Pura Tirtha Empul PDF
Pura Tirtha Empul PDF
PENYUSUN:
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhn Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Pura Tirtha Empul” sebagai
penunjang mata kuliah Arsitektur dan Budaya tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak yang telah meluangkan waktunya, oleh karena itu melalui kesempatan ini,
kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Ida Ayu Armeli, MSi. selaku dosen koordinator mata
kuliah Arsitektur dan Budaya kelas A yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan pengarahan mengenai materi.
2. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, MSi selaku dosen koordinator mata
kuliah Arsitektur dan Budaya kelas B yang telah meluangkan
waktunya menyampaikan materi pada awal perkuliahan.
3. Ir. Ida Bagus Gede Wirawibawa, MT selaku dosen mata kuliah
Arsitektur dan Budaya yang telah memberikan pengarahan dan
masukannya.
4. Ibu Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc. PhD. selaku dosen mata
kuliah Arsitektur dan Budaya.
5. Jero Mangku Sambut selaku pengempon Pura Tirtha Empul yang telah
berkesempatan untuk memberikan informasi mengenai objek
pengamatan.
6. Orang tua yang selalu memberi dukungan moril maupun materiil yang
tidak terhingga nilainya.
7. Teman-teman mahasiswa di Jurusan Arsitektur yang telah sharing dan
saling bertukar informasi dalam penyusunan laporan ini.
8. Serta pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Serta pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa materi yang penulis sajikan masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dan
solutif dari para pembaca sangat penulis harapkan agar nantinya dapat diperoleh
i
hasil yang lebih maksimal guna melengkapi hasil makalah ini. Akhir kata, dengan
segala kerendahan hati semoga materi yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi
semua pihak, terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................................. 19
4.2 Saran ................................................................................................................... 20
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
oleh masyarakat umum. Keunikan-keunikan tersebut dapat berupa pura di tengah
laut seperti Pura Tanah Lot, pura yang dipinggiran danau seperti Pura Ulun Danu
Batur dan Bratan dan masih banyak lainnya. Keunikan-keunikan tersebut
membuat pura-pura di Bali terkenal hingga mancanegara.
Salah satu pura yang memiliki keunikan lain daripada pura-pura di Bali
yakni salah satu pura yang terletak di daerah Tampaksiring, Kabupaten Ginayar
yang memiliki tempat pancuran suci untuk penyucian diri yang disebut
pemlukatan di Pura Tirtha Empul.
2
2. Manfaat Praktis
Dapat mengetahui sejarah Pura Tirtha Empul beserta pebagian
pelinggih-pelinggih dan karakteristik arstitektur yang terdapat pada
Pura Tirtha Empul.
3
BAB II
METODE PENULISAN
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
Saat ini pura Tirta Empul dan lokasi tempat melukat tersebut merupakan
salah satu lokasi wisata unggulan di kabupaten Gianyar. Diperkirakan nama
Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak yang berarti telapak dan
siring yang bermakna miring. Makna dari kedua kata itu konon terkait dengan
sepotong legenda yang tersurat dan tersirat pada sebuah daun lontar, yang
menyebutkan bahwa nama itu berasal dari bekas jejak telapak kaki seorang raja
bernama Mayadenawa.
6
Citrasena dan Citrangada. Pasukan sayap kiri dipimpin oleh Sangjayantaka.
Sedangkan pasukan induk dipimpin langsung oleh Bhatara Indra. Pasukan
cadangan dipimpin oleh Gandarwa untuk menyelidiki keadaan keraton
Mayadanawa, dengan mengirim Bhagawan Naradha.
7
mengalir membentuk sungai yang disebut Sungai Petanu. Sungai itu dikutuk
oleh Bhatara Indra yang isinya,
“jika air sungai itu digunakan untuk mengairi sawah akan menjadi
subur, tetapi ketika dipanen akan mengeluarkan darah dan berbau
bangkai”
“Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua, dipimpin oleh Baginda Raja
Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa gembira, semua rakyat
sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan bangunan lainnya, seperti
dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring”
Dalam Prasasti Sading ada disebutkan bahwa Raja Masula Masuli bertahta
di Bali mulai tahun Çaka 1100 atau tahun 1178 Masehi, yang memerintah selama
77 tahun. Berarti ada perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan
permandian Tirta Empul dengan pembangunan puranya.
Jika dikaji dari perbedaan waktu dan fungsi dari ruang arsitektural,
menunjukkan bahwa ruang telah mendahului kesadaran visual manusianya.
Dalam hal ini setiap objek memiliki suatu hubungan dengan ruang. Objek selaku
sumber mata air berhubungan dengan ruang, yakni ruang untuk mandi, citra ruang
8
sebagai tempat religius untuk membersihkan diri secara alam sekala (nyata)
maupun niskala (tak nyata).
Seperti biasa pura-pura di Bali, pura Tirtha Empul dibagi atas tiga bagian
yang terdiri dari nista mandala (jaba pura), madya mandala (jaba tengah), dan
utama mandala (jeroan).
Area nista mandala merupakan area selatan pura yang terdiri dari
beberapa bangunan dan juga kolam pancuran yang digunakan untuk melukat.
9
Pada saat memasuki area nista mandala terdapat candi bentar sebagai pintu
masuk pura Tirtha Empul. Sama halnya dengan candi bentar yang ada di
Bali, bentuk candi bentar tersebut digunakan sebagai gerbang utama untuk
memasuki area Pura Tirtha Empul. Bahan material yang digunakan
menggunakan batu candi dan didominasi dengan tempelan batu bata merah.
10
Disebelah timur kori atau di depan kori tersebut terdapat sebuah
wantilan yang digunakan untuk duduk-duduk dan mempersiapkan sarana
dan prasarana untuk melakukan pemelukatan.
11
Gambar 8. Prosesi Pemelukatan di Tirtha Empul
12
Gambar 10.Tirtha Ceeng Gambar 11. Bale Agung
Tirtha ceeng merupakan sumber mata air suci yang di buat oleh
Bhatara Indra untuk menyembuhkan prajuritnya dari racun yang dibuat oleh
Mayadenawa. Tirtha ceeng ini memiliki semburan air yang terus mengalir
setiap harinya dengan debit air yang konstan meski sedang musim kemarau
maupun penghujan. Di sebelah barat terdapat bale agung yang digunakan
untuk penyimpan perlengkapan-perlengkapan upacara yang ada di Pura
Tirtha Empul.
Selain itu masih terdapat dua bale yang berorientasi pada sumbu
selatan dan barat, yakni bale pegat dan bale pegambuhan. Bale pegat
bertiang delapan (saka kutus) dan beratap ijuk sedangkan bale pegambuhan
bertiang delapan (saka kutus) dan beratap katu sirap hitam. Selain itu pada
saat akan memasuki jeroan, pada sebelah barat gapura masuk terdapat
lingga yoni siwa.
13
Gambar 14. Lingga Yoni Siwa
14
Gambar 16. Bale Pecanangan Gambar 17. Bale Gong
Selain itu, disebelah barat terdapat bale-bale yang berderet dari selatan
ke utara, yakni bale gong, bale penganteb, dan bale penandingan. Bale gong
memiliki tiang berjumlah sepuluh (saka dasa) dan beratap sirap, bale
penganteb memiliki tiang delapan (saka kutus) beratap ijuk, sedangkan bale
penandingan bertiang enam (sake nem) beratap ijuk.
15
Dibagian utara atau di depan dari bale pecanangan terdapat tiga bale
piyasan yang masing-masing beratap ijuk dan bertiang enam (saka nem).
Bale-bale tersebut dari berderet dari baerat ke timur, yakni bale piysan Ida
Dewa, bale pengurah, dan bale pemereman.
16
Tepat disebelah timur dari bale pemereman terdapat bale pawedan
(arya bujangga) bertiang empat (saka pat) dan beratap ijuk. Dan disebelah
utara dari bale pawedan terdapat gedong mole-mole yang digunakan untuk
menyimpan peralatan keagamaan dan upacara jumlah tiang dan atapnya
sama dengan bale pawedan.
Pelinggih utama yang menjadi ciri khas dari Pura Tirtha Empul adalah
pelinggih Tepassana sebagai stana Dewa Indra. Pelinggih ini berbeda
dengan pelinggih pada umumnya, karena pada atasnya terlihat separuh dan
ditumbuhi rumput yang dibiarkan tumbuh begitu saja. Hal ini membuat
pelinggih tersebut membuat Pura Tirtha Empul berbeda dengan pura yang
lainnya. Pembangunan pelinggih tersebut di maksudkan agar seluruh umat
Hindu dapat bersembahyang dari segala penjuru mata angin dan tidak
dibatasi satu arah seperti pelinggih-pelinggih pada umumnya. Para umat
dapat bersembahyang dari sisi utara, selatan, barat, dan timur dari pelinggih
Tepassana.
17
Gambar 25.Tepassana Pura Tirtha Empul
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Adapun simpulan dari pembahasan di atas, adalah sebagai berikut:
1. Pura Titha Empul memiliki kaitan yang sangat erat dengan cerita
pertemuran Mayadenawa dengan Bhatara Indra. Daerah Pura Tirtha
Empul terletak di desa Manukaya, penyebutan tersebut berasal dari
pelarian Mayadenawa saat menjelma menjadi ayam besar (Manuk
Raya), kecamatan Tampak Siring, penyebutan tersebut berasal dari
pelarian Mayadenawa berjalan dengan memiringkan kakinya agar
tidak diketahui Bhatara Indra.
2. Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Sri
Candrabhaya Singha Warmadewa pada Sasih Kapat tahun Çaka 884
atau sekitar Oktober tahun 962 Masehi. Sedangkan Pura Tirta Empul
dibangun pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli mulai tahun
Çaka 1100 atau tahun 1178 Masehi, yang memerintah selama 77
tahun. Berarti sekitar 216 tahun setelah pembangunan permandian
Tirta Empul.
3. Pura Tirtha Empul terbagi mendaji 3 area pura yang terdiri dari Nista
Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Pada Bagian Nista
Mandala terdapat pancuran pemelukatan, pada Madya Mandala
terdapat sumber mata air Tirtha Ceeng dan Lingga Yoni Siwa, dan
pada Utama Mandala terdapat pelinggih Bhatara Indra, Tepassana.
19
4.2 Saran
Adapun saran yangdapat penulis sampaikan, yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami tentang Pura Tirtha Empul yang
merupakan satu-satunya pura yang memiliki air suci pemelukatan,
maka diharapkan peran serta mahasiswa, masyarakat, maupun
pemerintah untuk tetap ikut menjaga salah satu situs budaya dunia ini.
2. Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk
mahasiswa lain sebagai penunjang perkuliahan ataupun sebagai bahan
referensi untuk pengembangan lebih lanjut.
20
DAFTAR PUSTAKA
Narasumber:
1. Jero Mangku Sambut
2. Bendesa Adat Manukaya
21