Anda di halaman 1dari 14

BUDIDAYA DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

Tugas Budidaya Tanaman Perkebunan

Disususn oleh:
Adimas Rifqi Sanjaya 20170210127
Mutmainnatun R N 20170210135
Arum Diana Putri 20170210137
Faris Amirullah Mujahid 20170210131
Jihad Chandra H W 20170210151

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
I. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia

Kemampuan Indonesia memenuhi permintaan ekspor CPO dalam jumlah


banyak seperti ke India yaitu sebesar 6,714 ribu ton tahun 2018, menunjukkan
bahwa komoditas kelapa sawit ini layak untuk diperjuangkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor CPO dari Indonesia beberapa bulan terakhir ini
adalah tren harga CPO internasional naik 0,44%; tren harga minyak kedelai
internasional meningkat 0,90%; dan stok persediaan CPO di Malaysia yang turun
hingga 80%.

Produksi CPO juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
jumlah CPO yang diekspor. Data Badan Pusat Statistik, Ditjenbun, dan GAPKI
menunjukkan pertumbuhan produksi CPO tahun 2018 adalah 11,28% dari tahun
sebelumnya, dengan total produksi 47,39 jt ton. Seiring dengan hal tersebut,
pertumbuhan ekspornya juga meningkat sebesar 3,02% dengan total ekspor 32,02
juta ton tahun 2018. Data GAPKI juga meramalkan hasil produksi kelapa sawit
pada rentang waktu 2019-2025 akan terus meningkat seiring dengan permintaan
domestik dalam bentuk makanan, biodiesel, biohidrocarbon, dan tenaga listik
(PLN) yang juga meningkat. 

Sejak 2004 penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi
tertinggi dalam pasar vegetable oil dunia yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan
pertumbuhan rata-rata 8% per tahun, mengalahkan komoditi minyak kedelai sekitar
25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,8% per tahun. Komoditi lainnya yang
banyak digunakan adalah minyak bunga matahari yaitu sekitar 11,5 juta ton dengan
pertumbuhan rata-rata 2,2% per tahun. Dengan ketersediaan lahan dan iklim yang
mendukung, Indonesia berpeluang besar untuk memanfaatkan trend tersebut.
Sejumlah kalangan (pengamat dan pelaku dunia  usaha) optimis, Indonesia mampu
menguasai dan menjadi pemain nomor satu di pasar industri kelapa sawit dunia yang
kini dikuasasi oleh Malaysia.  Saat ini saja Indonesia sudah menguasai 37% pasar
dunia, sementara Malaysia sebesar 42%. Diperkirakan, dalam dua tahun ke depan
pangsa pasar Indonesia akan dapat melampaui pangsa pasar Malaysia.
II. Botani dan Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)  termasuk dalam:


Divisi              : Embryophyta Siphonagama
Kelas               : Angiospermae
Ordo                : Monocotyledonae 
Famili              : Arecaceae (dahulu disebut Palmae),
Subfamili         : Cocoideae
Genus               : Elaeis
Menurut Pahan (2010), menyatakan bahwa kelapa sawit merupakan spesies
Cocoideae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus menerus
menghasilkan primordial (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman
dewasa).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Bunga muncul


dari ketiak daun. Bunga betina akan menjadi brondolan setelah antesis. Panjang
infloresen betina dapat mencapai 30 cm atau lebih jika diukur pada saat mekar, bunga
jantan mempunyai panjang 3-4 mm dan lebarnya 1.5-2.0 mm (Pahan, 2011). Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi. Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelapah
hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa (Departemen Perindustrian, 2007).

Daun kelapa sawit terdiri dari kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai
helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib). Rachis merupakan tempat anak daun
melekat dan tangkai daun (petiole) merupakan bagian antara daun dan batang.
Seludang daun (sheath) berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi
kekuatan pada batang (Pahan, 2011). Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk.
Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya
sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras
dan tajam (Departemen Perindustrian, 2007).

Buah kelapa sawit menempel di karangan yang disebut tandan buah. Jumlah
buah dalam satu tandan bervariasi tergantung umur, umumnya dalam satu tandan
terdapat sekitar 1.600 buah. Ukuran buah dan berat buah juga bervariasi tergantung
letaknya dalam tandan. Total produksi TBS tergantung bobot tandan dan jumlah
tandan. Berat tandan buah tergantung pada jumlah spikelet, jumlah bunga per
spikelet, fruit set, berat buah dan efisiensi penyerbukan. Tanaman normal akan
menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar
12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.

 Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27˚C
dengan suhu maksimum 33˚C dan suhu minimum 22˚C sepanjang tahun. Curah hujan
rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah
1250-3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering
kurang dari 3 bulan), curah hujan optimal berkisar 1750-2500 mm. Lama penyinaran
matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk
kelapa sawit pada kissaran 50–90% (optimalnya pada 80%). Secara
umum,kelapa sawitdapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol,
Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal
untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat
dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah >100 cm.
kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pH 5.0–6.0 namun kalapa sawit
masih toleran terhadap pH <5.0 misalnya pada pH 3.5-4.0 (pada tanah gambut)
(Sugiyono et al., 2003)
III. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit

 Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan oleh petani sampel pada umumnya adalah areal hutan,
semak belukar dan pada areal alang-alang. Pembukaan areal tersebut ada yang
dilakukan secara mekanis dengan pembabatan dan secara kemis dengan
menggunakan herbisida seperti : Round Up 486 SL, Gramoxone 276 SL dan Clen-up
480 SL. Tahap awal pengerjaan pembukaan lahan/areal khususnya pada hutan primer
dan hutan sekunder dapat dimulai dengan melakukan pengimasan, yaitu dengan
pemotongan dan penebasan semua jenis kayu kecil atau semak belukar.Manfaat
pengimasan adalah untuk memudahkan tenaga kerja penumbangan kayu-kayu besar
(Fauzi, dkk, 2002).
 Bahan Tanam
Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama
oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA).
Balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin
dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih. Kelapa
sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit
dibedakan menjadi Dura, Pisifera dan Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan
buahnya besar-besar dan kandungan minyak berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak
memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis
ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan
sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul
persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak
pertandannya dapat mencapai 28%.
 Pengecambahan Benih
Tahapan pekerjaan dalam pengecambahan benih sebagai berikut:
1. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari sabutnya.
Pengupasan buah kelapa sawit dapat menggunakan mesin pengupas.
2. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air
harus diganti dengan air yang baru.
3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat
teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja.
Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17%.
4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65
cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup
rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-
kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 cm x 20 cm x 10 cm,
kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
5. Benih diperiksa 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan membuka kantong
plastiknya dan semprotlah dengan air. (gunakan hand mist sprayer) agar
kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21- 22% untuk benih
Dura dan 28-30% untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa
kelembabannya.
6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada pesemaian
perkecambahan.
7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus
diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan
mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15-20 hari kemudian sebagian
besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke persemaian
perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah
dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.

 Penanaman
Jenis-jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah:
(a). Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam,
(b). Penanaman tanaman penutup tanah dan
(c). Penanaman kelapa sawit.
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di pembibitan
utama, pengangkutan bibit ke lapangan, menaruh bibit di setiap lubang, persiapan
lubang tanam, menanam bibit pada lubang dan pemeriksaan areal yang sudah
ditanami. Kegiatan penanaman bibit tanaman kelapa sawit yang harus diperhatikan
adalah pembuatan lubang tanam, umur dan tinggi bibit yang akan ditanam di
lapangan serta susunan jarak tanam. Menurut Fauzi dkk, (2012) penanaman pada
awal musim hujan adalah yang paling tepat karena persediaa air sangat berperan
dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit yang baru dipindahkan.
Tanpa penanaman yang benar dan pemeliharaan yang berkelanjutan, bibit yang
berkualitas tinggi pun tidak akan memberikan hasil secara optimal, karena itu
penanaman dengan baik dan benar merupakan salah satu persyaratan penting untuk
mendapatkan produksi kelapa sawit per hektarnya (Lubis dan Widanarko, 2011).
 Jarak Tanam
Jarak tanam adalah pola pengaturan jarak antar tanaman dalam bercocok
tanam yang meliputi jarak antar baris dan deret. Jarak tanam akan berpengaruh
terhadap produksi pertanian karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya
matahari serta ruang bagi tanaman. Jarak tanam kelapa sawit tergantung pada tipe
tanah dan jenis bibit yang digunakan (Fauzi, dkk, 2002). Sebanyak 50% petani
sampel menggunakan jarak tanam 9m x 8m dan 32,5% menggunakan jarak tanam 8m
x 8m dan sisanya menggunakan jarak tanam 9m x 10m dan 9m x 9m. Alasan petani
menggunakan jarak tanam 9m x 8m adalah karena jarak tersebut sangat banyak
digunakan oleh masyarakat setempat, sehingga mereka mengikut saja dengan jarak
tanam tersebut. Jarak tanam kelapa sawit yang dianjurkan adalah 8,88m x 8,88m x
8,88m atau 132 pohon/ha. Penempatan jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan
terjadinya persaingan dalam memperoleh sinar matahari dan jarak tanam yang terlalu
jarang menyebabkan pemborosan lahan. Karena akan mempengaruhi populasi
perhektarnya dan juga berpengaruh pada produksi.
 Pola tanam
Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola
tanam monokulltur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai
tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Tanaman
penutup tanah (legume cover crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat
penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah,
mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan
tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpangsari tanah
diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi
kayu, jagung atau padi.
 Pemeliharaan Pembibitan
Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang
sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi
penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi, serta pemupukan
 Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih
dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan
cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak
rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2
lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.
 Penyiangan
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus
dibersihkan, dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan gulma harus
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

 Pemupukan
Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh
cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk
majemuk. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B (Urea, TSP,
KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman
muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat
mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan
umur tanaman atau sesuai dengan anjuran Balai Penelitian Kelapa Sawit.
- Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan:
Jenis pupuk Dosis (kg/ph/th) Keterangan
Urea 2,0-2,5 diberikan 2x aplikasi
KCL 2,5-3,0 diberikan 2x aplikasi
Kiserit 1,0-1,5 diberikan 2x aplikasi
SP-36 0,75-1,0 diberikan 1x aplikasi
Borax 0,05-1,0 diberikan 2x aplikasi

- Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan:


Jenis pupuk Dosis (kg/ph/th) Keterangan
Urea 0,40-0,60 diberikan 2x aplikasi
KCL 0,20-0,50 diberikan 2x aplikasi
Kiserit 0,10-0,20 diberikan 2x aplikasi
SP-36 0,25-0,30 diberikan 1x aplikasi
Borax 0,02-0,05 diberikan 2x aplikasi

 Pemangkasan Daun
Pemangkasan daun bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan
jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta memudahkan pamanenan.
Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan tanaman.
Macam-macam pemangkasan:
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman
yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun
kering dan buahbuah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis
linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28
bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan
panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya
saling menumpuk satu sama lain), juga buah buah yang busuk. Alat yang
digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah
tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua
sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai.
Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak
mengganggu kegiatan panen.
 Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan
antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan
cahaya. Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan
panen. Contoh gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah
Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa,
Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya.
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan di piringan (circle weeding),
penyiangan gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC, membabat atau
membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
 Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini
juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan
maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah
golongan insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman sawit
umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.

IV. Pasca Panen


 Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen.
Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan)
dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas
dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan
buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah
brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10
tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu
minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak
maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak
bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan
berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah
yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah.
Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah
dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun yang telah dipotong diatur rapi di tengah
gawangan. Untuk mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, maka
pelepah-pelepah daun tersebut dipotong-potong menjadi 2-3 bagian.
Cara pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya, maksimal 2cm. Tandan buah yang telah dipanen diletakkan teratur di
piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Kemudian tandan buah
atau TBS (tandan buah segar) dan brondolan tersebut dikumpulkan di tempat
pengumpulan hasil (TPH). TBS hasil panenan harus segera diangkut ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALBnya
semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam TBS setelah
dipanen harus segera diolah.

 Perontokan
Perontokan adalah tindakan untuk memisahkan buah sawit dari
tandannya.pemisahan ini biasanya sudah menggunakan mesin.
 Pengangkutan
Pengangkutan buah kelapa sawit yang sudah dipanen menyebabkan mutu
sawit turun, dikarenakan asam lemak yang meningkat.yang harus dilakukan saat
pengangkutan adalah menghindari guncangan salama proses pengangkutan untuk
menghindari permukaan buah jadi lecet.
 Penggilingan
Proses penggilingan umumnya dilakukan dengan cara melumat
sawit.penggilingan dilakukan dengan mesin  berskala besar.
 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan langkah untuk mengeluarkan minyak yang masih tersisa
dalam ampas sawit dengan cara diperas.
 Pemurnian
Pemurnian merupakan langkah terakhir dari teknik pasca p sawit. Pemurnian
dilakukan untuk memisahkan minyak hasil kelapa sawit dari kotoran yang masih
bercampur.
V. Kesimpulan

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan di


Indonesia yang memiliki nilai ekonomis sebagai tanaman penghasil minyak atau CPO
yang mampu bersaing dalam pasaran minyak di dunia. Pembubidayan sawit ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan ada budidaya, panen dan pasca panen.
Budidaya diantaranya ada pembukaan lahan, bahan tanam, pembibitan dll.
Daftar Pustaka

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.

Jakarta : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian

Fauzi,Yan, dkk. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta

Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi, Nofiandi;

Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Pahan, Iyung. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari
Hulu

Hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. 412 Hal

Pahan, Iyung.2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai