Anda di halaman 1dari 5

KASUS GAGAL NAFAS

Seorang pasien perempuan, usia 45 tahun dibawa ke IGD RSU X dengan sesak
nafas pasca kecelakaan lalulintas. Terdapat jejas pada region dada kanan lateral
bawah dan daerah kepala bagian belakang. Pasien mengalami penurunan
kesadaran, nafas berat, cyanosis, hasil pulse oksimetri menurun 89%, tekanan
darah 110/80 mmHg, dengan frekuensi RR 30x/menit, pendek dan dangkal, Nadi
110x/menit dan lemah. Pasien disiapkan dilakukan pemasangan ventilator.
Kesadaran Apatis, keadaan umum lemah, Pemeriksaan Thoraks terdapat ronkhi
basah dan sonor.

Lab Analisa Gas Darah (AGD)


pH normal : 7,35
PCO2 : 48,0 mmHg
PO2 : 60 mmHg
HCO3 : 25
Saturasi O2 : 89%

Berdasarkan kasus diatas, jelaskan pertanyaan di bawah ini:

1. Apa yang dimaksud gagal nafas?


2. Apa klasifikasi gagal nafas?
3. Apa tanda dan gejala gagal nafas pada kasus di atas?
4. Berdasakan penyebabnya, kasus diatas termasuk gagal nafas jenis apa?
5. Lakukan pemeriksaan ABCDE (Tambahkan jika belum masuk diatas)
6. Apa masalah prioritas dari kasus diatas berdasarkan SDKI?
7. Jelaskan data mayor dan data minor pada kasus prioritas tersebut!
8. Buat perencanaan berdasarkan SIKI?

JAWAB:
1. Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi
karbondioksida (PaO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah
ventilasi difusi atau perfusi.

2. Klasifikasi gagal nafas:

- Gagal nafas hipoksemia/tipe I


Dengan karakteristik PaO2 kurang dari 60 mmHg dengan PaCO2
normal atau rendah. Penyakit paru akan secara umum meliputi
pengisian cairan atau kolap unit aveolar. Hipoksemia pada penyakit
cardiogenic atau noncardiogenic pulmonary edema (ARDS),
pneumonia, dan pulmonary hemorrhage.
- Gagal nafas hipekapnia/tipe II
Ditandai dengan PaCO2 lebih dari 50 mmHg. Hiperkapnia sering kali
terjadi disertai dengan hipoksemia. Terjadi pada drug overdose,
neuromuscular disease, chest wall abnormalities dan severe airway
disorders (COPD)
- Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
paru-parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum
penyakit timbul
- Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru-
paru kronik seperti bronkhitis kronis, efisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batu bara)

3. Tanda dan gejala gagal nafas pada kasus:


- Sesak nafas
- Penurunan kesadaran
- Terdapat ronkhi basah dan sonor
- Nafas berat
- Cyanosis
- TTV: TD 110/80 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 30x/menit.

- Hasil AGD:
PH : 7,35
PCO2 : 48,0 mmHg
PO2 : 60 mmHg
HCO3 : 25
Saturasi O2 : 89%

4. Klien mengalami gagal nafas akut karena:


Klien mengalami sesak nafas pasca kecelakaan lalu lintas, kesadaran
menurun.
Serta hasil AGD:
PCO2 : 48,0 mmHg
PO2 : 60 mmHg
Saturasi O2 : 89%

5. Primary survey (ABCDE)


A : Terdengar suara ronkhi
B : RR 30x/menit, nafas berat dangkal, terdapat suara ronkhi basah.
C : TD110/80 mmHg, RR 30x/menit, Nadi 110x/menit
D : Klien mengalami penurunan kesadaran
E : Terdapat jejas pada region dada kanan lateral bawah dan daerah kepala
bagian belakang

6. Dx: Gangguan ventilasi spontan


(Data mayor)
Subjektif:
- Dispnea

Objektif:
- Penggunaan otot bantu nafas meningkat
- Volume tidal menurun
- PCO2 : 48,0 mmHg (meningkat)
- PO2 : 60 mmHg (menurun)
- Saturasi O2 : 89% (menurun)

(Data minor)

Subjektif: -

Objektif:

- Tampak gelisah
- Takikardi (Nadi 110x/menit)

7. Perencanaan
Dx: Gangguan ventilasi spontan
(Dukungan ventilasi)
Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
- Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
- Monitor status respirasi dan oksigenasi

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan napas


- Berikan posisi semi fowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Gunakan bag-valve mask, jika perlu

Edukasi

- Ajarkan penggunaan teknikn relaksasi napas dalam


- Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai