Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Pura Agung Jagatnatha berlokasi tepat di sebelah Museum Bali. Sementara, pada bagian
sebelah timur terdapat Lapangan Puputan Badung. Seperti kebanyakan pura di Bali, posisi
bangunan menghadap ke barat Gunung Agung. Umat Hindu di Bali percaya bahwa di puncak
gunung tersebut terdapat istana para dewa. Pura ini dibuat sebagai tempat pemujaan kepada
Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai ungkapan rasa syukur karena telah
menciptakan alam semesta beserta isinya.

Pura Agung Jagatnatha diresmikan melalui upacara kecil pada 13 Mei 1968. "Pendirian
Pura Jagatnatha juga memiliki sejarah. Pendirian pura ini merupakan realisasi keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan dalam pasamuhan Parisada Dharma Hindu Bali, 20 November
1961 lalu," ujar Pemangku Pura Agung Jagatnatha Ida Bagus Putu Widyanegara saat ditemui
Tim Cerita Pagi di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar.

1.2       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana terjadinya peristiwa terbentuknya Pura Jagatnatha?
2.      Bagaimana sejarah Pura Jagatnatha?
1.3      Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui terjadinya peristiwa terbentuknya Pura Jagatnatha.
2.      Untuk mengetahui sejarahnya Pura Jagatnatha.
1.4      Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui terjadinya peristiwa Pura Jagatnatha
2.      Untuk mengetahui terjadinya peristiwa sejarah Pura Jagatnatha

1
BAB I
PEMBAHASAN

2.1      Terjadinya Peristiwa Terbentuknya Pura Jagatnatha

Pura Agung Jagatnatha diresmikan melalui upacara kecil pada 13 Mei 1968. "Pendirian
Pura Jagatnatha juga memiliki sejarah. Pendirian pura ini merupakan realisasi keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan dalam pasamuhan Parisada Dharma Hindu Bali, 20 November
1961 lalu," ujar Pemangku Pura Agung Jagatnatha Ida Bagus Putu Widyanegara saat ditemui
Tim Cerita Pagi di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar.

Widyanegara menambahkan,"Pembangunan pura ini tidak langsung dibangun begitu saja,


tetapi melalui ilham."

Dikutip dari situs wisatadewata.com, awal mula pendirian pura ini karena banyaknya
pendatang dari berbagai desa di Bali yang saat berkunjung ke Denpasar tidak menemukan tempat
sembahyang. Maka, dibangunlah Pura Agung Jagatnatha

2.2       Sejarah Jagatnatha

Menurut Widyanegara, pada 5 Februari 1963, Gubernur Bali Anak Agung Bagus Sutedja
setuju pembangunan pura tersebut yang secara resmi bernama Pura Agung Jagatnatha.
Selanjutnya, pada 1 Januari 1965, panitia meminta kesediaan Anak Agung Ketut Anggara dari
Banjar Belong, Denpasar, untuk membuatkan gambar bangunan sekaligus memimpin para
undagi (ahli bangunan) untuk mengerjakan pembangunan pura tersebut.

Saat pecah peristiwa 30 September 1965, proses pengerjaan pembangunan pura tersebut
sempat terhambat. Pada 28 Juli 1967, dasar bangunan Padmasana berupa Bedawang Nala dapat
diselesaikan. Selanjutnya, 15 Oktober 1967, pembangunan Padmasana sudah sampai pada bagian
madya atau tengah.

2
Pada 13 Desember 1967, seluruh bangunan Padmasana dapat diselesaikan. Pada 5
Februari 1968, pembangunan Candi Bentar sudah rampung. Dan, pada tanggal 13 Mei 1968,
tepatnya pada Purnama Jiyestha (hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah
dan karunia dari Hyang Widhi), pura ini diresmikan.

Lantas, apa keistimewaan Pura Agung Jagatnatha dibanding pura-pura lainnya di Pulau
Dewata? Menurut Widyanegara, Pura Agung Jagatnatha memiliki keistimewaan atau keunikan
yaitu tidak adanya Pengempon (kelompok masyarakat yang mengelola pura ini). Pura Agung
Jagatnatha hanya memiliki beberapa orang yang mengelola dana mulai dari pembangunannya
sampai untuk upacara sehari-hari.

3
BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Pura Jagatnatha merupakan salah satu bangunan yang masih kokoh berdiri hingga kini di
wilayah Jembrana Bali. Bangunan suci artistik atas persepsi isi alam tercermin dari kehadiran
seni hias Pura Jagatnatha yang luluh dalam nilai agama, nilai keseimbangan, nilai solidaritas,
dharma serta estetika dalam mencari gaya.

Drs. I Ketut Sunarya, M.Sn., dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri
Yogyakarta, menyebutkan seni hias Pura Jagatnatha dibangun berdasar konsep Tri Mandala
dalam rumusan kosmologi Bali, yakni nyegara-gunung (laut-gunung) atau kelod-kaja (laut-ke
arah gunung). Kelod adalah nistha alam butha kurang suci, sedangkan kaja ialah uttama mandala
area paling suci. Sementara itu, area madtya adalah dataran tengah yang merupakan alam
kehidupan manusia. “Berdasarkan konsep Tri Mandala ini, maka kehadiran seni hias tidak
lepas dari konsep uttama, madhya, dan nistha,” kata Ketut Sunarya, Senin (10/10), saat
melaksanakan ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM.

3.2  Saran

Demikian makalah ini kami buat sebagai tugas yang diberikan oleh guru kami. Semoga
saja makalah ini bermanfaat bagi para pembaca semua. Dan kami pun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan sarannya sangat diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai