Anda di halaman 1dari 10

Kampanye gaya hidup

sehat ala kaum proletar


Lisa Dewi Dzakiyah Muthi
Follow
May 27 · 3 min read
source : slidehare.net

Kenapa sih pake perumpamaan kaum proletar?

Biar lebih halus aja dalam penyampaiannya,masa mau


bilang kaum dibawah garis kemiskinan kan tidak etis
rasanya.mereka juga manusia yang layak diberi
penghormatan baik borjuis maupun proletar sama-
sama terbuat dari sperma ayahnya kan. Jadi sama saja
cuma beda di isi dompet saja.

Kaum proletar engga pernah sama sekali ngehedon,


bisa makan enak setahun sekali juga udah nikmat kok.
Beda nih kaya borjuis senengnya minum alkohol terus
nanti serangan jantung pas tua nyesel.
Penyakit yang banyak diderita horang kaya
macam borjuis

Banyak banget si borjuis kalo sakit khan


maen.ngeluarin uangnya ga tanggung-tanggung,bisa
aja mereka cuma keseleo sampe dibawa ke
singapura,duh siapa tuch ehe.

Penyakit masa tua mereka banyak banget,seperti


stroke,kanker,diabetes,kolesterol,serangan
jantung,gagal ginjal,dan lain sebagainya.

Bukan berarti proletar gak sakit kaya gitu juga bisa


jadi sama cuma kan yang sering makan gak sehat si
borjuis jadi kemungkinannya lebih besar dong
terjangkit penyakit diatas.

Kebiasaan proletar yang mana yang harus


dicontoh borjuis

Olahraga dan makan sayuran. Kenapa harus kedua hal


ini harus mereka coba memulai,karena sangat
bermanfaat bagi kesehatan mereka. Mereka memang
biasanya makan makanan yang enak,mahal dan super
wow lah gitu.

Sekali makan bisa buat santunan anak yatim satu


panti asuhan. Ya mending amal jariyah dapet pahala
masuk syurga kalau borjuis makanan mahal akhirnya
jadi kotoran doang.

Mereka memang gayanya konsumtif dan hobinya


ngehedon. Gamau ribet banget tinggal ke resto atau
order via aplikasi pesan junkfood dengan porsi besar
tapi kandungan gizinya gak cukup memenuhi asupan
tubuh mereka karena kurang sayuran.

Mereka juga jarang bergerak jadinya makanan yang


dikonsumsi gak diproses menjadi tenaga tapi menjadi
lemak. Lemaknya pun bukan lemak yang baik,tetapi
lemak jahat yang bisa mengancam nyawa para borjuis
ini jika dijadikan kebiasaan.

Proletar banyak mengakali bagaimana ia bisa


mendapat semua asupan yang harus dicerna oleh
tubuh tanpa mengeluarkan uang yang banyak.

Sayuran pun banyak kandungan vitaminnya dan zat


besi di dalamnya harganya pun masih bisa dijangkau
oleh kaum proletar. Kalau ingin kandungan protein
ayam,daging bisa diganti dengan tahu tempe.

Sama saja bukan? Beda rasa di mulut saja dan beda


harganya.
Mereka juga bekerja keras membuat badan mereka
lebih sehat,dan lebih kuat karena harus menghidupi
anak istrinya dengan penghasilan yang tidak seberapa
dan agar dapur tetap ngebul.

Mereka gak pernah mengeluh ketika bekerja


walaupun upah tidak seberapa tetap disyukuri. Ketika
mereka sangat kekurangan uang misalnya untuk
membayar uang sekolah anaknya pun mereka bisa
puasa,dan puasa mengistirahatkan organ pencernaan
serta baik bagi tubuh.

Apa nih kesimpulannya?

Dari cerita gaya hidup kaum borjuis dan proletar di


atas kamu bisa dong banyak menyimpulkan yang
mana saja yang harus kamu lakukan dan mana yang
harus kamu hindari.

Semuanya harus tetap disyukuri. Baik itu nikmat


sehat,nikmat beribadah,semuanya disyukuri. Rezeki
tidak kemana-mana tapi jika kamu gak sehat apa bisa
tetep produktif mencari uang? Tentu tidak. Kesehatan
lebih dari segalanya.

Uang yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun


lamanya bisa lenyap tiba-tiba karena kamu tiba-tiba
terserang penyakit yang tidak biasa seperti kanker.
Menyeramkan bukan?. Harta bisa hilang kapan saja
tapi gaya hidup sehat harus diterapkan setiap hari
sebagai tindakan preventif untuk di kemudian hari.

Jangan selalu mendongak ke atas nanti jatuh loh,hihi


https://medium.com/@Lisadewidzakiyahmuthi/kampanye-gaya-hidup-sehat-ala-kaum-proletar-
6f77ff5a7673
Alexandra Elbakyan:
Pahlawan Akademisi Proletar
se-Dunia
By admin on July 23, 2019    

Penulis : Virtuous Setyaka

Para pemburu artikel ilmiah dengan beragam keperluan, misalnya untuk menemukan
referensi sebagai kajian pustaka dalam penelitian yang sedang dilakukan, atau sekedar
memenuhi dahaga ilmu pengetahuan dengan membaca, berkemungkinan besar
mengetahui tentang keberadaan Sci-Hub.

“Sci-Hub adalah tujuan, mengubah sistem adalah metode”


Demikian Alexandra Elbakyan memberi judul sebuah tulisan di web blog pribadinya
pada 11 Maret 2016. Tulisan itu mengekspresikan keterkejutannya karena ada banyak
orang yang melihat Sci-Hub sebagai semacam alat untuk mengubah sistem. Mengubah
sistem adalah tujuan, dan Sci-Hub adalah alat untuk mencapainya. Alexandra justru
berpandangan sangat berbeda. Baginya, Sci-Hub memiliki nilainya sendiri, sebagai
situs web di mana pengguna dapat mengakses pengetahuan. Sci-Hub adalah situs web
tempat Anda dapat membaca artikel penelitian. Menurut Alexandra, kita membutuhkan
situs web seperti Sci-Hub untuk mengakses dan membaca literatur penelitian (dengan
gratis). Masalahnya, situs web seperti itu seringkali tidak dapat beroperasi tanpa
gangguan, karena sistem saat ini tidak mengizinkannya.
Wikimedia
Sistem harus diubah sehingga situs web seperti Sci-Hub dapat bekerja tanpa
mengalami masalah. Sci-Hub adalah tujuan, mengubah sistem adalah salah satu
metode untuk mencapainya. Alexandra menyebutkan, tentu saja Sci-Hub tidak akan
mati ketika artikel penelitian akan gratis. Mengapa? Situs web, di mana Anda dapat
mengakses literatur penelitian, tidak akan mati ketika menjadi bebas dan legal.
Sebaliknya (dan sebaiknya) adalah benar: akan ada lebih banyak situs web seperti ini.

Jadi begini, (1) ada keadaan di mana setiap orang kesulitan mengakses artikel ilmiah
hasil penelitian dengan gratis, meskipun artikel-artikel tersebut ada di berbagai situs
web internet, namun tidak semua orang bisa mengaksesnya karena berbayar, bahkan
sangat mahal bagi sebagian besar orang di dunia. Dengan pola seperti ini, dan akhirnya
menjadi sistem dalam mengakses artikel ilmiah, maka Alexandra adalah salah satu
yang menjadi korbannya. (2) Alexandra kemudian belajar dan bekerja selama bertahun-
tahun untuk bisa membuat kode-kode untuk ‘menjebol’ sistem akses artikel ilmiah
berbayar menjadi gratis yang disebut Sci-Hub. (3) Sekarang, dengan Sci.Hub maka
sistem akses artikel ilmiah menjadi gratis melampaui sistem akses artikel ilmiah
berbayar. Dan berubahlah nasib para proletar se-dunia karena mampu mencapai
kesejahteraan dengan mengumpulkan artikel-atikel ilmiah hasil penelitian dari seluruh
penjuru dunia tanpa harus membayar.

Mungkin, ada perbedaan persepsi antara banyak orang yang melihat Sci-Hub sebagai
semacam alat untuk mengubah sistem, sedangkan Alexandra melihat Sci-Hub adalah
tujuan, mengubah sistem adalah metode. Apakah itu dua pandangan yang berbeda?
Ternyata Alexandra menyebut sistem adalah metode, berarti sistem adalah cara,
bukan? Caranya mengubah sistem, alatnya memang bukan Sci.Hub, tapi kode-kode
yang diciptakannya sebagai alat. Dengan demikian terciptalah Sci.Hub dengan utuh
untuk bebas mengunduh. Jadi, apa masalahnya ya? Jangan-jangan Alexandra
mempersepsikan sistem itu adalah sistem (kode-kode komputer) internet? Dan banyak
orang yang melihat Sci.Hub sebagai semacam alat itu bermaksud mengatakan sistem-
nya adalah sistem akses artikel ilmiah berbayar alias sistem yang kapitalistik. Sehingga
Alexandra tidak menyadari bahwa dia telah mengubah sistem (akses artikel ilmiah
berbayar yang) kapitalistik itu menjadi sistem (akses artikel ilmiah gratis yang) non-
kapitalistik.

Siapa Alexandra Elbakyan?        

Alexandra adalah seorang programmer komputer yang membuat situs web Sci.Hub
pada September 2011 di Almaty, Kazakhstan. Alexandra mendapat ide perlunya akses
artikel penelitian dengan mudah tanpa blokir tanpa bayar. Butuh dua atau tiga hari
menulis kode dan mengunggahnya ke webhosting PHP gratis. Dan Sci-Hub menjadi
hidup untuk mulai memproses permintaan dari pengguna (itu segera menjadi sangat
populer).

Alexandra memiliki mimpi menulis perangkat lunak untuk akses mudah hasil-hasil
penelitian (di dunia) sejak 2009. Sebagai mahasiswa pascasarjana Kazakh National
Tech University dan mendapat masalah ketika mencoba mengakses makalah penelitian
yang diperlukan untuk proyek penelitiannya, Alexandra berpikir, akan keren jika menulis
beberapa perangkat lunak untuk secara otomatis mengunduh makalah. Dia belajar
HTML pada usia 12 menggunakan tutorial gratis di Internet. Memulai pemrograman di
sekolah menengah dan pertama kali belajar bahasa pemrograman PHP, Delphi dan
Assembly sendiri, sebelum sampai di universitas. Dia tertarik pada keamanan informasi
dan masuk Universitas Teknologi Nasional Kazakh pada 2005 untuk mempelajari
Teknologi Informasi dengan spesialisasi keamanan. Setelah lulus, melanjutkan belajar
dan melakukan penelitian di bidang bioengineering. Selain komputer dan teknologi
informasi, tertarik pada ilmu saraf, kesadaran, dan kecerdasan buatan. Selama kuliah,
mengumpulkan banyak ebook tentang topik itu, semuanya diunduh dari situs web
‘pembajakan’.

Tahun 2010 bekerja di beberapa laboratorium penelitian ilmu saraf di Rusia, Jerman
dan Amerika Serikat. Dengan menulis kepada profesor yang menerimanya di
laboratorium mereka. Di sana dia juga melakukan pemrograman, tetapi untuk aplikasi
bioteknologi. Itu membosankan, dan ingin mengerjakan hal-hal lebih besar: seperti
Global Brain. Dia berbicara tentang topik itu dalam konferensi transhumanist H + di
Harvard. Pada 2011 kembali ke Kazakhstan dan bekerja selama beberapa bulan
sebagai programmer web lepas. Membuat situs web dan aplikasi dalam bahasa PHP,
dan akhirnya bisa membuat kode Sci-Hub.

Sci.Hub untuk Pembebasan!

Tidak ada dana untuk Sci-Hub, karena dimulai secara tidak


sengaja, tidak ada Rencana Besar di belakangnya.
Setelah beberapa bulan, pengguna diminta untuk menambahkan beberapa opsi
menyumbang dan membantu proyek, Sci-Hub hidup dari donasi selama bertahun-
tahun. Ada beberapa sumbangan besar, tetapi tidak pernah ada dana khusus di
belakang proyek. Alexandra mengaku tertarik pada politik dan selalu mendukung
komunisme, tetapi Sci-Hub selalu menjadi proyek pribadi. Bahkan jika beberapa
pemerintah membantu, misalnya dengan mengirimkan sumbangan anonim, itu sama
sekali tidak terlihat olehnya. Dengan menggunakan pisau Occam, tidak ada pemerintah
yang terlibat.

Tidak ada tim di belakang Sci-Hub, dan Alexandra menyatakan tidak pernah ada. Dia
melakukan semua pemrograman dan konfigurasi server sendiri. Juga melakukan
semua posting dan komunikasi Twitter dengan pengguna dan media. Dan
menggunakan Google untuk mencari gambar untuk digunakan di situs web dan jejaring
sosial. Ada orang-orang yang membuat mirror dari artikel database Sci-Hub. Dia
menjalankan beberapa mirror dan dijalankan secara independen, Sci-Hub juga
menggunakan akun untuk mengakses sumber perpustakaan yang disediakan oleh
orang lain.

Apapun yang terjadi terkait dengan keberadaan Sci.Hub dengan segala perdebatan
yang mucul karenanya, dan siapapun Alexandra Elbakyan, namun dia telah berjasa
pada dunia untuk menciptakan sesuatu yang melampaui sesuatu yang lain. Mengubah
sistem (akses artikel ilmiah berbayar yang) kapitalistik itu menjadi sistem (akses artikel
ilmiah gratis yang) non-kapitalistik. Dia terlah berdialektika, dan dia adalah seorang
Pahlawan dalam mengakses artikel ilmiah bagi para Proletar Akademis atau Akademisi
Proletar se-Dunia. Semoga semakin banyak Alexandra Elbakyan lainnya di dunia ini,
aamiin.

*Penulis adalah Dosen HI FISIP Unand, Mahasiswa S3 HI FISIP UNPAD, Anggota


Geostrategy Study Club

http://kabarkampus.com/2019/07/alexandra-elbakyan-pahlawan-akademisi-proletar-se-dunia/

Anda mungkin juga menyukai