin keamanan dan
2004). Setelah proses pengisian dan pembungkusan kualitasnya (Badan POM, 2012).
hendaklah segera disertai dengan pemberian
label. Etiket dan label yang tercantum pada
wadah harus jelas, tidak memberikan
penafsiran ganda, tertempel dengan kuat dan
informasi yang tertera harus tidak mudah
dihapuskan. Dalam label obat racikan harus
tercantum daftar nama obat, nomor resep,
beyond-use-date, paraf petugas peracik, cara
penyimpanan dan keterangan lainnya (Oetari,
2004)
HAL YANG MENDUKUNG PROSES
COMPOUNDING(4/4)
• Uji Homogenitas
Uji homogen secara visual dengan melihat secara visual
keseragaman warna, serta keseragaman kehalusan pulveres yang
dihasilkan dari masing-masing Puskesmas
➢Definisi Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi
(Kemenkes RI, 2014)
L
Eksipien Bahan penghancur/pengembang (disintegrant), Bahan
pelican (Lubricant), Gildan (Bahan Peningkat Daya
Alir), Bahan Penyalut
E
T Ajuvan Bahan Pewarna dan Bahan
Pengaroma
KAPSUL
Kapsul adalah pengembangan lebih lanjut dari serbuk dan setiap dosis bubuk terlampir
wadah yang bisa ditelan dengan air. Jenis obat ini lebih nyaman untuk obat yang memiliki
rasa tidak enak. Komponen sediaan kapsul ( bahan Aktif, Pengikat, Penghancur, Pelicin,
dan Pelincir )
PIL
1979)
Allen, L.V. (2008). Guidelines for Compounding Practices.The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 1–
18.
Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 1-28.
Burch, J. (2017). Compounding Pharmacists Provide Customized Care. North Carolina Medical Journal, 78(3), 191–194.
https://doi.org/10.18043/ncm.78.3.191
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Dewi C.Wiedyaningtyas. (2012). Evaluasi Struktur Pelayanan Praktek Peracikan Obat di Puskesmas Wilayah Kabupaten Badung
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74.Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta:
Marriott, J.F, K.A. Wilson, C.A. Langley, and D. Belcher., 2010. Pharmaceutical Compounding and Dispensing, 2nd Edition. Pharmaceutical Press: London
Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 1-28.
Oetari, C.W. (2004) „Tinjauan Terhadap Bentuk Sediaan Obat : kajian resepresep di apotek kotamadya Yogyakarta. Majalah
Slamet, L.S., (2012). Pedoman Teknis Cara Distribusi yang Baik, Badan POM RI, 51 Jakarta
Husnul Warnida,Yullia Sukawaty, Monica Anzella Aulya. 2018. EVALUASI MUTU FISIK SEDIAAN PULVERES PADA
PUSKESMAS DI KOTA BALIKPAPAN. JURNAL ILMU KESEHATAN. VOL. 6 NO. 1 JUNI 2018